• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENTEROSTOMAL THERAPY NURSE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ENTEROSTOMAL THERAPY NURSE"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ENTEROSTOMAL THERAPY NURSE ( ETN ) by: Widasari SG, SKp, ETN

PENDAHULUAN

Enterostomal therapy nurse merupakan spesialisasi keperawatan dalam bidang enterostomal therapy, “expert” dalam melakukan asuhan keperawatan stoma, perawatan luka dan inkontinensia.

Pertama kali “Enterostomal Therapist” dikenalkan oleh Dr. Rupert Turnbull, Cleveland clinic, USA pada tahun 1958. Beliau bersama dengan salah satu klien ileostominya, Norma Gill, mengadakan training program untuk profesional tentang bagaimana membantu pasien stoma dalam menjalani kehidupannya yang baru.

Norma Gill adalah penderita pyoderma gangrenosum dan ulcerative colitis

diusianya yang ke 34 tahun dan harus dilakukan pembedahan ileostomi. Sepanjang hidupnya yang kami kenal ia selalu memberikan konseling, dorongan dan semangat kepada orang-orang yang akan dilakukan pembedahan maupun dengan klien urostomi, ileoustomi maupun kolostomi. Gill juga sebagai pelopor berdirinya United Ostomy Association dan World Council of Enterostomal Therapists.

Kami bertemu beliau di Hongkong pada tahun 1995, ia mengatakan bahwa, sebagai seorang Enterostomal Therapy engkau akan merubah dunia ostomate yang

sebelumnya gelap menjadi terang benderang, dan yang paling menggembirakan buat saya adalah bertemu dengan kalian semua (ET-nurse baru) yang akan membantu mereka (ostomate). Norma Gill wafat pada tahun 1998.

Sejak itu training pertama di Cleveland clinic, USA, tanggung jawab Enterostomal Thrapist semakin berkembang, terutama dengan berdirinya sekolah perawatan Enterostomal Therapist dibawah World Council of Enterostomal Therapist (WCET) .

Di akhir tahun 1970, Enterostomal Therapist mengembangkan diri pada bidang spesialisasi managemen perawatan luka kronik. Awalnya adalah karena

keberhasilan dalam merawat komplikasi kulit disekitar stoma. Saat ini, hampir sebagian team Enterostomal Therapist melakukan perawatan luka kronik yang meliputi pressure ulcer, dehisensi luka operasi, fistula, malignant wound, vascular ulcer dan luka diabetikum.

(2)

PERAN ETN

1. Memberikan perawatan secara langsung dan konseling pada ostomate selama berada di RS dan di rumah.

2. Memfasilitasi rehabilitasi bagi ostomate untuk berhubungan dengan dokter, ahli gisi atau sosial worker.

3. Merancang program edukasi bagi ostomate dan keluarganya dalam bentuk grup / kelompok.

4. Berpartisipasi dalam pendidikan keperawatan dalam hal pembelajaran tentang perawatan ostomi, wound dan inkontinensia

5. Melakukan uji coba produk dan melakukan penelitian yang berhubungan dengan pemakaiannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

6. Melakukan pencatatan data, statistik dan yang berhubungan dengan pelayanan Enterostomal Therapist.

SEJARAH ENTEROSTOMAL TERAPY NURSE DI INDONESIA

Di Indonesia, pelayanan yang diberikan oleh Enterostomal Therapist dimulai tahun 1993 di RS Dr. Soetomo, Surabaya oleh Sumiatun, yang mendapat sertifikat

Enterostomal Therapy Nurse (ETN) dari training di Australia dan bekerja sebagai provider dalam perawatan stoma.

Pada tahun 1994, Dyah Setyorini,SKp mengikuti program pendidikan enterostoma terapi di Singapura, ia bekerja di ruang bedah rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kemudian pada awal tahun 1995, Dyah bersama dengan Convatec (sponsor produk ostomi) atas dukungan Prof. Dr. Sjamsuhidayat dan dr. Aryono Pusponegoro, mengadakan pelatihan singkat selama tiga hari mengenai perawatan stoma yang diadakan di RSCM Jakarta dan dihadiri oleh organisasi dunia Enterostomal Therapist (WCET), Marylin Spencer, CETN.

Sejak pelatihan tersebut dan kunjungan dari organisasi dunia yang melihat kondisi ostomate di Indonesia belum tertangani dengan baik, pada tahun 1995 , Widasari S.G.,SKp dikirim untuk menyelesaikan program Enterostomal Therapy Nurse di Hongkong. Wida bekerja di ruang perawatan onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.

