• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

konomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertum-buhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indo-nesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku

Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasa-ma antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ta-hun 2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi

Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data Ekonomi Kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengemban-gan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 jenis output yang meliputi: Profil Usaha/Perusahaan 16 Sub-sektor Ekraf Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ek-spor Ekonomi Kreatif 2010-2016; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Analisis PDB Ekraf 2014-2016; Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016 dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016; serta Tabel Input Output 2014. Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengam-bilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan per-spektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas ten-tang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.

(3)

Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih ser-ta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 ke-giatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepa-da Bekraf kepa-dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.

Jakarta, Desember 2017 Kepala

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,

(4)

I

ndonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman karakteristik geografis, suku, dan budaya. Keberagaman tersebut tentu saja menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda antar wilayah. Masyarakat yang tinggal di daerah geografis berbatasan dengan pantai akan memiliki sumber daya alam dan budaya yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Hal ini menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda pula. Karena itulah analisis potensi ekonomi kreatif tidak bisa dilakukan secara umum atau secara nasional saja, tetapi perlu dilakukan analisis potensi untuk ukuran

wilayah yang lebih kecil, yaitu provinsi atau kabupaten/ kota.

Mengumpulkan data tiga puluh empat provinsi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi hingga level kabupaten/kota. Atas dasar alasan tersebutlah, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) untuk bekerja sama menyusun analisis potensi ekonomi kreatif secara spasial dengan memanfaatkan data hasil Sensus Ekonomi 2016 (SE2016). Hasil analisis spasial ekonomi kreatif ini diharapkan bisa membantu pengambil kebijakan untuk lebih fokus pada masing-masing wilayah sesuai dengan potensi yang telah diidentifikasi. Buku Analisis Sensus Ekonomi 2016 mengulas potensi ekonomi kreatif di tiga puluh empat provinsi di Indonesia. Buku ini menyajikan sebaran usaha enam belas subsektor ekonomi kreatif dan juga karakteristik demografi dari pelaku usahanya. Selain itu, aspek keuangan, pemasaran, dan pendukung usaha juga disajikan dengan detail.

Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia.

Jakarta, Desember 2017

Kepala Badan Ekonomi Kreatif,

(5)

egala puji syukur kami panjatkan kehad-irat Allah SWT, yang telah melimpah-kan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga “Laporan Penyusunan Produk Domestik Re-gional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara 2010-2016” dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Lapo-ran ini merupakan salah satu output dari Ker-jasama Swakelola antara Badan Pusat statistik (BPS) dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Buku Laporan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara 2010-2016 menyajikan tentang Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan ta-hun 2016. Selain itu juga disajikan mengenai distribusi dan pertumbu-han PDRB Ekonomi Kreatif dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016. Dengan diterbitkannya Buku ini, khususnya tentang Laporan Penyusu-nan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2016, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang besa-ran makro ekonomi kreatif yang mencakup besabesa-ran PDRB, struktur PDRB Ekonomi Kreatif dan pertumbuhan industri kreatif. Dengan demikian Buku ini dapat dijadikan sebagai “benchmarking” bagi pemerintah da-lam merumuskan berbagai kebijakan bidang ekonomi kreatif kedepannya.

(6)

Akhirnya, ucapan syukur dan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama Tim BPS dan Tim Bekraf yang telah bekerja keras dan beker-jasama untuk menyelesaikan kegiatan ini. Apresiasi juga kami berikan kepada semua pihak yang telah bersinergi secara solid dalam menyele-saikan seluruh rangkaian kegiatan Kerjasama BPS-Bekraf Tahun 2017 ini. Semoga output dari kerjasama ini bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga Allah SWT meridhoi. Aamiin.

Medan, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Utara

(7)

KATA PENGANTAR ... ii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Maksud dan Tujuan ... 5

1.3 Manfaat ... 6

BAB II TAHAPAN KEGIATAN ... 7

2.1 Penyusunan Klasifikasi ... 9

2.2 Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif ... 11

2.3 Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif ... 13

BAB III METODOLOGI ... 17

3.1 Metode Penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010 ... 19

3.2 Metode Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 ... 52

3.2.1 Konsep Dasar Penghitungan PDRB ... 52

3.2.2 Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 ... 56

(8)

BAB IV HASIL ...91

4.1 Kondisi Makro PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016 ... 92

4.2 Besaran PDRB Ekonomi Kreatif ... 95

4.3 Struktur Ekonomi Kreatif ... 100

4.4 Pertumbuhan Ekonomi Kreatif ... 103

4.5 Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif ... 105

(9)

Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor

Ekonomi Kreatif ... 10 Tabel 4.1 Ringkasan Indikator Makro PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016 ... 94

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut

sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 (Persen) ...104

Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut

Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 (Persen) ...106

(10)

Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) ... 11 Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif Tahun 2010 ... 12 Gambar 2.3 Dimensi Matriks Supply Industri Kreatif ... 13 Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif ... 14

Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga

Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016 (Miliar Rupiah) ... 93 Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) ... 96

Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi

Kreatif (Miliar Rupiah) ... 97

Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016 (Miliar Rupiah) ... 98

Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi

Kreatif Tahun 2016 (Miliar Rupiah) ... 99 Gambar 4.6 Struktur Perekonomian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 dan 2016 (Persen) ... 100 Gambar 4.7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Persen) ... 102

Gambar 4.8 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara, PDRB Ekonomi

Kreatif dan PDRB Non Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016 (Persen) ... 103

(11)

Lampiran 1 Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif Menurut KBLI 2015 ... 109 Lampiran 2 Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif ... 119 Lampiran 3 Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif

Tahun 2010 ... 124 Lampiran 4 PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2016 (Miliar Rupiah) ... 132 Lampiran 5 PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010-2016 (Miliar Rupiah) ... 133 Lampiran 6 Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2016 (Persen) ... 134 Lampiran 7 Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010-2016 (Persen) ... ... 135 Lampiran 8 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2016 (Persen) ... 136 Lampiran 9 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2016 (Persen) ... ... 137 Lampiran 10 Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2016

(12)
(13)
(14)
(15)

Perkembangan perekonomian dunia semakin mengglobal atau globalisasi yang diikuti dengan percepatan pertum-buhan teknologi informasi, mendorong tumbuhnya cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dina-mis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi.

Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pem-bangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pemba-ngunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi.

LATAR BELAKANG

EKONOMI KREATIF LA-HIR SEBAGAI KONSEP EKONOMI BARU YANG BERTUMPU PADA IDE, KREATIVITAS, KETERAMPI-LAN, SERTA BAKAT INDIVI-DU UNTUK MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN DAN LAPANGAN PEKERJAAN DENGAN MENGHASILKAN DAN MENGEKSPLOITASI DAYA KREASI DAN DAYA CIPTA INDIVIDU

(16)

Kehadiran ekonomi kreatif berpotensi dalam memberikan kontribusi terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Provinsi Sumatera Utara, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identi-tas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, Provinsi Sumatera Utara memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar masyarakat, menghasilkan suatu karya kreatif seakan telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing den-gan produk negara lain, sehingga berkesempatan untuk memperbesar pasar. Walaupun demikian, tantangan terhadap kelesuan ekonomi dunia, mendorong Indonesia khususnya Sumatera Utara harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas.

Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan pro-gram-program dan evaluasi pemerintah dalam menca-pai target yang telah ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memo-tret perkembangan kondisi industri kreatif terkini sampai dengan level regional. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif.

DUNIA MENJADI TEMPAT YANG SANGAT DINAMIS DAN KOMPLEKS SEH-INGGA KREATIVITAS DAN PENGETAHUAN MENJA-DI SUATU ASET YANG TAK TERNILAI DALAM KOMPE-TISI DAN PENGEMBANGAN EKONOMI.

(17)

Kegiatan Penyediaan, Pengembangan Data dan Informasi Statistik Bidang Ekonomi Kreatif ditujukan untuk mem-berikan data dan informasi mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Indonesia, sehingga dapat digu-nakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di Indonesia dan evaluasi kebijakan pengembangan industri kreatif.

Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan untuk meny-usun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2016, selain itu menyusun indikator-indikator turunan, seperti distri-busi, pertumbuhan dan sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif, yaitu:

a. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2010-2016

b. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan

2010 tahun 2010-2016

c. Struktur PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010-2016

d. Laju pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun 2010-2016

e. Sumber pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif

tahun 2010-2016

MAKSUD DAN TUJUAN

STATISTIK BIDANG EKONOMI KREATIF SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN INDUS-TRI KREATIF DI INDONESIA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF.

(18)

Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pe-merintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif da-lam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, sehingga dapat memacu sektor industri kreatif lebih berkontribusi dalam meningkatkan pertum-buhan ekonomi Sumatera Utara. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh para peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembang-an dari masing‐masing kelompok industri kreatif tersebut.

