DISTRIBUSI SUSPENSI DAN SEDIMEN DI TELUK JAKARTA DAN PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU
DISTRIBUTION OF TOTAL SUSPENDED SOLID AND SEDIMEN IN JAKARTA BAY AND SERIBU ISLANDS WATERS
Helfinalis*)
Abstract
The objectives of this study were to know total suspended solid (TSS) and sediment distributions in Jakarta bay and Seribu Islands waters. This study was conducted on 5-11 August 2003. Water samples for TSS measurement were taken from the water surface (2 m depth), 1 m upper the bottom surface, and in the middle of water column in each station. The highest TSS was found at 0.75 g/l on the water surface in front of the westside of Cengkareng drain. In Seribu Island waters, TSS was lower than 0.07 g/l. High TSS in the middle of water column were found in the north of Untung Jawa Island, Rambut Island waters, and north of Cengkareng drain. The highest TSS in the middle of water column reached 0.0324 g/l in surrounding Muara Angke waters. On the other hand, low TSSs in the middle of water column were found in the east of Untung Jawa Island and in the west of Rambut Island at around 0.0268 g/l. On the bottom, high TSSs were found in the most east of Bidadari and Karang Ubi Islands at 0.23 g/l. Low TSSs at around 0.02 g/l were found in the east and southeast of Untung Jawa Island and the north part of sampling location in this study. Silty mud sediment was observed in the northwest of Cengkareng drain estuary. In the surrounding Dadap and Kamal estuaries, silt, sandy silt, sand, and silty sand sediments were gradually found. Distribution of muddy sand sediment was found very narrow in the Jakarta Bay, but wider in the north of Tanjung Pasir. Silty sand, sand, sandy silt, and silt sediment were observed in the north part of sampling location in this study.
Key words: Jakarta Bay, sediment, Seribu Islands, total suspended solid
Pengantar
Lokasi penelitian terletak di perairan sebelah utara Muara Baru, Muara
Cikarang, Muara Angke, saluran
Cengkareng, dan Tanjung Pasir hingga di sekitar perairan Pulau Rambut dan selatan Pulau Pari dengan jumlah stasiun penelitian sebanyak 28 stasiun (Gambar 1).
Perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh air tawar yang mengalir dari beberapa sungai (Cisadane, Ciliwung, Citarum, Angke dan saluran Cengkareng). Sungai-sungai ini mengangkut dan menyumbang material
Total Suspended Solid (TSS) dan
sedimen serta limbah pencemar yang
bersumber dari daratan. Perairan ini juga merupakan salah satu perairan yang penting yang terletak di sebelah utara kota Jakarta. Material dari daratan merupakan akibat pembangunan di kawasan pantai seperti pembukaan lahan untuk pemukiman, industri, pertanian dan konversi lahan pertanian menjadi lahan pertambakan.
TSS biasanya didapat dari lanau (silt) dan lempung (clay) yang diterbangkan oleh angin dan selanjutnya pada waktu hujan, kedua jenis sedimen ini terbawa oleh aliran air dan masuk ke aliran sungai yang ber-muara di laut (Selley, 1976). Sedimen yang dibawa oleh aliran sungai akan diendapkan berupa sedimen pasir di mulut sungai dan di perairan lepas pantai.
Full Paper
*)
(Postma, 1961; 1967). TSS normal di dalam air di bawah 1 g/l (Rogers, 1990). Sedangkan menurut Menteri Negara KLH (1988) TSS normal kurang dari 0,07 g/l.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran TSS dan sebaran sedimen di perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Bahan dan Metode
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-11 Agustus 2003. Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi 106,6390 sampai 106,820 bujur timur dan -6,1300 sampai -5,880 lintang selatan dengan kedalaman berkisar antara 3 m di Teluk Jakarta hingga 37 m di Kepulauan Seribu. Posisi stasiun di lapangan ditentukan dengan GPS (Garmin) yang diterima secara real
time.
Total Suspended Solid (TSS)
Sampel air sebanyak 1 l diambil dengan Nansen dari permukaan air (kedalaman 2
m), di kolom air bagian tengah
(kedalaman di tengah-tengah antara permukaan dan dasar dari masing-masing stasiun) dan di dasar perairan (1 m di atas
permukaan dasar). Selanjutnya sampel air disimpan dalam botol plastik. Satu liter sampel disaring dengan filter berukuran 0,02 µm yang sebelumnya berat filter sudah diketahui. Selanjutnya filter dike-ringkan dalam oven 600C selama 4 jam. Selisih berat filter sebelum digunakan dengan berat filter setelah dioven merupakan berat TSS dalam 1 l air.
