ISSN 1979-1208 9
AUDIT TEKNOLOGI UNTUK EVALUASI PEMASOK PLTN
SESUAI STRUKTUR PEREKAYASAAN BATAN
Reinhard PardedePusat Rekayasa dan Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310
Telp: 021-7560896; Fax: 021-7560921, Email: reinhard@batan.go.id
ABSTRAK
AUDIT TEKNOLOGI UNTUK EVALUASI PEMASOK PLTN SESUAI STRUKTUR PEREKAYASAAN PJM BATAN. Evaluasi pemasok secara transparan dengan menggunakan audit teknologi diperlukan seluruh tahapan pelaksanaan konstruksi. Struktur organisasi yang
disaranlan adalah perekayasaan tipe A yang melibatkan Batan, ESDM, BPPT, swasta professional lainnya. Struktur ini terdiri dari enam WBS (Work Breakdown Strukture- Struktur Rincian Kerja), masing-masing mempunyai Work Package (Paket Pekerjaan). WBS terdiri dari Sipil, Mekanikal, Elektrikal, Tapak, Keselamatan dan PLN. Setiap jenjang menghasilkan technical: notes, reports, documents. Ceklist audit teknologi diacu dari ISO 9001 Tahun 2008, Standar IAEA dan standar internasional lainnya., Tujuan studi adalah memanfaatkan semaksimal mungkin penggunaan teknologi serta mengurangi dampak rugi. Metode studi adalah penelusuran pustaka (dokumen tapak PLTN, BIS untuk paket EPCCdan materi cek list audit teknologi). Hasil menunjukkan bahwa dengan diterapkannya sistem audit teknologi ini diharapkan pengoperasian PLTN memiliki tingkat zero deviance.
Kata Kunci: Audit Teknologi, organisasi tipe A; Cek-list; BIS; EPCC
ABSTRACT
TECHNOLOGY AUDIT FOR EVALUATION OF THE NUCLEAR POWER PLANTs SUPPLIERS ACCORDING TO ENGINEERING STRUCTURE BATAN. Evaluation of suppliers transparently using technology audit required all phases of construction.One of the suggested
methods of evaluation is to establish a type A engineering organization structure involving Batan, ESDM, BPPT and private companies. The structure consists of six WBSs (Work Breakdown Structure) i.e. Civil, Mechanical, Electrical, Siting, Nuclear Safety and one suggested by PLN. Each WBS carries out several work packages, which producing in technical notes, technical reports, and technical documents. Technology audit checklist refers to ISO 9001: 2008; IAEA and other international standards, with support from consultants to get NPP technology with the high safety levels and economical. Purpose of the study is to get the most use of the technology used and to alleviate the loss of its use.The method used is a literature study (document siting nuclear power plants, BIS for package EPCC and material technology audit check list). The results showed that with the implementation of audit systems operating nuclear power plant technology is expected to have a zero level of Deviance. By applying this technology audit it is hoped that the operation of the first NPP in Indonesia will have a zero deviance.
ISSN 1979-1208 10
1.
PENDAHULUAN
Indonesia saat ini mengalami krisis energi listrik, Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) sesuai tugas pokoknya pada UU No 10/1997, melalui Perpres No.5/ 2006 diminta pemerintah untuk mempromosikan keniscayaan pembangunan PLTN. Dalam makalah ini saran untuk membentuk organisasi audit teknologi pada owner rancang-bangun PLTN sesuai struktur baru perekayasaan di Batan (Ka BPPT No. 01/Kp/BPPT/2009), karena model struktur organisasi yang lama[1] dirasa sudah tidak cocok karena terlalu sederhana. Audit teknologi adalah proses pengumpulan data dan penilaian bukti untuk menentukan apakah manajemen audit memungkinkan untuk mencapai tujuan teknologi PLTN yang mengutamakan keselamatan namun bernilai ekonomis. Organisasi audit teknologi ini bertindak sebagai auditor terhadapcalon pemasok dan pemasok yang terpilih. Pemasok yang diundang antara lain misalnya perusahaan General Elecric untuk PLTN Jenis Boiling Water Reactor (BWR); Westinghouse untuk PLTN jenis Pressure Water Reactor (PWR), atau perusahaan lain yang akan ditentukan oleh pemerintah. Penerapan model organisasi yang baru ini perlu dilakukan karena sudah dilakukan kajian terhadap penerapan model struktur organisasi lama tersebut terhadap rancang-bangun instalasi nuklir yang selama ini ditangani oleh Batan, seperti pada organikgram Proyek Konstruksi RSG-LP Serpong 1983-1993 yang lalu. Terlebih lagi, model organisasi baru ini sesuai untuk evaluasi rancang-bangun PLTN yang meniscayakan keterbukaan pada masyarakat luas sesuai dengan Amanat Undang-Undang No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik-KIP.
