• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 H

ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan

watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia

Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya

kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang

akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan

manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat

mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di

dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan diseluruh

wilayah Indonesia.1

Dalam pemenuhan akan kebutuhan hidup itu salah satu hal yang sangat

penting ialah mendirkan tempat tinggal, pada dasarnya mendirikan bangunan

adalah sebuah perbuatan yang berbahaya, hal ini karena bangunan merupakan

1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

(2)

tempat sentral bagi manusia beraktifitas sehari-hari, baik ketika dirumah maupun di

kantor. Kriteria bahaya tersebut muncul ketika bangunan tersebut tidak memenuhi

syarat tertentu agar tidak rubuh dan mencelakai orang di dalam atau di sekitarnya.

Bangunan didirikan dengan syarat pertimbangan dan perhitungan yang matang

mengenai bentuk struktur dan kekuatan struktur serta kekuatan bahan yang

digunakan, dengan demikian bangunan tersebut akan kuat dan tidak rusak/roboh

mencelakai orang di dalamnya dan sekitarnya.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang merupakan salah satu

negara yang memiliki luas wilayah yang amat besar dengan tingkat pembangunan

yang cukup besar pula. Terlebih lagi dalam kehidupan modern saat ini berbagai

pembangunan yang dapat menunjang kehidupan manusia khususnya bangunan

gedung seperti bangunan perumahan, gedung fasilitas pendidikan, gedung fasilitas

kesehatan, serta fasilitas lainnya telah menjadi tuntutan yang harus dipenuhi.

Dengan adanya pembangunan-pembangunan gedung tersebut akan memberikan

dampak positif yang kemudian diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi

seluruh masyarakat. Pembangunan yang berkembang dengan cepat ini memberikan

efek yang positif bagi masyarakat untuk mendirikan bangunan atau tempat hunian

yang sekaligus dijadikan sebagai tempat usaha dalam pemenuhan kehidupan

ekonomi atau yang lebih sering dikenal dengan Rumah Toko atau (ruko). Menurut

J.D Benyamin Ruko adalah bangunan yang digunakan untuk tempat berusaha

(berdagang) barang dan jasa, dan juga sebagai tempat tinggal pemilik toko tersebut.

Bangunan yang didirikan tersebut harus memenuhi syarat dan pertimbangan yang

(3)

yang digunakan. Dengan demikian bangunan tersebut akan kuat dan tidak akan

rusak/roboh dan mencelakankan orang di dalamnya, oleh karena itu perlu peran

pemerintah dengan melalui izin mendirikan bangunan atau lebih sering di kenal

IMB. Perizinan tidak lahir dari sendirinya secara serta merta, namun mestinya

dibantu atau ditopang oleh wewenang yang telah diberikan kepada pejabat publik

(chief executive). Membicarakan mengenai perizinan pada dasarnya mencakup

suatu pengertian yang sangat kompteks yaitu berupa hal yang membolehkan

seseorang atau badan hukum melakukan sesuatu hal yang menurut peraturan

perundang-undangan harus memiliki izin terlebih dahulu baik dalam masyarakat

biasa sampai ke pejabat yang ada di Indonesia ini sangat memerlukan izin dalam

mendirikan dan membangun sebuah bangunan.

Sebagai suatu bentuk kebijakan tentunya izin tidak boleh bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan serta norma kehidupan yang ada di

masyarakat baik secara vertikal maupun horizontal. Menurut Utrecht sebagaimana

dikutip oleh Bachsan Mustafa menyatakan bahwa “Bilamana pembuat peraturan

umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenakannya

asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka

perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat

suatu izin (verguning).2

Pembuatan surat izin pendirian bangunan yang diperuntukan sebagai rumah

toko (ruko) membutuhkan IMB bangunan tempat usaha, dan bangunan rumah

2

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Aministrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 80.

