• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STIMULAN ASAM ASETAT TERHADAP EFISIENSI PENGIKATAN URANIUM DALAM. BIOREMEDIASI LINGKUNGAN MENGGUNAKAN Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STIMULAN ASAM ASETAT TERHADAP EFISIENSI PENGIKATAN URANIUM DALAM. BIOREMEDIASI LINGKUNGAN MENGGUNAKAN Bacillus sp. dan Pseudomonas sp."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STIMULAN ASAM ASETAT TERHADAP

EFISIENSI PENGIKATAN URANIUM DALAM

BIOREMEDIASI LINGKUNGAN MENGGUNAKAN Bacillus

sp. dan Pseudomonas sp.

M. Yazid, Aris Bastianudin

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN, Yogyakarta

ABSTRAK

PENGARUH STIMULAN ASAM ASETAT TERHADAP EFISIENSI PENGIKATAN URANIUM DALAM PROSES BIOREMEDIASI LINGKUNGAN MENGGUNAKAN Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Telah dilakukan penelitian pengaruh asam asetat terhadap efisiensi pengikatan uranium dalam bioremediasi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data pengaruh penambahan stimulan asam asetat terhadap peningkatan kinerja kedua jenis bakteri tersebut sebagai agen bioremediasi limbah radioaktif yang mengandung uranium. Penambahan asam asetat dilakukan dengan variasi konsentrasi 1, 2 dan 3 mM dan volume 1,5 ml; 3,5 ml; 5,5 ml dan 7,5 ml. Medium yang digunakan untuk pertumbuhan isolat bakteri

adalah Nutrient Borth (NB) yang telah disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121 oC dengan

tekanan 1 atm. Pengambilan sampel untuk pengukuran OD pada kedua kultur bakteri tersebut dilakukan dengan variabel waktu 0, 6, 12, 24, 48 dan 54 jam. Penentuan efisiensi pengikatan uranium oleh Pseudomonas sp dan Bacillus sp. dilakukan dengan analisis sisa uranium di dalam supernatan menggunakan metode spektrofotometri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu inkubasi yang optimal untuk pengikatan uranium oleh Bacillus maupun Pseudomonas adalah 54 jam. Penambahan stimulan asam asetat memberikan pengaruh yang paling optimal terhadap rentang waktu pencapaian fase stasioner untuk Bacillus pada konsentrasi 1 mM, dan Pseudomonas 3 mM. Efisiensi pengikatan uranium oleh Bacillus maksimal pada penambahan asam asetat 1 mM sebanyak 7,5 ml, untuk Pseudomonas pada penambahan asam asetat 3 mM sebanyak 1,5 ml dengan waktu inkubasi 54 jam yaitu sebesar 99,8 %

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ACETHYL ACID STIMULANT FOR URANIUM BONDING IN THE ENVIRONMENTAL BIOREMEDIATION BY USING Pseudomonas sp AND Bacillus sp. The research of acethyl acid influence for uranium bonding eficiency in the environmental bioremediation has been done. The objective research is to get data for acethyl acid influence for improving performance of the both bacterial type used as bioremediation agent for radioactive waste especially radioactive waste containing uranium. The acethyl acid addition has been done with the concentration variable 1, 2 and 3 mM and volume variable 1,5 ; 3,5 ; 5,5 and 7,5 ml. Medium that used in this research is Nutrient Borth (NB) that has sterilized by autoclave on 121 C and 1 atm pressure. OD measurement sampling on both biological culture done by time variable 0, 6, 12, 24, 48 and 54 hours. Determination of uranium bonding efficiency by Pseudomonas sp. and Bacillus sp. were done by analizing rest uranium in supernathan using spectrophotometri. The conclusion of this research is the optimum incubation time of the uranium bonding by Bacillus sp. or Pseudomonas sp. are 54 hours. The optimum influence of stimulant added for the range time of stationare phase of Bacillus sp. is 1 mM and Pseudomonas sp is 3 mM. The maximum uranium bonding eficiency by Bacillus sp is for acethyl acid added 7,5 ml volume and Pseudomonas sp is 1,5 ml volume for incubation time 54 hours are 99,8 %.