Perkembangan spesialisasi perawatan Enterostomal Therapist mulai banyak mendapat kendala, terutama terhadap perubahan dalam perawatan luka dan stoma. Di Indonesia sendiri keperawatan sedang mulai mengembangkan diri

(3)

serta terus melakukan komunikasi bersama antara RSUP dr. Soetomo, RSUP Cipto Mangunkusumo dan RS Kanker “Dharmais”.

Lingkungan yang kondusif tampak menonjol di RS Kanker “Dharmais”, pengembangan terhadap profesi keperawatan dirasakan sangat mendapat dukungan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap pengembangan spesialisasi perawatan Enterostomal Therapy. Sampai pada tahun 1996 atas dukungan

Dir.Pelayanan Medik, Prof. Dr. Arry Haryanto Reksodiputro; Bidang Keperawatan RS Kanker Dharmais, Ibu Tien Gartinah,MN; Persatuan Perawat Kanker Nasional

Indonesia (PPKNI), Ibu Atyah,SKp.Mkes; Ikatan Dokter Bedah Indonesia, dr.Idral Darwis, DspBOnk, dr. Rainy Umbas, DspU, PHD dan sponsor produk ostomi

(Convatec dan Coloplast), berdirilah klinik perawatan luka dan stoma yang pertama di Indonesia bertempat di RS Kanker Dharmais.

Melihat kemajuan di bidang spesialisasi keperawatan Enterostomal Therapist dalam menangani kasus-kasus stoma dan luka di RS Kanker “Dharmais” dan beberapa rumah sakit sekitar Jakarta, serta antusiasme masyarakat keperawatan terhadap perawatan luka dan stoma, pada tahun 1997 RS Kanker “Dharmais” kembali mengirim Ns. Christina Asmi Skep dan Ns. Iik Lolita, Skep untuk menyelesaikan program pendidikan ETN di Kuala Lumpur Malaysia.

Berbagai pelatihan singkat dan seminar serta workshop perawatan luka maupun stoma sangat mendapat sambutan, dan yang paling menyenangkan adalah

ostomate sangat berbahagia dengan kemajuan ini. Oleh karenanya , pada tanggal 29 Maret 1998 atas dukungan ostomate, Bpk. Christianus Tumanger (alm), Bpk. Ng Sin Sen (alm) dan Ibu Yuliana, kami berusaha mengumpulkan ostomate agar dapat saling berbagi dan mendapat banyak pengetahuan baru tentang stomanya. Acara dihadiri oleh 30 ostomate beserta keluarganya dan sekaligus terbentuk Klub

Ostomate yang pertama kali dibawah naungan Persatuan Perawat Kanker Indonesia (PPKNI) dan Rumah Sakit Kanker Dharmais. Kegiatan ini disiarkan melalui koran Suara Karya satu minggu kemudian.

Pada tahun 1999 diadakannya pembicaraan secara informal antara team perawatan luka dan stoma dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk

mendapatkan pengakuan bahwa Enterostomal Therapy Nurse merupakan salah satu spesialisasi perawatan di Indonesia seperti beberapa organisasi keperawatan yang ada saat ini. Di berbagai kesempatan pelatihan dan seminar yang diadakan organisasi keperawatan maupun organisasi kedokteran bedah dan penyakit dalam kami juga terus memperkenalkan spesialisasi enterostomal therapi.

Setelah penyelenggaraan pelatihan yang cukup besar pada tanggal 10 Oktober 2000, bersama dengan RS Kanker “Dharmais”, RSUP Cipto Mangunkusuma, Yayasan Kanker Indonesia dan Bbraun (sponsor produk ostomi), kami mengukuhkan

(4)

Enterostomal Therapist (ICET). Kegiatan dihadiri oleh perwakilan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Persatuan Perawat Kanker Nasional Indonesia (PPKNI), Yayasan Kanker Indonesia (YKI), rumah sakit – rumah sakit swasta dan negeri di Jakarta, Bandung, Kalimantan, Sumatera, profesi bedah digestif, bedah urologi serta pengajar tamu Ms.Thai (Malaysia), Ms.Saadiah (Malaysia), Mr. Pezcoller (Italy) dan Asian Ostomate Association, Mr.

Pada tahun yang sama, tanggal 20 Maret di Hotel Peninsula, Jakarta terbentuklah Indonesian Ostomy Association ( InOA ) sebagai perkembangan dari klub Ostomi yang pernah dibentuk dengan support dari International Ostomy Association (IOA ) Yayasan Kanker Indonesia ( YKI ) dan Hollister (sponsor produk ostomi) .

Pelaksanaan ostomate gatering ini dihadiri oleh Ibu Umar Wirahadikusuma sebagai ketua dari Yayasan Kanker Indonesia. Kerjasama yang dilakukan dengan YKI yang bertujuan untuk menghimpun dan menjangkau keberadaan ostomate di seluruh Wilayah Indonesia.

