BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler (Brunner & Suddarth, 2001). Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. Ada beberapa jenis kanker, salah satunya yaitu kanker payudara. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada perempuan, walaupun kanker ini sangat jarang terjadi pada laki-laki (Price & Wilson, 2005).
Badan Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan lebih dari 1,2 juta orang terdiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2005. Di Amerika pada tahun 2011, kasus kematian akibat kanker payudara mencapai 39,970 kasus, sedangkan kasus baru mencapai 232,620 kasus (Siegel et al, 2011). Di Brazil, pada tahun 2008, insiden kanker payudara ditaksir sebanyak 49,400 kasus baru (Araujo et al, 2010).
akan meningkat tiap tahunnya. Di Lampung, jumlah penderita pada tahun 2007 sebanyak 0,4% dan di Kota Metro sebanyak 0.2% (Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Depkes RI).
Tindakan menangani kanker payudara dengan cara pembedahan (mastektomi) masih merupakan modalitas utama pengobatan yang terbaik dan paling sering digunakan. Mastektomi merupakan tindakan eksisi pada payudara (Brunner & Suddarth, 2001). Mastektomi dapat dilakukan dengan mastektomi parsial (lumpektomi) hingga mastektomi radikal yang luas (Price & Wilson, 2005).
Pembedahan yang mengubah pola hidup dapat menurunkan nilai diri. Selain itu, makin kronis suatu penyakit yang mengganggu kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas yang menunjang perasaan berharga, makin besar pengaruhnya pada harga diri (Price & Wilson, 2005). Mastektomi mengubah penampilan dan fungsi tubuh, meski perubahan tersebut tidak tampak ketika individu bersangkutan menggunakan pakaian. Perubahan tersebut mempunyai efek yang signifikan pada individu (Brunner & Suddarth, 2001).
dan individu tersebut menilai bahwa dirinya memiliki kemampuan dan keberartian. Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dengan ideal diri. Seseorang yang konsep dirinya hampir memenuhi ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sementara seseorang yang konsep dirinya memiliki variasi luas dari ideal dirinya mempunyai harga diri yang rendah (Potter & Perry, 2005).
operasi di payudaranya tidak ingin diketahui orang lain karena pasien takut jika orang lain membicarakannya, selain itu pasien juga merasa minder karena sudah tidak memiliki payudara (wawancara dengan pasien pada bulan Agustus 2011).
Dalam menghadapi pasien mastektomi yang mengalami perubahan harga diri, perawat dapat memberikan edukasi dan dukungan emosional dengan mengkaji kebutuhan pasien. Perawat dapat memberikan semangat untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan apabila memungkinkan (Brunner & Suddarth, 2001). Selain itu komunikasi terapeutik yang baik dengan strategi komunikasi interpersonal efektif untuk membina hubungan dengan pasien (Maria Iliana et al, 2010).
kesehatan yang pernah merawat pasien mastektomi, khususnya perawat yang berada di Ruang Bedah berjumlah 13 orang (Hasil wawancara dengan salah seorang pegawai Rekam Medis pada tanggal 20 Oktober 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Peran Perawat dalam Mengembalikan Harga Diri Pasien Post Mastektomi.
1.2. Identifikasi Masalah
Pasien mastektomi akan terjadi perubahan harga diri, oleh karena itu dibutuhkan peran perawat dalam mengembalikan harga diri pasien sehingga pasien merasa bahwa dirinya berharga. Selain itu, peran perawat dibutuhkan juga sebagai edukator bagi keluarga pasien dalam menghadapi keseharian pasien.
1.3. Batasan Masalah
Pada penelitian mengenai Peran perawat dalam mengembalikan harga diri pasien post mastektomi, peneliti membatasi masalahnya dengan menjelaskan peran perawat, harga diri pasien post mastektomi, dan peran perawat dalam mengembalikan harga diri pasien post mastektomi.
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Peran Perawat dalam Mengembalikan Harga Diri Pasien Post Mastektomi Di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro.
1.5.2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengidentifikasikan Harga Diri Pasien Post
Mastektomi
b. Mengidentifikasikan Peran Perawat
c. Mengidentifikasikan Peran Perawat dalam Mengembalikan Harga Diri Pasien Post Mastektomi Di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro. 1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
b. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data dasar peneliti lebih lanjut untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal misalnya pengalaman dalam merawat pasien, yang mempengaruhi profesionalitas sebagai perawat.
c. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan maternitas terutama dalam merencanakan perawatan yang holistic bagi pasien post mastektomi.