• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

S U R A T E D A R A N

Perihal : Pengawasan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK)

Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4583) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/8/PBI/2008 tanggal 20 Februari 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4822), Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/3/PBI/2008 tanggal 4 Februari 2008 tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4810) dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/4/PBI/2008 tanggal 4 Februari 2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Oleh Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4811), dipandang perlu untuk mengatur kembali ketentuan mengenai pengawasan penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut :

(2)

I. PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU (APMK)

A. Obyek Pengawasan

Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran melakukan pengawasan terhadap:

1. Penyelenggaraan APMK (Prinsipal, Penerbit dan Acquirer); 2. Perusahaan Personalisasi;

3. Penyelenggara kegiatan kliring APMK;

4. Penyelenggara kegiatan penyelesaian akhir APMK; dan

5. Perusahaan Switching dalam hal Perusahaan Switching tersebut bekerja sama dengan Penerbit dan/atau Financial Acquirer

B. Fokus Pengawasan

Pengawasan terhadap penyelenggaraan APMK difokuskan pada kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dalam penyelenggaraan APMK antara lain meliputi:

1. penerapan aspek manajemen risiko dalam penyelenggaraan kegiatan APMK;

2. kebenaran dan ketepatan penyampaian informasi dan laporan; dan 3. penerapan aspek perlindungan nasabah.

C. Tujuan Pengawasan

Pengawasan bertujuan untuk memastikan penyelenggaraan kegiatan APMK dilakukan secara efisien, cepat, aman dan handal dengan memperhatikan prinsip perlindungan nasabah.

D. Metode Pengawasan

Pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan APMK dilakukan terutama melalui pengawasan tidak langsung dan apabila diperlukan dapat dilakukan pengawasan langsung.

(3)

1. Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan evaluasi atas laporan berkala dan insidentil yang disampaikan oleh, serta diskusi dengan pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir I.A. Di samping itu, pengawasan tidak langsung dapat juga dilakukan atas dasar data dan/atau informasi lainnya yang diperoleh Bank Indonesia dari pihak lain.

2. Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung dilakukan sewaktu-waktu apabila diperlukan dengan cara melakukan pemeriksaan (on the spot) terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir I.A.

Dalam rangka pengawasan langsung, pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir I.A wajib memberikan:

a. keterangan, data transaksi dan data nasabah dalam bentuk hard copy dan/atau soft copy;

b. kesempatan untuk melakukan pengawasan secara langsung terhadap sarana fisik, sistem, aplikasi pendukung dan database;dan/atau

c. hal-hal lain yang diperlukan

Bank Indonesia dapat menugaskan pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pengawasan secara langsung.

II. LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN APMK

Dalam rangka pengawasan tidak langsung, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring APMK, Penyelenggara Penyelesaian Akhir dan Perusahaan Switching wajib menyampaikan laporan secara On-Line atas penyelenggaraan kegiatan APMK kepada Bank Indonesia secara berkala dan menyampaikan laporan insidentil secara tertulis. Sedangkan Prinsipal dan Perusahaan Personalisasi wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Bank Indonesia.

(4)

A. Laporan Berkala

1. Laporan berkala merupakan laporan yang wajib disampaikan secara benar, akurat dan tepat waktu oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir I.A sesuai dengan periode masing-masing laporan. Laporan berkala terdiri atas laporan bulanan, laporan triwulanan, dan laporan tahunan. Laporan bulanan dan triwulanan disampaikan secara On-Line. Sedangkan laporan tahunan disampaikan secara tertulis dengan hard copy.

2. Jenis Laporan Berkala

Laporan berkala yang wajib disampaikan oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir I.A meliputi :

a. Prinsipal Umum

Laporan Tahunan yang sekurang-kurangnya mencakup informasi: 1) rencana pengembangan produk;

2) target dan realisasinya;dan

3) anggota yang tergabung dalam jaringan Prinsipal Umum dan biaya-biaya yang dikenakan kepada anggota.

b. Penerbit

1) Laporan Bulanan Penyelenggaraan Kegiatan APMK terdiri dari:

a) Laporan Bulanan Penerbit Kartu Kredit;

b) Laporan Bulanan Penerbit Kartu ATM dan/atau Kartu Debet;dan

c) Laporan Bulanan Penerbit Instrumen Prabayar. 2) Laporan Bulanan Fraud

3) Khusus untuk Penerbit Kartu Kredit Selain Bank di samping menyampaikan laporan bulanan tersebut di atas, Penerbit wajib menyampaikan:

(5)

a) Laporan Bulanan Kolektibilitas Kartu Kredit dengan klasifikasi:

(1) Lancar, apabila pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit;

(2) Dalam Perhatian Khusus, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari;

(3) Kurang Lancar, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari sampai dengan 120 (seratus dua puluh) hari;

(4) Diragukan, apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 120 (seratus dua puluh) hari sampai dengan 180 (seratus delapan puluh) hari;

(5) Macet, apabila terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari.

b) Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian Pengaduan Nasabah

4) Untuk Penerbit Bank, penyampaian Laporan Bulanan Kolektibilitas Kartu Kredit dilakukan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aktiva Bank Umum.

c. Acquirer

Laporan Bulanan Acquirer.