Audit teknologi juga tercantum dalam UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang secara tegas memberikan peraturan-peraturan pengelolaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Model organisasi audit teknologi ini sudah teruji karena sebelumnya sudah digunakan dipelbagai lembaga perekayasaan internasional (antara lain: antariksa) dan aktifitas kegiatan di BPP-Teknologi juga telah dikaji oleh satu unit satuan kerja Pusat Audit Teknologi-BPPT (Pedoman Audit Teknologi). Dengan digunakannya metode audit teknologi pada struktur organisasi perekayasaan ini pada kegiatan rancang bangun PLTN, maka akan diharapkan tidak ada penyimpangan. Jika pemasok tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka aktifitas pekerjaan dapat dihentikan. Sesuai kontrak antara pihak Indonesia dengan pemasok PLTN.
2.
METODOLOGI DAN TATA-CARA
Metode yang diterapkan adalah penelusuran kepustakaan maupun pengalaman empirik dalam menerapkan organisasi yang lama maupun yang baru yang pernah digunakan untuk kegiatan perekayasaan Batan (namun untuk kegiatan yang lebih kecil). Tata-cara audit teknologi adalah wawancara dengan pengumpulan data kualitatif, dan auditor mengajukan pertanyaan terhadap auditi sesuai kompetensinya. Jenis wawancara adalah berstruktur dan berstandar prosedur dan ceklist yang telah dibuat sebelumnya. Tahap-tahap yang ditempuh adalah: Tahap pelaksanaan audit teknologi terdiri dari tahap persiapan (penyusunan rencana dan instrumen audit teknologi, pelaksanaan audit teknologi (sesuai standarpelaksanaan dan teknik perolehan data), pasca audit (analisis, benchmarking), dilakukan diskusi oleh tim rekomendasi, dan pelaporan serta rencana tindak-lanjut (monitoring dan evaluasi hasil audit teknologi. Penyampaian untuk peningkatan mutu pasca-audit teknologi untuk continual improvement adalah: pertemuan kelompok, artikel berita khusus, dan media dunia maya.
ISSN 1979-1208 11
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil kajian kepustakaan dan pengalaman menerapkan metode audit teknologi pada rancangan instalasi nuklir lain didapatkan alasan bahwa pemilihan audit teknologi pada rencana PLTN ini adalah PLTN memiliki kandungan teknologi yang tinggi yang harus memenuhi regulasi keselamatan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Audit teknologimeliputi: proses teknologi (Technoware), sumber daya manusia yang terlibat (Humanware), informasi/data yang dibutuhkan dalam menjalankan teknologi (Infoware) dan organisasi (Orgaware)[2]. Audit teknologi juga dapat mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul (risk management) dan menghindari kerugian dari penggunaan teknologi yang tidak tepat atau teknologi yang mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan. Sedangkan alasan pemilihan organisasi tipe A, adalah karena tipe ini lebih cocok dan memiliki paling tidak 6 WBS-Work Breakdown Strukture-Struktur Rincian Kerja, 5 WBS untuk lingkup di dalam pembangkit PLTN, sedangkan dari luar pembangkit yaitu transmisi listrik yang dalam hal ini adalah perusahaan PLN (Perusahaan-umum Listrik Negara). Sedangkan ke-5 WBS lainnya, yaitu Sipil, Mekanikal, Elektrikal, Tapak, Keselamatan berasal dari Batan; ESDM; BPPT ; swasta professional yang kompetensinya telah diakui, selain adanya beberapa insinyur yang telah menerima pelatihan/ partisipasi desain di perusahaan pemasok. Pada struktur organisasi, masing-masing personil tiap WBS diberi wewenang dan fasilitas untuk melaksanakan tugas-tugasnya (Gambar terlampir)[3] diperoleh bahwa Chief Engineer Audit Teknologi melakukan koordinasi pekerjaan dan bertanggung jawab kepada Program Direktur dalam bentuk Dokumen Teknis (technical documents). Setiap jenjang menghasilkan technical notes; technical
reports/memorandum dan technical documents, didahului pemberian working- sheet, instruction sheet dan decession sheet, sehingga dapat dengan cepat terpantau perkembangan aktifitas,
termasuk penggunaan anggaran.
