• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM ATAS DAMPAK POLIGAMI TERHADAP PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DAN ISTRI DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM ATAS DAMPAK POLIGAMI TERHADAP PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DAN ISTRI DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh: Fatimatuz Zahro NIM: C01212015

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Keluarga Surabaya

(2)

PERNYATAA}I

KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama

NIM

Fakultas

Jurusan/ Prodi

Judul Skripsi

Fatimatuz Zahro

c0t2t20t5

Syari'ah dan Hukum

Hukum Perdata Islam/ Hukum Keluarga (AS)

Analisis Hukum Islam Atas Dampak Poligarni

Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak dan Istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Sidoarjo.

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah

hasil penelitianlkarya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk

sumbernya.

Surabaya, 29 Juli2Arc

Saya yang menyatakan,

(3)

TERIIADAP PEMENT]HAN HAK.HAK AI{AK DA}I ISTRI DI KELI'RAI{AN

CELEP KECAMATAI{ SIDOARIO KABLIPATEN SIDOARIO'

y-g

ditulis oleh

Fatimatuz Zabro

Nim:

COI2l20l5

ini

telah . diperiksa dan disetujui untuk

dimunaqasahkan.

Surabaya, 1 Agustus 2016 Pembimbing,

Dr. Masruhan, M.Ag.

(4)

Skripsi yang ditulis oleh Fatimatuz Zahro ini telah dipertahankan di depan sidang

Majelis Munaqasah Skripsi Fakultas Syari'ah dan Huktrn

UIN

Sunan Ampel

Snrabayapada hari Selasa,tanggal 16 Agustus 2O16 dandapat diterima sebagai salah

satu persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata satu dalam Ihnu

Syari'ah.

Majelis Munaqasah Skripsi

Penguji I, Penguji

II,

Dr. Masruhan" M.As

NIP. 195904041988031003

Surabaya, 15 Agustus 2016 Mengesahkan,

Fakultas Symi'ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Dekan,

Dr. H. Sahid HM.. M.Ag

NIP. 19683091996031002

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini hasil penelitian lapangan dengan judul Analisis Hukum Islam atas Dampak Poligami Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak dan Istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Rumusan masalah adalah: Bagaimana dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di Keluarahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo? Bagaimana kesesuaian dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo dengan masl{ah{ah mursalah?

Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara jelas yang datanya bersumber dari lapangan, dengan teknik interview dan observasi yakni terkait dengan pelaksanaan poligami dan pemenuhan hak-hak anak dan istri, kemudian dianalisis dengan menggunakan teori masl{ah{ah mursalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa poligami berdampak negatif, yakni terabaikannya hak-hak anak dan istri oleh suami yang telah melalaikan kewajibannya. Kekeluargaan mereka kurang harmonis karena suami lebih condong pada istri muda dan anak-anaknya daripada istri pertamanya. Poligami yang terjadi di Kelurahan Celep tidak sesuai dengan konsep masl{ah{ah mursalah. Pertama, memelihara harta (h}ifz{ al-ma>l) dalam tingkat h{a>jiyyah yaitu kurang terpenuhinya kebutuhan materi karena terbagi dengan istri kedua dan anak-anaknya yang lain. Kedua, tidak memelihara jiwa (h{ifz{ an-nafs) yakni jiwa istri terancam dan anak kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Sehingga istri dan anak-anaknya merasa resah dan benci pada ayahnya. Dengan demikian keluarga yang berpoligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo tidak sesuai dengan tujuan syariat Islam yakni saki>nah mawaddah wa rah{mah yang pada kenyataanya lebih banyak madhorot daripada manfaatnya.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... x

DAFTAR ISI... ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 12

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Kajian Pustaka ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 16

G. Definisi Operasional ... 17

H. Metode Penelitian ... 18

(7)

BAB II : KAJIAN TEORI TENTANG POLIGAMI DAN

MAS{LAH{AH MURSALAH

A. Mas{lah{ah Mursalah ... 23

1. Pengertian dan dasar hukumnya ... 23

2. Macam-macam mas{lah{ah mursalah ... 25

3. Syarat-syarat dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah ... 31

4. Aplikasi mas{lah{ah mursalah dalam kehidupan ... 36

BAB III : PELAKSANAAN POLIGAMI DAN PEMENUHAN HAK-HAK ANAK DAN ISTRI DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO A. Gambaran Umum Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo ... 39

B. Sekilas tentang Kasus Poligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo ... 45

BAB IV : ANALISIS KESESUAIAN DAMPAK POLIGAMI TERHADAP PELAKSANAAN PEMENUHAN HAK ANAK DAN ISTRI DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO DENGAN MAS{LAH{AH MURSALAH A. Analisis atas Dampak Poligami terhadap Pemenuhan Hak Anak dan Istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ... 54

1. Dampak poligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ... 54

2. Alasan poligami yang dibenarkan oleh Islam ... 57

3. Hak dan kewajiban berkaitan dengan pernikahan ... 60

(8)

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan/nikah artinya, suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara

seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan

kewajiban antara keduanya.1 Perkawinan merupakan ketentuan yang Allah

gariskan untuk manusia agar dapat mengemban tugas memakmurkan bumi. Hal

ini Rasulullah SAW tegaskan dengan pernyataan bahwa perkawinan merupakan

sunnah beliau. Yang dimaksud sunnahku (Nabi) ialah tatanan kehidupan yang

dilakukan oleh Nabi SAW sebagai ketentuan yang Allah gariskan kepada para nabi

sebelumnya dan segenap umat manusia. Dengan kata lain, perkawinan merupakan

tabiat (fitrah) yang Allah tanamkan pada diri manusia untuk memelihara

kelangsungan jenisnya.2

Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk

segera melaksanakannya.3 Menurut Pasal 1 Undang-undang Perkawinan, yang

dimaksud dengan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

1Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), 1.

2 Muhammad Thalib, 30 Petunjuk Pernikahan Dalam Islam, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2000),

14.

(10)

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut

ajaran agama Islam, tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga dengan

maksud melanjutkan keturunan serta mengusahakan agar dalam rumah tangga

dapat diciptakan ketenangan bedasarkan cinta dan kasih sayang.4 Selain itu,

perkawinan juga merupakan tujuan syariat yang dibawa Rasulullah SAW, yaitu

penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi. Zakiyah

Darajat dkk mengemukakan lima tujuan dalam perkawinan, yaitu: 5

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan

kasih sayangnya.

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggungjawab menerima hak serta

kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan

yang halal.

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram

atas dasar cinta dan kasih sayang.

Perkawinan juga bertujuan untuk menata keluarga sebagai subjek untuk

membiasakan pengalaman-pengalaman ajaran agama. Fungsi keluarga adalah

4 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama (kumpulan tulisan), (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1997), 26-27.

(11)

menjadi pelaksana pendidikan yang paling menentukan. Sebab keluarga salah satu

di antara lembaga pendidikan informal, ibu bapak yang dikenal mulai pertama oleh

putra-putrinya dengan segala perlakuan yang diterima dan dirasakannya, dapat

menjadi dasar pertumbuhan pribadi/kepribadian sang putra-putri itu sendiri.6

Keluarga yang baik menurut pandangan Islam biasa disebut dengan istilah

keluarga sakinah. Ciri utama keluarga ini adalah adanya cinta kasih yang

permanen antara suami dan istri. 7 Cinta dan kasih sayang yang tulus dan agung

adalah merupakan tali pengikat yang sangat kuat dalam mengakrabkan hubungan

sesama anggota keluarga. Perasaan cinta dan kasih sayang yang sehat dan

konsisten akan melahirkan kehidupan sakinah penuh ketenangan dan

ketentraman.8 Hal ini bertolak dari prinsip perkawinan sebagai mi>tsa>qan ghali>z}ha>

(QS. an-Nisa’ ayat 21), yaitu perjanjian yang teguh untuk saling memenuhi

kebutuhan satu sama lain. Ciri ini juga dibangun atas dasar prinsip bahwa

membangun keluarga adalah amanat yang masing-masing pihak terikat untuk

menjalankannya sesuai dengan ajaran Allah SWT. Selain itu, keluarga sakinah

pada dasarnya memperhatikan prinsip kesetaraan, saling membantu dan

melengkapi dalam pembagian tugas antara suami-istri dalam urusan keluarga

(domestik) maupun urusan publik sesuai kesepakatan bersama. Dalam Islam,

setiap manusia diakui sebagai pemimpin yang masing-masing harus

6 Ibid., 16.

7 Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, (t.tp: t.p., t.t), 8.

