BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Dekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana Dekompensasi kordis (DK) atau gagal jantung (GJ) adalah suatu keadaan dimana jantung
jantung tidak tidak dapat dapat mempertahankan mempertahankan sirkulasi sirkulasi yang yang adekuat adekuat yang yang ditandai ditandai oleh oleh adanyaadanya suatu sindroma klinis berupa dispnu (sesak nafas), fatik (saat istirahat atau aktivitas), suatu sindroma klinis berupa dispnu (sesak nafas), fatik (saat istirahat atau aktivitas), dilatasi vena dan edema, yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi dilatasi vena dan edema, yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung.
jantung.
Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi, Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan stres. Akibat lanjut jika penyakit jantung tidak ditangani maka akan mengakibatkan gagal stres. Akibat lanjut jika penyakit jantung tidak ditangani maka akan mengakibatkan gagal jantung, kerusakan otot jantung hingga 40% dan kematian.
jantung, kerusakan otot jantung hingga 40% dan kematian.
Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. (Di Eropa, tiap tahun Insiden penyakit gagal jantung saat ini semakin meningkat. (Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Sedang pada anak
terjadi 1,3 kasus per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Sedang pada anak
–
–
anak yanganak yang menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90% sebelum umur menderita kelainan jantung bawaan, komplikasi gagal jantung terjadi 90% sebelum umur 1 tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 51 tahun, sedangkan sisanya terjadi antara umur 5
–
–
15 tahun. 15 tahun.Di Indonesia,data dari Departemen Kesehatan tahun 2008 menunjukan pasien Di Indonesia,data dari Departemen Kesehatan tahun 2008 menunjukan pasien yang diopname dengan diagnosis decompensasi cordis mencapai 14.449. (Data yang yang diopname dengan diagnosis decompensasi cordis mencapai 14.449. (Data yang diperoleh dari rekammedik Rumah Sakit RK Charitas diperoleh data prevalensi penderita diperoleh dari rekammedik Rumah Sakit RK Charitas diperoleh data prevalensi penderita DC pada tahun 2008 sebanyak 114 orang sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi DC pada tahun 2008 sebanyak 114 orang sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 135 orang, dan pada periode bulan Januari sampai dengan Juni 2010 berjumlah sebanyak 135 orang, dan pada periode bulan Januari sampai dengan Juni 2010 berjumlah sebanyak 72 orang.
72 orang.
Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke Sementara itu, menurut Aulia Sani, penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus dari penyakit tahun. Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus dari penyakit gagal jantung ini pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat gagal jantung ini pada tahun 1997 adalah 248 kasus, kemudian melaju dengan pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah, penanganan hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Karena itulah, penanganan sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yang minimal sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk mencapai angka mortalitas yang minimal terutama pada bayi dan anak-anak.
terutama pada bayi dan anak-anak.
Menurut data yang diperoleh penulis hingga sekarang penyakit jantung merupakan Menurut data yang diperoleh penulis hingga sekarang penyakit jantung merupakan pembunuh
pembunuh nomor nomor satu satu (Sampurno,1993). (Sampurno,1993). WHO WHO menyebutkan menyebutkan rasio rasio penderita penderita gagalgagal jantung di dunia adalah satu sampai
jantung
jantung di di Indonesia Indonesia kini kini diperkirakan diperkirakan mencapai mencapai 20 20 juta juta atau atau sekitar sekitar 10% 10% dari dari jumlahjumlah penduduk di Nusantara
penduduk di Nusantara (www.depkes.go.id)(www.depkes.go.id)..
Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Gagal jantung merupakan tahap akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan masalah kesehatan dunia. Di Asia, akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan masalah kesehatan dunia. Di Asia, terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan konsumsi kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi gaya hidup, peningkatan konsumsi kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi rokok, dan penurunan aktivitas. Akibatnya terjadi peningkatan insiden obesitas, rokok, dan penurunan aktivitas. Akibatnya terjadi peningkatan insiden obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit vaskular yang berujung pada peningkatan hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit vaskular yang berujung pada peningkatan insiden gagal jantung.
insiden gagal jantung.
B.
B. Rumusan MasalahRumusan Masalah
Uraian diatas menunjukkan pentingnya studi kasus tentang bagaimana pelaksanaan Uraian diatas menunjukkan pentingnya studi kasus tentang bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan Decompensasi Cordis di ruang ICCU Rumah asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan Decompensasi Cordis di ruang ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya mulai dari pengkajian sampai Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi asuhan keperawatan serta pendokumentasiannya?
dengan evaluasi asuhan keperawatan serta pendokumentasiannya? C.
C. TujuanTujuan 1.
1. Tujuan UmumTujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan Decompensasi Cordis di Mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan Decompensasi Cordis di ruang ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
ruang ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2.
2. Tujuan KhususTujuan Khusus
a.
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan DecompensasiMampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Decompensasi Cordis
Cordis b.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan DecompensasiMampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Decompensasi Cordis
c.
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan DecompensasiMampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan Decompensasi Cordis
Cordis d.
d. Mampu Mampu melakukan melakukan pelaksanaan keperawatan pelaksanaan keperawatan pada klien pada klien dengan Decompensasidengan Decompensasi Cordis
Cordis e.
e. Mampu Mampu melakukan melakukan evaluasi evaluasi keperawatan keperawatan pada pada klien klien dengan Decompensasidengan Decompensasi Cordis
Cordis f.
f. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalamMampu mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pendokumentasian
pendokumentasian hasil hasil asuhan asuhan keperawatan keperawatan pada pada klien klien dengan dengan DecompensasiDecompensasi Cordis
Cordis
D.
D. ManfaatManfaat 1.
1. Peningkatan Kualitas Asuhan KeperawatanPeningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Menjadi masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga mampu Menjadi masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama pada Decompensasi Cordis meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama pada Decompensasi Cordis melalui pemberian asuhan yang sesuai standar asuhan keperawatan yang melalui pemberian asuhan yang sesuai standar asuhan keperawatan yang komprehensif.
komprehensif.
2.
2. Bagi Profesi KeperawatanBagi Profesi Keperawatan
Diharapkan agar laporan studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi Diharapkan agar laporan studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi
bagi profesi profesi keperawatan keperawatan dalam dalam melaksanakan melaksanakan asuhan asuhan keperawatan keperawatan pada pada pasienpasien dengan Decompensasi Cordis serta sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dengan Decompensasi Cordis serta sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap profesi di masyarakat.