Aktifitas pekerjaan adalah meliputi paket EPCC (Engineering; Procurement; Construction dan Comissioning). Awal kegiatan didahului dengan program manual yang berisi program
objective, state of arts, WBS, struktur organisasi, man power planning, program master phasing plan, program scheduling, financial planning dan reporting system. dapat terdeteksi cepat bila ada
penyimpangan. Cheklist audit teknologi diacu dari ISO 9001: 2008; Standar IAEA: Technical
Report Series, No. 275: Bid Invitation Specification for Nuclear Power Plants, dan standar
internasional lainnya seperti ASME, IEEE dan bantuan konsultan untuk mendapatkan the–state–
of-arts PLTN terkini. Aktifitas pekerjaan evaluasi/audit teknologi dimulai terhadap data-data
tapak selanjutnya terhadap proses pembuatan dokumen BIS (Bid Invitation Specification). Data-data tapak yang meliputi: Analisis mengenai Geografi Topografi ; Geologi, Soil Mechanics dan Seismologi; Hidrologi; Meteorologi; dan Demografi. BIS adalah pekerjaan yang dimulai dengan pemberian pedoman pekerjaan rancang-bangun PLTN kepada calon pemasok, dimulai dari data-data tapak PLTN. Kemudian perusahaan calon pemasok mengirimkan jawaban terhadap pertanyaan owner sekaligus mengajukan pertanyaan baru pada owner atau konsultan yang mewakilinya. Proses ini bisa berlangsung 1-2 tahun, sebelum akhirnya PLTN dikonstruksikan. Evaluasi pemasok[4] didasarkan pada pengalaman pemasok yang berhubungan dengan pekerjaan instalasi seperti yang tercantum pada Tabel 1.
ISSN 1979-1208 12
Tabel-1: Bahan Ceklist Audit Teknologi terhadap auditi[4] No WBS-1: Sipil WBS-2: Mekanikal WBS-3: Elektrikal WBS-4: Tapak WBS-5: Keselamatan 1 Fuel storage building; sirkulasi air pompa; Diagram one-line untuk normal maupun darurat; analisis geografi kode keselamatan 2 radioactive waste building; re-sirkulasi air pendingin; transformator di dalam PLTN analisis topografi standard 3 emergency diesel generator building;
HVAC Motor analisis
geologi
regulasi
4 water treatment building;
sistem pasokan air; Generator di dalam PLTN
analisis pedoman;
5 water treatment building
lay-out equipment rated: voltage, short-circuit ratio dan sistem breaker; analisis soil mechanics OHSAS 18001: Keselamatan 6 control building;
spare and wear parts, Frequency, analisis seismologi sistem pemeringkatan keselamatan 7 information centre; consumable and special tool.