(12)

mempertanggungjawabkan kepemimpinannya, sehingga sang istri tidak bisa

melepaskan tanggung jawabnya kepada suami atau sebaliknya.9 Sebagaimana

yang tercantum dalam firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 1:

َمُهْ نِم ّثَبَو اَهَجْوَز اَهْ نِم َقَلَخَو ٍةَدِحاَو ٍسْفَ ن ْنِم ْمُكَقَلَخ يِذّلا ُمُكّبَر اوُقّ تا ُساّنلا اَهّ يَأ اَي

ا

ريِثَك ااَجِر

ا

رءاَسِنَو

ربيِقَر ْمُكْيَلَع َناَك َهّللا ّنِإ َماَحْرأاَو ِهِب َنوُلَءاَسَت يِذّلا َهّللا اوُقّ تاَو

ا

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.(QS. an-Nisa’ (4): 1)10

Kemudian dijelaskan juga di dalam surat ar-Rum ayat 21:

َْحَرَو رةّدَوَم ْمُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِل ارجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو

رة

َ ِلََ ِِ ّنِإ

ٍمْوَقِل ٍتاَيآ

َنوُرّكَفَ تَ ي

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh , pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. ar-Rum (30: 21)11

Ayat di atas menjelaskan keutamaan perkawinan bagi kehidupan manusia,

yaitu memberi sakinah baik secara fisik dan mental, kasih sayang dan kecintaan

yang benar-benar memenuhi kebutuhan dasar manusia. Perkawinan sebagai satu

9 Fuaduddin, Pengasuhan Anak…, 8.

10 Kementerian Agama RI, Ummul Mukminin Al-Qur’an dan Terjemahan untuk Wanita, (Jakarta:

(13)

ketentuan untuk memadukan hati dan jiwa laki-laki dan perempuan yang saling

mencintai dapat mematri jiwa keduanya dalam perasaan menyatu, sehingga yang

satu merasa menjadi bagian dari yang lain secara utuh. Bila yang satu senang, yang

lain merasakan kesenangan serupa; dan bila yang satu menderita, yang lain

menderita pula. Perasaan semacam ini hanya Allah tanamkan dalam ikatan

perkawinan; dan inilah yang disebut dengan sakinah secara mental.

Perkawinan juga menjadikan jasmani atau fisik kita sehat sebab

dorongan-dorongan hormonal yang merangsang emosi seksual dapat tersalurkan secara baik

melalui hubungan seksual yang bersih antara suami- istri. Inilah yang disebut

sakinah secara fisik. Perkawinan dapat menimbulkan suasana sakinah karena

merupakan perjanjian yang kuat atas nama Allah. Orang yang terlibat dalam

ikatan ini tidak hanya bertanggungjawab kepada pasangannya, tetapi juga

bertanggungjawab kepada Allah kelak di akhirat. Adanya rasa tanggungjawab

kepada Allah inilah yang membuat ikatan perkawinan memiliki keutamaan dan

keistimewaan yang tidak dapat ditandingi dengan ikatan cinta dalam pergundikan

atau pacaran atau lain-lainnya.

Perkawinan menjadikan manusia, baik secara pribadi, sosial, maupun jenis,

bisa membangun semangat, kasih sayang, ketentraman, kebahagiaan, dan rasa

saling mencintai, memperkuat rasa tanggungjawab, memelihara rasa malu,

memperkuat naluri berkerabat dan berkeluarga, mencegah kerusakan moral,

(14)

keabsahan nasab, menghormati martabat perempuan, serta menumbuhkan sifat

keibuan atau kebapakan, sehingga kehidupan manusia menjadi sehat, baik mental

maupun fisik.12

Dalam kehidupan manusia, sudah menjadi kodrat untuk mengejar maslahat,

yaitu menghasilkan manfaat dan menolak bahaya bagi dirinya. Namun demikian,

tiap-tiap orang tidak sama dalam mengukur maslahat. Karena itulah, dalam

melihat maslahat, para ulama memerhatikan hubungan dengan syara’. Para ulama

mendefinisikan mas}lah}ah mursalah sebagai sifat-sifat yang sesuai dengan

tujuan-tujuan syara’ dalam mencapai maslahat, namun tidak ada dalil syara’ yang secara

khusus menetapkan atau menolaknya.13

Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dalam

masyarakat adalah poligami karena mengundang pandangan yang kontroversial.

Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari

satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan

seperti itu dikatakan bersifat poligam. 14 Harus sungguh-sungguh diingat pula

adanya persyaratan cukup berat bagi seorang laki-laki yang ingin mengawini lebih

dari satu orang istri saja. Yaitu terpenuhinya keadilan (yakni kesamaan dan

kesetaraan) dalam segala segi perlakuannya kepada istri-istrinya seperti yang

dicontohkan oleh Nabi SAW, termasuk dalam hal penyediaan makanan, pakaian,

12 Muhammad Thalib, 30 Petunjuk Pernikahan…, 25- 27.

13 Indi Aunullah, Ensiklopedi Fikih untuk Remaja 2, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), 35.

(15)

43-perumahan, pembagian waktu (giliran lamanya waktu tinggal bersama

masing-masing istri) dan sebagainya, tanpa membedakan antara istri yang cantik ataupun

yang tidak, terpelajar atau tidak, atau yang berasal dari keluarga kaya atau miskin,

atau orang tuanya pejabat atau rakyat jelata. Atas dasar itu pula, jika ia hanya

mampu memberikan keadilan kepada dua orang istri saja, haram baginya

mengawini lebih dari itu.15

Rasulullah memang memilih jalan berpoligami. Namun itu pun dengan tujuan

yang lebih mulia dari hanya sekadar mengikuti hawa nafsu beliau. Sungguh

poligami yang dilakukan Rasulullah sangat berbeda dengan poligami yang

dilakukan kebanyakan orang.16 Dalam prakteknya poligami selalu berjalan secara

sembunyi-sembunyi di kalangan mereka yang menolaknya dan dalam bentuk yang

sangat merugikan dan keji, baik dipandang secara materil, moril maupun

kemasyarakatan bagi semua pihak: suami, istri-istri dan anak-anak.17

Poligami yang dimaksud oleh Islam adalah beristri dua sampai empat orang

perempuan. Seorang laki-laki dibenarkan untuk menikah dengan dua atau tiga

atau empat perempuan jika bisa berlaku adil kepada para istrinya. Jika tidak dapat

berlaku adil, ia lebih baik beristri seorang saja. Konsep adil di sini adalah

memperlakukan sama dalam pembagian yang bersifat material, karena hal ini

15 Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Pendapat para

Ulama’, (Bandung: Mizan, 2002), 99-100.

