• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM SERDADU KUMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM SERDADU KUMBANG."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM

SERDADU KUMBANG

SKRIPSI

Oleh:

M. ZAKA EMAN ALI TSABET NIM. D71212153

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM

SERDADU KUMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri SunanAmpel Surabaya

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

M. ZAKA EMAN ALI TSABET NIM. D71212153

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

M. Zaka Eman Ali Tsabet, D71212153, 2016. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Film Serdadu Kumbang. Skripsi program studi pendidikan agama islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Islam, Film Serdadu Kumbang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam film Serdadu Kumbang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil film karya yang sekaligus disutradarai oleh Ari Sihasale berjudul Serdadu Kumbang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis isi.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERNYATAAN KEABSAHAN KARYA ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Penelitian Terdahulu ... 11

F. Definisi Operasional ... 13

G. Metodologi Penelitian ... 14

H. Sistematika Pembahasan ... 17

(9)

A. Tinjauan Umum Tetang Nilai-Nilai Pendidikan Islam ... 20

1. Pengertian nilai ... 20

2. Pengertian pendidikan ... 21

3. Pengertian Pendidikan Islam ... 24

4. Dasar pendidikan Islam ... 30

5. Tujuan Pendidikan Islam ... 35

B. Tinjauan Umum Tentang Film ... 47

1. Definisi Film ... 47

2. Sejarah dan Perkembangan Film ... 48

3. Jenis Film ... 50

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA... 53

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Wilayah Penelitian ... 53

1. Subyek penelitian ... 53

a. Profil Film Serdadu Kumbang ... 53

b. Sinopsis film Serdadu Kumbang ... 54

c. Tim Produksi Film Serdadu Kumbang ... 57

2. Objek Penelitian ... 58

a. Gambar ... 58

b. Suara ... 59

3. Wilayah Penelitian ... 59

B. Penyajian Data ... 59

(10)

a. Aqidah ... 59

b. Syariat ... 70

c. Akhlaq ... 72

BAB IV PEMBAHASAN ... 77

A. Nilai – nilai Pendidikan Islam dalam Film Serdadu Kumbang ... 77

1. Aqidah ... 77

2. Syariat ... 99

3. Akhlak ... 108

BAB V PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pendidikan merupakan ilmu yang berada pada garis terdepan dalam menyiapkan kader-kader yang siap untuk melaksanakan tugas-tugas agama, nusa dan bangsa. Sehingga pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan kita, karena dengan pendidikan kita akan mendapat wawasan dan pengalaman banyak dan mengembangkan potensi yang kita miliki dan menjadi insan kamil penerus bangsa untuk menuju ke depan yang lebih cerah.

Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu. Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal sehingga anak dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai kebutuhan pribadi dan masyarakat.1

Pendidikan Islam secara fundamental adalah berdasarkan al-qur’an yang keuniversalannya terbuka bagi setiap orang untuk mempelajari serta mengkritisinya. Segala bentuk usaha untuk mengkaji dan menampilkan gagasan-gagasan tetang konsep pendidikan Islam merupakan usaha positif. Hal ini karena

1

Munandar, S.C.Utami, Krerativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif &

(12)

2

agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w adalah mengandung implikasi pendidikan yang bertujuan menjadi rahmatan lil alamin.

Setidaknya terdapat tiga istilah yang lazim digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyat, al-Ta’lim dan al-Ta’dib.2 Menurut Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin kata tarbiyat mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang didalamnya sudah mengandung makna mengajar atau allama.

Dalam penggunaan istilah Al-Attas lebih cederung menggunakan istilah ta’dib yang menurutnya telah mencakup konsep ilmu dan amal. Al-Attas

menggunakan Istilah ta’dib dalam konsep pendidikan Islam sebab jika

konsep ta’dib ini diterapkan secara komperhenship dan integral dan sistematis dalam system pendidikan Islam maka berbagai macam persoalan akan dapat teratasi. Adapun istilah pegertian ta’dib itu adalah pengenalan, pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan tuhan didalam tatanan wujud dan keberadaannya. Pengertian ini didasarkan pada pengertian hadits Nabi yang berbunyi:

اق ىلع ع ةرا ع ىبأ ع

:

ى َ لا ىلع ي ب

ب ق

يلع ه ىلص

ملس

ا لاقف

:

ا اار اا ي أ

,

ى َ لا ب م باجأ ا م ت طخ ركذ

2
(13)

3

ملس يلع ه ىلص

ا لقف

:

حا أ ب ح ه ى اي

,

حا لب ىف ا أش

ر كأ م ف ا اسلب ر لا مل تل كَ إ

,

اقف

:

ى ي أ سحأف ى بَ أ ه َ إ

,

ر ب ب س ى ب ىف أش

(

ح با ا ر

)

Artinya: “dari abi Umaroh dari Ali berkata: telah datang bani nahadin

ibnu Zaid kepada Nabi Saw. Maka mereka berkata : kami telah mendatangimu dari suku Tahamah, dan nabi mengingatkan pembicaraan mereka dan nabi tidak menjawab. Mereka berkata : wahai nabi Allah, kita anak-anak dari satu ayah dan kita tumbuh pada satu desa. Dan sesungguhnya kami berbicara bahasa arab dengan pembicaraan yang tidak banyak kami fahami pada umumnya, maka nabi berkata :Sesungguhnya Allah telah mendidikku dengan didikan yang baik, dan

saya tumbuh dalam bani Sa’ad bin Bakar ”(HR. Ibnu Hibban).

