SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh: Fatimatuz Zahro NIM: C01212015
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga Surabaya
PERNYATAA}I
KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan/ Prodi
Judul Skripsi
Fatimatuz Zahro
c0t2t20t5
Syari'ah dan Hukum
Hukum Perdata Islam/ Hukum Keluarga (AS)
Analisis Hukum Islam Atas Dampak Poligarni
Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak dan Istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo.
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah
hasil penelitianlkarya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.
Surabaya, 29 Juli2Arc
Saya yang menyatakan,
TERIIADAP PEMENT]HAN HAK.HAK AI{AK DA}I ISTRI DI KELI'RAI{AN
CELEP KECAMATAI{ SIDOARIO KABLIPATEN SIDOARIO'
y-g
ditulis olehFatimatuz Zabro
Nim:
COI2l20l5ini
telah . diperiksa dan disetujui untukdimunaqasahkan.
Surabaya, 1 Agustus 2016 Pembimbing,
Dr. Masruhan, M.Ag.
Skripsi yang ditulis oleh Fatimatuz Zahro ini telah dipertahankan di depan sidang
Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syari'ah dan Huktrn
UIN
Sunan AmpelSnrabayapada hari Selasa,tanggal 16 Agustus 2O16 dandapat diterima sebagai salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ihnu
Syari'ah.
Majelis Munaqasah Skripsi
Penguji I, Penguji
II,
Dr. Masruhan" M.As
NIP. 195904041988031003
Surabaya, 15 Agustus 2016 Mengesahkan,
Fakultas Symi'ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Dekan,
Dr. H. Sahid HM.. M.Ag
NIP. 19683091996031002
ABSTRAK
Skripsi ini hasil penelitian lapangan dengan judul Analisis Hukum Islam atas Dampak Poligami Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak dan Istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Rumusan masalah adalah: Bagaimana dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di Keluarahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo? Bagaimana kesesuaian dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo dengan masl{ah{ah mursalah?
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara jelas yang datanya bersumber dari lapangan, dengan teknik interview dan observasi yakni terkait dengan pelaksanaan poligami dan pemenuhan hak-hak anak dan istri, kemudian dianalisis dengan menggunakan teori masl{ah{ah mursalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa poligami berdampak negatif, yakni terabaikannya hak-hak anak dan istri oleh suami yang telah melalaikan kewajibannya. Kekeluargaan mereka kurang harmonis karena suami lebih condong pada istri muda dan anak-anaknya daripada istri pertamanya. Poligami yang terjadi di Kelurahan Celep tidak sesuai dengan konsep masl{ah{ah mursalah. Pertama, memelihara harta (h}ifz{ al-ma>l) dalam tingkat h{a>jiyyah yaitu kurang terpenuhinya kebutuhan materi karena terbagi dengan istri kedua dan anak-anaknya yang lain. Kedua, tidak memelihara jiwa (h{ifz{ an-nafs) yakni jiwa istri terancam dan anak kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Sehingga istri dan anak-anaknya merasa resah dan benci pada ayahnya. Dengan demikian keluarga yang berpoligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo tidak sesuai dengan tujuan syariat Islam yakni saki>nah mawaddah wa rah{mah yang pada kenyataanya lebih banyak madhorot daripada manfaatnya.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
PERSEMBAHAN ... viii
MOTTO ... x
DAFTAR ISI... ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 12
C. Rumusan Masalah ... 13
D. Kajian Pustaka ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 15
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 16
G. Definisi Operasional ... 17
H. Metode Penelitian ... 18
BAB II : KAJIAN TEORI TENTANG POLIGAMI DAN
MAS{LAH{AH MURSALAH
A. Mas{lah{ah Mursalah ... 23
1. Pengertian dan dasar hukumnya ... 23
2. Macam-macam mas{lah{ah mursalah ... 25
3. Syarat-syarat dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah ... 31
4. Aplikasi mas{lah{ah mursalah dalam kehidupan ... 36
BAB III : PELAKSANAAN POLIGAMI DAN PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DAN ISTRI DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO A. Gambaran Umum Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo ... 39
B. Sekilas tentang Kasus Poligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo ... 45
BAB IV : ANALISIS KESESUAIAN DAMPAK POLIGAMI TERHADAP PELAKSANAAN PEMENUHAN HAK ANAK DAN ISTRI DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO DENGAN MAS{LAH{AH MURSALAH A. Analisis atas Dampak Poligami terhadap Pemenuhan Hak Anak dan Istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ... 54
1. Dampak poligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ... 54
2. Alasan poligami yang dibenarkan oleh Islam ... 57
3. Hak dan kewajiban berkaitan dengan pernikahan ... 60
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan/nikah artinya, suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara
seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan
kewajiban antara keduanya.1 Perkawinan merupakan ketentuan yang Allah
gariskan untuk manusia agar dapat mengemban tugas memakmurkan bumi. Hal
ini Rasulullah SAW tegaskan dengan pernyataan bahwa perkawinan merupakan
sunnah beliau. Yang dimaksud sunnahku (Nabi) ialah tatanan kehidupan yang
dilakukan oleh Nabi SAW sebagai ketentuan yang Allah gariskan kepada para nabi
sebelumnya dan segenap umat manusia. Dengan kata lain, perkawinan merupakan
tabiat (fitrah) yang Allah tanamkan pada diri manusia untuk memelihara
kelangsungan jenisnya.2
Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk
segera melaksanakannya.3 Menurut Pasal 1 Undang-undang Perkawinan, yang
dimaksud dengan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
1Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), 1.
2 Muhammad Thalib, 30 Petunjuk Pernikahan Dalam Islam, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2000),
14.
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut
ajaran agama Islam, tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga dengan
maksud melanjutkan keturunan serta mengusahakan agar dalam rumah tangga
dapat diciptakan ketenangan bedasarkan cinta dan kasih sayang.4 Selain itu,
perkawinan juga merupakan tujuan syariat yang dibawa Rasulullah SAW, yaitu
penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi. Zakiyah
Darajat dkk mengemukakan lima tujuan dalam perkawinan, yaitu: 5
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan
kasih sayangnya.
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan.
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggungjawab menerima hak serta
kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan
yang halal.
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram
atas dasar cinta dan kasih sayang.
Perkawinan juga bertujuan untuk menata keluarga sebagai subjek untuk
membiasakan pengalaman-pengalaman ajaran agama. Fungsi keluarga adalah
4 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama (kumpulan tulisan), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1997), 26-27.
menjadi pelaksana pendidikan yang paling menentukan. Sebab keluarga salah satu
di antara lembaga pendidikan informal, ibu bapak yang dikenal mulai pertama oleh
putra-putrinya dengan segala perlakuan yang diterima dan dirasakannya, dapat
menjadi dasar pertumbuhan pribadi/kepribadian sang putra-putri itu sendiri.6
Keluarga yang baik menurut pandangan Islam biasa disebut dengan istilah
keluarga sakinah. Ciri utama keluarga ini adalah adanya cinta kasih yang
permanen antara suami dan istri. 7 Cinta dan kasih sayang yang tulus dan agung
adalah merupakan tali pengikat yang sangat kuat dalam mengakrabkan hubungan
sesama anggota keluarga. Perasaan cinta dan kasih sayang yang sehat dan
konsisten akan melahirkan kehidupan sakinah penuh ketenangan dan
ketentraman.8 Hal ini bertolak dari prinsip perkawinan sebagai mi>tsa>qan ghali>z}ha>
(QS. an-Nisa’ ayat 21), yaitu perjanjian yang teguh untuk saling memenuhi
kebutuhan satu sama lain. Ciri ini juga dibangun atas dasar prinsip bahwa
membangun keluarga adalah amanat yang masing-masing pihak terikat untuk
menjalankannya sesuai dengan ajaran Allah SWT. Selain itu, keluarga sakinah
pada dasarnya memperhatikan prinsip kesetaraan, saling membantu dan
melengkapi dalam pembagian tugas antara suami-istri dalam urusan keluarga
(domestik) maupun urusan publik sesuai kesepakatan bersama. Dalam Islam,
setiap manusia diakui sebagai pemimpin yang masing-masing harus
6 Ibid., 16.
7 Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, (t.tp: t.p., t.t), 8.
