• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Ilmiah Akuntansi Piutang Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karya Ilmiah Akuntansi Piutang Usaha"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

AKUNTANSI PIUTANG USAHA

O

L

E

H

HALOMOAN SIHOMBING, S.E.

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas

berkat, kasih, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini

dengan baik. Penulis telah berupaya besar untuk menyeesaikan karya ilmiah ini,

namun demikian penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna.

Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan menyambut baik adanya kritik

dari saran dari pembaca untuk membangun dan menyempurnakan karya ilmiah

ini.

Mulai dari rencana penulisan sampai dengan hasil akhir penulisan karya

ilmiah ini, penulis memperoleh dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas HKBP Nommensen.

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen.

3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

HKBP Nommensen.

4. Rekan-rekan dosen di lingkungan Universitas HKBP Nommensen.

5. Kepala Perpustakaan dan pegawai perpustakaan Universitas HKBP

Nommensen.

6. Mahasiswa Program Studi Akuntansi yang tidak dapat disebutkan satu per satu

atas masukan dari mereka ketika penulis membahas topik akuntasi piutang

(3)

Akhir kata, kiranya tulisan sederhana ini memberi manfaat yang sangat

berharga untuk menambah kepustakaan yang membahas topik pengendalian intern

piutang sebagai bahan pelajaran untuk menambah ilmu pengetahuan yang dapat

bernilai ilmiah.

Medan, 24 Mei 2013

Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Luas dan Tujuan Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengertian Akuntasi ... 4

2.2. Pengertian Piutang ... 5

2.3. Penggolongan Piutang ... 6

2.4. Pengakuan Piutang ... 8

2.5. Penilaian Piutang ... 8

2.6. Penghapusan Piutang ... 9

2.7. Penilaian Umur Piutang ... 15

2.8. Pengungkapan Piutang ... 18

BAB III ANALISA DAN EVALUASI ... 22

3.1. Analisa Metode Penghapusan Piutang Usaha ... 22

(5)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

4.1. Kesimpulan ... 26

4.2. Saran ... 27

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan munculnya

perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan besar tersebut

mengakibatkan persaingan antarperusahaan semakin ketat sehingga banyak

perusahaan menghadapi masalah-masalah dalam bersaing, diantaranya bersaing

dalam memasarkan barang dagangan atau bersaing untuk merebut pangsa pasar

itu melalui berbagai kebijaksanaan dalam meningkatkan penjualan demi meraih

keuntungan yang sebesar-besarnya agar perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang.

Setiap perusahaan ingin meningkatkan volume penjualan serta lancarnya

kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan penjualan

secara tunai maupun secara kredit. Penjualan secara tunai akan langsung

menambah kas perusahaan, sedangkan penjualan yang dilakukan secara kredit

akan menimbulkan perkiraan piutang usaha bagi perusahaan tersebut. Perkiraan

piutang ini terjadi karena adanya transaksi antara pihak perusahaan yang menjual

barang atau jasa secara kredit dengan pihak yang melakukan pembelian barang

atau jasa secara kredit.

Piutang merupakan salah satu unsure dari aktiva yang cukup material dari

suatu perusahaan. Dengan demikian, kesalahan dalam pencatatan,

(7)

tertagih atau piutang ragu-ragu akan mempengaruhi laporan keuangan yaitu

laporan yang dibuat oleh pimpinan perusahaan sebagai hasil

pertanggungjawabannya kepada berbagai pihak yang memerlukan laporan

keuangan tersebut. Laporan keuangan yang disajikan pimpinan perusahaan itu

merupakan sumber yang paling utama dari informasi yang diperlukan oleh setiap

pemegang saham atau calon pemegang saham dan khalayak ramai mengenai

jalannya kinerja perusahaan.

Untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan harus dilakukan usaha yang

efektif dan efisien guna mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat piutang

usaha yang tidak tertagih. Usaha tersebut harus sudah dimulai sejak saat

melaksanakan penjualan kemudian pencatatannya hingga pada pengawasan

piutang itu sendiri. Kita ketahui bahwa pengendalian dan pengawasan piutang

merupakan hal yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatan operasional

perusahaan.

Oleh karena itu, dengan pengendalian dan pengawasan piutang yang baik

dalam suatu perusahaan diharapkan piutang dapat diterima tepat pada waktunya.

Selanjutnya perusahaan dapat memanfaatkan hasil penerimaan tersebut sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan. Namun perlu

diingat, bahwa tidak satupun sistem akuntansi yang baik dapat berjalan sendiri

tanpa adanya dukungan faktor manusia dan peralatan yang canggih yang dapat

bekerja dengan tidak menyimpang dari ketentuan, norma-norma, dan

(8)

Melihat pentingnya piutang dalam perusahaan, maka sangat perlu dilakukan

penyajian piutang dalam laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku serta penggolongan dan penyajian piutang dalam neraca

harus dilaksanakan secara tetap sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia. Sesuai

dengan penjelasan di atas, pentingnya penanganan piutang usaha bagi perusahaan

mendorong penulis untuk membuat karya ilmiah dengan judul ”Akuntansi

Piutang Usaha”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah yang ditemukan

dalam pemahasan akuntansi piutang usaha adalah: Penyajian Piutang Usaha dalam

Laporan Keuangan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku.

