• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman1 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

P U T U S A N

Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus perselisihan hubungan industrial pada tingkat kasasi telah memutusn sebagai berikut dalam perkara antara:

PT EBIMAS BESAR, berkedudukan di Jalan Raya Banjarmasin –

Pelaihari KM 45,6 Desa Pulau Sari,Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan,diwakili oleh Chien Hsin Tung (Direktur Utama), dalam hal ini memberi kuasa kepada Drs. Hariyasin Ak,CA,SH,MH,BKP., dan kawan, Para Advokat pada Kantor Firma HLP Consultant, berkantor di Jalan Serai Nomor 49/51 RT 36/34 Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30 Agustus 2016;

Pemohon Kasasi dahulu Tergugat; L a w a n

WILLIAM,bertempat tinggaldi Jalan A. Yani,KM. 7,4 Komplek

Permata Bunda, Jalan Nilam, Blok D, Nomor 14 D, RT 18, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada Maria Rohana Situmorang, S.H., Advokat, berkantor di JalanIr. P.M. Noor, Gang Rosela, Nomor 40, Sungai Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 3 Oktober 2016;

Termohon Kasasi dahulu Penggugat; Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon Kasasi dahulu Penggugat telah mengajukan gugatan terhadap Pemohon Kasasi dahulu Tergugat di muka persidangan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Banjarmasin, pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:

1. Bahwa pada tahun 2003 hingga tahun 2012, Penggugat bekerja pada Tergugat;

2. Bahwa pada awal Penggugat bekerja pada Tergugat adalah sebagai karyawan biasa kemudian pada tahun 2008 Penggugat diangkat menjadi

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman2 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

salah satu dewan direksi pada Tergugat dengan jabatan direktur, berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT EBI MAS Nomor 56 tertanggal 14 Maret 2008, yang dibuat dihadapan Gianto, Notaris di Banjarmasin, danhingga gugatan ini didaftarkan belum ada pergantian atau pemberhentian Penggugat sebagai direktur pada Tergugat,oleh karena hingga saat ini Tergugat belum pernah mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk pergantian atau pemberhentian Penggugat sebagai salah satu dewan direksi pada Tergugat;

3. Bahwa Penggugat sebagai direktur pada Tergugat sejak tahun 2008 hingga Maret 2012 mendapatkan upahper bulannya sebesar Rp3.185.500,00 (tiga juta seratus delapan puluh lima ribu lima ratus rupiah), selain itu Penggugat pun setiap tahunnya mendapatkan tunjangan hari raya dan uang cuti masing-masing sebesar satu bulan gaji Penggugat;

4. Bahwa sejak Penggugat bekerja pada Tergugat, Penggugat cukup loyal, Penggugat selalu melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab dan memberikan kontribusi kepada Tergugat, Penggugat selalu mematuhi Peraturan Perusahaan walaupun sejak tanggal 16 November 2010 Peraturan Perusahaan tersebut sudah tidak berlaku lagi akan tetapi Penggugat tetap tunduk dan patuh pada Peraturan Perusahaan Tergugat; 5. Bahwa loyalitas Penggugat pada Tergugat dalam melakukan pekerjaan dan

tanggung jawabnya sebagai pekerja dilakukan oleh Penggugat baik di dalam maupun di luar lingkungan pekerjaan hingga kemudian pada tahun2008 Penggugat mendapat pemberian 1 (satu) lembar saham Tergugatsecara cuma-cuma;

6. Bahwa walaupun Penggugat memiliki 1 (satu) lembar saham dalam Tergugat akan tetapi Penggugat tetap bekerja sebegai direktur pada Tergugat dan menerima upah dari Tergugat sebesar Rp3.185.500,00 per bulan secara terus menerus;

7. Bahwa kemudian berselangnya waktu,tanpa ada alasan yang jelas dan tanpa surat peringatan apa pun dari Tergugat tiba-tiba pada tanggal 26 Maret 2012, ketika Penggugat mulaimelakukan aktivitas bekerja seperti biasanya, Penggugat menerima surat pernyataan yang dibuat oleh Chien Hsin Tung, selaku Direktur Utama Tergugat, yaitu Surat Pernyataan Nomor 002/EBIMAS/III/2012, tertanggal 26 Maret 2012, yang pada pokoknya menyatakan pemutusan hubungan kerja terhadap Penggugat dengan menguraikan pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman3 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

Penggugat,Surat Pernyataan Nomor 002/EBIMAS/III/2012, tertanggal 26 Maret 2012 tersebut untuk selanjutnya disebut dengan “Surat PHK”;

8. Bahwa kemudian Penggugat keberatan atas surat pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dikeluarkan oleh Tergugat tersebut, Penggugat berusaha menemui salah satu wakil Tergugat untuk meminta penjelasan terkait dengan pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud di dalam Surat PHK itu, oleh karena Penggugat merasa tidak pernah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud.Seandainya pun pelanggaran-pelanggaran-pelanggaran-pelanggaran itu dilakukan oleh Penggugat tidak semestinya Tergugat langsung memutus hubungan kerja dengan Penggugat tanpa terlebih dahulu memberikan surat peringatan pertama, kedua, hingga ketiga kepada Penggugat yang merupakan prosedur yang wajib dilalui terlebih dahulu sebelum Tergugat mengeluarkan surat PHK,sebagaimana ketentuan yang diatur di dalam Pasal 161 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

9. Bahwa untuk menunjukkan tanggung jawab Penggugat sebagai karyawan yang baik, Penggugat tetap menjalankan kewajibannya bekerja pada Tergugat walaupun Tergugat telah mengeluarkan Surat PHK tersebutakan tetapi hal itu tidak membuat Penggugat harus melalaikan kewajibannya sebagai pekerja yang bekerja pada Tergugat sebelum ada penetapan dari lembaga industrial mengenai penyelesaian perselisihan pemutusan hubungan kerja antara Tergugat dan Penggugat, maka baik pengusaha maupun pekerja harus tetap melaksanakan kewajibannya sebagaimana ketentuan yang diatur di dalam Pasal 155 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003, akan tetapi ternyata Tergugat tidak lagi mengizinkan Penggugat datang bekerja, hingga akhirnya Penggugat tidak lagi datang bekerja pada Tergugat;