3.
3. Bagi InstitusiBagi Institusi a.
a. Rumah sakitRumah sakit
g.
g. Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi rumah sakit untukSebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit khususnya bagi perawat di ruang ICCU meningkatkan pelayanan rumah sakit khususnya bagi perawat di ruang ICCU RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya dalam memberikan asuhan keperawatan RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan Decompensasi Cordis.
pasien dengan Decompensasi Cordis.
b.
b. PendidikanPendidikan
Memberikan masukan dan sumber informasi bagi institusi Akademi Keperawatan Memberikan masukan dan sumber informasi bagi institusi Akademi Keperawatan Politeknik Kesehatan Palangka Raya dan sebagai perbandingan bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Palangka Raya dan sebagai perbandingan bagi mahasiswa ( i ) dalam pembuatan laporan kasus yang akan datang.
( i ) dalam pembuatan laporan kasus yang akan datang.
E.
E. MetodaMetoda
Data yang diambil dalam studi ini meliputi : Data yang diambil dalam studi ini meliputi : 1.
1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari klien dengan cara melakukanData primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari klien dengan cara melakukan wawancara, data tersebut meliputi identitas klien dan penanggung jawab, riwayat wawancara, data tersebut meliputi identitas klien dan penanggung jawab, riwayat kesehatan klien dan keluarga, kondisi dan gejala fisik klien, pola fungsi kesehatan, kesehatan klien dan keluarga, kondisi dan gejala fisik klien, pola fungsi kesehatan, psikososial-spiritual,
psikososial-spiritual, serta serta berbagai berbagai hal hal yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan segala segala keluhan keluhan dandan respon klien terhadap penyakitnya. Pemeriksaan fisik dan observasi meliputi keadaan respon klien terhadap penyakitnya. Pemeriksaan fisik dan observasi meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan body sistem (pernapasan, pengindraan, , persyarafan, umum, tanda-tanda vital, dan body sistem (pernapasan, pengindraan, , persyarafan, perkemihan, pencernaan, tulang otot-kulit)
perkemihan, pencernaan, tulang otot-kulit) 2.
2. Data sekunder, yaitu diperoleh dengan cara mempelajari status pasien yang berisi catatanData sekunder, yaitu diperoleh dengan cara mempelajari status pasien yang berisi catatan keperawatan,catatan dokter, hasil pemeriksaan laboratorium dan obat-obatan, pemeriksaan keperawatan,catatan dokter, hasil pemeriksaan laboratorium dan obat-obatan, pemeriksaan radiodiagnostik, serta data penunjang yang lain seperti medical record RSUD Dr. Doris radiodiagnostik, serta data penunjang yang lain seperti medical record RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. A. PengertianPengertian
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994) .
ramali.1994) .
Dekompensasi kordis
Dekompensasi kordis adalah suatu adalah suatu keadaan dimana terjadi keadaan dimana terjadi penurunan kemampuanpenurunan kemampuan fungsi
fungsi kontraktilitas kontraktilitas yang yang berakibat berakibat pada pada penurunan penurunan fungsi fungsi pompa pompa jantung jantung ( ( Tabrani,Tabrani, 1998; Price ,1995).
1998; Price ,1995).
Decompensasi Cordis adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan Decompensasi Cordis adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme dan darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme dan oksigen. (Nugroho, 2011: 269)
oksigen. (Nugroho, 2011: 269)
Dari beberapa definisi diatas dapat dsimpulkan bahwa Decompensasi Cordis Dari beberapa definisi diatas dapat dsimpulkan bahwa Decompensasi Cordis adalah ketidakmampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi adalah ketidakmampuan jantung memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi metabolisme tubuh, sehingga terjadi defisit penyaluran o
metabolisme tubuh, sehingga terjadi defisit penyaluran o22 ke organ-organ tubuh lainya. ke organ-organ tubuh lainya.
B.
B. KlasifikasiKlasifikasi
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :
kelas : 1.
1. Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan. 2.
2. Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitasKelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
sehari hari tanpa keluhan. 3.
3. Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan. 4.
4. Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harusKelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah baring.
Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi : :
1.
1. Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiriDecompensasi cordis kiri/gagal jantung kiri
Dengan berkurangnya
Dengan berkurangnya curah jantung curah jantung pada gagal pada gagal jantung jantung mengakibatkanmengakibatkan pada
pada akhir akhir sistol sistol terdapat terdapat sisa sisa darah darah yang yang lebih lebih banyak banyak dari dari keadaan keadaan keadaankeadaan normal sehingga pada masa diatol berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan normal sehingga pada masa diatol berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan distol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan didaerah natrium tekanan distol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan didaerah natrium kiri berakibat tejadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri kiri berakibat tejadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri (normal 10-12 mmHg) dan diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh (normal 10-12 mmHg) dan diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan pebuluh darah kapiler di
pulmonalis dan pebuluh darah kapiler di paru, karena ventrikel kanan masih sehatparu, karena ventrikel kanan masih sehat memompa darah
memompa darah terus dalam terus dalam atrium dalam atrium dalam jumlah yang jumlah yang sesuai dalam sesuai dalam waktuwaktu cepat tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga cepat tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari pembuluh kapiler melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari pembuluh kapiler paru- paru.
paru.
Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis, Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis, terjadi
terjadi transudasi cairanin transudasi cairanin tertisiel tertisiel bronkus mengakibatkan edema bronkus mengakibatkan edema aliran udaraaliran udara menjadi terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan menjadi lebih menjadi terganggu biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan menjadi lebih panjang
panjang yang yang lebih lebih dikenal dikenal asma asma kardial fase kardial fase permulaan permulaan pada pada gagal jantugagal jantung, ng, bilabila tekanan di kapiler makin meninggi cairan transudasi makin bertambah akan tekanan di kapiler makin meninggi cairan transudasi makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik karena ketidaka mampuan limfatik untuk, keluar dari saluran limfatik karena ketidaka mampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg)
menampungnya (>25 mmHg) sehingga akan tertahan di sehingga akan tertahan di jaringan intertissiel jaringan intertissiel paru- paru- paru yang
paru yang makain lama makain lama akan menakan menggangu alveoli ggangu alveoli sebagai tempat sebagai tempat pertukaran udarapertukaran udara mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok yang mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok yang lebih dikenal
lebih dikenal dengan syak dengan syak cardiogenik diatandai cardiogenik diatandai dengan dengan tekanan diatol tekanan diatol menjadimenjadi lemah dan rendah
lemah dan rendah serta perfusi serta perfusi menjadi sangat kurang menjadi sangat kurang berakibat berakibat terdi asidosisterdi asidosis otot-otot jantung yang berakibat kematian.
otot-otot jantung yang berakibat kematian.
