PENGARUH POSISI PICK UP COIL DENGAN PUTARAN MESIN
TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR
PADA MESIN 150 CC
Adnan Surbakti
Prodi Teknik Mesin
Akademi Teknologi Industri Immanuel Medan Adnansurbakti.atiimmanuel@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine how much influence changes in pickup coil and engine speed on fuel consumption in a 150 cc engine. The method used in this study is the experimental method or direct experimental method by varying the pickup coil position and engine speed. There are several conclusions from this research, namely: 1) The higher the engine speed for each time advancing the pickup coil position forward 1mm, forward 2 mm , and going forward 3 mm more wasteful of fuel consumption. 2) Compared to the position of standard pick up coil with 1mm, 2mm, and 3mm pick up coil, the fuel consumption is more wasteful. 3) Comparison between the 2mm and 1mm pickup coil times is more wasteful of fuel consumption than the standard pickup coil positions. 4) Compared between the 1 mm backward pickup coil with the standard condition, the fuel consumption is more efficient when the pickup coil retreated by 1 mm. 5) At the time of retreating the pick up coil the higher the motor rotation, the more efficient fuel consumption.
Keywords: pick up coil, fuel consumption, and engine speed ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Seberapa besar Pengaruh perubahan Pickup Coil dan Putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin 150 cc. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode exprimen ataupun metode percobaan langsung dengan mempariasikan posisi pickup coil dan putaran mesin.Ada beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu : 1) Semakin tinggi putaran mesin untuk setiap saat pemajuan posisi pick up coil maju 1mm , maju 2 mm , dan maju 3 mm pemakaian bahan bakar semakin boros. 2) Dibandingkan dengan posisi pick up coil standard dengan saat pemajuan pick up coil baik 1mm, 2 mm , dan 3mm maka pemakaian bahan bakar semkain boros. 3) Perbandingan antara saat pemunduran pick up coil 2 mm dan 1mm lebih boros pemakaian bahan bakarnya dibandingkan dengan posisi pick up coil standard. 4) Dibandingkan antara saat pemunduran pick up coil 1 mm dengan keadaan standard lebih irit pemakaian bahan bakar saat pemunduran pick up coil sejauh 1 mm. 5) Pada saat pemunduran pick up coil semakin tinggi putaran motor maka konsumsi bahan bakar lebih irit.
Kata Kunci : pick up coil, konsumsi Bahan Bakar, Dan putaran mesin
1. PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang semakin pesat memberikan dampak positif bagi
perkembangan dunia industri. Salah satu dunia industri yang berkembang pesat dewasa ini adalah industri otomotif. Semakin
banyaknya penambahan jumlah penduduk berdampak semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi. Salah satu mode transportasi yang banyak digunakan dan menjadi pilihan mayoritas masyarakat umum adalah sepeda motor. Sepeda motor merupakan alat transportasi darat yang sangat representatif, sehingga sepeda motor harus dilengkapi dengan sistem-sistem yang mendukung fungsi utama sepeda motor yaitu, untuk memindahkan barang atau manusia dari suatu tempat ketempat lain baik jarak jauh ataupun dekat. Sepeda motor menjadi salah satu transfortasi pilihan masyarakat karena harganya relatif terjangkau dan simple.
Dalam suatu sepeda motor juga terdapat banyak sistem sistem yang juga perlu memerlukan pemahaman untuk menunjang dalam pengoprasian dan perbaikan apabila terjadi kerusakan. Salah satu sistem yang ada pada sepeda motor adalah sistem kelistrikan , dimana sistem kelistrikan pada sepeda motor terbagi atas pengisian, stater, bodi. Sistem ini sangat penting bagi pengendara meskipun hanya tambahan atau pendukung, berbicara mengenai komponen pada sebuah kendaraan bermotor, tentunya selain bearing motor dan juga komponen lain yang ada. Masi ada banyak sekali jenis dan tipe komponen lain yang harus kita pahami. Satu diantaranya adalah pick up coil motor yang bisa dikatakan merupakan komponen yang cukup vital keberadaannya. Kenapa demikian? tentunya karena komponen yang satu ini memiliki peranan penting untuk memnuat busi mematikan api untuk membuat pembakaran diruang bakar. Sehingga kita harus memperhatikan pick up coil agar kelistrikan pada motor tetap aman dan stabil. Pick up coil memiliki bentuk yang terdiri dari besi yang memiliki magnet kemudian dililit dengan kawat tembaga halus. Dan jika ujung pick up coil ditempelkan dengan benda logam dan ditarik secara berulang - ulang maka ujung dari pick up coil tersebut akan mengalirkan
listrik dan listrik tersebut dapat dilihat dengan menggunakan alat seperti avometer.