10. Bahwa walaupun perselisihan pemutusan hubungan kerja secara sepihak oleh Tergugat belum disepakati oleh Penggugat, ternyatakembali Tergugat mengirimkansuratnya kepada Penggugat, yaitu Surat tertanggal 24 Mei 2012, Nomor 003/EBIMAS/III/2012, hal “penyampaian perhitungan uang pesangon atas nama Penggugat”, surat Tergugat tersebut pada pokoknya berisi mengenai perhitunganuang pesangon Penggugat yang ditetapkan oleh Tergugat kepada Penggugat sebesar Rp28.910.000,00 (dua puluh delapan juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah);

11. Bahwa setelah Penggugat mempelajari Surat Tergugat tertanggal 24 Mei 2012 tersebut, ternyata dalam melakukanpenghitungan uang pesangon

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman4 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

untuk Penggugat, Tergugat melakukanperhitungan dengan cara curang dan tidak benar, Tergugat memanipulasi gaji Penggugat, Tergugat mencantumkan gaji Penggugat hanya sebesar Rp1.800.000,00 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) padahal gaji Penggugat yang benar adalah sebesar Rp3.185.000,00 dengan melakukan penghitungan secara curang tersebut akhirnya uang pesangonuntuk Penggugat yang ditetapkan oleh Tergugat hanyalah sebesar Rp28.910.000,00 (dua puluh delapan juta sembilan ratus sepuluh ribu rupiah), padahal apabila dilakukan penghitungan dengan cara yang benar, jujur, dan dengan iktikad baik, uang pesangon Penggugat jauh lebih besar dari pada yang tertulis dalam surat Tergugat tersebut;

12. Bahwa selain itu di dalam surat Tergugat tertanggal 24 Mei 2012 tersebut uang penggantian hak Penggugat berupa ongkos pulang kampung Penggugat dan keluarga Penggugat ke Dumai hanya sebesar Rp2.000.000,00(dua juta rupiah) padahal nilai Rp2.000.000,00(dua juta rupiah) tersebut sangatlah tidak mencukupi untuk perjalanan Penggugat, istri dan dua orang anak Penggugat pulang ke Dumai, oleh karena biaya yang harus dikeluarkan Penggugat untuk pulang ke kampung Penggugat di Dumai, Penggugat harus mengeluarkan biaya dengan perincian sebagai berikut:

- biaya perjalanan melalui udara (pesawat) Banjarmasin-Jakarta + sebesar Rp750.000,00(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per orang x 4 orang = Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);

- kemudian dilanjutkan perjalanan melalui udara (pesawat) Jakarta-Pekanbaru+ sebesar Rp750.000,00(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per orang= Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);

- kemudian dilanjutkan perjalanan melalui udara (pesawat) Pekanbaru-dumai+ sebesar Rp750.000,00(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per orang= Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);

- biaya transportasi darat yaitu untuk biaya taxi ke bandara dan biaya taxi dari bandara Dumai menuju ke kampung Penggugat+ sebesar Rp500.000,00 per orang x 4 orang= Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah); sehingga biaya yang diperlukan oleh Penggugat, istri Penggugat, dan dua orang anak Penggugat untuk kembali ke kampung Penggugat di Dumai adalah sebesar Rp11.000.000,00 (sebelas juta rupiah);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman5 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

13. Bahwa selain itu ternyata di dalam Surat Tergugat tertanggal 24 Mei 2012 tersebut Tergugat tidak memberikan hak Penggugat, yaitu berupa uang cuti tahunan yang belum diambil oleh Penggugat untuk tahun 2012;

14. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut Penggugat menolak uang pesangon yang ditetapkan oleh Tergugat oleh karena perhitungan yang dilakukan oleh Tergugat dilakukan dengan penuh kecurangan dan ketidakjujuran;

15. Bahwa kemudian walaupun Tergugat telah mengeluarkan tawaran uang pesangon kepada Penggugat sebagaimana Surat Tergugat tertangal 24 Mei 2012, Penggugat berusaha memohon kepada Tergugat agar Tergugat menarik kembali Surat PHK tersebut dengan alasan Penggugat belum pernah mendapatkan surat peringatan pertama, kedua, dan ketigadari Tergugat, dan sebagai direktur pada Tergugat, Penggugat tidak dapat begitu saja diberhentikan tanpa melalui RUPS yang disetujui oleh semua pemegang saham Tergugat,bahkan Penggugat pun menyampaikan bila Tergugat tidak mengadakan RUPS untuk mengganti atau memberhentikan Penggugat, maka Surat PHK tersebut tidak memiliki arti apa pun, namun penjelasan tersebut tidak ditanggapi dengan baik oleh Tergugat;

16. Bahwa setelah Penggugat berupaya melakukan mediasi secara langsung dengan pihak Tergugat dan tidak tercapai kata sepakat, kemudian Penggugat melakukan upaya mediasi melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut, dan ternyata upaya tersebut pun gagal dan akhirnya pada tanggal 15 Mei 2012 pihak Mediator pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut mengeluarkan Risalah Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang ditandatangani oleh Penggugat dan Tergugat yang diwakil oleh Jaenudin, yang isinya menyatakan tidak terdapat kesepakatan dalam perundingan dan akan dilanjutkan dikemudian hari;

17. Bahwa ternyata walaupun Penggugat telah berusaha menempuh upaya mediasi tersebut dengan tujuan agar penyelesaian perselisihan pemutusan hubungan kerja sepihak oleh Tergugat tersebut dapat terselesaikan dengan baik dan hak-hak Penggugat akibat pemutusan hubungan kerja itu diberikan oleh Tergugat dengan perhitungan yang benar, jujur dan dengan iktikad baik, namun ternyata Tergugat justru dengan sengaja membuat perselisihan yang terjadi di antara Penggugat dan Tergugat menjadi terkatung-katung tidak ada kepastian yang jelas, Tergugat cenderung sengaja melakukan pembiaran perselisihan yang terjadi untuk menghindari tanggung

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman6 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

jawabTergugat memberikan hak-hak Penggugat akibat pemutusan hubungan kerja yang dilakukan Tergugat dengan cara melawan hukum; 18. Bahwa dengan pembiaran yang dilakukan oleh Tergugat selama

bertahun-tahun, akhirnya Penggugat berusaha mencari keadilan dengan melakukan pengaduan ke Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada Kantor Wilayah Kalimantan Selatan dan kemudianKantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada Kantor Wilayah Kalimantan Selatan mengeluarkan surat yang ditujukan kepada Tergugat dan kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tanah Laut di Pelaihari, tertanggal 29 Juni 2015, Nomor W.19.HA.01.02-1997, hal “koordinasi untuk meminta klarifikasi atas nama WILLIAM”, yang isinya pada pokoknya menyatakan agar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tanah Laut menindaklanjuti perselisihan pemutusan hubungan kerja oleh Tergugat kepada Penggugat dan memberikan hak-hak Penggugat akibat terjadinya pemutusan hubungan kerja tersebut;