Al-Attas sangat berhati-hati dalam menerjemahkan kata addabani yang

terdapat dalam hadits tersebut dengan telah “mendidikku” kemudian mengartikan

perkataan “ta’dib dengan pendidikan” dari sini terjemahan hadits tersebut

adalah “tuhan telah mendidikku dan menjadikan pendidikanku sebaik-baik

pendidikan”.3

Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) – dengan berbagai coraknya- berorientasi memberikan bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui

3

(14)

4

konsepnya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati, tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.

Dalam kenyataannya, di kalangan dunia Islam telah muncul berbagai isu mengenai krisis pendidikan dan problem lain yang amat mendesak untuk dipecahkan Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan pembaharuan (modernisasi) dalam hal pendidikan dan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Islam.

Dewasa ini, pendidikan Islam di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan yang sangat berat seiring dengan datangnya era globalisasi dan informasi. Tidak dapat dipungkiri betapa pengaruh Barat pada dunia Islam sangat mempengaruhi alur perjalanan kaum muslim terutama dalam bidang pendidikan.

(15)

5

dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan lain-lain.4

Walaupun film dianggap lebih sebagai media hiburan. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar.5 Dalam satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis.6

Sebagai pengalaman, film hadir dalam bentuk pendengaran dan penglihatan, sehingga memberikan pengalaman baru kepada penonton. Pengalaman itu menyampaikan nuansa perasaan dan pemikiran terhadap penonton. Menurut Jakob Sumardjo, film sebagai sebuah nilai dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat spiritual, yaitu keindahan dan transendental. Persoalan nilai sendiri dimulai ketika seorang sineas menyaksikan adanya ketidaksesuaian antara nilai-nilai ideal dengan kenyataan hidup yang dilihatnya.7

Film adalah merupakan media elektronik paling tua daripada medianya, apalagi film telah berhasil mempertunjukkan gambar-gambar hidup yang seolah-olah memindahkan realitas keatas layar besar. Keberadaan film telah diciptakan sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan

4

www.Isf.go.id/film.php?module=profile/ diakses tanggal 06 Desember 2015. 5

William L. Rivers, Jay W. Jensen dan Theodore Peterson, Media Massa dan masyarakat

Modern, (terj.) Haris Munandar, Dudy Priatna, dari judul asli Mass Media and Modern Society

(Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet ke-2, h.252. 6

Aep Kusnawan, Komunikasi dan penyiaran Islam. (Bandung: Benang Merah Press, 2004),

Cet. Ke 1, h.93. 7

(16)

6

sampai sekarang. Lebih dari 70 tahun terakhir ini film telah memasuki kehidupan manusia yang sangat luas dan beraneka ragam.8

Menurut Effendy film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.9 Effendy juga mengemukakan bahwa teknik perfilman, bai peralatan maupun pengaturannya telah berhasil menampilkan gambar-gambar yang semakin mendekati kenyataan. Dalam suasana gelap dalam bioskop, penonton menyaksikan suatu cerita yang seolah-olah terjadi dihadapannya.10

Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif, maupun edukatif bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi dalam nation and characther building. Fungsi edukasi dapat dicapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film-film dokumenter atau fil yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.11

Salah satunya adalah film Serdadu Kumbang. Serdadu kumbang merupakan film yang mengangkat kisah dari desa Mantar, Kecamatan Poto Tano,

8

Alo, Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004),

h. 153. 9

Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran, Teori dan Praktek, (Bandung: Alumni, 1986), h.

239. 10

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2000), h. 207. 11

(17)

7

Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di desa Mantar itu, ada persahabatan tiga anak laki-laki yaitu Amek, Umbe dan Acan. Ketiga bocah ini sering belajar mengaji pada Papin, seorang kakek yang hidup sebagai tokoh agama desa Mantar. Kebiasaaan mereka bertiga sering bermain dengan kumbang membuat mereka dijuluki serdadu kumbang.

Amek adalah salah satu murid SDN 08 yang tidak lulus ujian sebelumnya. Ia adalah seorang bocah yang terlahir dengan celah di bibirnya. Sebetulnya Amek adalah anak yang baik, namun karena tingkah lakunya cenderung jahil membuat ia sering dihukum di sekolah. Berbanding terbalik dengan Minun kakaknya yang duduk di bangku SMP dan selalu menjadi juara di kelasnya. Minun dan Amek tinggal bersama ibunya yang bernama Siti. Sedangkan ayahnya yang bernama Zakaria sudah 3 tahun bekerja sebagai TKI di Malaysia.

Di desa Mantar terdapat sebatang pohon yang bernama pohon cita-cita. Dijuluki pohon cita-cita karena di pohon itu tergantung banyak sekali botol yang didalamnya berisi kertas yang bertuliskan cita-cita dari anak-anak desa Mantar. Dari sekian banyak cita-cita yang ada di pohon itu hanya Amek lah yang tidak mau menggantungkan botol yang berisi kertas cita-citanya karena Amek takut kalau orang-orang akan menertawakannya. Ia sadar betul kekurangannya yang ia miliki menjauhkannya dari cita-citanya.

(18)

8

kedatangan ayah Amek itu justru membawa masalah karena ayahnya menjual jam tangan yang ia beli dari Malaysia ke penjual pasar seharga 4 juta rupiah. Ternyata jam tangan yang ayah Amek jual adalah jam tangan palsu, sang penjual pun meminta uangnya untuk dikembalikan. Namun Ayah Amek tidak bisa karena uangnya sudah dipakai untuk membayar hutang. Akhirnya kuda kesayangan Amek yang bernama Smodeng pun diambil sang pembeli jam tangan sebagai ganti rugi.