Banyak orang yang belum mengetahui bahwa ada dua jenis pick up coil di dalam mesin motor meskipun fungsi pick up coil pada motor sama saja akan tetapi beberapa pabrik otomotif bawaan seperti Yamaha, Honda, Suzuki dan kawasaki memilih jenis pick up coil tertentu. Bukan bagus atau murah ,penentuan pick up coil pada sepeda motor berpengaruh pada daya dan juga efisiensi bahan bakar pada motor itu sendiri.
• Pick up coil positif ( Pulser )
Pick up coil positif adalah pick up coil yang apabila ujung paling depan dari tonjolan magnet melewati pick up coil, maka pick up coil itu sendiri akan menghasilkan pick up coil positif. Dan sebaliknya apabila ujung paling belakang tonjolan magnet melewati pick up coil maka pick up coil akan menghasilkan pick up coil negatif. Pick up coil positif akan digunakan untuk advance timing saat RPM menengah keatas dan pick up coil negatif digunakan saat idle atau RPM menengah kebawah.
• Pick up coil negatif ( Pulser )
Pick up coil negatif adalah pick up coil dari kebalikan pick up coil positif yang apabila ujung paling depan dari tonjolan magnet melewati pick up coil maka pick up coil akan menghasilkan pick up coil negatif . Dan apabila ujung paling belakang dari tonjolan magnet melewati pick up coil maka pick up coil akan menghasilkan pick up coil positif.
Pada mesin 4 langkah dan 2 langkah , peran sistem pengapian mempunyai pengaruh besar terhadap performa mesin. Fungsisistem pengapian adalah menyediakan percikan bunga api listrik pada busi untuk membakar campuran bahan bakar dengan udara didalam ruang bakar mesin pada akhir langkah kompresi. Untuk meningkatkan kinerja mesin yang besar salah satunya dilakukan dengan cara melakukan pergeseran pick up coil. Dengan beragam jenis pick up coil yang
ditawarkan dipasaran, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang sistem pengapian pada mesin motor yang standart dengan melakukan pergeseran pick up coil serta busi racing untuk mengetahui kinerja yang dihasilkan dengan menggunakan mesin yang sama.
Dalam penelitian ini akan dikaji untuk kerja pulser racing dan busi racing pada motor empat langkah 150 cc kondisi modifikasi. Dengan dilakukannya penelitian ini supaya mengetahui kinerja pengapian dan tenaga mesin di hasilkan jika digunakan untuk harian maupun di dunia balap.
2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Pengertian Analisa
Analusis terbentuk dari dua suku kata yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein’ yang berarti melepas . Sehingga pengertian Analisa yaitu suatu usaha dalam mengamatidalam secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentukannya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.Dengan kata sederhana analisa dapat diartikan sebagai penyelidikan terhadap suatu masalah mengapa masalah itu terjadi dan bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut. Kata analisa atau analisisbanyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu bahasa, alam dan ilmu social dan teknik. Didalam semua kehidupan ini sesungguhnya semua bisa dianalisa,hanya saja cara dan metode analisanya berbeda-beda pada sertiap bagian kehidupan. Untuk mengkaji suatu permasalahan, dikenal dengan metode yang disebut dengan metode ilmiah. Menurut
Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses
untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya.Sedangkan menurut Komarrudin mengatakan bahwa analisi merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga
dapat mengenal tanda -tanda dari setiap komponen, hubungan suatu sama lain dan fungsi masing –masing dalam suatu keseluruhan yang terpaduAnalisa sangat erat atau sejalan dengan Troubleshooting. Troubleshooting adalah sebuah istilah dalam bahasa inggris, yang merujuk kepada sebuah bentuk penyelesaian masalah. Troubleshooting merupakan pencarian sumber masalah secara sistematis sehingga sebuah masalah tersebut dapat di selesaikan. Troubleshooting, kadang-kadang merupakan proses penghilangan maslah,dan juga proses penghilangan penyebab potensial dari sebuah masalah. Troubleshooting, pada umumnya digunakan dalam berbagai bidang. Menurut Oetomo (2002) menyebutkan bahwa troubleshooting yang didefenisikan sebagai proses penghilangan masalah, dan juga proses penghilangan penyebab potensial dari sebuah masalah. Troubleshooting , pada umumnya digunakan dalam berbagai bidang, seperti halnya dalam bidang komputer, administrasi sistem, dan juga bidang elektronika dan kelistrikan.
