• Tidak ada hasil yang ditemukan

penilaian posisi kerja pada pekerja bengkel motor dengan metode OWAS, RULA, REBA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "penilaian posisi kerja pada pekerja bengkel motor dengan metode OWAS, RULA, REBA."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Posisi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap timbulnya kejadian musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja. Pekerjaan mekanik bengkel motor merupakan salah satu pekerjaan yang masih mengandalkan tenaga manusia dan beresiko untuk menyebabkan MSDs. Hal ini dikarenakan mekanik bengkel motor bekerja secara manual. Mesin motor yang berada dibawah membuat para mekanik bengkel motor bekerja dengan duduk jongkok. Perawatan sepeda motor dilaksanakan oleh mekanik bengkel resmi dan mekanik bengkel konvensional. Mekanik bengkel resmi dengan sikap kerja berdiri (sikap kerja standar), mekanik bengkel konvensional dengan sikap kerja jongkok. Baik sikap kerja standar maupun sikap kerja jongkok disebut sikap kerja statis, tidak memenuhi kaidah-kaidah kerja yang sehat.

Untuk mengetahui posisi dan sikap kerja standar diperlukan penilaian sikap kerja. Oleh karena itu, disini kami melakukan praktikum pemantauan posisi kerja dengan penilaian keluhan sistem muskuloskeletal yaitu dengan metode OWAS, RULA, dan REBA.

1.2. Tujuan

1.2.1. Untuk mengetahui konsep dasar metode OWAS, RULA dan REBA.

1.2.2. Untuk mengetahui penilaian posisi kerja pada pekerja bengkel motor dengan metode OWAS, RULA, REBA.

1.2.3. Untuk mengetahui perbedaan antara metode OWAS, RULA dan REBA.

1.2.4. Untuk mengetahui sikap kerja yang kurang standar penyebab risiko keluhan sistem muskuloskeletal.

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Praktikan

1.3.1.1. Sebagai referensi mahasiswa saat terjun ke dunia kerja nantinya.

(2)

1.3.1.2. Memperoleh kemampuan dan keterampilan dalam menganalisa postur kerja yang benar tanpa menimbulkan gangguan muskulusskeletal

1.3.1.3. Mahasiswa dapat mengembangkan ide kreatif dalam mendesigh tempat kerja yang sesuai standart

1.3.2. Bagi Program Diploma 3 Hiperkes & Keselamatan Kerja

1.3.2.1. Dapat menambah referensi kepustakaan tentang menilai resiko muskulus skeletal dengan metode OWAS, RULA dan REBA.

1.3.2.2. Meningkatkan kemampuan aplikatif bagi mahasiswa atau praktik untuk mata kuliah pengukuran ergonomi.

1.3.2.3. Membekali mahasiswa untuk dapat menerapkan disiplin ilmu dalam kenyataan di lapangan.

1.3.2.4. Meningkatkan kopetensi mahasiswa agar dapat bersaing dalam dunia kerja.

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian ergonomi

Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008:7). Menurut Sutalaksana (1979:11), ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman.

Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasiakan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampua, kebolehan dan keterbatasn manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik (Tarwaka, 2010)

Secara umum tujuan dari penerapan ilmu ergonomi menurut Tarwaka (2004), sebagai berikut:

2.1.1.1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2.1.1.2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif 2.1.1.3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek,

(4)

setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi

2.1.2. Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Keluhan pada sistem musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasa di istilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993;Lemasters, 1996). Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : 2.1.2.1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang

terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera menghilang apabila pemberian beban dihentikan.

2.1.2.2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan yang bersifat menetap. Walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

2.1.3. Metode menganalisis postur kerja

Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam menganalisis postur kerja, yaitu Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA), dan Ovako Working Posture Analysisi System (OWAS).

Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai postur kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Metode penilaian postur kerja ini tidak memerlukan alat-alat khusus dalam melakukan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas (McAtamney, 1993).

RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan RULA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa

(5)

mengganggu pekerja. Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan untuk perekaman atau pencatatan postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan system scoring dan ketiga adalah pengembangan skala level tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap level resiko dan kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci.

Teknologi ergonomi ini mengevaluasi postur, kekuatan, dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive strain injuries). RULA memberikan hasil evaluasi yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh. Skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar atau berbahaya untuk dilakukan dalam bekerja. Sedangkan skor terendah juga tidak berarti menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic Hazards (Lueder, 1996).

OWAS (Ovako Working Posture Analysisi System) adalah suatu metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja. Metode OWAS dibuat oleh seseorang yang bernama O. Karhu yang berasal dari negara Finlandia pada tahun 1981 untuk menganalisa postural stress pada bidang pekerjaan manual. Kegunaan metode OWAS adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja. Sehingga performansi kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas.

Metode OWAS merupakan salah satu metode yang memberikan output berupa kategori sikap kerja yang beresiko terhadap kecelakaan kerja pada bagian musculoskeletal. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung, tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit, dimana disusun secara

(6)

berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara manual.

RULA (Rapid Entire Body Assessment) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Hignett & McAtamney, 2000).

2.2. Kerangka Berfikir

Muskuloskeletal disorders (MSDs) atau keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakit pada otot, tendon, dan saraf. Aktivitas dengan tingkat pengulangan tinggi dapat menyebabkan kelelahan pada otot, merusak jaringan hingga kesakitan dan ketidaknyamanan. Ini bisa terjadi walaupun tingkat gaya yang dikeluarkan ringan dan postur kerja memuaskan. Oleh karena itu disini dinilai seberapa besar keluhan muskuloskeletal yang terjadi pada pekerja mekanik bengkel motor dengan menggunakan metode RULA, OWAS dan REBA.

(7)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Pelaksanaan

1. Hari / Tanggal : Selasa, 15 September 2015

2. Tempat : Ruang Kuliah 2 D3 Hiperkes & KK Kampus Tirtomoyo 3. Peserta : 40 orang mahasiswa kelas B D3 Hiperkes & KK

Tirtomoyo

4. Pengampu : Tutug Bolet Atmojo, S.KM., M.Si

5. Objek Praktikum : Gambar pekerja yang sedang memotong kayu

6. Peralatan : Laptop, Handphone, Buku Ergonomi Industri, Buku tulis, Pulpen, Busur

7. Cara Pengambilan : Melakukan pencarian pada mesin pencari di google dan referensi buku

8. Cara penyajian : Editing (Gambar dipotong pada bagian tertentu) dan Tabulating

9. Teknik Pengukuran: Gambar diukur dengan menggunakan metode OWAS, RULA, dan REBA untuk dinilai seberapa parah tingkat keluhan pada system muskuloskeletal

(8)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1. Hasil

4.1.1. Metode OWAS

(a) (b)

Gambar 1. (a) pekerja melakukan perbaikan motor disalah satu bengkel resmi (b) analisis posisi kerja pada gambar dengan metode OWAS

Tabel 1. Gambaran analisis posisi kerja menggunakan metode OWAS pada pekerja bengkel motor

Anggota

tubuh Penjelasan postur tubuh

Skor OWAS

Punggung

Punggung ditekuk memuntur Badan dengan posisis fleksi dan rotasi

(atau miring) secara simulan.

4

Lengan Salah satu lengan di bawah dan salah satunya di atas

(9)

Lengan pekerja pada saat bekerja yang satu di bawah dan satunya diangkat di

atas ketinggian bahu

Kaki

Kaki dengan posisi berlutut Pekerja menopangkan kedua lutut di

lantai 6 Beban/Forc e Berat beban <10 kg 1 4.1.2. Metode RULA (a) (b)

Gambar 2. (a) pekerja melakukan perbaikan motor disalah satu bengkel resmi (b) analisis posisi kerja pada gambar dengan metode RULA

Tabel 2. Gambaran analisis posisi kerja menggunakan metode RULA pada pekerja bengkel motor

Group Anggota

tubuh Penjelasan postur tubuh

Skor RULA

(10)

G ro up A Lengan Atas*

kisaran sudut fleksi > 90º 3 Lengan menjauhi badan +1 Lengan

Bawah*

Fleksi >100º 2 Masih berada pada sisi tubuh -Pergelangan

Tangan*

Fleksi 0 º -15 º 2 Pergelangan tangan mengalami

deviasi baik ulnar maupun radial +1 Pergelangan

memuntir

Pergelangan tangan memuntir

dalam kisaran tengah 1

G

ro

up

B

Leher Fleksi 0 º-10 º 1

Posisi leher memuntir +1 Badan Fleksi 20 º-60 º dari titik lurus 3

Badan memuntir +1

Kaki

Kaki dan telapak kakitidak tertopang dengan baik dan berat bedan tidak terdistribusi dengan

seimbang

2

)*pada penilaian lengan dan tangan kami memutuskan untuk menilai tangan kiri, karena pada gambar tersebut antara tangan kanan dan tangan kiri berbeda posisi dan yang terlihat dalam gambar tangan kiri yang sedang bekerja lebih.

(11)

(a) (b)

Gambar 3. (a) pekerja melakukan perbaikan motor disalah satu bengkel resmi (b) analisis posisi kerja pada gambar dengan metode REBA

Tabel 3. Gambaran analisis posisi kerja menggunakan metode REBA pada pekerja bengkel motor

Group Anggota

tubuh Penjelasan postur tubuh

Skor RULA G ro up A Leher Fleksi 0 º-10 º 1

Posisi leher memuntir +1 Badan Fleksi 20 º-60 º dari titik lurus 3

Badan memuntir +1

Kaki Kedua kaki tertopang dilantai 1 Kedua kaki ditekuk flrksi >60 º +2

G

ro

up

B Lengan* kisaran sudut fleksi > 90º 3 Lengan menjauhi badan +1

(12)

Lengan

Bawah* Fleksi >100º 2

Pergelangan Tangan*

Fleksi 0 º -15 º 2 Pergelangan tangan mengalami

deviasi baik ulnar maupun radial +1

)*pada penilaian lengan dan tangan kami memutuskan untuk menilai tangan kiri, karena pada gambar tersebut antara tangan kanan dan tangan kiri berbeda posisi dan yang terlihat dalam gambar tangan kiri yang sedang bekerja lebih.

4.2. Analisa

4.2.1. Metode OWAS

Tabel 4. Gambaran analisis pengklasifikasian kategori resiko “kode posisi” pada kombinasi posisi menggunakan metode OWAS pada pekerja bengkel motor

PUNGG UNG LENG AN KAKI 1 2 3 4 5 6 7 BEBA N BEBA N BEBA N BEBA N BEBA N BEBA N BEBA N 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 3

(13)

2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 3 2 2 3 1 1 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 1 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4

4

4 4 2 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Dari pengkode-an tersebut diatas maka dengan menggunakan Tabel 4 tentang klasifikasi tingkat resiko pada kombinasi posisi didapatkan “Tingkat Resiko” = 4. Berdasarkan tingkat resiko tersebut merupakan kategori resiko “Sangat Tinggi” dengan efek sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal. Dengan demikian, Tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin

Tabel 5. Klasifikasi tingkat resiko postur tubuh menurut frekuensi relatif

Punggung

Punggung lurus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Punggung membungkuk 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Punggung memuntir 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Punggung ditekuk memutar 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Lengan

Kedua lengan di bawah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Satu lengan di bawah dan

(14)

Kedua tangan di atas bahu 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 Kaki

Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Berdiri 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Salah satu ditekuk 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Kedua lutut agak ditekuk 4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Kedua lutut ditekuk 5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berlutut 6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 Berjalan 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 FREKUENSI RELATIF (%) ≤ 1 0 % ≤ 2 0 % ≤ 3 0 % ≤ 4 0 % ≤ 5 0 % ≤ 6 0 % ≤ 7 0 % ≤ 8 0 % ≤ 9 0 % ≤ 100 %

Tabel 5 yang tercantum diatas adalah tabel untuk menghitung jumlah repetitif dari setiap posisi; punggung, lengan dan kaki yaitu dengan mengamati frekuensi relatif pekerjaan.

Karena metode praktikum kami menggunakan metode pengamatan dan/atau menganalisa gambar, jadi untuk saat ini kami tidak mengetahui berapa frekuensi relatif yang ada pada pekerja bengkel motor tersebut. Oleh sebab itu kami hanya menunjukkan tabel pengklasifikasiannya saja.

4.1.2. Metode RULA

Perhitungan metode RULA diklasifikasikan menjadi dua group yaitu group A dan group B yang selanjutnya skor kedua group itu di kombinasi menjadi satu untuk menghasilkan grand skor.

Tabel 6. Skor Postur Group B

(15)

1 2 3 4 5 6

Kaki kaki kaki kaki kaki kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5

5

6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Tabel 7. Skor Postur Group A

Lengan Atas Lengan Bawah Pergelangan Tangan 1 2 3 4 Pergelangan tangan memuntir Pergelangan tangan memuntir Pergelangan tangan memuntir Pergelangan tangan memuntir 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 1 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 3 1 3 3 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 1 4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 4 4 4

4

5 5 5

(16)

3 4 4 4 5 5 5 6 6 5 1 5 5 5 5 5 6 7 7 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 8 8 6 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 8 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9

Dari kedua tabel (Tabel 6. Dan Tabel 7.) diatas dapat diketahui bahwa skor postur group A adalah sebesar 4 dan skor postur group B adalah sebesar 5. Sebelum dikombinasikan antar skor kedua group tersebut terlebih dahulu kita mempertimbangkan skor penggunaan otot sebagai berikut:

Tabel 8. Pemberian skor berdasarkan penggunaan otot

keterangan Skor yang ditambahkan Skor C ( skor A + penambahan skor) Skor D ( skor B + penambahan skor) Penggunaan otot Tidak menggunakan otot pengerahan tenaga selama melakukan pekerjaan (pekerjaan dinamis) -4 5 Tidak ada resistensi atau pembebanan dan

(17)

-pengerahan tenaga secara tidak menentu

<2 kg

Skor Tabel 8. Di atas akan diakumulasikan pada perhitungan grand skor Tabel 9. Perkitungan Grand Skor Berdasarkan kombina si Skor C dan D

Skor D Sko r C 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4

5

6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7

Dengan penilaian Tabel 9. Diatas diperoleh skor akhir RULA yaitu 5, yang berarti masuk pada tingkat risiko 2 dengan kategori risiko “Tinggi” oleh karena itu diperlukan tindakan adanya investigasi dan perbaikan segera

4.1.3. Metode REBA

Perhitungan metode REBA hampir mirip dengan perhitungan RULA akan tetapi dalam perhitungan REBA ini banyak terdapat skor pembebanan dan penentuan jenis-jenis lainnya.

(18)

TABEL A

BADA N

LEHER

1 2 3

KAKI KAKI KAKI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6

7

8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Tabel 11. Skor awal untuk Group B TABEL B

Lengan Bawah

1 2

Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan

1 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4

5

5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8

Pada Gambar 3. Terlihat dengan jelas bahwa pekerja tidak membawa beban kareana beban sudah bertumpu pada lantai. Dan pekerjaan yang dilakukan pada Gambar 3. Tidak berupa pekerjaan yang memerlukan pegangan kontainer sehingga dalam hal ini untuk skoring untuk beban atau force dan jenis pegangan kontainer tidak perlu ditambahkan.