16 M. Ilham Marzuq, Poligami Selebritis, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), 95.

(16)

memang yang bisa dibagi dan diukur. Jadi, seorang laki-laki boleh berpoligami

selama ia yakin bisa memenuhi tanggungjawabnya secara baik sesuai ketentuan

syari’at Islam.18 Para ulama mazhab sepakat bahwa nafkah untuk istri itu wajib,

yang meliputi tiga hal: pangan, sandang dan papan.19

Kalau kita mengkaji perihal poligami maka akan didapatkan bahwa poligami

itu dilaksanakan dengan berbagai motivasi. Ada di antaranya yang bermotif

penyaluran kepuasan seksual, kemegahan diri, kebutuhan ekonomis, menata

pembagian kerja, untuk memperoleh keturunan atau mempertahankan bahkan

meningkatkan mutu gen melalui regenerasi. Dan motif-motif yang lainnya, seperti

misalnya Rasulullah SAW, berpoligami mempunyai motif untuk mendukung

keberhasilan perjuangan menegakkan ajaran beliau.20

Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai

seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami (Ps. 3 (1)

UU No. 1/74). Dalam penjelasannya, disebutkan bahwa undang-undang ini

menganut asas monogami.21 Sedangkan poligami dalam hukum Perdata adalah

dalam pasal 27 (dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan

mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya

satu orang laki sebagai suaminya) dan dalam pasal 28 (asas perkawinan

18 Muhammad Thalib, 30 Petunjuk Pernikahan…, 103-104.

19 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996), 422.

(17)

menghendaki adanya kebebasan kata sepakat antara kedua calon suami

suami-istri).22

Masalah poligami ini dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan pada pasal 55-58:

1. Beristri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri.

2. Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

3. Apabila syarat utama yang disebutkan pada ayat (2) tidak mungkin terpenuhi, suami dilarang beristri lebih dari seorang.

Selanjutnya pada pasal 56 disebutkan:

1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang, harus mendapat izin dari Pengadilan Agama.

2. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.

Kemudian pada pasal 57 disebutkan, Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.

2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Untuk memperoleh izin dari Pengadilan Agama, disamping persyaratan yang disebutkan pada pasal 55 ayat (2), ditegaskan lagi oleh pasal 58 ayat (1), yaitu:

1. Adanya persetujuan istri.

2. Adanya kepastian, bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka. 23

Secara hakiki, anak adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua

orang tuanya. Dikatakan karunia karena tidak semua keluarga dianugerahi anak

sekalipun telah sepuluh tahun berkeluarga. Selain itu anak juga dikatakan amanah

dari Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya. Sebagai amanat anak harus

22 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Pradnya

Paramita, 2004), 8.

23 M. Ali Hasan, Masa>il Fiqhiyah Al-Hadi>tsah Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam,

(18)

mendapatkan pemeliharaan, perawatan, bimbingan dan pendidikan yang

kesemuanya iu adalah menjadi haknya. Orang tua sebagai orang yang diamanahi

berkewajiban untuk memenuhinya agar anak dapat berkembang dengan baik

sehingga menjadi anak yang berguna bagi orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa

dan Negara.

Anak bukan saja sebagai asset orang tua, masyarakat dan bangsa, tetapi juga

sebagai pemilik masa depan. Oleh karena itu, anak perlu dibimbing, dididik dan

ditumbuhkan secara optimal baik secara fisik, mental spiritual, moral maupun

intelektualitasnya. Anak adalah pewujud peradaban bangsa dan calon penerus

generasi tua yang harus dipersiapkan agar menjadi cerdas secara intelektual dan

emosional sehingga menjadi anak yang berkualitas sehingga mampu bersaing di

era globalisasi.24

Kalau ummat Islam mempedomani pasal 55, 56, 57 dan 58 di atas, maka tipis

kemungkinan orang berpoligami. Namun ada orang yang menempuh jalan lain,

yaitu kawin di bawah tangan dan hal ini sah menurut hukum Islam, apabila rukun

nikah telah terpenuhi. Bila sewaktu-waktu terjadi perceraian, tidak dapat

diselesaikan melalui pengadilan, karena perkawinannya tidak tercatat di KUA

(Kantor Urusan Agama) dan dianggap tidak resmi. Perkawinan di bawah tangan

berdampak tidak baik bagi pribadi si suami, karena mau tidak mau dia harus

(19)

mencari celah dan bahkan berdusta kepada istrinya, bila akan pergi kepada istri

yang dikawini di bawah tangan tadi. Perbuatan dosa setiap saat terus menumpuk,

karena hampir setiap saat harus berdusta.25

Di kelurahan Celep, ada empat anggota keluarga yang melakukan poligami.

Poligami di Kelurahan Celep ini termasuk poligami yang tidak resmi (sirri) karena

tidak terdaftar di kantor Pengadilan Agama. Mereka tidak mendaftarkan ke PA

Sidoarjo karena tidak memenuhi syarat-syarat untuk berpoligami. Beberapa

kalangan masyarakat berpendapat bahwa poligami dianggap sebagai hal yang

lumrah selagi tidak menyalahi kaidah agama. Begitu pula di kelurahan Celep,

poligami bukan lagi menjadi hal yang luar biasa dan bukan pula hal yang biasa.

Di kelurahan Celep sendiri rata-rata keluarga yang berpoligami hidup sejahtera,

tidak ada pengucilan di dalam masyarakat.

Jika dilihat dari sudut pandang pemenuhan hak antara istri pertama dan kedua

serta antara saudara tiri dari kepala keluarga di desa Celep tidak ada yang terlihat

menonjol, sama seperti keluarga pada umumnya. Namun, jika ditelisik lebih lanjut

maka akan terlihat beberapa perbedaan pemenuhan hak, tidak semua tetapi

beberapa dari mereka mamiliki perlakuan yang bebeda dari anggota keluarga

maupun lingkungan sekitar.

Penelusuran ilmiah tersebut akan penulis laksanakan dalam wujud penelitian

sebagai syarat akademik dengan judul penelitian “Analisis Hukum Islam Atas

(20)

Dampak Poligami Terhadap Pemenuhan Hak-Hak Anak dan Istri di Kelurahan

Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari paparan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi

masalah-masalah yang dapat diteliti sebagai berikut:

1. Poligami menurut hukum Islam

2. Hak dan kewajiban suami istri

3. Sebab-sebab seseorang melakukan poligami

4. Syarat-syarat melakukan perkawinan poligami

5. Dasar hukum poligami

6. Akibat dari pelaksanaan poligami bagi pemenuhan hak anak dan istri di

Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

Kemudian untuk menghindari penjelasan yang akan keluar dari pembahasan

maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Tentang penyebab seseorang berpoligami di Kelurahan Celep Kecamatan

Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

2. Tentang dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di

(21)

C. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah penyusunan skripsi ini, maka disusun rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana dampak poligami terhadap pemenuhan hak anak dan istri di

Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana kesesuaian dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak

anak dan istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Sidoarjo dengan mas}lah}ah mursalah?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan

gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang

mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya sehingga diharapkan

tidak ada pengulangan materi peneliti secara mutlak.

Untuk mengetahui originalitas penelitian ini, penulis perlu mengemukakan

karya tulis (penelitian) tedahulu tentang tema dampak poligami terhadap

pemenuhan hak anak dan istri. Ada beberapa penelitian yang membahas tentang

hak anak dalam poligami, diantaranya adalah:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Nova Sri Wahyuning Tyas. Dengan judul

”Penelitian Itsbat Nikah Poligami Dalam Perspektif Perbandingan Hak

(22)

Pengadilan Agama Mojokerto No. 0370/Pdt. G/2012/PA. Mr.)” pada tahun 2013.

Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Menyimpulkan bahwa

Hakim menilai perkawinannya sesuai dengan syari’at Islam adalah sah bahwa

syarat dan rukun nikah telah terpenuhi dalam perkawinan. Dan juga telah

mempunyai 4 (empat) orang anak, agar tidak menjadi anak luar nikah, maka jalan

hukum yang lebih maslahat adalah itsbat nikah poligami serta Pengadilan Agama

juga memutus harta-harta yang diperoleh oleh suami istri dalam pernikahan

pertamanya, sehingga perolehan harta berikutnya dengan dikalkulasi dengan para

istri berikutnya dengan harapan agar terjamin ketentraman keluarga poligami

tersebut.26

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Nur Shadiq Sandimula “Studi Komparatif

Mazhab Syafi’I dan Mazhab Hanafi Tentang Status dan Hak Anak Luar Nikah”

pada tahun 2014. Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang

menyimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya adalah bahwa pengikut

mazhab Syafi’I berpendapat bahwa anak luar nikah tidak memiliki hubungan

nasab dengan bapak biologisnya, karena anak tersebut lahir di luar perkawinan

yang sah, sehingga nasab anak tersebut dengan bapak biologisnya terputus secara

mutlak, maka status anak tersebut adalah sebagai ajnabiyyah (orang asing) yang

tidak menyebabkan keharaman untuk dinikahi oleh bapak biologisnya. Sedangkan

26 Nova Sri Wahyuning Tyas, Itsbat Nikah Poligami Dalam Perspektif Perlindungan Hak

(23)

menurut mazhab Hanafi bahwa status anak luar nikah adalah sama dengan anak

yang lahir di dalam perkawinan yang sah, maka nasab hakiki kepada bapak

biologisnya adalah sabit, sehingga anak tersebut diharamkan untuk dinikahi oleh

bapak biologisnya. Untuk persamaan antara keduanya yaitu dalam hal kewarisan,

bahwa anak luar nikah tidak mewarisi dari bapak biologisnya, melainkan hanya

kepada ibu dan keluarga ibunya serta tidak memperoleh hak nafkah dari bapak

biologisnya. Adapun dalam hal perwalian, bapak biologis tidak berhak menjadi

wali dari anak luar nikahnya, namun yang menjadi wali adalah wali Hakim atau

Sultan.27

Sedangkan skripsi ini lebih menekankan pada pemenuhan hak-hak anak dan

istri akibat dari poligami yang berpengaruh positif dan negatif pada keluarganya

khususnya di kelurahan Celep serta dianalisis dengan hukum Islam yakni dari

sudut pandang mas}lah}ah mursalahnya.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian penulisan masalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui dampak pemenuhan hak-hak anak dan istri di

Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

27 Nur Shadiq Sandimula, Studi Komparatif Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanafi Tentang Status dan

(24)

2. Untuk mengetahui kesesuaian dampak poligami terhadap pemenuhan

hak-hak anak dan istri di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Sidoarjo dengan mas}lah}ah mursalah.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan serta memperkuat ilmu pembaca

pada umumnya, dan khusus bagi mahasiswa/i yang berkaitan dengan

masalah hukum keluarga Islam.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak anak dan istri dalam

perspektif hukum Islam.

c. Diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan pembaca pada umumnya, dan khususnya bagi

mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang hukum keluarga yang

berkaitan dengan masalah pemenuhan hak-hak anak dan istri dalam

(25)

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dalam melatih diri dalam

dunia penelitian.

b. Diharapkan agar dapat mengungkap penemuan teori-teori baru serta

mengembangkan teori-teori yang sudah ada.

c. Diharapkan agar dapat menjadi bahan rujukan dalam masalah poligami

bagi masyarakat dan keluarga yang berpoligami.

d. Bagi UIN Sunan Ampel Surabaya, sebagai bahan pertimbangan dan

sumber informasi untuk penelitian sejenis.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atau kekeliruan dalam memahami istilah

dalam skripsi ini, maka perlu dijelaskan/ditegaskan istilah judul tersebut. Adapun

istilah yang perlu penulis tegaskan adalah sebagai berikut:

Analisis hukum Islam : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya,

sebab-sebabnya dan bagaimana duduk perkaranya

berdasarkan hukum Islam dengan

menggunakan pisau analisis kaidah us}hul fiqh

(26)

Dampak poligami : Akibat yang ditimbulkan oleh suami yang

menikah lebih dari satu.

Pemenuhan hak-hak anak dan istri : Perbuatan memenuhi segala sesuatu yang

harus didapatkan oleh setiap anak dan istri.

H. Metode Penelitian

Penelitian yang akan digunakan dalam rangka penulisan skripsi ini adalah

penelitian lapangan (field research). Oleh karena itu, data-data yang dikumpulkan

berasal dari data lapangan sebagai obyek penelitian. Untuk memperoleh validitas

data, maka tekhnik pengumpulan data yang relevan menjadi satu hal yang sangat

penting. Adapun metode penelitiannya adalah kualitatif deskriptif. Disebut

kualitatif karena datanya bersifat verbal (secara sentence), meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah. Disebut deskriptif karenamenggambarkan atau menjelaskan

secara sistematis fakta dan karakteristik obyek dan subyek yang diteliti secara

tepat.

1. Data yang dikumpulkan

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan ialah data yang

berkenaan dengan penelitian:

a. Dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak anak dan istri.

b. Pandangan hukum Islam mengenai dampak poligami terhadap

(27)

2. Sumber data

Berdasarkan jenis data yang ditentukan sebelumnya maka dalam

penelitian ini sumber data berasal dari sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari subyek penelitiannya yakni hasil wawancara dari para

pihak yang berkaitan dengan kasus pemenuhan hak dalam keluarga

poligami.

b. Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang tak langsung

memakai keterangan yang bersifat mendukung bahan primer.

Adapun bahan hukum sekunder yang dipakai dalam penelitian ini

adalah dokumen-dokumen resmi, buku-buku atau tulisan ilmiah

hukum yang terkait dengan objek penelitian yakni yang membahas

tentang poligami.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat menentukan

baik tidaknya sebuah penelitian. Maka kegiatan pengumpulan data harus

dirancang dengan baik dan sistematis, agar data yang dikumpulkan sesuai

dengan permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

(28)

dalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang diberikan oleh para

pelaku yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan.28 Dalam

penelitian ini, observasi yang peneliti gunakan adalah observasi

pengamatan.

b. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu, yakni untuk

keperluan mendapat berita.29 Dalam hal ini yang dibahas adalah untuk

mengumpulkan keterangan tentang kehidupan keluarga yang

berpoligami.

4. Teknis analisis data

Analisis data merupakan proses yang tidak pernah selesai. Proses

analisis data sebaiknya dilakukan segera setelah peneliti meninggalkan

lapangan, namun sebagian besar konsentrasi untuk menganalisis dan

menginterpretasi data itu tentu tercurah pada tahap sesudah penelitian

lapangan dilakukan.30

Setelah data yang diperoleh dalam penelitian terkumpul, langkah

selanjutnya adalah menganalisis data. Peneliti akan menganalisisnya

dengan menggunakan metode kualtitatif deskriptif, yaitu dikatakan

sebagai kualitatif karena bersifat verbal atau kata dan dikatakan sebagai

28 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 58.

(29)

deskriptif karena menggambarkan dan menguraikan terhadap segala

sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan hak-hak anak dan istri pada

keluarga yang berpoligami kemudian akan menganalisisnya dengan

menggunakan konsep mas{lah{ah mursalah.

Dalam penelitian ini, menggunakan pola pikir deduktif yaitu pola

berpikir yang diawali dengan menggunakan teori-teori yang bersifat

umum yang berkenaan dengan teori mas{lah{ah mursalah kemudian

dianalisis dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat khusus yang terjadi

di lapangan yaitu tentang dampak poligami di Kelurahan Celep

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk mempermudah

penulisan dan pemahaman, oleh karena itu skripsi ini disusun dalam beberapa bab,

tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, adapun sistematika pembahasan dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan

penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

(30)

Bab kedua, merupakan landasan teori yang berisi tinjauan umum tentang

mas{lah{ah mursalah.

Bab ketiga, berisi gambaran secara normatif tentang data yang berhasil

dikumpulkan peneliti berkenaan dengan hasil penelitian di lapangan yakni berisi

tentang deskripsi umum obyek penelitian dan sumber data hasil penelitian

tersebut.