Gagalnya khususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah yang Gagalnya khususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung oksigen tubuh yang berakibat dua hal:
mengandung oksigen tubuh yang berakibat dua hal: a.
a. Tanda-tanda dan gejela penurunan cardiak output seperit dyspnoe de effortTanda-tanda dan gejela penurunan cardiak output seperit dyspnoe de effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada saat berbaring (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada saat berbaring dan dapat
dan dapat dikurangi pada dikurangi pada saat duduk atsaat duduk atau berdiri.kemudian au berdiri.kemudian dispnue nokturaldispnue noktural paroksimalis (sesak nafas pada malam hari atau sesak pada saat terbangun) paroksimalis (sesak nafas pada malam hari atau sesak pada saat terbangun)
b.
b. Dan kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yangDan kongesti paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang bertambah, penurunan pada pusat pernafasan, edema paru, takikakrdia,
bertambah, penurunan pada pusat pernafasan, edema paru, takikakrdia, c.
c. Disfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi distolik dini ( prosesDisfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi distolik dini ( proses aktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan dindiing ventrikel .
aktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan dindiing ventrikel .
2.
2. Decompensasi cordis kananDecompensasi cordis kanan
Kegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memompa Kegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memompa melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat membaliknya
membaliknya kembali kembali kedalam kedalam sirkulasi sirkulasi sistemik, sistemik, peningkatan peningkatan volume vena volume vena dandan tekanan
tekanan mendorong mendorong cairan cairan keintertisiel keintertisiel masuk masuk kedalam(edema kedalam(edema perier) perier) (long,(long, 1996).
1996).
Kegagalan ini
Kegagalan ini akibat jantung kanan akibat jantung kanan tidak dapat khususnya tidak dapat khususnya ventrikel kananventrikel kanan tidak bisa berkontraksi dengan optimal , terjadi bendungan di atrium kanan dan tidak bisa berkontraksi dengan optimal , terjadi bendungan di atrium kanan dan vena kava superior dan inferiordan tampak gejal yang ada adalah udemaperifer, vena kava superior dan inferiordan tampak gejal yang ada adalah udemaperifer, hepatomegali,
hepatomegali, splenomegali, splenomegali, dan tampak dan tampak nyata nyata penurunan tekanan penurunan tekanan darah yangdarah yang cepat, hal ini akibaat vetrikel kanan pada saat sistol tidak mampu mempu darah cepat, hal ini akibaat vetrikel kanan pada saat sistol tidak mampu mempu darah keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan makin keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan makin meningkat demikian pula mengakibatkan tekanan dalam atrium meninggi diikuti meningkat demikian pula mengakibatkan tekanan dalam atrium meninggi diikuti oleh bendungan darah vena kava superior dan vena kava inferior serta seluruh oleh bendungan darah vena kava superior dan vena kava inferior serta seluruh sistem vena tampak gejal klinis adalah terjadinya bendungan vena jugularis sistem vena tampak gejal klinis adalah terjadinya bendungan vena jugularis eksterna, bven hepatika (tejadi hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan eksterna, bven hepatika (tejadi hepatomegali, vena lienalis (splenomegali) dan bendungan-bedungan
bendungan-bedungan pada pada pada pada ena-vena ena-vena perifer. perifer. Dan Dan apabila apabila tekanan tekanan hidristikhidristik pada
pada di di pembuluh pembuluh kapiler kapiler meningkat meningkat melampui melampui takanan takanan osmotik osmotik plasma plasma makamaka terjadinya edema perifer.
terjadinya edema perifer.
C.
C. EtiologiEtiologi
Mekanisme
Mekanisme fisiologis fisiologis yang yang menyebabkan menyebabkan timbulnya dekompensasi timbulnya dekompensasi kordis kordis adalahadalah keadaan-keadaan y
keadaan-keadaan yang ang meningkatkan meningkatkan beban beban awal, awal, beban beban akhir akhir atau atau yang yang menurunkanmenurunkan kontraktilitas
kontraktilitas miokardium. Keadaan ymiokardium. Keadaan yang meningkatkan beban ang meningkatkan beban awal awal seperti regurgitasseperti regurgitasii aorta, dan cacat
aorta, dan cacat septum ventrikel. septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadikeadaan dimana terjadi stenosis
infark
infark miokard atau miokard atau kardiomyopati. kardiomyopati. Faktor lFaktor lain ain yang dapat yang dapat menyebabkan jantung menyebabkan jantung gagalgagal sebagai pompa adalah g
sebagai pompa adalah gangguan angguan pengisisan ventrikel ( pengisisan ventrikel ( stenosis katup atrstenosis katup atrioventrikuler ),ioventrikuler ), gangguan pada pengisian
gangguan pada pengisian dan ejeksi dan ejeksi ventrikel (perventrikel (perikarditis konstrikarditis konstriktif dan iktif dan temponadetemponade jantung).
jantung). Dari Dari seluruh seluruh penyebab penyebab tersebut tersebut diduga diduga yang yang paling paling mungkin mungkin terjadi terjadi adalahadalah pada
pada setiap setiap kondisi kondisi tersebut tersebut mengakibatkan mengakibatkan pada pada gangguan gangguan penghantaran penghantaran kalsium kalsium didi dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil ( Price. Sylvia A, 1995).
1995).
Penyebab kegagalan jantung dikategori kepada tiga penyebab : Penyebab kegagalan jantung dikategori kepada tiga penyebab : 1.