Hal ini tentu membuat Amek sangat sedih karena Amek sangat sayang dengan kudanya dan juga sering memenangkan lomba bersama kudanya. Merasa kasihan dengan sang adik yang terus menerus sedih, Minun pun rela menggunakan uang tabungannya untuk menebus Smodeng. Uang tabungan itu rencananya digunakan untuk melanjutkan pendidikan ke SMA. Tapi Minun rela mengorbankannya demi sang adik tersayang.

(19)

9

Akhirnya ujian nasional pun telah berlalu dan hasilnya pun telah diumumkan. Ada kejadian yang mengejutkan dimana semua anak kelas 3 SMP desa Mantar termasuk Minun tidak lulus ujian nasional. Hal ini membuat Minun sangat terpukul karena ia selalu menjadi juara kelas. Rasa kecewa yang ia rasakan, ia lampiaskan dengan cara memanjat pohon cita- cita untuk mengambil botolnya dulu. Namun tragis, Minun terjatuh dari pohon dan akhirnya meninggal dunia.

Dengan kematian Minun, Amek tentu saja sangat bersedih. Namun ada hal yang bisa menghibur Amek yaitu ketika hasil ujian nasional SD yang diumumkan menyatakan semua siswa kelas 6 SD Mantar lulus, ditambah Amek memenangkan lomba pacuan kuda bersama kuda kesayangannya. Tidak sampai disitu. Ibu guru Imblok bersama Ketut seseorang yang pernah ditolong Amek karena motornya mogok, bisa mengusahakan penyembuhan bibir sumbing Amek dengan operasi.

(20)

10

Dari pemaparan latar belakang diatas, melalui judul “Nilai-Nilai

Pendidikan Islam Dalam Film Serdadu Kumbang”. Penulis mencoba

mengetahui, menelaah dan menganalisis guna mencari dan menemukan nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam film tersebut.

B. Rumusan Masalah

Tujuan perumusan masalah adalah untuk memberikan batasan pada lingkup pembahasan masalah yang akan diteliti, sehingga diharapkan output pemecahan masalah tidak menyimpang dari lingkup permasalahan.

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka perlu kiranya peneliti memfokuskan permasalahannya dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep nilai pendidikan Islam?

2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam film Serdadu Kumbang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep nilai pendidikan Islam.

(21)

11

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Memberi gambaran sejauh mana film dapat memberi manfaat terhadap pendidikan Islam.

b) Memberi konstribusi pada cara pemahaman sebuah film yang ditinjau dari sudut pandang nilai-nilai agama.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi peneliti yaitu sebagai syarat kelulusan dalam menyelasaikan program sarjana di jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

b) Menambah Khazanah ilmu pengetahuan tentang pendidikan yang terkandung dalam film Serdadu Kumbang.

c) Sebagai bahan refrensi dalam ilmu pendidikan Islam sehingga memperkaya akan khazanah ilmu pendidikan Islam.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tidak ada yang membahas mengenai film “Serdadu Kumbang”, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan setelah penulis mencari di beberapa website dan mengeceknya di perpustakaan.

(22)

12

Nilai-Nilai Pendidikan Islam”. penelitian ini menggunakan jenis penelitian library reseach dan menganalisis menggunakan konten analisis.

a. Persamaan

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan karakter yang ada dalam film anime The Law Of Ueki ini terdapat dua aspek. Pertama, nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan keluarga dan lingkungan (masyarakat) yang memuat tentang hak dan kewajiban kepada sanak family, kepada tetangga, adab dan pergaulan kerukunan, persaudaraan, adab dalam pertemuan, Kedua, nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri yang memuat tentang giat belajar, istiqomah, kreatif, inovatif, disiplin, kejujuran, optimis, pantang menyerah, penyayang binatang, persaudaraan, suka menolong, serta adil.

b. Perbedaan

(23)

13

F. Definisi Operasional

Skripsi ini berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam Pada Film Serdadu Kumbang. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini, penulis merasa perlu untuk menjelaskan beberapa kata kunci yang terdapat pada judul skripsi ini:

1. Pendidikan Islam

Menurut Achmad D. Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam berdasarkan

Al-qur’andan hadist.12

2. Film

Film adalah media komuniasi massa yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat tertentu. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagi pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan, dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, percakapan, perkataan dan lain sebagainya.

12

Ahnmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al Maarif, 1974),

(24)

14

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.13 Sedangkan jenis penelitian ini dalam penelitian kualitatif, termasuk penelitian kepustakaan (library/literaty research) yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian baik berupa buku, catatan, jurnal dan internet.14 Jadi study teks pustaka disini adalah study teks yang seluruh subtansinya diolah secara filosofis atau teoritis dan terkait pada values.15

2. Sumber data

Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi. Adapaun data premier dari penelitian ini berupa VCD film Serdadu Kumbang. Selain itu untuk melengkapi data tersebut menggunakan dokumentasi dari buku-buku yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data bagi penelitian kualitatif harus langsung diikuti dengan menulis, mengedit, mengklasifikasikan, mereduksi dan menyajikan atau dengan kata lain memilih dan meringkas dokumen-dokumen yang

13

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1986), h. 29.

14

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h. 3.