Bab keempat, merupakan bab analisis terhadap data yang berhasil

dikumpulkan melalui penelitian lapangan. Bab ini berisi tentang analisis hukum

Islam atas dampak poligami terhadap pemenuhan hak-hak anak dan istri.

Bab kelima, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian

(31)

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG

MAS{LAH{AH MURSALAH

A. Masl{ah{ah Mursalah

1. Pengertian dan dasar hukumnya

Mas{lah{ah )

ُ َحَلْصَم

( berasal dari kata s{alah{a (

ََحَلَص

) yang berarti baik,

lawan dari buruk atau rusak. Kata mas{lah{ah adalah bentuk mas{dar dari kata

s{alaha

)

َحَلَص

(

dengan arti yaitu manfaat atau terlepas dari padanya kerusakan.

Pengertian mas{lah{ah dalam bahasa arab adalah perbuatan-perbuatan yang

mendorong kepada kebaikan manusia.1

Menurut Abdul Wahhab Khallaf pengertian mas{lah{ah mursalah

(kesejahteraan umum) yaitu sesuatu yang dianggap maslahat dimana shari‘

tidak mensyariatkan hukum untuk mewujudkan maslahat itu, juga tidak

terdapat dalil yang menunjukkan atas pengakuannya atau pembatalannya.2

1 Totok Jumantoro, Samsul Munir, Kamus us}u>l Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2005), 200.

2Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, vol. 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

126.

(32)

Sedangkan menurut Muhammad Abu> Zahra mas{lah{ah mursalah adalah

segala kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan-tujuan shari>’ah (dalam

mensyariatkan hukum Islam) dan kepadanya tidak ada dalil khusus yang

menunjuk tentang diakuinya atau tidaknya.3

Mas{lah{ah ini disebut mutlak karena tidak dibatasi dengan dalil

pengakuan atau dalil pembatalan. Contohnya yaitu, mas{lah{ah yang karena

mas{lah{ah itu sahabat mensyariatkan pengadaan penjara, ditentukan

pajak-pajak penghasilannya, atau maslahah-maslahah lain yang harus dituntut oleh

keadaan-keadaan darurat kebutuhan dan atau karena kebaikan, dan belum

disyariatkan hukumnya. Artinya, mendatangkan keuntungan bagi mereka dan

menolak mudarat serta menghilangkan kesulitan daripadanya.4

Sumber asal dari metode mas{lah{ah mursalah diambil dari nas Alquran

yang banyak jumlahnya, diantaranya:









Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (QS. Alanbiya>’ : 107).5

















Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh penyakit-penyakit (yang berada dalam

3 Muhammad Abu> Zahra, Ilmu Us}ul al-Fiqh, (Beirut: Da>r al-Fikr al-Arabi, 1987), 279.

(33)

dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57).6

                 

Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira, karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari pada apa yang kamu kumpulkan. (QS. Yunus: 58).7

...          ... 

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Albaqarah:195).8

               .... 

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. Albaqarah 185).9

2. Macam-macam mas{lah{ah mursalah

Dilihat dari pembagian mas}lah}ah ini, dibedakan menjadi dua macam

yaitu, dilihat dari segi tingkatannya dan eksistensinya

a. Mas}lah}ah dari Segi Tingkatannya

1) Al-Mas}lah}ah al-D{aru>riyyah (

ُ ّيِرْوُرّضلا

ُ َحَلْصَمْلَا

)

Al-mas}lah}ah al-d}aru>riyyah adalah kemaslahatan yang menjadi

dasar tegaknya kehidupan asasi manusia baik yang berkaitan

dengan agama maupun dunia. Jika ia luput dari kehidupan manusia

6 Ibid., 327-328.

7 Ibid., 327-328.

8 Ibid., 286.

(34)

maka mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan manusia

tersebut. Al-mas}lah}ah al-d}aru>riyyah ini meliputi (1) memelihara

agama (muh}afaz}at al-di>n), untuk memelihara agama maka

disyariatkan manusia untuk beribadah kepada Allah, menjalani

semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya; (2)

memelihara jiwa (muh}afaz}at al-nafs), untuk memelihara jiwa maka

agama mengharamkan pembunuhan tanpa alasan yang benar, dan

bagi yang melakukannya dijatuhi hukuman kisas, (3) memelihara

keturunan (muh}afaz}at al-nasl), maka agama mengharamkan zina,

dan bagi yang melakukannya di dera; (4) memelihara harta benda

(muh}afaz}at al-ma>l), untuk memelihara harta benda maka agama

mengharamkan pencurian, bagi yang melakukannya akan diberi

siksa; dan (5) memelihara akal (muh}afaz}at al-‘aql), untuk

memelihara akal maka agama mengharamkan minum arak

(khamr).10 Sementara itu, ada ulama yang memasukkan yang

kelima, yaitu memelihara kehormatan (muh}a>faz}at al-‘ird) secara

berdiri sendiri, sehingga menjadi yang keenam. Hanya saja bagi

yang mencantumkan lima, maka al-‘ird dimasukkan dalam

memelihara keturunan (nasl atau nasb)11dan ada yang memasukkan

10 Ramli SA, Muqaranah Mazaib Fil Us}u>l, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 159-161.

(35)

dalam memelihara jiwa (nafs) seperti Abd. Wahha>b Khallaf.12

al-Juwayni>, al-Ghaza>li>, dan al-Sha>t}ibi> termasuk ulama yang

memesukkan al-‘ird} ke dalam nasl.13 Contoh mas}lah}ah

al-d}aru>riyyah pada mas}lah}ah mursalah yaitu pembuatan rambu-rambu

lalu lintas, guna untuk menghindarkan diri dari kecelakaan.

2) Al-Mas}lah}ah al-H{a>jiyyah (

ُ ّي ِج

اَْْا

ُ َحَلْصَمْلا

)

Persoalan-persoalan yang dibutuhkan oleh manusia untuk

menghilangkan kesulitan dan kesusahan yang dihadapi. Apabila

tidak ada, maka tidak sampai menyebabkan rusaknya tatanan

kehidupannya. Dengan kata lain, dilihat dari segi kepentingannya

maka mas}lah}ah ini lebih rendah tingkatannya dari mas}lah}ah

al-d}aru>riyyah. Misalnya, menikahkan anak-anak untuk

menghindarkan dari kesulitan.14 Dan diberikannya hak talak bagi

suami, jika penyebutan talak tidak dilakukan maka akan

mempersulit suami karena diharuskan untuk membayar mahar

misl. Sedangkan contoh mas}lah}ah al-h}a>jiyyah dalam mas}lah}ah

mursalah adalah kewajiban menyalakan lampu pada siang maupun

malam hari guna menghindarkan diri dari kesulitan di jalan raya.

12 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam..., 141.

13Ja>sur ‘Awdah, Fiqh al-Maqa>s}id, (Firjinia: al-Ma’had al-Alami> li al-Fikr al-Isla>mi>, 2008), 22.