(19)
(20)
(21)

Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasifikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010. Dari Matriks Supply Ekonomi Kreatif dapat diperoleh out-put yang kemudian dikalikan dengan nilai rasio konsumsi antara untuk mendapatkan angka PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010. Kegiatan berikutnya adalah penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016. Tahapan kegia-tan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif secara rinci akan diuraikan di bawah ini.

Penyusunan klasifikasi kegiatan ekonomi kreatif merupa-kan langkah awal dalam penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif. Besaran nilai PDRB Ekonomi Kreatif sangat ter-gantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang terbentuk. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan menjadi 16 kelompok, yang selanjutnya sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu: 1. Arsitektur

2. Desain Interior

3. Desain Komunikasi Visual

4. Desain Produk

5. Film, Animasi, Video

6. Fotografi

7. Kriya 8. Kuliner 9. Musik 10. Fashion

11. Aplikasi dan Game Developer

12. Penerbitan 13. Periklanan

14. Televisi dan Radio

15. Seni Pertunjukan

16. Seni Rupa

PENYUSUNAN

KLASIFIKASI

PENYUSUNAN PDRB

EKONOMI KREATIF EGIATAN PENYUSUNAN KLASIFIKASI DAN SELANJUTNYA DILAKU-KAN PENYUSUNAN MATRIKS SUPPLY EKONOMI KREATIF TAHUN 2010.

(22)

Selanjutnya, 16 subsektor tersebut dipetakan secara rinci kedalam klasifikasi standar yang disebut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah menggunakan KBLI terbaru, yaitu KBLI 2015. Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 2.1 rekapitulasi struktur KBLI 2015 sub-sektor ekonomi kreatif di bawah ini.

Selanjutnya, rincian cakupan 223 kelompok lima digit KBLI 2015 pada 16 subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. Sedangkan konsep dan definisi yang digunakan untuk masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran dua.

No. Subsektor Jumlah

KBLI 5 Digit

01 Arsitektur 2

02 Desain Interior 2

03 Desain Komunikasi Visual 2

04 Desain Produk 3

05 Film, Animasi, dan Video 9

06 Fotografi 7

07 Kriya 72

08 Kuliner 32

09 Musik 9

10 Fashion 19

11 Aplikasi dan Game Developer 13

12 Penerbitan 17

13 Periklanan 5

14 Televisi dan Radio 5

15 Seni Pertunjukan 10

16 Seni Rupa 16

JUMLAH 223

Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi

PDRB EKONOMI KREATIF DIPETAKAN SECARA RIN-CI KEDALAM KLASIFIKASI STANDAR YANG DISEBUT KLASIFIKASI BAKU LAPA-NGAN USAHA INDONESIA (KBLI) KE DALAM 16 SUB-SEKTOR

(23)

Tabel supply merupakan bagian dari Supply and Use Ta-ble (SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Semen-tara, matriks supply regional memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik regional, tanpa impor barang dan jasa. Penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDRB tahun dasar, yaitu PDRB tahun 2010, dan sekaligus sebagai benchmark PDRB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan terbentuknya Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDRB Ekonomi Kreatif yang dihasilkan

PENYUSUNAN

MATRIKS SUPPLY

INDUSTRI KREATIF

Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja

(24)

Saat ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDRB seri 2010. PDRB seri 2010 tersebut diturunkan dari Matriks Supply 2010. Dengan demikian, agar konsisten dengan PDRB maka PDRB industri kreatif juga harus disusun meng-gunakan tahun dasar yang sama, sehingga diperlukan penyusunan Matriks Supply 2010 berbasis industri kreatif. Tahapan penyusunan Matriks Supply industri kreatif ada-lah sebagai berikut:

Saat ini, dimensi Matriks Supply Provinsi terdiri atas 54 industri (kolom) dan 65 produk (baris). Untuk membentuk Matriks Supply industri kreatif maka muatan kreatif dalam 54 industri tersebut ditarik dan dipindahkan ke dalam 16 subsektor industri kreatif. Penentuan muatan kreatif dalam suatu industri adalah berdasarkan KBLI 2015 ekonomi kreatif yang telah disusun. Dengan demikian, dimensi Matriks Supply industri kreatif menjadi 70 industri (16 industri ekraf dan 54 industri non-ekraf) dikali 65 produk.