19. Bahwa kemudian atas surat Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada Kantor Wilayah Kalimantan Selatan tersebut, Tim Mediator HI pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut kembali memanggil Penggugat dan Tergugat untuk menyelesaikan perselisihan di antara Penggugat dan Tergugat, hingga akhirnya Kantor Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut mengeluarkan surat anjurannya kepada Penggugat dan Tergugat, yaitu Suratnya tertanggal 1 Februari 2016, Nomor 560/115/HIPK-HI/II/2016, hal “Anjuran”; yang pada pokoknya menganjurkan apabila pemutusan hubungan kerja tidak bisa dihindarkan lagi, maka dianjurkan agar Tergugat membayar uang pesangon dua kali ketentuan yang berlaku dengan perincian sebagai berikut:

I. Tahun 2003 s.d. tahun 2008 (masa kerja 5 tahun): 1. Pesangon Pasal 156

ayat(2)

6x2xRp3.185.500,00 38.226.000,00 2. Uang Penghargaan Masa

Kerja Pasal 156 ayat (3)

3x Rp3.185.500,00 9.556.500,00 47.782.500,00 3. Uang Penggantian Hak

Pasal 156 ayat (4)

15%xRp47.782.500,00 7.167.875,00 Jumlah 54.949.875,00 II. Tahun 2011 s.d. tahun 2012 (masa kerja 1 tahun)

1. Pesangon Pasal 156 ayat (2) 1x2xRp3.185.500,00 6.371.000,00 2. Uang Penggantian Hak Pasal 15%xRp6.371.000,00 955.650,00

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman7 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

156 ayat (4)

Jumlah 7.356.650,00 Jumlah I + II (Rp54.949.875,00 + Rp7.356.650,00) = Rp62.276.525,00; dibulatkan menjadi Rp62.276.500,00 (enam puluh dua juta dua ratus tujuh puluh enam lima ratus rupiah);

20. Bahwa atas anjuran Tim Mediator HI pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut tersebut Penggugat mengajukan tanggapan yang pada pokoknya keberatan atas perhitungan masa kerja Penggugat yang tertulis di dalam surat anjuran tersebut bahwa Penggugat bekerja pada Tergugat sejak tahun 2003 sampai dengan tahun tahun 2008 (masa kerja 5 tahun), pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 Penggugat adalah pemegang saham Tergugat, kemudian tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 Penggugat menjabat sebagai direktur Tergugat, sehingga Tim Mediator HI pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut menghitung masa kerja Penggugat hanya 6 tahun saja padahal yang benar adalah sebagai berikut:

- pada tahun 2003 hingga tanggal 13 Maret 2008 Penggugat bekerja pada Tergugat sebagai karyawan biasa dengan menerima upah setiap bulannya secara terus menerus;

- pada tanggal 14 Maret 2008 sampai saat ini Penggugat diangkat sebagaidirektur pada Tergugat sebagaimana Akta Pernyataan Keputusan Rapat Tergugat Nomor 56 tertanggal 14 Maret 2008 danoleh karena hingga sampai Tergugat belum pernah mengadakan RUPS mengenai pergantian atau pemberhentian Penggugat, maka jabatan direktur yang disandang oleh Penggugat hingga saat ini masih berlaku; - pada tahun 2008 Penggugat memang mendapatkan 1 lembar saham dari

Tergugat secara cuma-cuma sebagaimana Akta Pernyataan Keputusan Rapat Tergugat Nomor 53 tertanggal 15 September 2008 dan pada tanggal 17 Juni 2011 Penggugat tidak lagi sebagai pemegang saham dalam Tergugat karena 1 lembar saham milik Penggugat tersebut beralih kepada Chien Shih Wei sebagaimana Akta Pernyataan Keputusan Rapat Tergugat Nomor 75 tertanggal 17 Juni 2011. Walaupun Penggugat pemegang atas 1 lembar saham dalam Tergugat namun Penggugat juga tetap bekerja pada Tergugat dengan jabatan direktur dan Penggugat dan tetap mendapat upah dari Tergugat secara terus menerus sebesar Rp3.180.500,00 per bulan;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman8 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

Berdasarkan alasan-alasan tersebut sangatlah tidak berdasar dan tidak beralasan Tim Mediator HI pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut menghitung masa kerja Penggugat hanya pada tahun 2003 sampai dengan 2008 kemudian pada tahun 2011 sampai dengan 2012, padahal Penggugat bekerja pada Tergugat sejak tahun 2003 sampai dengan 2012 walaupun sejak tahun 2008 hingga tahun 2011 Penggugat mendapatkan 1 lembar saham dalam Tergugat akan tetapi Penggugat tetap bekerja pada Tergugat selaku direktur,terbukti sejak tahun 2008 sampai dengan 2012 Penggugat menerima upah setiap bulannya secara terus menerus sebagai pekerja pada Tergugat,bahkan hingga Surat PHK diterbitkan oleh Tergugat,upah Penggugat sebagai direktur pada Tergugat masih diberikan oleh Tergugat, itu artinya sejak tahun 2003 hingga diterbitkannya surat PHK oleh Tergugat pada tanggal 26 Maret 2012, Penggugat adalah pekerja yang bekerja pada Tergugat yang berhak menerima upah/gaji sebagaimana kententuan Pasal 1 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

21. Bahwa atas surat anjuran tersebut Penggugat telah mengajukan tanggapannya sebagaimana surat Penggugat yang ditujukan kepadaTIM Mediator HI pada Kantor Tenaga Kerja Transmigrasi dan SosialKabupaten Tanah Laut tertanggal 11 Februari 2016, Nomor Surat 07-110216/J/WIL-PT EB/P1-T1, hal “Jawaban Pekerja atas Surat Anjuran TIM Mediator”, akan tetapi ternyata Tergugat tidak menangapinya, oleh karena itu Penggugat mengajukan gugatan ini ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Banjarmasin;