2.2. Sistem pengapian
Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder. Pada dasarnya system pengapian konvensional menggunakan gerakan mekanik kontak platina untuk menghubung dan memutus arus primer, maka kontak platina mudah sekali aus dan memerlukan penyetelan/perbaikan dan penggantian setiap periode tertentu. Hal ini merupakan kelemahan mencolok dari sistem pengapian konvensional.
Dalam perkembangannya, ditemukan sistem pengapian elektronik sebagai penyempurna sistem pengapian. Salah satu sistem pengapian elektronik yang populer adalah sistem pengapian CDI (Capacitor
Discharge Ignition). Sistem pengapian CDI
bekerja dengan memanfaatkan pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor. Proses pengisian dan pengosongan muatan kapasitor dioperasikan oleh saklar elektronik seperti halnya kontak platina (pada sistem pengapian konvensional). Sebagai pengganti kontak platina, pada sistem pengapian elektronik digunakan SCR/Silicon Controlled Rectifier (yang disebut Thyristor switch). SCR bekerja berdasarkan sinyal-sinyal listrik.
Banyak hal yang menyebabkan sepeda motor mogok di jalan. Salah satu penyebabnya adalah hilangnya pengapian. Percikan api dalam pengapian ini berfungsi membakar uap bahan bakar yang masuk ke ruang pembakaran, di sinilah motor bisa memperoleh daya gerak.
Jika api hilang, maka tentu saja tidak ada proses pembakaran dan mesin pun tidak akan hidup. Untuk mencari penyebab hilangnya api, harus mendeteksi satu per satu komponen pengapian motor, mulai dari busi, koil, CDI, sepul, aki dan lainnya. "Hanya ini cara mendeteksi apa penyebab sehingga tidak ada api," papar Heri Prasetyawan dari bengkel Jaw's Speed, saat berbincang dengan Metrotvnews.com, beberapa waktu lalu.
2.3.Macam macam sistem pengapian
Pernahkan anda memikirkan mengapa busi bisa mengeluarkan api ? mungkin beberapa dari anda sudah mengetahuinya bahwa busi sebenarnya tidak mengeluarkan api melainkan memercikan energi listrik. Namun, dari mana listrik sebesar itu hingga bisa berwujud seperti pantikan api ?
Kita tahu, sistem kelistrikan kendaraan menggunakan baterai dengan daya 12 volt. Tegangan sebesar ini dipastikan tidak akan mengeluarkan pantikan pada celah sebesar 0,8 mm. Untuk itu ada rangkaian peningkatan tegangan listrik agar listrik mampu keluar dari elektroda busi dalam wujud percikan api.
Rangkaian ini, disebut rangkaian sistem pengapian. Terhitung ada sekitar 4 tipe pengapian pada kendaraan, antara lain ;
• Sistem pengapian konvensional • Sistem pengapian transistor • Sistem pengapian CDI • Sistem pengapian DLI
2.3.1.Sumber tegangan (baterai)
Baterai yang berfungsi untuk menyimpan tenaga listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian. Pada dasarnya baterai merubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai juga berfungsi sebagai penyedia tenaga listrik sementara dalam bentuk tegangan DC. Namun bila kita amati dengan detail baterai pada seped1a motor juga mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Untuk menghidupkan aksesoris, penerangan, dan sebagainya.
2. Untuk menghidupkan sistem stater. 3. Saat mesin hidup baterai juga sebagai
stabilator yang menggunakan alternator.
2.3.2.Spull Cas
Spul adalah kumparan yang merupakan salah satu komponen penting yang erat kaitannya dengan sistem kelistrikan motor. Komponen yang ada pada motor ini dibuat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Sebab jumlah lilitan kawat tembaga didalamnya perpengaruh pada besar kecilnya induksi. Sangatlah penting menghindari kerusakan spul pada motor rusak, karena bisa berimbas pada sistem kelistrikan motor.
