• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TEH DI KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TEH DI KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN

KAWASAN PERKEBUNAN TEH

DI KABUPATEN BANDUNG

Dimas Darmawansyah

NRP 3609 100 023

Dosen Pembimbing: Ir. Sardjito, MT.

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya, 2013

(2)

LATAR BELAKANG

POTENSI TEH INDONESIA

Jumlah petani teh sekitar

320.000 KK.

Secara nasional

menyumbang PDB Rp 1,2

Trilyun.

Menyumbang devisa bersih

US$ 110 /tahun.

POTENSI TEH KAB. BANDUNG

Luas areal kebun rakyat

1.690 Ha, swasta 5.888,89

Ha, dan PTPN VIII

19.425,57 Ha.

42% produksi teh Jawa

Barat berasal dari

(3)

LATAR BELAKANG

MASALAH

Keterbatasan biaya untuk

memelihara kebun.

Petani teh mengalami

kerugian dan kebun

dibiarkan tidak dipelihara.

Belum mampu bersaing.

KEBIJAKAN

Dalam RTRW Kab. Bandung,

kawasan Bandung Selatan

termasuk dalam kawasan

pangan basah, pangan

lahan kering, kawasan hutan

produksi, kawasan tanaman

tahunan perkebunan.

(4)

• Dengan pendekatan cluster ekonomi maka fungsi-fungsi

produksi komoditi unggulan lokal dapat digerakkan dan

dapat memberikan nilai tambah yang lebih baik.

Mengapa cluster?

• Pengembangan perkebunan diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat

melalui pengembangan kawasan dengan pengelolaan

sumberdaya secara optimal.

(5)

• Manfaat diversifikasi usaha pertanian didasarkan pada

tiga faktor keuntungan, yaitu meminimalisasi risiko,

menghindari akibat buruk dari fluktuasi ekonomi, dan

sebagai sumber pertumbuhan baru.

• Terbukti memiliki keuntungan-keuntungan lain, di mana

bukan saja dilihat dari faktor ekonomi tetapi juga

lingkungan.

• Meningkatkan nilai tambah ekonomi.

(6)

RUMUSAN MASALAH

Memerlukan konsep pengembangan kawasan perkebunan guna menimbulkan

kegiatan ekonomi baru yang kemudian akan meningkatkan nilai tambah untuk

subsektor perkebunan, khususnya komoditas teh, dengan cara mengkaitkan

subsektor perkebunan komoditas teh dengan sektor-sektor ekonomi lainnya

seperti industri, perdagangan, dan pariwisata.

KEBIJAKAN

MASALAH

POTENSI

mengembangkan

Bagaimana

kawasan perkebunan

teh melalui cluster

diversifikasi di

(7)

• Menentukan arahan pengembangan kawasan perkebunan

komoditas teh yang sesuai dalam rangka meningkatkan nilai

tambah ekonomi berbasis sumber daya alam dan sektor unggulan

di Kabupaten Bandung.

TUJUAN

• Mengidentifikasi potensi komoditas teh dan menentukan deliniasi

kawasan perkebunan teh di Kabupaten Bandung.

• Menentukan diversifikasi usaha perkebunan teh di Kabupaten

Bandung.

• Membentuk cluster perkebunan berdasarkan diversifikasi kawasan.

• Terbentuknya arahan pengembangan kawasan perkebunan teh

berbasis cluster diversifikasi kawasan Agribisnis, Agroindustri, dan

Agrowisata di Kabupaten Bandung.