mempertanggungjawabkan kepemimpinannya, sehingga sang istri tidak bisa
melepaskan tanggung jawabnya kepada suami atau sebaliknya.9 Sebagaimana
yang tercantum dalam firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 1:
َمُهْ نِم ّثَبَو اَهَجْوَز اَهْ نِم َقَلَخَو ٍةَدِحاَو ٍسْفَ ن ْنِم ْمُكَقَلَخ يِذّلا ُمُكّبَر اوُقّ تا ُساّنلا اَهّ يَأ اَي
ا
ريِثَك ااَجِر
ا
رءاَسِنَو
ربيِقَر ْمُكْيَلَع َناَك َهّللا ّنِإ َماَحْرأاَو ِهِب َنوُلَءاَسَت يِذّلا َهّللا اوُقّ تاَو
ا
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.(QS. an-Nisa’ (4): 1)10
Kemudian dijelaskan juga di dalam surat ar-Rum ayat 21:
َْحَرَو رةّدَوَم ْمُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِل ارجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو
رة
َ ِلََ ِِ ّنِإ
ٍمْوَقِل ٍتاَيآ
َنوُرّكَفَ تَ ي
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh , pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. ar-Rum (30: 21)11
Ayat di atas menjelaskan keutamaan perkawinan bagi kehidupan manusia,
yaitu memberi sakinah baik secara fisik dan mental, kasih sayang dan kecintaan
yang benar-benar memenuhi kebutuhan dasar manusia. Perkawinan sebagai satu
9 Fuaduddin, Pengasuhan Anak…, 8.
10 Kementerian Agama RI, Ummul Mukminin Al-Qur’an dan Terjemahan untuk Wanita, (Jakarta:
ketentuan untuk memadukan hati dan jiwa laki-laki dan perempuan yang saling
mencintai dapat mematri jiwa keduanya dalam perasaan menyatu, sehingga yang
satu merasa menjadi bagian dari yang lain secara utuh. Bila yang satu senang, yang
lain merasakan kesenangan serupa; dan bila yang satu menderita, yang lain
menderita pula. Perasaan semacam ini hanya Allah tanamkan dalam ikatan
perkawinan; dan inilah yang disebut dengan sakinah secara mental.
Perkawinan juga menjadikan jasmani atau fisik kita sehat sebab
dorongan-dorongan hormonal yang merangsang emosi seksual dapat tersalurkan secara baik
melalui hubungan seksual yang bersih antara suami- istri. Inilah yang disebut
sakinah secara fisik. Perkawinan dapat menimbulkan suasana sakinah karena
merupakan perjanjian yang kuat atas nama Allah. Orang yang terlibat dalam
ikatan ini tidak hanya bertanggungjawab kepada pasangannya, tetapi juga
bertanggungjawab kepada Allah kelak di akhirat. Adanya rasa tanggungjawab
kepada Allah inilah yang membuat ikatan perkawinan memiliki keutamaan dan
keistimewaan yang tidak dapat ditandingi dengan ikatan cinta dalam pergundikan
atau pacaran atau lain-lainnya.
Perkawinan menjadikan manusia, baik secara pribadi, sosial, maupun jenis,
bisa membangun semangat, kasih sayang, ketentraman, kebahagiaan, dan rasa
saling mencintai, memperkuat rasa tanggungjawab, memelihara rasa malu,
memperkuat naluri berkerabat dan berkeluarga, mencegah kerusakan moral,
keabsahan nasab, menghormati martabat perempuan, serta menumbuhkan sifat
keibuan atau kebapakan, sehingga kehidupan manusia menjadi sehat, baik mental
maupun fisik.12
Dalam kehidupan manusia, sudah menjadi kodrat untuk mengejar maslahat,
yaitu menghasilkan manfaat dan menolak bahaya bagi dirinya. Namun demikian,
tiap-tiap orang tidak sama dalam mengukur maslahat. Karena itulah, dalam
melihat maslahat, para ulama memerhatikan hubungan dengan syara’. Para ulama
mendefinisikan mas}lah}ah mursalah sebagai sifat-sifat yang sesuai dengan
tujuan-tujuan syara’ dalam mencapai maslahat, namun tidak ada dalil syara’ yang secara
khusus menetapkan atau menolaknya.13
Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam
masyarakat adalah poligami karena mengundang pandangan yang kontroversial.
Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari
satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan
seperti itu dikatakan bersifat poligam. 14 Harus sungguh-sungguh diingat pula
adanya persyaratan cukup berat bagi seorang laki-laki yang ingin mengawini lebih
dari satu orang istri saja. Yaitu terpenuhinya keadilan (yakni kesamaan dan
kesetaraan) dalam segala segi perlakuannya kepada istri-istrinya seperti yang
dicontohkan oleh Nabi SAW, termasuk dalam hal penyediaan makanan, pakaian,
12 Muhammad Thalib, 30 Petunjuk Pernikahan…, 25- 27.
13 Indi Aunullah, Ensiklopedi Fikih untuk Remaja 2, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), 35.
43-perumahan, pembagian waktu (giliran lamanya waktu tinggal bersama
masing-masing istri) dan sebagainya, tanpa membedakan antara istri yang cantik ataupun
yang tidak, terpelajar atau tidak, atau yang berasal dari keluarga kaya atau miskin,
atau orang tuanya pejabat atau rakyat jelata. Atas dasar itu pula, jika ia hanya
mampu memberikan keadilan kepada dua orang istri saja, haram baginya
mengawini lebih dari itu.15
Rasulullah memang memilih jalan berpoligami. Namun itu pun dengan tujuan
yang lebih mulia dari hanya sekadar mengikuti hawa nafsu beliau. Sungguh
poligami yang dilakukan Rasulullah sangat berbeda dengan poligami yang
dilakukan kebanyakan orang.16 Dalam prakteknya poligami selalu berjalan secara
sembunyi-sembunyi di kalangan mereka yang menolaknya dan dalam bentuk yang
sangat merugikan dan keji, baik dipandang secara materil, moril maupun
kemasyarakatan bagi semua pihak: suami, istri-istri dan anak-anak.17
Poligami yang dimaksud oleh Islam adalah beristri dua sampai empat orang
perempuan. Seorang laki-laki dibenarkan untuk menikah dengan dua atau tiga
atau empat perempuan jika bisa berlaku adil kepada para istrinya. Jika tidak dapat
berlaku adil, ia lebih baik beristri seorang saja. Konsep adil di sini adalah
memperlakukan sama dalam pembagian yang bersifat material, karena hal ini
15 Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Pendapat para
Ulama’, (Bandung: Mizan, 2002), 99-100.
