• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN JAGUNG 2017 (TTD DIRJEN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN JAGUNG 2017 (TTD DIRJEN)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional. Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan energi.

Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah berupaya untuk mewujudkan swasembada jagung melalui peningkatan produksi jagung secara berkelanjutan. Untuk itu, maka pada tahun anggaran

2017 ini pemerintah memfasilitasi melaluiKegiatan Jagung.

Kegiatan Jagung Tahun 2017 ini diharapkan mampu mendorong perluasan

areal tanam jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan,

Perhutani/Inhutani, lahan kesultanan, lahan adat/ulayat dan lain-lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi kemudian tidak ditanami lagi (peningkatan IP).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan “Pedoman Pelaksanaan

Kegiatan Jagung Tahun 2017” untuk mengoperasionalkan kegiatan

tersebut di daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 ini disusun untuk menjadi acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan ini. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.

Jakarta, 30 Desember 2016

Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

DAFTAR TABEL ……… vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Dasar Hukum ... 3

C. Tujuan dan Sasaran ... 7

D. Pengertian-Pengertian ... 7

II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017... 14

A. Keragaan Produksi ... 14

B. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 ... 15

C. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun 2017 ... 16

D. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ... 17

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017……… 20

A. Strategi Pencapaian Produksi Jagung 2017 ……… ... 21

(4)

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017 ... 26

A. Kriteria Calon Petani Pelaksana Kegiatan ... 26

B. Kriteria Calon Lokasi Kegiatan ... 28

C. Pembagian Tugas dan Penanggung Jawab ... 30

D. Prosedur Pengajuan CP/CL ... 31

E. Pemilihan Varietas ... 33

F. Bantuan/Fasilitasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan ... 34

G. Jadwal Pelaksanaan ... 38

V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI………… 39

A. Pengorganisasian ………. 39

B. Operasionalisasi ……… . 40

VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN…………. 44

VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 46

A. Pengendalian Kegiatan ... 46

B. Monitoring ... ... ….. 48

C. Evaluasi dan Pelaporan ... ... ….. 48

VIII. PENUTUP ... 51

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas

dan Produksi Jagung Tahun 2017 (UPSUS )

...

53

Lampiran 2. Sasaran Luas Tanam Jagung Bulanan

MT 2016/2017 dan Tahun 2017 (UPSUS)……... 54

Lampiran 3. Sasaran Produksi Jagung Bulanan Tahun 2017

(UPSUS) …... 55

Lampiran 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas

dan Produksi Jagung Tahun 2017 per Kabupaten (UPSUS) ... 56

Lampiran 5. Kebutuhan Benih Jagung Hibrida Tahun 2017 …… 68

Lampiran 6. Kebutuhan Pupuk NPK untuk Jagung Tahun 2017.. 69

Lampiran 7. Kebutuhan Pupuk Urea untuk Jagung Tahun 2017.. 70

Lampiran 8. Kebutuhan Pupuk Organik untuk Jagung

Tahun 2017……… 71

Lampiran 9. Rekapitulasi Areal Kegiatan Jagung Tahun

2017 ... 72

Lampiran 10. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota Tentang Usulan CPCL Pelaksana Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 73

Lampiran 11. Surat Persetujuan Kepala Dinas Pertanian

(6)

Lampiran 12. Contoh Surat Keputusan PPK Dinas Pertanian Provinsi Tentang Penetapan Pelaksana/Kelompok Tani Penerima Bantuan Kegiatan Jagung Tahun 2017... 75

Lampiran 13. Contoh Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Penetapan Pelaksana/ Kelompok Tani Penerima Bantuan Kegiatan

Jagung Tahun 2017 ... 77

Lampiran 14. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Pelaksana

Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 78

Lampiran 15. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 79

Lampiran 16. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan

Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 80

Lampiran 17. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten

Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 81

Lampiran 18. Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 82

Lampiran 19. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten

Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017……… 83

Lampiran 20. Check list Pengendalian Kegiatan …….………….. 84

Lampiran 21. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan ……… 88

Lampiran 22. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Hasil

Pekerjaan ………. 89

(7)