PENDAHULUAN

emanfaatan teknologi nuklir di berbagai bidang akan berpotensi terjadinya pelepasan radionuklida non alami baik berupa produk fisi maupun aktivasi ke lingkungan. Limbah radioaktif banyak mengandung sejumlah logam berat dan radionuklida yang berbahaya terhadap manusia dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.

Limbah tersebut merupakan kombinasi antara logam non radioaktif seperti tembaga dan timah dengan logam radioaktif seperti stronsium, uranium, thorium dan radium. Keberadaan radionuklida dalam limbah dapat berpotensi sebagai sumber radiasi eksternal dan apabila terserap oleh mahluk hidup akan berperan sebagai sumber radiasi internal. (1)

(2)

Salah satu alternatif dalam menangani lingkungan yang tercemar uranium maupun jenis radionuklida lainnya adalah dengan memanfaatkan organisme hidup sebagai agen bioremediator. Pengunaan organisme hidup untuk mengurangi kandungan logam berat dan bahan beracun lainnya (termasuk radionuklida) merupakan prinsip dasar bioremediasi lingkungan. Untuk bioremediasi lingkungan, mikrobia memiliki bebrapa kelebihan antara lain waktu hidupnya singkat, dapat diproduksi dalam jumlah besar, produksinya mudah ditingkatkan, mempunyai kemampuian adaptasi yang besar dan lenih aman terhadap lingkungan.(2, 3)

Penggunaan bakteri menjadi salah satu teknik yang paling menjanjikan dalam menangani radiotoksisitas, teknik ini berkaitan dengan kemampuan bakteri untuk hidup menghasilkan suatu enzim untuk mengurangi kadar bahan toksik di lingkungan.(4) Bakteri memiliki berbagai mekanisme dalam mendetoksifikasi radionuklida, antara lain melalui reaksi reduksi oksidasi, kompleksasi, biosurfaktan dan siderofor. Selain itu, bakteri memiliki kemampuan untuk mengikat radionuklida baik pada permukaan luar maupun intraselularnya.(5)

Bakteri memiliki kemampuan beradaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi ekstrim, termasuk lingkungan yang mengandung radionuklida. Dengan waktu generasinya yang paling pendek dan kemampuan beberapa spesies untuk mengikat radionuklida, memungkinkan bakteri untuk dijadikan sebagai salah satu solusi dalam penanganan lingkungan yang tercemar radionuklida.

Peningkatan efisiensi kinerja bakteri dalam melakukan pengikatan radionuklida dapat dilakukan dengan cara aklimatisasi bakteri sehingga telah mampu beradaptasi terhadap kondisi yang diinginkan serta penambahan nutrisi yang sesuai untuk menstimulasi pertumbuhannya. Asam asetat merupakan bahan organik yang dapat dimanfaatkan mikroba sebagai sumber karbon dalam proses metabolismenya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kinerja kedua jenis bakteri tersebut untuk digunakan sebagai agen bioremediasi limbah radioaktif khususnya yang mengandung uranium.

TATA KERJA

Bahan yang diperlukan

Isolat Bakteri Pseudomonas sp., Isolat

Bakteri Bacillus sp., Uranil Nitrat

UO2(NO3)2.6H2O, Asam asetat CH3COOH,

Medium Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar Miring.

Alat yang digunakan

Laminer Air Flow (LAF), Mikroskop,

Autoclave, Waterbath shaker 37 OC, Magnetik

stirrer, Spektrofotometer, Sentrifuge, Peralatan gelas.