Fungsi Spull
Part ini mempunyai tugas untuk menjadi sumber penghasil tenaga listrik. Tenaga tersebut nantinya akan dikirimkan ke kiprok kemudian menuju komponen lain pada sistem kelistrikan, termasuk mengisi daya aki motor. Tenaga listrik yang dihasilkannya berjenis AC (alternating current) atau arus bolak – balik, sementara itu jumlah energi yang dihasilkannya tergantung dari putaran mesin motor.
Komponen Spul Motor
Bentuk fisik dari spul ini terdiri dari lilitan kawat tembaga dengan jumlah tertentu yang memiliki batang karbon / besi. Jumlah lilitan kawat tembaga inimenentukan besar kecilnya tegangan yang dihasilkan pada mesin sepeda motor.
Ciri – Ciri Spul Rusak
Untuk permasalahan ini kita dapat melihat kondisi fisik dari lilitan tembaganya. Spul yang rusak atau mati biasanya terlihat gosong, kemudian ada juga bau hangus yang menyengat, dan seluruh kelistrikan mati total ( sistem penerangan, sistem pengapian, dan stater).
Penyebab Spul Motor Rusak
1. Karena merupakan barang elektronik, air
yang masuk kedalam komponen spul bisa mengakibatkan kerusakan terhadap spul motor.
2. Terjadi korsleting karena pemakain soket
yang sudah aus, sehingga timbul hubungan singkat.
3. Panas berlebihan pada dinamo.
4. Usia pemakain juga berpengaruh terhadap
kerusakan spul motor.
2.3.3.Pick Up Koil (pulser)
Secara garis besar, pulser motor merupakan sebuah perangkat penting yang terdapat didalam rangkaian mesin kendaraan, khususnya yang memiliki bahan bakar bensin. Komponen ini terbuat dari besi yang memiliki magnet yang kemudian di lilit dengan menggunakan kawat tembaga khusus.
Gambar 2. Pulser
Fungsi Pulser Motor
Jika di tanya apa fungsi pulser motor, maka bisa kami jelaskan bahwa fungsi komponen motor yang satu ini adalah sebagai penentu waktu kepada CDI “Capasitor
Discharge Ignition” atau TCI “Transistor Control Ignition” untuk mematikan listrik
yang nantinya akan di teruskan ke proses pengapian busi motor.
Dengan kata lain, fungsi dari pulser motor sendiri untuk mendeteksi posisi piston motor yang didasarkan pada Pick Up di magnet. Yang mana hasil dari pendeteksi tersebut selanjutnya akan di kirim ke CDI atuapun TCI yang digunakan untuk menentukan Timing Pengapian.
Jenis Pulser Motor
Di dalam perkembangannya, pulser motor di bedakan dalam dua jenis yaitu pulser positif dan pulser negatif. Meski kedua jenis tersebut berbeda secara kerjanya, namun fungsi utama dari pulser motor tersebut tetaplah sama. Untuk pejelasan lebih lengkapnya, perhatikan gambar rangkaian pulser positif dibawah ini.
Pulser Positif
Gambar 3. Rangkaian Pulser Positif Seperti keterangan diatas, ada dua jenis pulser yang harus kalian pahami. Satu diantaranya yaitu pulser positif. Dimana jenis ini merupakan jenis yang pada bagian ujung paling depan dari tonjolang magnet melewati pulser akan menghasilkan pulser positif.
Sementara jika ujung paling belakang tonjolan magnet melewati pulser, secara otomatis pulser akan menghasilan pulser negatif. Adapun pulser positif akan digunakan sebagai Advance Timing disaat RPM menengah keatas. dan pulser negatif digunakan saat RPM mengenah kebawah.Untuk pejelasan lebih lengkapnya, perhatikan gambar rangkaian pulser negatif dibawah ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Tempat
Untuk mendukung penelian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan penelitian sesuai judul yang dibawa yaitu :“
Pengaruh posisi pick up coil dengan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin 150 cc’’ yang
dilaksanakan di Akademi Teknologi Industri Immanuel, Jln. Jend. Gatot Subroto, No.325, Medan.
