K<trina B. Lewerissa
Bio Energi: Bahan Bakar Masa Depan
Karina B. Lewerissa 1'
. !Dosen Prgram Studi Teknik lndusti Universitas Ma Chung Malang • Email: karina.bianca@machung.ac.id
bstact
fossil fuel which is not environmentally frendly and causes problems has led to worldwide interest in finding other for energy sources. Bio energy is one option for substituting fossil considered to be potential source for sustainable energy in the It provides environmental benefits. such as cleaner energy and }nifgates green houses gasses emission. Based on its eedstock, there are o us kinds of bio energy which will be discussed in this article.
Kewords: bio energy, ossil fuel,. energy souces
'..:
Pendahuluan.·1 n AttlhoiOlY of Scierttific . . rcicles !I I: Crossing thP Border
2. Bio Energi
Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM menyebabkan kebutuhan akan energi alternatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Saat ini telah tersedia beberapa sumber energi alternatif, sepertJ energi thermal, energi yang berasal dari angin, air dan matahari (solar energi) (Kalia dan Purohit, 2008). Dibandingkan dengan bahan bakar minyak, sumber-sumber energi tersebut tidak dapat langsun�r digunakan sebagai bahan bakar. Selain sumber-sumber yang telah disebut diatas, bio-energi merupakan salah satu alternatif sumber energi yang diyakini dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh energi berbahan bakar minyak.
2.1 Bio energi generasi pertama
Saat ini telah umum digunakan bio-ethanol dan bio-diesel sebagai salah satu altenatif BBM. Berdasarkan. bahan baku yang digunakan, sumber-sumber energi tersebut digolongkan di dalam beberapa kelompok (Gomez et al., 2008). Yang paling banyak digunakan, dan memiliki sistem manufaktur yang cukup mapan adalah bio energi yang diperoleh dari hasil fermentasi bahan baku pertanian. seperti bio ethanol yang berbahan baku pati, antara lain: singkong, bagase dan jagung (Ciaasen et al., 1999) ataupun bio-diesel yang diproduksi dari minyak tumbuhan maupun hewani (Norden et al., 2009). Data menunjukkan bahwa bio-ethanol mencapai 90% pasokan dunia bio energi (Norden et al., 2009).
Karina B. Lewerissa
llll blodiesel umumnya diperoleh lewat melalui bahan baku Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa suplai I naman pangan dan hewani hanya dapat memenuhi
0.3%
n bahan bakar transport (Schenk et al.,
2008).
Situasi yang rl ku pula pada produksi bio-ethanol berbahan baku pati.ltuasi tersebut di atas, para peneliti berupaya untuk bahan baku bioenergi yang secara ekonomis lebih mt ngkan.
nergi generasi kedua
11 I dengan basis bahan baku pertanian, yang juga merupakan m kanan yang dikonsumsi manusia digolongkan ke dalam If c k generasi pertama bio-energi. Seperti telah disebutkan , beberapa peneliti dunia saat ini berupaya untuk mencari an baku yang lain untuk menggantikan generasi pertama Hal ini disebabkan oleh masalah etika mengingat di belahan dunia masih terdapat kejadian kekurangan bahan elain itu, harga bahan baku pertanian tersebut kian l dan diduga tidak ekonomis untuk produksi bio energi pada W ktu yang panjang (Sivers et al., 1994; Wyman, 1994). Tidak nkan, jika saat ini perhatian beralih kepada bahan baku I n yang lain yang sifatnya melimpah namun penggunaannya 11 tuk konsumsi manusia. Bahan bakar dengan bahan baku
t I dlsebut sebagai bioenergi generasi kedua. Bahan bakar ini
k n berasal dari biomassa, yang memang sangat melimpah
I ' I nnya dan kadang dianggap sebagai limbah dari suatu \1 � rtanian. Namun demikian, tantangan yang dihadapi lebih
cllb ndingkan dengan bioenergi generasi pertama, karena
An Anthology of Scientific A riicles Ill: Crossi"g tM Border
Seperti halnya bioethanol, biodiesel yang diperoleh dari bahan bak1.. tanaman pangan juga digolongkan dalam bioenergi generasi pertam·.