Cara kerja : Kultivasi Bakteri

Kultivasi bakteri dilakukan dalam medium Nutrient Borth (NB) dengan memasukkan 10 ml kultur bakteri ke dalam medium tersebut yang mengandung uranium 60 ppm untuk Bacillus sp, dengan jumlah sel ± 1.11 x 109 sel/ml. dan 100 ppm untuk Psedomonas sp, dengan jumlah sel ± 0.98x109 sel/ml. Medium yang telah mengandung bakteri kemudian diinkubasikan pada waterbath shaker pada kecepatan 100 rpm, suhu 37 oC. Kedua kultur bakteri tersebut kemudian diamati pertumbuhan, kadar asam asetat, konsentrasi uranium dan pH.nya.

Penentuan kurva pertumbuhan

Penentuan kurva pertumbuhan bakteri dimaksudkan untuk identifikasi fase yang akan digunakan dalam analisis pengaruh penambahan asam asetat terhadap lama waktu pencapaian fase stasioner (jam). Penentuan kurva pertumbuhan dilakukan dengan cara analisis menggunakan spektrofotometer pada jam ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51 dan 54.

Analisis kadar asam asetat

Analisis kadar asetat dalam medium pertumbuhan bakteri bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemanfaatan stimulan asam asetat yang oleh bakteri. Analisis ini dilakukan menggunakan metode titrasi netralisasi dengan larutan standar NaOH dan indikator phenophtalin (PP).

Penentuan efisiensi bioremediasi uranium

Efisiensi bioremediasi uranium dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi uranium di dalam medium pertumbuhan bakteri pada jam ke 0, 6, 15, 21, 27, 33, 39, 42, 48 dan 54. Sampel disentrifuge pada kecepatan 3500 rpm selama 30 menit untuk memisahkan sel bakteri dengan medium. Sentrifugasi akan menghasilkan endapan yang berisi sel bakteri dan supernatan yang mengandung uranium sisa. Supernatan dimasukkan ke dalam botol flakon dan diukur kadar uraniumnya. (6)

(3)

Efisiensi bioremidiasi uranium dihitung mengguna-kan persamaan :

100%

x

U

U

U

Eb

0 t 0

=

Keterangan : Eb = Efisiensi bioremediasi

Uo = Konsentrasi uranium awal

Ut = Konsentrasi uranium pada jam pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya peningkatan efisiensi bioremediasi pada umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu penambahan mikroba yang telah beradaptasi dan penambahan nutrisi yang spesifik untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba tersebut sehingga efisiensinya bioremediasinya meningkat. Asam asetat merupakan nutrisi bahan organik yang dapat dimanfaatkan mikroba sebagai sumber karbon dalam proses metabolisme, sehingga diharapkan akan mampu menstimulasi pertumbuhannya. Dalam penelitian ini dilakukan penambahan asam asetat dengan beberapa variasi konsentrasi dan volume ke dalam medium pertumbuhan Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa yang mengandung uranium.

Pengukuran pertumbuhan bakteri dilakukan dengan menggunakan prinsip turbidimetri yang berdasarkan kekeruhan larutan. Apabila seberkas cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu larutan, maka semakin pekat larutan tersebut akan semakin banyak menyerap cahaya, sehingga semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Prinsip turbidimetri pada panjang gelombang 600 nm digunakan untuk mengukur biomassa sel bakteri hidup maupun mati. Pemilihan metode didasarkan pada mekanisme bioremediasi uranium yang melibatkan sel bakteri hidup dan yang mati; karena sel bakteri yang mati juga berperan dalam mekanisme biosorpsi dengan memnfaatkan gugus-gugus fungsional pada permukaan dinding sel bakteri.