22. Bahwa diduga Tergugat tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial meminta penetapan mengenai penyelesaian perselisihan pemutusan hubungan kerja terhadap Penggugat berikut pembayaran hak-hak Penggugat akibat pemutusan hubungan kerja tersebut karena Tergugat menyadari bahwa pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Tergugat tersebut telah melanggar ketentuanPasal 161 juncto Pasal 155 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003, dan tidak terbuktinya alasan yang disampaikan oleh Tergugat kepada Tim Mediator HI pada Kantor Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tanah Laut bahwa Tergugat memutus hubungan kerja terhadap Penggugat karena Tergugat mengalami penurunan produksi eksport oleh karena hingga sampai saat ini Tergugat masih beroperasi, maka berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas sangatlah patut kiranya Majelis Hakim yang

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman9 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

memeriksa perkara a quo menyatakan pemutusan hubungan kerja oleh Tergugat kepada Penggugat karena efisiensi oleh karena itu menghukum Tergugat untuk memberikan uang pensangon dan hak-hak lainnya kepada Penggugat sebagaimana ketentuan yang diatur di dalam Pasal 156 ayat (2) sampai dengan ayat (4) juncto Pasal 164 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhitung sejak tahun 2003 Penggugat bekerja pada Tergugat hingga gugatan ini didaftarkan,dengan perincian sebagai berikut:

1. Perhitungan uang pesangon:

9 x 2 x Rp3.185.500,00=--- Rp57.339.000,00 2. Perhitungan uang penghargaan masa kerja:

5 x Rp3.185.500,00=--- Rp15.927.500,00 Rp73.266.500,00 3. Perhitungan uang penggantian hak terdiri dari:

a. uang cuti tahunan yang belum diambil oleh PEKERJA dari tahun 2012 s.d 2016: 5 x Rp3.185,500,00=---b. biaya atau ongkos pulang kampung ke Dumai

untuk Penggugat dan keluarganya yang terdiri dari istri dan dua orang anak ---c. penggantian uang perumahan serta pengobatan

dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan dan uang penghargaan masa kerja: 15% x Rp

73.266.500,00=---Rp15.927.500,00

Rp11.000.000,00

Rp10.989.975,00 Jumlah Rp111.233.975,00 (seratus sebelas juta dua ratus tiga puluh tiga ribu sembilan ratus tujuh puluh lima rupiah);

23. Bahwa kemudian oleh karena sejak April 2012 hingga gugatan ini didaftarkan, Tergugat tidak lagi memberikan upah kepada Penggugat padahal belum ada penetapannya dari lembaga hubungan industrial terkait perselisihan pemutusan hubungan kerja antara Tergugat dan Penggugat, seharusnya Tergugat terus melakukan kewajibannya membayar upah kepada Penggugat dan tetap mengiizinkan Penggugat bekerja pada Tergugat sebelum lembaga hubungan industrial mengeluarkan penetapannya atas perselisihan yang terjadi, oleh karena dalam memutus hubungan kerja tersebut Tergugat telah melanggar ketentuan yang berlaku

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman10 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

apalagi ketidakhadiran Penggugat bekerja pada Tergugat adalah karena perbuatan Tergugat sendiri dengan tidak mengizinkan Penggugat datang dan bekerja pada Tergugat, walaupun sebenarnya Penggugat berusaha untuk tetap datang bekerja pada Tergugat oleh karena belum adanya penetapan dari lembaga industrial atas perselisihan yang terjadi, apalagi hingga saat ini pun Penggugat masih menjabat sebagai direktur pada Tergugat oleh karena belum ada akta notaris yang menunjukkan adanya pergantian atau pemberhentian Penggugat sebagai salah satu dewan direksi pada Tergugat sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang mengatur bahwa direksi perusahaan tidak dapat diberhentikan begitu saja tanpa melalui RUPS, bahkan apabila pemberhentian itu dilakukan, maka RUPS tersebut pun harus disetujui oleh seluruh pemegang saham dan kemudian RUPS wajib memanggil yang bersangkutan (Penggugat) untuk didengar keterangannya terkait pembelaan diri yang bersangkutan (Penggugat), apabila RUPS tidak melakukan pemanggilan terhadap yang bersangkutan (Penggugat), maka pemberhentian yang bersangkutan (Penggugat) selaku anggota direksi tidak sah sebagaimana ketentuan Pasal 91 ayat (1) UndangUndang Perseroan Terbatas, kecuali yang bersangkutan (Penggugat) tidak keberatan atas pemberhentiannya dan ketidakberatan yang bersangkutan (Penggugat) itu wajib dinyatakan oleh yang bersangkutan (Penggugat) dalam surat pernyataannya secara tertulis, dan apabila surat pernyataan tertulis tersebut tidak pernah diberikan oleh Penggugat, maka pemberhentian tersebut cacat hukum, berdasarkan alasan-alasan tersebut Penggugat memohon kiranya Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo dapatlah mengambil putusannyauntuk menyatakan dan menghukum Tergugat untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya setiap bulannya yang biasa diterima oleh Penggugat sebagai pekerja sejak April 2012 hingga proses penyelesaian hingga gugatan ini berkekuatan hukum tetap secara tunai dan sekaligus lunas, yaitu:

- Upah Penggugat sebesar Rp3.185.500,00 (tiga juta seratus delapan puluh lima ribu lima ratus rupiah) per bulan, terhitung sejak bulan April 2012 hingga proses penyelesaian hingga gugatan ini berkekuatan hukum tetap, dan;

- Uang tunjangan hari raya setiap tahunnya terhitung sejak tahun 2012 hingga proses penyelesaian hingga gugatan ini berkekuatan hukum tetap;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman11 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

24. Bahwa oleh karena adanya kekhawatiran yang sangat beralasan bagi Penggugat, bahwa selama perkara ini berlangsung dan untuk menghindari gugatan ini Tergugat akan mengalihkan harta kekayaannya sehingga untuk menjaga agar gugatan ini tidak menjadi sia-sia, sangatlah beralasan bagi Penggugat untuk memohon kepada Pengadilan menetapkan dan meletakkan sita jaminan atas seluruh harta kekayaan milik Tergugat yang saat ini baru diketahui, yaitu:

sebidang tanah berikut bangunan yang berdiri di atasnya yang terletak di Jalan Raya Banjarmasin-Pelaihari,KM 45,6, Desa Pulau Sari, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Pelaihari, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, untuk selanjutnya disebutTergugat;