Sedimen dasar
Sampel sedimen diambil dengan menggu-nakan phleger core. Sampel sedimen diamati secara rinci mengenai jenis sedi-men (pasir, lanau, lumpur), sedi- mengidentifi-kasi sisa-sisa zat organik, dan warna sedimen. Di laboratorium, dilakukan peng-ayakan sedimen dengan menggunakan ayakan dengan bukaan mesh 8; 4; 2; 1; 0,5; 0,250; 0,125; 0,063 dan lebih kecil dari 0,063 mm yang ditadah dengan ember (Wentworth, 1922). Selanjutnya, sedimen yang sudah diayak dikeringkan, setelah kering lalu dilakukan penimbang-an. Tujuan dari penimbangan adalah untuk mengetahui persentase berat dan
penamaan jenis sedimen dengan
mengikuti cara segitiga Shepard (1954).
keterangan:
103° 104° 105° 106° 107° 108° 109° Bujur Timur
Gambar 1. Lokasi dan stasiun penelitian di perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu pada tanggal 5-11 Agustus 2003
U
Hasil dan Pembahasan
TSS permukaan
Sebaran TSS permukaan tertinggi
ditemukan di sebelah barat laut Muara Cengkareng (Gambar 2) yaitu 0,0779 g/l di stasiun CD 1 (Tabel 1). TSS ini ber-kurang ke arah laut (offshore). Kadar ini melampaui batas toleransi dari kualitas perairan yang dikeluarkan KLH yaitu 0,07 g/l. TSS yang tinggi ini akibat suplai dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Jakarta dan aktivitas pengerukan yang sedang berlangsung saat penelitian dilak-sanakan serta aktivitas pengadukan dasar perairan dangkal oleh perahu-perahu motor nelayan yang melintasi perairan ini.
jang perairan dekat garis pantai, sedang-kan TSS kurang dari 0,07 g/l ditemusedang-kan di lokasi yang jauh dari garis pantai (Gambar 2). Menurut Nontji et al. (1977) pada bulan Agustus 1976, TSS di permukaan Perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu sebesar 0,005 g/l. Pada bulan Agustus 1976 jauh lebih rendah dari bulan Agustus 2003. TSS yang jauh lebih tinggi pada bulan Agustus 2003 ditimbulkan oleh pembangunan yang pesat di kota Jakarta dan sekitarnya, dan erosi yang terjadi di daratan lebih besar dibanding bulan Agustus 1976.
TSS sebesar 0,07 g/l ditemukan sepan-
Tabel 1. TSS di perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu pada tanggal 5-11 Agustus 2003.
Stasiun Bujur Timur Lintang Selatan Kedalaman Kandungan TSS (g/l) (o) (o) (m) Permukaan Tengah Dasar
TJ 1 106,802 -6,1 6,5 0,036 0 0,053
TJ.2 106,75 -6,0701 9 0,036 0 0,066
TJ 3 106,75 -6,0506 10 0,037 0 0,044
TJ 4 106,799 -6,0506 12 0,03 0,032 0,038
TJ5 106,7 -6,0204 3 0,034 0 0
TJ 6 106,651 -6,0217 3 0,074 0 0
TJ 9 106,65 -5,9993 8 0,039 0 0,038
TJ 10 106,7 -5,9993 8 0,038 0 0,051
TJ 11 106,7496 -5,99932 15 0,031 0,029 0,031
TJ 12 106,799 -5,9993 19,5 0,024 0,027 0,25
TJ 13 106,799 -5,9495 22 0,029 0,027 0,034
TJ 14 106,75 -5,9495 20 0,031 0,028 0,028
TJ 15 106,701 -5,9495 26 0,031 0,033 0,031
TJ 16 106,65 -5,9495 26 0,032 0,028 0,048
TJ 19 106,65 -5,8996 31 0,028 0,031 0,031
TJ 20 106,7 -5,8996 37 0,025 0,03 0,031
TJ 21 106,75 -5,8996 35 0,03 0,029 0,028
Tj 22 106,799 -5,8996 30 0,028 0,029 0,03
MB 2 106,807 -6,0875 6 0,037 0 0,066
MB 3 106,792 -6,0875 6 0,042 0 0,095
MK 2 106,788 -6,0938 4,5 0,055 0 0
MK 3 106,777 -6,09 3 0,041 0 0
MA 1 106,769 -6,1 1,5 0,046 0 0
CD 1 106,752 -6,0978 1 0,0779 0 0
CD 2 106,75 -6,0921 3 0,052 0 0
CD 3 106,742 -6,0859 5 0,038 0 0
CD 4 106,764 -6,0854 5,5 0,031 0 0
TJ 1
103° 104° 105° 106° 107° 108° 109° Bujur Timur keterangan:
daratan
garis kontur
TJ 1 hingga TJ22 CD1 hingga CD 4 MA 1 MK 2 hingga MK 3 MB 2 hingga MB 3
stasiun laut
TJ = Teluk Jakarta CD = Cengkareng drain MA = Muara Angke MK = Muara Karang MB = Muara Baru Jakarta dan Kepulauan Seribu pada tanggal 5-11 Agustus 2003.