1. Stroke volume : isi sekuncupStroke volume : isi sekuncup 2.
2. Kontraksi kardiakKontraksi kardiak 3.
3. Preload Preload dan dan afterloadafterload Meliputi :
Meliputi : a.
a. Kerusakan langsKerusakan langsung pada ung pada jantung (berkurang jantung (berkurang kemampuan berkontraksi), kemampuan berkontraksi), infarkinfark myocarditis, myocarial fibrosis, aneurysma ventricular
myocarditis, myocarial fibrosis, aneurysma ventricular b.
b. Ventricular overload terlalu banyak pengisian dari ventricleVentricular overload terlalu banyak pengisian dari ventricle c.
c. Overload tekanan (kebanyakan pengisian akhir : stenosis aorta atau arteriOverload tekanan (kebanyakan pengisian akhir : stenosis aorta atau arteri pulmonal, hipertensi pulmonari
pulmonal, hipertensi pulmonari d.
d. Keterbatasan pengisian sistolik ventricularKeterbatasan pengisian sistolik ventricular e.
e. Pericarditis konstriktif atau cardomyopati, atau aritmi, kecepatan yangPericarditis konstriktif atau cardomyopati, atau aritmi, kecepatan yang tinggi,tamponade, mitra; stenosis
tinggi,tamponade, mitra; stenosis f.
f. Ventrucular Ventrucular overload (overload (kebanyakan preload) kebanyakan preload) regurgitasi regurgitasi dari dari aourta, aourta, defek defek seftumseftum ventricalar
ventricalar
D.
D. PatofisiologiPatofisiologi
Bila kekuatan jantung untuk menapung stres tidak mencukupi dalam memenuhi Bila kekuatan jantung untuk menapung stres tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan gagal untuk melakukan tugasnya sebagai kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan gagal untuk melakukan tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjala yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal, organ pemompa, sehingga terjala yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah
jantung
jantung adalah adalah penting. penting. Semua Semua respon respon ini ini menunjukan menunjukan upaya upaya tubuh tubuh untukuntuk mempertahankan perfungsi organ vital normal.
mempertahankan perfungsi organ vital normal.
Sebagai respon tehadap gagal jantung, ada tiga mekanisme respon primer, yaitu Sebagai respon tehadap gagal jantung, ada tiga mekanisme respon primer, yaitu meningkatnya aktivitas. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan meningkatnya aktivitas. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung
jantung pada pada tingkat tingkat normal normal atau atau hampir hampir normal normal pada pada gagal gagal jantung jantung dini dini pada pada keadaankeadaan normal.
normal.
Berdasarkan hubungan
Berdasarkan hubungan antara aktivitas antara aktivitas tubuh dengan tubuh dengan keluhan dekompensasi dapatkeluhan dekompensasi dapat dibagi berdasarkan klisifikasi sebagai berikut:
dibagi berdasarkan klisifikasi sebagai berikut: 1.
1. Pasien dengan Penyakit Jantung tetapi tidak memiliki keluhan pd kegiatan sehari-hariPasien dengan Penyakit Jantung tetapi tidak memiliki keluhan pd kegiatan sehari-hari 2.
2. Pasien dengan penyakit jantung yang menimbulkan hambtan aktivitas hanya sedikit,Pasien dengan penyakit jantung yang menimbulkan hambtan aktivitas hanya sedikit, akan tetapi jika ada kegiatan berl
akan tetapi jika ada kegiatan berlebih akan menimbulkan capek, ebih akan menimbulkan capek, berdebar, sesak sertaberdebar, sesak serta angina
angina 3.
3. Pasien dengan penyakit Pasien dengan penyakit jantung jantung dimana aktivitas jasmdimana aktivitas jasmani sangat ani sangat terbatas dan terbatas dan hanyahanya merasa sehat jika beristirahat.
merasa sehat jika beristirahat. 4.
4. Pasien dengan penyakit jantung yang sedikit saja bergerak langsung menimbulkanPasien dengan penyakit jantung yang sedikit saja bergerak langsung menimbulkan sesak nafas atau istirahat juga menimbulkan sesak nafas.
Konsep terjadinya gagal jantung dan efeknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar Konsep terjadinya gagal jantung dan efeknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar dapat dilihat pada gambar berikut :
E.
F.
F. Manifestasi klinisManifestasi klinis
Dampak dari cardiak output dan kongest
Dampak dari cardiak output dan kongesti yang terjadi sistem i yang terjadi sistem vena atau sisitem vena atau sisitem pulmonalpulmonal antara lain : antara lain : 1. 1. LelahLelah 2. 2. AnginaAngina 3. 3. CemasCemas 4.
4. Oliguri. Penurunan aktifitas GIOliguri. Penurunan aktifitas GI 5.
5. Kulit dingin dan pucatKulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antaralai : Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri, antaralai : 1. 1. DyspneaDyspnea 2. 2. BatukBatuk 3. 3. OrthopeaOrthopea 4.
4. Reles paruReles paru 5.
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paruHasil x-ray memperlihatkan kongesti paru
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan : Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
1.
1. Edema periferEdema perifer 2.
2. Distensi vena leherDistensi vena leher 3.
3. Hati membesarHati membesar 4.
4. Peningkatan central venous pressure (CPV)Peningkatan central venous pressure (CPV)
Menurut Ardiansyah (2012:28), manifestasi klinis dari Decompensasi Cordis meliputi : Menurut Ardiansyah (2012:28), manifestasi klinis dari Decompensasi Cordis meliputi :
1.
1. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang menggangguDispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun beraktivitas
pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun beraktivitas 2.
2. Orthopnea, yaitu kesulitan bernafas saat penderita berbaring.Orthopnea, yaitu kesulitan bernafas saat penderita berbaring. 3.
3. Proximal, yaitu nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi saat pasien duduk lamaProximal, yaitu nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi saat pasien duduk lama dengan posisi kaki atau tangan dibawah atau setelah pergi berbaring ditempat tidur. dengan posisi kaki atau tangan dibawah atau setelah pergi berbaring ditempat tidur. 4.
5.
5. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang sehinggaMudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen.
menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen. 6.
6. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan.Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan. Disfungsi ventrikel kanan dengan tanda-tanda berikut: Disfungsi ventrikel kanan dengan tanda-tanda berikut: 1.
1. Edema ekstremitas bawah.Edema ekstremitas bawah. 2.
2. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kana atas.Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kana atas. 3.
3. Anoreksia dan mual.Anoreksia dan mual. 4.
4. Rasa ingin kencing pada malam hari.Rasa ingin kencing pada malam hari. 5.
5. Badan lemah akibat menurunya curah jantung.Badan lemah akibat menurunya curah jantung.
G.