Biodiesel yang dihasilkan dari microa/gae merupakan salah satu
terobosan baru dan tergolong ke dalam bioenergi generasi kedua
(Schenk et al., 2008). Microalgae memiliki kemampuan untuk
menghasilkan selulosa, pati dan minyak yang dapat dikonveri
menjadi energi. Selain itu beberapa microalgae dan cyanobacteia
dapat memproduksi bio�hidrogen dalam situasi anaerobik dan proses
fermentasinya dapat menghasilkan methan (Schenk et al. 2008), yang
dapat diaplikasikan untuk memperoleh energi.
2.3 Bio energi generasi ketiga
Tidak kalah menarik adalah usaha para peneliti, untuk menciptakan energi yang berasal dari limbah. yang sungguh�sungguh tidak mempunyai nilai ekonomis lagi. Bioenergi dari kelompok ini dikelompokkan sebagai bio�nergi kelompok ketiga. Sebagai contoh, pada saat ini telah diupayakan untuk memperoleh energi berupa
biogas yang berasal dari pengolahan limbah cair sistem anaerob dari
industri brewery. Kondisi limbah cair yang tinggi akan sel khamir,
bakteri, methanogens dan partikel�partikel hemiselulosa telah
diupayakan untuk dikonversi menjadi gas methan melalui bioreaktor thermofilik dan mesofilik. Usaha ini masih dilakukan di dalam skala laboratorium, namun cukup menjanjikan sebagai upaya memperoleh sumber energi berbahan baku yang sangat murah dan mengurangi
biaya penanganan limbah suatu industri (Bacher et al. 2008).
3. Kesimpulan
:
'
Karina B. Lewerissa
B.T., M.T. Agler, M.L. Garcia., AR. Beers dan L.T. Angerent.
·
2008. Anaaerobic digestion of secondary residuals from an anaerobic cioreactor at a brewery to enchance bioenergy generation. J. Ind. Microbial. Biotechnol (35): p. 321-329.
-asse�, PAM., J.B. van Lier, A.M.l.
�
ontreras, E.W.J. van _Niel, L.SiJtsma, AJ.M. Stans, S.S. de Vnes, dan R.A WeusthUis.
1999. Utilisation of biomass for the supply of energy cariers. Applied Microbiology and Biotechnology 52 (6): p. 741-755 .
;omez. L.D., C.G. Steele-King, dan S.J. 2008. McQueen-Mason,
Sustainable liquid biofuels from biomass: The witing's on the wals. New Phytologist. 178 (3): p. 473-485.
Kaia, V.C. and Heamnt. J. Purohit., M. 2008. Microbial diversity and
genomics in aid of bioenergy, J. l�d. Microbial. Biotechnol., (35):
p 403-419.
Nordan. R.E., S.J. Craig dan F.C. Foory. 2009. Molecular engineering of the cel/ulosome complex for afinity and bioenergy
applications. Biotecyhnol. Let. (31): p. 465.476.
Schenk, P.M., S.R. Thomas-Hall, E. Stephens, U.C. Marx, J.H.
Mussgnug, C. Posten, 0. Kruse dan B. Hankamer. 2008.
Second generation biofuels: High-eficiency microalgae for biodiesel production, Bioenerg. Res. (1 ): p. 20-43.
Sivers, M., G. Zacchi, L. Olsson dan B. Hahn-Hagerdal. 1994. Cost analysis of ethanol from willow using recombinant Escherichia coli. Biotechnol Prog, 1994 (10): p. 555-560
Wyman, C.E. 1994. Ethanol om lignocellulosic biomass: technology,
economics and opportunities. Bioresource Technology (50): p.