(8)

SINTESA TINJAUAN PUSTAKA

No

Teori

Indikator

Variabel

1

Komoditas Teh

Potensi

Produksi perkebunan

2

Ekonomi Wilayah

Pendapatan

Wilayah

Sektor-sektor PDRB:

-

Pertanian

-

Pertambangan,

Penggalian

-

Industri Pengolahan

-

Gas, Listrik, Air

-

Bangunan/Konstruksi

-

Perdagangan, Hotel,

Restoran

-

Pengangkutan,

Komunikasi

-

Keuangan, Persewaan,

Jasa Perusahaan

-

Jasa-jasa

3

Diversifikasi Usaha

Perkebunan dan

Cluster Industri

Perluasan Cakupan

Usaha

Basis sektor kegiatan

pariwisata

Basis sektor kegiatan industri

Basis sektor kegiatan

perdagangan

(9)

TAHAP

AN

PENELITIAN

Perkebunan teh potensial dalam pengembangan ekonomi, produktivitasnya menurun, perlu strategi untuk nilai tambah melalui keterkaitan sektor lain (diversifikasi).

RTRW Kabupaten Bandung

Mengembangkan kawasan perkebunan teh melalui cluster diversifikasi usaha perkebunan Teori Pengembangan Wilayah

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan

Identifikasi potensi perkebunan teh Variabel Penelitian LQ & SS perkebunan DATA

Arahan pengembangan kawasan perkebunan teh di Kab. Bandung

Deliniasi kawasan perkebunan teh Diversifikasi usaha perkebunan

lingkup kecamatan dalam kawasan Expert Judgement Survey Diversifikasi kawasan perkebunan LQ & SS sektor PDRB Deskriptif Teori Ekonomi Wilayah

(10)

TEKNIK ANALISIS DATA

SASARAN PENELITIAN INPUT DATA TEKNIK OUTPUT

Mengidentifikasi potensi komoditas teh dan menentukan deliniasi kawasan perkebunan teh di Kabupaten Bandung.

Produksi teh dan komoditas perkebunan lainnya

Analisis LQ, Shift Share, dan Kuadran komoditas teh

Potensi perkebunan teh untuk pengembangan kawasan

Hasil analisis LQ dan Shift Share komoditas teh

Pemetaan melalui GIS Deliniasi kawasan perkebunan teh

Menentukan diversifikasi kawasan perkebunan teh di Kabupaten Bandung

Hasil PDRB seluruh sektor setiap kecamatan

Analisis LQ, Shift Share, dan Kuadran PDRB

Penentuan kegiatan

diversifikasi perkebunan teh berdasarkan potensi sektor unggulan

Membentuk cluster perkebunan berdasarkan diversifikasi kawasan.

Hasil analisis LQ dan Shift Share PDRB, serta hasil wawancara expert judgement

Deskriptif Arahan pengembangan berupa cluster-cluster kawasan

Agroindustri, Agrowisata, dan Agribisnis perkebunan teh di Kabupaten Bandung

arahan pengembangan kawasan perkebunan teh berbasis cluster diversifikasi kawasan

Agribisnis, Agroindustri, dan Agrowisata di Kabupaten Bandung.

(11)

KERANGKA PENELITIAN

Perkebunan teh potensial

dalam pengembangan

ekonomi wilayah

Produktivitas teh

menurun, perlu strategi

untuk nilai tambah

Potensi perkebunan teh Kabupaten Bandung

Deliniasi kawasan perkebunan teh Kabupaten Bandung

Diversivikasi kegiatan perkebunan teh berdasarkan potensi sektor lain

Cluster diversifikasi kawasan perkebunan teh

(12)

KONDISI FISIK DASAR

Kabupaten Bandung terletak pada

koordinat 1070 22' BT - 1080 50' BT dan 60

41' LS - 70 19' LS. Secara administratif

wilayah Kabupaten Bandung berbatasan

langsung dengan wilayah-wilayah berikut.

– Utara: Kota Bandung, Kab. Sumedang;

– Timur: Kab. Sumedang, Kab. Garut;

– Selatan: Kab. Garut, Kab. Cianjur;

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

KONDISI SOSIO-EKONOMI

• Kependudukan

CIWIDEY 2% RANCABALI 1% PASIRJAMBU2% CIMAUNG 2% PANGALENGAN 4% KERTASARI 2% PACET 3% IBUN 2% PASEH 4% CIKANCUNG 3% CICALENGKA 3% NAGREG 2% RANCAEKEK 5% MAJALAYA 5% SOLOKANJERUK 2% CIPARAY 5% BALEENDAH 7% ARJASARI 3% BANJARAN 4% CANGKUANG 2% PAMEUNGPEUK 2% KATAPANG 3% SOREANG 3% KUTAWARINGIN 3% MARGAASIH 4% MARGAHAYU 4% DAYEUHKOLOT 4% BOJONGSOANG 3% CILEUNYI 5% CILENGKRANG 1% CIMENYAN 3%