25. Bahwa oleh karena adanya kekhawatiran Penggugat bahwa Tergugat tidak bersedia atau sengaja lalai melaksanakan putusan-putusan tersebut, maka sudah sepatutnya Penggugat memohon agar kiranya Mejelis Hakim yang memeriksa perkara a quo untuk menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari secara tunai dan sekaligus lunas apabila Tergugat lalai dan atau tidak mau melakukan dan atau tidak menjalankan putusan-putusan tersebut terhitungtujuh hari sejak putusan dalam perkara iniberkekuatan hukum tetaphingga Tergugat melaksanakan seluruh putusan-putusantersebut di atas;

26. Bahwa gugatan ini dibuat atas dasar akta autentik atau surat yang tidak dapat disangkal kebenarannya oleh Tergugat, oleh karena itu sudah sepatutnya putusan dalam perkara ini dinyatakan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada banding atau verzet;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri Banjarmasin untukmemberikan putusan sebagai berikut: Primair:

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang akan diletakan dalam perkara ini;

3. Menyatakan dan menetapkan telah terjadi pemutusan hubungan kerja di antara Penggugat dan Tergugat;

4. Menghukum Tergugat untuk memberikan uang pesangon dan hak-hak lainnya kepada Penggugat sebagaimana ketentuan yang diatur di dalam Pasal 156 ayat (2) sampai dengan ayat (4)juncto Pasal 164 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhitung sejak tahun 2003,

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman12 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

sejak Penggugat bekerja pada Tergugat hingga April 2016, gugatan ini didaftarkan, dengan perincian sebagai berikut:

1. Perhitungan uang pesangon:

9 x 2 x Rp3.185.500,00=--- Rp57.339.000,00 2. Perhitungan uang penghargaan masa kerja:

5 x Rp3.185.500,00=--- Rp15.927.500,00 Rp73.266.500,00 3. Perhitungan uang penggantian hak terdiri dari:

a. uang cuti tahunan yang belum diambil oleh pekerja dari tahun 2012 s.d 2016: 5 x Rp3.185,500,00=---b. biaya atau ongkos pulang kampong ke

Dumaiuntuk Penggugat dan keluarganya yang terdiri dari istri dan dua orang anak ---c. penggantian uang perumahan serta pengobatan

dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan dan uang penghargaan masa kerja: 15% x Rp.73.266.500=

---Rp15.927.500,00

Rp11.000.000,00

Rp10.989.975,00 Jumlah Rp111.233.975,00 (seratus sebelas juta dua ratus tiga puluh tiga ribu sembilan ratus tujuh puluh lima rupiah);

5. Menyatakan dan menghukum Tergugat untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima oleh Penggugat sebagai pekerja sejak April 2012 hingga proses penyelesaian hingga gugatan ini berkekuatan hukum tetapsecara tunai dan sekaligus lunas, yaitu:

- Upah Penggugat sebesar Rp3.185.500,00 (tiga juta seratus delapan puluh lima ribu lima ratus rupiah) per bulan,terhitung sejak bulan April 2012 hingga proses penyelesaian hingga gugatan ini berkekuatan hukum tetap, dan;

- uang tunjangan hari raya setiap tahunnya terhitung sejak tahun 2012 hingga proses penyelesaian hingga gugatan ini berkekuatan hukum tetap;

6. Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari secara tunai dan sekaligus lunas apabila Tergugat lalai dan atau tidak mau melakukan dan atau tidak menjalankan putusan-putusan tersebut terhitung tujuh hari sejak putusan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman13 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

dalam perkara ini berkekuatan hukum tetap hingga Tergugat melaksanakan seluruh putusan-putusan ini;

7. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada upaya hukum kasasi;

Subsidiair:

Apabila Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Banjarmasin berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-adilnya;

Bahwa, terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:

1. Gugatan daluarsa (lewat waktu):

Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat sudah kadaluarsa/ lewat waktu, sesuai dengan peraturan/ketentuan dalam Pasal 82 UndangUndang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial yang bunyinya:

“Gugatan oleh Pekerja/Buruh atas pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 dan Pasal 171 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjan, dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 1 (satu) tahun sejak diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari pihak pengusaha”;

Dan peraturan/ketentuan dalam Pasal 159 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang bunyinya:

“Apabila pekerja/buruh tidak menerima pemutusan hubungan kerja ….. pekerja/buruh yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

Kemudian Pasal 171 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang bunyinya:

“Pekerja …… maka pekerja/buruh dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal dilakukan pemutusan hubungan kerjanya;

Bahwa keputusan Tergugat atas pemutusan hubungan kerja terhadap Penggugat sesuai Surat Nomor 002/EBIMAS/III/2012 tertanggal 26 Maret 2012, dan alasan gugatan Penggugat halaman 3 yang berbunyi:

Bahwa kemudian berselangnya waktu, tanpa ada alasan yang jelas dan tanpa surat peringatan apapun dari Tergugat tiba-tiba pada tanggal 26 Maret 2012 ….. dengan menguraikan pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh Penggugat… untuk selanjutnya disebut dengan “Surat PHK”;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman14 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

Bahwa kemudian berselangnya waktu, tanpa ada alasan yang jelas dan tanpa surat peringatan apapun dari Tergugat tiba-tiba pada tanggal 26 Maret 2012 ….. dengan menguraikan pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh Penggugat… untuk selanjutnya disebut dengan “Surat PHK”

Dengan demikian gugatan yang diajukan oleh Penggugat telah Kadaluarsa (lewat waktu);

2. Gugatan kabur dan tidak jelas/tidak terang:

Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat kabur dan tidak jelas/tidak terang (obscuur libel/onduidelijk), ini tercantum secara jelas dimana Penggugat mencampur adukan antara:

“Pemutusan Hubungan Kerja” (tuntutan uang pesangon); Dengan;

“Persoalan Pelaksanaan RUPS” (Rapat Umum Pemegang Saham);

Dalam hal memberhentikan Penggugat dan mengharuskan Tergugat juga mengikuti peraturan sesuai Pasal 91 ayat (1) UndangUndang Perseroan Terbatas (alasan Penggugat dalam gugatan pada halaman 11);

Bahwa sebagaimana diketahui UndangUndang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial pada Pasal 1 yang berbunyi:

Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan Khusus yang dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan Industrial”

Kemudian pada Pasal 2 disebutkan pula: Jenis Perselisihan Hubungan Industrial meliputi: a. Perselisihan hak;

b. Perselisihan kepentingan;

c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja dan;

d. Perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh hanya dalam satu perusahaan;