(36)

3) Al-Mas}lah}ah al-Tah}si>niyah

)

ُ َيِنْيِسْحَتلا

ُ َحَلْصَمْلَا

(

Mas}lah}ah ini juga bisa disebut mas}lah}ah takmi>liyah yaitu

mas}lah}ah yang sifatnya untuk memelihara kebagusan dan kebaikan

budi pekerti serta keindahan saja. Sekiranya kemaslahatan tidak

dapat diwujudkan dalam kehidupan tidaklah menimbulkan kesulitan

dan kegoncangan serta rusaknya tatanan kehidupan manusia. Namun

kebutuhan tersebut perlu dipenuhi dalam rangka memberi

kesempurnaan dan keindahan dalam hidup manusia.15 Dalam

mas}lah}ah mursalah contoh yang berkaitan dengan tingkatan

mas}lah}ah al-tah}si>niyah misalnya adalah penggunaan helm berstandar

Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai pelengkap dalam

berkendara terutama pengendara roda dua agar tercipta keamanan

secara tepat.

b. Mas}lah}ah dilihat dari segi eksistensinya

1) Al-Mas}lah}ah al-Mu‘tabarah

Kemaslahatan yang terdapat nas} secara tegas menjelaskan dan

mengakui keberadaannya dan terdapat dalil untuk memelihara dan

melindunginya. Contohnya, dalil nas yang menunjukkan langsung

(37)

kepada mas}lah}ah misalnya, tidak baiknya mendekati perempuan

yang sedang haid dengan alasan haid itu adalah penyakit.16

2) Al-Mas}lah}ah al-Mulghah

Mas}lah}ah yang berlawanan dengan ketentuan nas}. Artinya,

mas}lah}ah yang tertolak karena ada dalil yang menunjukkan bahwa

ia bertentangan dengan ketentuan dalil yang jelas. Contohnya,

masyarakat pada jaman sekarang lebih mengakui emansipasi

wanita untuk menyamakan derajat dengan laki-laki dalam

memperoleh harta warisan dan inipun dianggap sejalan dengan

tujuan ditetapkannya hukum waris oleh Allah Swt. untuk

memberikan hak waris kepada perempuan sebagaimana yang

berlaku bagi laki-laki. Dalam hal ini, hukum Allah Swt. telah jelas

dan ternyata berbeda dengan apa yang dikira baik oleh akal itu,

yaitu hak waris laki-laki adalah dua kali lipat hak waris perempuan,

sebagaimana ditegaskan dalam Q>S Annisa’(4): 11.

3) Al-Mas}lah}ah al-Mursalah

Mas}lah}ah mursalah merupakan mas}lah}ah yang secara eksplisit

tidak ada satu dalil pun baik yang mengakuinya maupun yang

menolaknya. Misalnya, pernikahan di bawah umur tidak dilarang

dalam agama dan sah dilakukan oleh wali yang berwenang, namun

(38)

data statistik menunjukkan bahwa pernikahan dibawah umur

banyak menyebabkan perceraian, karena anak yang menikah di

bawah umur belum siap secara fisik maupun mentalnya untuk

menghadapi peran dan tugas sebagai suami-istri.17 Pengadaan

rambu-rambu lalu lintas guna melindungi diri dari kecelakaan yang

berbahaya bagi jiwa.

Dari macam-macam peringkat mas}lah}ah tersebut di atas, dapat diketahui

dari cara memandangnya, di antaranya:

a. Kemaslahatan ditinjau dari segi pengaruhnya atas kehidupan umat

manusia. Kemaslahatan ini meliputi tiga kemaslahatan yaitu primer,

sekunder, dan tersier seperti yang telah dijelaskan di atas.

b. Kemaslahatan ditinjau dari segi hubungannya dengan kepentingan umum

dan individu dalam masyarakat. Dapat dipandang dari dua bentuk

kemaslahatan, yaitu kemaslahatan yang bersifat universal dan

menyangkut kepentingan kolektif (kulliyah) dan kepentingan individu

(fard{iyah). Dalam praktiknya, pengukuran kemaslahatan ini bergantung

pada kesepakatan masyarakat dan individu, kemaslahatan ini lebih

bersifat pragmatis.

(39)

c. Kemaslahatan ditinjau dari segi kepentingan pemenuhannya dalam

rangka pembinaan dan kesejahteraan umat manusia dan individu.

Kemaslahatan ini ada tiga peringkat, yaitu:

1) Kemaslahatan yang mau tidak mau mesti ada bagi terpenuhinya

kepentingan manusia.

2) Kemaslahatan yang di duga kuat mesti ada bagi kebanyakan orang.

3) Kemaslahatan yang diperkirakan harus ada.18

3. Syarat-syarat dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah

Untuk menetapkan apakah sesuatu itu mengandung maslahat atau tidak,

diperlukan pendidikan yang mendalam atas kemanfaatan dari

kemudaratannya. Para ulama yang menjadikan hujah mas{lah{ah mursalah,

mereka berhati-hati dalam hal itu, sehingga tidak menjadi pintu bagi

pembentukan hukum syariat menurut hawa nafsu dan keinginan perorangan.

Oleh karena itu, dibentuk syarat-syarat dalam mas{lah{ah mursalah sebagai

metode istinbath hukum Islam, di antaranya:

a. Kemaslahatan sesuai dengan prinsip-prinsip apa yang ada dalam

ketentuan shari‘, yang secara us{u>l dan furu>‘nya tidak bertentangan

dengan nas.

18 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM Universitas

(40)

b. Kemaslahatan hanya dapat dikhususkan dan diaplikasikan dalam

bidang-bidang sosial dimana dalam bidang-bidang ini menerima dengan rasionalitas

dibandingkan dengan bidang ibadah, karena tidak diatur secara rinci

dalam nas. 19

c. Berupa maslahat yang hakiki, bukan maslahat yang bersifat dugaan.

Yaitu agar dapat direalisir pembentukan hukum suatu kejadian itu, dan

dapat mendatangkan keuntungan atau menolak mudarat.

d. Berupa maslahat yang umum, bukan mas{lah{ah yang bersifat khusus

(perorangan). Yaitu agar dapat direalisir bahwa dalam pembentukan

hukum suatu kejadian dapat mendatangkan keuntungan kepada

kebanyakan umat manusia, atau dapat menolak mudarat dari mereka,

bukan mendatangkan keuntungan pada seseorang atau beberapa orang

saja di antara mereka.20

e. Hasil maslahat merupakan pemeliharaan terhadap aspek-aspek

d{aru>riyyah, h{{a>jiyyah, dan tah{si>niyyah. Metode mas{lah{ah adalah sebagai

langkah untuk menghilangkan kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan,

terutama dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan.21 Allah Swt.

berfirman dalam Alquran Surah Alhajj ayat 78:

...            ...

19 Al-Syatibi, Al-I’tis{om, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1991), 115-129.

(41)

Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Alhajj : 78).22

Adapun Alasan yang dikemukakan jumhur ulama dalam menetapkan

mas{lah{ah sebagai hujah dalam menetapkan hukum, sebagai berikut:

a. Bahwa mas{lah{ah mursalah umat manusia itu selalu baru dan tidak ada

habisnya. Maka seandainya tidak disyariatkan hukum mengenai

kemaslahatan manusia yang baru dan mengenai sesuatu yang dikehendaki

oleh perkembangan mereka, serta pembentukan hukum itu hanya berkisar

atas maslahat yang diakui oleh shari’ saja, maka berarti telah

ditinggalkan beberapa kemaslahatan umat manusia pada berbagai zaman

dan tempat.

b. Bahwa orang yang meneliti pembentukan hukum para sahabat, tabiin dan

para mujtahid, maka jadi jelas bahwa mereka telah mensyariatkan

beberapa hukum untuk merealisir maslahat secara umum, bukan karena

saksi yang mengakuinya. Misalnya menetapkan hasil pajak, pembukuan

administrasi pengadaan penjara-penjara di tahun kelaparan.23

Dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah, terdapat perbedaan pendapat

dikalangan ulama usul diantaranya:

22 Kementerian Agama RI, Alquran dan Tafsirnya, Jilid 6..., 459.

(42)

a. Mas{lah{ah mursalah tidak dapat menjadi hujah atau dalil menurut ulama

mazhab Syafii, ulama mazhab Hanafi, dan sebagian ulama mazhab Maliki

seperti Ibnu Hajib dan Ahli Zahir.

b. Mas{lah{ah mursalah dapat menjadi dalil atau hujah menurut sebagian

ulama Imam Maliki, sebagian ulama Syafii, tetapi harus memenuhi

syarat-syarat yang telah ditentukan oleh ulama ulama usul.

c. Imam al-Qarafi berkata tentang mas{lah{ah mursalah “Sesungguhnya

berhujah dengan mas{lah{ah mursalah dilakukan oleh semua mazhab,

karena mereka membedakan antara satu dengan yang lainnya karena

adanya ketentuan-ketentuan hukum yang mengikat”.