power factor, analisis hidrologi struktur, 8 service building; pengujian: termasuk uji-fungsi komisioning; medium voltage ac switchgear; analisis meteroologi; sistem 9 administration building;
inspeksi pra-servis low voltage ac
switchgear; analisis demografi. komponen 10 switchgear building; proses dan penyimpanan; d.c distributor ISO 14001: lingkungan kelas keselamatan 11 security building penyimpanan sementara selama maintenens, batterays dan chargear; rute escape;
12 kode in-servis; coverter dan
inverter
pasokan daya darurat; 13 kriteria
disain
re-pair control proteksi
14 Interfes; skedul Pentanahan dan
proteksi pelatihan personal 15 gambar lay-out sipil Ereksi CCTV Occupational Health
ISSN 1979-1208 13
konstruksi; fire alarm sistem
clock
Management System Req.,
Tabel-1: Bahan Ceklist Audit Teknologi terhadap auditi (Lanjutan) No WBS-1: Sipil WBS-2: Mekanikal WBS-3: Elektrikal WBS-4: Tapak WBS-5: Keselamatan 17 pre-stressing prokurmen, Diagram alir dan
perangkat instrumentation
Perundang-undangan 18 pondasi. manufaktur, diagram alir dan
perangkat control
quality assurance
19 reinforcement transport; open-loop control system (protective interlocking dan disturbances annunciators); arbitrase keselamatan 20 embedded parts
ISO 9000 Diagram alir dan perangkat
prosesing I&C;
garransi dan warranty;
Work Breakdown Structure ke-6 untuk perusahaan PLN tidak dibuat pada tabel di atas
karena di luar pembangkit berbasis kondisi nuklir atau non-nuklir . Ada juga yang masih diatur pada kontrak, yaitu masalah perubahan atau kerja tambah/kurang; kalkulasi eskalasi, interest dan fee; asuransi; lisenssing; delivery times; take-over; force majeure; sistem finansial; perundang-undangan; Bahan-bahan tersebut di atas disusun pada ceklist audit teknologi, kemudian disesuaikan dengan dokumen kontrak antara owner dengan pihak pemasok. Hal-hal yang disebutkan di atas masih bersifat umum dan dapat dikembangkan sesuai perkembangan dan kontrak.
Materi di atas dijadikan sebagai bahan-bahan ceklist audit teknologi. Dengan diterapkannya sistem audit teknologi ini diharapkan pengoperasian PLTN pertama Indonesia akan memiliki rasa memiliki yang tinggi sesuai konsep PTO- Personal Technology Operation yang menuju zero deviance penyimpangan desain sejak awal.
Sasaran audit teknologi yang digunakan di sini adalah bertujuan ”continual improvement” dengan proses manajemen perubahan berdasarkan hasil (Result-Based Management). Audit teknologi dilakukan dengan membandingkan BIS dengan dengan melakukan uji patok/banding (benchmark) terhadap PLTN dengan status (under construction, under
commissioning, dsb.) yang sama di berbagai negara. Tahapan audit teknologi adalah: Tahap
Persiapan (Pre Audit); Penetapan obyek dan lingkup audit; Kesepakatan audit dengan auditee; Penyusunan kriteria audit; Penyusunan Audit Plan; Pembentukan Tim audit; Metode pengumpulan sumber bukti; Tahap Pelaksanaan Audit (Onsite audit); Pengumpulan data sekunder dan primer; Wawancara; Observasi lapangan; Pengukuran; Analisa sumber bukti; Tahap Pelaporan (Post Audit); Analisa sumber bukti; Temuan; Penyusunan Rekomendasi; Klarifikasi Temuan dan Rekomendasi pada auditee; Rencana tindak; dan pelaporan.