16 M. Ilham Marzuq, Poligami Selebritis, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), 95.
memang yang bisa dibagi dan diukur. Jadi, seorang laki-laki boleh berpoligami
selama ia yakin bisa memenuhi tanggungjawabnya secara baik sesuai ketentuan
syari’at Islam.18 Para ulama mazhab sepakat bahwa nafkah untuk istri itu wajib,
yang meliputi tiga hal: pangan, sandang dan papan.19
Kalau kita mengkaji perihal poligami maka akan didapatkan bahwa poligami
itu dilaksanakan dengan berbagai motivasi. Ada di antaranya yang bermotif
penyaluran kepuasan seksual, kemegahan diri, kebutuhan ekonomis, menata
pembagian kerja, untuk memperoleh keturunan atau mempertahankan bahkan
meningkatkan mutu gen melalui regenerasi. Dan motif-motif yang lainnya, seperti
misalnya Rasulullah SAW, berpoligami mempunyai motif untuk mendukung
keberhasilan perjuangan menegakkan ajaran beliau.20
Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami (Ps. 3 (1)
UU No. 1/74). Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa undang-undang ini
menganut asas monogami.21 Sedangkan poligami dalam hukum Perdata adalah
dalam pasal 27 (dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan
mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya
satu orang laki sebagai suaminya) dan dalam pasal 28 (asas perkawinan
18 Muhammad Thalib, 30 Petunjuk Pernikahan…, 103-104.
19 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996), 422.
menghendaki adanya kebebasan kata sepakat antara kedua calon suami
suami-istri).22
Masalah poligami ini dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan pada pasal 55-58:
1. Beristri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri.
2. Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.
3. Apabila syarat utama yang disebutkan pada ayat (2) tidak mungkin terpenuhi, suami dilarang beristri lebih dari seorang.
Selanjutnya pada pasal 56 disebutkan:
1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang, harus mendapat izin dari Pengadilan Agama.
2. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.
Kemudian pada pasal 57 disebutkan, Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:
1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.
2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Untuk memperoleh izin dari Pengadilan Agama, disamping persyaratan yang disebutkan pada pasal 55 ayat (2), ditegaskan lagi oleh pasal 58 ayat (1), yaitu:
1. Adanya persetujuan istri.
2. Adanya kepastian, bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka. 23
Secara hakiki, anak adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua
orang tuanya. Dikatakan karunia karena tidak semua keluarga dianugerahi anak
sekalipun telah sepuluh tahun berkeluarga. Selain itu anak juga dikatakan amanah
dari Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya. Sebagai amanat anak harus
22 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Pradnya
Paramita, 2004), 8.
23 M. Ali Hasan, Masa>il Fiqhiyah Al-Hadi>tsah Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam,
mendapatkan pemeliharaan, perawatan, bimbingan dan pendidikan yang
kesemuanya iu adalah menjadi haknya. Orang tua sebagai orang yang diamanahi
berkewajiban untuk memenuhinya agar anak dapat berkembang dengan baik
sehingga menjadi anak yang berguna bagi orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Anak bukan saja sebagai asset orang tua, masyarakat dan bangsa, tetapi juga
sebagai pemilik masa depan. Oleh karena itu, anak perlu dibimbing, dididik dan
ditumbuhkan secara optimal baik secara fisik, mental spiritual, moral maupun
intelektualitasnya. Anak adalah pewujud peradaban bangsa dan calon penerus
generasi tua yang harus dipersiapkan agar menjadi cerdas secara intelektual dan
emosional sehingga menjadi anak yang berkualitas sehingga mampu bersaing di
era globalisasi.24
Kalau ummat Islam mempedomani pasal 55, 56, 57 dan 58 di atas, maka tipis
kemungkinan orang berpoligami. Namun ada orang yang menempuh jalan lain,
yaitu kawin di bawah tangan dan hal ini sah menurut hukum Islam, apabila rukun
nikah telah terpenuhi. Bila sewaktu-waktu terjadi perceraian, tidak dapat
diselesaikan melalui pengadilan, karena perkawinannya tidak tercatat di KUA
(Kantor Urusan Agama) dan dianggap tidak resmi. Perkawinan di bawah tangan
berdampak tidak baik bagi pribadi si suami, karena mau tidak mau dia harus
mencari celah dan bahkan berdusta kepada istrinya, bila akan pergi kepada istri
yang dikawini di bawah tangan tadi. Perbuatan dosa setiap saat terus menumpuk,
karena hampir setiap saat harus berdusta.25
Di kelurahan Celep, ada empat anggota keluarga yang melakukan poligami.
Poligami di Kelurahan Celep ini termasuk poligami yang tidak resmi (sirri) karena
tidak terdaftar di kantor Pengadilan Agama. Mereka tidak mendaftarkan ke PA
Sidoarjo karena tidak memenuhi syarat-syarat untuk berpoligami. Beberapa
kalangan masyarakat berpendapat bahwa poligami dianggap sebagai hal yang
lumrah selagi tidak menyalahi kaidah agama. Begitu pula di kelurahan Celep,
poligami bukan lagi menjadi hal yang luar biasa dan bukan pula hal yang biasa.
Di kelurahan Celep sendiri rata-rata keluarga yang berpoligami hidup sejahtera,
tidak ada pengucilan di dalam masyarakat.
Jika dilihat dari sudut pandang pemenuhan hak antara istri pertama dan kedua
serta antara saudara tiri dari kepala keluarga di desa Celep tidak ada yang terlihat
menonjol, sama seperti keluarga pada umumnya. Namun, jika ditelisik lebih lanjut
maka akan terlihat beberapa perbedaan pemenuhan hak, tidak semua tetapi
beberapa dari mereka mamiliki perlakuan yang bebeda dari anggota keluarga
maupun lingkungan sekitar.
Penelusuran ilmiah tersebut akan penulis laksanakan dalam wujud penelitian
sebagai syarat akademik dengan judul penelitian “Analisis Hukum Islam Atas
Dampak Poligami Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak dan Istri di Kelurahan
Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang dapat diteliti sebagai berikut:
1. Poligami menurut hukum Islam
2. Hak dan kewajiban suami istri
3. Sebab-sebab seseorang melakukan poligami
4. Syarat-syarat melakukan perkawinan poligami
5. Dasar hukum poligami
6. Akibat dari pelaksanaan poligami bagi pemenuhan hak anak dan istri di
Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
Kemudian untuk menghindari penjelasan yang akan keluar dari pembahasan
maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Tentang penyebab seseorang berpoligami di Kelurahan Celep Kecamatan
Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo
2. Tentang dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di
C. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penyusunan skripsi ini, maka disusun rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di
Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana kesesuaian dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak
anak dan istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo dengan mas}lah}ah mursalah?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan
gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang
mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya sehingga diharapkan
tidak ada pengulangan materi peneliti secara mutlak.
Untuk mengetahui originalitas penelitian ini, penulis perlu mengemukakan
karya tulis (penelitian) tedahulu tentang tema dampak poligami terhadap
pemenuhan hak anak dan istri. Ada beberapa penelitian yang membahas tentang
hak anak dalam poligami, diantaranya adalah:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Nova Sri Wahyuning Tyas. Dengan judul
”Penelitian Itsbat Nikah Poligami Dalam Perspektif Perbandingan Hak
Pengadilan Agama Mojokerto No. 0370/Pdt. G/2012/PA. Mr.)” pada tahun 2013.
Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Menyimpulkan bahwa
Hakim menilai perkawinannya sesuai dengan syari’at Islam adalah sah bahwa
syarat dan rukun nikah telah terpenuhi dalam perkawinan. Dan juga telah
mempunyai 4 (empat) orang anak, agar tidak menjadi anak luar nikah, maka jalan
hukum yang lebih maslahat adalah itsbat nikah poligami serta Pengadilan Agama
juga memutus harta-harta yang diperoleh oleh suami istri dalam pernikahan
pertamanya, sehingga perolehan harta berikutnya dengan dikalkulasi dengan para
istri berikutnya dengan harapan agar terjamin ketentraman keluarga poligami
tersebut.26
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Nur Shadiq Sandimula “Studi Komparatif
Mazhab Syafi’I dan Mazhab Hanafi Tentang Status dan Hak Anak Luar Nikah”
pada tahun 2014. Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang
menyimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya adalah bahwa pengikut
mazhab Syafi’I berpendapat bahwa anak luar nikah tidak memiliki hubungan
nasab dengan bapak biologisnya, karena anak tersebut lahir di luar perkawinan
yang sah, sehingga nasab anak tersebut dengan bapak biologisnya terputus secara
mutlak, maka status anak tersebut adalah sebagai ajnabiyyah (orang asing) yang
tidak menyebabkan keharaman untuk dinikahi oleh bapak biologisnya. Sedangkan
26 Nova Sri Wahyuning Tyas, Itsbat Nikah Poligami Dalam Perspektif Perlindungan Hak
menurut mazhab Hanafi bahwa status anak luar nikah adalah sama dengan anak
yang lahir di dalam perkawinan yang sah, maka nasab hakiki kepada bapak
biologisnya adalah sabit, sehingga anak tersebut diharamkan untuk dinikahi oleh
bapak biologisnya. Untuk persamaan antara keduanya yaitu dalam hal kewarisan,
bahwa anak luar nikah tidak mewarisi dari bapak biologisnya, melainkan hanya
kepada ibu dan keluarga ibunya serta tidak memperoleh hak nafkah dari bapak
biologisnya. Adapun dalam hal perwalian, bapak biologis tidak berhak menjadi
wali dari anak luar nikahnya, namun yang menjadi wali adalah wali Hakim atau
Sultan.27
Sedangkan skripsi ini lebih menekankan pada pemenuhan hak-hak anak dan
istri akibat dari poligami yang berpengaruh positif dan negatif pada keluarganya
khususnya di kelurahan Celep serta dianalisis dengan hukum Islam yakni dari
sudut pandang mas}lah}ah mursalahnya.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian penulisan masalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui dampak pemenuhan hak-hak anak dan istri di
Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
27 Nur Shadiq Sandimula, Studi Komparatif Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi Tentang Status dan
2. Untuk mengetahui kesesuaian dampak poligami terhadap pemenuhan
hak-hak anak dan istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo dengan mas}lah}ah mursalah.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan serta memperkuat ilmu pembaca
pada umumnya, dan khusus bagi mahasiswa/i yang berkaitan dengan
masalah hukum keluarga Islam.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak anak dan istri dalam
perspektif hukum Islam.
c. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan pembaca pada umumnya, dan khususnya bagi
mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang hukum keluarga yang
berkaitan dengan masalah pemenuhan hak-hak anak dan istri dalam
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dalam melatih diri dalam
dunia penelitian.
b. Diharapkan agar dapat mengungkap penemuan teori-teori baru serta
mengembangkan teori-teori yang sudah ada.
c. Diharapkan agar dapat menjadi bahan rujukan dalam masalah poligami
bagi masyarakat dan keluarga yang berpoligami.
d. Bagi UIN Sunan Ampel Surabaya, sebagai bahan pertimbangan dan
sumber informasi untuk penelitian sejenis.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman atau kekeliruan dalam memahami istilah
dalam skripsi ini, maka perlu dijelaskan/ditegaskan istilah judul tersebut. Adapun
istilah yang perlu penulis tegaskan adalah sebagai berikut:
Analisis hukum Islam : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya,
sebab-sebabnya dan bagaimana duduk perkaranya
berdasarkan hukum Islam dengan
menggunakan pisau analisis kaidah us}hul fiqh
Dampak poligami : Akibat yang ditimbulkan oleh suami yang
menikah lebih dari satu.
Pemenuhan hak-hak anak dan istri : Perbuatan memenuhi segala sesuatu yang
harus didapatkan oleh setiap anak dan istri.
H. Metode Penelitian
Penelitian yang akan digunakan dalam rangka penulisan skripsi ini adalah
penelitian lapangan (field research). Oleh karena itu, data-data yang dikumpulkan
berasal dari data lapangan sebagai obyek penelitian. Untuk memperoleh validitas
data, maka tekhnik pengumpulan data yang relevan menjadi satu hal yang sangat
penting. Adapun metode penelitiannya adalah kualitatif deskriptif. Disebut
kualitatif karena datanya bersifat verbal (secara sentence), meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah. Disebut deskriptif karenamenggambarkan atau menjelaskan
secara sistematis fakta dan karakteristik obyek dan subyek yang diteliti secara
tepat.
1. Data yang dikumpulkan
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan ialah data yang
berkenaan dengan penelitian:
a. Dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak anak dan istri.
b. Pandangan hukum Islam mengenai dampak poligami terhadap
2. Sumber data
Berdasarkan jenis data yang ditentukan sebelumnya maka dalam
penelitian ini sumber data berasal dari sumber data primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari subyek penelitiannya yakni hasil wawancara dari para
pihak yang berkaitan dengan kasus pemenuhan hak dalam keluarga
poligami.
b. Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang tak langsung
memakai keterangan yang bersifat mendukung bahan primer.
Adapun bahan hukum sekunder yang dipakai dalam penelitian ini
adalah dokumen-dokumen resmi, buku-buku atau tulisan ilmiah
hukum yang terkait dengan objek penelitian yakni yang membahas
tentang poligami.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat menentukan
baik tidaknya sebuah penelitian. Maka kegiatan pengumpulan data harus
dirancang dengan baik dan sistematis, agar data yang dikumpulkan sesuai
dengan permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
dalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang diberikan oleh para
pelaku yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan.28 Dalam
penelitian ini, observasi yang peneliti gunakan adalah observasi
pengamatan.
b. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh
keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu, yakni untuk
keperluan mendapat berita.29 Dalam hal ini yang dibahas adalah untuk
mengumpulkan keterangan tentang kehidupan keluarga yang
berpoligami.
4. Teknis analisis data
Analisis data merupakan proses yang tidak pernah selesai. Proses
analisis data sebaiknya dilakukan segera setelah peneliti meninggalkan
lapangan, namun sebagian besar konsentrasi untuk menganalisis dan
menginterpretasi data itu tentu tercurah pada tahap sesudah penelitian
lapangan dilakukan.30
Setelah data yang diperoleh dalam penelitian terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data. Peneliti akan menganalisisnya
dengan menggunakan metode kualtitatif deskriptif, yaitu dikatakan
sebagai kualitatif karena bersifat verbal atau kata dan dikatakan sebagai
28 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 58.
deskriptif karena menggambarkan dan menguraikan terhadap segala
sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan hak-hak anak dan istri pada
keluarga yang berpoligami kemudian akan menganalisisnya dengan
menggunakan konsep mas{lah{ah mursalah.
Dalam penelitian ini, menggunakan pola pikir deduktif yaitu pola
berpikir yang diawali dengan menggunakan teori-teori yang bersifat
umum yang berkenaan dengan teori mas{lah{ah mursalah kemudian
dianalisis dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat khusus yang terjadi
di lapangan yaitu tentang dampak poligami di Kelurahan Celep
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk mempermudah
penulisan dan pemahaman, oleh karena itu skripsi ini disusun dalam beberapa bab,
tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, adapun sistematika pembahasan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
Bab kedua, merupakan landasan teori yang berisi tinjauan umum tentang
mas{lah{ah mursalah.