3.2 Peralatan dan Bahan
a. Kunci T 8
Penggunaan kunci konvensional lebihdominan untuk keperluan ngebengkel sepeda motor. Alhasil perkakas yang
umumnya memiliki finishing berwarna hitam ini mutlak tersedia pada bengkel motor. “Keberadaan kunci T sangat penting Terlebih untuk kunci T8 dan T10. Misalnya untuk mengendurkan dan mengencangkan baut bodi, cover CVT dan lain sebagainya.
Gambar 4. Kunci T 8 b. Tachometer
Takometer atau kadang kita sebut RPM adalah sebuah alat untuk mengukur putaran mesin, khususnya jumlah putaran yang dilakukan oleh sebuah porosdalam satu satuan waktu dan sering digunakan pada peralatan kendaraan bermotor. Biasanya memiliki layar yang menunjukkan kecepatan perputaran per menitnya.
3.2. Bahan
a. Mesin SUZUKI SATRIA FU 150 cc Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu mesin sepeda motor SUZUKI SATRIA FU 15O cc
1. Jenis : 4-Tak, DOHC 4-Katup BerpendinganOli 2. JumlahSilinder : 1 (satu) 3. Diameter Silinder : 62.0 mm 4. Langkah Piston : 48.8 mm 5. KapasitasSilinder : 147.3 cc 6. PerbandinganKompresi: 10.2 : 1 7. Daya Maksimum : 11.7 kw (16.0 PS)/9.500 rpm 8. Torsi Maksimum : 12.4 Nm/8.500 rpm 9. Karburator : Mikuni bs 26 – 187 10. Sistem Starter : Electric dan Kick a. Pic Up Coil 1mm
Pick up coil 1 mm inimemiliki lubang dudukan sebesar 1 mm, sehingga pick up coil
dapat dimajukan atau dimundurkan sebnyak 1mm. samahalnya dengan memper cepat pengapian danmem perlambat pengapian sebanyak 1mm.
Gambar 5. Pick Up Coil 1,05°
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian, maupun pengujian pengaruh posisi pick up coil terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor suzuki satria 150 cc yaitu dengan melakukan pengujian langsung atau exprimen, dalam masing-masing percobaan yang hendak diuji untuk memperoleh data yang di butuhkan yang lebih akurat dalam penyusunan penelitian ini. Penulis banyak menggunakan berbagai faktor pendukung/msaukan dan buku pendukung yang berhubungan dengan judul yang di bahas.
Sebelum melakukan praktek penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian maupun pengujian pengaruh posisi pick up coil terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda suzuki satria 150 cc yaitu dengan menghubungkan selang gelas ukur ke karburator dan selanjutnya pick up coil diganti sesui dengan pick up coil yang sudah di tentukan dalam penelitian begitu juga dengan waktu, dan dilihat hasil yang di peroleh dari setiap pick up coil yang di uji.
4. Pembahasan
Data dalam penelitian ini merupakan hasil pengujian secara langsung. Pada penelitian ini terdapat delapan kali
pengujian, yaitu pengujian pick up coil standard, pick up coil 1,05° dengan pengujian maju 1,05° dan mundur 1,05°, pick coil 2,1° dengan pengujian maju 2,1° dan mundur 2,1° dan pick up coil 3,15° dengan pengujian maju 3,15° dan mundur 3,15°. putaran mesin sesui dengan batasan masalah dan seberapa besar pengaruhnya terhadap konsumsi bahan bakar.Dari hasil penelitian penulis mendapatkan data perbedaan penggunaan bahan bakar setiap pengujian pada jenis pick up coil terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Tabel hasil penelitian pengaruh posisi pick up coil dengan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin 150 cc pada posisi maju,waktu pengujian selama 5 menit.
Putaran
Mesin Konsumsibahanbakar ( ml/menit ) (rpm) Standart Maju 1,05° Maju
2,1° Maju3,15° 2000 6,06 6,6 6,92 7,4 3000 6,46 8,32 8,52 9,6 4000 8,46 10,46 10,66 11,46 0 2 4 6 8 10 12 14 0 2000 4000 6000 Standard Maju 1,05˚ Maju 2,1˚ Maju 3,15˚
0 2 4 6 8 10 0 2000 4000 6000 Standard Mundur 1,05˚ Mundur 2,1˚ Gambar 6. Hubungan antara putaran motor
dan konsumsi bahan bakar saat pick upcoil maju.