Bahwa tentang persoalan pelaksanaan RUPS(Rapat Umum Pemegang Saham) dalam perusahaan milik Tergugat bukan termasuk dalam sengketa Pengadilan hubungan Industrial yaitu UndangUndang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial tersebut di atas;

Bahwa dalam gugatan Penggugat pada halaman 10 sampai halaman 11 disebutkan:

Bahwa ….. atas perselisihan yang terjadi, apalagi hingga saat ini pun Penggugat masih menjabat sebagai direktur pada Tergugat oleh karena belum

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman15 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

ada akta notaris yang menunjukkan adanya pergantian atau pemberhentian Penggugat sebagai salah satu dewan direksi pada Tergugat …. bahwa direksi perusahaan tidak dapat diberhentikan begitu saja tanpa melalui RUPS, ….. maka pemberhentian tersebut cacat hukum;

Sehingga alasan gugatan Penggugat dalam sengketa/perkara ini (tentang persoalan pelaksanaan RUPS) bukan wewenang/kewenangan Pengadilan hubungan Industrial lagi, untuk memeriksa dan memutuskan perkara/sengketa yang diajukan oleh Penggugat akan tetapi sudah masuk dalam perkara/sengketa di Pengadilan Negeri;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan yang Tergugat kemukakan dalam surat gugatannya, secara hukum sudah sepatutnya Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara/sengketa ini, menjatuhkan putusan dengan menyatakan bahwa gugatan dari Penggugat “tidak dapat diterima” (niet ontvanklijk verklaard);

Bahwa, terhadap gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Banjarmasintelah memberi putusan Nomor 13/PHI.G/2016/PNBJM., tanggal 22 Agustus 2016 yang amarnya sebagai berikut: Dalam Eksepsi:

- Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya; Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;

2. Menyatakan putus hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat karena PHK sejak dibacakan putusan ini;

3. Menghukum Tergugat untuk membayar kompensasi pesangon sebagai akibat dari pemutusan hubungan kerja kepada Penggugat secara tunai dengan perincian sebagai berikut:

- Uang Pesangon 9 x 2 x Rp3.185.500,00 = Rp57.339.000,00; - Uang Penghargaan Masa Kerja:

5 x Rp3.185.500,00 = Rp15.927.500,00;

- Uang penggantian hak 15 % x Rp73.266.500,00 = Rp10.989.975,00 +

Sub Total = Rp84.256.475,00

Hak-hak lainnya yang menjadi hak Penggugat:

- Upah Proses 44 x Rp3.185.500,00 = Rp140.162.000,00 - THR Tahun 2012 sampai dengan tahun 2016:

5 x Rp3.185.000,00 = Rp15.927.500,00 + Total Keseluruhan = Rp240.345.975,00 (Dua ratus empat puluh juta tiga ratus empat puluh lima ribu sembilan ratus tujuh puluh lima rupiah);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman16 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

4. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya;

5. Membebankan biaya perkara yang timbul dari perkara ini kepada Tergugat sebesar Rp207.000,00(dua ratus tujuh riburupiah);

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Banjarmasintersebut telah diucapkan dengan hadirnya kuasa Tergugat pada tanggal 22 Agustus 2016, terhadap putusan tersebut, Tergugat dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30 Agustus 2016mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 5 September 2016, sebagaimana ternyata dari Akta Pernyataan Permohonan Kasasi Nomor 17/PHI.K/2016/PNBJM. juncto. Nomor 13/PHI.G/2016/PN BJM. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Banjarmasin, permohonan mana disertai dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan NegeriBanjarmasintersebut pada tanggal 16 September 2016;

Bahwa setelah itu, oleh Penggugat yang pada tanggal 27 September 2016 telah disampaikan salinan memori kasasi dari Tergugat, diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Banjarmasinpada tanggal 3 Oktober 2016;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, sehingga permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi Tergugat pada pokoknya sebagai berikut:

Bahwa ternyata Judex Facti telah lalai memenuhi syarat syarat yang diwajibkan peraturan perundang undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan, ini dapat dilhat dalam Pasal 102Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial yang menegaskansebagai berikut:

(1) Putusan pengadilan harus memuat:

a. Kepala putusan berbunyi: Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;

b. Nama, jabatan, kewarganegaraan,tempat kediaman para pihak yang berselisih;

c. Ringkasan Pemohon/Penggugat dan jawaban Termohon/Tergugat yang jelas;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman17 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

d. Pertimbangan terhadap setiap bukti dan data yang diajukan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa;

e. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan; f. Amar putusan tentang sengketa;

g. Hari, tanggal, putusan, nama Hakim, Hakim Ad-Hoc yang memutus, nama Panitera, serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak; (2) Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dapat menyebabkan batalnyaputusan Pengadilan Hubungan Industrial; Bahwa mengacu pada ketentuan angka 1 diatas, Judex Factidalam putusannya telah lalai dalam memenuhi syarat sebagai putusan Pengadilan Hubungan Industrial karena hal hal sebagai berikut:

- Tidak memuat kewarganegaraan para pihak (syarat ayat 1 huruf b)dalam putusan a quo pada bagian identitas para pihak ternyata tidak memuat kewarganegaran para pihak;

- Tidak memuat pertimbangan terhadap setiap bukti yang diajukan (syarat ayat 1 huruf d ) sebagai berikut:

1. Pertimbangan pada halaman 26.

Menimbang, bahwa berdasarkan Bukti T-5 sampai dengan T-12 yang berupa Petty Cash Voucher dan rincian gaji Karyawan bulanan PTEbimas Besar, yang menerangkan bahwa gaji Penggugat dari bulan Desember 2011 sampai dengan 2012 sebesar Rp1.800.000,00 (satu juta delapan ratus ribu rupiah ) didalam bukti bukti surat tersebut terdapat cap dan tanda tangan karyawan Perusahaan Tergugat, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa bukti bukti surat tersebut adalah sah;

Menimbang bahwa bukti P-2 yang berupa Petty Cash Voucheryang dibuat tanggal 4 April 2012, menerangkan bahwa gaji Tergugat untuk bulam Maret sebesar Rp3.185.500,00 (tiga juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah), tidak terdapat cap perusahaan dan tanda tangan petugas perusahaan tergugat, majelis hakim berkesimpulan bahwa bukti surat tersebut adalah tidak sah;

Menimbang, meskipun Bukti P2 tidak sah, namun berdasarkan keterangan saksi Wina dan saksi Khusnul Khotimah yang mengatakan bahwa gaji Penggugat adalah sebesar Rp3.185.500,00 (tiga juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah);

