PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
UMUM
1. Dasar Pemikiran
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan landasan konst it usional penyelenggaraan negara, dalam wakt u relat if singkat (1999-2002), t elah mengalami 4 (empat ) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, t elah t erj adi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yait u :
(1) penguat an kedudukan lembaga legislat if dalam penyusunan Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara (APBN);
(2) dit iadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan Nasional; dan
(3) diperkuat nya Ot onomi Daerah dan desent ralisasi pemerint ahan dalam Negara Kesat uan Republik Indonesia.
GBHN yang dit et apkan oleh Maj elis Permusyawarat an Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) berf ungsi sebagai landasan perencanaan pembangunan Nasional sebagaimana t elah dilaksanakan dalam prakt ek ket at anegaraan selama ini. Ket et apan MPR RI ini menj adi landasan hukum bagi Presiden unt uk dij abarkan dalam bent uk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan memperhat ikan secara bersungguh-sungguh saran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), yang selanj ut nya Pemerint ah bersama DPR RI menyusun APBN.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengat ur bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan t idak adanya GBHN sebagai pedoman Presiden unt uk menyusun rencana pembangunan maka dibut uhkan pengat uran lebih lanj ut bagi proses perencanaan pembangunan Nasional.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah, penyelenggaraan Ot onomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyat a, dan bert anggung j awab kepada Daerah. Pemberian kewenangan yang luas kepada Daerah memerlukan koordinasi dan pengat uran unt uk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan Nasional, Pembangunan Daerah maupun Pembangunan ant ar daerah. Berdasarkan pert imbangan di at as, perlu dibent uk Undang-Undang yang mengat ur t ent ang Sist em Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerint ah Pusat maupun Pemerint ah Daerah. Dalam Undang-Undang ini dit et apkan bahwa Sist em Perencanaan Pembangunan Nasional adalah sat u kesat uan t at a cara perencanaan pembangunan unt uk menghasilkan rencana pembangunan dalam j angka panj ang, j angka menengah, dan t ahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerint ahan di pusat dan Daerah dengan melibat kan masyarakat .
3. Proses Perencanaan
Sist em Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Undang-Undang ini mencakup lima pendekat an dalam seluruh rangkaian perencanaan, yait u :
(1) polit ik;
(2) t eknokrat ik;
(3) part isipat if ;
(4) at as-bawah (t op-down); dan
(5) bawah-at as (bot t om-up).
Pendekat an polit ik memandang bahwa pemilihan Presiden/ Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat peilih menent ukan pili hannya berdasarkan program-program pembangunan yang dit awarkan masing-masing calon Presiden/ Kepala Daerah.
Oleh karena it u, rencana pembangunan adalah penj abaran dari agenda-agenda pembangunan yang dit awarkan Presiden/ Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan j angka menengah. Perencanaan dengan pendekat an t eknokrat ik dilaksanakan dengan menggunakan met ode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga at au sat uan kerj a yang secara f ungsional bert ugas unt uk it u. Perencanaan dengan pendekat an part isipat if dilaksanakan dengan melibat kan semua pihak yang berkepent ingan (st akeholders) t erhadap pembangunan. Pelibat an mereka adalah unt uk mendapat kan aspirasi dan mencipt akan rasa memiliki. Sedangkan pendekat an at as-bawah dan bawah-at as dalam perencanaan dilaksanakan menurut j enj ang pemerint ahan. Rencana hasil proses at as-bawah dan bawah-at as diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di t ingkat Nasional, Provinsi, Kabupat en/ Kot a, Kecamat an, dan Desa.
Perencanaan pembangunan t erdiri dari empat (4) t ahapan yakni :
(1) penyusunan rencana;
(2) penet apan rencana;
(3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan
(4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Keempat t ahapan diselenggarakan secara berkelanj ut an sehingga secara keseluruhan membent uk sat u siklus perencanaan yang ut uh.