Tabel 2. Putaran Mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin 150 cc pada posisi mundur, waktu pengujian selama 5 menit.Tabel hasil penelitian pengaruh posisi pick up coil dengan putaran Put
Mesin Konsumsi bahan bakar ( ml/menit) (rpm) Std Mundur 1,05° Mundur 2,15° Mundur 3,15° 2000 6,06 4,52 6,44 7,1 3000 6,46 6,4 8 8,4 4000 8,46 7,4 8,46 9,06
Dari data table 2. hasil pengujian pemajuan pick up coil dapat dilihat pada grafik perbandingan pemakain bahan bakar dalam berbagai variasi putaran.
Gambar 7. Hubungan antara putaran motor dan konsumsi bahan bakar saat pick up coil mundur.
Dari hasil penelitian sesuai dengan grafik 4.1saat pemajuan pick up coil 1,05°maka dapat dilihat sebagai berikut :
Untuk posisi putaran motor 2000 rpm pemakaian bahan bakar 33 ml selama 5 menit pengujian atau 6,6 ml per menit sedangkan untuk putaran 3000 rpm konsumsi bahan bakar 41,6 ml selama 5 menit pengujian atau 8,32 per menit dan putaran motor 4000 rpm pemakaian bahan bakar 52, 3 ml selama 5 menit pengujian atau 10,4 per menit.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi putaran mesin konsumsi bahan bakar semakin banyak, hal ini terjadi karena sistem pengapian sendiri memiliki pengaruh kuat pada proses pembakaran atau pengaktifan pada busi. Bila api yang dihasilkan busi kecil karena pengapian bermasalah maka pembakaran akan ikut terganggu , ini akan menyebabkan mesin kurang bertenaga, dimana pemakaian bahan bakar sendiri memiliki selisih yang berbeda pada setiap pengujian yang berbeda didalam putaran mesin 2000 rpm, 3000 rpm dan 4000 rpm. Selisih pemakaian bahan bakar tersebut adalah
a. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm 2000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 30,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 33 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 34,6 mm dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 37 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,7 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1,6 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. b. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
3000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 32,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 41,6 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 42,6 mm dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 48 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 9,4 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 5,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. c. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
4000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 42,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 52,3 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 53,3 ml dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 57,3 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 10 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. 1. Dari hasil penelitian sesuai dengan grafik
4.1saat pemajuan pick up coil 2,1°maka dapat dilihat sebagai berikut :
Untuk posisi putaran motor 2000 rpm pemakaian bahan bakar 34,6 ml selama 5 menit pengujian atau 6,92 ml per menit sedangkan untuk putaran 3000 rpm konsumsi bahan bakar 42,6 ml selama 5 menit pengujian atau 8,52 per menit dan putaran motor 4000 rpm pemakaian bahan bakar 53,3 ml selama 5 menit pengujian atau 10.66 per menit. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi putaran mesin konsumsi bahan bakar semakin banyak. Adapun selisih bahan bakar yang terdapat di bawah ini adalah
a. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm 2000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 30,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 33 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 34,6 mm dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 37 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,7 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1,6 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar
juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. b.Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
3000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 32,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 41,6 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 42,6 mm dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 48 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 9,3 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 5,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. c. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
4000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 42,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 52,3 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 53,3 ml dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 57,3 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 10 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka
pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. 2.Dari hasil penelitian sesuai dengan grafik
4.1saat pemajuan pick up coil 3,15°maka dapat dilihat sebagai berikut :
Untuk posisi putaran motor 2000 rpm pemakaian bahan bakar 37 ml per 5 menit atau 7,4 ml per menit sedangkan untuk putaran 3000 rpm konsumsi bahan bakar 48 ml/ 5 menit atau 9,6 per menit dan putaran motor 4000 rpm pemakaian bahan bakar 57,3 ml/5 menit atau 11,46 per menit. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi putaran mesin konsumsi bahan bakar semakin banyak, hal ini terjadi karena penyetelan pengapian tidak benar.
a. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm 2000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 30,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 33 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 34,6 mm dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 37 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,7 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1,6 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. b. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
3000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 32,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 41,6 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 42,6 mm dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 48 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 9,4 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 5,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros. c. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
4000 diambil dari rata – rata konsumsi bahan bakar adalah terdapat bahan bakar pada posisi standard yaitu 42,3 ml kemudian bahan bakar yang di konsumsi pada posisi maju 1,05° yaitu 52,3 ml, Sedangkan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 2,1° yaitu 53,3 ml dan pemakaian bahan bakar pada posisi maju 3,15 ° yaitu 57,3 ml. Maka selisih pemakaian bahan bakar dari standard ke posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 10 ml, kemudian selisih pemakaian bahan bakar dari posisi maju 1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi karena semakin tinggi putaran mesin maka pemasukan bahan bakar ke ruang bakar juga semakin cepat mengakibatkan pemakaian bahan bakar semakin boros.