(18)

KONDISI KOMODITI

PERTANIAN

NO

KOMODITAS

LUAS

(Ha)

PRODUKSI

(Ton)

PRODUKTIVITAS

(Kg/Ha)

1

Aren

133

40

360

2

Cengkeh

751

112

215

3

Jambu Mete

4

-

-4

Jarak

105

-

-5

Kakao

40

-

-6

Kapok

5

2

400

7

Kelapa dalam

709

462

779

8

Kemiri

8

2

333

9

Kina

25

-

-10

Kopi

8.941

4.273

1.279

12

Lada

2

1

1

13

Nilam

6

22

5,5

14

Pala

10

-

-15

Pinang

18

1

80

16

Teh

19.538

31.235

1.738

17

Tembakau

1.371

1,05

766

(19)

KONDISI PERKEBUNAN TEH

• Luas Areal

NO

KECAMATAN

LUAS AREAL (Ha)

2008

2009

2010

2011

1

Pasirjambu

2.835,48

3.922,99

3.804,29

3.811,82

2

Rancabali

6.176,47

5.418,54

5.442,82

5.462,59

3

Kertasari

3.737,28

3.764,28

3.785,34

3.821,24

4

Pangalengan

6.093,13

6.009,93

6.153,68

6.231,29

5

Cicalengka

5,00

5,00

5,00

5,00

6

Pacet

3,00

3,00

0,00

0,00

7

Cikancung

10,00

10,00

10,00

10,00

8

Arjasari

1,00

1,00

1,00

1,00

9

Ciwidey

239,00

244,00

244,00

244,00

(20)

KONDISI PERKEBUNAN TEH

• Produktivitas

NO

KECAMATAN

PRODUKTIVITAS (Ton/Ha)

2008

2009

2010

2011

1

Pasirjambu

1,94

1,98

2,05

1,98

2

Rancabali

2,03

1,98

1,95

1,78

3

Kertasari

2,13

2,00

2,00

2,04

4

Pangalengan

1,91

1,90

2,00

1,91

5

Cicalengka

0,95

0,95

0,95

0,95

6

Pacet

0,95

0,95

0,00

0,00

7

Cikancung

0,95

0,95

0,95

0,00

8

Arjasari

0,95

0,95

0,95

0,95

9

Ciwidey

2,00

2,00

2,00

2,00

(21)
(22)
(23)

HASIL ANALISIS LQ & SS

KOMODITAS TEH

(24)
(25)

HASIL ANALISIS L

Q &

SS PDRB

KE

(26)

HASIL ANALISIS L

Q &

SS PDRB

KE

C. RANCAB

ALI

(27)

HASIL ANALISIS L

Q &

SS PDRB

KE

C. P

ASIRJ

AMBU

(28)

HASIL ANALISIS L

Q &

SS PDRB

KE

C. P

ANGALENGAN

(29)

HASIL ANALISIS L

Q &

SS PDRB

KE

C. KER

TAS

ARI

(30)

• Ciwidey

• Pasirjambu

• Kertasari

KECAMATAN NO. SUB-SEKTOR POTENSIAL DIVERSIFIKASI

KAWASAN

Ciwidey

1

Jasa Hiburan dan Rekreasi Hotel

Sewa Bangunan

Agrowisata

2

Perdagangan Besar & Eceran Bank

Lembaga Keuangan Lainnya

Agribisnis

3 Industri Migas

Industri Tanpa Migas Agroindustri

Rancabali

1

Hotel

Jasa Hiburan dan Rekreasi Restoran

Agrowisata 2 Industri Tanpa Migas Agroindustri

3 Perdagangan Besar & Eceran Agribisnis

Pasirjambu

1 Hotel

Restoran Agrowisata

2 Perdagangan Besar & Eceran Agribisnis

3 - Agroindustri

Pangalengan

1

Hotel

Jasa Hiburan dan Rekreasi Restoran

Agrowisata

2

Perdagangan Besar & Eceran Bank

Lembaga Keuangan Lainnya

Agribisnis

3 - Agroindustri

Kertasari

1 Perdagangan Besar & Eceran Agribisnis

2 Restoran Agrowisata

(31)