G. KomplikasiKomplikasi 1.
1. shock kardiogenikshock kardiogenik
Shock kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri. Shock kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri. Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada fungsi jaringan dan penhantaran Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada fungsi jaringan dan penhantaran oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus shock oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus shock kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut. Gangguan ini disebabkan kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut. Gangguan ini disebabkan oleh kehilangan 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di oleh kehilangan 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel, karena ketidak seimbangan antara kebutuhan dan persendian seluruh ventrikel, karena ketidak seimbangan antara kebutuhan dan persendian oksigen miokardium
oksigen miokardium
2.
2. Edema paru-paruEdema paru-paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul di bagian Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul di bagian tubuh mana saja, termasuk faktor apapun yang menyebabkan cairan interstitial tubuh mana saja, termasuk faktor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru- paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. (Ardiansyah, 2012: 30).
paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. (Ardiansyah, 2012: 30).
H.
H. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang
1.
1. Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis.Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis. 2.
2. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik fisik EKG EKG untuk untuk melihat melihat ada ada tidaknya tidaknya infark infark myocardial myocardial akut, akut, dandan guna mengkaji kompensaai seperti hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium guna mengkaji kompensaai seperti hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak
3.
3. Echocardiografi dapat Echocardiografi dapat membantu evaluasi mmembantu evaluasi miokard iokard yang iskemik yang iskemik atau nekrotik padaatau nekrotik pada penyakit jantung kotoner
penyakit jantung kotoner 4.
4. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantungFilm X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantung 5.
5. esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utukesho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utuk menyajikan data tentang fungsi jantung.
menyajikan data tentang fungsi jantung. 6.
6. Foto polos dadaFoto polos dada a.
a. Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasiProyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.
arteria pulmonalis. b.
b. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri danProyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikel kanan.
pembesaran ventrikel kanan. 7.
7. Kateterisasi jantung dan Sine AngiografiKateterisasi jantung dan Sine Angiografi Didapatkan gradien tekanan
Didapatkan gradien tekanan antara atrium antara atrium kiri dan ventrkiri dan ventrikel ikel kiri pada kiri pada saat distol.saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup
ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.mitral.
I.
I. PenatalaksanaanPenatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sbb: Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sbb: 1.
1. perbaikan perbaikan suplai suplai oksigen oksigen /mengurangi /mengurangi kongesti kongesti : : pengobatan pengobatan dengan dengan oksigen,oksigen, pengaturan
pengaturan posisi posisi pasien pasien deni deni kebcaran kebcaran nafas nafas , , peningkatan peningkatan kontraktilitas kontraktilitas myocrdialmyocrdial (obatan inotropis positif), penurunan preload (pembatan sodium, diuretik, (obatan inotropis positif), penurunan preload (pembatan sodium, diuretik, obat-obatan, dilitasi vena) , penurunan afterload (obat0obatan dilatasi arteri, obat dilatasi obatan, dilitasi vena) , penurunan afterload (obat0obatan dilatasi arteri, obat dilatasi arterivena, inhibitor ACE
arterivena, inhibitor ACE 2.
2. Meningkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan menurunkan kosumsi O2Meningkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan menurunkan kosumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktivitas
melalui istirahat/ pembatasan aktivitas 3.
3. Memperbaiki kontraktilitas otot jantungMemperbaiki kontraktilitas otot jantung a.
a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, danMengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan aritmia.
aritmia. b.
b. Digitalisasi :Digitalisasi : 1)
a)
a) Digoksin oral untuk Digitalisasi cepat 0,5-2mg dalam 4-6 dosis selamaDigoksin oral untuk Digitalisasi cepat 0,5-2mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari
24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari b)
b) Digoksin iv 0,75-1mg dalam 4 dDigoksin iv 0,75-1mg dalam 4 dosis selama 24 jamosis selama 24 jam c)
c) Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jamCedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam 2)
2) Dosis penunjang Dosis penunjang untuk gagal untuk gagal jantung jantung : dogoksin : dogoksin 0,25 mg 0,25 mg sehari. Untuksehari. Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan. 3)
3) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mgDosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg 4)
4) Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang beratDigitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat a)
a) Digoksin : 1-1,5 mg iv perlahan-lahanDigoksin : 1-1,5 mg iv perlahan-lahan b)
b) Cedilanid 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan. (Arif, 2000: 435)Cedilanid 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan. (Arif, 2000: 435)
J.
J. Konsep Asuhan KeperawatanKonsep Asuhan Keperawatan 1.
1. PengkajianPengkajian
a.
a. Aktivitas dan IstirahatAktivitas dan Istirahat Gejala
Gejala : : Mengeluh Mengeluh lemah, lemah, cepat cepat lelah, lelah, pusing, pusing, rasa rasa berdenyut berdenyut dan dan berdebar.berdebar. Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringat Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
malam hari). Tanda:
Tanda: Takikardia, Takikardia, perubahan perubahan tekanan tekanan darah, darah, pingsan pingsan karena karena kerja, kerja, takpineu,takpineu, dispneu.
dispneu. b.
b. SirkulasiSirkulasi Gejala:
Gejala: Menyatakan memiliki Menyatakan memiliki riwayat riwayat demam reumatik demam reumatik hipertensi, kongenital:hipertensi, kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.
hipovolema. Tanda:
Tanda: Getaran sistoliGetaran sistolik pada apek, k pada apek, bunyi jantung; bunyi jantung; S1 keras, S1 keras, pembukaan yangpembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak
keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.teratur; fibrilasi arterial. c.
c. Integritas EgoIntegritas Ego Tanda:
Tanda: menunjukan kecemasan; gelmenunjukan kecemasan; gelisah, pucat, isah, pucat, berkeringat, gemetar. berkeringat, gemetar. Takut akanTakut akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna. kepribadian kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna. kepribadian neurotic.
neurotic. d.