15

(25)

15

relevan.16 Adapun teknik-teknik yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan teknik :

a. Dokumentasi

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.33 Dalam teknik pengumpulan data dokumentasi ini peneliti menggunakan dokumentasi yang berbentuk karya yakni film Serdadu Kumbang dalam bentuk VCD.

b. Observasi

Metode observasi adalah usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis.17 Peneliti melakukan pengamatan terhadap film Serdadu Kumbang dengan melakukan pencatatan dan pustaka yang ada kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan bantuan bermacam-macam

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2011), Cet. Ke-1, h. 240. 17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka

(26)

16

materi yang terdapat di ruang perpustakaan.18 Disini peneliti mengkaji dan menganalisis buku-buku yang terkait dengan pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam dan sumber dari internet.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis dari dokumentasi dan catatan hasil observasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang apa yang diteliti.19 Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Metode content analysis (analisis isi)

Yakni analisis alamiah tentang isi pesan suatu komunikasi.20 Teknik penelitian ini untuk membuat inferensi-inferensi (suatu kesimpulan yang diambil dari deduksi atau induksi) yang dapat ditiru, dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.21 Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam metode teknik analisis isi adalah sebagai berikut:

1) Memutar dan mengamati secara cermat film Serdadu Kumbang yang dijadikan penelitian.

2) Membaca dengan cermat buku pendidikan yang mengkaji nilai-nilai pendidikan Islam dan buku-buku Ilmu Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam dan sumber internet.

18

Anton Bakker, Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta : Kanisius,

1992), h. 63. 19

Noeng, Metodologi, Ibid. h. 104.

20

Noeng, Metodologi, Ibid. h. 49.

21

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), h.

(27)

17

3) Mentransfer rekaman dalam bentuk tulisan. 4) Mentransfer gambar ke dalam kertas.

5) Menganalisis isi dari film Serdadu Kumbang.

6) Menyusun klasifikasi secara keseluruhan mengenai nilai-nilai pendidikan Islam dalam film secara umum. Sehingga peneliti mendapat gambaran tentang isi dan kandungan nilai-nilai pendidikan.

7) Mengkomunikasikan dengan buku-buku yang mengkaji nilai-nilai pendidikan agama Islam.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembehasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan antara lain:

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang didalamnya mencakup sub bahasan antara lain: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sitematika pembahasan.

BAB II : KERANGKA TEORITIS

(28)

18

film, dan jenis film. Pembahasan berikutnya mengenai kajian teori yang didalamnya berisi tentang teori pendidikan, teori penetrasi sosial, serta teori lain yang relevan dalam penelitian ini.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yang pertama deskripsi subyek, obyek dan wilayah penelitian. Subyek penelitian berisi tentang profil film Serdadu Kumbang dan sinopsis film Serdadu Kumbang. Obyek penelitian berupa berupa gambar dan suara dalam film Serdadu Kumbang. Wilayah penelitian ini berupa film Serdadu Kumbangkarya sutradara Ari Sihasale.

Sub bab kedua berisi penyajian dan analisis data mengenai nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam film Serdadu Kumbang.

BAB IV : PEMBAHASAN

(29)

19

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan penutup yang memaparkan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang penanda dan petanda serta nilai-nilai pendidikan Islam khususnya dalam hal pluralisme agama dalam film Serdadu Kumbang sebagai hasil akhir penelitian.

(30)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tetang Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian nilai

Nilai menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.23 Nilai adalah sperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku.24

Sedangkana menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Richard Eyre dan Linda nilai yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan dan orang lain.25

Nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Oleh karena itu sistem nilai dapat merupakan standart umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan

23

W.J.S, Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hal. 677.

24

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Bumi

Aksara, 2004), Cet. Ke-4, hal. 202. 25

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

(31)

21

umum), kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syarat umum.26

Menurut Djahiri yang dikutip oleh Gunawan mengatakan nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sistem kepercayan seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu atau tentang apa yang berharga atau tidak berharga untuk dicapai.27

Dari uraian di atas maka nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap baik, berguna atau penting, dijadikan sebagai acuan dan melambangkan kualitas yang kemudian diberi bobot baik oleh individu maupun kelompok.

2. Pengertian pendidikan

a. Menurut Bahasa

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata

“didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung

arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).28

Kata pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagagos yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Paedagagos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan yang mulanya berarti “rendah”

26

Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan ... h.202.

27

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung : Alfabeta, 2012),

h.31.

28

Poerwardaminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hal.

(32)

22

(pelayan, bujang), sering dipakai untuk pekerjaan mulia. Peadadog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak.29 Sedangkan dalam pekerjaan membimbing disebut paedagogis. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan

education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.

b. Menurut Istilah (Istilahan)/ Terminology

1) Ahmad D, Marimba menjelaskan bahwa “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.30

2) Hasan Langgulung mengemukakan bahwa “pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi; pertama, dari sudut pandangan masyarakat; kedua, dari sudut pandangan individu. Dari sudut pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dan generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan, dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara, dilihat dari segi pandangan individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang

29

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1998), h. 3.

30

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: AlMaarif, 1987), h.

(33)

23

terpendam dan tersembunyi. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau dikelola secara cerdas bisa berubah menjadi emas dan intan.31

3) Noeng Zamroni memberikan definisi pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.32

4) Menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab 1 mengatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, jecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Definisi terakhir ini termasuk perumusan pendidikan yang paling baik dan sempurna saat ini di Indonesia. Definisi inilah yang menjadi acuan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Walaupun dari beberapa

31

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tengtang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-

Ma’arif, 1980), h. 94

32

(34)

24

definisi diatas terdapat perbedaan dalam merumuskan istilah pendidikan, namun dari semua definisi tersebut terdapat beberapa persamaan yaitu: a) Adanya usaha sadar dan terencana dalam bimbingan, yang disebut

dengan “proses pendidikan”.

b) Adanya orang (subjek) yang melakukan bimbingan yang disebut

“pendidik”.

c) Adanya orang (objek) yang dibimbing, yang disebut dengan “tujuan”

atau “kompetensi”.