Pada audit teknologi, semua personil orang yang melakukan audit disebut auditor pemeriksa auditi. Auditor mendapat tugas (job classification) sesuai disiplin. Dalam struktur organisasi tugas dibagi secara matriks. Chief engineer dalam organisasi owner melakukan tugas
ISSN 1979-1208 14
sebagai General Supervisor, yang memiliki tanggung-jawab terhadap hasil audit teknologi keseluruhan; Mengevaluasi untuk menjaga mutu hasil audit teknologi; melakukan koordinasi auditee; Group Leader (sesuai disiplin yang dimilikinya) dalam organisasi perekayasaan bertindak sebagai Technical Supervisor yang melakukan monitoring untuk kelancaran teknis pelaksanaan audit teknologi; Membantu kelancaran koordinasi dengan auditee. Leader dalam organisasi bertindak sebagai Lead Auditor: Mengkoordinasikan penyusunan rencana; Pelaksanaan audit lapangan dan Pembuatan laporan. Engineer dalam organisasi bertindak sebagai Auditor: Membantu Lead Auditor dalam penyusunan rencana; Pelaksanaan audit lapangan dan; Pembuatan laporan. Teknisi: Membantu auditor dalam pengumpulan data lapangan; Narasumber: Memberikan masukan informasi yang berkaitan dengan isu, status industri dan teknologi, serta keilmuan yang relevan. Ceklist Audit PLTN seharusnya menjadikan pedoman IAEA GS-G-3.5: 2009[5] sebagai acuan utama karena pedoman ini menjelaskan tahap PLTN dari mulai tapak, disain, konstruksi, komisioning, konstruksi, operasi bahkan sampai dekomisioning. Pemeringkatan dapat diambil dari pemeringkatan[6] berdasarkan struktur, sistem dan komponen (ASME Code Section III, Subsection NB-Class I Component dan Quality
Assurance Level (QAL) II, General Atomics, USA. Dari aktifitas tersebut tampaklah bahwa audit
teknologi lebih mementingkan proses daripada hasil, sehingga perlu ada penilaian pelaku proses tersebut yaitu penilaian terhadap personal organisasi[7]: seperti yang tercantum pada Tabel 2 berikut:
Tabel2: Materi Penilaian Kinerja Auditor[7]
No. Entitas Deskripsi
1 Kepemimpinan Sifat kepemimpinan auditor dalam menciptakan dan pengembangan secara kontinu.
2 Informasi dan analisis Kemampuan auditor menggunakan informasi untuk keunggulan kinerja.
3 Perencanaan Strategi Perencanaan Strategi yang dilakukan agar kinerja auditor efektif.
4 Pengembangan sumber daya manusia auditor dan manajemen:
Kemampuan auditor dalam mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensinya, kerjasama, tanggung-jawab untuk memenuhi sasaran
5 Proses manajemen Kemampuan mengelola dan mengembangkan proses untuk mencapai kinerja yang tinggi
6 Pengukuran hasil Kemampuan untuk melaksanakan, mengembangkan, efektiftas produktifitas serta indikator kinerja
7 Fokus eksternal Kemampuan untuk membangun hubungan kerja ke luar organisasi.
Penilaian terhadap kinerja auditor dapat dikembangkan secara rinci, namun tidak boleh kurang dari item entitas penilaian, sehingga dapat diberikan angka score dan indeks sebagai identifikasi indikator kinerja yang dapat terukur (measureable) dan yang dapat diterima (acceptable) serta dapat dilakukan pembelajaran untukpenetapan critical success factor (CSF). Personal yang telah memiliki pendidikan, pelatihan, pengalaman yang cukup akan mampu mengidentifikasi hal-hal yang tidak terlihat tapi dapat terjadi (potensial blind spot). Kinerja dapat diukur dengan penerapan metode ADLI (Approach, Deployment, Learning, Integration) pada saat
ISSN 1979-1208 15
berlangsungnya proses perekayasaan, dan metode LETCI (Level, Trend, Comparison, Integration) dan proses desain telah selesai. Metode ADLI adalah memenuhi unsur-unsur Approach (Pendekatan), sejauh mana pendekatan itu dapat diulang dan didasarkan pada data dan informasi yang terpercaya. Deployment (Penjabaran) adalah sejauh mana penjabaran dapat dilakukan sehingga masalah menjadi jelas. Learning (Pembelajaran) adalah perlakuan terhadap terobosan melalui inovasi. Integration (Integrasi) adalah terintegrasi dengan kebutuhan unit kerja. Metode LETCI adalah pemenuhan unsur-unsur Level (Tingkat),tingkat kinerja saat ini.