(19)

Tabel 11. Skor C (kombinasi antara skor A dan skor B) TABEL C SKO R A SKOR B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 8

9

9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Penentuan skor akhir REBA yaitu hasil penambahan antara “Skor TABEL C” dengan peningkatan jenis aktivitas otot. Karena jenis aktivitas otot pada Gambar 3. Postur tubuh tidak setabil selama kerja maka skor ditamnah 1 sehingga final skor reba untuk pekerja pada gambar 3. Adalah (9+1=10). Dengan menggunakan petunjuk tabel standar kinerja yang didasarkan pada final skor, maka Final skor 10 mempunyai tingkat risiko “Tinggi” dan memerlukan tindakan perbaikan secepatnya dan/atau sesegera mungkin.

(20)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum diperoleh kesimpulan bahwa penilaian musculus skeletal menggunakan metode OWAS, RULA, dan REBA hasilnya adalah berbeda-beda, dan disetiap metode penilaian mempunyai karakteristik baik kelebihan maupun kekurangannya masing-masing.

penilaian posisi kerja menggunakan metode OWAS, RULA, dan REBA diperoleh simpulan bahwa posisi kerja yang dilakukan pekerja bengkel motor sagat beresiko yaitu:

5.1.1. Tingkat resiko “Sangat Tinggi” dengan efek sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal. Dengan demikian, Tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin (hasil penilaian dengan metode OWAS) 5.1.2. Kategori risiko “Tinggi” oleh karena itu diperlukan tindakan adanya investigasi dan perbaikan segera (hasil penilaian dengan metode RULA)

5.1.3. Tingkat risiko “Tinggi” dan memerlukan tindakan perbaikan secepatnya dan/atau sesegera mungkin (hasil penilaian dengan metode REBA)

5.2. Saran

5.2.1. Sesuai kesimpulan diatas sebaiknya dilakukan tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin

5.2.2. Dilakukan investigasi dan perbaikan secepatnya dan/atau sesegera mungkin

5.2.3. Sebaiknya diperbaiki ruang kerja pada pekerja mekanik bengkel motor dengan menambahan fasilitas agara posisi kerjanya lebih standar seperti tempat duduk atau posisinya lebih dibuat ergonomis. 5.2.4. Sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada pekerja.

Gambar

Tabel 1. Gambaran analisis posisi kerja menggunakan metode OWAS pada pekerja bengkel motor
Tabel 2. Gambaran analisis posisi kerja menggunakan metode RULA pada pekerja bengkel motor
Tabel 3. Gambaran analisis posisi kerja menggunakan metode REBA pada pekerja bengkel motor
Tabel 4. Gambaran analisis pengklasifikasian kategori resiko “kode posisi”   pada   kombinasi   posisi   menggunakan   metode   OWAS   pada pekerja bengkel motor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menunjukkan format-format baru dari nama organisasi, seseorang atau keluarga yang telah disusun sesuai dengan aturan selain yang digunakan untuk menetapkan nama

menyoroti penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang dibatasi pada pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca dalam karangan deskripsi siswa yang dikaji

Pada tiap penderita penyakit saraf harus pula ditelusuri kemungkinan adanya kelainan atau keluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti nyeri kepala, muntah, vertigo,

[r]

Pengendalian hama dengan pengelolaan agroekosistem pada dasarnya adalah teknik pengendalian hayati dengan mengoptimalkan peran musuh alami sebagai faktor pembatas

beberapa tenaga pengajar dan peserta didik terdekat diperoleh beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya, 1) pembuatan learning media matematika yang masih menggunakan

Pada bagian ini akan dijelaskan secara lebih detail mengenai metoda perancangan modul- modul pendukung sistem serta pengujian yang akan dilakukan pada sistem, sehingga dapat

Kondisi kurang tidur pun banyak ditemui dikalangan dewasa muda terutama mahasiswa yang nantinya bisa menimbulkan banyak efek, seperti berkurangnya konsentrasi belajar dan