Penyusunan klasifikasi Matrik Supply ekraf Estimasi Matrik Supply ekraf Rekonsiliasi Matrik Supply ekraf Matrik Supply ekraf adjusted

Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010

(25)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah dari seluruh aktivitas ekonomi yang tercip-ta akibat adanya proses produksi pada suatu periode tertentu dari suatu wilayah. Penyusunan PDRB ekonomi kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasion-al (SNA 2008) dan berbasis KBLI 2015.

PENYUSUNAN

PRO-DUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO

(PDRB) EKONOMI

KREATIF

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 2.3 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif

(26)

Tahapan penyusunan PDRB ekonomi kreatif dapat dilihat dibawah ini.

PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply industri kreatif tahun 2010. Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusu-nan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun 2011-2016. PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Pro-duksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun 2010-2016.

PDRB Ekonomi Kreatif Tahun

2011-2016

PDRB Ekonomi Kreatif Tahun

2010

Matrik Supply Industri Kreatif

Tahun 2010

Data dasar,

SKEK, dan

SKNP-EK

Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif

(27)

PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply industri kreatif tahun 2010. Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusu-nan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun 2011-2016. PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Pro-duksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun 2010-2016.

(28)
(29)
(30)
(31)

Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif.

a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi di-dasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari ha-sil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemu-dian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjut-nya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

METODE

PENYUSUNAN

MATRIKS

SUP-PLY EKONOMI

KREATIF TAHUN

2010

(32)

b. Subsektor Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi di-dasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari ha-sil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemu-dian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjut-nya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagre-gasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggu-nakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply Sumatera Utara dibentuk dengan meng-gunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi di-dasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari ha-sil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemu-dian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjut-nya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagre-gasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan

(33)

Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggu-nakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matr-ik Supply Provinsi Sumatera Utara.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator pro-duksi dan indikator harga. Indikator propro-duksi yang digu-nakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), sedang-kan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. SKSPJ 2009, BPS

(34)

d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi di-dasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari ha-sil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemu-dian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjut-nya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Disagre-gasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggu-nakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator pro-duksi dan indikator harga. Indikator propro-duksi yang digu-nakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), sedang-kan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara.

(35)

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. SKSPJ 2009, BPS

3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud.

e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif Kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam seti-ap klasifikasi Matriks Supply. Tahseti-ap berikutnya adalah mendisagregasikan setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI dengan menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama mau-pun produk sekunder. Setelah didapatkan output menurut lima digit KBLI, dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(36)

Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi supply nilai produksi (output) diperoleh dari jumlah film, sinetron, dll dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan film, sinetron, dll. Untuk struktur supply, meng-gunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Sensus Ekonomi 2006. Untuk disagregasi output film pemerintah, menggunakan data pendapatan dari laporan keuangan perusahaan BUMN, Kementerian BUMN.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS), BPS Provinsi Sumatera Utara.

f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output menggunakan pendekatan produksi di-dasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) 2006. Dari ha-sil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang diperoleh kemu-dian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjut-nya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(37)

Industri: Jasa Pendidikan

Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator pro-duksi dan indikator harga. Indikator propro-duksi yang digu-nakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), sedang-kan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. SKSPJ 2009, BPS

(38)

g. Subsektor Kriya

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(39)

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pedagang eceran, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjua-lan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perd-agangan subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagan-gan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja. Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluar-kan oleh pedagang. Konsumsi antara adalah seluruh bi-aya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagan-gan, seperti perlengkapan tulis-menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan.

Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi penjualan kem-bali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru mau-pun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas

(40)

barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan men-jual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan meng-gunakan pendekatan tidak langsung (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagan-gan besar dan eceran. Marjin perdaperdagan-ganperdagan-gan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk mas-ing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara

(41)

h. Subsektor Kuliner

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(42)

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi ha-nya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Kuliner.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan meng-gunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagan-gan besar dan eceran. Marjin perdaperdagan-ganperdagan-gan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk mas-ing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara,

2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara

(43)

Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kulin-er. Total Output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data kon-sumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Na-sional (SUSENAS) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan total Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor.

Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum SUSENAS maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum.

Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut:

Total Supply = Total Use

Output Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara dan konsumsi akhir) + Ekspor

(44)

Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSE-NAS, bisa dilakukan di penyediaan makan minum baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, mau-pun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomo-dasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus diku-rangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasil-kan oleh industri-industri lain tersebut.