Trend (Trend) adalah laju peningkatan kinerja,Comparison (Perbandingan) adalah perbandingan
dengan unit kerja lain secara bencmarking. Integration (Integrasi) adalah integrasi dengan pengguna. Diberikannya sistem penilaian kinerja pada perekayasa/auditor teknologi, akan mempunyai sifat yang hati-hati dalam aktifitas pekerjaannya.
Hasil audit teknologi akan dijadikan bahan penilaian terhadap pemasok dan juga terhadap auditor. Ketidakpuasan akan jadi bahan penilaian tinjauan manajemen. Resiko terburuk akibat tidak dipatuhinya hasil audit teknologi adalah dihentikannya personal dan yang tertinggi adalah aktivitas pekerjaan dihentikan.
Perlu dianggarkan pengupahan yang besarnya sesuai standar pengupahan yang sesuai terhadap auditor ini karena mereka diharapkan independen dalam pekerjaannya dalam mengawasi pekerjaan auditi/pemasok yang menerima standar upah yang sesuai, sehingga tidak terjadi management corruption yang dapat mempengaruhi pekerjaan rancang-bangun PLTN.
4.
KESIMPULAN
a) Walaupun struktur organisasi audit teknologi yang baru tampaknya lebih rumit sebagai organisasi PLTN dibandingkan bentuk struktur organisasi PLTN yang lama yang lebih sederhana, namun akan menghasilkan pekerjaan evaluasi yang lebih dapat dipertanggung-jawabkan. Kalaupun masih ada kelemahan-kelemahannya masih dapat diperbaiki.
b) Oleh karena personal pada pekerjaan audit teknologi PLTN ini bekerja dengan posisi sama tingginya dengan pemasok terperiksa/auditi, maka diharapkan memiliki gaji yang sesuai dengan standar pengupahan agar tidak terjadi “management corruption”.
DAFTAR PUSTAKA
{1} IAEA, “Safety Series, Quality Assurance: Organization for Nuclear Power Plants” A Safety Guide” 50-SG-QA7, International Atomic Energy Agency, Vienna, (1983).
[2] BPPT, ”Pedoman Audit Teknologi”, BPPT, Jakarta, (2008)
[3] BPPT, ”Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Perekayasa”, BPPT, Jakarta, (2009) [4] IAEA, “Bid Invitation Specification for Nuclear Power Plants” Technical Report Series, No. 275”, International Atomic Energy Agency, Vienna, (1987).
[5] IAEA, “Safety Standard Series, The Management System for Nuclear Installations, A Safety Guide GS-G-3.5, International Atomic Energy Agency, Vienna, (2009).
[6] IAEA, “Safety Standard Series, Safety Fungtions and Component Classification for BWR, PWR, and
PTR” A Safety Guide” 50-SG-D1, International Atomic Energy Agency, Vienna, (1979).
[7].---,, “Criteria for Performance Exellent – Business and Non-profit”, Baldrige National Quality Program (2008).
ISSN 1979-1208 16
DISKUSI
1. Pertanyaan dari Sdr. Agus Sugiyono (BPPT)
Audit teknologi mudah dilakukan untuk plant yang sudah ada, seperti PLTU Batubara. Kalau untuk PLTN yang kita belum punya, bagaimana usulan Anda untuk melakukan audit teknologi?
Jawaban:
Untuk PLTN yang belum kita punya, calon auditor teknologi PLTN bisa mempelajari masalah-masalah PLTN dari negara-negara lain yang telah lebih dulu mengoperasikan PLTN untuk jenis PLTN yang sama. Bisa melalui G to G antara Indonesia dengan negara pemilik PLTN secara langsung. Namun bisa pula melalui Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
2. Pertanyaan dari Sdr. Fahurrachman (PT SI/STT PLN)
Kapankah tim audit teknologi bekerja, saat bidding (penawaran) atau sesudahnya? Jawaban:
Tim auditor hanya dapat bekerja setelah organisasi Owner (pemilik) PLTN sudah terbentuk.