rancangan rencana pembangunan yang t elah disiapkan. Langkah berikut nya adalah melibat kan masyarakat (st akeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing j enj ang pemerint ahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikut nya adalah penet apan rencana menj adi produk hukum sehingga mengikat semua pihak unt uk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan j angka panj ang Nasional/ Daerah dit et apkan sebagai Undang-Undang/ Perat uran Daerah, rencana pembangunan j angka menengah Nasional/ Daerah dit et apkan sebagai Perat uran Presiden/ Kepala Daerah, dan rencana pembangunan t ahunan Nasional/ Daerah dit et apkan sebagai Perat uran Presiden/ Kepala Daerah.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan unt uk menj amin t ercapainya t uj uan dan sasaran pembangunan yang t ert uang dalam rencana melalui kegiat an-kegiat an koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana t ersebut oleh pimpinan Kement erian/ Lembaga/ Sat uan Kerj a Perangkat Daerah. Selanj ut nya, Ment eri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemant auan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Kement erian/ Lembaga/ Sat uan Kerj a Perangkat Daerah sesuai dengan t ugas dan kewenangannya.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiat an perencanaan pembangunan yang secara sist emat is mengumpulkan dan menganalisis dat a dan inf ormasi unt uk menilai pencapaian sasaran, t uj uan dan kinerj a pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikat or dan sasaran kinerj a yang t ercant um dalam dokumen rencana pembangunan. Indikat or dan sasaran kinerj a mencakup masukan (input), keluaran (out put), hasil (result), manf aat (benef it) dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, set iap Kement erian/ Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, berkewaj iban unt uk melaksanakan evaluasi kinerj a pembangunan yang merupakan dan at au t erkait dengan f ungsi dan t anggungj awabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerj a proyek pembangunan, Kement rian/ Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, mengikut i pedoman dan pet unj uk pelaksanaan evaluasi kinerj a unt uk menj amin keseragaman met ode, mat eri, dan ukuran yang sesuai unt uk masing-masing j angka wakt u sebuah rencana.
4. Sist emat ika
Undang-Undang ini disusun dengan sist emat ika sebagai berikut : Ket ent uan Umum, Asas dan Tuj uan, Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional , Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional, Penyusunan dan Penet apan Rencana, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana, Dat a dan Inf ormasi, Kelembagaan, Ket ent uan Peralihan, dan Ket ent uan Penut up.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup j elas
Cukup j elas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “ Asas Umum Penyelenggaraan Negara” adalah meliput i :
1. Asas “ kepast ian hukum” yait u asas dalam negara hukum yang mengut amakan landasan perat uran
perundang-undangan, kepat ut an, dan keadilan dalam set iap kebij akan Penyelenggara Negara;
2. Asas “ t ert ib penyelenggaraan negara” yait u asas yang menj adi landasan ket erat uran, keserasian, dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara;
3. Asas “ kepent ingan umum” yait u asas yang mendahulukan kesej aht eraan umum dengan cara yang
aspirat if , akomodat if , dan selekt if ;
4. Asas “ ket erbukaan” yait u asas yang membuka diri t erhadap hak masyarakat unt uk memperoleh
inf ormasi yang benar, j uj ur, dan t idak diskriminat if t ent ang penyelenggaraan negara dengan t et ap memperhat ikan perlindungan at as hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara;
5. Asas “ proporsionalit as” yait u asas yang mengut amakan keseimbangan ant ara hak dan kewaj iban
Penyelengga Negara;
6. Asas “ prof esionalit as” yait u asas yang mengut amakan keahlian yang berlandaskan kode et ik dan
ket ent uan perat uran perundang-undangan; dan
7. Asas “ akunt abilit as” yait u asas yang menent ukan bawa set iap kegiat an dan hasil akhir dari kegiat an
Penyelenggara Negara harus dapat dipert anggungj awabkan kepada masyarakat at au rakyat sebagai pemegang kedaulat an t ert inggi negara sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “ pelaku pembangunan” adal ah Pemerint ah (Pusat , Provinsi, Kabupat en, dan Kot a), dunia usaha, dan masyarakat . Koordinasi pelaku pembangunan di pemerint ahan j uga mencakup ant ara pelaksana dengan perencana pembangunan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “ Daerah” adalah bat as suat u wilayah yang secara administ rat if mepunyai bat asan t ert ent u.
Yang dimaksud dengan “ ruang” adalah wadah yang meliput i bent angan darat an, laut an, dan udara sebagai suat u kesat uan wilayah t empat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiat an sert a memelihara kelangsungan hidup.
Yang dimaksud dengan “ wakt u” adalah periode pembangunan baik t ahunan, j angka menengah, maupun j angka panj ang. Tuj uan ini menurut rencana pembangunan disusun dengan menerapkan prinsip pembangunan yang berkelanj ut an secara konsist en dari sat u periode pembangunan ke periode berikut nya.
Cukup j elas
Huruf d
Yang dimaksud dengan “ masyarakat ” adalah orang perseorangan, kelompok orang t ermasuk masyarakat hukum adat at au badan hukum yang berkepent ingan dengan kegiat an dan hasil pembangunan baik sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima manf aat maupun penanggung resiko.