1.3. Luas dan Tujuan Penelitian

Suatu masalah sangat erat hubungannya dengan masalah lain dan masalah

tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Mengingat keterbatasan waktu,, tenaga, biaya,

ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka luasnya penulisan karya

ilmiah ini hanya dibatasi pada penanganan akuntansi piutang usaha.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana

(9)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi bukanlah suatu hukum atau kebenaran yang fundamental,

melainkan hanya suatu jembatan yang digunakan secara umum untuk membantu

pemimpin mengendalikan masalah keuangan dalam perusahaan. Akuntansi

memberikan andil yang cukup besar dalam mencapau keberhasilan,

mempertahankan komunitas, dan memajukan usaha.

Definisi akuntansi sangat banyak dan luas. Berikut ini akan diuraikan

beberapa definisi akuntansi yang dikemukakan oileh beberapa ahli seperti

Committee on Terminology of The american institute of Certified Public

Accountans dalam Belkaoui (1993:4) mengatakan bahwa akuntansi adalah seni

mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan transaksi dan peristiwa yang

palig tidak sebagian dan bersifat keuangan dengan suatu cara yang bermakna dan

dalam satuan uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya.

Dewan Standar Akuntansi di Amerika Serikat yang dikenal dengan

Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 dalam Smith (1996:3)

memberikan definisi akuntansi sebagai aktivitas jasa yang berfungsi untuk

menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang

entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan

keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat di antara berbagai

(10)

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapatlah dibuat suatu

uraian yang memberikan gambaran tentang akuntansi bahwa akuntansi merupakan

disiplin ilmu deskriptif dan analitis, suatu informasi dan merupakan aktivitas jasa.

Sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif dan analitis, akuntansi mengidentifikasi

sejumlah besar transaksi dan kejadian ekonomi yang merupakan datat-data

keuangan dari aktivitas ekonomi suatu perusahaan. Data yang berjumlah banyak

tersebut akan diukur, diklasifikasikan, diikhtisarkan (diringkaskan), dan disusun

secara tepat menjadi pos-pos yang jumlahnya menjadi relatif sedikit. Kemudian

pos-pos ini akan menjadi gambaran dari posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

perusahaan yang disebut laporan keuangan dan dilaporkan pada akhir periode

tertentu.

2.2. Pengertian Piutang

Piutang merupakan bagian dari tagihan kepada perorangan/individu atau

organisasi yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit

tanpa disertai janji tertulis secara formal (= Periode Jatuh Tempo) dimana

pelunasannya kurang dari 1 (satu) tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva

lancar (current asset). Penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh suatu

perusahaan saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu

sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya uang.

Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995:PSAK

No. 9, Paragraf 7, Seksi 9.4) menyatakan bahwa piutang usaha meliputi piutang

(11)

usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan

usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain.

Definisi piutang menurut Fess (1993:232), istilah piutang (receivable)

meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap perorangan, badan usaha atau

pihak tertagih lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi dimana yang

paling umum ialah dari penjualan barang taupun jasa secara kredit.

Sedangkan menurut Jusup (1994:52), piutang merupakan hak untuk

menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena

adanya suatu transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi

penjualan secara kredit.

Dari beberapa defini piutang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada

umumnya piutang itu timbul sewaktu sebuah perusahaan menjual barang atau jasa

secara kredit dan perusahaan itu berhak atas penerimaan kas di masa mendatang.

Proses timbulnya piutang ini dimulai dari pengambilan keputusan untuk

memberikan kredit kepada langganan atau debiturnya, melakukan pengiriman

barang, penagihan, dan akhirnya menerima pembayaran piutang tersebut.

2.3. Penggolongan Piutang

Penggolongan piutang dalam suatu perusahaan dilakukan dengan tujuan

untuk memudahkan pelaksanaan pencatatan atas transaksi yang mempengaruhi

piutang yang ada di perusahaan tersebut. Transaksi ini berasal dari transaksi

penjualan kredit, transaksi return penjualan, transaksi penerimaan kas dari

(12)

Untuk tujuan pelaporan keuangan, perusahaan hendaknya menggolongkan

piutang menurut lamanya tanggal jatuh tempo. Penggolongan semacam ini akan

menghasilkan piutang lancar atau piutang jangka pendek dan piutang tidak lancar

atau piutang jangka panjang. Piutang lancar merupakan piutang yang diperkirakan

dapat ditagih dalam waktu kurang dari satu tahun atau dalam satu siklus operasi

normal perusahaan. Sedangkan piutang tidak lancar diperkirakan penagihannya

dilakukan lebih dari satu tahun dalam suatu siklus operasi normal perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995: PSAK No. 9,

Paragraf 7, Seksi 9.4), penggolongan piutang melipurti menurut sumber

terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan

piutang lain-lain. Sedangkan menurut Baridwan (1993:124) mengemukakan

bahwa piutang terdiri atas tiga golongan yaitu piutang dagang (usaha), piutang

bukan dagang, dan piutang penghasilan.

Piutang dagang merupakan adanya janji lisan dari pembeli untuk

membayar barang atau jasa yang dijual yang penagihannya tidak lebih dari satu

periode akuntansi dan pada umumnya penjualan secara kredit biasanya dengan

syarat pembayaran (2/10, n/30), seperti piutang yang timbul dari penjualan barang

atau jasa secara kredit. Sedangkan piutang di luar dagang merupakan adanya

transaksi di luar dagang yang mengakibatkan timbulnya tagihan pada masa yang

akan datang kepada konsumen, seperti: piutang dividen, piutang bunga, piutang

sewa, d.l.l.

Jika suatu transaksi yang mengakibatkan piutang, yang mana transaksi

(13)

kurang dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tahun periode akuntansi

maka hal inilah yang disebut Piutang wesel atau surat piutang (Note Receivable).

2.4. Pengakuan Piutang

Dalam banyak transaksi yang terjadi jumlah piutang yang akan diakui

tergantung dari harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran

tersebut adalah besarnya hutang dari yang berhutang (pelanggan atau peminjam)

dan hal ini akan didukung oleh bukti atau faktur atas transaski tersebut. Faktur

sering digunakan sebagai alat pengukuran namun hal tersebut sering menjadi

kendala dalam penentuan harga pertukaran.

Kesulitan yang dihadapi dalam penentuan harga pertukaran terletak pada

jika ada potongan dagang dan potongan tunai. Dalam pengakuan piutang dagang

terdapat dua metode yang digunakan :

a. Metode Kotor (Gross Method)

Dicatat total penjualan meski ada syarat potongan penjualan atau diskon

jika membayar tidak melebihi waktu yang ditetapkan.

b. Metode Bersih (Net Method)

Dicatat penjualan bersih setelah dikurangi potongan penjualan nantinya.

2.5. Penilaian Piutang

Piutang Usaha dinilai sebesar jumlah piutang usaha yang diiharapkan

dapat ditagih / diterima. Setiap akhir periode, saldo piutang usaha harus

disesuaikan untuk mengakui adanya Biaya Kerugian Piutang dan memperbaiki

(14)

Nilai piutang yang dapat ditagih

= Jumlah piutang – Cadangan kerugian piutang

Adjustment Journal:

Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) xxx

Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) - xxx

Kalau di neraca dapat kita lihat sebagai berikut:

PT. X Neraca

Per 31 Desember 2007

Kas XXX

Piutang XXX

Cad. Kerugian Piutang (xxx)

Piutang bersih XXX

Persediaan XXX

2.6. Penghapusan Piutang

Piutang dagang yang dimiliki perusahaan merupakan tagihan-tagihan yang

tidak disertai dengan janji tertulis antara pihak yang berpiutang (kreditur) dengan

pihak yang mempunyai kewajiban (debitur) sehingga kemungkinan terdapat

beberapa piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang tidak tertagih terjadi karena

adanya usaha untuk memperoleh pendapatan dikelompokkan sebagai Biaya Usaha

dimana dalam akuntansi disebut Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense).

Oleh sebab itu, perusahaan akan menanggung risiko kerugian akibat tidak

tertagihnya piutang tersebut. Berikut ini beberapa alasan yang mengakibatkan

tidak tertagihnya piutang, yaitu:

1. Terhentinya usaha pelanggan (debitur) sehingga ia tidak mampu melunasi

(15)

2. Debitur melarikan diri;

3. Perusahaan gagal memaksa pembayaran secara sah dari debitur;

4. Belum adanya kesepakatan antara kreditur dengan debitur mengenai

jumlah piutang yang masih akan diselesaikan;

5. Debitur meninggal dunia.

Risiko tidak tertagihnya piutang merupakan kerugian perusahaan sehingga

perusahaan harus melakukan penghapusan terhadap piutang tak tertagih tersebut.

Penghapusan piutang ini adalah pengurang jumlah piutang karena debitur

diperkirakan tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Dalam menentukan kerugian piutang tak tertagih harus ditangani secara

tepat. Kesalahan dalam penanganan piutang tidak jarang berakibat fatal bagi

perusahaan sehingga mengakibatkan semakin banyak dana yang tertanam pada

piutang sehingga akan menghambat kelancaran operasional perusahaan. Menurut

Skousen (2001:307), terdapat dua cara untuk menghitung kerugian dari piutang

yang tidak tertagih, yaitu: metode penghapusan langsung dan metode penyisihan.

1. Metode Penghapusan Langsung

Metode ini digunakan pada perusahaan kecil yang tidak dapat menaksir

kerugian piutang secara tepat. Pada akhir periode tidak ada taksiran kerugian

piutang yang dibebankan, tetapi kerugian piutang baru diakui pada waktu

diketahui ada piutang yang tidak dapat ditagih. Bila diketahui adanya piutang

tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada

rekening Beban Kerugian Piutang. Kerugian piutang dicatat pada saat dinyatakan

(16)

Kelemahan metode penghapusan langsung adalah tidak mencocokkan

biaya yang dikorbankan dengan pendapatn yang diperoleh pada periode yang

bersangkutan. Dalam metode ini, piutang yang disajikan di neraca hanya sebesar

nilai bruto piutang tanpa adanya pengurangan terhadap piutang yang diakui tidak

dapat ditagih kembali. Penggunaan metode penghapusan langsung tidak dapat

menunjukkan dalam neraca jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih karena

neraca hanya menunjukkan jumlah bruto piutang.

Selain itu, menurut metode penghapusan langsung, penjualan yang terjadi

mendekati akhir periode akuntansi tidak diakui tidak tertagih atau diakui dapat

ditagih sampai periode yang berikutnya. Hal ini mengakibatkan munculnya biaya

yang terlalu tinggi pada periode yang berikutnya karena piutang tak tertagih tidak

diakui pada periode tersebut. Akibatnya biaya pada periode yang bersangkutan

dicatat terlalu rendah sedangkan biaya pada periode berikutnya dicatat terlalu

tinggi.

Kelebihan dari metode penghapusan langsung ini adalah sederhana dan

mudah digunakan khususnya dalam penentuan besarnya kerugian piutang karena

metode ini bersifat objektif dimana piutang akan dihapuskan pada waktu terbukti

tidak tertagih lagi.

Metode penghapusan langsung yang dilakukan oleh perusahaan dalam

mengakui besarnya piutang tak tertagih pada setiap periode akuntansi tidak dapat

menaksir kerugian piutang tak tertagih secara tepat. Metode ini bertentangan

(17)

penandingan (matching) pendapatan dengan beban periode berjalan dan tidak

melaporkan jumlah piutang dari nilai bersih piutang yang dapat direalisasikan.

2. Metode Cadangan (Penyisihan)

Dalam metode cadangan / penyisihan, setiap akhir periode dilakukan

penaksiran jumlah kerugian piutang (cadangan kerugian piutang) yang akan

dibebankan pada periode yang bersangkutan. Kerugian piutang pada akhir periode

akuntansi ditetapkan berdasarkan penaksiran. Berdasarkan metode ini juga jika

langganan dinyatakan failit atau tidak dapat membayar maka hal ini tetap akan

dilakukan penghapusan piutang. Tujuannya adalah untuk mengurangi nilai

piutang usaha sampai sejumlah yang dapat direalisasi dan untuk mengalokasikan

biaya kerugian piutang pada periode berjalan.

Untuk itu perlu dilakukan penaksiran secara tepat terhadap pencatatan

piutang yang tidak dapat ditagih. Dalam hal ini, Hendrikson (1991:272)

berpendapat bahwa taksiran besarnya penyisihan untuk piutang ragu-ragu paling

akurat jika didasarkan pada umur dan sifat piutang yang masih harus ditagih pada

tanggal neraca dan harapan probabilistik mengenai ketertagihannya.

Dalam metode cadangan (penyisihan) ini, penaksiran kerugian piutang

tersebut dimasukkan sebagai beban dan pengurangan tidak langsung dalam

piutang dagang melalui suatu kenaikan dalam perkiraan cadangan atau penyisihan

dalam periode saat penjualan tersebut dicatat. Untuk menentukan besarnya

taksiran piutang tak tertagih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Penjualan

(18)

Fokus pelaporan dalam melakukan penaksiran piutang dagang yang tidak

tertagih dengan persentase penjualan kredit adalah laporan laba rugi. Persentase

penjualan kredit yang dilakukan dalam menaksir piutang tak tertagih akan

menandingkan besarnya pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan

dengan besarnya biaya yang harus ditanggung akibat adanya kerugian piutang tak

tertagih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.

Pada metode ini, jumlah piutang tak tertagih berbanding akan berbanding

lurus sesuai dengan persentase dengan penjualan kredit pada tahun berjalan.

Persentase ini merupakan proyeksi berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya

yang dimodifikasi dengan perubahan yang diharapkan pada periode berjalan.

Kerugian piutang dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan

jumlah penjualan periode tersebut. Hasil perkalian ini merupakan beban kerugian

piutang perusahaan pada periode berjalan yang dicatat dengan mendebet rekening

beban kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.

b. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Saldo

Piutang (Pendekatan Neraca)

Fokus pelaporan dalam melakukan penaksiran piutang dagang yang tidak

tertagih dengan persentase penjualan kredit adalah laporan laba rugi. Persentase

saldo piutang yang dilakukan dalam menaksir piutang tak tertagih akan

menimbulkan adanya cadangan kerugian piutang sebagai pengurang dari nilai

bruto piutang yang dilaporkan dalam neraca. Dengan adanya cadangan kerugian

piutang tak tertagih, maka jumlah piutang yang diungkapkan dalam neraca adalah

(19)

Dengan cara ini, saldo piutang pada akhir periode dikalikan dengan

persentase tertentu. Hasil perkalian ini merupakan cadangan kerugian piutang

yang diinginkan. Jumlah kerugian piutang akan diperoleh dengan cara

mengurangi atau menambah saldo rekening cadangan kerugian piutang yang

diharapkan terhadap saldo rekening cadangan kerugian piutang.

Kelebihan dari metode cadangan ini adalah:

- Metode cadangan perhitungannya lebih memuaskan dalam segi penandingan

karena metode ini akan menghitung piutang yang tidak tertagih untuk periode

yang sama dengan terjadinya penjualan kredit sehingga dapat dilakukan

penghitungan terhadap piutang yang diestimasi (diperkirakan) tidak dapat

ditagih kembali.

- Penggunaan estimasi (taksiran) terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan

dalam metode ini akan dapat menentukan persentase jumlah taksiran piutang

tak tertagih. Persentase ini diramalkan berdasarkan pengalaman masa lalu,

kondisi pasar sekarang, dan analisis atas saldo piutang yang benar.

Sedangkan kelemahan dari metode cadangan ini adalah bila etimasi tidak

dilakukan secara cermat, maka akan memberikan gambaran biaya kerugian

piutang yang tidak tepat sehingga metode ini akan gagal untuk mempertemukan

antara biaya penghapusan dengan jumlah penjualan yang menyebabkan

(20)

2.7. Penilaian Umur Piutang

Karakteristik utama yang perlu diperhatikan dari piutang adalah dapat

ditentukannya tanggal jatuh tempo dan jumlah uang yang dapat ditagih atas

piutang dari para debitur. Hal ini merupakan masalah utama dalam menentukan

nilai dari suatu piutang. Jika perusahaan tidak melakukan penilaian terhadap

piutang usaha yang telah jatuh tempo, maka penagihan yang dilakukan oleh

bagian pemasaran kurang dapat memperhatikan tanggal jatuh trmpo piutang

perusahaan tersebut.

Penentuan tanggal jatuh tempo piutang yang dilakukan perusahaan

merupakan hal penting dalam rangka pelaksanaan operasional perusahaan dan

diperlakukan sebagai dasar untuk melakukan penagihan yang berkesinambungan

kepada para debiturnya. Penentuan tanggal jatuh tempo piutang dapat juga

diperlakukan sebagai dasar dalam menentukan besarnya jumlah piutang tak

tertagih pada setiap periode akuntansi.

Adapun informasi mengenai analisis umur piutang yang dilakukan oleh

suatu perusahaan dalam kerangka operasional adalah untuk melakukan penagihan

yang berkesinambungan kepada para debiturnya dengan mengelompokkan

piutang perusahaan berdasarkan tanggal jatuh temponya. Penentuan umur jatuh

tempo yang dilakukan perusahaan bisa ditetapkan mulai dari piutang yang belum

jatuh tempo, piutang yang telah jatuh tempo 1-3 bulan, piutang yang telah jatuh

tempo 4-6 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 7-9 bulan, piutang yang telah

jatuh tempo 10-12 bulan hingga piuatng yang telah jatuh tempo lebih dari 12

(21)

Contoh Soal: Piutang Dagang PT Pro Deo et Patria per 31 Desember 2009

Piutang Dagang Rp 150.000.00 dan Saldo Cadangan Kerugian Piutang = Rp

0,-Daftar Umur Piutang:

1. Grace 25.000.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 2.500.000 10.000.000 0 2. Cana 40.000.000 10.000.000 5.000.000 0 10.000.000 5.000.000 10.000.000 3. Yovel 35.000.000 15.000.000 0 10.000.000 5.000.000 0 5.000.000 4. Rafael 50.000.000 20.000.000 10.000.000 10.000.000 0 5.000.000 5.000.000 Jumlah

Piutang

150.000.000 50.000.000 17.500.000 25.000.000 17.500.000 20.000.000 20.000.000 % Taksiran

Kerugian

2 % 4 % 6 % 8 % 10 % 12 % Jumlah

Kerugian

9.000.000 1.000.000 700.000 1.500.000 1.400.000 2.000.000 2.400.000

Adjustment Journal:

Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) 9.000.000 Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) - 9.000.000

Penyajian Piutang Dagang PT Pro Deo et Patria di Neraca:

PT Pro Deo et Patria Neraca

Per 31 Desember 2009

Piutang Dagang Rp150.000.000,-CKP ( 9.000.000 ) Piutang Bersih Rp

141.000.000,-Jika terdapat Saldo Kredit Cadangan Kerugian Piutang = Rp 5.000.000,-

Daftar Umur Piutang

1. Grace 25.000.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 2.500.000 10.000.000 0 2. Cana 40.000.000 10.000.000 5.000.000 0 10.000.000 5.000.000 10.000.000 3. Yovel 35.000.000 15.000.000 0 10.000.000 5.000.000 0 5.000.000 4. Rafael 50.000.000 20.000.000 10.000.000 10.000.000 0 5.000.000 5.000.000 Jumlah Piutang 150.000.000 50.000.000 17.500.000 25.000.000 17.500.000 20.000.000 20.000.000

% Taksiran Kerugian

2 % 4 % 6 % 8 % 10 % 12 % Jumlah

Kerugian

9.000.000 1.000.000 700.000 1.500.000 1.400.000 2.000.000 2.400.000 Saldo Kredit

CKP

(22)

Adjustment Journal: Piutang Bersih Rp

141.000.000,-Jika terdapat Saldo Debet Cadangan Kerugian Piutang = Rp 5.000.000,-

Daftar Umur Piutang

1. Grace 25.000.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 2.500.000 10.000.00 0

(23)

141.000.000,-2.8. Pengungkapan Piutang

Pada akhir periode akuntansi, perusahaan akan menyusun laporan

keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan

perubahan modal. Pada neraca, umumnya perincian-perincian dikelompokkan

menjadi 3 kelompok, yaitu perkiraan aktiva, perkiraan utang, dan perkiraan

modal. Perkiraan harta terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva tidak

berwujud. Piutang merupakan salah satu unsur yang cukup material dari aktiva

lancar sehingga pengungkapannya pada neraca harus dilakukan secara tepat dan

jelas agar tidak menyesatkan para pemakai laporan keuangan.

Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa piutang dinyatakan sebesar

jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.

Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan

untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.

Sebagai salah satu unsur yang cukup material dan merupakan bagian dari

aktiva lancar, piutang dapat digunakan untuk mendapatkan kas segera. Terkadang

perusahaan perlu kas segera dan tidak dapat menungguh tertagihnya piutang

hingga pada akhir suatu siklus normal.

Pada waktu tertentu, walaupun perusahaan tidak dalam keadaan tekanan

finansial, namun ingin mempercepat proses penarikan piutang, mengubah risiko

kredit dan mengadakan usaha penarikan piutang dimana perusahaan hanya

(24)

perusahaan mengalami kesulitan likuiditas sedangkan pinjaman kredit bank tidak

dapat diperoleh.

Menurut Baridwan (1993:138) ada dua cara dalam menggunakan piutang

usaha yang dapat dikonversi untuk memenuhi kebutuhan uang segera, yaitu:

piutang dipakai sebagai jaminan dan menjual piutang (anjak piutang).

1. Piutang Dipakai sebagai Jaminan

Piiutang yang dipakai sebagai jaminan merupakan bentuk dari pengalihan

piutang terjadi diakibatkan karena perusahaan membutuhkan dana (Uang tunai)

yang cepat pada waktu sekarang padahal piutang dagang yang dimilikinya baru

akan jatuh tempo pada waktu yang akan datang atau tidak lebih dari 60 hari,

sehingga untuk memenuhi dana tersebut terpaksa perusahaan mengagunkan

piutang dagang yang dimilikinya demi memperoleh dana. Pengagunan piutang

tersebut bisa dilakukan pada sektor perbankan atau sektor di luar perbankan.

Akibatnya akan terjadi adanya pelepasan piutang dagang yang dimilikinya

menjadi piutang dagang yang dijaminkan.

Bagi perusahaan yang menggunakan piutang sebagai jaminan untuk

memperoleh sejumlah kas atau pinjaman dari bank atau lembaga keuangan

lainnya dilakukan pada piutang yang diestimasi tidak dapat ditagih lagi.

Penggunaan piutang ini diikuti dengan penyerahan piutang tak tertagih kepada

pihak yang memberi pinjaman sebagai jaminan atas pinjaman tersebut.

Jenis Penjaminan (Assigment)

(25)

Perkiraan jurnal khusus atas piutang yang dijaminkan tidak ada, maka

piutang yang dijaminkan tersebut akan dituangkan/dilaporkan dalam catatan atas

laporan keuangan, dan yang hanya dicatat hanya terbentuknya surat utang.

Contoh:

Nilai yang dijaminkan tidak ada dicatat melainkan hanya dijelaskan dalam

Catatan Atas Laporan Keuangan.

Kas 70.000.000

-Surat utang - 70.000.000

b. Spesific Assigment

Dalam pengagunan piutang ini ada hal-hal khusus yang harus disepakati

oleh kedua belah pihak baik pemberi pinjaman dan yang meminjam (yang

mengagunkan piutang).

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:

a. Uang tunai yang akan diterima < dari nilai piutang yang dijaminkan.

b. Yang memberi pinjaman selalu memberikan beban administrasi bank pada

awal peminjaman.

c. Bank juga akan mengenakan beban bunga atas utang yang dimiliki si

peminjam berdasarkan besarnya yang nilai dipinjam (utangnya).

d. Dalam hal penagihan piutang ketika jatuh tempo (akhir bulan) maka hal ini

akan disepakati kedua belah pihak dan pada umumnya bank akan menghunjuk

yang meminjam atau mengagunkan piutanglah yang akan menagih

(26)

Menurut Simangunsong (1995:230) ada tiga hal yang harus diperhatikan

dalam penggunaan piutang sebagai jaminan, yaitu:

a. Jika piutang yang digunakan sebagai jaminan tidak dapat ditagih, maka

peminjam berkewajiban untuk melunasi/mengganti jumlah yang tak dapat

ditagih tersebut.

b. Penagihan piutang yang dijaminkan dapat dilakukan oleh peminjam atau

pihak yang meminjamkan.

c. Piutang yang tertagih digunakan untuk melunasi pinjaman.

2. Menjual Piutang (Anjak Piutang)

Pada cara ini, seluruh hak yang melekat pada piutang, pengelolaan, dan

administrasi serta seluruh risiko yang kemungkinan timbul dari piutang dagang

tersebut dipindahtangankan kepada pembeli. Oleh karena itu, pemberitahuan

kepada debitur dibuat agar yang bersangkutan melaksanakan pembayaran

langsung kepada pembeli. Penjualan piutang dagang drmikian, menyangkut

tingkat diskonto yang tinggi sehingga pada umumnya perusahaan akan berusaha

menghindarkannya.

Oleh sebab itu, prosedur pencatatan terhadap transaksi penjualan piutang

tidak banyak menghadapi persoalan. Pencatatan yang harus dilakukan dalam hal

ini adalah menghapuskan semua rekening pembukuan yang berhubungan dengan

piutang dagang tersebut dengan mengakui adanya suatu kerugian atau biaya

sebesar selisih antara pembayaran yang diterima dan nilai buku piutang dagang

(27)

BAB III

ANALISA DAN EVALUASI

3.1. Analisa Metode Penghapusan Piutang Usaha

Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan banyak

melakukan transaksi penjualan baik secara tunai maupun secara kredit kepada

para pelanggan atau pemesan. Pada umumnya, transaksi penjualan jasa yang

dilakukan oleh suatu perusahaan kepada para langganannya dilakukan secara

kredit sehingga menimbulkan piutang dagang bagi perusahaan.

Dalam mengelola piutang dagangnya, suatu perusahaan seting mengalami

kesulitan dalam menagih piutang-piutangnya dari para debitur sehingga

perusahaan melakukan penghapusan langsung terhadap piutang yang diakui tidak

dapat ditagih lagi karena para debiturnya mengalami kebangkrutan. Metode

penghapusan langsung yang dilakukan perusahaan adalah dengan menghapus

piutang para debitur setelah perusahaan mengetahui secara pasti bahwa piutang

dari para debiturnya benar-benar tidak dapat ditagih lagi.

Metode penghapusan langsung yang dibuat oleh perusahaan akan

mengungkapkan saldo piutang yang terlalu besar di neraca dan hanya

menampilkan jumlah bruto dari piutang tersebut. Hal ini terjadi karena perusahaan

tidak menyajikan cadangan kerugian piutang terhadap piutang yang diestimasi

(28)

Jika tidak dilakukan cadangan kerugian piutang terhadap piutang tak

tertagih, maka biaya kerugian piutang pada periode berjalan akan dibebankan ke

periode berikutnya. Akibatnya, biaya kerugian piutang pada periode berjalan

dicatat terlalu rendah sedangkan biaya kerugian piutang pada periode berikutnya

dicatat terlalu tinggi idak mengakui penghapusan piutang yang dilakukan oleh

perusahaan tidak mengakui adanya kerugian piutang tak tertagih pada periode

berjalan.

Dari uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa metode penghapusan

langsung yang dianut suatu perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang menyatakan bahwa piutang yang diungkapkan di neraca harus

diikuti dengan cadangan kerugian piutang yang tidak dapat ditagih lagi. Untuk itu

sebaiknya dalam menghapus piutang tak tertagih, perusahaan hendaknya

menggunakan metode penghapusan cadangan atau penyisihan sehingga sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Metode cadangan atau penyisihan yang diterapkan suatu perusahaan dalam

mengestimasi besarnya kerugian piutang tak tertagih sebaiknya dengan cara

melakukan penilaian atas umur piutang tersebut. Metode penilaian umur piutang

yang sering digunakan adalah metode analisa umur piutang karena metode ini

akan memberikan pendekatan yang paling tepat untuk menilai cadangan kerugiam

piutang.

Penilaian umur piutang dapat dilakukan dengan terlebih dahulu

mengelompokkan piutang menurut umurnya yaitu mulai dari piutang yang belum

(29)

menentukan besarnya cadangan kerugian piutang tak tertagih untuk akhir tahun

berjalan, maka saldo-saldo piutang perusahaan yang belum jatuh tempo hingga

saldo piutang yang telah jatuh tempo tersebut harus dievaluasi berdasarkan

persentase piutang tak tertagih.

Penetapan persentase piutang tak tertagih ini ditentukan berdasarkan

pengalaman perusahaan atas piutang yang tidak dapat ditagih dari para debitur

pada masa lalu. Besarnya persentase yang ditetapkan perusahaan dalam

mengestimasi piutang tak tertagih ditentukan berdasarkan tanggal jatuh tempo

piutang tersebut. Biasanya semakin lama jangka waktu jatuh tempo suatu piutang,

maka semakin besarlah persentase yang ditetapkan untuk menaksir kerugian

piutang tidak tertagih tersebut karena semakin besar pula risiko piutang tersebut

tidak dapat ditagih kembali.

Dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembebanan

kerugian piutang tak tertagih yang dilakukan dengan menggunakan metode

analisis umur piutang adalah lebih wajar dibandingkan dengan metode

penghapusan langsung karena jumlah piutang yang diungkapkan dalam neraca

adalah sebesar jumlah piutang yang dapat direalisasikan dapt ditagih kembali dari

para debitur perusahaan.

3.2. Analisa Piutang yang Dijaminkan Perusahaan

Dalam rangka mengembangkan usahanya, perusahaan akan melakukan

peminjaman dana ke bank untuk modal kerjanya. Misalnya suatu perusahaan

menjaminkan jumlah piutang usaha yang dimilikinya sebesar Rp

(30)

keputusan perusahaan dalam pengadaan dana modal kerja melalui peminjaman

piutang usaha adalah sangat tepat karena aktivitas perusahaan dapat beroperasi

secara lebih luas dan dana yang tertanam dalam piutang usaha dapat dipergunakan

oleh perusahaan untuk menambah modal kerja perusahaan tersebut.

Namun dalam perlakuan akuntansi, banyak perusahaan yang tidak

membuat catatan di neraca bahwa perusahaan telah menjaminkan piutang

usahanya sebesar Rp 700.000.000,- untuk memperoleh pinjaman modal kerja

sebesar Rp 500.000.000,- dari bank. Dengan tidak dibuatnya pengungkapan atas

catatatan di neraca atas piutang usaha yang dijaminkan perusahaan, maka neraca

yang disajikan perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Hal

ini akan memberi informasi yang menyesatkan bagi para pengguna laporan

keuangan perusahaan karena para pengguna laporan keuangan beranggapan

bahwa pos piutang yang diungkapkan di neraca merupakan aktiva secara penuh

yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Sebaiknya dalam melakukan kebijakan manajerial, perusahaan harus

mengungkapkan piutangnya secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan. Piutang Usaha yang dijaminkan untuk memperoleh pinjaman modal

(31)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Akuntansi piutang mempunyai hubungan yang erat dalam pengendalian

piutang khususnya dalam menagih piutang tersebut dari para debitur dan juga

risiko yang dihadapi apabila piutang tersebut tidak dapat ditagih lagi. Untuk itu,

setiap perusahaan harus lebih cermat dalam mengelola piutang perusahaan untuk

menghindari risiko tidak tertagihnya piutang usaha tersebut.

Dalam melakukan penghapusan piutang yang tak tertagih, perusahaan

yang menggunakan metode penghapusan langsung mengakibatkan perusahaan

tidak dapat memperhitungkan cadangan kerugian piutang yang seharusnya

dibebankan sebagai biaya pada periode berjalan. Metode penghapusan langsung

yang dilakukan perusahaan mengakibatkan pengungkapan piutang dalam neraca

adalah sebesar jumlah bruto piutang tersebut. Pengungkapan piutang di neraca

atas penghapusan langsung terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan

perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan karena tidak

mengungkapkan jumlah piutang yang dapat direalisasikan dapat diterima.

Perusahaan mengadakan kredit modal kerja dari bank sebesar

Rp 500.000.000,- dengan menjaminkan piutang usahanya sebesar

(32)

bertentangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang menyatakan bahwa

piutang dagang yang dijaminkan untuk memperoleh pinjaman modal kerja harus

diungkapkan secara jelas di neraca melalui catatan atas laporan keuangan.

4.2. Saran

Dengan adanya kesimpulan di atas, setelah melakukan analisis dan

evaluasi, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan hendaknya

diadakan perbaikan-perbaikan yang membutuhkan pertimbangan untuk

melaksanakannya. Untuk itu, penulis mengemukakan beberapa saran yang

diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam mengatasi masalah

penanganan piutang perusahaan dan sekaligus menjadi bahan tindakan preventif

yang dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Adapun saran-saran tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode cadangan dalam menghapus

piutang yang diakui tidak dapat ditagih kembali yaitu dengan memperkirakan

cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan sebagai biaya pada periode

tahun yang bersangkutan sehingga pengungkapan piutang di neraca lebih

dapat dipertanggungjawabkan dalam segi kewajaran laporan keuangan.

2. Pengungkapan piutang di neraca yang memperkirakan adanya cadangan

kerugian piutang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang

menyatakan piutang yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah bruto

piutang dikurang cadangan kerugian piutang.

3. Sebaiknya daftar umur piutang yang dibuat perusahaan lebih memprioritaskan

(33)

kerugian piutang terhadap piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih lagi

dengan membuat persentase kerugian piutang terhadap piutang yang belum

jatuh tempo hingga piutang yang telah jatuh tempo.

4. Piutang yang dijaminkan perusahaan untuk memperoleh kredit modal kerja

harus diungkapkan dalam neraca dengan membuat catatan pendukung laporan

keuangan atas piutang yang dijaminkan oleh perusahaan tersebut.

5. Pengungkapan piutang di neraca harus dicatat sebesar nilai netto piutang yang

diperkirakan tidak dapat ditagih yaitu dengan mengurangkan jumlah bruto

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 1993. Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Cetaka Kedua: BPFE, Yogyakarta.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 1993. Accounting Theory, Second Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Herman Wibowo, Jilid Satu, Edisi Kedua: Erlangga, Jakarta.

Hendriksen, Eldon S., 1991. Accounting Theory, Fourth Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Wim Liyono, Jilid Satu, Cetakan Kelima: Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1995. Standar Akuntansi Keuangan. Buku Satu: Salemba Empat, Jakarta.

Jusup, Al. Haryono, 1994. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid Satu, Edisi Keempat, Cetakan Kedua: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Simangunsong, A.O., 1995. Akuntansi Keuangan Intermediate, Tingkat Dasar Dua, Cetakan Pertama: Dharma Karsa Utama, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Mengestimasi piutang tak tertagih pada metode pencadangan: • Persentase penjualan. • Analisis piutang dengan daftar umur

pembayaran atas penjualan kredit tersebut. Perputaran piutang yang baik dapat menunjukan tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam merubah aktiva lancar dalam bentuk

Metode penyisihan menggunakan dua cara untuk mengestimasikan jumlah yang didebit ke Beban Piutang Tak Tertagih. Metode Penyisihan Metode Penyisihan

Selain itu dalam aktivitas penjualan seringkali timbul piutang karena penjualan secara kredit yang dilakukan Sistem akuntansi penjualan juga termasuk bagian yang

Manager : Laporan Penjualan Per Periode, Laporan Penjualan Per Pelanggan, Laporan Kredibilitas Pelanggan, Laporan Limit Kredit, Laporan Piutang, Laporan Piutang Tak

66 dalam menentukan taksiran cadangan piutang tak tertagih melalui metode analisis umur piutang, maka hasil yang didapat dari perhitungan tersebut akan mengurangi nilai piutang dalam

Penjualan secara kredit juga menimbulkan adanya piutang dan terdapat resiko piutang tak tertagih atau kredit macet, hal ini dapat diatasi dengan adanya sistem akuntansi penjualan kredit

Analisis Rasio Berdasarkan data piutang, penjualan secara kredit, piutang tertunggak dan piutang tertagih pada PT Pelabuhan Indonesia SBU Pelayanan Kapal Makassar selama Pandemic