(4)

tinggal. IMB untuk peruntukan ruko tersebut umumnya berada di kawasan

perdagangan dan jasa dengan fungsi dan bentuk bangunan khusus berupa toko atau

ruko berdasarkan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Pengajuan ini akan ditindak lanjuti dengan advice planning oleh Dinas Tata Kota

atau Dinas Perizinan atau Dinas Pengawasan Bangunan dan Lingkungan.

Selain itu permohonan ke Dinas Perizinan dilengkapi dengan studi lingkungan

pada upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan

(UKL-UPL) dari Dinas Pengawasan Lingkungan Hidup dan persetujuan dari

pemilik tanah dan/atau bangunan yang berhimpitan dengan tempat usaha atau

tetangga yang di ketahui oleh RT, RW dan lurah setempat. Jika ruko sudah siap

maka perlu membuat:

a. NPWP perusahaan atau pribadi jika usaha peorangan

b. Surat izin usaha perdagangan (SIUP) sesuai jenis usaha

c. Izin gangguan (HO)

d. Tanda daftar perusahaan (TDP).

Adapun pengaruh pemerintah pada masyarakat melalui tugas mengatur

mempunyai makna bahwa pemerintah terlibat dalam penerbitan dan pelaksanaan

peraturan perundang-undangan termasuk melahirkan sistem-sistem perizinan.

Melalui instrumen pengaturan tersebut pemerintah mengendalikan masyarakat

dalam bentuk peraturan termasuk izin yang mengandung larangan dan kewajiban,

(5)

digunakan oleh pemerintah dalam mengendalikan masayarakat agar sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan.3

Bahwa dalam Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditegaskan bahwa retribusi ditetapkan

dengan Peraturan Daerah dan dalam rangka unifikasi dan efisiensi penyusunan

Peraturan Daerah tentang Retribusi Perizinan Tertentu serta untuk mempermudah

pemahaman Peraturan Daerah Tentang Retribusi Perizinan Tertentu Pajak maka

perlu meyusun Peraturan Daerah tentang Retribusi Perizinan Tertentu dalam 1

(satu) Peraturan Daerah.

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan merupakan wewenang Pemerintah

Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) menurut

Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemungutan izin retribusi perizinan tertentu sebgaimana dimaksud dalam pasal

141 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah merupakan kewenangan Daerah Otonom sebagai salah satu sumber

pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah.

4

3

Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, Rajagrafindo, 2010, Jakarta, hal 112-113.

4

Peraturan Daerah Kabupaten Karo No.6 Tahun 2012.

Retribusi yang dimaksud di sini adalah pungutan uang

oleh pemerintah sebagai balas jasa. Sementara itu dalam Undang-undang No.34

Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa Retribusi

(6)

yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan pribadi atau suatu badan. Dengan unsur-unsur yang melekat dalam

retribusi antara lain: pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang,

pungutannya dapat dipaksakan, pemungutannya dilakukan oleh negara, digunakan

sebagai pengeluaran masyarakat umum.

Dalam hal pengawasan pemerintah daerah terhadap kegiatan membangun

bangunan dilaksanakan melalui pemberian izin mendirikan bangunan yang

dimohon oleh anggota masyarakat yang memberikan gambaran bangunan yang

akan didirikan lengkap dengan gambar dan perhitungan struktur konstruksi.

Kemudian setelah diteliti dan dipertimbangkan dengan cermat, apabila memenuhi

syarat maka izin tersebut diberikan dan pemohon diwajibkan membayar retribusi

guna pemasukan keuangan daerah. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan

diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH TOKO DI KOTA KABANJAHE BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NO. 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU”

B. PERUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan skripsi ini tentulah ditemukan yang menjadi permasalahan

yang merupakan titik tolak bagi pemasalahan nantinya. Adapun yang menjadi

(7)

1. Bagaimana tinjauan umum tentang perolehan izin mendirikan bangunan

rumah toko?

2. Bagaimana pengaturan hukum tentang perolehan izin mendirikan bangunan

rumah toko di Kabanjahe ?