Bab ketiga, berisi gambaran secara normatif tentang data yang berhasil
dikumpulkan peneliti berkenaan dengan hasil penelitian di lapangan yakni berisi
tentang deskripsi umum obyek penelitian dan sumber data hasil penelitian
tersebut.
Bab keempat, merupakan bab analisis terhadap data yang berhasil
dikumpulkan melalui penelitian lapangan. Bab ini berisi tentang analisis hukum
Islam atas dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak anak dan istri.
Bab kelima, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG
MAS{LAH{AH MURSALAH
A. Masl{ah{ah Mursalah
1. Pengertian dan dasar hukumnya
Mas{lah{ah )
ُ َحَلْصَم
( berasal dari kata s{alah{a (ََحَلَص
) yang berarti baik,lawan dari buruk atau rusak. Kata mas{lah{ah adalah bentuk mas{dar dari kata
s{alaha
)
َحَلَص
(
dengan arti yaitu manfaat atau terlepas dari padanya kerusakan.Pengertian mas{lah{ah dalam bahasa arab adalah perbuatan-perbuatan yang
mendorong kepada kebaikan manusia.1
Menurut Abdul Wahhab Khallaf pengertian mas{lah{ah mursalah
(kesejahteraan umum) yaitu sesuatu yang dianggap maslahat dimana shari‘
tidak mensyariatkan hukum untuk mewujudkan maslahat itu, juga tidak
terdapat dalil yang menunjukkan atas pengakuannya atau pembatalannya.2
1 Totok Jumantoro, Samsul Munir, Kamus us}u>l Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2005), 200.
2Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, vol. 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
126.
Sedangkan menurut Muhammad Abu> Zahra mas{lah{ah mursalah adalah
segala kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan-tujuan shari>’ah (dalam
mensyariatkan hukum Islam) dan kepadanya tidak ada dalil khusus yang
menunjuk tentang diakuinya atau tidaknya.3
Mas{lah{ah ini disebut mutlak karena tidak dibatasi dengan dalil
pengakuan atau dalil pembatalan. Contohnya yaitu, mas{lah{ah yang karena
mas{lah{ah itu sahabat mensyariatkan pengadaan penjara, ditentukan
pajak-pajak penghasilannya, atau maslahah-maslahah lain yang harus dituntut oleh
keadaan-keadaan darurat kebutuhan dan atau karena kebaikan, dan belum
disyariatkan hukumnya. Artinya, mendatangkan keuntungan bagi mereka dan
menolak mudarat serta menghilangkan kesulitan daripadanya.4
Sumber asal dari metode mas{lah{ah mursalah diambil dari nas Alquran
yang banyak jumlahnya, diantaranya:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (QS. Alanbiya>’ : 107).5
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh penyakit-penyakit (yang berada dalam
3 Muhammad Abu> Zahra, Ilmu Us}ul al-Fiqh, (Beirut: Da>r al-Fikr al-Arabi, 1987), 279.
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57).6
Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira, karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari pada apa yang kamu kumpulkan. (QS. Yunus: 58).7
... ...
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Albaqarah:195).8
....
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. Albaqarah 185).9
2. Macam-macam mas{lah{ah mursalah
Dilihat dari pembagian mas}lah}ah ini, dibedakan menjadi dua macam
yaitu, dilihat dari segi tingkatannya dan eksistensinya
a. Mas}lah}ah dari Segi Tingkatannya
1) Al-Mas}lah}ah al-D{aru>riyyah (
ُ ّيِرْوُرّضلا
ُ َحَلْصَمْلَا
)Al-mas}lah}ah al-d}aru>riyyah adalah kemaslahatan yang menjadi
dasar tegaknya kehidupan asasi manusia baik yang berkaitan
dengan agama maupun dunia. Jika ia luput dari kehidupan manusia
6 Ibid., 327-328.
7 Ibid., 327-328.
8 Ibid., 286.
maka mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan manusia
tersebut. Al-mas}lah}ah al-d}aru>riyyah ini meliputi (1) memelihara
agama (muh}afaz}at al-di>n), untuk memelihara agama maka
disyariatkan manusia untuk beribadah kepada Allah, menjalani
semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya; (2)
memelihara jiwa (muh}afaz}at al-nafs), untuk memelihara jiwa maka
agama mengharamkan pembunuhan tanpa alasan yang benar, dan
bagi yang melakukannya dijatuhi hukuman kisas, (3) memelihara
keturunan (muh}afaz}at al-nasl), maka agama mengharamkan zina,
dan bagi yang melakukannya di dera; (4) memelihara harta benda
(muh}afaz}at al-ma>l), untuk memelihara harta benda maka agama
mengharamkan pencurian, bagi yang melakukannya akan diberi
siksa; dan (5) memelihara akal (muh}afaz}at al-‘aql), untuk
memelihara akal maka agama mengharamkan minum arak
(khamr).10 Sementara itu, ada ulama yang memasukkan yang
kelima, yaitu memelihara kehormatan (muh}a>faz}at al-‘ird) secara
berdiri sendiri, sehingga menjadi yang keenam. Hanya saja bagi
yang mencantumkan lima, maka al-‘ird dimasukkan dalam
memelihara keturunan (nasl atau nasb)11dan ada yang memasukkan
10 Ramli SA, Muqaranah Mazaib Fil Us}u>l, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 159-161.
dalam memelihara jiwa (nafs) seperti Abd. Wahha>b Khallaf.12
al-Juwayni>, al-Ghaza>li>, dan al-Sha>t}ibi> termasuk ulama yang
memesukkan al-‘ird} ke dalam nasl.13 Contoh mas}lah}ah
al-d}aru>riyyah pada mas}lah}ah mursalah yaitu pembuatan rambu-rambu
lalu lintas, guna untuk menghindarkan diri dari kecelakaan.
2) Al-Mas}lah}ah al-H{a>jiyyah (
ُ ّي ِج
اَْْا
ُ َحَلْصَمْلا
)Persoalan-persoalan yang dibutuhkan oleh manusia untuk
menghilangkan kesulitan dan kesusahan yang dihadapi. Apabila
tidak ada, maka tidak sampai menyebabkan rusaknya tatanan
kehidupannya. Dengan kata lain, dilihat dari segi kepentingannya
maka mas}lah}ah ini lebih rendah tingkatannya dari mas}lah}ah
al-d}aru>riyyah. Misalnya, menikahkan anak-anak untuk
menghindarkan dari kesulitan.14 Dan diberikannya hak talak bagi
suami, jika penyebutan talak tidak dilakukan maka akan
mempersulit suami karena diharuskan untuk membayar mahar
misl. Sedangkan contoh mas}lah}ah al-h}a>jiyyah dalam mas}lah}ah
mursalah adalah kewajiban menyalakan lampu pada siang maupun
malam hari guna menghindarkan diri dari kesulitan di jalan raya.
12 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam..., 141.
13Ja>sur ‘Awdah, Fiqh al-Maqa>s}id, (Firjinia: al-Ma’had al-‘Alami> li al-Fikr al-Isla>mi>, 2008), 22.