Yang dimaksud dengan “ part isipasi masyarakat ” adalah keikut sert aan masyarakat unt uk mengakomodasikan kepent ingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan.
Huruf e
Cukup j elas
Pasal 3
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ perencanaan makro” adal ah suat u perencanaan yang berada pada t at aran kebij akan Nasional.
Yang dimaksud “ f ungsi pemerint ahan” adalah kewenangan unt uk melaksanakan kekuasaan pemerint ahan negara sebagaimana diamanat kan Bab III Pasal 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Yang dimaksud dengan “ bidang kehidupan” ant ara lain agama, ideologi, polit ik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pert ahanan, dan keamanan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Pembangunan Nasional meliput i pembangunan Pusat dan Daerah.
Pasal 4
Ayat (1)
Arah pembangunan Nasional adalah st rat egi unt uk mencapai t uj uan pembangunan j angka panj ang.
Ayat (2)
Pengert ian wilayah mengacu pada ruang yang merupakan kesat uan geograf is besert a segenap unsur t erkait , yang bat as dan sist emnya dit ent ukan berdasarkan aspek f ungsional.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) dalam ayat ini merupakan Rencana St rat egis Daerah (Renst rada).
Yang dimaksud dengan “ bersif at indikat if ” adalah bahwa inf ormasi, baik t ent ang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang t ercant um di dalam dokumen rencana ini, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersif at t idak kaku.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 6
Cukup j elas
Pasal 7
Cukup j elas
Pasal 8
Keempat t ahapan perencanaan ini dilaksanakan secara berkelanj ut an sehingga secara keseluruhan membent uk sat u siklus yang ut uh.
Pasal 9
Cukup j elas
Pasal 10
Cukup j elas
Pasal 11
Cukup j elas
Pasal 12
Pasal 13
RPJP unt uk Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dit et apkan dengan Qanun, dan unt uk Daerah Provinsi Papua dit et apkan dengan Perdasus dan Perdasi.
Pasal 14
Cukup j elas
Pasal 15
Cukup j elas
Pasal 16
Cukup j elas
Pasal 17
Cukup j elas
Pasal 18
Cukup j elas
Pasal 19
Cukup j elas
Pasal 20
Cukup j elas
Pasal 21
Cukup j elas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Penyelenggaraan Musrenbang dalam rangka penyusunan RKP dan RKPD selain diikut i oleh unsur-unsur pemerint ahan j uga mengikut sert akan dan/ at au menyerap aspirasi masyarakat t erkait , ant ara lain asosiasi prof esi, perguruan t inggi, lembaga swadaya masyarakat , pemuka adat dan pemuka agama, sert a kalangan dunia usaha.
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 23
Cukup j elas
Pasal 24
Cukup j elas
Pasal 25
Cukup j elas
Pasal 26
Cukup j elas
Pasal 27
Cukup j elas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “ pemant auan” adalah melihat kesesuaian pelaksanaan perencanaan dengan arah, t uj uan, dan ruang lingkup yang menj adi pedoman dalam rangka menyusun perencanaan berikut nya.
Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ evaluasi kinerj a pelaksanaan rencana pembangunan” adalah kegiat an penilaian kinerj a yang diukur dengan ef isiensi, ef ekt if it as, dan kemanf aat an program sert a keberlanj ut an pembangunan. Evaluasi kinerj a pelaksanaan rencana pembangunan dilaksanakan t erhadap keluaran kegiat an yang dapat berupa barang dan j asa dan t erhadap hasil (out comes) program pembangunan yang berupa dampak dan manf aat .
Ayat (2)
Cukup j elas
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 30
Cukup j elas
Pasal 31
Yang dimaksud dengan “ dat a” adalah ket erangan obj ekt if t ent ang suat u f akt a baik dalam bent uk kuant it at if , kualit at if , maupun gambar visual (images) yang diperoleh baik melalui observasi langsung maupun dari yang sudah t erkumpul dalam bent uk cet akan at au perangkat penyimpan lainnya.
Sedangkan “ inf ormasi” adalah dat a yang sudah t erolah yang digunakan unt uk mendapat kan int erpret asi t ent ang suat u f akt a.
Pasal 32
Cukup j elas
Pasal 33
Cukup j elas
Pasal 34
Cukup j elas
Pasal 35
Cukup j elas
Pasal 36
Cukup j elas
Pasal 37
Cukup j elas