(6)

d. Perusahaan Personalisasi

Laporan Tahunan Perusahaan Personalisasi dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran 1.

e. Penyelenggara Kegiatan Kliring APMK dan/atau Kegiatan Penyelesaian Akhir APMK

Laporan Triwulanan Penyelenggara Kegiatan Kliring APMK. f. Perusahaan Switching

Laporan Triwulanan Perusahaan Switching.

3. Laporan tahunan Prinsipal Umum dan Perusahaan Personalisasi wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat akhir bulan Februari tahun berikutnya. Apabila akhir bulan Februari jatuh pada hari libur maka laporan harus sudah diterima pada hari kerja berikutnya.

4. Tata cara pelaporan dan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada Angka 2 huruf b, huruf c, huruf e dan huruf f berpedoman pada ketentuan tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum dan ketentuan tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat Dan Lembaga Selain Bank

B. Laporan Insidentil

1. Laporan insidentil merupakan laporan tertulis yang wajib disampaikan secara benar oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir I.A kepada Bank Indonesia baik atas permintaan Bank Indonesia maupun atas inisiatif pihak-pihak tersebut di atas.

(7)

2. Jenis Laporan Insidentil

a. Laporan terkait dengan implementasi teknologi pengamanan penyelenggaraan APMK antara lain laporan implementasi penggunaan teknologi chip pada APMK.

b. Laporan terkait Kartu Kredit

Laporan terkait Kartu Kredit wajib disampaikan oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir I.A. dengan pengaturan sebagai berikut:

1) Penerbit Kartu Kredit

Penerbit Kartu Kredit menyampaikan hal-hal sebagai berikut: a) Ketentuan pemberian Kartu Kredit meliputi:

(1) usia minimum Pemegang Kartu;

(2) pendapatan minimum Pemegang Kartu; (3) batas maksimum kredit Pemegang Kartu;

(4) persentase minimum pembayaran oleh Pemegang Kartu; dan

(5) kebijakan penetapan pemberian kartu kredit yang dikategorikan sebagai “tanpa batas” (infinite) sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia perihal prinsip perlindungan nasabah dan kehati-hatian.

b) Standard Operating Procedure (SOP) meliputi:

(1) prosedur pemberian persetujuan kepada calon pemegang kartu;

(2) prosedur otorisasi;

(3) prosedur pembukuan transaksi;

(4) prosedur penghitungan biaya bunga dan denda; (5) prosedur pemberian penambahan limit kredit; (6) prosedur persetujuan pelampauan batas limit kredit;

(8)

(7) prosedur penagihan piutang, penanganan kredit macet dan penghapusan piutang;

(8) prosedur pencantuman nasabah ke dalam Negative List;

(9) prosedur pengamanan kartu (mulai dari pengawasan pemesanan bahan kartu, pencetakan, proses pengiriman dan personalisasi kartu);

(10) prosedur pemilihan dan penetapan merchant (termasuk standar perjanjian);

(11) prosedur penunjukan agen pemasaran dan agen penagihan atau debt collector (termasuk standar perjanjian);

(12) prosedur pelaporan kepada manajemen dan pengawasan internal;

(13) prosedur sistem deteksi dan penanganan fraud;

(14) prosedur perencanaan darurat (Disaster Recovery Plan/DRP) dan kesinambungan usaha (Business

Continuity Plan/BCP); dan

(15) prosedur layanan konsumen antara lain meliputi: (a) layanan informasi dan fasilitas; dan

(b) penanganan keluhan konsumen.

c) Informasi tertulis yang disampaikan Penerbit kepada Pemegang Kartu sekurang-kurangnya meliputi:

(1) hak dan kewajiban Pemegang Kartu;

(2) persentase minimum pembayaran oleh Pemegang Kartu;

(9)

pembayaran kartu dan risiko yang mungkin timbul dari penggunaan produk tersebut;

(4) tata cara penghitungan bunga; (5) tata cara penghitungan denda;

(6) tata cara pengajuan pengaduan atas kartu yang diberikan dan perkiraan lamanya waktu penanganan pengaduan tersebut;

(7) jenis dan besarnya biaya administrasi yang dikenakan; dan

(8) formulir lembar penangihan (billing statement).