3) Al-Mas}lah}ah al-Tah}si>niyah
)
ُ َيِنْيِسْحَتلا
ُ َحَلْصَمْلَا
(
Mas}lah}ah ini juga bisa disebut mas}lah}ah takmi>liyah yaitu
mas}lah}ah yang sifatnya untuk memelihara kebagusan dan kebaikan
budi pekerti serta keindahan saja. Sekiranya kemaslahatan tidak
dapat diwujudkan dalam kehidupan tidaklah menimbulkan kesulitan
dan kegoncangan serta rusaknya tatanan kehidupan manusia. Namun
kebutuhan tersebut perlu dipenuhi dalam rangka memberi
kesempurnaan dan keindahan dalam hidup manusia.15 Dalam
mas}lah}ah mursalah contoh yang berkaitan dengan tingkatan
mas}lah}ah al-tah}si>niyah misalnya adalah penggunaan helm berstandar
Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai pelengkap dalam
berkendara terutama pengendara roda dua agar tercipta keamanan
secara tepat.
b. Mas}lah}ah dilihat dari segi eksistensinya
1) Al-Mas}lah}ah al-Mu‘tabarah
Kemaslahatan yang terdapat nas} secara tegas menjelaskan dan
mengakui keberadaannya dan terdapat dalil untuk memelihara dan
melindunginya. Contohnya, dalil nas yang menunjukkan langsung
kepada mas}lah}ah misalnya, tidak baiknya mendekati perempuan
yang sedang haid dengan alasan haid itu adalah penyakit.16
2) Al-Mas}lah}ah al-Mulghah
Mas}lah}ah yang berlawanan dengan ketentuan nas}. Artinya,
mas}lah}ah yang tertolak karena ada dalil yang menunjukkan bahwa
ia bertentangan dengan ketentuan dalil yang jelas. Contohnya,
masyarakat pada jaman sekarang lebih mengakui emansipasi
wanita untuk menyamakan derajat dengan laki-laki dalam
memperoleh harta warisan dan inipun dianggap sejalan dengan
tujuan ditetapkannya hukum waris oleh Allah Swt. untuk
memberikan hak waris kepada perempuan sebagaimana yang
berlaku bagi laki-laki. Dalam hal ini, hukum Allah Swt. telah jelas
dan ternyata berbeda dengan apa yang dikira baik oleh akal itu,
yaitu hak waris laki-laki adalah dua kali lipat hak waris perempuan,
sebagaimana ditegaskan dalam Q>S Annisa’(4): 11.
3) Al-Mas}lah}ah al-Mursalah
Mas}lah}ah mursalah merupakan mas}lah}ah yang secara eksplisit
tidak ada satu dalil pun baik yang mengakuinya maupun yang
menolaknya. Misalnya, pernikahan di bawah umur tidak dilarang
dalam agama dan sah dilakukan oleh wali yang berwenang, namun
data statistik menunjukkan bahwa pernikahan dibawah umur
banyak menyebabkan perceraian, karena anak yang menikah di
bawah umur belum siap secara fisik maupun mentalnya untuk
menghadapi peran dan tugas sebagai suami-istri.17 Pengadaan
rambu-rambu lalu lintas guna melindungi diri dari kecelakaan yang
berbahaya bagi jiwa.
Dari macam-macam peringkat mas}lah}ah tersebut di atas, dapat diketahui
dari cara memandangnya, di antaranya:
a. Kemaslahatan ditinjau dari segi pengaruhnya atas kehidupan umat
manusia. Kemaslahatan ini meliputi tiga kemaslahatan yaitu primer,
sekunder, dan tersier seperti yang telah dijelaskan di atas.
b. Kemaslahatan ditinjau dari segi hubungannya dengan kepentingan umum
dan individu dalam masyarakat. Dapat dipandang dari dua bentuk
kemaslahatan, yaitu kemaslahatan yang bersifat universal dan
menyangkut kepentingan kolektif (kulliyah) dan kepentingan individu
(fard{iyah). Dalam praktiknya, pengukuran kemaslahatan ini bergantung
pada kesepakatan masyarakat dan individu, kemaslahatan ini lebih
bersifat pragmatis.
c. Kemaslahatan ditinjau dari segi kepentingan pemenuhannya dalam
rangka pembinaan dan kesejahteraan umat manusia dan individu.
Kemaslahatan ini ada tiga peringkat, yaitu:
1) Kemaslahatan yang mau tidak mau mesti ada bagi terpenuhinya
kepentingan manusia.
2) Kemaslahatan yang di duga kuat mesti ada bagi kebanyakan orang.
3) Kemaslahatan yang diperkirakan harus ada.18
3. Syarat-syarat dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah
Untuk menetapkan apakah sesuatu itu mengandung maslahat atau tidak,
diperlukan pendidikan yang mendalam atas kemanfaatan dari
kemudaratannya. Para ulama yang menjadikan hujah mas{lah{ah mursalah,
mereka berhati-hati dalam hal itu, sehingga tidak menjadi pintu bagi
pembentukan hukum syariat menurut hawa nafsu dan keinginan perorangan.
Oleh karena itu, dibentuk syarat-syarat dalam mas{lah{ah mursalah sebagai
metode istinbath hukum Islam, di antaranya:
a. Kemaslahatan sesuai dengan prinsip-prinsip apa yang ada dalam
ketentuan shari‘, yang secara us{u>l dan furu>‘nya tidak bertentangan
dengan nas.
18 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM Universitas
b. Kemaslahatan hanya dapat dikhususkan dan diaplikasikan dalam
bidang-bidang sosial dimana dalam bidang-bidang ini menerima dengan rasionalitas
dibandingkan dengan bidang ibadah, karena tidak diatur secara rinci
dalam nas. 19
c. Berupa maslahat yang hakiki, bukan maslahat yang bersifat dugaan.
Yaitu agar dapat direalisir pembentukan hukum suatu kejadian itu, dan
dapat mendatangkan keuntungan atau menolak mudarat.
d. Berupa maslahat yang umum, bukan mas{lah{ah yang bersifat khusus
(perorangan). Yaitu agar dapat direalisir bahwa dalam pembentukan
hukum suatu kejadian dapat mendatangkan keuntungan kepada
kebanyakan umat manusia, atau dapat menolak mudarat dari mereka,
bukan mendatangkan keuntungan pada seseorang atau beberapa orang
saja di antara mereka.20
e. Hasil maslahat merupakan pemeliharaan terhadap aspek-aspek
d{aru>riyyah, h{{a>jiyyah, dan tah{si>niyyah. Metode mas{lah{ah adalah sebagai
langkah untuk menghilangkan kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan,
terutama dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan.21 Allah Swt.
berfirman dalam Alquran Surah Alhajj ayat 78:
... ...
19 Al-Syatibi, Al-I’tis{om, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1991), 115-129.
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Alhajj : 78).22
Adapun Alasan yang dikemukakan jumhur ulama dalam menetapkan
mas{lah{ah sebagai hujah dalam menetapkan hukum, sebagai berikut:
a. Bahwa mas{lah{ah mursalah umat manusia itu selalu baru dan tidak ada
habisnya. Maka seandainya tidak disyariatkan hukum mengenai
kemaslahatan manusia yang baru dan mengenai sesuatu yang dikehendaki
oleh perkembangan mereka, serta pembentukan hukum itu hanya berkisar
atas maslahat yang diakui oleh shari’ saja, maka berarti telah
ditinggalkan beberapa kemaslahatan umat manusia pada berbagai zaman
dan tempat.
b. Bahwa orang yang meneliti pembentukan hukum para sahabat, tabiin dan
para mujtahid, maka jadi jelas bahwa mereka telah mensyariatkan
beberapa hukum untuk merealisir maslahat secara umum, bukan karena
saksi yang mengakuinya. Misalnya menetapkan hasil pajak, pembukuan
administrasi pengadaan penjara-penjara di tahun kelaparan.23
Dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah, terdapat perbedaan pendapat
dikalangan ulama usul diantaranya:
22 Kementerian Agama RI, Alquran dan Tafsirnya, Jilid 6..., 459.
a. Mas{lah{ah mursalah tidak dapat menjadi hujah atau dalil menurut ulama
mazhab Syafii, ulama mazhab Hanafi, dan sebagian ulama mazhab Maliki
seperti Ibnu Hajib dan Ahli Zahir.
b. Mas{lah{ah mursalah dapat menjadi dalil atau hujah menurut sebagian
ulama Imam Maliki, sebagian ulama Syafii, tetapi harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh ulama ulama usul.
c. Imam al-Qarafi berkata tentang mas{lah{ah mursalah “Sesungguhnya
berhujah dengan mas{lah{ah mursalah dilakukan oleh semua mazhab,
karena mereka membedakan antara satu dengan yang lainnya karena
adanya ketentuan-ketentuan hukum yang mengikat”.