Adapun penentuan kurva pertumbuhan bakteri dimaksudkan untuk melakukan identifikasi fase pertumbuhannya. Pola pertumbuhan bakteri secara batch culture terdiri dari empat fase, yaitu fase lambat (lag phase), fase logaritmik (exponential phase), fase statis (stationary phase) dan fase

kematian (death phase). Analisis kurva

pertumbuhan bakteri dititik beratkan pada lama waktu pencapaian fase stasioner dalam jam. Fase stasioner dicapai setelah bakteri mengalami fase lag dan log sehingga dalam rentang waktu pencapaian fase stasioner berlangsung fase lag dan log. Penambahan stimulan asam asetat diharapkan dapat

memperpanjang fase eksponensial karena menyediakan sumber karbon kedua selain extract yeast sebagai sumber karbon utama. Hasil pengukuran nilai OD, pertumbuhan Bacillus subtilis di dalam medium NB, konsentrasi uranium 60 ppm dengan variasi penambahan asam asetat disajikan pada Gambar 1. 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 0 3 6 9 1 2 1 5 1 8 21 2 4 2 7 30 33 3 6 3 9 42 45 4 8 5 1 54

waktu inkubas i (jam)

O D pe r tu m bu h a n (6 0 0 n m ) 0 1mM-1.5ml 1mM-3.5ml 1mM-5.5ml 1mM-7.5m 2mM-1.5ml 2mM-3.5ml 2mM-5.5ml 2mM-7.5ml 3mM-1.5m 3mM-3.5ml 3mM-5.5ml 3mM-7.5ml

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Bacillus subtilis pada medium NB-uranium 60 ppm dengan penambahan asam asetat pada beberapa variasi konsentrasi dan volume

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa, kurva pertumbuhan kurva pertumbuhan bakteri sampai dengan jam ke 42 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan; namun setelah itu baru terlihat bahwa penembahan asam asetat 3 mM 1,5 ml; 3 mM 3,5 ml; 3 mM 5,5 ml dan 3 mM 7,5 ml mencapai fase stationer lebih cepat dengan rentang waktu yang lebih pendek jika dibandingkan dengan perlakuan 1 dan 2 mM. 0 .0 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8 1 .0 1 .2 1 .4 1 .6 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 w a ktu inku basi (jam )

O D pe r tum buha n (600n m ) 0 1 mM- 1. 5ml 1 mM- 3. 5ml 1mM - 5. 5ml 1mM- 7.5ml 2 mM- 1. 5ml 2 mM- 3. 5ml 2 mM- 5. 5ml 2mM - 7. 5ml 3mM- 1.5ml 3 mM- 3. 5ml 3 mM- 5. 5ml 3 mM- 7. 5ml

Gambar 2. Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada medium NB-uranium 60 ppm dengan penambahan asam asetat pada beberapa variasi konsentrasi dan volume Sedangkan Gambar 2 menunjukkan bahwa pertumbuhan Pseudomonas pada perlakuan penambahan asam asetat 2 mM 7,5 ml; 3 mM 1,5 ml ; 3 mM 3,5 ml; 3 mM 5,5 ml dan 3 mM 7,5 ml terlihat relatif lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan yang lain, tetapi memiliki lama waktu pencapaian fase stationer yang lebih panjang.

(4)

Dari Gambar 3 di bawah dapat diketahui bahwa terjadi pengikatan uranium secara signifikan oleh Bacillus sp. pada waktu inkubasi 6 jam. Pada rentang waktu tersebut masih banyak gugus fungsional pada membran sel yang dapat berikatan dengan ion uranil. Sedangkan pada jam berikutnya penurunan konsentrasi uranium terlihat lebih lambat karena sudah banyak gugus fungsional yang jenuh dengan ion uranil.

0 10 20 30 40 50 60 70 0 6 12 1 8 24 30 36 42 48 54

wak tu in k u basi (jam )

k o n se n tr a si U s is a (p p m ) 0 1mM-1.5 ml 1 mM-3 .5ml 1 mM-5.5ml 1mM-7.5ml 2mM-1.5 ml 2mM-3.5 ml 2 mM-5 .5ml 2 mM-7.5ml 3mM-1.5ml 3mM-3.5 ml 3mm-5 .5ml 3 mM-7 .5ml

Gambar 3. Konsentrasi uranium sisa pada Bacillus subtilis dengan penambahan asam asetat Sedangkan Gambar 4 menunjukkan bahwa konsentrasi uranium sisa menurun tajam pada waktu inkubasi 6 jam yang disebabkan oleh melimpahnya jumlah gugus fungsional yang dapat berikatan dengan gugus uranil. Setelah waktu inkubasi 6 jam pertama, pengikatan uranium oleh Pseudomonas terus berlangsungsampai dengan akhir pengamatan sehingga konsentrasi uranium terendah terjadi pada waktu inkubasi terpanjang (54 jam).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 6 12 1 8 2 4 30 36 4 2 4 8 54 w a k t u ink uba si ( ja m ) ko ns en tr a si U s is a (p p m ) 0 1 m M-1 .5 ml 1 mM-3 .5 m l 1 m M-5 .5 m l 1 mM -7 .5 m l 2 m M-1 .5 m l 2 m M-3 .5 ml 2 mM-5 .5 m l 2 m M-7 .5 m l 3 mM -1 .5 m l 3 m M-3 .5 m l 3 m M-5 .5 ml 3 mM-7 .5 m l

Gambar 4. Konsentrasi uranium sisa pada Pseudomonas aruginosa dengan penambahan asam asetat

Jika dicermati Gambar 5, dimungkinkan

pemanfaatan asam asetat oleh Bacillus sp. berlangsung setelah waktu inkubasi 12 jam, yang ditandai dengan terjadinya penurunan asam asetat. Selama waktu inkubasi 1 jam pertama, dimungkinkan Bacillus hanya memanfaatkan extract yeast sebagai satu-satunya sumber carbon. Setelah jam ke 12 sampai dengan akhir pengamatan, asam asetat dalam media pertumbuhan mengalami

penurunan secara kontinyu yang mengindikasikan adanya pemanfaatan asam asetat oleh Bacillus.

0 .0 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8 1 .0 1 .2 1 .4 0 6 1 2 1 8 2 4 3 0 3 6 4 2 4 8 5 4 wa k tu i nk uba s i (jam) O D per tu m b u han (6 0 0 n m 0 .0 0 0 .0 2 0 .0 4 0 .0 6 0 .0 8 0 .1 0 0 .1 2 k a da r a sam a setat (%) O D pe rt um bu han (6 0 0 nm ) k ad ar as am as e t at (% )

Gambar 5. Hubungan penambahan asam asetat terhadap Bacillus subtilis

Penurunan kadar asam asetat di dalam media pertumbuhan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan Bacillus dan ketika asam asetat di dalam media mulai menipis maka fase pertumbuhan eksponensial mulai melambat dan akhirnya

memasuki fase stasioner.

0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0 0 6 1 2 1 8 2 4 3 0 3 6 4 2 4 8 5 4

w aktu i nkubasi (jam )

k o ns e n tr a si U s is a ( p pm ) 0 .0 0 0 .0 2 0 .0 4 0 .0 6 0 .0 8 0 .1 0 ka d a r a sam as e ta t (% )

k o ns e ntra s i u raniu m s is a (p pm) k adar as am as e tat (% )

Gambar 6. Hubungan penambahan asam asetat terhadap Psedomonas aeuginosa Gambar 6 menunjukkan bahwa setelah waktu inkubasi 6 jam kadar asam asetat mengalami penurunan hingga waktu inkubasi 54 jam, sebaliknya kurva pertumbuhan mengalami peningkatan secara kontinyu hingga waktu inkubasi 48 jam dan mulai memasuki fase stationer pada pengamatan terakhir. Peningkatan kadar asam asetat selama 6 jam inkubasi pertama disebabkan adanya produksi asam tersebut oleh bakteri Pseudomonas sehingga selama selang waktu tersebut asam asetat yang ditambahkan belum dimanfaatkan sebagai sumber karbon. Penurunan kadar asam asetat di dalam media pertumbuhan mengindikasikan adanya pemanfaatan asam tersebut oleh bakteri, yang kemudian dapat mendukung proses regenerasi sel untuk meningkatkan pertumbuhan.

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa penambahan asam asetat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap lama waktu pencapaian fase stasioner baik pada Bacillus maupun

(5)

Pseudomonas. Perlakuan penambahan asam asetat 1 dan 2 mM memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rerata lama waktu pencapaian fase stationer dalam jam Bacillus. Pada Pseudomonas lama waktu pencapaian fase stationer berbeda secara signifikan terhadap kontrol pada penambahan 2 dan 3 mM. Pseudomonas memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap penambahan asam asetat, hal ini berkaitan dengan struktur didnding sel kedua bakteri tersebut.

Dinding sel Pseudomonas memiliki struktur yang lebih komplek dibandingkan dengan Bacillus. Dinding sel Pseudomonas terdiri dari lipopolisakarida (LPS), membran luar, peptidoglikan dan membran sitoplasma. Sedangkan dinding sel Bacillus hanya terdiri dari asam teikoat dan lipoteikoat yang tertanam pada peptidoglikan, peptidoglikan dan membran sitoplasma. Struktur dinding sel Pseudomonas yang lebih komplek tersebut menyediakan pertahanan yang lebih bagus terhadap kondisi lingkungan yang asam.

Penambahan asam asetat dalam media pertumbuhan dengan konsentrasi dan volume yang tepat akan dimanfaatkan sebagai sumber karbon yang mendukung pertumbuhan kedua jenis bakteri tersebut. Pengambilan asam asetat terjadi melalui defusi pasif dengan bantuan monokarboksilat. Asam asetat berdifusi menyeberangi membran sitoplasma dalam bentuk terprotonisasi atau diangkut oleh ion H+ simpoter dimana satu H+ mengangkut per molekul asam asetat. (7)

Asam asetat dapat mendukung pertumbuhan bakteri berkaitan dengan kemampuannya mengkonversi asam tersebut menjadi substrat yang siap dimetabolisme. Asam asetat dapat dikonversi menjadi asetil CoA melalui dua rute yang berbeda. Sebagian besar organisme mensintesis asetil CoA melalui reaksi asetil CoA sintetase (ACS) atau asetat kinase (ACK) / fosfotransasetilase (PTA). Bacillus dapat melalui kedua jalur tersebut untuk menginterkonversi asam asetat dan asetil CoA. Pseudomonas menggunakan ACK dan PTA untuk membentuk asetil CoA. (8).

KESIMPULAN

1. Waktu inkubasi yang optimal untuk pengikatan uranium oleh Bacillus maupun Pseudomonas baik dengan penambahan stimulan asam asetat ke dalam media pertumbuhan maupun tidak adalah 54 jam.

2. Penambahan stimulan asam asetat memberikan pengaruh yang paling optimal terhadap rentang waktu pencapaian fase stasioner untuk Bacillus

pada konsentrasi 1 mM, sedangkan untuk Pseudomonas 3 mM.

3. Efisiensi pengikatan uranium oleh Bacillus maksimal pada penambahan asam asetat 1 mM sebanyak 7,5 ml dengan waktu inkubasi 54 jam yaitu sebesar 99,8 %, sedangkan pada Pseudomonas maksimal pada penambahan asam asetat 3 mM sebanyak 1,5 ml dengan waktu inkubasi 54 jam yaitu sebesar 99,8 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. SUHENDRAYATNA., “Bioremoval Logam Berat Dengan Menggunakan Mikroorganisme.”(2001).,http//www.istecs.org/

publication/Japan/010211_suhendrayatn.PDF 2. GADD, GM., “Heavy Metal Pollutant.

Environment and biotechnological aspect”. Encyclopedia of microbiology. 2nd Ed. McGraw-Hill Book Company.Inc. New York. (2000).

3. GAZSO, L “The Key Microbial Processes in The Removal of Toxic Metals and Radionuclides From The Environment” (2001).,. http//www.fjokk.hu/cejoem/ files/volume7/vol7no3-4/CE01_3-4-03.htm.

4. CRAWFORD, R.L & DON, L.C., “Bioremediation : Principles and Aplications”,. Cambridge University Press. Melbourne. (1998).