106 39' 106 42' 106 45' 106 48'
TJ 1 hingga TJ22 CD1 hingga CD 4 MA 1
103° 104° 105° 106° 107° 108° 109° Bujur Timur
laut
TJ = Teluk Jakarta CD = Cengkareng drain MA = Muara Angke MK = Muara Karang MB = Muara Baru perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu pada tanggal 5-11 Agustus 2003.
TSS di kolom air bagian tengah
TSS di kolom air bagian tengah yang tertinggi ditemukan di sebelah utara Pulau Untung Jawa dan Pulau Rambut, dan di utara Muara Cengkareng, Muara Angke, Muara Karang dan Muara Baru dengan kadar 0,0324 g/l (Gambar 3). TSS
Total suspended solid di dasar perairan
TSS di dasar perairan tertinggi ditemukan di sebelah timur Pulau Karang Ubi di stasiun TJ 12 dengan kadar 0,25 g/l (Tabel 1). TSS terendah ditemukan di sebelah timur dan utara Pulau Untung Jawa dan di sebelah utara Pulau Rambut dan Karang Ubi dengan kadar TSS 0,035 g/l (Gambar 4). TSS di dasar perairan sebelah timur Pulau Ubi dikatagorikan tinggi sekali jika mengacu kepada toleransi kualitas perairan menurut KLH (1988). Tingginya TSS di dasar perairan ini mungkin akibat aktivitas kapal-kapal niaga yang keluar dan masuk ke Pelabuhan Tanjung Periok yang melintasi perairan ini sehingga terjadi pengadukan dasar perairan yang mengakibatkan ter-sebarnya suspended solid yang terendap-kan di dasar perairan.
Sebaran sedimen
Sebaran lumpur lanauan dapat ditemukan di sebelah barat laut Muara Cengkareng. Di bagian luar dari sebaran lumpur
lanauan berangsur-angsur ditemukan
lanau, lanau pasiran, pasir, pasir lanauan. Jenis sedimen ini terkosentrasi di dasar
perairan sekitar Muara Dadap dan Kamal Teluk Jakarta (Gambar 5 dan Tabel 2). Dari pola garis kontur yang mengerucut ke arah timur laut dari Muara Dadap dan Kamal, diketahui bahwa pengendapan sedimen secara dominan mengarah ke muara-muara tersebut. Sedangkan se-baran pasir lumpuran di temukan di bagian luar dari pengendapan pasir- lanauan, pengendapan jenis sedimen ini menyempit di dasar perairan Teluk Jakarta dan lebih luas di utara perairan Tanjung Pasir. Jenis pasir lanauan, pasir, lanau pasiran, dan lanau di temukan di bagian utara dari daerah penelitian yang merupakan dasar perairan Kepulauan Seribu (Gambar 5 dan Tabel 2). Hasil penelitain bulan November 1975, Januari dan Mei 1976 sangat berbeda, lempung pasiran (lumpur pasiran) terdapat di dasar perairan dekat pantai dan melebar ke arah timur dan utara Tanjung Pasir, dan lempung lanuan di temukan ke arah laut dari endapan lempung pasiran (Siregar & Hadiwisastra, 1977). Saat ini di lokasi-lokasi tersebut ditemukan endapan pasir lumpuran (pasir lempungan) dan pasir lanauan (dominan pasir).