Sumber data:

1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Publikasi Proyeksi Penduduk 2010-2035, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(45)

i. Subsektor Musik

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara,

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara,

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(46)

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang mer-upakan produk barang di subsektor Musik.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan meng-gunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagan-gan besar dan eceran. Marjin perdaperdagan-ganperdagan-gan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk mas-ing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara,

2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(47)

Industri: Informasi dan Komunikasi

Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data Supply industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur Supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggu-nakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara, 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(48)

Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. SKSPJ 2009, BPS

3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud.

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggu-nakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

(49)

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

j. Subsektor Fashion

Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(50)

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan subsektor Fashion dibatasi han-ya untuk perdagangan barang-barang domestik han-yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Fashion.

Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan meng-gunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fashion yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagan-gan besar dan eceran. Marjin perdaperdagan-ganperdagan-gan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk mas-ing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara,

3. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(51)

Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. SKSPJ 2009, BPS

3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud.

k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi

Subsektor aplikasi dan game developer menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri 2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun 2010. Untuk struktur Supply, diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi 2006.

Estimasi Supply subsektor aplikasi dan game developer di industri penerbitan diperoleh dari proporsi output industri penerbitan dengan menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

(52)

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggu-nakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(53)

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggu-nakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

(54)

l. Subsektor Penerbitan Industri: Industri Pengolahan

Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun 2010. Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder.

Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(55)

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Industri perdagangan di subsektor Penerbitan dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Penerbitan. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan meng-gunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan ba-rang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagan-gan besar dan eceran. Marjin perdaperdagan-ganperdagan-gan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk mas-ing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Sumber data:

1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara,

2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(56)

Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi Supply nilai produksi (output) subsektor Pener-bitan diperoleh dari data nilai produksi Industri Besar dan Sedang ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan se-jenisnya tahun 2010. Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS Provinsi Sumatera Utara.

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggu-nakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(57)

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggu-nakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggu-nakan hasil Matriks Supply.

(58)

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi

Estimasi Supply subsektor televisi dan radio diperoleh dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio ditambah dengan pendapatan dari laporan keuangan RRI dan TVRI. Untuk struktur Supply, diperoleh dengan meng-gunakan struktur pendapatan laporan keuangan perusa-haan go public dan data sensus ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(59)

o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggu-nakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. SKSPJ 2009, BPS

(60)

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggu-nakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

(61)

p. Subsektor Seni Rupa

Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Estimasi Supply/output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan ecer-an, dengan menggunakan data sensus ekonomi 2006. Untuk struktur Supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi 2006.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

Industri: Jasa Perusahaan

Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005. Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI 2005. Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI 2015. Struktur Supply dibentuk dengan menggu-nakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

(62)

Industri: Pendidikan

Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Ke-menterian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. SKSPJ 2009, BPS

(63)

Industri: Jasa Lainnya

Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggu-nakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

Sumber data:

1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara

3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

Ringkasan metode estimasi Supply dari masing-masing subsektor Ekonomi Kreatif dapat dilihat pada lampiran 3.

(64)

3.2.1 Konsep Dasar Penghitungan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen.

Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Produksi adalah jumlah nilai tambah seluruh aktivitas ekonomi, dimana nilai tambah diper oleh dari output dikurangi konsumsi antara.

2. Pendekatan Pendapatan adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi berupa Kompensasi Tenaga Kerja, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Produksi dan Impor.

3. Pendekatan Pengeluaran adalah jumlah seluruh permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan perubahan inventori, ekspor, dikurangi impor (C + G + I + X – M).

a. Output

Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, dan dinilai atas dasar harga produsen.

Jenis output ada 2 (dua) macam yaitu: 1. Output utama, 2. Output sekunder

METODE

PENY-USUNAN PRODUK

DOMESTIK

REGION-AL BRUTO (PDRB)

EKONOMI KREATIF

TAHUN 2011-2016

(65)

b. Konsumsi Antara

Konsumsi Antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama yang digunakan/habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas harga pembeli.

c. Nilai Tambah

c.1 Nilai Tambah Bruto (NTB)

Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara, yang merupakan produk dari proses produksi.

Produk ini terdiri atas :

a. Pendapatan faktor yang terdiri dari : - Kompensasi tenaga kerja

- Sewa tanah sebagai balas jasa tanah - Bunga sebagai jasa modal, dan

- Keuntungan sebagai balas jasa kewirswasta b. Konsumsi barang modal tetap yang dipakai untuk produksi

c. Pajak lainnya atas produksi dikurangi subsidi lainnya atas produksi

PDRB dapat dinyatakan sebagai :

a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk) Nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar penghitungan.

(66)

Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Ber-laku (PDRB adhb) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran.