Selanjutnya dalam pertimbangan pada halaman 29;

Menimbang, bahwa dasar perhitungan gaji bagi hak hak Penggugat atas pemutusan hubungan kerja berdasarkan upah Penggugat sebagaimana telah

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman18 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

diuraikan di atas yaitu sebesar Rp3.185.500,00 (tiga juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah);

Bahwa pertimbangan Judex Factitersebut di atas ternyata sama sekali tidak mempertimbangkan bukti yang diajukan Pemohon Kasasi (Tergugat), yaituBukti T-5 sampai dengan T-12, padahal Judex Factiberkesimpulan bahwa bukti bukti surat tersebut adalah sah, seharusnya Judex Facti mempertimbangkan Bukti T-5 sampai dengan T-12 tersebut yang telah disimpulkan sah, apalagi bukti bukti tersebut menyangkut dasar perhitungan bagi hak hak Termohon kasasi;

2. Pertimbangan pada halaman 27 – 28;

Menimbang, bahwa faktanya Tergugat terbukti telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap Penggugat pada tanggal 26 Maret 2012 sebelummemperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (Bukti P-1, P-3 sampai dengan P-6,P11 sampai dengan P-20 = Bukti T-3, T-4.T-13 sampai dengan T-17), sehingga akibat hukumnya berdasarkan ketentuan Pasal 155 ayat (1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003, pemutusan hubungan kerja terhadap Penggugat tersebut adalah tidak sah dan batal demi hukum;

Bahwa pertimbangan Judex Facti yang menyatakan PHK tidak sah dan batal demi hukum tersebut di atas sama sekali tidak mempertimbangkan terlebih dahulu Bukti P1. Bukti T-3 yang memuat alasan PHK dari Pemohon Kasasi sebagaimana surat Nomor 002/EBIMAS/III/2012 Tertanggal 26 Maret 2012 yaitu bahwa Termohon kasasi di PHK dengan alasan alasan sebagai berikut: a. Tidak bisa bekerja sama dengan atasan dan bawahan;

b. Pernah mengeluarkan kata kata yang tidak pantas dihadapan atasannya (Dirut);

c. Kurangnya koordinasi ke atasan dan ke bawahan; d. Terhambatnya produksi;

e. Tidak cakap dalam melaksanakan tugas;

Bahwa kalau memang bukti bukti tersebut ditolak harus dipertimbangkan dahulu pemolakannya oleh Judex Facti;

- Pertimbangan pada halaman 30

Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat diputus hubungan kerjanya secara sepihak oleh Tergugat sehingga Penggugat tidak lagi dapat bekerja di perusahaan Tergugat, maka menurut Majelis Hakim Penggugat berhak atas upah selama proses sejak April 2012 sampai putusan diucapkan sebesar 44 (empat puluh empat) kali upah Penggugat yaitu 44 x Rp3.185.500,00 =

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman19 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

Rp140.162.000,00 (seratus empat puluh juta seratus enam puluh dua ribu rupiah);

Bahwa Putusan Judex Facti yang mewajibkan Pemohon kasasi untuk membayar kepada termohon kasasi upah selama proses sejak April 2012 sampai putusan ini diucapkan sebesar 44 (empat puluh empat) kali upah Penggugat (Termohon Kasasi) adalah putusan yang keliru dan sama sekali tidak mempertimbangkan bukti bukti dan asas asas hukum sebagai berikut: - Bahwa kewajiban pengusaha membayar upah kepada pekerja yang

sedang dalam proses PHK sebagaimana dimaksud Pasal 155 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 tahun 2003, hanya akan timbul apabila terhadap pekerja tersebut telah diajtuhkan tindakan skorsing, sedangkan Pemohon kasasi tidak terbukti melakukan tindakan skorsing terhadap termohon kasasi, Pemohon Kasasi juga tidak terbukti melarang Termohon Kasasi untuk masuk kerja, bahkan berdasarkan keterangan saksi Wina Agustina dan saksi Khusnul Khotimah bahwa sejak April 2012 Termohon Kasasi masih tinggal di mess/lingkungan perusahaan pemohon kasasi;

Sementara itu terhitung sejak April 2012 sampai dengan saat ini justru Termohon Kasasi sendiri yang tidak masuk kerja oleh karena itu sudah sepantasnya Termohon Kasasi sendiri tidak berhak mendapat upah selama proses PHK;

- Bahwa pekerja yang tidak masuk kerja selama proses PHK sudah semestinya tidak berhak mendapat upah, hal ini didasarkan pada asas asas:

a. Asas no work no pay, dimana seorang pekerja tidak dibayar upahnya apabila yang bersangkutan tidak bekerja (videPasal 93 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003);

b. Asas keadilan, dimana harus ada perbedaan perlakukan upah antara pekerja yang sungguh sungguh masuk kerja dengan pekerja yang tidak masuk bekerja walaupun keduanya sama sama dalam hubungan kerja waktu yang berjalan selama proses PHK yaitu sejak April 2012 bukanlah timbul karena karena kesengajaan atau kesalahan Pemohon Kasasi;

Sehingga tidak adil apabila upah selama proses PHK yang dihitung selama 44 (empat puluh empat) bulan harus dibebankan seluruhnya kepada Pemohon Kasasi;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman20 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

c. Asas kepastian hukum bagi pengusaha atau beban biaya dan waktu yang harus ditanggung selama proses PHK sejak April 2012 tersebut; - Pertimbangan pada halaman 30:

Menimbang bahwa mengenai uang tunjangan hari raya, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa oleh karena perkara ini menyatakan “putus“ hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat terhitung sejak putusan ini diucapkan, maka Tergugat diwajibkan pula untuk membayar uang tunjangan hari raya (THR) sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 sebesar 5 (lima ) kali upah Penggugat yaitu 5 x Rp3.185.000,00 = Rp15.927.500,00 (lima belas juta sembilan ratus dua puluh tujuh ribu lima ratus rupiah);

Bahwa keliru kesimpulan Judex Factiyang mewajibkan Pemohon Kasasi membayar uang THR sebagaimana pertimbangan Judex Factidi atas, karena tanpa didukungdengan pertimbangan adanya bukti bahwa Pemohon Kasasi tidak pernah membayar uang THR kepada Termohon Kasasi;