Kehujahan mas{lah{ah mursalah pada prinsipnya jumhur ulama mazhab

menerimanya sebagai salah satu alasan dalam menetapkan hukum shara‘,

sekalipun dalam menentukan syarat, penerapan, dan penempatannya, mereka

berbeda pendapat.

Mazhab Hanafi mengatakan bahwa untuk menjadikan mas{lah{ah

mursalah sebagai dalil, disyaratkan maslahat tersebut berpengaruh pada

hukum. Artinya, terdapat ayat, hadis atau ijmak yang menunjukkan bahwa

sifat tersebut merupakan ilat (motivasi hukum) dalam penetapan suatu

hukum, atau jenis sifat yang menjadi motivasi hukum tersebut dipergunakan

oleh nas sebagai motivasi suatu hukum. Menghilangkan kemudaratan

(43)

Dengan demikian, mazhab Hanafi menerima mas{lah{ah mursalah sebagai dalil

dalam menetapkan hukum.24

Mazhab Maliki dan Hanbali juga menerima mas{lah{ah mursalah sebagai

dalil dalam menetapkan hukum, bahkan mereka dianggap sebagai ulama fikih

yang paling banyak dan luas menerapakan konsep ini. Imam Malik inilah

mujtahid yang pertama kali memperkenalkan mas}lah}ah mursalah sebagai

hujah syariat. Menurut mereka mas}lah}ah mursalah merupakan induksi dari

logika sekumpulan nas, bukan dari nas yang parsial seperti yang berlaku

dalam teori kias.25 Dan mazhab Syafii pada dasarnya juga menjadikan

maslahat sebagai salah satu dalil shara‘. Akan tetapi Imam Syafi’i

memasukkannya dalam kias.26\

Sementara itu menurut pemikiran hukum Islam dalam menanggapi

penggunaan mas{lah{ah mursalah sebagai dalil shari>’ah ini, mereka bersifat

tawasut{ (tidak menolak sepenuhnya, tapi juga tidak mempermudah

penggunaannya). Hal ini sebagaimana pendapat Yusuf Qardhawy bahwa

mungkin terjadi dalam syariat yang telah pasti, ada suatu hukum yang

bertentangan dengan maslahat mahluk atau terdapat hukum yang

membahayakan mereka.27

24 Abdul Azizi Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 2006), 1146.

25 Abdul Wahab Khallaf, Mas{adir al-Tasyri>’ fi> Mala Nassa fi>hi, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1972), 89.

26 Abdul Azizi Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam..., 1147.

27 Amin Farih, Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam, (Semarang: Walisongo Press, 2008),

(44)

4. Aplikasi mas{lah{ah mursalah dalam kehidupan

Telah diketahui bahwa perbedaan lingkungan dan waktu ternyata

berpengaruh pada pembentukan hukum-hukum shara‘, sebagaimana firman

Allah Swt.:                                   Apa saja ayat yang kami nasakhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya. Kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Albaqarah : 106).28

Dalam hal ini, Muhammad Rasyid Ridlo dalam tafsir al-Manar

menginterpretasikan sebagai berikut:

Sesungguhnya hukum itu dapat berbeda karena perbedaan waktu, tempat (lingkungan) dan situasi. Kalau suatu hukum diundangkan pada waktu hukum itu sangat dibutuhkan, kemudian kebutuhan itu tidak ada lagi pada waktu lain, maka adalah suatu tindakan bijaksana menghapuskan hukum itu dan menghentikannya dengan hukum lain yang lebih sesuai dengan waktu yang belakangan (akhir) itu.29

Dengan adanya penafsiran terhadap ayat 106 surah Albaqarah di atas,

maka para ulama menetapkan sebuah kaidah usul fikih yaitu:

ُرّ يَغَ ت

مِاَكْحَاا

ُرّ يَغَ تِب

ِ َنِمْزَاا

ِ َنِكْمَاْاَو

ِلاَوْحَاْاَو

28 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 1..., 276.

(45)

Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan zaman, tempat, dan

keadaan.30

Lebih lanjut Ibn Qayyim mengemukakan dalam kitab I‘la>m

al-Muwaqqi‘i>n” tersebut sebagai berikut:

Syariat itu adalah keadilan dan seluruhnya merupakan rahmat, dan kemaslahatan bagi umat secara keseluruhan, dan mempunyai kebijaksanaan semuanya. Maka setiap maslahat yang keluar dari garis keadilan kepada keaniayaan, dari rahmat kepada lawannya, dan dari kemaslahatan kepada kerusakan, dan dari kebijaksanaan kepada kesia-siaan, semuanya tidaklah termasuk dalam syariat walaupun dimasukkan ke dalamnya segala macam dalil.31

Sehingga dapatlah dikatakan bahwa penggunaan kepentingan umum ini

adalah sebagai salah satu sumber yurisprudensi hukum Islam dan merupakan

suatu hal yang telah disepakati sebagai metode alternatif dalam menghadapi

perkembangan hukum Islam.

Dalam kehidupan sehari-hari kemaslahatan (mas{lah{ah mursalah) sering

dilakukan oleh para sahabat dan ulama terdahulu. Hal itu dilakukan dalam

rangka untuk mencari alternatif terhadap berbagai masalah yang timbul

dalam masyarakat dimana tidak diterangkan secara jelas dalam nas}.32

Keputusan dan berbagai kebijaksanaan Imam baik yang berupa

undang-undang atau pembuatan pada berbagai fasilitas umum untuk kemanfaatan

masyarakat itu dapat dijadikan sebagai landasan hukum karena hal tersebut

30 Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Us}u>liyah Dan Fiqiyah, (Jakarta: Grafindo Persada 1999), 145.

31 Abu Hamid Muhammad al-Ghaza>li, Al-Mustasfa min Ilmi al-Us{ul, (Kairo: Darul Qolam, t.t), 311.

(46)

mengandung kemaslahatan bagi kemaslahatan dunia atau akhirat. Misalnya

dalam pembentukan Bank sebagai kekuatan ekonomi rakyat, membentuk

untuk menjaga kelangsungan dan kestabilan negara Islam, sehingga dengan

sendirinya orang kafir tidak dapat memberontak terhadap keberadaan negara

Islam. Dan permasalahan-permasalahan lain yang menyangkut kebijakan

Imam yang adil pada berbagai pembangunan yang bermanfaat bagi

kepentingan umum.33

Ketentuan di atas menunjukkan bahwa karena kebijakan Imam yang

mengandung kemaslahatan, maka hal itu dapat dijadikan sebagai landasan

hukum sesuai dengan ketentuan “mas{lah{ah mursalah” dimana semuanya

tidak terkandung secara rinci dalam Alquran.

(47)

BAB III

PELAKSANAAN POLIGAMI DAN PEMENUHAN HAK-HAK

ANAK DAN ISTRI

DI KELURAHAN CELEP KECAMATAN SIDOARJO

A. Gambaran Umum Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo

1. Letak Geografis Kelurahan Celep

Kelurahan Celep adalah sebuah Kelurahan yang terletak di wilayah

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Kelurahan

Celep terletak di selatan Wilayah Kecamatan Sidoarjo, dengan jarak tempuh

dari Ibu Kota Kecamatan 3 km, dengan Ibu Kota Kabupaten 3 km, dengan Ibu

Kota Provinsi 30 km dan dengan Ibu Kota Negara 793 km.

2. Luas dan Batas Wilayah

Luas Desa/Kelurahan: 44,46 ha

Pemukiman : 3,140 ha/2

Makam Islam : 4 ha/2

Adapun Batas Wilayah Kelurahan Celep adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Bulu Sidokare

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Larangan

(48)

Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Sekardangan

Kelurahan Celep terdiri dari 2 dusun yaitu dusun Sidowayah dan dusun Celep.