3. Pengertian Pendidikan Islam

a. Pengertian Bahasa (Lughatan)/ Etimology

Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa ada tiga kata yang

digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu (1) “at-atarbiyah”, (2) “alta’lim”,

dan (3) “al-ta’dib”.

Term at-tarbiyah berakar dari tiga kata, yakni pertama, berasal dari kata rabba yarbu yang artinya bertambah tumbuh. Kedua, berasal dari kata rabba yarubbu yang artinya memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.33 Term al-ta’lim, secara

lughawyberasal dari kata fi’il tsulasi mazid biharfin, yaitu

‘allamayu’allimu. jadi ‘allama artinya, mengajar. Selanjutnya term al

33

Al-Raghib Al-Isfahany, Mu’jam al-Mufradat Al-fazh al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h.

(35)

25

ta’adib berasal dari kata tsulasi maszid bihaijmn wahid, yaitu ‘addaba

yu’addibu. Jadi ‘addaba artinya memberi adab.

Menurut Abu A’la al-Mardudi “kata rabbun mengandung arti

kekuasaan, perlengkapan, pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain. Kata ini juga merupakan predikat bagi

suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan.”34

Pengertian ta’lim menurut Abd. al-Rahman sebatas proses

pentransferan pengetahuan antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut untuk domain afektif. Ia hanya ingin sekadar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan kearah pembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan.35

Selanjutnya kata Ta’dib menurut Al-Atas adalah pengenalan dan

pengakuan tempat-tempat yang tepat dan segala sesuatu yang dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan tuhan didalam tatanan wujud dan kebenarannya.36

34

Abu A’la al-Mardudi, Dasar-dasar Pendidikan, (Padang: The Zaqi Press, 2008), h. 17

35

Abd al-rahman Abdullah, Usus al-tarbiyah al-Islamiyah wa Thuruq Tadrissuha (Damaskus:

Dar Al-Nahdhah al-Arabiyah, 1965), h.27

36

Muhammad naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1998), h.

(36)

26

Pada masa sekarang term yang yang paling popular dipakai orang

adalah “tarbiyah” karena term tabiyah meliputi keseluruhan kegiatan

pendidikan (tarbiyah) yang berarti suatu upaya yang dilakukan dalam mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna dalam etika, sistematis dalam berfikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi pada yang lain berkompetensi dalam hal yang baik, mengungkapkan dengan bahasa lisan dan tulisan yang baik dan benar serta memiliki beberapa keterampilan sedangkan istilah yang lain merupakan bagian dari kegiatan tarbiyah. Dengan demikian maka istilah pendidikan Islam disebut Tarbiyah Islamiyah.37

b. Pengertian Istilah / Terminology

Pendidikan Islam menurut istilah di rumuskan oleh pakar pendidikan Islam, sesuai dengan perspektif masing-masing. Diantara rumusan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.38

37

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 35-36.

38

(37)

27

2) Hasan Langgulung mengatakan, bahwa “pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya di akhirat.39 3) Omar Mohammad al-thoumi Al-Syaibani, menyatakan “pendidikan

Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan ilmu cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara

profesi-profesi asasi dalam masyarakat”.40

4) Rumusan Konferensi Pendidikan Islamsedunia yang ke-2, pada tahun 1980 di Islamabad, bahwa pendidikan harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik manusia.41

Adapun pengertian pendidikan beerdasar Undang-undang sistem pendidikan nasional (pasal 1 UU RI No. 20 th. 2003) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

39

Hasan Langgulung, h. 87.

40

Omar Mohammad al-Toumi al-Syaibaniy, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah (terj) Hasan

Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 339.

41

Second World Conference on Muslim Education, International Seminar on Islamic

(38)

28

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.42

Berdasarkan hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960 dirumuskan, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, mengawasi, berlakunya semua ajaran Islam.43

Berdasarkan beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan diatas, serta beberapa pemahaman yang diperoleh dari beberapa istilah dalam pendidikan Islam, seperti tarbiyah, ta’lim, ta’dib,

maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikkut: “Proses

transliternalisasi pengetahuan dan nilai-nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan

dan kesempurnaan hidup didunia dan akhirat.”

Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama ini selanjutnya disebut dengan kepribadian muslim. Yakni, kepribadian yang memiliki

42

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai..., h. 1-2.

43

(39)

29

nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.44

Didalam pendidikan syari’at Islam, pendidikan itu tidak hanya

dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Disegi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga bersifat praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan IslamIslam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan

44

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1962), h.

(40)

30

Rasul, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.45

Oleh karena itu, pendidikan Islam harus ditujuhkan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual, intelektual, daya imaginasi, fisik, keilmuan, dan bahasa, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong seluruh aspek tersebut untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir diarahkan pada upaya merealiasasikan pengabdian manusia kepada Allah, baik pada tingkat individual, maupun masyarakat dan kemanusiaan yang secara luas.46

4. Dasar pendidikan Islam

Sumber atau dasar pendidikan Islam yang dimaksud disini adalah semua acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransisternalisasikan dalam pendidikan Islam.

Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaranajarannya kedalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber dan

45

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.28

46

(41)

31

landasan pendidikan harus sama dengan sumber Islam itu sendiri, yaitu

al-Qur’an dan as-Sunah.47

Dasar pendidikan Islam ialah firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW .

a. Al-Qur’an

Secara harfiah al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Hal ini sesuai dengan tujuan kehadirannya, antara lain agar menjadi bahan bacaan untuk dipahami, dihayati dan diamalkan kandungannya. Adapun secara istilah al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Muhammad bin Abdullah melalui perantaraan malaikat Jibril, yang disampaikan kepada generasi berikutnya secara mutawatir (tidak diragukan), dianggap ibadah bagi orang yang membacanya, yang dimulai dengan Surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.48

Didalam al-Qur’an terdapat ajaran-ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad, ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an terdiri dari dua prinsip besar yaitu, yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.49

47

Abdurrahman An Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1995), h. 28.

48

Abd al-Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih ,(Mesir: al-Ma’arif, 1968), h.60

49

(42)

32

Dengan berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam al-

Qur’an, terutama dalam pelaksanaan pendidikan Islam, akan mampu

mengarahkan dan mengantarkan manusia untuk bersifat dinamis dan kreatif, sehingga dalam proses pendidikan Islam akan senantiasa terarah dan mampu menciptakan dan mengantarkan outputnya sebagai manusia berkualitas dan bertanggung jawab terhadap semua aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat dilihat, bahwa hampir dua pertiga dari ayat

al-Qur’an mengandung nilai-nilai yang membudayakan manusia dan

memotivasi manusia untuk mengembangkannya lewat proses pendidikan.50

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah Swt. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah al-Qur’an. Seperti al-Qur’an, Sunnah juga berisi

aqidah dan Syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk

kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa.

50

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya

(43)

33

Oleh karena itu Sunnah sebagai landasan kedua bagi cara pembinaan prinbadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang.51

c. Keteladanan Sahabat Nabi

Upaya sahabat Nabi dalam bidang pendidikan Islam sangat menentukan perkembangan dewasa ini. Upaya yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah membukukan al-Qur’an yang digunakan sebagai sumber pendidikan Islam, Kemudian diteruskan oleh Umar bin Khattab yang banyak melakukan rektualisasi ajaran Islam. Kemudian tindakan tersebut diteruskan oleh Utsman bin Affan, misalnya dengan upaya melakukan sistematisasi terhadap al-Qur’an berupa kodifikasi al-Qur’an. Kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang banyak merumuskan konsep-konsep ketarbiyahan, misalnya merumuskan etika anak didik kepada pendidiknya, atau sebaliknya.52

d. Kemaslahatan Umat

Maksudnya, ketentuan pendidikan yang bersifat operasional, dapat disusun dan dikelola menurut kondisi dan kebutuhan masyarakat.53Atau dapat pula dikatakan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. e. Nilai dan Adat Istiadat Masyarakat

51

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 21.

52

Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya,

1993), h. 148.

53

(44)

34

Nilai-nilai tradisi setiap masyarakat merupakan realitas yang kompleks dan dialektis. Nilai-nilai tersebut tercermin kekhasan masyarakat, sekaligus sebagai pengejawantahan tradisi masyarakat dapat dijadikan dasar ideal pendidikan Islam. Tentu saja ada seleksi terlebih dahulu terhadap tradisi tersebut, mana yang sesuai diambil, dan yang bertentangan ditinggalkan.

f. Ijtihad para Ulama

Hasil pemikiran atau ijtihad para mujtahid dapat dijadikan dasar pendidikan Islam. Apalagi ijtihad tersebut telah menjadi konsesnsus

umum (ijma’) sehingga eksistensisnya semakin kuat.54

Tentu saja konsensus disini adalah konsensus para pakar pendidikan yang menurut Zakiah Daradjat harus tetap bersumber pada al-Qura’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat oleh para pakar pendidikan Islam. Ijtihad tersebut juga harus dalam hal-hal berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup disuatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu dan teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.55

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menjadi dasar ideal pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah, sebagaimana rujukan Islam. Kemudian ada yang menambahkan teladan sahabat Nabi, kemaslahatan umat,

54

Ibid.,h. 150-151

55

(45)

35

nilai atau adat istiadat yang berkembang di masyarakat, dan hasil pemikiran (ijtihad) para tokoh pendidikan Islam.

5. Tujuan Pendidikan Islam

Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab

dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa

Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective

atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.56

Tujuan menurut Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.57 Sedangkan menurut Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu.58 Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada suatu maksud tertentu yang dapat dicapai melalui pelaksanaan atau perbuatan.

Tujuan pendidikan Islam seperti pada umumnya yaitu untuk membentuk pribadi manusia, dimana dalam pecapaiannyaharus melalui sebuah proses yang panjang dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera. Oleh karena itu dalam pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang

56

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), cet ke-9, h. 209

57

Ramayulis dkk, Dasar-dasar Kepribadian, (Padang: Zaky Press Center, 2009), h. 29

58

(46)

36

matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan rumusanrumusan yang jelas dan tepat.

Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan Islam harus memahami dan menyadari betul apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan yang membutuhkan rumusan yang jelas sehingga tujuan pendidikan menjadi terarah dan tidak salah langka.

Sejalan dengan tujuan misi Islam itu sendiri, maka tujuan dari pendidikan Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak sehingga mencapai tingkat akhlak al-karimah. Dan tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasul Allah

saw yang terungkap dalam pernyataan beliau: “Sesungguhnya aku diutus

adalah untuk membimbing manusia mencapai akhlak yang mulia”. (al-hadits).