Gejala:
Gejala: Mengeluh terjadi Mengeluh terjadi perubahan berat perubahan berat badan, sering badan, sering penggunaan diuretik.penggunaan diuretik. Tanda:
Tanda: Edema umum, Edema umum, hepatomegali dan hepatomegali dan asistes, perasistes, pernafasan payah nafasan payah dan bisingdan bising terdengar krakela dan mengi.
terdengar krakela dan mengi. e.
e. Neurosensoris Neurosensoris Gejala:
Gejala: Mengeluh Mengeluh kesemutan, kesemutan, pusingpusing Tanda: Kelemahan
Tanda: Kelemahan f.
f. PernafasanPernafasan Gejala:
Gejala: Mengeluh sesak, batMengeluh sesak, batuk menetap atau uk menetap atau nokturnal.nokturnal. Tanda:
Tanda: Takipneu, Takipneu, bunyi nafasbunyi nafas; ; krekels, krekels, mengi, mengi, sputum sputum berwarna berwarna bercak darah,bercak darah, gelisah.
gelisah. g.
g. KeamananKeamanan Gejala:
Gejala: Proses infeksProses infeksi/sepsis, riwayi/sepsis, riwayat operasiat operasi Tanda:
Tanda: Kelemahan Kelemahan tubuhtubuh h.
h. Penyuluhan/pembelajaranPenyuluhan/pembelajaran Gejala:
Gejala: Menanyakan tentang Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.keadaan penyakitnya. Tanda:
Tanda: Menunjukan Menunjukan kurang kurang informasi.informasi.
2.
2. DiagnosaDiagnosa
a.
a. Menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitasMenurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan kond
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan kond uksi elektrikat.uksi elektrikat. b.
b. Nyeri Nyeri yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan ketidakseimbangan ketidakseimbangan suplai suplai darah darah dan dan oksigenoksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder daru penurunan suplai darah ke dengan kebutuhan miokardium sekunder daru penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
miokardium, peningkatan produksi asam laktat. c.
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan, kongestiKerusakan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial. paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial. d.
d. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidakPola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut.
optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut. e.
e. Gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya gurah jantung.Gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya gurah jantung. f.
f. Penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan penurunan aliran darahPenurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak.
ke otak. g.
h.
h. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplaiIntoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung. oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung. i.
i. Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yangAktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia.
berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia. j.
j. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya sesakGangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya sesak napas.
napas. k.
k. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atauCemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
perubahan kesehatan.
3.
3. IntervensiIntervensi
a.
a. Menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitasMenurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan kond
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan kond uksi elektrikat.uksi elektrikat. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam penurunan penurunan curah curah jantung jantung dapatdapat teratasi.
teratasi. kriteria
kriteria hasil hasil : : Klien Klien akan akan melaporkan melaporkan penurunan penurunan episode episode dispnea.dispnea. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Kaji dan Kaji dan laporkan tanda penurunan laporkan tanda penurunan curah jantung.curah jantung. 2)
2) Catat Catat bunyi bunyi jantung.jantung. 3)
3) Palpasi Palpasi nadi nadi perifer.perifer. 4)
4) Istirahkan Istirahkan pasien dengan tirah pasien dengan tirah baring optimal.baring optimal. Rasionalisasi :
Rasionalisasi : 1)
1) Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang lebihKejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.
dari 24 jam pertama. 2)
2) S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallopS1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral. yang distensi murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral. 3)
3) Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya nadi, radial,Penurunan curah jantung menunjukkan menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial.
popliteal, dorsalis pedis, dan postibial. 4)
4) Oleh karena jantung tidak dapat diharapkan untuk benar-benar istirahatOleh karena jantung tidak dapat diharapkan untuk benar-benar istirahat untuk sembuh seperti luka pada patah tulang, maka hal terbaik yang untuk sembuh seperti luka pada patah tulang, maka hal terbaik yang
dilakukan adalah mengistirahatkan klien. Melalui inaktivitas, kebutuhan dilakukan adalah mengistirahatkan klien. Melalui inaktivitas, kebutuhan pemompaan jantung.
pemompaan jantung. b.
b. Nyeri Nyeri yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan ketidakseimbangan ketidakseimbangan suplai suplai darah darah dan dan oksigenoksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder daru penurunan suplai darah ke dengan kebutuhan miokardium sekunder daru penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
miokardium, peningkatan produksi asam laktat. Tujuan
Tujuan :Dalam :Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam tidak tidak ada ada keluhan keluhan dan dan terdapat terdapat penurunanpenurunan respons nyeri dada
respons nyeri dada Kriteria
Kriteria hasil hasil :Secara subjektif :Secara subjektif klien menyatakan klien menyatakan penurunan rasa nyeri penurunan rasa nyeri dada.dada. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebarannya.Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebarannya. 2)
2) Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera. 3)
3) Lakukan manajemen nyeri keperawatan:Lakukan manajemen nyeri keperawatan: 4)
4) Atur posisi fisilogis.Atur posisi fisilogis. 5)
5) Istirahatkan pasien.Istirahatkan pasien. 6)
6) Ajarkan teknik telaksasi pernapasan dalamAjarkan teknik telaksasi pernapasan dalam 7)
7) kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina.kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina. Rasionalisasi:
Rasionalisasi: 1)
1) Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuanVariasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
pengkajian. 2)
2) Nyeri Nyeri berat berat dapat dapat menyebabkan menyebabkan syok syok kardiogenik kardiogenik yang yang berdampak berdampak padapada kematian mendadak.
kematian mendadak. 3)
3) Posisi fisiologis akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan pPosisi fisiologis akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan p erifer.erifer. 4)
4) Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dariMeningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak.
iskemia jaringan otak. 5)
5) Obat-obatan antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, baikObat-obatan antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan dengan menambah suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
miokardium akan oksigen.
c.
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan, kongestiKerusakan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan, kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial. paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial.
Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam tidak tidak ada ada keluhan keluhan sesak sesak atau atau terdapatterdapat penurunan respons sesak napas.
penurunan respons sesak napas. Kriteria
Kriteria hasil hasil :Secara subjektif :Secara subjektif klien menyatakan klien menyatakan penurunan sesak napas.penurunan sesak napas. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Berikan tBerikan tambahan O2 ambahan O2 6 liter6 liter/menit./menit. 2)
2) Koreksi keseimbangan asam basa.Koreksi keseimbangan asam basa. 3)
3) Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan napas dalam.Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan napas dalam. 4) 4) KolaborasiKolaborasi - - RL RL 500 500 cc/24 cc/24 jamjam - - Digoxin Digoxin 1-0-01-0-0 Rasionalisasi : Rasionalisasi : 1)
1) Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas. 2)
2) Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernapasan.Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernapasan. 3)
3) Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehinggaKongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
berdampak pada timbulnya hipoksia. 4)
4) Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat mengurangiMeningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat mengurangi timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan pertukaran gas.
timbulnya edema dan dapat mencegah gangguan pertukaran gas. d.
d. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidakPola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut.
optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam tidak tidak terjadi terjadi perubahan perubahan pola pola napas.napas. Kriteria
Kriteria hasil hasil : Klien : Klien tidak sesak tidak sesak napas.napas. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Auskultasi bunyi napas (krakles).Auskultasi bunyi napas (krakles). 2)
2) Kaji adanya edema.Kaji adanya edema. 3)
3) Ukur intake dan output.Ukur intake dan output. 4)
4) Kolaborasi dalam pemberian diet tanpa garam.Kolaborasi dalam pemberian diet tanpa garam. Rasionalisasi :
Rasionalisasi : 1)
1) Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung. 2)
2) Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan. 3)
3) Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensiPenurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan keluaran urine.