Lampiran 24. Daftar Varietas Jagung Hibrida Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

Kementerian Pertanian ... 91

Lampiran 25. Daftar Varietas Jagung Komposit Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Tahun 2012-2016……… 14

Tabel 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 ... 15

Tabel 3. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun 2017 .... 16

(9)

A. Latar Belakang

Komoditas jagung mempunyai peran yang sangat strategis, baik

dalam sistem ketahanan pangan maupun perannya sebagai

penggerak roda ekonomi nasional. Selain perannya sebagai

pangan bagi sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga

berkontribusi terhadap ketersediaan protein karena jagung menjadi

bahan baku pakan baik ternak maupun perikanan. Jagung menjadi

penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong

pertumbuhan industri hilir yang berkontribusi cukup besar pada

pertumbuhan ekonomi nasional.

Jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan dan pakan

saja, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku industri lainnya,

seperti bahan bakar alternatif (biofuel), polymer dan lain-lain.

Permintaan jagung baik untuk industri pangan, pakan, dan

kebutuhan industri lainnya dalam lima tahun ke depan

diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan terus

bertambahnya jumlah penduduk dan juga peningkatan pendapatan

dan daya beli masyarakat.

Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam meningkatkan

produksi maupun produktivitas jagung. Lahan yang tersedia untuk

(10)

teknologi sudah tersedia, sehingga prospek keuntungan bagi

pembudidayanya cukup besar.

Peningkatan produksi jagung dalam rangka memenuhi kebutuhan

jagung dalam negeri telah dilakukan dengan berbagai upaya

antara lain melalui: (1) Peningkatan produktivitas (penerapan

teknologi tepat guna spesifik lokasi); (2) Penggunaan varietas

unggul bermutu; (3) Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung

Produksi; (4) Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi dari

serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak

Perubahan Iklim (DPI); (6) Penanganan pasca panen; (7)

Dukungan penelitian dan penyuluhan, dan (8) Menjalin kemitraan

dengan stakeholders untuk penguatan modal, bantuan sarana

produksi, penanganan pasca panen, dan pemasaran hasil.

Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri yang terus

meningkat, pemerintah telah menetapkan sasaran produksi jagung

tahun 2017 berdasarkan RKP adalah 25.200.000 ton, sementara

untuk sasaran UPSUS sebesar 30.544.728 ton pipilan kering (PK).

Sasaran UPSUS tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan

pencapaian produksi jagung tahun 2016, dimana berdasarkan

Angka Ramalan II (ARAM II) BPS 2016 yaitu sebesar 23.164.915

ton pipilan kering (PK).

Menyikapi hal ini, pemerintah bermaksud untuk meningkatkan luas

areal pertanaman jagung yang menggunakan benih unggul

(11)

produksi dan produktivitas ini dituangkan dalam Kegiatan Jagung

Tahun 2017.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas agar pelaksanaan

Kegiatan Jagung Tahun 2017 dapat mencapai sasaran yang

diharapkan maka disusun Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Jagung Tahun 2017 sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait

dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. Mengingat

keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan kemampuan

adopsi inovasi teknologi, maka Pedoman Pelaksanaan ini dapat

dilengkapi oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk Petunjuk

Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut dapat

dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran dan selanjutnya dirinci

secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dalam

bentuk Petunjuk Teknis (JUKNIS) sesuai dengan kondisi spesifik

lokasi agar lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan

tidak multitafsir.

Apabila terdapat perubahan dan ada yang belum diatur dalam

Pedoman Pelaksanaan ini, selanjutnya akan diatur lebih lanjut.

Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Pertanian

Provinsi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman

(12)

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4286);

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4355);

4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran

(13)

(Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan

Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5767);

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017

(Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 240);

8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

9. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan

Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;

10. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan

keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang

Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang

Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada

Kementerian/Lembaga; perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada

(14)

13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/

10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan yang

Baik dan Benar (Good Agriculture Practices);

14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010 tentang

Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/

8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Pertanian;

16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/Permentan/OT.140/

12/2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah;

17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/RC.110/

12/2016 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran

Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Anggaran

Tahun 2017;

18. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 43/Kpts/OT.050/12/2015

tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi

Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan

Irigasi dan Sarana Pendukungnya;

19. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1397/RC.110/C/12/2016

(15)

Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran

2017;

20. Daftar Isian Pelaksanaan dan Anggaran (DIPA) Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan Nomor SP-DIPA-018.03.1.23825/

2017 tanggal 7 Desember 2017;

C. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a. Sebagai acuan untuk pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun

2017 bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota.

b. Meningkatkan produktivitas dan produksi jagung.

2. Sasaran

a. Tersedianya acuan pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun

2017 melalui integrasi dengan lahan perkebunan, kehutanan,

Perhutani/Inhutani, lahan kesultanan, lahan adat/ulayat dan

lain-lain bagi provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka

mendukung peningkatan produksi jagung tahun 2017.

(16)

D. Pengertian-Pengertian

1. Pengembangan Jagung Tahun 2017 merupakan perluasan

areal tanam jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan,

Perhutani/Inhutani, lahan Kesultanan, lahan adat/ulayat dan

lain-lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau

sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi kemudian tidak

ditanami lagi (peningkatan IP).

2. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta

keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang

pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa

dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi

usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa

penunjang.

3. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi

lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya, kesamaan komoditas,

dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan

usaha anggota.

4. Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan

beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama

untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

5. Calon Petani dan Calon Lokasi (CP/CL) adalah calon petani

(17)

6. Verifikasi adalah kegiatan pengujian terhadap suatu dokumen

untuk memperoleh kebenaran sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

7. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja

usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam

yang disusun melalui musyawarah dalam pengelolaan usahatani

sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian

kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga satuan

dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai

kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi) dan pengeluaran lainnya.

8. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi

kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada

perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga

pemerintah/nonpemerintah. Bentuk Bantuan Pemerintah

meliputi Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi

guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional; bantuan

sarana Prasarana; bantuan rehabilitasi/pembangunan

gedung/bangunan; dan bantuan lainnya yang memiliki

karakteristik bantuan pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna

Anggaran (PA).

9. Benih Varietas Unggul Bersertifikat, adalah benih bina

varietas unggul yang dalam proses produksinya dilaksanakan

(18)

10. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral).

11. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dihasilkan dari proses

pembuatan pabrik yang memberikan nutrisi yang langsung

terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan

proses pelapukan.

12. Pupuk Urea adalah adalah pupuk kimia yang mengandung

Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih.

13. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian,

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT),

Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang berperan sebagai

pendamping dan pengawal pelaksanaan kegiatan.

14. Bimbingan dan Pengawalan oleh Petugas Dinas adalah

kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi

dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri

Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di

lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan,

(19)

15. Bimbingan dan Pengawalan oleh Aparat adalah kegiatan

yang dilakukan oleh TNI, POLRI beserta jajarannya, Camat,

Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di

lapangan dalam melakukan pengawalan, pendampingan dan

membantu pelaksanaan kegiatan.

16. Bimbingan dan Pengawalan oleh Peneliti adalah kegiatan

yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup

Badan Litbang Pertanian guna meningkatkan pemahaman dan

akselerasi adopsi Teknologi Tumpangsari jagung di lahan

perkebunan dan Fasilitasi Pengembangan Jagung Tahun 2017

lainnya.