2) Financial Acquirer Kartu Kredit, wajib menyampaikan SOP sekurang-kurangnya meliputi:

a) Prosedur mekanisme dan pembukuan transaksi serta otorisasi;

b) Prosedur penyelesaian pembayaran;

c) Prosedur pemilihan dan penetapan merchant termasuk standar perjanjian;

d) Prosedur pengendalian risiko keuangan dalam hal terjadi kerugian akibat penggunaan kartu palsu;

e) Prosedur penyediaan sarana pengganti (back-up system) dalam hal terjadi gangguan pada perangkat keras dan jaringan komunikasi;

f) Prosedur penyediaan sarana back-up data transaksi; g) Prosedur penatausahaan arsip; dan

h) Prosedur pelaporan kepada manajemen dan pengawasan internal.

3) Technical Acquirer Kartu Kredit, wajib menyampaikan SOP sekurang-kurangnya meliputi:

(10)

a) Prosedur penyediaan sarana pengganti (back-up system) dalam hal terjadi gangguan pada perangkat keras dan jaringan komunikasi; dan

b) Prosedur penyediaan sarana back-up data transaksi.

4) Perusahaan Personalisasi Kartu Kredit, wajib menyampaikan SOP sekurang-kurangnya meliputi:

a) Standar perjanjian kerjasama dengan Penerbit atau Prinsipal b) SOP sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Prosedur pengamanan kartu

(2) Prosedur operasional kegiatan personalisasi; dan (3) Prosedur pengamanan kerahasiaan data.

5) Penyelenggara Kegiatan Kliring Kartu Kredit, wajib menyampaikan SOP sekurang-kurangnya meliputi:

a) Persyaratan kepesertaaan;

b) Prosedur operasional kegiatan kliring; c) Prosedur mekanisme dan pembukuan kliring; d) Prosedur penyelesaian transaksi;

e) Prosedur DRP dan BCP; dan

f) Prosedur pelaporan kepada manajemen dan pengawasan internal.

6) Perusahaan Switching Kartu Kredit, wajib menyampaikan SOP sekurang-kurangnya meliputi:

a) Persyaratan kepesertaaan, penetapan penerbit dan standar perjanjian dengan Penerbit;

b) SOP sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Prosedur mekanisme dan pembukuan transaksi serta otorisasi;

(2) Prosedur penyelesaian pembayaran; (3) Prosedur DRP dan BCP; dan

(11)

(4) Prosedur pelaporan kepada manajemen dan pengawasan internal

c. Laporan terkait Kartu ATM, kartu Debet dan Kartu Prabayar 1) Penerbit kartu ATM, kartu Debet dan Kartu Prabayar wajib

menyampaikan:

a) SOP sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Ketentuan mengenai persyaratan calon pemegang kartu;

(2) Prosedur pemberian kartu kepada calon pemegang kartu, termasuk di dalamnya:

(3) Prosedur pengamanan kartu (mulai dari pengawasan pemesanan bahan kartu, pencetakan, proses pengiriman dan personalisasi kartu);

(4) Prosedur sistem deteksi dan penanganan fraud;

(5) Prosedur pelaporan kepada manajemen dan pengawasan internal;

(6) Prosedur penunjukan merchant (termasuk lampiran perjanjian); dan

(7) Prosedur layanan Prosedur layanan konsumen antara lain meliputi:

(a) Layanan informasi dan fasilitas; dan (b) Penanganan keluhan konsumen.

b) Perjanjian kerjasama dengan Perusahaan Switching c) Perjanjian dengan Pemegang kartu

d) Informasi tertulis yang disampaikan penerbit kepada pemegang kartu sekurang-kurangnya meliputi:

(12)

pembayaran kartu dan risiko yang mungkin timbul dari penggunaan produk tersebut;

(2) Tata cara pengajuan pengaduan atas produk yang diberikan dan perkiraan lamanya waktu penanganan pengaduan tersebut;

2) Financial Acquirer kartu ATM, kartu Debet dan Kartu

Prabayar wajib menyampaikan:

a) Prosedur mekanisme transaksi dan otorisasi; b) Prosedur pembukuan transaksi;

c) Prosedur penyelesaian pembayaran;

d) Prosedur pemilihan dan penetapan merchant termasuk lampiran perjanjian;

e) Prosedur penunjukan perusahaan Switching;

f) Prosedur pengaturan risiko keuangan dalam hal terjadi kerugian akibat penggunaan kartu palsu;

g) Prosedur penyediaan sarana pengganti (back-up system) dalam hal terjadi gangguan pada perangkat keras dan jaringan komunikasi;

h) Prosedur penyediaan sarana back-up data transaksi; dan i) Prosedur pelaporan kepada manajemen dan pengawasan

internal.

3) Technical acquirer kartu ATM, kartu Debet dan Kartu

Prabayar wajib menyampaikan:

a) Prosedur penyediaan sarana pengganti (back-up system) dalam hal terjadi gangguan pada perangkat keras dan jaringan komunikasi; dan

b) Prosedur penyediaan sarana back-up data transaksi.