4)
4) Natrium Natrium meningkatkan meningkatkan retensi retensi cairan cairan dan dan meningkatkan meningkatkan volume volume plasma plasma yangyang berdampak
berdampak terhadap terhadap peningkatan peningkatan beban beban kerja kerja jantung jantung dan dan akan akan membuatmembuat kebutuhan miokardium meningkat.
kebutuhan miokardium meningkat.
e.
e. Gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya gurah jantung.Gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya gurah jantung. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 2 2 x x 24 24 jam jam perfusi perfusi perifer perifer meningkat.meningkat. Kriteria
Kriteria hasil hasil : : klien klien tidak tidak mengeluh mengeluh pusing,TTV pusing,TTV dalam dalam batas batas normal.normal. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan.Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan. 2)
2) Kaji warna kulit, suhu, sianosisKaji warna kulit, suhu, sianosis 3)
3) Kaji kualitas peristaltik, jika perlu pasang sonde.Kaji kualitas peristaltik, jika perlu pasang sonde. 4)
4) Pantau urine output.Pantau urine output. 5)
5) Kolaborasi : Pertahankan cara masuk hepaKolaborasi : Pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi.rin (IV) sesuai indikasi. Rasionalisasi :
Rasionalisasi : 1)
1) Hipotensi dapat terjadi juga disfungsi ventrikel.Hipotensi dapat terjadi juga disfungsi ventrikel. 2)
2) Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer. 3)
3) Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine.Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine. 4)
4) Jalur yang paten untuk pemberian obat darurat.Jalur yang paten untuk pemberian obat darurat.
f.
f. Penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan penurunan aliran darahPenurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak.
ke otak. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 2 2 x x 24 24 jam jam tidak tidak terjadi terjadi penurunan penurunan tingkattingkat kesadaran.
kesadaran. Kriteria hasi
Kriteria hasil l : Klien ti: Klien tidak mengeluh pusing, TTV dak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal.dalam batas normal. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Kaji status mental klien secara teratur.Kaji status mental klien secara teratur. 2)
2) Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran pasien.Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran pasien. 3)
3) Kurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respons valsava/aktivitas.Kurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respons valsava/aktivitas. 4)
4) Catat adanya keluhan pusing.Catat adanya keluhan pusing. Rasionalisasi :
Rasionalisasi : 1)
2)
2) Bukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral adalahBukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral adalah adanya perubahan respons sensori dan penurunan tingkat kesadara.
adanya perubahan respons sensori dan penurunan tingkat kesadara. 3)
3) Respons valsava akan meningkatkan beban jantung sehingga akanRespons valsava akan meningkatkan beban jantung sehingga akan menurunkan curah jantung ke otak.
menurunkan curah jantung ke otak. 4)
4) Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah keKeluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak yang parah.
jaringan otak yang parah.
g.
g. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan cairan sistemik.Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan cairan sistemik. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam tidak tidak terjadi terjadi kelebihan kelebihan volume volume cairancairan sistemik.
sistemik. Kriteria
Kriteria hasil hasil : Klien : Klien tidak sesak tidak sesak napasnapas Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Kaji adanya edema ekstremitas.Kaji adanya edema ekstremitas. 2)
2) Kaji tekanan darah.Kaji tekanan darah. 3)
3) Kaji distensi vena jugularis.Kaji distensi vena jugularis. 4)
4) Ukur intake dan output.Ukur intake dan output. 5)
5) Kolaborasi berikan diet tanpa garam.Kolaborasi berikan diet tanpa garam.
Rasionalisasi : Rasionalisasi :
1)
1) Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan. 2)
2) Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yangSebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung.
dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung. 3)
3) Peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan yang dapatPeningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan yang dapat dipantau melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis.
dipantau melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis. 4)
4) Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensiPenurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan keluaran urine.
natrium/air, dan penurunan keluaran urine. 5)
5) Namun meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma. Namun meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma.
h.
h. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplaiIntoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung. oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung.
Tujuan
Tujuan : : Aktivitas Aktivitas sehari-hari sehari-hari klien klien terpenuhi terpenuhi dan dan meningkatnyameningkatnya kemampuan beraktivitas.
kemampuan beraktivitas. Kriteria
Kriteria hasil hasil : Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala: Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat.
yang berat. Intervensi : Intervensi : 1)
1) Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD, selama dan sesudahCatat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD, selama dan sesudah beraktivitas.
beraktivitas. 2)
2) Pertahankan klien pada posisi tirah baring sementara sakit akut.Pertahankan klien pada posisi tirah baring sementara sakit akut. 3)
3) Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis. 4)
4) Pertahankan penambahan O2 , sesuai kebutuhan.Pertahankan penambahan O2 , sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : Rasionalisasi :
1)
1) Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan adanya penurunanRespons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan adanya penurunan oksigen miokard.
oksigen miokard. 2)
2) Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen. 3)
3) Untuk mengurangi beban jantung.Untuk mengurangi beban jantung. 4)
4) Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venous return.Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu venous return. 5)
5) Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
i.
i. Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yangAktual/risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia.
berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan anoreksia. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam terdapat terdapat peningkatan peningkatan dalam dalam pemenuhanpemenuhan nutrisi.
nutrisi. Kriteria
Kriteria hasil hasil : klien secara subjektif termotivasi untuk : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhanmelakukan pemenuhan nutrisi sesuai anjuran.
nutrisi sesuai anjuran. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini. 2)
2) Anjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan di rumah sakit.Anjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan di rumah sakit. 3)
3) Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet TKTPRG.Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet TKTPRG. 4)
4) Kolaborasi : Dengan nutrisi tentang pemenuhan diet klien, PemberianKolaborasi : Dengan nutrisi tentang pemenuhan diet klien, Pemberian multivitamin.