17. Bimbingan dan Pengawalan oleh Penyuluh adalah kegiatan

yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan

Teknologi Budidaya Jagung dan secara berkala hadir di lokasi

kegiatan dalam rangka pemberdayaan kelompok tani sekaligus

memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam penerapan

teknologi tersebut.

18. Bimbingan dan Pengawalan oleh POPT (Pengendali

Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan

pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka

(20)

19. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas yang

membidangi tanaman pangan yang mempunyai tugas dan fungsi

sebagai pembina, pelaksana dan pengendalian kegiatan/

program pembangunan sektor pertanian di tingkat provinsi/

kabupaten/kota.

20. Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas

yang membidangi perkebunan yang mempunyai tugas dan

fungsi sebagai pembina, pelaksana dan pengendalian

kegiatan/program pembangunan sektor perkebunan di tingkat

provinsi/kabupaten/kota.

21. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan pemantauan yang

dimulai dari tahap awal sampai akhir pelaksanaan kegiatan

sesuai aturan yang sudah ditetapkan.

22. Pelaporan adalah penyajian data/fakta/kondisi kegiatan yang

telah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan sesuai aturan

yang sudah ditetapkan.

23. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani dengan

sumber pembiayaan yang berasal dari modal petani sendiri.

24. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah

Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas

penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga

(21)

25. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA

adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari Pengguna

Anggaran (PA) untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan

tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian

Negara/Lembaga yang bersangkutan.

26. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK

adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA

untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat

(22)

II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG

PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017

A. Keragaan

Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat 19,49%, dari

19,39 juta ton PK pada tahun 2012 menjadi sebesar 23,16 juta ton

PK (Prakiraan 2016), dengan perkiraan luas panen 4.384.510 ha

dan produktivitas 52,83 ku/ha (angka masih berubah sampai

ditetapkannya ATAP 2016), sedangkan peningkatan produktivitas

mencapai 7,85% dan luas panen meningkat 10,79%, seperti

terlihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2012-2016

(ha) (%) (ku/ha) (%) (ton) (%)

2012 3,957,595 48.99 19,387,022

2013 3,821,059 (3.45) 48.45 (1.10) 18,511,853 (4.51) 2014 3,837,019 0.42 49.54 2.26 19,008,426 2.68 2015 3,787,367 (1.29) 51.78 4.53 19,612,435 3.18 2016 4,384,510 15.77 52.83 2.03 23,164,915 18.11

Rerata 5 tahun 3,957,510 50.32 19,936,930

Perkembangan 426,915 10.79 3.85 7.85 3,777,893 19.49

Luas Panen Produktivitas Produksi

Tahun

(23)

B. Sasaran Produksi Jagung 2017

Sasaran produksi jagung tahun 2017, dikemukakan pada Tabel 2

berikut:

Tabel 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 (UPSUS)

Luas Tanam (ha) 4,800,000 6,046,073 25.96 Luas Panen (ha) 4,560,000 5,743,769 25.96 Produktivitas (ku/ha) 52.63 53.18 0.39

Produksi (ton) 24,000,000 30,544,728 26.44

Uraian Sasaran

2016

Sasaran 2017

(%) Sasaran 2017 thdp 2016

Sumber: BPS

Sasaran produksi jagung tahun 2017 sebesar 30,54 juta ton PK

atau meningkat 26,44% dari sasaran produksi jagung tahun 2016

yang dihasilkan dari sasaran luas tanam jagung seluas 6,05 juta ha

dan sasaran luas panen 5,74 juta ha atau meningkat 25,96% dari

sasaran luas tanam dan panen jagung tahun 2016, sasaran

produktivitas jagung tahun 2017 sebesar 53,18 ku/ha atau

meningkat 0,39% dari sasaran produktivitas jagung tahun 2016.