4) Perusahaan Personalisasi kartu ATM, kartu Debet dan Kartu Prabayar wajib menyampaikan:

(13)

a) Standar perjanjian kerjasama dengan penerbit atau prinsipal;

b) SOP sekurang-kurangnya meliputi: (1) Prosedur pengamanan kartu;

(2) Prosedur operasional kegiatan personalisasi; dan (3) Prosedur pengamanan kerahasiaan data.

5) Perusahaan Switching kartu ATM, kartu Debet dan Kartu Prabayar wajib menyampaikan:

a) Persyaratan kepesertaaan, penetapan penerbit dan standar perjanjian dengan Penerbit;

b) SOP sekurang-kurangnya meliputi:

(1) Prosedur mekanisme dan pembukuan transaksi serta otorisasi;

(2) Prosedur penyelesaian pembayaran; (3) Prosedur DRP dan BCP; dan

(4) Prosedur pelaporan kepada manajemen dan pengawasan internal.

Laporan sebagaimana dimaksud pada butir 2.a wajib disampaikan setelah implementasi teknologi pengamanan penyelenggaraan APMK dilaksanakan, sedangkan laporan sebagaimana dimaksud pada butir 2.b dan 2.c wajib disampaikan untuk pertama kali setelah mendapatkan persetujuan sebagai penyelenggara dari Bank Indonesia, dan wajib disampaikan kembali apabila terdapat perubahan atas laporan tersebut. Bagi Penerbit, Acquirer, Perusahaan Personalisasi, Penyelenggara Kliring dan Perusahaan Switching APMK yang telah menyampaikan laporan

sebagaimana dimaksud pada butir 2.b dan 2.c berdasarkan Surat Edaran No. 7/61/DASP, maka yang bersangkutan tidak lagi diwajibkan untuk

menyampaikan laporan tersebut, kecuali jika terdapat perubahan.

(14)

C. Penyampaian Laporan Berkala Tahunan dan Insidentil wajib disampaikan kepada:

Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Gedung D Lantai 9

Jl. MH Thamrin No.2 Jakarta 10350

D. Untuk kepentingan pengawasan terkait dengan kegiatan penyelenggaraan APMK, Bank Indonesia berwenang meminta data, informasi, dan atau laporan di luar laporan-laporan sebagaimana dimaksud pada huruf A dan B.

III. TATA CARA PENGENAAN SANKSI KEWAJIBAN MEMBAYAR

Dalam hal Bank Indonesia mengenakan sanksi kewajiban membayar terhadap Bank terkait penyelenggaraan kegiatan APMK, sanksi kewajiban membayar tersebut dilakukan Bank Indonesia dengan cara mendebet rekening giro Bank di Bank Indonesia.

Sanksi kewajiban membayar yang dikenakan terhadap Lembaga Selain Bank terkait dengan penyelenggaraan kegiatan APMK dilakukan Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dengan cara menyampaikan surat pengenaan sanksi kewajiban membayar kepada Lembaga Selain Bank tersebut yang antara lain berisi informasi jumlah sanksi kewajiban membayar dimaksud dan tata cara pembayarannya kepada Bank Indonesia.

IV. PENUTUP

Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia ini maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/61/DASP tanggal 30 Desember 2005 perihal Pengawasan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(15)

Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 21 Februari 2008.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Demikian agar Saudara maklum.

BANK INDONESIA,

DYAH N.K MAKHIJANI DIREKTUR AKUNTING DAN

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pada penelitian ini akan melakukan analisis sentimen pada topik pariwisata Lombok menggunakan metode naive bayes karena metode ini mempunyai

Data yang diperoleh bahwa buku pop-up dapat menjadi media yang baik untuk anak usia 2-4 tahun karena adanya efek 3D dan menarik minat anak untuk mempelajari isi dalam

Mengacu pada r hitung dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan tabel interpretasi koefisien maka tingkat hubungan antara kedua variabel tergolong rendah dengan rentang 0,20

1) Kemampuan, yaitu merupakan kapasitas individu untuk untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan intelektual dan

Heidegger memahami fenomenologi sebagai jalan masuk ke ontologi, sementara Ricoeur melihatnya sebagai satu ‘penafsiran’ (hermeneutic) terhadap realitas yang sesungguhnya.

Koridor Jalan Mayjend Sungkono merupakan lokasi yang berpotensi seba gai kawasan  pembangunan gedung komunitas musik dan konser hall di Surabaya terkait dengan  banyaknya

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka yang dapat disimpulkan adalah 1) Pengungkapan CSR memiliki pengaruh nyata terhadap CFP, namun memiliki

aspek kinerja yang dimiliki Perusahaan Daerah Air Minum Kota Makassar secara internal maupun data dari eksternal yaitu masyarakat pelanggan dan pada kondisi tertentu termasuk