Expert Judgement

AGROWISATA

AGRIBISNIS

AGROINDUSTRI

1.

Neglawangi

2.

Banjarsari

3.

Wanasuka

4.

Tarumajaya

5.

Warnasari

6.

Pulosari

7.

Margamulya

8.

Tribaktimulya

9.

Patengan

10. Sugihmukti

11. Mekarsari

12. Lamajang

13. Indragiri

14. Lebakmuncang

15. Rawabogo

1.

Sukamanah

2.

Cikembang

3.

Margamekar

4.

Cibeureum

5.

Margamukti

6.

Cihawuk

7.

Sukapura

8.

Alamendah

9.

Margamulya

10. Tenjolaya

11. Panundaan

12. Ciwidey

13. Cisondari

14. Panyocokan

15. Pasirjambu

1.

Santosa

2.

Sukaluyu

3.

Margaluyu

4.

Cipelah

5.

Sukaresmi

6.

Cibodas

7.

Mekarmaju

8.

Cukanggenteng

9.

Sukawening

10. Cikoneng

11. Nengkelan

(32)
(33)

Arahan Pengembangan Kawasan

Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung

CLUSTER

KAWASAN DESA

EKSISTING DAN

HASIL ANALISIS DESKRIPSI ARAHAN PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS-1 PANUNDAAN CIWIDEY PANYOCOKAN MARGAMULYA TENJOLAYA CISONDARI PASIRJAMBU ALAMENDAH Potensi pasar perdagangan hasil perkebunan, dan beberapa hasil olahan sederhana hasil produksi rumahan serta cinderamata. Selain itu beberapa desa menjadi pusat perdagangan dan jasa

Desa-desa ini termasuk dalam cluster Agribisnis, sebagai pemasaran hasil perkebunan maupun olahan hasil perkebunan teh dari industri rumahan dan industri besar, baik industri hulu atau industri hilir.

Desa-desa dalam cluster ini diarahkan untuk menyediakan sentra-sentra perdagangan untuk membantu masyarakat dalam memasarkan hasil perkebunan maupun hasil teh olahan industri, serta infrastruktur yang mudah untuk konsumen dari luar kawasan, seperti jalan raya, dan kantung-kantung parkir, serta koperasi-koperasi dan bank-bank umum untuk mempermudah transaksi. AGRIBISNIS-2 CIKEMBANG CIBEUREUM CIHAWUK SUKAPURA SUKAMANAH MARGAMEKAR MARGAMUKTI Potensi pasar perdagangan penunjang perkebunan, seperti peralatan tani, pupuk, pestisida, dan bibit, yang sebagian besarnya merupakan produksi lokal masyarakat setempat. Desa-desa ini termasuk dalam cluster Agribisnis, sebagai penunjang kegiatan perkebunan teh untuk mempermudah petani-petani dalam mendapatkan

peralatan, pupuk, atau bibit.

Desa-desa dalam cluster ini diarahkan untuk menyediakan sentra-sentra perdagangan penunjang perkebunan teh untuk mempermudah para petani dalam mendapatkan peralatan tani, pupuk, pestisida, ataupun bibit, dan membantu pemasaran produk masyarakat berupa peralatan tani, pupuk, pestisida, ataupun bibit tersebut.