Bahwa syarat putusan PHI sebagaimana ditentukan pada Pasal 102 ayat (1) UndangUndang Nomor 2 Tahun 2004 bersifat kumulatif bukan alternative, dan oleh karena itu Judex Facti telah lalai memenuhi ketentuan Pasal 102 ayat (1) khususnya huruf b dan d sebagaimana diuraikan di atas, maka sesuai Pasal 102 ayat (2) Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 putusan dalam perkara a quo harus dibatalkan;

A. Judex Facti telah keliru dalam menerapkan hukum untuk memeriksa perkara a quo;

- Pertimbanganpada halaman 28:

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akanmempertimbangkan apakah Penggugat dapat menuntut uang pesangon beserta hak haknya kepada Tergugat sesuai Pasal 156 junctoPasal 164 ayat (3)Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003;

Menimbang pasal 164 ayat (3) yang menyatakan:”Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena perusahaan tutup bukan mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut turut atau bukan kaerena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan melakukan efesiensi, dengan ketentuan Pekerja/Buruh berhak atas pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3 ) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(21)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman21 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

Menimbang, bahwa Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh Tergugat tehadap Penggugat adalah tidak sah dan batal demi hukum, serta Tergugat tidak pernah melakukan efisensi perusahaan, sehingga hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat belum terputus:

- Pertimbangan pada halaman 29:

Menimbang, bahwa untuk selanjutnya mengenai petitum angka 4 yaitu Menghukum Tergugat untuk memberikan uang pesangon dan hak hak lainnyakepada Penggugat sebagaimana ketentuan yang diatur di dalam Pasal 156 ayat (2) sampai dengan ayat (4)junctoPasal 164 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhitung sejak tahun 2003, sejak Penggugat bekerja pada Tergugat hingga April 2016, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa oleh karena terjadi pemutusan hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat, maka Tergugat diwajibkan untuk membayar uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1(satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003;

Bahwa Judex Facti keliru dalam menerapkan hukum yang menjadi dasar pertimbangannya untuk mewajibkan Pemohon Kasasi membayar uang Pesangon sebesar 2 kali kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003, karena disatu sisi Judex Facti menyatakan serta Tergugat tidak pernah melakukan efisiensi perusahaan,berarti Judex Facti tidak sependapat dengan Termohon Kasasi yang menjadikan Pasal 164 ayat(3) sebagai dasar hukum tuntutannya sebagaimana petitum angka 4, namun ternyata Judex Factidengan tanpa menyebut dasar hukum sama sekali telah mewajibkan Pemohon Kasasi membayar uang Pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003;

Bahwa dalam perkara ini alasan Pemohon Kasasi melakukan PHK terhadap Termohon Kasasi sama sekali bukan karena efisiensi namun demi kemajuan dan kelancaran kegiatan usaha perusahaan, hal ini sudah ditegaskan Pemohon Kasasi dalam Jawaban pada angka 3 sebagai berikut:

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(22)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman22 dari 25 hal.Put.Nomor 945 K/Pdt.Sus-PHI/2016

Alasan yang dikemukakan oleh Tergugat dalam melakukan Hubungan Kerja kepada Penggugat yaitu seperti alasan pada surat di atas atau dapat dikatakan demi kemajuan dan kelancaran kegiatan usaha perusahaan milik Tergugatbukan karena efisiensi seperti surat gugatan Penggugat pada halaman 9;

Bahwa Jawaban Pemohon Kasasi tersebut di atas sesuai Surat Pemohon kasasi Nomor 002/EBIMAS/III/2012 tertanggal 26 Maret 2012 (BuktiP1 dan Bukti T-3) bahwa Termohon Kasasi di PHK dengan alasan alasan sebagai berikut:

a. Tidak bisa bekerja sama dengan atasan dan bawahan;

b. Pernah mengeluarkan kata kata yang tidak pantas dihadapan atasannya (Dirut);

c. Kurangnya koordinasi ke atasan dan ke bawahan; d. Terhambatnya produksi;

e. Tidak cakap dalam melaksankan tugas;

Bahwa dengan pertimbangan Judex Factiyang sebenarnya tidak sependapat dengan dasar hukum petitum angka 4 Termohon Kasasi yaitu Pasal 164 ayat (3) namun demikian Judex Factidengan tanpa menyebut dasar hukum sama sekali telah mewajibkan Pemohon Kasasi membayar uang Pesangon sebesar 2 kali kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang Undang Nomor 13 tahun 2003, maka putusan Judex Facti dalam perkara a quo selain keliru dalam menerapkan Hukum juga bertentangan dengan asas Hukum bahwa Hakim tidak boleh memutus lebih dari yang diminta (ultra petita – vide pasal 189 ayat (3) Rbg);

- Pertimbangan pada halaman 28:

Menimbang, bahwa oleh karena pemutusan hubungan kerja terhadap Pengugat dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum, maka hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat harus dinyatakan belum pernah terputus, maka berdasarkan ketentuan Pasal 170 Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 juncto Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 37/PUU-IX/2011 tertanggal 19 September 2011 Tergugat berkewajiban membayar upah dan hak hak Penggugat setiap bulannya selama proses Pemutusan Hubungan Kerja dari bulan Maret 2012 sampai putusan ini diucapkan atau sebesar 44 x upah Penggugat;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Dosis tinggi akan menyebabkan banyak ikan yang mati sedangkan dosis rendah membutuhkan waktu yang sangat lama pada saat pembiusan menjelang pingsan, dan lama waktu

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 37.540 dikelola oleh

Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Muchtadi (1997) dalam Martunis (2012) yang menyatakan bahwa nilai kadar air yang meningkat dan tidak merata merupakan akibat dari

Di Garut Anda juga dapat melihat sebuah kuil tua yang merupakan sisa dari Kerajaan Hindu yaitu candi "Cangkuang": Luar biasa untuk mencapai kuil ini, pengunjung

Kriteria Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Pendampingan (1) Informasi tentang sikap toleransi dan kerja sama antar umat agama Menuliskan informasi tentang

• Untuk mendapatkan efek yang sama pada curah jantung, volume infus cairan kristaloid setidaknya tiga kali lebih banyak dari volume infus cairan

Lasti Atmi Mahayu, 2011, Penjadwalan Probabilistik dengan Simulasi Monte Carlo (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Parkir Kendaraan Roda Dua Universitas Muhammadiyah

ASDP Indonesia Ferry (persero) mengelola 36 pelabuhan penyeberangan dan 126 unit armada kapal jenis ro-ro yang siap beroperasi untuk melayani penyeberangan di seluruh