(47)

37

a. Tahap-tahap tujuan

Abu Ahmadi, mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi: 1) tujuan tertinggi/terakhir, 2) tujuan umum, 3) tujuan khusus, dan 4) tujuan sementara.59

1) Tujuan Tertinggi/ Terakhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal, tujuan tertinggi tersebut

dirumuskan dalam satu istilah yang disebut “insan kamil” (manusia

paripurna). Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan perannya sebagai mahluk ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah:

a) Menjadi Hamba Allah

Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Ibadat

yang dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusu’an

terhadap-Nya, melalui seremoni ibadah dan tunduk senantiasa

pada syari’ah dan petunjuk Allah. Firman Allah Swt:

59

Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigma ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: AdityaMedia,

(48)

38





Artinya: “Dan Aku (Alla) tidak menjadikan jin dan manusia

melainkan untuk menyembahKu”. (QS. Al-Zhariat:56)

b) Mengantarkan Subjek didik menjadi Khalifah fi-Ardh,

Yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya serta mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaannya, dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup. Firman Allah Swt:















Artinya: “Dialah menjadikan kamu khalifah-khalifah

dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat)

(49)

39

c) Memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat, baik individu maupun masyarakat. Firman Allah SWT:





















Artinya: “Dan carilah apa yang dianugrakan Allah

padamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu

melupakan kebahagiaan dan (kenikmatan) duniawi”. (QS. Al-

Qashas 77)

(50)

40

Namun demikian, perlu ditegaskan sekali lagi, tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat menjadikan aktivitas pendidikan lebih bermakna.60

2) Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah perubahan-perubahan yang dikehendaki serta diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya, yang bersifat lebih dekat dengan tujuan tertinggi tetapi kurang khusus jika dibandingkan dengan tujuan khusus.61

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus tergambar pada pribadi seseorang yang sudah pernah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.62

60

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam...,h.211-213.

61

Hasan Langgulung..., h. 59.

62

(51)

41

Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik.63 Salah satu formulasi dari realisasi diri sebagai tujuan pendidikan yang bersifat umum ialah rumusan yang disarankan oleh konferensi Internasional Pertama tentang pendidikan Islam di Mekkah 8 April 1977 yang menyatakan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa sosial, perasaan, dan penghayatan lahir. Karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalam segi: spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani, ilmiah, linguistik, baik individu maupun kolektif, dan semua itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan dan perfeksi.64

Sementara itu para ahli pendidikan Islam merumuskan pula tujuan umum pendidikan Islam ini diantaranya:

a) Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu:65

 Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia.

63

Abu Achmadi, Islam Sebagai Paradigmailmu pendidikan..., h.66.

64

Firs World Conference on Muslim Education, Recomendations, (Mecca Inter Islam

University Cooperation of Indonesia, 1997), h. 4.

65

M. Athiyah al-Abrasy, Al-Islamiyah wa Falsafahtuha, (Qahirah: Isa al-Babi al-Halabi,

(52)

42

 Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

 Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat.

 Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan

keingin tahuan (curiosity) dan memungkinkan ia menggali ilmu demi ilmu itu sendiri.

 Menyiapkan pelajar dari segi profesional, tekhnikal dan

pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan ketrampilan pekerjaan tertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup di samping memelihara segi kerokhanian dan keagamaan.

b) Nahlawi menujukkan empat tujuan umum pendidikan Islam, yaitu :66

 Pendidikan akal dan persiapan fikiran.

 Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada

anak-anak.

 Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda

dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.

 Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi dan

bakat-bakat manusia.

66

Abd. al-Rahman al-Nahlawy, Usus al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Thuruq Tadirisiha

(53)

43

c) Al-Jamali menyebutkan tujuan-tujuan pendidikan yang diambilnya dari al-Qur’an sebagai berikut :67

 Mengenalkan menusia akan perananya diantara sesama

manusia dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini.

 Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung

jawabnya dalam tata kehidupan.

 Mengenalkan manusia akan alam ini mengajak mereka

memahami hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk dapat mengambil manfaat dari alam tersebut.

 Mengenalkan manusia akan terciptanya alam ini (Allah) dan

memerintahkan beribadah kepada-Nya.

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah, madrasah), dirumuskan dalam bentuk

67

(54)

44

tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan intruksional.68

3) Tujuan khusus

Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum(pendidikan Islam), tujuan khusus bersifat relatif, sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/ terakhir dan umum itu. pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:

a) Kultur dan cita-cita suatu bangsa

b) Minat, bakat dan kesanggupan subyek didik

c) Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.

Hasan Langgulung, mencoba merumuskan tujuan khusus pendidikan Islam sebagai berikut:69

a) Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam, dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan membiasakan mereka berhati-hati memenuhi akidah-akidah agama serta menjalankan dan menghormati syiar-syiar agama.

68

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam..,h. 30.

69

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

(55)

45

b) Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia. c) Menanamkan keimanan kepada Allah , Malaikat, Rasul-rasul,

Kitab-kitab dan hari kiamat berdasarkan pada paham kesadaran dan perasaan.

d) Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.

e) Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada al-Qur’an, membacanya dengan baikmemahaminya, dan mengamalkan ajaran-ajarannya.

f) Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam dan pahlawan-pahlawan serta mengikuti jejak mereka.

g) Menumbuhkan rasa rela, optimisme, percaya diri, tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong menolong atas kebaikan dan takwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar, berjuang untuk kebaikan, memegang teguh pada prinsip, berkorban untuk agama dan tanah air dan bersiap untuk membelanya.

(56)

46

i) Membersikan hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati, benci, kekasaran, egoisme, tipuan, khianat, nifak, raga, serta perpecahan dan perselisihan.