(34)

CLUSTER

KAWASAN DESA

EKSISTING DAN

HASIL ANALISIS DESKRIPSI ARAHAN PENGEMBANGAN

AGROWISATA-1 LEBAKMUNCANG RAWABOGO WARNASARI PULOSARI MARGAMULYA TRIBAKTIMULYA LAMAJANG SUGIHMUKTI MEKARSARI PATENGAN INDRAGIRI LAMAJANG PULOSARI TRIBAKTIMULYA WARNASARI MARGAMULYA Potensi keindahan alam dan beberapa lokasi wisata alam seperti danau, kawah, sumber air panas, hutan cagar alam, yang didukung oleh kegiatan-kegiatan penunjang seperti hotel, villa, bumi perkemahan, serta spot-spot wisata buatan seperti kolam renang, dan outbond. Keseluruhan kegiatan wisata di desa-desa ini didukung oleh bentang alam perkebunan teh yang indah, unik, dan udara yang sejuk.

Desa-desa ini termasuk dalam cluster Agrowisata, sebagai wisata alam. Hal ini didukung dengan bentang alam perkebunan teh yang indah, potensi danau, kawah, sumber air panas, dan hutan cagar alam, yang mendominasi kegiatan wisata, meskipun ada juga beberapa spot buatan sebagai penunjang, seperti penginapan dan kolam renang, hal ini menimbulkan keterkaitan antara kegiatan wisata dan perkebunan teh.

Desa-desa dalam cluster ini diarahkan untuk menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata, terutama akses jalan raya yang lebih layak untuk pengunjung dan kantung-kantung parkir. Selain itu, keberadaan spot-spot buatan dalam areal kawasan perkebunan teh juga perlu diarahkan untuk mendukung kegiatan wisata, seperti hotel, villa, kolam renang, bumi perkemahan, outbond, serta sentra oleh-oleh/souvenir. Kegiatan wisata dalam cluster ini juga diarahkan untuk melibatkan masyarakat dalam rangka meningkatkan perekonomian. Dalam pengembangan kegiatan wisata di kawasan ini adalah dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan kearifan lokal, mengingat cluster ini adalah kawasan Agrowisata yang mengandalkan keindahan alami dan kegiatan masyarakat lokal. Sehingga, keindahan alam dan keberlanjutan kegiatan wisata maupun kegiatan perkebunan di kawasan ini tetap terjaga. AGROWISATA-2 BANJARSARI WANASUKA TARUMAJAYA NEGLAWANGI Potensi keindahan alam dan spot-spot wisata buatan seperti hotel, kolam renang, dan pemancingan.

Desa-desa ini termasuk dalam cluster Agrowisata, sebagai wisata buatan, didukung keindahan alam perkebunan teh.

(35)

CLUSTER

KAWASAN

DESA

EKSISTING

DAN HASIL

ANALISIS

DESKRIPSI

ARAHAN

PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI-1 SUKAWENING NENGKELAN CIBODAS MEKARMAJU CUKANGGENTENG CIKONENG Potensi industri-industri kecil khususnya industri rumahan, yang mengolah hasil perkebunan dan perindustrian pengrajin cinderamata dan peralatan pertanian. Desa-desa ini termasuk dalam cluster Agroindustri, sebagai industri kecil, yang memproduksi hasil olahan perkebunan teh dan peralatan tani buatan tangan.

Desa-desa dalam cluster ini diarahkan untuk menyediakan sentra-sentra industri rumahan yang mengolah hasil perkebunan teh, serta sentra-sentra industri yang memproduksi cinderamata dan peralatan tani buatan tangan, untuk mempermudah relasi antar pelaku industri, seperti bahan baku dan pemrosesan teh.

AGROINDUSTRI-2 SUKARESMI CIPELAH SANTOSA Potensi industri besar, pengolahan hasil produksi perkebunan. Desa-desa ini termasuk dalam cluster Agroindustri, sebagai industri besar/partai yang memproduksi hasil perkebunan teh secara massal.

Desa-desa dalam cluster ini diarahkan untuk menyediakan akses jalan raya yang memadai serta kawasan industri khusus yang terlokalisir sehingga mempermudah pelaku industri untuk penyediaan bahan baku dan relasi antar industri pengolah teh. AGROINDUSTRI-3 SUKALUYU

MARGALUYU

Potensi pembangkit listrik dan industri besar.