Sedangkan Rukun Warga (RW)nya terdiri dari RW 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Rukun

Tetangga (RT) terdiri dari RT 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 116,

17, 18 dan 19.

3. Kondisi Geografis

Berdasarkan karakteristik Sumber Daya Alam (SDA), wilayah kelurahan

Celep dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) bidang Wilayah, yaitu:1

a. Kawasan Pemukiman

b. Kawasan Perdagangan dan Jasa

c. Kawasan Perkantoran

Sedangkan kondisi geografis dilihat dari ketinggian tanah dari permukaan

laut adalah 4m.2

4. Kondisi Demografis 3

a. Jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 4.155 jiwa, terdiri dari:

1) Laki-laki: 2.887 orang

2) Perempuan: 3.046 orang

1Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kabupaten Sidoarjo,

Selayang Pandang Kelurahan Celep Mewujudkan Pelayanan Prima, Disajikan Dalam Rangka Lomba

Desa/Kelurahan berprestasi, (2014), 6.

2Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Data Monografi Desa dan Kelurahan, Semester II Tahun 2015. 3Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kabupaten Sidoarjo,

(49)

3) Jumlah KK: 3.253 orang

b. Jumlah data penduduk berdasarkan RW:

1) Jumlah penduduk RW 01 sebanyak 991 jiwa terdiri dari:

a) Laki-laki

b) Perempuan

c) Jumlah KK

2) Jumlah penduduk RW 02 sebanyak 1.272 jiwa terdiri dari:

a) Laki-laki

b) Perempuan

c) Jumlah KK

3) Jumlah penduduk RW 03 sebanyak 1.892 jiwa terdiri dari:

a) Laki-laki

b) Perempuan

c) Jumlah KK

5. Kondisi Ekonomi4

Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

Pegawai Negeri 82 79 161

Pegawai Swasta 125 15 140

Wiraswasta - - -

Petani - - -

(50)

Pedagang 280 242 522

Nelayan - - -

Jasa - - -

Pensiun 20 8 28

TNI/Polri 10 - 10

BUMN/D - - -

Jumlah 517 344 861

6. Kondisi Pendidikan5

Data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

Tidak Lulus SD - - -

Lulus SD 148 230 378

SLTP 480 320 800

SLTA 320 270 590

Diploma - - -

SI/S2/S3 - - -

Jumlah 948 820 1768

(51)

Data infrastruktur, sarana dan prasarana pendidikan6

No Sekolah yang ada di Desa Celep

1 PAUD

2 TK

3 SDN

4 SMP

5 SMA

6 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

7 Kejar Paket C

No

s Sarana Pelayanan Kesehatan

1 Puskesmas Sekardangan

2 Posyandu

3 RSUD

N No Sarana Olah Raga

1 Lapangan Volley

No Sarana Tempat Ibadah

1 Masjid

2 Musholla/Langgar

(52)

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN CELEP7 LURAH USTADI, SH Nip. 195912061980101003 Sekretaris Kelurahan Shohiful Hadi Nip. 195912061980101003 Kelompok Jabatan Fungsional Kasi Pemerintahan Bambang Subagiyo Nip. 195810051982031019

Kasi Pembangunan Kasi Trantib Kasi Kesos

Staf

Siti Astutik, SH Nip. 1969080219966022001 Staf Edy Suherman Nip. 196609081986031011 Staf Achmad Yadjid Nip. 197412032009021001 Staf Muhammad Sholeh Nip. 196110513200 7011003 Staf

Staf Staf Staf

Desy Irawati

(53)

B. Sekilas tentang Kasus Poligami di Kelurahan Celep Kecamatan Sidoarjo

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap keluarga yang

melakukan poligami, diantaranya:

Responden I:

Kepala Keluarga : Anthony

Istri : 1. Fatmala

2. Siti Aminah

Anak Istri I : 1. Fera Ferial

2. Cicilia Nofera

Anak Istri 2 : 1. Muhammad Rizki Prasetyo

Pekerjaan Suami : Saudagar kaya

Pekerjaan istri I : Dokter bedah

Pekerjaan istri II: Ibu rumah tangga

Usia Suami : 42 tahun

Usia istri I: 38 tahun

Usia istri II: #35 tahun

Alamat suami : Sidoarjo

Alamat Istri : 1. Jombang

(54)

Kronologi

Keharmonisan rumah tangga pasangan Pak Anthony dan Bu Fatmala

sebelumnya bisa dikatakan sangat harmonis, namun setelah 5 tahun pernikahan

pasangan ini tak kunjung mendapatkan seorang anak laki-laki sebagai ahli waris.

Pak Anthony begitu menghawatirkan kepada siapa hartanya akan diwariskan jika

ia tak memiliki seorang ahli waris. Oleh karena itu ia menikahi seorang janda

yang tidak memiliki anak untuk dijadikan istri keduanya. Pak Anthony memang

mendapatkan izin dari bu Fatmala dengan syarat tetap berprilaku adil kepada

dirinya dan juga kedua putri mereka, pak Anthony pun menyanggupinya. Setelah

itu pak Anthony menikah dengan janda yang bernama bu Siti Aminah. Setelah

pernikahannya dengan bu Siti, pak Anthony sering berlaku kasar kepada istrinya,

sering membentak-bentak tanpa alasan yang jelas. Ia jarang pulang ke rumah istri

pertamanya, lebih sering menemui istri ke-2nya. Ketika bu Fatmala mengadu

perihal perlakuan suaminya kepadanya, ia malah menyalahkan istrinya, padahal

selama ini apapun kebutuhan yang diinginkan sang suami, bu Fatmala selalu

memenuhinya. Selang beberapa bulan akhirnya bu Siti mengandung.

Setelah genap 9 bulan 2 minggu akhirnya bu Siti melahirkan seorang bayi

berjenis kelamin laki-laki. Sekian tahun kemudian, anak laki-laki satu-satunya

pak Anthony itu beranjak dewasa perlakuan sayang pak Anthony semakin

menjadi-jadi, memanjakan tanpa peduli dengan kedua putrinya yang lain. Sikap

(55)

berlaku adil. Sebenarnya bu Fatmala tidak keberatan jika dirinya diperlakukan

tidak adil, namun selain kepada kedua putrinya ia juga tidak adil kepada bu

Fatmala. Selain itu, bapak Anthony pun juga mendapat celaan dari para

tetangganya. Ia dianggap sebagai suami yang tidak dapat memenuhi kewajiban

dasar sebagai seseorang yang berpoligami.8

Responden II

Kepala Keluarga : Mahsun

Istri : 1.Marni

2. Salma

Anak Istri I : 1. Iqbal

Anak Istri 2 : -

Pekerjaan Suami : wirausahawan kain tenun

Pekerjaan istri I : Ibu rumah tangga

Pekerjaan istri II: Ibu ruma

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun urang aring memiliki efektivitas dalam menghambat pertumbuhan E.coli, diameter zona hambat menunjukkan seiring dengan

Buruh Nelayan harus memberikan hasil terbaik buat mitranya atau majikannya Dalam membangun suatu hubungan kerjasama tentu berdasarkan kesepakatan yang saling

Pada penelitian yang lain yang menggunakan bagian lain dari Tamarindus indica yaitu bagian biji dan daunnya, terdapat penurunan kadar glukosa darah, namun tidak

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui adakah pengaruh keberadaan minimarket terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat

Pada beberapa studi terlihat bahwa satu strain bacteriocin yang telah diinokulasi dengan pathogenic atau bacteria perusak akan menghasilkan bacteriocin yang dapat mengontrol

Terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara kelompok terpajan zat pada proses pewar- naan pembuatan batik dibandingkan kelompok tidak terpajan terhadap kelainan klinis paru