Tujuan khusus ini di sesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tujuan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan pendidikan agama di setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda.

Dengan tujuan khusus ini menjadikan anak didik menjadi pemeluk agama yang aktif dan menjadi masyarakat serta warga negara yang baik. Yang saling bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita. Sehingga terciptalah warga negara yang pancasila dengan sila ketuhanan yang maha Esa.

4) Tujuan Sementara

Menurut Zakiah Daradjat, tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.70

Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan, karena tujuan sementara itu kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu tinggal atau hidup. Dengan berangkat dari

70

(57)

47

petimbangan kondisi itulah pendidikan Islam bisa menyesuaikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun, yang membedakan antara suatu wilayah dengan wilayah yang lain, yang penting orientasi dan pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal Islam.71

B. Tinjauan Umum Tetang Film

1. Definisi Film

Film pertama kali lahir di pertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar oleh percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton.72

Film adalah serangkaian gambar diam yang bila ditampilkan pada layar, menciptakan ilusi gambar karena bergerak. Film sendiri merupakan jenis dari komunikasi visual yang menggunakan gambar bergerak dan suara untuk bercerita atau memberikan informasi pada khalayak. Setiap orang di setiap belahan dunia melihat film salah satunya sebagai jenis hiburan, cara untuk bersenang-senang. Senang bagi sebagian orang dapat berarti tertawa, sementara yang lainnya dapat diartikan menangis, atau merasa takut. Kebanyakan film dibuat sehingga film tersebut dapat ditayangkan di bioskop.

71

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Muliah, 2012), cet ke-9, h. 219-220.

72

(58)

48

Setelah film diputar di layar lebar untuk beberapa waktu (mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan).

2. Sejarah dan Perkembangan Film

Para teoritikus film menyatakan, film yang kita kenal dewasa ini merupakan perkembangan lanjut dari fotografi.73 Seiring perkembangan teknologi fotografi. Dan sejarah fotografi tidak bisa lepas dari peralatan pendukungnya, seperti kamera. Kamera pertama di dunia ditemukan oleh seorang ilmuwan Muslim, Ibnu Haitham. Fisikawan ini pertama kali menemukan Kamera Obscura dengan dasar kajian ilmu optik menggunakan bantuan energi cahaya matahari. Mengembangkan ide kamera sederhana tersebut, mulai ditemukan kamera-kamera yang lebih praktis, bahkan inovasinya demikian pesat berkembang sehingga kamera mulai bisa digunakan untuk merekam gambar gerak.

Ide dasar sebuah film sendiri, terfikir secara tidak sengaja. Pada tahun 1878 ketika beberapa orang pria Amerika berkumpul dan dari perbincangan

ringan menimbulkan sebuah pertanyaan: “Apakah keempat kaki kuda berada

pada posisi melayang pada saat bersamaan ketika kuda berlari?" Pertanyaan itu terjawab ketika Eadweard Muybridge membuat 16 frame gambar kuda yang sedang berlari. Dari 16 frame gambar kuda yang sedang berlari tersebut, dibuat rangkaian gerakan secara urut sehingga gambar kuda terkesan sedang berlari. Dan terbuktilah bahwa ada satu momen dimana kaki kuda tidak

73

(59)

49

menyentuh tanah ketika kuda tengah berlari kencang Konsepnya hampir sama dengan konsep film kartun. Gambar gerak kuda tersebut menjadi gambar gerak pertama di dunia.

Dimana pada masa itu belum diciptakan kamera yang bisa merekam gerakan dinamis. Setelah penemuan gambar bergerak Muybridge pertama kalinya, inovasi kamera mulai berkembang ketika Thomas Alfa Edison mengembangkan fungsi kamera gambar biasa menjadi kamera yang mampu merekam gambar gerak pada tahun 1988, sehingga kamera mulai bisa merekam objek yang bergerak dinamis. Maka dimulailah era baru sinematografi yang ditandai dengan diciptakannya sejenis film dokumenter singkat oleh Lumière Bersaudara.

(60)

50

sebuah film, akan ada pemain musik yang mengiringi secara langsung gambar gerak yang ditampilkan di layar sebagai efek suara.74

Pada awal 1960-an, banyak teknik film yang dipamerkan, terutama teknik-teknik penyuntinga

Gambar

Gambar adalah segala sesuatu yang bergerak, berwarna, dan
Gambar yang terdapat dalam film Serdadu Kumbang ini sangat

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan la tar belakang agama ini juga diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa wali

Suasana formal dalam ruangan pada umumnya, dicapai melalui : warna yang netral (krem, coklat atau putih), keteraturan komponen bidang batas ruang, keseimbangan

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA tentang perubahan wujud benda, yang berlangsung selama dua siklus

Trade/ dinding anak tangga dipasang diantara dinding badan tangga sesuai dengan yang telah digambar pada dinding badan tangga dan dipaku dari dinding tangga

Perbedaan yang jelas antara ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik dengan Buku ke III Kompilasi Hukum

Uji patogenitas dilakukan dengan cara penginfeksian bakteri Edwardsiella tarda yang berasal dari tubuh ikan lele dumbo terinfeksi bakteri Edwardsiella tarda beku

Lebak Cibuluh collectors Palm Sugar is the backbone of the economy of the population in the region and surrounding areas that can create jobs and increase income. In

Adenomiosis merupakan salah satu kondisi yang paling sulit untuk diobati dan juga merupakan penyakit yang sulit untuk didiagnosis.Wanita yang menderita adenomiosis