3. Bagaimana mekanisme dan hambatan yang dihadapi dalam perolehan izin

mendirikan rumah toko di Kabanjahe ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui pengaturan hukum tentang perolehan izin

mendirikan bangunan rumah toko.

b. Untuk mengetahui pengaturan hukum yang terkait tentang perolehan

izin mendirikan bangunan rumah toko di Kabanjahe.

c. Untuk mengetahui mekanisme dan hambatan yang dihadapi dalam

perolehan izin mendirikan rumah toko di Kabanjahe.

2. Manfaat Penulisan

Dari rumusan dan tujuan di atas, maka manfaat dari penulisan skripsi ini

(8)

a. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan teoritis bagi perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan, dalam hal ini perkembangan dan kemajuaan ilmu di bidang

Hukum Administrasi Negara. Diharapkan penulisan ini dapat dijadikan

referensi tambahan bagi akademisi, penulis dan kalangan yang berminat

dalam bidang kajian yang sama.

b. Manfaat Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi siapapun tentang pengaturan hukum perolehan izin

mendirikan bangunan rumah toko dan dijadikan masukan sebagai sumber

informasi dan lembaga yang terkait.

D. KEASLIAN PENULISAN

Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk

memperoleh gelar sarjan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Sepanjang yang telah ditelusuri dari perpustakaan dan lingkungan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, serta sepengetahuan dari penulis, skripsi

yang berjudul “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Perolehan Izin

Mendirikan Bangunan Ruko di Kota Kabanjahe Berdasarkan Perda Kabupaten

Karo No 6 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu” belum pernah

ditulis sebagai skripsi, dan skripsi ini asli serta bukan plagiat ataupun diambil dari

skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari sebuah proses

(9)

jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ada skripsi yang sama, maka akan

dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh penulis.

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Untuk memberikan pemahaman terhadap penelitian ini berikut akan diberikan

beberapa penegertian terkait dengan objek penelitian ini.

Izin Mendirikan Bangunan adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala

Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun bangunan baru, mengubah,

memperluas, mengurangi dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan

administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.5

1. Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Bangunan

gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu dengan

tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau

didalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,

kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Adapun dasar hukum pengaturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah

2. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang

adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

5

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Izin_Mendirikan_Bangunan diakses pada tanggal 30 januari 2017 pukul 15.00 wib.

(10)

3. PP No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang no. 28

tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Dalam peraturan pemerintah ini yang

dimaksud dengan izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang

diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada pemilik bangunan gedung

untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau

merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan

persyaratan teknis yang berlaku. Permohonan izin mendirikan bangunan

gedung adalah permohonan yang dilakukan pemilik bangunan gedung kepada

pemerintah daerah untuk menyampaikan izin mendirikan bangunan gedung.

IMB berfungsi supaya pemerintah dapat mengontrol dalam rangka pendataan fisik

kota sebagai dasar yang sangat penting bagi perencanaan, pengawasan dan

penertiban pembangunan kota yang terarah dan bermanfaat. Selain itu IMB juga

berfungsi sebagai sumber data dari sebuah bangunan. Selain data administrasi

IMB juga mengandung data teknis baik yang berupa gambar rencana bangunan

maupun perhitungan konstruksi. Data teknis ini biasanya merupakan lampiran

yang tidak terpisahkan dari Surat Keputusan Izin Mendirikan Bangunan.

Bagi pemilik bangunan dapat memberikan kepastian hukum atas berdirinya

bangunan dan akan memudahkan bagi pemilik bangunan untuk kelak suatu

keperluan seperti pemindahan hak bangunan kepada pihak lain (jual-beli,

(11)

memiliki IMB.6

Bangunan gedung menurut Peraturan Daerah Kabupaten Karo No. 06 Tahun

2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu dalam pasal 1 butir sepuluh (10) ialah

wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah

dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik

untuk hunian atau kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya

maupun kegiatan khusus. Fungsi bangunan sebagai tempat segala aktivitas

manusia mulai dari aktivitas perekonomian, kebudayaan, sosial, dna pendidikan

terkait dengan fungsi pemerintah daerah sebagai “agent of development, agen of IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncaakan sesuai