Kegiatan lain yang dilakukan bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan dr. Benny Philipi, DSpBD adalah mendirikan klinik perawatan stoma dan

memberikan kantong Cuma-cuma. Klinik perawatan stoma ini ditujukan bagi

ostomate yang tidak mampu secara finansial agar mendapat pengetahuan tentang perawatan ostomi dengan lebih baik. Sedangkan kantong stoma berasal dari Dr. Benny Philipi yang banyak berhubungan dengan Friends of Ostomate sehingga melalui Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mendapat banyak sekali kiriman kantong stoma. Kantong – kantong stoma tersebut diberikan kepada ostomate yang secara finansial kurang.

Pertengahan tahun 2000, bulan Juli di Singapore, Indonesia pertama kali bergabung pada kongres World Council of Enterostoma Terapy ( WCET ) yang ke 13 sebagai peserta termuda, dengan Wida sebagai International Delegate dari Indonesia. Dan selanjutnya juga menjadi anggota dari Asia Pasific Enterostomal Therapy Nurse ( APETNA ).

Pada awal tahun 2001, Indonesia menghadiri pertemuan yang diadakan Asia Pasific Enterostomal Therapy Nurse (APETNA) di Penang, Malaysia. Salah satu hasil dari pertemuan adalah menjelaskan bahwa spesialisasi Enterostomal Therapist merupakan spesialisasi keperawatan dan diberikan gelar nurse dibelakang

enterostomal therapist menjadi Enterostomal Therapy Nurse. Pada saat inilah ICETN berganti nama menjadi Indonesian Enterostomal Therapy Nurse Association

( InETNA ) yang merupakan bagian dari Asia Pasific Enterostomal Therapy Nurse (APETNA) dan WCETN.

(5)

cabang Bandung untuk mengadakan pelatihan singkat dan workshop tentang ostomi hingga saat ini di Bandung. Perkembangan selanjutnya dengan mengadakan ostomate gatering di daerah Bandung dan area sekitarnya yang dilaksanakan di RS Hasan Sadikin Bandung bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) cabang Bandung.

Kemudian bersama dengan Indonesian Ostomy Association (InOA), pengembangan ilmu menyebar ke wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Melalui Asia Pasific Enterostomal Therapy Nurse (APETNA), Indonesia dirasakan masih kekurangan jumlah Enterostomal Therapist dibandingkan dengan jumlah penduduk dan luas wilayahnya yang besar sehingga pada akhir tahun 2001 dua perwakilan dari Indonesia yaitu Hardian dari RS Kanker “Dharmais”, Jakarta dan Nunung Nurhayati dari RS Hasan Sadikin Bandung mengikuti program pendidikan enterostomal terapy nurse di Malaysia.

Pada tahun 2002, kami ikut memeriahkan acara Masyarakat Paliatif Indonesia yang ke dua berupa simposium dan workshop tentang perawatan luka kanker, dan antusiasme tidak saja dari perawat melainkan juga para dokter. Mudah-mudahan kami dapat mengembangkan bidang spesialisasi ini dan dapat diterima oleh banyak pihak.

Tahun 2006 bulan Juli, Internasional Delegate dari Indonesia yang diwakili oleh Widasari SG, SKP, ETN menghadiri Konggres WCET ke-16 dan mendapatkan

recognition untuk menyelenggarakan program edukasi ETN atau kemudian disebut INETNEP (Indonesian Enterostomal Therapy Education program).

INETNEP Pertama diselenggarakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2007. Program pendidikan ini adalah program pendidikan singkat yang berlisensi

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diambil pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas IV SDN Pasanggrahan baik yang memiliki keaktifan belajar tinggi maupun siswa yang memiliki

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan, dengan nilai p >0,05 (P=0,749) antara Madu dan N-Acetylsysteine terhadap atrofi glomerulus ginjal

Telah dilakukan pengukuran pola difraksi serbuk oksida nikel (NiO) dengan kemurnian ~9,99 % menggunakan difraktometer neutron dengan panjang gelombang neutron termall ,07 angstrom

Berdasarkan grafik Barber Johnson pada bangsal Seruni untuk semua kelas perawatan belum efisien karena nilai BOR yang rendah dan LOS yang rendah. Hal tersebut

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, sesungguhnya kita sesama muslim, sesama mu'min adalah bersaudara.

Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal; kondisi sosial- ekonomi meliputi umur, jumlah anak, status perkawinan,

Juragan Somad marah mengetahui si Kabayan tidak di rumah, tetapi sedikit terhibur mendengar keterangan Nyi Iteung, istri Kabayan yang mengatakan bahwa suaminya untuk sementara