Kehujahan mas{lah{ah mursalah pada prinsipnya jumhur ulama mazhab
menerimanya sebagai salah satu alasan dalam menetapkan hukum shara‘,
sekalipun dalam menentukan syarat, penerapan, dan penempatannya, mereka
berbeda pendapat.
Mazhab Hanafi mengatakan bahwa untuk menjadikan mas{lah{ah
mursalah sebagai dalil, disyaratkan maslahat tersebut berpengaruh pada
hukum. Artinya, terdapat ayat, hadis atau ijmak yang menunjukkan bahwa
sifat tersebut merupakan ilat (motivasi hukum) dalam penetapan suatu
hukum, atau jenis sifat yang menjadi motivasi hukum tersebut dipergunakan
oleh nas sebagai motivasi suatu hukum. Menghilangkan kemudaratan
Dengan demikian, mazhab Hanafi menerima mas{lah{ah mursalah sebagai dalil
dalam menetapkan hukum.24
Mazhab Maliki dan Hanbali juga menerima mas{lah{ah mursalah sebagai
dalil dalam menetapkan hukum, bahkan mereka dianggap sebagai ulama fikih
yang paling banyak dan luas menerapakan konsep ini. Imam Malik inilah
mujtahid yang pertama kali memperkenalkan mas}lah}ah mursalah sebagai
hujah syariat. Menurut mereka mas}lah}ah mursalah merupakan induksi dari
logika sekumpulan nas, bukan dari nas yang parsial seperti yang berlaku
dalam teori kias.25 Dan mazhab Syafii pada dasarnya juga menjadikan
maslahat sebagai salah satu dalil shara‘. Akan tetapi Imam Syafi’i
memasukkannya dalam kias.26\
Sementara itu menurut pemikiran hukum Islam dalam menanggapi
penggunaan mas{lah{ah mursalah sebagai dalil shari>’ah ini, mereka bersifat
tawasut{ (tidak menolak sepenuhnya, tapi juga tidak mempermudah
penggunaannya). Hal ini sebagaimana pendapat Yusuf Qardhawy bahwa
mungkin terjadi dalam syariat yang telah pasti, ada suatu hukum yang
bertentangan dengan maslahat mahluk atau terdapat hukum yang
membahayakan mereka.27
24 Abdul Azizi Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 2006), 1146.
25 Abdul Wahab Khallaf, Mas{adir al-Tasyri>’ fi> Mala Nassa fi>hi, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1972), 89.
26 Abdul Azizi Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam..., 1147.
27 Amin Farih, Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam, (Semarang: Walisongo Press, 2008),
4. Aplikasi mas{lah{ah mursalah dalam kehidupan
Telah diketahui bahwa perbedaan lingkungan dan waktu ternyata
berpengaruh pada pembentukan hukum-hukum shara‘, sebagaimana firman
Allah Swt.: Apa saja ayat yang kami nasakhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya. Kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Albaqarah : 106).28
Dalam hal ini, Muhammad Rasyid Ridlo dalam tafsir al-Manar
menginterpretasikan sebagai berikut:
Sesungguhnya hukum itu dapat berbeda karena perbedaan waktu, tempat (lingkungan) dan situasi. Kalau suatu hukum diundangkan pada waktu hukum itu sangat dibutuhkan, kemudian kebutuhan itu tidak ada lagi pada waktu lain, maka adalah suatu tindakan bijaksana menghapuskan hukum itu dan menghentikannya dengan hukum lain yang lebih sesuai dengan waktu yang belakangan (akhir) itu.29
Dengan adanya penafsiran terhadap ayat 106 surah Albaqarah di atas,
maka para ulama menetapkan sebuah kaidah usul fikih yaitu:
ُرّ يَغَ ت
مِاَكْحَاا
ُرّ يَغَ تِب
ِ َنِمْزَاا
ِ َنِكْمَاْاَو
ِلاَوْحَاْاَو
28 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 1..., 276.
Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan zaman, tempat, dan
keadaan.30
Lebih lanjut Ibn Qayyim mengemukakan dalam kitab I‘la>m
al-Muwaqqi‘i>n” tersebut sebagai berikut:
Syariat itu adalah keadilan dan seluruhnya merupakan rahmat, dan kemaslahatan bagi umat secara keseluruhan, dan mempunyai kebijaksanaan semuanya. Maka setiap maslahat yang keluar dari garis keadilan kepada keaniayaan, dari rahmat kepada lawannya, dan dari kemaslahatan kepada kerusakan, dan dari kebijaksanaan kepada kesia-siaan, semuanya tidaklah termasuk dalam syariat walaupun dimasukkan ke dalamnya segala macam dalil.31
Sehingga dapatlah dikatakan bahwa penggunaan kepentingan umum ini
adalah sebagai salah satu sumber yurisprudensi hukum Islam dan merupakan
suatu hal yang telah disepakati sebagai metode alternatif dalam menghadapi
perkembangan hukum Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari kemaslahatan (mas{lah{ah mursalah) sering
dilakukan oleh para sahabat dan ulama terdahulu. Hal itu dilakukan dalam
rangka untuk mencari alternatif terhadap berbagai masalah yang timbul
dalam masyarakat dimana tidak diterangkan secara jelas dalam nas}.32
Keputusan dan berbagai kebijaksanaan Imam baik yang berupa
undang-undang atau pembuatan pada berbagai fasilitas umum untuk kemanfaatan
masyarakat itu dapat dijadikan sebagai landasan hukum karena hal tersebut
30 Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Us}u>liyah Dan Fiqiyah, (Jakarta: Grafindo Persada 1999), 145.
31 Abu Hamid Muhammad al-Ghaza>li, Al-Mustasfa min Ilmi al-Us{ul, (Kairo: Darul Qolam, t.t), 311.
mengandung kemaslahatan bagi kemaslahatan dunia atau akhirat. Misalnya
dalam pembentukan Bank sebagai kekuatan ekonomi rakyat, membentuk
untuk menjaga kelangsungan dan kestabilan negara Islam, sehingga dengan
sendirinya orang kafir tidak dapat memberontak terhadap keberadaan negara
Islam. Dan permasalahan-permasalahan lain yang menyangkut kebijakan
Imam yang adil pada berbagai pembangunan yang bermanfaat bagi
kepentingan umum.33
Ketentuan di atas menunjukkan bahwa karena kebijakan Imam yang
mengandung kemaslahatan, maka hal itu dapat dijadikan sebagai landasan
hukum sesuai dengan ketentuan “mas{lah{ah mursalah” dimana semuanya
tidak terkandung secara rinci dalam Alquran.