dengan Tata Ruang suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan tata ruang

yang telah ditentukan. Selain itu, adanya IMB menunjukan bahwa rencana

konstruksi banguan tersebut juga dapat dipertanggungjawabkan dengan maksud

untuk kepentingan bersama. IMB merupakan suatu produk hukum untuk

mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercapai ketertiban, keamanan, keselamatan,

kenyamanan sekaligus kepastian hukum. Bangunan biasanya dikonotasikan

dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam

kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan

memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian

sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti bahan bangunan,

kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.

6

Andrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta 2010 hal 213.

(12)

change, agent of regulation”. Dalam fungsinya tersebut, pemerintah daerah

berkepentingan terhadap izin-izin bangunan.

Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk7

1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata cara

bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya. :

2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin

keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,

kenyamanan dan kemudahan.

3. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

Menurut fungsisnya bangunan dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Hunian adalah bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia

tinggal yang berupa bangunan hunian tunggal, bangunan hunian jamak,

bangunan hunian campuran, bangunan hunian sementara

b. Keagamaan adalah bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat

manusia melakukan ibadah yang berupa angunan masjid termasuk mushola,

bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, bangunan

kelenteng

c. Usaha adalah bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia

melakukan kegiatan usaha yang berupa bangunan perkantoran, bangunan

perdagangan, bangunan perindustrian, bangunan perhotelan, bangunan wisata

dan rekreasi, bangunan terminal, bangunan tempat penyimpanan

(13)

d. Sosial dan budaya adalah bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai

tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya berupa bangunan

pelayanan pendidikan, bangunan pelayanan kesehatan, bangunan kebudayaan,

bangunan laboratorium, bangunan pelayanan umum

e. Khusus adalah bangunan gedung dengan fungsi utama yang mempunyai

tingkat kerahasiaan tinggi, tingkat resiko bahaya tinggi

f. Ganda/campuran adalah bangunan gedung yang memiliki lebih dari satu fungsi,

seperti rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan)

F. METODE PENELITIAN

Untuk dapat merampungkan penyajian skripsi agar dapat memenuhi kriteria

sebagai tulisan ilmiah, diperlukan data yang relavan dengan skripsi ini. Dalam

upaya pengumpulan data yang diperlukan, maka diterapkan metode pengumpulan

data sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris, menggunakan studi lapangan

(field research) sebagai sumber utama dari penelitian, dan menggunakan studi

literature sebagai data sekunder.

2. Sumber data

Isi atau materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder. Adapun data

(14)

a. Bahan hukum primer yakni :

Bahan yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum maupun

mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu

berupa peraturan perundang-undangan yang mengikat dan ditetapkan oleh

pihak yang berwenang.8

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap hukum primer. Bahan

hukum sekunder berupa buku, majalah, karya ilmiah, maupun artikel-artikel

lainnya yang berhubungan dengan obyek, yaitu semua dokumen yang

merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan penelitian seperti:

seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya Bahkan hukum primer dalam tulisan ini diantaranya

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Peraturan Daerah

Kabupaten Karo No.06 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2011 Tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-undang No.28 Tahun 2002

Tentang Bangunan Gedung, Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, PP No.36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU

No.28 Tentang Bangunan Gedung.

b. Bahan hukum sekunder, yakni :

(15)

tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan

persoalan diatas.9

Bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer

dan sekunder yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan

keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti: kamus, ensiklopeia dan lain-lain. c. Bahan hukum tersier yakni :

10

3. Alat/ instrumen penelitian

Alat atau instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

a. Studi dokumen (library research)

Yaitu dengan mempelajari, mengumpulkan dan/atau mengutip bahan-bahan

bacaan yang bersifat teoritis ilmiah baik milik umum maupun milik instansi

terkait, data dari arsip instansi pemerintahan yang berwenang dalam bidang

perolehan izin pembangunan, dan peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan izin mendirikan bangunan rumah toko.

b. Wawancara dan observasi (Field Research)

Yaitu dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan pejabat

dari instansi yang berwenang dalam hal ini adalah Dinas Penanaman

9 Roni Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakata, Ghalia Indonesia, 1988, hlm

64.