Secara rinci sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi

Jagung tahun 2017 per Provinsi disajikan pada Lampiran 1,

sasaran tanam dan produksi per bulan per provinsi, disajikan pada

Lampiran 2 dan Lampiran 3; sasaran tanam, panen, provitas dan

produksi per kabupaten pada Lampiran 4 serta kebutuhan benih

dan pupuk per bulan per provinsi disajikan pada Lampiran 5, 6,

(24)

C. Rancangan Neraca Produksi Jagung 2017

atau surplus pada setiap bulannya. Hal ini untuk mengantisipasi

(25)

D. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi

Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai

swasembada jagung secara berkelanjutan. Namun demikian masih

terdapat sejumlah kendala dan masalah yang perlu diselesaikan.

Kendala dan masalah tersebut adalah belum teradopsinya sistem

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) secara penuh dan utuh di

kalangan petani jagung. Beberapa masalah tersebut antara lain

sebagai berikut:

d.1. Penggunaan Benih Unggul

Penggunaan benih unggul merupakan kunci utama untuk

peningkatan produktivitas jagung. Dalam kaitan ini

pemerintah mendorong penggunaan benih jagung hibrida

unggul karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.

Sampai saat ini tingkat penggunaan benih jagung hibrida

masih rendah yaitu baru sekitar 60% dari total pertanaman.

Tingkat penggunaan benih unggul yang masih rendah ini

antara lain disebabkan harga benih jagung hibrida relative

tinggi sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar petani.

Selain masalah harga, distribusi benih unggul jagung hibrida

yang belum meluas juga menjadi kendala bagi petani untuk

(26)

d.2. Pemupukan Berimbang

Penerapan penggunaan pupuk berimbang juga belum

sepenuhnya diterapkan oleh petani, sehingga masih menjadi

permasalahan dalam pengembangan jagung. Saat ini

sebagian besar petani belum menerapkan prinsip pemupukan

sesuai rekomendasi sehingga produktivitas hasil tidak

maksimal sesuai potensi. Permasalahan lain yaitu

keterbatasan modal dan ketersediaan pupuk tepat waktu dan

tepat jumlah. Terkait dengan permodalan, sebagian besar

petani jagung masih menggunakan modal sendiri tanpa

dukungan dari perbankan atau lembaga permodalan lainnya.

Akibatnya, petani memupuk sesuai dengan kemampuan

keuangannya. Sementara itu, di sejumlah daerah distribusi

pupuk juga masih belum lancar sehingga sering terjadi pupuk

tidak tersedia pada saat diperlukan. Kondisi di atas

menyebabkan produktivitas jagung di tingkat petani masih

rendah.

c.3. Pasca Panen

Penanganan pasca panen sangat diperlukan mengingat hasil

panen jagung mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan

pasca panen yang tepat. Sembilan jam setelah panen, jagung

harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 14-15%. Jika

(27)

Kandungan aflatoxin yang tinggi bisa menyebabkan

keracunan pada unggas yang memakannya.

Namun demikian sampai saat ini mayoritas petani belum

melakukan penanganan pasca panen dengan baik dan benar.

Setelah pemanenan, petani umumnya hanya mengeringkan

di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan cara ini

sebenarnya cukup bisa menurunkan kadar air namun sulit

untuk mencapai tingkat maksimum (14-15%). Selain itu, jika

panen dilakukan pada musim hujan pengeringan akan

terkendala oleh cuaca yang kurang baik (mendung, hujan,

dan lain-lain).

Untuk mengatasi hal tersebut di atas seharusnya dilakukan

pengeringan secara mekanis dengan menggunakan alat

pengering (dryer). Namun ketersediaan dryer baik yang

disediakan pemerintah maupun swasta masih sangat

terbatas. Akibatnya kualitas jagung petani jarang mencapai

tingkat terbaik (premium). Pengolahan pasca panen yang

tidak maksimal ini juga menyebabkan susut hasil akibat

kerusakan jagung.

(28)

III.

STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN

PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan

strategis dalam pembangunan nasional. Saat ini, jagung tidak hanya

digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga digunakan sebagai

bahan pakan dan industri.

Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus

dengan pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan

kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan energi. Sebagian

besar dari pemenuhan konsumsi protein hewani masyarakat

bersumber dari daging ayam. Dalam hal ini jagung merupakan bahan

baku utama pakan ternak, dan menentukan keberlanjutan produksi

daging nasional.

Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah

berupaya untuk mewujudkan swasembada jagung melalui peningkatan

produksi jagung secara berkelanjutan. Untuk itu, pada tahun anggaran

2017 ini pemerintah memfasilitasi Kegiatan Jagung. Kegiatan Jagung

Tahun 2017 ini diharapkan mampu mendorong perluasan areal tanam

jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan, Perhutani/Inhutani,

(29)

tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung

tetapi kemudian tidak ditanami lagi (peningkatan IP).

A. Strategi Pencapaian Produksi Jagung 2017

a.1. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)

Dalam upaya peningkatan produksi jagung, maka kegiatan

jagung yang difasilitasi Kementerian Pertanian melalui APBN

TA. 2017 menitikberatkan pada kegiatan perluasan areal

tanam (ektensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman

jagung pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan,

antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan, dan

lahan lainnya.

Guna mendukung kegiatan ini dilaksanakan melalui pemberian

bantuan prasarana dan sarana pertanian yang terdiri dari :

benih jagung, alat dan mesin pertanian baik pra panen maupun

pasca panen serta infrastruktur air irigasi/jaringan irigasi sesuai

kebutuhan lahan dan didukung oleh potensi sumber daya alam

yang tersedia dilokasi.

a.2. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi)

Peningkatan produktivitas jagung merupakan usaha yang

dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung dengan cara

mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia. Dalam

(30)

upaya pananganan masalah terkait: pengelolaan tanah,

penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukkan,

pemanenan dan kegiatan selama pasca panen.

Peningkatan produktivitas jagung dilakukan melalui

peningkatan penggunaan benih varietas spesifik lokasi unggul

bermutu dengan produktivitas tertinggi termasuk benih jagung

hibrida, komposit, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik

lokasi, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya

disertai dengan peningkatan pengawalan, pendampingan,

pemantauan dan koordinasi. Strategi ini terutama dilaksanakan

di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan,

sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi

diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.

B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017

Fokus Utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2017

adalah peningkatan produksi jagung. Sejalan dengan hal tersebut,

maka pada tahun 2017 upaya peningkatan produksi jagung akan

diarahkan pada kegiatan perluasan areal tanam (PAT) dan

peningkatan indeks pertanaman (PIP).

Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai

swasembada jagung secara berkelanjutan. Peningkatan produksi

jagung dilakukan dengan berbagai upaya antara lain melalui: (1)

(31)

lokasi); (2) Penggunaan varietas unggul bermutu; (3)

Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Produksi; (4)

Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi dari serangan

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan

Iklim (DPI); (6) Penanganan pasca panen; (7) Dukungan penelitian

dan penyuluhan, dan (8) Menjalin kemitraan dengan stakeholders

untuk penguatan modal, bantuan sarana produksi, penanganan

pasca panen, dan pemasaran hasil.

Sasaran tanam 2017 seluas 6.046.073 ha akan tercapai melalui

dukungan program dan kegiatan, sebagai berikut:

1. Peningkatan luas tanam 2016 dengan memanfaatkan

pertanaman carry over 2016 seluas : 1.913.379 ha, meliputi:

 Pengembangan Jagung di Lahan Khusus : 551.540 ha

 Pertanaman Reguler (APBN & Pengadaan Pusat) : 311.839

ha

 Swadaya Masyarakat : 1.050.000 ha.