(36)
(37)

KESIMPULAN

• Kawasan perkebunan teh Kabupaten Bandung

berdasarkan potensi komoditas teh meliputi

Kecamatan Ciwidey, Rancabali, Pasirjambu,

Pangalengan, dan Kertasari.

• Kawasan perkebunan teh Kabupaten Bandung

terbagi menjadi tujuh cluster, yaitu dua cluster

Agrowisata (alam dan buatan), dua cluster

agribisnis (pendukung dan pemasaran), serta tiga

cluster Agroindustri (industri kecil, besar, dan

(38)

• Cluster Agribisnis-1 sebagai pemasaran hasil

perkebunan, diarahkan untuk menyediakan

sentra perdagangan untuk memasarkan hasil

perkebunan maupun hasil teh olahan industri.

• Cluster Agribisnis-2 sebagai penunjaang kegiatan

perkebunan teh, diarahkan untuk menyediakan

sentra perdagangan penunjang perkebunan

untuk mempermudah petani dalam

mendapatkan peralatan tani, pupuk, pestisida,

ataupun bibit.

(39)

• Cluster Agrowisata-1 sebagai wisata alam, dan Cluster

Agrowisata-2 sebagai wisata pendukung atau buatan,

diarahkan untuk menyediakan sarana dan prasarana

penunjang kegiatan wisata seperti akses jalan raya,

penginapan, dan sentra oleh-oleh.

• Cluster Agroindustri-1 sebagai industri kecil, diarahkan

untuk menyediakan sentra industri rumahan yang

mengolah hasil perkebunan teh, serta sentra industri

yang memproduksi handicraft.

• Cluster Agroindustri-2 dan Agroindustri-3 sebagai

industri besar, diarahkan untuk menyediakan akses

jalan raya yang memadai serta kawasan industri khusus

yang terlokalisir.

(40)

SARAN

• Pengembangan yang diarahkan sebaiknya

tidak menggunakan areal tutupan kebun,

karena akan mengurangi luasannya. Hal ini

tidak sesuai dengan latar belakang dan tujuan

dari perumusan arahan ini yaitu menutupi

kekurangan produktivitas teh dengan

mengaitkannya bersama sektor lain untuk

meningkatkan nilai tambah dari komoditas teh

ini sendiri.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

_____, 2011. Ilmu Kewilayahan. Diakses dari

http://catatankuliahpraja.blogspot.com/2011/02/ilmu-kewilayahan.html, pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 1.00 WIB.

_____, 2012. Peranan Agroindustri Dalam Perekonomian

Indonesia, Masa Lalu, Sekarang dan Masa Datang.

Diakses dari

http://indopuro.wordpress.com/2012/04/29/peranan- agroindustri-dalam-perekonomian-indonesia-masa-lalu-sekarang-dan-masa-datang/, pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 00.54 WIB.

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Makassar.

Affandi, Hendrik. 2010. Penentuan Sektor Unggulan Dalam

Pengembangan Wilayah Madura dengan Pendekatan Analisis Input-Output. ITS. Surabaya.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. UPP STIM YKPM. Yogyakarta.

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung. 2007.

Laporan Akir Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah (Kawasan Agropolitan Ciwidey).

BAPPEDA. Bandung.

Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung. 2007.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung 2007-2027. BAPPEDA. Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Regional Bruto

Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2008. BPS.

Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2009. Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kecamatan Kabupaten Bandung Tahun 2009.

BPS. Bandung.

Basmar, Agustanto. 2008. Arahan Pengembangan Kawasan

Agro Terpadu Berbasis Komoditas Kelapa di Kabupaten Lampung Barat. IPB. Bogor.

Budhi, Satya Gelar. 2008. Dilema Kebijakan dan Tantangan

Pengembangan Diversifikasi Usahatani Tanaman

Pangan. Diakses dari

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART8-3d.pdf, tanggal 20 Maret 2013 pukul 21.30 WIB. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. 2008. Statistik

Perkebunan Kabupaten Bandung Tahun 2008.