10

(16)

Modal- Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karo mengenai

hal-hal yang berubungan dengan pendaftaran bangunan di kota Kabanjahe.

4. Analisis penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(library research), yaitu penelitian dilakukan dengan cara menelti bahan

pustaka atau bahan yang disebut data sekunder. Adapun data sekunder yang

digunakan dalam penulian skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik

koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil

dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah,

termasuk peraturan perundang-undangan.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut :11

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahn hukum lainnya

yang relavan dengan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media cetak

maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan

perundang-undangan.

c. Mengelompokkan data-data yang relavan dengan permasalahan.

11

(17)

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sebagai karya ilmiah, skripsi ini memiliki sistematika yang teratur, terperinci

di dalam penulisannya agar dimengerti dan dipahami maksud tujuannya.

Tulisan ini terdiri dari lima bab yang akan diperinci lagi dalam sub bab.

Adapun kelima bab itu terdiri dari:

1. BAB I PENDAHULUAN, Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang

apa yang menjadi Latar belakang penulis dalam menyajikan materi yang

diteliti, Perumusan masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini, Tujuan dan

Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian,

dan dibagaian akhir adalah Sistematika Penulisan.

2. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEROLEHAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH TOKO, pada bab ini akan dibahas

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Pengertian Izin, Pengertian dan

Fungsi Rumah Toko, dan Perkembangan Rumah Toko secara umum.

3. BAB III PENGATURAN HUKUM TENTANG PEROLEHAN IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN RUMAH TOKO DI KOTA KABANJAHE

BERDASARKAN PERDA NO.06 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI

PERIZINAN TERTENTU, dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan Pengaturan Perolehan Izin Mendirikan Bangunan

Rumah Toko di Kabanjahe, Instansi yang Berwenang Mengeluarkan Izin

(18)

Diatur Dalam Perolehan Izin Mendirikan Bangunan Rumah Toko di

Kabanjahe.

4. BAB IV MEKANISME DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM

PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN RUMAH TOKO DI KABANJAHE,

dalam bab ini akan dibahas mengenai Gambaran Umum Kota Kabanjahe,

Mekanisme Perolehan Izin Mendirikan Rumah Toko di Kabanjahe, Hambatan

yang Dihadapi Dalam Perolehan Izin Mendirikan Rumah Toko di Kabanjahe.

5. BAB V PENUTUP, dalam bab ini memuat Kesimpulan dan Saran sebagai hasil

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) instrumen lembar validasi ahli. Instrumen ini bertujuan mengetahui kriteria kevalidan tes

dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangkoan didapatkan sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya saat bekerja sehingga terdapat hubungan yang

Komunikasi secara vertikal, atau komunikasi dua arah yang dilakukan antara karyawan dengan pimpinan memang penting dalam sebuah organisasi, komunikasi yang

Arah atau penekanan dalam penelitian ini adalah konflik batin tokoh utama tinjauan psikologi sastra pada novel Sang Maharani karya Agnes Jessica dengan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Jati Rumah Gadang Padang, penurunan kadar kolinesterase terjadi pada 18 responden yang telah menggunakan

Gangguan rasa aman nyaman: nyeri berhubungan dengan hiperurisema ditandai dengan pasien tampak meringis, pasien mengatakan nyeri dibagian lutut dan pergelangan kak, intensitas

Dari hasil analisis pada kelompok perlakuan dapat diketahui responden yang mengalami peningkatan sebanyak 29 orang dan sebanyak 1 orang yang tidak mengalami pe- rubahaan

Menurut America DiabetesAssociation (ADA) tahun 2012, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi