42
A. Gambaran Umum
Objek yang diteliti oleh penulis adalah persahaan-perusahaan yang
tergabung dalam indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2011-2013.
Indeks Liquid 45 atau yang sering disebut LQ 45 terdiri atas 45 saham
yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria, sehingga terdiri dari saham-saham
yang mempunyai likuidasi yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi
pasar dari saham-saham tersebut (www.idx.co.id).
Beberapa kriteria saham untuk dapat masuk dalam indeks LQ 45 yaitu :
1) Telah tercatat di BEI sekurang-kurangnya 3 bulan.
2) Masuk dalam top 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
3) Masuk dalam peringkat yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar
(rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).
4) Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan,
frekuensi dan jumlah transaksi di pasar regular.
Saham-saham dalam indeks LQ 45 akan disesuaikan setiap enam bulan
yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus. Saham-saham yang dinyatakan
lebih memenuhi syarat.
Pergerakan indeks LQ 45 cenderung selalu searah dengan Indeks Harga
Saham gabungan (IHSG). Jika LQ 45 naik maka IHSG juga naik, begitu pula
sebaliknya. Hal ini terjadi karena semua saham-saham yang menjadi anggota
indeks LQ 45 juga menjadi IHSG, saham-saham dalam indeks LQ 45 merupakan
lokomotif utama penggerak IHSG, karena indeks LQ 45 menampung
saham-saham yang paling likuid, paling besar kapitalisasinya dan paling baik kinerjanya.
Sehingga indeks LQ 45 bisa dijadikan alat untuk mengukur kinerja pasar saham di
BEI.
Obyek penelitian ini terdiri dari 45 perusahaan yang tergabung dalam
indeks LQ 45, ada 21 perusahaan yang tidak konsisten masuk dalam indeks LQ 45
dan 1 perusahaan melaporkan laba negative. Perusahaan yang memenuhi kriteria
sebanyak 23 perusahaan, maka jumlah seluruh sampel penelitian periode
2011-2013 adalah sebanyak 69 sampel data.
B. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu
data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan
standar deviasi suatu data. Berikut ini hasil analisis deskiptif menggunakan SPSS
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VAICTM 69 1,92 11,57 5,6030 2,34143
ROE 69 3,39 50,53 21,3709 9,16308
PBV 69 ,96 7,40 3,3206 1,52083
Valid N (listwise) 69 Sumber : Output SPSS
Berdasarkan data Tabel 4.1 statistik deskriptif diatas, N = 69 berarti
jumlah data yang valid (sah untuk diproses) sebanyak 69 sampel. Dari data
tersebut dapat diperoleh keterangan bahwa untuk VAICTM (modal intelektual)
mempunyai nilai rata-rata sebesar 5,60. Perusahaan yang memiliki VAICTM
terbesar adalah Astra Agro Lestari Tbk., yaitu sebesar 11,57. Untuk perusahaan
yang memiliki nilai VAICTM terendah adalah International Nickel Indonesia Tbk.,
yaitu sebesar 1,92. Nilai rata-rata modal intelektual sebesar 5,60 menunjukkan
bahwa modal intelektual perusahaan berada pada kategori top performers (skor
VAICTM di atas 3). Nilai VAICTM disini adalah menunjukkan nilai (value added)
yang dihasilkan dari Intellectual Capital (IC) sebuah perusahaan. Semakin besar
nilai VAICTM pada sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut telah dengan baik melakukan manajemen terhadap Intellectual Capital
(IC) yang dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA –
value added capital employed), human capital (VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA – structural capital value added).
Sehingga jika dilihat dari nilai VAICTM, maka perusahaan yang telah dengan baik
yang paling tinggi adalah Astra Agro Lestari Tbk, sedangkan perusahaan yang
belum dengan baik melakukan manajemen terhadap Intellectual Capital (IC)
sehingga mendapatkan nilai VAICTM yang paling rendah adalah International
Nickel Indonesia Tbk.
Untuk ROE (kinerja perusahaan) menunjukan minimum sebesar 3,39 dan
nilai maksimum sebesar 50,53. Nilai rata-rata (mean) sebesar 21,37 dengan
standar deviasi sebesar 9,16. Nilai mean ROE sebesar 21,37 menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba atas jumlah dana (ekuitas)
pemegang saham, ini berarti perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 0,21%
untuk setiap Rp. 1 jumlah dana pemegang saham.
Untuk PBV (harga saham) mempunyai nilai minimum sebesar 0,96 dan
nilai maksimum sebesar 7,40. Sedangkan nilai rata-rata (mean) sebesar 3,32. Nilai
rata-rata PBV > 1 menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki nilai pasar
yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bukunya.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji
normalitas residual yaitu uji one sample kolmogorov-smirnov test dan Grafik
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 69
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 6,94839642
Most Extreme Differences
Absolute ,067
Positive ,067
Negative -,047
Kolmogorov-Smirnov Z ,555
Asymp. Sig. (2-tailed) ,918
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS
Sumber : Output SPSS
Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot
Dari table 4.2, sig. 2-tailed adalah 0,918 atau probabilitas diatas 0,05
(0,918 > 0,05). Residual data terdistribusi normal jika signifikansi kolmogorov
smirnov test > 0,05. Hal ini diperjelas dengan grafik normal plot yang terlihat
titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mendekati dari
garis diagonal. Grafik ini menjelaskan bahwa model regresi tidak menyalahi
asumsi normalitas, berarti ini menunjukkan H0 diterima yang berarti data residual
terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji
Multikolonieritas dapat dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan
melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan Tolerance
dan Variance Inflating Factor (VIF). Hasil uji multikolonieritas dari model
regresi ditunjukan olah tabel berikut:
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,896 ,437 2,052 ,044 VAICTM ,069 ,068 ,106 1,013 ,315 ,835 1,197 ROE ,095 ,017 ,574 5,465 ,000 ,835 1,197 a. Dependent Variable: PBV Sumber : Output SPSS
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat untuk seluruh variable, nilai tolerancenya >
0.10 dan nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan tidak terdapat multikolonieritas
pada model regresi.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika
d lebih kecil dibandingkan dengan d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak
yang berarti terdapat autokolerasi. Jika d terletak diantara du dan 4-du, maka Ho
diterima yang berarti tidak ada autokolerasi.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,625a ,391 ,372 1,20475 1,936
a. Predictors: (Constant), ROE, VAICTM b. Dependent Variable: PBV
Sumber : Output SPSS
Dari tabel 4.4 dapat dilihat besarnya nilai Durbin-Watson sebesar 1,936 dengan satu variabel independen dan sampel berjumlah 69, maka didapatkan dL = 1,554 dan dU = 1,672. Karena nilai Durbin-Watson lebih besar dari batas atas 1,672 (dU) dan kurang dari 2,328 (4- dU). Maka dapat disimpulkan kita menerima H0 yang berarti tidak ada korelasi positif atau negatif, dengan kata lain tidak terdapat autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
Glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel
independen.
Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) ,626 1,529 ,409 ,684 VAICTM ,385 ,239 ,201 1,610 ,112 ROE ,117 ,061 ,239 1,912 ,060
a. Dependent Variable: absres Sumber : Output SPSS
Dari table 4.5 di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi kedua variabel
independen > 0,05 sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
D. Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan koefisien determinasi dengan R Square. Nilai R2
adalah antara nol dan 1. Semakin mendekati 1 maka nilainya semakin baik yang
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,625a ,391 ,372 1,20475 1,936
a. Predictors: (Constant), ROE, VAICTM b. Dependent Variable: PBV
Sumber : Output SPSS
Dilihat dari tabel 4.6 diatas, maka diketahui bahwa R Square sebesar 0,391
yang artinya adalah sebesar 39,1% hubungan variabel dependen yaitu variabel
nilai perusahaan dapat diterangkan secara signifikan oleh modal intelektual dan
kinerja perusahaan sedangkan sisanya yaitu 60,9% (100% - 39,1%) diterangkan
oleh faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel nilai perusahaan.
2. Uji Kesesuain Model (F-test)
Uji Kesesuaian model digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel
independen dan intervening secara simultan terhadap variabel dependen dengan
tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 0,05. Apabila tingkat
signifikansi uji F < 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika tingkat signifikansi uji F > 0,05
maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap
Tabel 4.7
F-test ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 61,484 2 30,742 21,181 ,000b
Residual 95,794 66 1,451
Total 157,278 68
a. Dependent Variable: PBV
b. Predictors: (Constant), ROE, VAICTM Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai F hitung sebesar 21,181 dengan
probabilitas 0,000. Probabilitas lebih kecil dari batas nilai signifikan (α = 0,05),
maka model regresi dapat dikatakan bahwa variabel independen yaitu modal
intelektual dan variabel intervening berupa kinerja keuangan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, sehingga variabel modal intelektual dan kinerja
keuangan dapat digunakan secara bersama-sama.
3. Uji Signifikan Parsial (t-test)
Uji t-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen dan variable intervening terhadap variabel dependen.
Uji t dilakukan untuk memeriksa lebih lanjut manakah di antara variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen (nilai perusahaan). Apabila
nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka suatu independen merupakan penjelas
Tabel 4.8 t-test
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) ,896 ,437 2,052 ,044 VAICTM ,069 ,068 ,106 1,013 ,315 ROE ,095 ,017 ,574 5,465 ,000 a. Dependent Variable: PBV Sumber : Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.8, Variabel modal intelektual (VAICTM) memiliki
nilai t sebesar 1,013 dan nilai sig. sebesar 0,315 > α (0,05). Hal ini menunjukan
bahwa variabel modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan variabel kinerja perusahaan (ROE) memiliki nilai t sebesar 5,465 dan
nilai sig. sebesar 0,000 < α (0,05). Hal ini menunjukan bahwa variabel kinerja
perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dari variabel independen dan intervening
yang dimasukan dalam model dengan signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa
variabel modal intelektual tidak berpengaruh dan kinerja perusahaan berpengaruh
terhadap variabel nilai perusahaan.
4. Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.9 Regresi Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,896 ,437 2,052 ,044 VAICTM ,069 ,068 ,106 1,013 ,315 ,835 1,197 ROE ,095 ,017 ,574 5,465 ,000 ,835 1,197 a. Dependent Variable: PBV Sumber : Output SPSS
Dari tabel 4.9 di pereoleh persamaan regresi sebagai berikut :
PBV = 0,896 + 0,069 VAICTM + 0,095 ROE
Dari persamaan regresi diatas dapat diartikan Constant = 0,896, artinya bila
modal intelektual dan kinerja perusahaan konstan atau tetap maka nilai
perusahaan sebesar 0,896.
5. Analisis Jalur (Path Analysist)
Berikut ini adalah hasil analisis jalur dalam penelitian ini :
Tabel 4.10 Analisis Jalur
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,406a ,165 ,152 8,43634
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12,469 2,650 4,705 ,000
VAICTM 1,589 ,437 ,406 3,636 ,001
a. Dependent Variable: ROE Sumber : Output SPSS
Hasil analisis pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai standardized beta
modal intelektual (VAICTM) sebesar 0,406 dengan nilai signifikansi < 0,05 yaitu
sebesar 0,001 hal ini berarti modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja
keuangan, yang artinya H1 diterima. Nilai standardized beta modal intelektual
(VAICTM) sebesar 0,406 merupakan nilai path atau jalur P2.
Pada table 4. 9 nilai standardized beta modal intelektual sebesar 0,106
dengan nilai signifikansi > 0,05 yaitu 0,315. Hal ini berarti bahwa modal
intelektual tidak berpengaruh pada nilai perusahaan yang berarti hipotesis H2
ditolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar belum memberikan penghargaan
pada sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan. Nilai standardized beta
modal intelektual sebesar 0,106 merupakan nilai jalur P1.
Untuk hipotesis ke tiga yaitu kinerja perusahaan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, berdasarkan Tabel 4. 9 dapat diketahui nilai standardized beta
kinerja keuangan sebesar 0,574 dengan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 yang
berarti hipotesis H3 diterima. Nilai standardized beta kinerja keuangan
perusahaan 0,574 merupakan nilai jalur P3. Besarnya nila e1 = (1- 0,165) =
Hasil analisis menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh tidak
langsung pada nilai perusahaan melalui kinerja keuangan sebagai variabel antara.
Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin meningkat modal
intelektual perusahaan akan meningkatkan kinerja keuangan, kinerja keuangan
yang meningkat akan direspon positif pasar sehingga nilai perusahaan akan
meningkat.
Tabel 4.11
Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total
VARIABEL VAICTM ROE Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh Total Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh Total ROE 0,406 - 0,406 - - - PBV 0,106 0,233 0,339 0,574 - 0,574
Sesuai Tabel 4.11 besarnya pengaruh langsung modal intelektual pada
kinerja keuangan adalah 0,406. Besarnya pengaruh langsung modal intelektual
Gambar 4.2 Path Analysist p2 = 0,406 p3 = 0,574 e1 = 0,913 p1 = 0,106
Modal Intelektual Nilai Perusahaan
Kinerja Perusahaan
pada nilai perusahaan adalah 0,106. Pengaruh kinerja keuangan pada nilai
perusahaan yaitu 0,574. Besarnya pengaruh modal intelektual pada nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan sebagai variabel antara yaitu 0,233 (0,406 x
0,574) sehingga pengaruh totalnya menjadi 0,339 (0,106 + 0,233). Pengaruh tidak
langsung modal intelektual pada kinerja keuangan perusahaan sebesar 0,233 lebih
besar dari koefisien hubungan langsung, berarti dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan sebagai variabel antara mampu memediasi hubungan antara modal
intelektual dan nilai perusahaan.
Hasil perhitungan koefisien determinasi total menunjukkan nilai 0,391
atau 39,1%. Angka ini menunjukkan bahwa sebesar 39,1% variabilitas kinerja
keuangan dan nilai perusahaan dipengaruhi modal intelektual. Sedangkan sisanya
sebesar 60,9% (100% - 39,1%) variabilitas kinerja keuangan dan nilai perusahaan
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
ROE = 0,406VAICTM + 0,913
PBV = 0,106VAICTM + 0,574ROE + 0,780
Besarnya kontribusi pengaruh modal intelektual pada kinerja keuangan
perusahaan yaitu (0,406)2 = 0,164 atau 16,4%. Kontribusi pengaruh langsung
modal intelektual pada nilai perusahaan adalah (0,106)2 = 0,011 atau 1,1%.
Kontribusi pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan yaitu (0,574)2 =
0,329 atau 32,9%. Hal ini berarti kinerja keuangan sebagai variabel intervening
memberikan kontribusi tambahan yang cukup besar yaitu 32,9%, sehingga
kontribusi pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan melalui kinerja
E. Pembahasan
1) Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa modal
intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini
menjelaskan bahwa beberapa modal intelektual yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 telah secara langsung
mempengaruhi upaya perusahaan mendapatkan ROE yang lebih baik. Dengan
memanfaatkan modal intelektual yang dimiliki, maka perusahaan dapat
meningkatkan ROE dengan cara meningkatkan pendapatan tanpa adanya
peningkatan beban dan biaya secara proporsional atau mengurangi beban operasi
perusahaan. Pemanfaatan modal intelektual secara efektif dan efisien akan
berkontribusi signifikan terhadap pencapaian keunggulan kompetitif dan
selanjutnya akan tercermin dalam kinerja perusahaan yang baik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa jika modal intelektual dikelola dengan baik oleh perusahaan
maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Firer dan Williams (2003),
Chen et al, (2005), Tan et al, (2007), dan Ulum dkk (2008) yang menyatakan
bahwa modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan.
Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa semakin efisien perusahaan
mengelola sumber daya intelektual (physical capital, human capital dan structural
capital) yang dimiliki perusahaan akan memberikan hasil yang meningkat yang
ditunjukkan dari peningkatan kinerja keuangan perusahaan (Sunarsih dan Mendra
mengelola sumber daya intelektualnya dengan efisien akan menciptakan value
added dan competitive advantage yang akan bermuara pada peningkatan kinerja
keuangan perusahaan.
2) Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis kedua (H2) tidak berhasil membuktikan bahwa modal
intelektual berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti pasar
tidak memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki
modal intelektual yang lebih tinggi. Peneliti menemukan bahwa masih banyak
perusahaan LQ 45 yang belum mengungkapkan biaya tenaga kerja pada laporan
laba ruginya, padahal pengungkapan biaya tenaga kerja dirasa penting karena
merupakan bagian dari human capital untuk menghitung modal intelektual.
Perusahan yang tergabung dalam LQ 45 sebagian besar merupakan perusahaan
besar yang sudah go public, sehingga sumber daya intelektual yang dimiliki
perusahaan bukan menjadi tolak ukur perusahaan untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Jadi dalam mengapresiasi nilai pasar,para investor cenderung hanya
melihat dari harga saham perusahaan saja dan tidak menitikberatkan pada sumber
daya intelektual yang dimiliki perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarsih dan Mendra (2012),
yang tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh langsung
pada nilai perusahaan. Tetapi berbeda dengan penelitian Belkaoui (2003) dan
Chen et. al. (2005) yang berhasil memberikan bukti empiris bahwa intellectual
3) Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang tergabung
dalam LQ 45 sebagian besar memiliki nilai ROE yang tinggi, hal ini berarti
pemegang saham mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang
mereka investasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nilai
ROE perusahaan maka akan semakin meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuniasih dan Wirakusuma
(2007) yang mengemukakan bahwa kinerja perusahaan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, semakin baik kinerja keuangan perusahaan semakin
tinggi nilai perusahaan.
4) Pengaruh Modal Intelektual melalui Kinerja Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
sebagai variabel intervening mampu memediasi hubungan antara modal
intelektual dan nilai perusahaan. Hasil penelitian pada perusahaan LQ 45,
besarnya pengaruh tidak langsung modal intelektual pada nilai perusahaan adalah
0,233. Nilai tersebut lebih besar dari koefisien hubungan langsung yaitu 0,106
yang berarti kinerja perusahaan merupakan variabel yang memediasi hubungan
modal intelektual dan nilai perusahaan. Pasar akan memberikan penilaian yang
meningkat, kinerja perusahaan yang meningkat akan direspon positif oleh pasar
sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarsih & Mendra (2011)
yang berhasil membuktikan bahwa kinerja perusahaan sebagai variabel
intervening mampu memediasi hubungan antara modal intelektual dan nilai
perusahaan.
Secara keseluruhan hasil hipotesis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode Hipotesis Kesimpulan
H1 Modal intelektual berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Diterima
H2 Modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Ditolak
H3 Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Diterima
H4 Modal intelektual melalui kinerja perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan