KARYA ILMIAH
AKUNTANSI PIUTANG USAHA
O
L
E
H
HALOMOAN SIHOMBING, S.E.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas
berkat, kasih, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
dengan baik. Penulis telah berupaya besar untuk menyeesaikan karya ilmiah ini,
namun demikian penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan menyambut baik adanya kritik
dari saran dari pembaca untuk membangun dan menyempurnakan karya ilmiah
ini.
Mulai dari rencana penulisan sampai dengan hasil akhir penulisan karya
ilmiah ini, penulis memperoleh dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas HKBP Nommensen.
2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen.
3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
HKBP Nommensen.
4. Rekan-rekan dosen di lingkungan Universitas HKBP Nommensen.
5. Kepala Perpustakaan dan pegawai perpustakaan Universitas HKBP
Nommensen.
6. Mahasiswa Program Studi Akuntansi yang tidak dapat disebutkan satu per satu
atas masukan dari mereka ketika penulis membahas topik akuntasi piutang
Akhir kata, kiranya tulisan sederhana ini memberi manfaat yang sangat
berharga untuk menambah kepustakaan yang membahas topik pengendalian intern
piutang sebagai bahan pelajaran untuk menambah ilmu pengetahuan yang dapat
bernilai ilmiah.
Medan, 24 Mei 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Luas dan Tujuan Penulisan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Pengertian Akuntasi ... 4
2.2. Pengertian Piutang ... 5
2.3. Penggolongan Piutang ... 6
2.4. Pengakuan Piutang ... 8
2.5. Penilaian Piutang ... 8
2.6. Penghapusan Piutang ... 9
2.7. Penilaian Umur Piutang ... 15
2.8. Pengungkapan Piutang ... 18
BAB III ANALISA DAN EVALUASI ... 22
3.1. Analisa Metode Penghapusan Piutang Usaha ... 22
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
4.1. Kesimpulan ... 26
4.2. Saran ... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan munculnya
perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan besar tersebut
mengakibatkan persaingan antarperusahaan semakin ketat sehingga banyak
perusahaan menghadapi masalah-masalah dalam bersaing, diantaranya bersaing
dalam memasarkan barang dagangan atau bersaing untuk merebut pangsa pasar
itu melalui berbagai kebijaksanaan dalam meningkatkan penjualan demi meraih
keuntungan yang sebesar-besarnya agar perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang.
Setiap perusahaan ingin meningkatkan volume penjualan serta lancarnya
kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan penjualan
secara tunai maupun secara kredit. Penjualan secara tunai akan langsung
menambah kas perusahaan, sedangkan penjualan yang dilakukan secara kredit
akan menimbulkan perkiraan piutang usaha bagi perusahaan tersebut. Perkiraan
piutang ini terjadi karena adanya transaksi antara pihak perusahaan yang menjual
barang atau jasa secara kredit dengan pihak yang melakukan pembelian barang
atau jasa secara kredit.
Piutang merupakan salah satu unsure dari aktiva yang cukup material dari
suatu perusahaan. Dengan demikian, kesalahan dalam pencatatan,
tertagih atau piutang ragu-ragu akan mempengaruhi laporan keuangan yaitu
laporan yang dibuat oleh pimpinan perusahaan sebagai hasil
pertanggungjawabannya kepada berbagai pihak yang memerlukan laporan
keuangan tersebut. Laporan keuangan yang disajikan pimpinan perusahaan itu
merupakan sumber yang paling utama dari informasi yang diperlukan oleh setiap
pemegang saham atau calon pemegang saham dan khalayak ramai mengenai
jalannya kinerja perusahaan.
Untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan harus dilakukan usaha yang
efektif dan efisien guna mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat piutang
usaha yang tidak tertagih. Usaha tersebut harus sudah dimulai sejak saat
melaksanakan penjualan kemudian pencatatannya hingga pada pengawasan
piutang itu sendiri. Kita ketahui bahwa pengendalian dan pengawasan piutang
merupakan hal yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatan operasional
perusahaan.
Oleh karena itu, dengan pengendalian dan pengawasan piutang yang baik
dalam suatu perusahaan diharapkan piutang dapat diterima tepat pada waktunya.
Selanjutnya perusahaan dapat memanfaatkan hasil penerimaan tersebut sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan. Namun perlu
diingat, bahwa tidak satupun sistem akuntansi yang baik dapat berjalan sendiri
tanpa adanya dukungan faktor manusia dan peralatan yang canggih yang dapat
bekerja dengan tidak menyimpang dari ketentuan, norma-norma, dan
Melihat pentingnya piutang dalam perusahaan, maka sangat perlu dilakukan
penyajian piutang dalam laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku serta penggolongan dan penyajian piutang dalam neraca
harus dilaksanakan secara tetap sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia. Sesuai
dengan penjelasan di atas, pentingnya penanganan piutang usaha bagi perusahaan
mendorong penulis untuk membuat karya ilmiah dengan judul ”Akuntansi
Piutang Usaha”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah yang ditemukan
dalam pemahasan akuntansi piutang usaha adalah: Penyajian Piutang Usaha dalam
Laporan Keuangan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku.
1.3. Luas dan Tujuan Penelitian
Suatu masalah sangat erat hubungannya dengan masalah lain dan masalah
tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Mengingat keterbatasan waktu,, tenaga, biaya,
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka luasnya penulisan karya
ilmiah ini hanya dibatasi pada penanganan akuntansi piutang usaha.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi bukanlah suatu hukum atau kebenaran yang fundamental,
melainkan hanya suatu jembatan yang digunakan secara umum untuk membantu
pemimpin mengendalikan masalah keuangan dalam perusahaan. Akuntansi
memberikan andil yang cukup besar dalam mencapau keberhasilan,
mempertahankan komunitas, dan memajukan usaha.
Definisi akuntansi sangat banyak dan luas. Berikut ini akan diuraikan
beberapa definisi akuntansi yang dikemukakan oileh beberapa ahli seperti
Committee on Terminology of The american institute of Certified Public
Accountans dalam Belkaoui (1993:4) mengatakan bahwa akuntansi adalah seni
mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan transaksi dan peristiwa yang
palig tidak sebagian dan bersifat keuangan dengan suatu cara yang bermakna dan
dalam satuan uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya.
Dewan Standar Akuntansi di Amerika Serikat yang dikenal dengan
Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 dalam Smith (1996:3)
memberikan definisi akuntansi sebagai aktivitas jasa yang berfungsi untuk
menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang
entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat di antara berbagai
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapatlah dibuat suatu
uraian yang memberikan gambaran tentang akuntansi bahwa akuntansi merupakan
disiplin ilmu deskriptif dan analitis, suatu informasi dan merupakan aktivitas jasa.
Sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif dan analitis, akuntansi mengidentifikasi
sejumlah besar transaksi dan kejadian ekonomi yang merupakan datat-data
keuangan dari aktivitas ekonomi suatu perusahaan. Data yang berjumlah banyak
tersebut akan diukur, diklasifikasikan, diikhtisarkan (diringkaskan), dan disusun
secara tepat menjadi pos-pos yang jumlahnya menjadi relatif sedikit. Kemudian
pos-pos ini akan menjadi gambaran dari posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
perusahaan yang disebut laporan keuangan dan dilaporkan pada akhir periode
tertentu.
2.2. Pengertian Piutang
Piutang merupakan bagian dari tagihan kepada perorangan/individu atau
organisasi yang timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
tanpa disertai janji tertulis secara formal (= Periode Jatuh Tempo) dimana
pelunasannya kurang dari 1 (satu) tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva
lancar (current asset). Penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh suatu
perusahaan saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu
sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya uang.
Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995:PSAK
No. 9, Paragraf 7, Seksi 9.4) menyatakan bahwa piutang usaha meliputi piutang
usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan
usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain.
Definisi piutang menurut Fess (1993:232), istilah piutang (receivable)
meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap perorangan, badan usaha atau
pihak tertagih lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi dimana yang
paling umum ialah dari penjualan barang taupun jasa secara kredit.
Sedangkan menurut Jusup (1994:52), piutang merupakan hak untuk
menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena
adanya suatu transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi
penjualan secara kredit.
Dari beberapa defini piutang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada
umumnya piutang itu timbul sewaktu sebuah perusahaan menjual barang atau jasa
secara kredit dan perusahaan itu berhak atas penerimaan kas di masa mendatang.
Proses timbulnya piutang ini dimulai dari pengambilan keputusan untuk
memberikan kredit kepada langganan atau debiturnya, melakukan pengiriman
barang, penagihan, dan akhirnya menerima pembayaran piutang tersebut.
2.3. Penggolongan Piutang
Penggolongan piutang dalam suatu perusahaan dilakukan dengan tujuan
untuk memudahkan pelaksanaan pencatatan atas transaksi yang mempengaruhi
piutang yang ada di perusahaan tersebut. Transaksi ini berasal dari transaksi
penjualan kredit, transaksi return penjualan, transaksi penerimaan kas dari
Untuk tujuan pelaporan keuangan, perusahaan hendaknya menggolongkan
piutang menurut lamanya tanggal jatuh tempo. Penggolongan semacam ini akan
menghasilkan piutang lancar atau piutang jangka pendek dan piutang tidak lancar
atau piutang jangka panjang. Piutang lancar merupakan piutang yang diperkirakan
dapat ditagih dalam waktu kurang dari satu tahun atau dalam satu siklus operasi
normal perusahaan. Sedangkan piutang tidak lancar diperkirakan penagihannya
dilakukan lebih dari satu tahun dalam suatu siklus operasi normal perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1995: PSAK No. 9,
Paragraf 7, Seksi 9.4), penggolongan piutang melipurti menurut sumber
terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan
piutang lain-lain. Sedangkan menurut Baridwan (1993:124) mengemukakan
bahwa piutang terdiri atas tiga golongan yaitu piutang dagang (usaha), piutang
bukan dagang, dan piutang penghasilan.
Piutang dagang merupakan adanya janji lisan dari pembeli untuk
membayar barang atau jasa yang dijual yang penagihannya tidak lebih dari satu
periode akuntansi dan pada umumnya penjualan secara kredit biasanya dengan
syarat pembayaran (2/10, n/30), seperti piutang yang timbul dari penjualan barang
atau jasa secara kredit. Sedangkan piutang di luar dagang merupakan adanya
transaksi di luar dagang yang mengakibatkan timbulnya tagihan pada masa yang
akan datang kepada konsumen, seperti: piutang dividen, piutang bunga, piutang
sewa, d.l.l.
Jika suatu transaksi yang mengakibatkan piutang, yang mana transaksi
kurang dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tahun periode akuntansi
maka hal inilah yang disebut Piutang wesel atau surat piutang (Note Receivable).
2.4. Pengakuan Piutang
Dalam banyak transaksi yang terjadi jumlah piutang yang akan diakui
tergantung dari harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran
tersebut adalah besarnya hutang dari yang berhutang (pelanggan atau peminjam)
dan hal ini akan didukung oleh bukti atau faktur atas transaski tersebut. Faktur
sering digunakan sebagai alat pengukuran namun hal tersebut sering menjadi
kendala dalam penentuan harga pertukaran.
Kesulitan yang dihadapi dalam penentuan harga pertukaran terletak pada
jika ada potongan dagang dan potongan tunai. Dalam pengakuan piutang dagang
terdapat dua metode yang digunakan :
a. Metode Kotor (Gross Method)
Dicatat total penjualan meski ada syarat potongan penjualan atau diskon
jika membayar tidak melebihi waktu yang ditetapkan.
b. Metode Bersih (Net Method)
Dicatat penjualan bersih setelah dikurangi potongan penjualan nantinya.
2.5. Penilaian Piutang
Piutang Usaha dinilai sebesar jumlah piutang usaha yang diiharapkan
dapat ditagih / diterima. Setiap akhir periode, saldo piutang usaha harus
disesuaikan untuk mengakui adanya Biaya Kerugian Piutang dan memperbaiki
Nilai piutang yang dapat ditagih
= Jumlah piutang – Cadangan kerugian piutang
Adjustment Journal:
Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) xxx
Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) - xxx
Kalau di neraca dapat kita lihat sebagai berikut:
PT. X Neraca
Per 31 Desember 2007
Kas XXX
Piutang XXX
Cad. Kerugian Piutang (xxx)
Piutang bersih XXX
Persediaan XXX
2.6. Penghapusan Piutang
Piutang dagang yang dimiliki perusahaan merupakan tagihan-tagihan yang
tidak disertai dengan janji tertulis antara pihak yang berpiutang (kreditur) dengan
pihak yang mempunyai kewajiban (debitur) sehingga kemungkinan terdapat
beberapa piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang tidak tertagih terjadi karena
adanya usaha untuk memperoleh pendapatan dikelompokkan sebagai Biaya Usaha
dimana dalam akuntansi disebut Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense).
Oleh sebab itu, perusahaan akan menanggung risiko kerugian akibat tidak
tertagihnya piutang tersebut. Berikut ini beberapa alasan yang mengakibatkan
tidak tertagihnya piutang, yaitu:
1. Terhentinya usaha pelanggan (debitur) sehingga ia tidak mampu melunasi
2. Debitur melarikan diri;
3. Perusahaan gagal memaksa pembayaran secara sah dari debitur;
4. Belum adanya kesepakatan antara kreditur dengan debitur mengenai
jumlah piutang yang masih akan diselesaikan;
5. Debitur meninggal dunia.
Risiko tidak tertagihnya piutang merupakan kerugian perusahaan sehingga
perusahaan harus melakukan penghapusan terhadap piutang tak tertagih tersebut.
Penghapusan piutang ini adalah pengurang jumlah piutang karena debitur
diperkirakan tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Dalam menentukan kerugian piutang tak tertagih harus ditangani secara
tepat. Kesalahan dalam penanganan piutang tidak jarang berakibat fatal bagi
perusahaan sehingga mengakibatkan semakin banyak dana yang tertanam pada
piutang sehingga akan menghambat kelancaran operasional perusahaan. Menurut
Skousen (2001:307), terdapat dua cara untuk menghitung kerugian dari piutang
yang tidak tertagih, yaitu: metode penghapusan langsung dan metode penyisihan.
1. Metode Penghapusan Langsung
Metode ini digunakan pada perusahaan kecil yang tidak dapat menaksir
kerugian piutang secara tepat. Pada akhir periode tidak ada taksiran kerugian
piutang yang dibebankan, tetapi kerugian piutang baru diakui pada waktu
diketahui ada piutang yang tidak dapat ditagih. Bila diketahui adanya piutang
tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada
rekening Beban Kerugian Piutang. Kerugian piutang dicatat pada saat dinyatakan
Kelemahan metode penghapusan langsung adalah tidak mencocokkan
biaya yang dikorbankan dengan pendapatn yang diperoleh pada periode yang
bersangkutan. Dalam metode ini, piutang yang disajikan di neraca hanya sebesar
nilai bruto piutang tanpa adanya pengurangan terhadap piutang yang diakui tidak
dapat ditagih kembali. Penggunaan metode penghapusan langsung tidak dapat
menunjukkan dalam neraca jumlah piutang yang diharapkan dapat ditagih karena
neraca hanya menunjukkan jumlah bruto piutang.
Selain itu, menurut metode penghapusan langsung, penjualan yang terjadi
mendekati akhir periode akuntansi tidak diakui tidak tertagih atau diakui dapat
ditagih sampai periode yang berikutnya. Hal ini mengakibatkan munculnya biaya
yang terlalu tinggi pada periode yang berikutnya karena piutang tak tertagih tidak
diakui pada periode tersebut. Akibatnya biaya pada periode yang bersangkutan
dicatat terlalu rendah sedangkan biaya pada periode berikutnya dicatat terlalu
tinggi.
Kelebihan dari metode penghapusan langsung ini adalah sederhana dan
mudah digunakan khususnya dalam penentuan besarnya kerugian piutang karena
metode ini bersifat objektif dimana piutang akan dihapuskan pada waktu terbukti
tidak tertagih lagi.
Metode penghapusan langsung yang dilakukan oleh perusahaan dalam
mengakui besarnya piutang tak tertagih pada setiap periode akuntansi tidak dapat
menaksir kerugian piutang tak tertagih secara tepat. Metode ini bertentangan
penandingan (matching) pendapatan dengan beban periode berjalan dan tidak
melaporkan jumlah piutang dari nilai bersih piutang yang dapat direalisasikan.
2. Metode Cadangan (Penyisihan)
Dalam metode cadangan / penyisihan, setiap akhir periode dilakukan
penaksiran jumlah kerugian piutang (cadangan kerugian piutang) yang akan
dibebankan pada periode yang bersangkutan. Kerugian piutang pada akhir periode
akuntansi ditetapkan berdasarkan penaksiran. Berdasarkan metode ini juga jika
langganan dinyatakan failit atau tidak dapat membayar maka hal ini tetap akan
dilakukan penghapusan piutang. Tujuannya adalah untuk mengurangi nilai
piutang usaha sampai sejumlah yang dapat direalisasi dan untuk mengalokasikan
biaya kerugian piutang pada periode berjalan.
Untuk itu perlu dilakukan penaksiran secara tepat terhadap pencatatan
piutang yang tidak dapat ditagih. Dalam hal ini, Hendrikson (1991:272)
berpendapat bahwa taksiran besarnya penyisihan untuk piutang ragu-ragu paling
akurat jika didasarkan pada umur dan sifat piutang yang masih harus ditagih pada
tanggal neraca dan harapan probabilistik mengenai ketertagihannya.
Dalam metode cadangan (penyisihan) ini, penaksiran kerugian piutang
tersebut dimasukkan sebagai beban dan pengurangan tidak langsung dalam
piutang dagang melalui suatu kenaikan dalam perkiraan cadangan atau penyisihan
dalam periode saat penjualan tersebut dicatat. Untuk menentukan besarnya
taksiran piutang tak tertagih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Penjualan
Fokus pelaporan dalam melakukan penaksiran piutang dagang yang tidak
tertagih dengan persentase penjualan kredit adalah laporan laba rugi. Persentase
penjualan kredit yang dilakukan dalam menaksir piutang tak tertagih akan
menandingkan besarnya pendapatan yang diperoleh dari transaksi penjualan
dengan besarnya biaya yang harus ditanggung akibat adanya kerugian piutang tak
tertagih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Pada metode ini, jumlah piutang tak tertagih berbanding akan berbanding
lurus sesuai dengan persentase dengan penjualan kredit pada tahun berjalan.
Persentase ini merupakan proyeksi berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya
yang dimodifikasi dengan perubahan yang diharapkan pada periode berjalan.
Kerugian piutang dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan
jumlah penjualan periode tersebut. Hasil perkalian ini merupakan beban kerugian
piutang perusahaan pada periode berjalan yang dicatat dengan mendebet rekening
beban kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.
b. Penaksiran Dagang yang tidak tertagih berdasarkan Persentase dari Saldo
Piutang (Pendekatan Neraca)
Fokus pelaporan dalam melakukan penaksiran piutang dagang yang tidak
tertagih dengan persentase penjualan kredit adalah laporan laba rugi. Persentase
saldo piutang yang dilakukan dalam menaksir piutang tak tertagih akan
menimbulkan adanya cadangan kerugian piutang sebagai pengurang dari nilai
bruto piutang yang dilaporkan dalam neraca. Dengan adanya cadangan kerugian
piutang tak tertagih, maka jumlah piutang yang diungkapkan dalam neraca adalah
Dengan cara ini, saldo piutang pada akhir periode dikalikan dengan
persentase tertentu. Hasil perkalian ini merupakan cadangan kerugian piutang
yang diinginkan. Jumlah kerugian piutang akan diperoleh dengan cara
mengurangi atau menambah saldo rekening cadangan kerugian piutang yang
diharapkan terhadap saldo rekening cadangan kerugian piutang.
Kelebihan dari metode cadangan ini adalah:
- Metode cadangan perhitungannya lebih memuaskan dalam segi penandingan
karena metode ini akan menghitung piutang yang tidak tertagih untuk periode
yang sama dengan terjadinya penjualan kredit sehingga dapat dilakukan
penghitungan terhadap piutang yang diestimasi (diperkirakan) tidak dapat
ditagih kembali.
- Penggunaan estimasi (taksiran) terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan
dalam metode ini akan dapat menentukan persentase jumlah taksiran piutang
tak tertagih. Persentase ini diramalkan berdasarkan pengalaman masa lalu,
kondisi pasar sekarang, dan analisis atas saldo piutang yang benar.
Sedangkan kelemahan dari metode cadangan ini adalah bila etimasi tidak
dilakukan secara cermat, maka akan memberikan gambaran biaya kerugian
piutang yang tidak tepat sehingga metode ini akan gagal untuk mempertemukan
antara biaya penghapusan dengan jumlah penjualan yang menyebabkan
2.7. Penilaian Umur Piutang
Karakteristik utama yang perlu diperhatikan dari piutang adalah dapat
ditentukannya tanggal jatuh tempo dan jumlah uang yang dapat ditagih atas
piutang dari para debitur. Hal ini merupakan masalah utama dalam menentukan
nilai dari suatu piutang. Jika perusahaan tidak melakukan penilaian terhadap
piutang usaha yang telah jatuh tempo, maka penagihan yang dilakukan oleh
bagian pemasaran kurang dapat memperhatikan tanggal jatuh trmpo piutang
perusahaan tersebut.
Penentuan tanggal jatuh tempo piutang yang dilakukan perusahaan
merupakan hal penting dalam rangka pelaksanaan operasional perusahaan dan
diperlakukan sebagai dasar untuk melakukan penagihan yang berkesinambungan
kepada para debiturnya. Penentuan tanggal jatuh tempo piutang dapat juga
diperlakukan sebagai dasar dalam menentukan besarnya jumlah piutang tak
tertagih pada setiap periode akuntansi.
Adapun informasi mengenai analisis umur piutang yang dilakukan oleh
suatu perusahaan dalam kerangka operasional adalah untuk melakukan penagihan
yang berkesinambungan kepada para debiturnya dengan mengelompokkan
piutang perusahaan berdasarkan tanggal jatuh temponya. Penentuan umur jatuh
tempo yang dilakukan perusahaan bisa ditetapkan mulai dari piutang yang belum
jatuh tempo, piutang yang telah jatuh tempo 1-3 bulan, piutang yang telah jatuh
tempo 4-6 bulan, piutang yang telah jatuh tempo 7-9 bulan, piutang yang telah
jatuh tempo 10-12 bulan hingga piuatng yang telah jatuh tempo lebih dari 12
Contoh Soal: Piutang Dagang PT Pro Deo et Patria per 31 Desember 2009
Piutang Dagang Rp 150.000.00 dan Saldo Cadangan Kerugian Piutang = Rp
0,-Daftar Umur Piutang:
1. Grace 25.000.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 2.500.000 10.000.000 0 2. Cana 40.000.000 10.000.000 5.000.000 0 10.000.000 5.000.000 10.000.000 3. Yovel 35.000.000 15.000.000 0 10.000.000 5.000.000 0 5.000.000 4. Rafael 50.000.000 20.000.000 10.000.000 10.000.000 0 5.000.000 5.000.000 Jumlah
Piutang
150.000.000 50.000.000 17.500.000 25.000.000 17.500.000 20.000.000 20.000.000 % Taksiran
Kerugian
2 % 4 % 6 % 8 % 10 % 12 % Jumlah
Kerugian
9.000.000 1.000.000 700.000 1.500.000 1.400.000 2.000.000 2.400.000
Adjustment Journal:
Biaya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) 9.000.000 Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debt) - 9.000.000
Penyajian Piutang Dagang PT Pro Deo et Patria di Neraca:
PT Pro Deo et Patria Neraca
Per 31 Desember 2009
Piutang Dagang Rp150.000.000,-CKP ( 9.000.000 ) Piutang Bersih Rp
141.000.000,-Jika terdapat Saldo Kredit Cadangan Kerugian Piutang = Rp 5.000.000,-
Daftar Umur Piutang
1. Grace 25.000.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 2.500.000 10.000.000 0 2. Cana 40.000.000 10.000.000 5.000.000 0 10.000.000 5.000.000 10.000.000 3. Yovel 35.000.000 15.000.000 0 10.000.000 5.000.000 0 5.000.000 4. Rafael 50.000.000 20.000.000 10.000.000 10.000.000 0 5.000.000 5.000.000 Jumlah Piutang 150.000.000 50.000.000 17.500.000 25.000.000 17.500.000 20.000.000 20.000.000
% Taksiran Kerugian
2 % 4 % 6 % 8 % 10 % 12 % Jumlah
Kerugian
9.000.000 1.000.000 700.000 1.500.000 1.400.000 2.000.000 2.400.000 Saldo Kredit
CKP
Adjustment Journal: Piutang Bersih Rp
141.000.000,-Jika terdapat Saldo Debet Cadangan Kerugian Piutang = Rp 5.000.000,-
Daftar Umur Piutang
1. Grace 25.000.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 2.500.000 10.000.00 0
141.000.000,-2.8. Pengungkapan Piutang
Pada akhir periode akuntansi, perusahaan akan menyusun laporan
keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan
perubahan modal. Pada neraca, umumnya perincian-perincian dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, yaitu perkiraan aktiva, perkiraan utang, dan perkiraan
modal. Perkiraan harta terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva tidak
berwujud. Piutang merupakan salah satu unsur yang cukup material dari aktiva
lancar sehingga pengungkapannya pada neraca harus dilakukan secara tepat dan
jelas agar tidak menyesatkan para pemakai laporan keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa piutang dinyatakan sebesar
jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.
Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan
untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.
Sebagai salah satu unsur yang cukup material dan merupakan bagian dari
aktiva lancar, piutang dapat digunakan untuk mendapatkan kas segera. Terkadang
perusahaan perlu kas segera dan tidak dapat menungguh tertagihnya piutang
hingga pada akhir suatu siklus normal.
Pada waktu tertentu, walaupun perusahaan tidak dalam keadaan tekanan
finansial, namun ingin mempercepat proses penarikan piutang, mengubah risiko
kredit dan mengadakan usaha penarikan piutang dimana perusahaan hanya
perusahaan mengalami kesulitan likuiditas sedangkan pinjaman kredit bank tidak
dapat diperoleh.
Menurut Baridwan (1993:138) ada dua cara dalam menggunakan piutang
usaha yang dapat dikonversi untuk memenuhi kebutuhan uang segera, yaitu:
piutang dipakai sebagai jaminan dan menjual piutang (anjak piutang).
1. Piutang Dipakai sebagai Jaminan
Piiutang yang dipakai sebagai jaminan merupakan bentuk dari pengalihan
piutang terjadi diakibatkan karena perusahaan membutuhkan dana (Uang tunai)
yang cepat pada waktu sekarang padahal piutang dagang yang dimilikinya baru
akan jatuh tempo pada waktu yang akan datang atau tidak lebih dari 60 hari,
sehingga untuk memenuhi dana tersebut terpaksa perusahaan mengagunkan
piutang dagang yang dimilikinya demi memperoleh dana. Pengagunan piutang
tersebut bisa dilakukan pada sektor perbankan atau sektor di luar perbankan.
Akibatnya akan terjadi adanya pelepasan piutang dagang yang dimilikinya
menjadi piutang dagang yang dijaminkan.
Bagi perusahaan yang menggunakan piutang sebagai jaminan untuk
memperoleh sejumlah kas atau pinjaman dari bank atau lembaga keuangan
lainnya dilakukan pada piutang yang diestimasi tidak dapat ditagih lagi.
Penggunaan piutang ini diikuti dengan penyerahan piutang tak tertagih kepada
pihak yang memberi pinjaman sebagai jaminan atas pinjaman tersebut.
Jenis Penjaminan (Assigment)
Perkiraan jurnal khusus atas piutang yang dijaminkan tidak ada, maka
piutang yang dijaminkan tersebut akan dituangkan/dilaporkan dalam catatan atas
laporan keuangan, dan yang hanya dicatat hanya terbentuknya surat utang.
Contoh:
Nilai yang dijaminkan tidak ada dicatat melainkan hanya dijelaskan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Kas 70.000.000
-Surat utang - 70.000.000
b. Spesific Assigment
Dalam pengagunan piutang ini ada hal-hal khusus yang harus disepakati
oleh kedua belah pihak baik pemberi pinjaman dan yang meminjam (yang
mengagunkan piutang).
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
a. Uang tunai yang akan diterima < dari nilai piutang yang dijaminkan.
b. Yang memberi pinjaman selalu memberikan beban administrasi bank pada
awal peminjaman.
c. Bank juga akan mengenakan beban bunga atas utang yang dimiliki si
peminjam berdasarkan besarnya yang nilai dipinjam (utangnya).
d. Dalam hal penagihan piutang ketika jatuh tempo (akhir bulan) maka hal ini
akan disepakati kedua belah pihak dan pada umumnya bank akan menghunjuk
yang meminjam atau mengagunkan piutanglah yang akan menagih
Menurut Simangunsong (1995:230) ada tiga hal yang harus diperhatikan
dalam penggunaan piutang sebagai jaminan, yaitu:
a. Jika piutang yang digunakan sebagai jaminan tidak dapat ditagih, maka
peminjam berkewajiban untuk melunasi/mengganti jumlah yang tak dapat
ditagih tersebut.
b. Penagihan piutang yang dijaminkan dapat dilakukan oleh peminjam atau
pihak yang meminjamkan.
c. Piutang yang tertagih digunakan untuk melunasi pinjaman.
2. Menjual Piutang (Anjak Piutang)
Pada cara ini, seluruh hak yang melekat pada piutang, pengelolaan, dan
administrasi serta seluruh risiko yang kemungkinan timbul dari piutang dagang
tersebut dipindahtangankan kepada pembeli. Oleh karena itu, pemberitahuan
kepada debitur dibuat agar yang bersangkutan melaksanakan pembayaran
langsung kepada pembeli. Penjualan piutang dagang drmikian, menyangkut
tingkat diskonto yang tinggi sehingga pada umumnya perusahaan akan berusaha
menghindarkannya.
Oleh sebab itu, prosedur pencatatan terhadap transaksi penjualan piutang
tidak banyak menghadapi persoalan. Pencatatan yang harus dilakukan dalam hal
ini adalah menghapuskan semua rekening pembukuan yang berhubungan dengan
piutang dagang tersebut dengan mengakui adanya suatu kerugian atau biaya
sebesar selisih antara pembayaran yang diterima dan nilai buku piutang dagang
BAB III
ANALISA DAN EVALUASI
3.1. Analisa Metode Penghapusan Piutang Usaha
Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan banyak
melakukan transaksi penjualan baik secara tunai maupun secara kredit kepada
para pelanggan atau pemesan. Pada umumnya, transaksi penjualan jasa yang
dilakukan oleh suatu perusahaan kepada para langganannya dilakukan secara
kredit sehingga menimbulkan piutang dagang bagi perusahaan.
Dalam mengelola piutang dagangnya, suatu perusahaan seting mengalami
kesulitan dalam menagih piutang-piutangnya dari para debitur sehingga
perusahaan melakukan penghapusan langsung terhadap piutang yang diakui tidak
dapat ditagih lagi karena para debiturnya mengalami kebangkrutan. Metode
penghapusan langsung yang dilakukan perusahaan adalah dengan menghapus
piutang para debitur setelah perusahaan mengetahui secara pasti bahwa piutang
dari para debiturnya benar-benar tidak dapat ditagih lagi.
Metode penghapusan langsung yang dibuat oleh perusahaan akan
mengungkapkan saldo piutang yang terlalu besar di neraca dan hanya
menampilkan jumlah bruto dari piutang tersebut. Hal ini terjadi karena perusahaan
tidak menyajikan cadangan kerugian piutang terhadap piutang yang diestimasi
Jika tidak dilakukan cadangan kerugian piutang terhadap piutang tak
tertagih, maka biaya kerugian piutang pada periode berjalan akan dibebankan ke
periode berikutnya. Akibatnya, biaya kerugian piutang pada periode berjalan
dicatat terlalu rendah sedangkan biaya kerugian piutang pada periode berikutnya
dicatat terlalu tinggi idak mengakui penghapusan piutang yang dilakukan oleh
perusahaan tidak mengakui adanya kerugian piutang tak tertagih pada periode
berjalan.
Dari uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa metode penghapusan
langsung yang dianut suatu perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang menyatakan bahwa piutang yang diungkapkan di neraca harus
diikuti dengan cadangan kerugian piutang yang tidak dapat ditagih lagi. Untuk itu
sebaiknya dalam menghapus piutang tak tertagih, perusahaan hendaknya
menggunakan metode penghapusan cadangan atau penyisihan sehingga sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Metode cadangan atau penyisihan yang diterapkan suatu perusahaan dalam
mengestimasi besarnya kerugian piutang tak tertagih sebaiknya dengan cara
melakukan penilaian atas umur piutang tersebut. Metode penilaian umur piutang
yang sering digunakan adalah metode analisa umur piutang karena metode ini
akan memberikan pendekatan yang paling tepat untuk menilai cadangan kerugiam
piutang.
Penilaian umur piutang dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
mengelompokkan piutang menurut umurnya yaitu mulai dari piutang yang belum
menentukan besarnya cadangan kerugian piutang tak tertagih untuk akhir tahun
berjalan, maka saldo-saldo piutang perusahaan yang belum jatuh tempo hingga
saldo piutang yang telah jatuh tempo tersebut harus dievaluasi berdasarkan
persentase piutang tak tertagih.
Penetapan persentase piutang tak tertagih ini ditentukan berdasarkan
pengalaman perusahaan atas piutang yang tidak dapat ditagih dari para debitur
pada masa lalu. Besarnya persentase yang ditetapkan perusahaan dalam
mengestimasi piutang tak tertagih ditentukan berdasarkan tanggal jatuh tempo
piutang tersebut. Biasanya semakin lama jangka waktu jatuh tempo suatu piutang,
maka semakin besarlah persentase yang ditetapkan untuk menaksir kerugian
piutang tidak tertagih tersebut karena semakin besar pula risiko piutang tersebut
tidak dapat ditagih kembali.
Dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembebanan
kerugian piutang tak tertagih yang dilakukan dengan menggunakan metode
analisis umur piutang adalah lebih wajar dibandingkan dengan metode
penghapusan langsung karena jumlah piutang yang diungkapkan dalam neraca
adalah sebesar jumlah piutang yang dapat direalisasikan dapt ditagih kembali dari
para debitur perusahaan.
3.2. Analisa Piutang yang Dijaminkan Perusahaan
Dalam rangka mengembangkan usahanya, perusahaan akan melakukan
peminjaman dana ke bank untuk modal kerjanya. Misalnya suatu perusahaan
menjaminkan jumlah piutang usaha yang dimilikinya sebesar Rp
keputusan perusahaan dalam pengadaan dana modal kerja melalui peminjaman
piutang usaha adalah sangat tepat karena aktivitas perusahaan dapat beroperasi
secara lebih luas dan dana yang tertanam dalam piutang usaha dapat dipergunakan
oleh perusahaan untuk menambah modal kerja perusahaan tersebut.