BAB III
PELAKSANAAN POLIGAMI DAN PEMENUHAN HAK-HAK
ANAK DAN ISTRI
DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO
A. Gambaran Umum Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo
1. Letak Geografis Kelurahan Celep
Kelurahan Celep adalah sebuah Kelurahan yang terletak di wilayah
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Kelurahan
Celep terletak di selatan Wilayah Kecamatan Sidoarjo, dengan jarak tempuh
dari Ibu Kota Kecamatan 3 km, dengan Ibu Kota Kabupaten 3 km, dengan Ibu
Kota Provinsi 30 km dan dengan Ibu Kota Negara 793 km.
2. Luas dan Batas Wilayah
Luas Desa/Kelurahan: 44,46 ha
Pemukiman : 3,140 ha/�2
Makam Islam : 4 ha/�2
Adapun Batas Wilayah Kelurahan Celep adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Bulu Sidokare
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Larangan
Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Sekardangan
Kelurahan Celep terdiri dari 2 dusun yaitu dusun Sidowayah dan dusun Celep.
Sedangkan Rukun Warga (RW)nya terdiri dari RW 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Rukun
Tetangga (RT) terdiri dari RT 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 116,
17, 18 dan 19.
3. Kondisi Geografis
Berdasarkan karakteristik Sumber Daya Alam (SDA), wilayah kelurahan
Celep dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) bidang Wilayah, yaitu:1
a. Kawasan Pemukiman
b. Kawasan Perdagangan dan Jasa
c. Kawasan Perkantoran
Sedangkan kondisi geografis dilihat dari ketinggian tanah dari permukaan
laut adalah 4m.2
4. Kondisi Demografis 3
a. Jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 4.155 jiwa, terdiri dari:
1) Laki-laki: 2.887 orang
2) Perempuan: 3.046 orang
1Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kabupaten Sidoarjo,
Selayang Pandang Kelurahan Celep Mewujudkan Pelayanan Prima, Disajikan Dalam Rangka Lomba
Desa/Kelurahan berprestasi, (2014), 6.
2Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Data Monografi Desa dan Kelurahan, Semester II Tahun 2015. 3Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kabupaten Sidoarjo,
3) Jumlah KK: 3.253 orang
b. Jumlah data penduduk berdasarkan RW:
1) Jumlah penduduk RW 01 sebanyak 991 jiwa terdiri dari:
a) Laki-laki
b) Perempuan
c) Jumlah KK
2) Jumlah penduduk RW 02 sebanyak 1.272 jiwa terdiri dari:
a) Laki-laki
b) Perempuan
c) Jumlah KK
3) Jumlah penduduk RW 03 sebanyak 1.892 jiwa terdiri dari:
a) Laki-laki
b) Perempuan
c) Jumlah KK
5. Kondisi Ekonomi4
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah
Pegawai Negeri 82 79 161
Pegawai Swasta 125 15 140
Wiraswasta - - -
Petani - - -
Pedagang 280 242 522
Nelayan - - -
Jasa - - -
Pensiun 20 8 28
TNI/Polri 10 - 10
BUMN/D - - -
Jumlah 517 344 861
6. Kondisi Pendidikan5
Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tidak Lulus SD - - -
Lulus SD 148 230 378
SLTP 480 320 800
SLTA 320 270 590
Diploma - - -
SI/S2/S3 - - -
Jumlah 948 820 1768
Data infrastruktur, sarana dan prasarana pendidikan6
No Sekolah yang ada di Desa Celep
1 PAUD
2 TK
3 SDN
4 SMP
5 SMA
6 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
7 Kejar Paket C
No
s Sarana Pelayanan Kesehatan
1 Puskesmas Sekardangan
2 Posyandu
3 RSUD
N No Sarana Olah Raga
1 Lapangan Volley
No Sarana Tempat Ibadah
1 Masjid
2 Musholla/Langgar
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN CELEP7 LURAH USTADI, SH Nip. 195912061980101003 Sekretaris Kelurahan Shohiful Hadi Nip. 195912061980101003 Kelompok Jabatan Fungsional Kasi Pemerintahan Bambang Subagiyo Nip. 195810051982031019
Kasi Pembangunan Kasi Trantib Kasi Kesos
Staf
Siti Astutik, SH Nip. 1969080219966022001 Staf Edy Suherman Nip. 196609081986031011 Staf Achmad Yadjid Nip. 197412032009021001 Staf Muhammad Sholeh Nip. 196110513200 7011003 Staf
Staf Staf Staf
Desy Irawati
B. Sekilas tentang Kasus Poligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap keluarga yang
melakukan poligami, diantaranya:
Responden I:
Kepala Keluarga : Anthony
Istri : 1. Fatmala
2. Siti Aminah
Anak Istri I : 1. Fera Ferial
2. Cicilia Nofera
Anak Istri 2 : 1. Muhammad Rizki Prasetyo
Pekerjaan Suami : Saudagar kaya
Pekerjaan istri I : Dokter bedah
Pekerjaan istri II: Ibu rumah tangga
Usia Suami : 42 tahun
Usia istri I: 38 tahun
Usia istri II: #35 tahun
Alamat suami : Sidoarjo
Alamat Istri : 1. Jombang
Kronologi
Keharmonisan rumah tangga pasangan Pak Anthony dan Bu Fatmala
sebelumnya bisa dikatakan sangat harmonis, namun setelah 5 tahun pernikahan
pasangan ini tak kunjung mendapatkan seorang anak laki-laki sebagai ahli waris.
Pak Anthony begitu menghawatirkan kepada siapa hartanya akan diwariskan jika
ia tak memiliki seorang ahli waris. Oleh karena itu ia menikahi seorang janda
yang tidak memiliki anak untuk dijadikan istri keduanya. Pak Anthony memang
mendapatkan izin dari bu Fatmala dengan syarat tetap berprilaku adil kepada
dirinya dan juga kedua putri mereka, pak Anthony pun menyanggupinya. Setelah
itu pak Anthony menikah dengan janda yang bernama bu Siti Aminah. Setelah
pernikahannya dengan bu Siti, pak Anthony sering berlaku kasar kepada istrinya,
sering membentak-bentak tanpa alasan yang jelas. Ia jarang pulang ke rumah istri
pertamanya, lebih sering menemui istri ke-2nya. Ketika bu Fatmala mengadu
perihal perlakuan suaminya kepadanya, ia malah menyalahkan istrinya, padahal
selama ini apapun kebutuhan yang diinginkan sang suami, bu Fatmala selalu
memenuhinya. Selang beberapa bulan akhirnya bu Siti mengandung.
Setelah genap 9 bulan 2 minggu akhirnya bu Siti melahirkan seorang bayi
berjenis kelamin laki-laki. Sekian tahun kemudian, anak laki-laki satu-satunya
pak Anthony itu beranjak dewasa perlakuan sayang pak Anthony semakin
menjadi-jadi, memanjakan tanpa peduli dengan kedua putrinya yang lain. Sikap
berlaku adil. Sebenarnya bu Fatmala tidak keberatan jika dirinya diperlakukan
tidak adil, namun selain kepada kedua putrinya ia juga tidak adil kepada bu
Fatmala. Selain itu, bapak Anthony pun juga mendapat celaan dari para
tetangganya. Ia dianggap sebagai suami yang tidak dapat memenuhi kewajiban
dasar sebagai seseorang yang berpoligami.8
Responden II
Kepala Keluarga : Mahsun
Istri : 1.Marni
2. Salma
Anak Istri I : 1. Iqbal
Anak Istri 2 : -
Pekerjaan Suami : wirausahawan kain tenun
Pekerjaan istri I : Ibu rumah tangga
Pekerjaan istri II: Ibu ruma