1. Pendekatan Produksi

Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan konsumsi antara dari masing-masing total nilai produksi/pendapatan (output) tiap-tiap lapangan usaha.

Outputb,t = Produksit x Hargat

NTBb.t = Outputb,t - Konsumi Antarab,t

Dimana : Outputb,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t

NTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar

harga berlaku tahun ke-t Produksit = Kuantum produksi tahun ke-t

Hargat = Harga produksi tahun ke-t 2. Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi.

PDRB = Kompensasi Tenaga Kerja + Surplus Usaha Neto + Konsumsi Barang Modal Tetap + Pajak atas Produksi dan Impor.

(67)

3. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir.

PDRB = Konsumsi rumahtangga + Konsumsi Pemerintah + PMTB + Perubahan Stok + (Ekspor - Impor).

Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Kon-stan (PDRB adhk) ada 3 yaitu: Revaluasi, Ekstrapolasi dan Deflasi

Outputk,t = Produksit x Harga0

NTBk.t = Outputk,t - Konsumi Antarak,t

2. Ekstrapolasi yaitu dengan cara mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :

Outputk,t = Produksik,0 x (IKP0/100) NTBk.t = Outputk,t - Konsumi Antarak,t

3. Deflasi yaitu dengan cara membagi nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :

Outputk,t = Outputb,t x (IHt/100) NTBk.t = Outputk,t - Konsumi Antarak,t

(68)

3.2.2 Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun 2011-2016

Tahapan metode estimasi PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut:

1. PDRB Ekraf tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply Ekraf tahun 2010

2. Pengidentifikasian dan pengumpulan data produksi/ indikator produksi dan harga/indikator harga dari masing-masing subsektor ekraf tahun 2011-2016. 3. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku dengan metode pendekatan produksi dari masing-masing subsektor ekraf tahun 2011-2016. 4. Penghitungan output dan NTB atas dasar harga konstan dengan metode ektrapolasi/deflasi dari masing-masing subsektor ekraf tahun 2011-2016. 5. Proses rekonsiliasi, uji kelayakan dan kewajaran. Berikut metode penghitungan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010=100 menurut subsektor ekonomi kreatif tahun 2011 sampai tahun 2016.

a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan

 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb)

PDRB atas dasar harga berlaku subsektor Arsitektur tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku konstruksi.

(69)

 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk)

PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 subsektor Arsitektur tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 konstruksi.

Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. PDRB Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

b. Subsektur Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan

 PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb)

PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku real estate.

 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk)

PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 real estate. Sumber data:

1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara

2. PDRB Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

Industri: Pendidikan

 PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb)

PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011-2016 diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.

Gambar

Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur  KBLI 2015 Subsektor Ekonomi
Tabel supply merupakan bagian dari Supply and Use Ta- Ta-ble (SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci atas  penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik  dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor)
Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan  Matrik Supply Industri Kreatif  Tahun 2010
Gambar 2.3 Dimensi Matrik  Supply Industri Kreatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Agar program CSR tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap masyarakat, lingkungan, tidak menimbulkan kecemburuan dan konflik antar stakeholders atau perusahaan, maka

Pernyataan tersebut mendapat apresiasi dari Ecky Awal Mucharam, Anggota Komisi XI DPR RI. Menurutnya negara-negara Asia-Afrika memiliki kutub ekonomi sendiri, bukan

Sistem yang digunakan pada bagian logistik saat ini masih semi komputerisasi, pengolahan data stok barang dilakukan menggunakan aplikasi microsoft excel, permasalahan

Ketiga penafsiran di atas pada dasarnya sama, yaitu bahwa menunaikan amanah merupakan kewajiban, perintah, atau suruhan Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap orang

terintegrasi, terutama rumah sakit milik pemerintah baik pusat maupun daerah. Guna menjawab tantangan tersebut, dibangunlah suatu system dan aplikasi ICT di

Ruang Terbuka Hijau publik yang terdapat pada Kecamatan Banjarmasin Selatan terdiri dari jalur hijau jalan dan sempadan sungai (taman siring) sedangkan RTH Privat

atau restoran yang menyediakan makanan halal Chinese ala Jepang. Selain di Ikebukuro, Malaychan memiliki cabang di bagian

Melihat Tetuka dapat mengalahkan Prabu Kala Praceka, Batara Narada sangat senang seraya berkata,”Tetuka, engkau berhasil melenyapkan pembuat kerusuhan.Aku akan membawamu