DISTANBUNHUT. Bandung.

Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. 2009. Statistik

Perkebunan Kabupaten Bandung Tahun 2009.

DISTANBUNHUT. Bandung.

Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. 2010. Statistik

Perkebunan Kabupaten Bandung Tahun 2010.

DISTANBUNHUT. Bandung.

Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. 2011. Statistik

Perkebunan Kabupaten Bandung Tahun 2011.

DISTANBUNHUT. Bandung.

Direktorat Pengembangan Permukiman. 2012. Profil

Penyediaan Prasarana dan Sarana Agropolitan. Dirjen

Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta. Garelli, Stephane. 2008. Menjadi No.1 di Abad ke-21: Kiat

Negara, Perusahaan, dan Individu Memenangi Persaingan di Era Baru. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Nuraini, Ida. 2007. Analisis Potensi Sektor Industri

Manufaktur di Kabupaten Malang. Diakses

http://nuraini.staff.umm.ac.id/files/2010/01/Publikasi-P2I-2007.doc, tanggal 25 Maret 2013 pukul 17.00 WIB. Putra, Alfian Permana. 2010. Konsep Pengembangan Industri

Berbasis Pertanian Dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Magetan. ITS. Surabaya.

Putri, Christina Hani dan Surya Dewi Rustariyuni. Analisis

Struktur Perekonomian Bali Pendekatan Shift Share.

Diakses dari

Prakoso, Kukuh. 2012. 5 Kekuatan Bersaing Perusahaan

(Michael Porter). Diakses dari

http://kukuhprakoso.wordpress.com/2012/10/01/5-kekuatan-bersaing-perusahaan-michael-porter/, tanggal 23 April 2013 pukul 00.44 WIB.

Rahmawati, Nur Fajri. 2008. Pengaruh Pelaksanaan

Agropolitan Terhadap Perkembangan Ekonomi di Tujuh Kawasan Agropolitan Kabupaten Magelang. IPB.

Bogor.

Rustiadi, Ernan dan Sugimin Pranoto. 2007. Agropolitan:

Membangun Ekonomi Perdesaan. Crestpent Press.

Bogor.

Rustiadi, Ernan, Sunsun Saefulhakim dan Dyah R Panudju. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crespent Press. Jakarta.

Santoso, Imam. 2006. Pengantar Agroindustri. Universitas Brawijaya. Malang.

Sudjana, Rani Setiani. 2008. Pengembangan Usaha dengan

Menambah Cakupan Usaha. Diakses dari

http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2008/11/10/pengem bangan-usaha-dengan-menambah-cakupan-usaha/, tanggal 16 Maret 2013 pukul 00.15 WIB.

Sumihardjo, Tumar. 2008. Penyelengaraan Pemerintahan

Daerah Melalu Pengembangan Daya Saing Berbasis Potensi Daerah. Fokusmedia. Bandung

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan

(42)

SEKIAN

TERIMA KASIH

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dihadapi perusahaan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait dengan pendapatan dan persediaan karena tidak adanya pengendalian internal dalam

Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan

Untuk memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan

Menentukan metode penyuluhan (ceramah, tanya jawab atau diskusi) sesuai dengan jenis penyuluhan, apakah penyuluhan langsung perorangan, kelompok atau mayarakat/massa.

Dari permasalahan yang timbul diatas, maka perusahaan membutuhkan suatu sistem informasi akutansi penggajian karyawan yang terkomputerisasi yang diharapkan

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, tidak didapatkan peresepan antibiotik yang termasuk dalam kategori IIIA jadi dari 36 pasien dan 39 jenis antibiotik yang digunakan sudah

Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam menganalisis dan melacak proposisi bentuk kosong wacana slogan, perlu diperhatikan (a) pihak pembuat atau penyampai slogan, (b) khalayak

Objektif utama yang perlu dicapai dalam kajian ini adalah untuk mendapatkan data yang berkualiti bagi meramal risiko kanser payudara dan menyatukan data dari