Rasionalisasi : Rasionalisasi : 1)
1) Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan.Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan. 2)
2) Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu prosesUntuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu proses penyembuhan klien.
penyembuhan klien. 3)
3) Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat perbaikanUntuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi beban kerja jantung.
kondisi, serta mengurangi beban kerja jantung. 4)
4) Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien.Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien. 5)
5) Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan asupan nutrisi secaraMemenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan asupan nutrisi secara umum dan memperbaiki daya tahan.
umum dan memperbaiki daya tahan.
j.
j. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya sesakGangguan pemenuhan istirahat dan tidur yang berhubungan dengan adanya sesak napas.
napas. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam keluhan keluhan gangguan gangguan pemenuhan pemenuhan tidurtidur berkurang
berkurang Kriteria
Kriteria hasil hasil : : Klien Klien tidak tidak mengeluh mengeluh mangantuk.mangantuk. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Catat pola istirahat dan tidur klien siang dan Catat pola istirahat dan tidur klien siang dan malam hari.malam hari. 2)
2) Atur posisi fisiologis.Atur posisi fisiologis. 3)
3) Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai denganBerikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi.
indikasi. 4)
4) Kolaborasi pemberian obat sedatif.Kolaborasi pemberian obat sedatif.
Rasionalisasi : Rasionalisasi : 1)
1) Variasi penampilan dan perilaku Klien dalam pVariasi penampilan dan perilaku Klien dalam pemenuhan istirahat serta tidur.emenuhan istirahat serta tidur. 2)
2) Posisi fisiologismana mengakibatkan asupan O2 dan rasa nyaman.Posisi fisiologismana mengakibatkan asupan O2 dan rasa nyaman. 3)
3) Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium.Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium. 4)
4) Meningkatkan istirahat/relaksasi dan membantu klien dalam memenuhiMeningkatkan istirahat/relaksasi dan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidur.
k.
k. Risiko tinggi cedera yang berhubung dengan pusing dan kelemahan.Risiko tinggi cedera yang berhubung dengan pusing dan kelemahan. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 3 3 x x 24 24 jam jam tidak tidak terjadi terjadi cidera cidera kepala kepala pada pada klien.klien. Kriteria hasi
Kriteria hasil l : Klien ti: Klien tidak terjatuh, TTV daldak terjatuh, TTV dalam batas normal.am batas normal. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Catat pola istirahat dan tidur klien siang dan malam hari.Catat pola istirahat dan tidur klien siang dan malam hari. 2)
2) Pantau adanya pengaman pada tempat tidur klien.Pantau adanya pengaman pada tempat tidur klien. 3)
3) Atur posisi fisiologis.Atur posisi fisiologis. Rasionalisasi :
Rasionalisasi : 1)
1) Variasi penampilan dan perilaku klien dalam pemenuhan istirahat dan tidurVariasi penampilan dan perilaku klien dalam pemenuhan istirahat dan tidur sebagai temuan pengkajian.
sebagai temuan pengkajian. 2)
2) Tempat tidur dengan adanya pengaman / pagar tempat tidur dapat mencegahTempat tidur dengan adanya pengaman / pagar tempat tidur dapat mencegah klien jatuh pada saat gelisah dan mengalami kelemahan.
klien jatuh pada saat gelisah dan mengalami kelemahan. 3)
3) Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 dan rasa nyaman.Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 dan rasa nyaman.
l.
l. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atauCemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
perubahan kesehatan. Tujuan
Tujuan : : Dalam Dalam waktu waktu 1 1 x x 24 24 jam jam kecemasan kecemasan klien klien berkurang.berkurang. Kriteria
Kriteria hasil hasil : Klien : Klien menyatakan kecemasan menyatakan kecemasan berkurang.berkurang. Intervensi :
Intervensi : 1)
1) Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut. 2)
2) Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien, dan lakukanKaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.
tindakan bila menunjukkan perilaku merusak. 3)
3) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yangOrientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
diharapkan. 4)
4) Kolaborasi: berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam.Kolaborasi: berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam. Rasionalisasi :
Rasionalisasi : 1)
1) Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya. 2)
2) Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, danReaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
gelisah. 3)
3) Orientasi dapat menurunkan kecemasan.Orientasi dapat menurunkan kecemasan. 4)
4.
4. ImplementasiImplementasi
Fokus dari tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi Fokus dari tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi independen, dependen, dan Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi independen, dependen, dan interdependen
interdependen
a.
a. IndependenIndependen
Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat
perawat tanpa tanpa petunjuk petunjuk dari dari dokter dokter atau atau profesi profesi kesehatan kesehatan lainya. lainya. Type Type datidati aktivitas yang dilaksanakan perawat secara independen didefinisikan berdasarkan aktivitas yang dilaksanakan perawat secara independen didefinisikan berdasarkan diagnosis keperawatan.
diagnosis keperawatan.
b.
b. InterdependenInterdependen
Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatan yang meemerlukan Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatan yang meemerlukan kerjasama dengan profesi kesehatan lainya, seperti tenaga social, ahli gizi, kerjasama dengan profesi kesehatan lainya, seperti tenaga social, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.
fisioterapi, dan dokter.
c.
c. DependenDependen
Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan
dilaksanakan
5.
5. EvaluasiEvaluasi
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukann keputusan dengan cara membandingkan data yang tujuan pasien dan menentukann keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
a.
a. Evaluasi prosesEvaluasi proses
Fokus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari proses Fokus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut.
b.
b. Evaluasi hasilEvaluasi hasil
Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe
pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhirevaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
asuhan keperawatan secara paripurna.
Evaluasi pada decompensasi cordis antara lain: Evaluasi pada decompensasi cordis antara lain:
1.
1. penurunan curah jantung dapat teratasi. penurunan curah jantung dapat teratasi. 2.
2. klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada.klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada. 3.
3. Klien menyatakan kecemasan berkurangKlien menyatakan kecemasan berkurang 4.
4. TTV dalam batas normal.TTV dalam batas normal. 5.
5. keluhan gangguan pemenuhan tidur berkurangkeluhan gangguan pemenuhan tidur berkurang 6.
6. Klien tidak sesak napasKlien tidak sesak napas 7.