Namun dalam perlakuan akuntansi, banyak perusahaan yang tidak
membuat catatan di neraca bahwa perusahaan telah menjaminkan piutang
usahanya sebesar Rp 700.000.000,- untuk memperoleh pinjaman modal kerja
sebesar Rp 500.000.000,- dari bank. Dengan tidak dibuatnya pengungkapan atas
catatatan di neraca atas piutang usaha yang dijaminkan perusahaan, maka neraca
yang disajikan perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Hal
ini akan memberi informasi yang menyesatkan bagi para pengguna laporan
keuangan perusahaan karena para pengguna laporan keuangan beranggapan
bahwa pos piutang yang diungkapkan di neraca merupakan aktiva secara penuh
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Sebaiknya dalam melakukan kebijakan manajerial, perusahaan harus
mengungkapkan piutangnya secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan. Piutang Usaha yang dijaminkan untuk memperoleh pinjaman modal
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Akuntansi piutang mempunyai hubungan yang erat dalam pengendalian
piutang khususnya dalam menagih piutang tersebut dari para debitur dan juga
risiko yang dihadapi apabila piutang tersebut tidak dapat ditagih lagi. Untuk itu,
setiap perusahaan harus lebih cermat dalam mengelola piutang perusahaan untuk
menghindari risiko tidak tertagihnya piutang usaha tersebut.
Dalam melakukan penghapusan piutang yang tak tertagih, perusahaan
yang menggunakan metode penghapusan langsung mengakibatkan perusahaan
tidak dapat memperhitungkan cadangan kerugian piutang yang seharusnya
dibebankan sebagai biaya pada periode berjalan. Metode penghapusan langsung
yang dilakukan perusahaan mengakibatkan pengungkapan piutang dalam neraca
adalah sebesar jumlah bruto piutang tersebut. Pengungkapan piutang di neraca
atas penghapusan langsung terhadap piutang tak tertagih yang dilakukan
perusahaan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan karena tidak
mengungkapkan jumlah piutang yang dapat direalisasikan dapat diterima.
Perusahaan mengadakan kredit modal kerja dari bank sebesar
Rp 500.000.000,- dengan menjaminkan piutang usahanya sebesar
bertentangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang menyatakan bahwa
piutang dagang yang dijaminkan untuk memperoleh pinjaman modal kerja harus
diungkapkan secara jelas di neraca melalui catatan atas laporan keuangan.
4.2. Saran
Dengan adanya kesimpulan di atas, setelah melakukan analisis dan
evaluasi, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan hendaknya
diadakan perbaikan-perbaikan yang membutuhkan pertimbangan untuk
melaksanakannya. Untuk itu, penulis mengemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam mengatasi masalah
penanganan piutang perusahaan dan sekaligus menjadi bahan tindakan preventif
yang dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Adapun saran-saran tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode cadangan dalam menghapus
piutang yang diakui tidak dapat ditagih kembali yaitu dengan memperkirakan
cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan sebagai biaya pada periode
tahun yang bersangkutan sehingga pengungkapan piutang di neraca lebih
dapat dipertanggungjawabkan dalam segi kewajaran laporan keuangan.
2. Pengungkapan piutang di neraca yang memperkirakan adanya cadangan
kerugian piutang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
menyatakan piutang yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah bruto
piutang dikurang cadangan kerugian piutang.
3. Sebaiknya daftar umur piutang yang dibuat perusahaan lebih memprioritaskan
kerugian piutang terhadap piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih lagi
dengan membuat persentase kerugian piutang terhadap piutang yang belum
jatuh tempo hingga piutang yang telah jatuh tempo.
4. Piutang yang dijaminkan perusahaan untuk memperoleh kredit modal kerja
harus diungkapkan dalam neraca dengan membuat catatan pendukung laporan
keuangan atas piutang yang dijaminkan oleh perusahaan tersebut.
5. Pengungkapan piutang di neraca harus dicatat sebesar nilai netto piutang yang
diperkirakan tidak dapat ditagih yaitu dengan mengurangkan jumlah bruto
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 1993. Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Cetaka Kedua: BPFE, Yogyakarta.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 1993. Accounting Theory, Second Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Herman Wibowo, Jilid Satu, Edisi Kedua: Erlangga, Jakarta.
Hendriksen, Eldon S., 1991. Accounting Theory, Fourth Edition, Teori Akuntansi, Alih Bahasa: Wim Liyono, Jilid Satu, Cetakan Kelima: Erlangga, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1995. Standar Akuntansi Keuangan. Buku Satu: Salemba Empat, Jakarta.
Jusup, Al. Haryono, 1994. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid Satu, Edisi Keempat, Cetakan Kedua: Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Simangunsong, A.O., 1995. Akuntansi Keuangan Intermediate, Tingkat Dasar Dua, Cetakan Pertama: Dharma Karsa Utama, Jakarta.