Lokasi
103° 104° 105° 106° 107° 108° 109° Bujur Timur
TJ 1 hingga TJ22 CD1 hingga CD 4 MA 1 MK 2 hingga MK 3 MB 2 hingga MB 3
stasiun laut
TJ 1
TJ 1 hinggaTJ 22 CD 1 hingga CD 4
103° 104° 105° 106° 107° 108° 109° Bujur Timur
TJ = Teluk jakarta CD = Cengkareng Drain MA = Muara Angke MK = Muara Karang MB = Muara Baru MB 2 dan MB 3
Cengkareng drain
Gambar 5. Sebaran sedimen di dasar Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu pada tanggal 5-11 Agustus 2003.
Tabel 2. Stasiun, posisi, dan jenis sedimen di perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu pada tanggal 05-11 Agustus 2003.
Stasiun Bujur Timur
(0)
TJ 10 106,6996 -5,99932 lanau lumpuran
TJ 12 106,7994 -5,99932 lanau lumpuran
TJ 13 106,7994 -5,94948 lanau lumpuran
TJ 14 106,7496 -5,94948 lanau lumpuran
TJ 15 106,7009 -5,94948 pasir lumpuran
Endapan sedimen di stasiun-stasiun penelitian yang berada di dekat pantai, Muara Baru, Muara Angke dan Muara Cengkareng dicirikan oleh warna sedimen yang hitam serta berbau amoniak. Warna dan bau sedimen tersebut merupakan indikasi telah terjadi pencemaran cukup parah di dasar perairan tersebut. Warna sedimen hitam dan berbau terutama akibat bahan pencemar minyak yang mengendap di dasar perairan dan ber-campur dengan sedimen.
Kesimpulan
1. TSS permukaan perairan tertinggi ditemukan di sebelah barat laut Muara Cengkareng sebesar 0,75 g/l. TSS ini berkurang ke arah laut. TSS kurang
dari 0,07 mg/l didapatkan di
Kepulauan Seribu.
2. TSS di kolom air bagian tengah umumnya lebih rendah dari 0,07 g/l. 3. TSS di dasar perairan yang tertinggi
ditemukan di sebelah timur Pulau Ubi dengan kadar 0,23 g/l.
4. Sebaran pasir lumpuran di temukan di bagian luar dari pengendapan pasir- lanauan, pengendapan jenis sedimen ini menyempit di dasar perairan Teluk Jakarta dan lebih luas di utara perairan Tanjung Pasir
Daftar Pustaka
Menteri Negara KLH. 1988. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep.
02/Men.KLH/1988 tentang
pedoman baku mutu lingkungan.
Sekretariat Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Jakarta.
Nontji, A. dan I. Supangat. 1977. Seston di Teluk Jakarta. In: Teluk Jakarta, sumber daya, sifat-sifat oseano-logis serta permasalahannya. M. Hutomo, K. Romimohtarto, dan
Burhanuddin, (Eds.) Lembaga
Oseanologi Nasional LIPI: 219-231
Postma, H. 1961. Transport and
accumulation of suspended matter
in the Dutch Wadden sea,
Netherland. J. Sea Res. 1: 3-6.
Postma, H. 1967. Sediment transport and sedimentation in the estuarine environment. In: Estuaries. G.H. Lauff (Ed.) Am. Ass. Adv. Sci., Washington,D.C.: 158-179.
Rogers, C.S. 1990. Respons of coral
reefs and reef organism to
sedimentation. Mar. Prog. Ser. 62: 185-202.
Selley, R.C. 1976. An introduction sedimentology. Academic Press. London. 401 p.
Shepard, E.P. 1954. Nomenclature based on sand silt clay ratios. J. Sed. Petrology. 24: 151-158.
Siregar, M.S. dan S. Hadiwisastra. 1977.
Penyelidikan sedimen Teluk
Jakarta. In: Teluk Jakarta, sumber daya, sifat-sifat oseanologis serta permasalahannya. Hutomo, M., K. Romimohtarto, dan Burhanuddin
(Eds.). Lembaga Oseanologi