5. FAISON, B.D. & CARMEN, A.C. et al ., Binding of Disolved Strontium by Micrococcus

Luteus.” (1990)., http//www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fc

gi?artid=

185047&action=stream&blobtype=pdf

6. STANBERG et al., ” Microbial Cells on Biosorbent for Heavy Metal Accumullation of Uranium by Sacharomyces cereviceae and Pseudomonas aerugenosa.” (1981)

7. DAUNER, M et al., ”Intraceluller Carbon Fluxes in Riboflavin, Producing Bacillus subtilis during Growth on Two Carbon Substrat Mixtures.” Applied and Environmental Microbioloby, 68 (2002)

8. (Grundy,1993) GRUNDY, F G. et al ., ”Identification of Gen Involved in Utilization of Acetate and Acetoin in Bacillus subtilis.” Mol. Microbiol, 10 (1993).

(6)

TANYA JAWAB

Setyo Atmojo

− Apa kelebihan mikroba dibandingkan dengan pengolahan kimia maupun fisika dalam pengolahan limbah U ?

− Apa fungsi asam asetat dalam proses tersebut ?

Aris Bastianudin

• Kelebihannya adalah mikroba waktu hidupnya singkat, dapat diproduksi dalam jumlah besar, produksi mudah ditingkatkan, mempunyai kemampuan adaptasi yang besar dan lebih aman terhadap lingkungan.

• Asam asetat berfungsi sebagai nutrisi yang dimanfaatkan mikroba sebagai sumber karbon dalam proses metabolisme dan diharapkan akan mampu menstimulasi pertumbuhannya. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi bioremediasi uranium.

Jumari

− Mengapa kandungan uranium untuk pengujian kimia Bacillus Sp adalah 60 ppm dan Pseudomonas Sp adalah 100 ppm ?

− Selain uranium apakah mikroba dapat digunakan untuk remediasi unsur-unsur lain ?

Aris Bastianudin

• Pemilihan kandungan uranium dalam media pertumbuhan adalah berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yaitu koefisien pertumbuhan spesifik (µ) untuk Bacillus maksimal pada konsentrasi U : 60 ppm dan Pseudomonas Sp pada konsentrasi U : 100 ppm.

• Dapat, yang sudah dilakukan di PTAPB adalah untuk remediasi Stronsium.

Gambar

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Bacillus subtilis  pada medium NB-uranium 60 ppm  dengan penambahan asam asetat pada  beberapa variasi konsentrasi dan  volume
Gambar 4.  Konsentrasi uranium sisa pada  Pseudomonas aruginosa dengan  penambahan asam asetat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penafsiran titik pendugaan geolistrik dari nilai tahanan jenisnya kemudian dikorelasikan dengan pendugaan geolistrik di lokasi pendugaan yang lain, kemudian

Saudara untuk datang di acara rapat menjelang ujian yang akan di selenggar.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Pemberian air susu ibu pada masyarakat di Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 2020, maka dapat di simpulkan sebagai berikut,

Pengolahan citra (image processing) memiliki hubungan yang sangat erat dengan disiplin ilmu yang lain. jika sebuah ilmu disiplin ilmu dinyatakan dengan bentuk proses

Matlamat pelaksanaan kursus pendek Kolej Komuniti kementerian Pendidikan Malaysia adalah untuk menyediakan peluang latihan kepada semua lapisan masyarakat setempat untuk

Hasil yang tidak berbeda ditunjukkan pada penelitian terhadap efek pemberian analgesia pre-emtif parecoxib yang mampu menurunkan skala nyeri pascaoperasi hidung tenggorokan

Well maintained strong financial results Consol Revenue grew 8.2% YoY to Rp61.5tn Tsel Revenue grew by 10.4% YoY to Rp44.0tn. Telkom unconsol improve the positive growth at 1.2%

Meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran CUPs ( Conceptual Understanding Procedures ). Selain aktivitas, pelaksanaan pembelajaran menggunakan model