4. KESIMPULAN
Dari hasil hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan judul pengaruh
posisi pick up coil dengan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin 150 cc. Maka ada beberapa kesimpulan yaitu :
1.Bahanbakar yang dikonsumsi pada posisi pick up coil maju1,05° sebanyak 6,6 ml per menit dan pemakain bahan bakar pada posisi mundur 1,05°sebanyak 4,52 ml permenit, kemudianpemakaianbahanbakar yang digunakanpadaposisi pick up coil maju2,1°sebanyak 6,92 ml per menitdanpemakaianbahanbakar yang digunakanuntukposisi pick up coil padaposisimundur2,1°sebanyak 6,44 ml per menitsedangkanpemakaianbahanbakar yang digunkanpadaposisi pick up coil maju3,15° sebanyak 7,4 ml per menit dan pemakaian bahanbakarpadaposisi pick up coil mundur3,15° sebanyak 7,1 ml per menit.
2.Konsumsibahanbakar yang digunakanpada 2000 rpm denganposisi pick up coil standard adalah 6,06 ml, maju1,05° adalah 6,6 ml, 2,1°adalah 6,92 ml dan3,15° adalah 7,4ml.konsumsibahanbakar yang digunkanpadaposisi pick up coil standard adalah 6,06 ml,mundur1,05° adalah 4,52 ml, 2,1°adalah 6,44 ml dan3,15° adalah 7,1ml.
Konsumsi bahan bakar yang digunakan pada 3000 rpm dengan posisi pick up coil standard adalah 6,46 ml, maju1,05° adalah 8,32 ml, 2,1°adalah 8,52 ml dan3,15° adalah 9,6 ml. konsumsi bahan bakar yang digunkan pada posisi pick up coil standard adalah 6,46 ml, mundur1,05° adalah 6,4 ml, 2,1°adalah 8 ml dan3,15° adalah 8,4 ml.
Konsumsi bahan bakar yang digunakan pada 4000 rpm dengan posisi pick up coil standard adalah 8,46 ml,maju1,05° adalah 10,46 ml, 2,1° adalah 10,66 nml dan 3,15° adalah 11,46 ml. konsumsi bahan bakar yang digunkan pada posisi pick up coil standard adalah 8,46
ml,mundur1,05° adalah 7,4 ml, 2,1°adalah 8,46 ml dan3,15° adalah 9,06 ml.
5. SARAN
Peneliti memberikan saran yang
hendak diperhatikan oleh pembaca sebagai bahan untuk melakukan perbaikan atau pergantian pada pick up coil. Adapun saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut :
1.Gunakanlah komponen – komponen yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat mesin dengan standard yang diijinkan dan utamakanlah keselamatan kerja saat melakukan penelitian.
2.Untuk mencapai kerja yang optimal pada pembakaran maka hal – hal yang harus dilakukan adalah melakukan perawatan, pemeriksaan secara rutin dan mencari penyebab – penyebab gangguan pada sistem pengapian khususnya pick up coil ( pulser )
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Arif hidayatulah S.Pd, 2011, Sistem Kelistrikan Mesin Pada Sepeda Motor, Anggota IKAPI Nomor : 080 [2]. PT.Astra Honda Motor. 2003. Pedoman
Pemilik Sepeda Motor, Jakarta [3]. Julius, 2009, Buku Kelistrikan Sepeda
Motor, Jakarta
[4]. https://id.scribd.com/doc/255659875 / Pemeliharaan - Kelistrikan-Sepeda-Motor
[5]. http://freecharz. blogspot. Com / 2014 / 01/ pengaruh-diameter-kawat-spul-motor.html
[6]. http:// staffnew. uny.ac.id /upload/ 132310888/ pendidikan /Modul +Teknologi +Sepeda+ Motor+(OTO225-02)-+Pengisian.pdf [7]. http:// teguhpati. blogspot.com /2012/09/ rumus - menentukan-diameter-kabel.html