2. Peningkatan luas tanam 2017 seluas : 4.132.694 ha, meliputi:

 Perluasan Areal Tanam (PAT)/Peningkatan Indeks

Pertanaman (PIP) : 2.000.000 ha

 Integrasi Perkebunan : 1.000.000 ha

 Peningkatan mutu pertanaman reguler/swadaya : 1.132.694

(32)

Guna pencapaian sasaran produksi pada 2017, didukung pula oleh

program dan kegiatan seperti berikut:

1. Program Peningkatan Produksi dan Mutu Hasil Pertanian

seluas: 3.000.000 ha, meliputi: 2.000.000 ha menjadi tanggung

jawab Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan 1.000.000 ha

menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan.

2. Program Pupuk Bersubsidi.

3. Dukungan Program Lainnya, yaitu : alsintan pasca panen

meliputi: Corn Combine Harvester sebanyak 100 unit dan Corn

Sheller sebanyak: 1.506 unit.

Rekapitulasi alokasi kegiatan budidaya jagung tahun 2017

disajikan pada Lampiran 9.

Adapun skenario pencapaian produksi jagung tahun 2017,

dijabarkan seperti pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Skenario Pencapaian Produksi Jagung 2017 (UPSUS)

No Uraian Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Ku/Ha)

Produksi (Ton PK)

I Peningkatan Luas Tanam 2016 1,913,379 1,817,710 51.11 9,290,396 carry over 2016

a. Pengembangan Jagung di Lahan Khusus 2016 551,540 523,963 45.00 2,357,834

b. Pertanaman Reguler (GPJH + Pengadaan Pusat) 311,839 296,247 60.00 1,777,482

c. Swadaya Masyarakat 1,050,000 997,500 51.68 5,155,080 II Peningkatan Luas Tanam 2017 4,132,694 3,926,059 54.14 21,254,332

a. PAT / PIP 2,000,000 1,900,000 60.00 11,400,000

b. Integrasi Jagung dengan Tanaman Perkebunan 1,000,000 950,000 45.00 4,275,000

(33)

Untuk mendukung kegiatan jagung maka akan difasilitasi bantuan

benih dan pupuk Urea kepada kelompok pelaksana serta

dukungan pembinaan, pengawasan pengelolaan produksi jagung.

Sejalan dengan fasilitasi bantuan yang diberikan pemerintah pada

tahun 2017, maka luas areal pengembangan jagung seluas

3.000.000 ha terdiri dari kegiatan jagung hibrida seluas 2.600.000

ha dan kegiatan jagung komposit seluas 400.000 ha.

Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak

sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa antara lain : (1)

gerakan pengolahan tanah; (2) gerakan tanam dan panen

serentak; (3) gerakan pemupukan berimbang; (4) gerakan

penerapan teknologi; (5) gerakan pengendalian OPT; (6) gerakan

penanganan panen dan pasca panen; dan (7) gerakan lainnya

dengan dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta

dana masyarakat dan stakeholder.

Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap harus

melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di

luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada dan dikelola

oleh Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk

meningkatkan produksi jagung baik di areal program maupun di

luar areal non program.

(34)

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017

Kegiatan Jagung Tahun 2017 diarahkan untuk perluasan areal tanam

melalui peningkatan indeks pertanam (PIP) dan atau perluasan

areal tanam (PAT).

A. Kriteria Calon Petani/Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan (Penerima manfaat/penerima bantuan) dalam

rangka Kegiatan Jagung Tahun 2017 mengacu pada PMK

168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran

Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga. Menurut

peraturan tersebut penerima bantuan pemerintah meliputi: 1).

Kelompok Masyarakat (Kelompok tani, Gabungan kelompok tani,

LMDH, Koperasi, dan lain-lain), 2). Lembaga Pemerintah (TNI,

POLRI, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan lain lain); atau 3).Lembaga

Non Pemerintah (Lembaga Adat, Kesultanan/Kerajaan, Pesantren,

Gereja, dan lain lain).

Adapun kriteria calon petani/pelaksana kegiatan sebagai berikut:

1. Gapoktan/Poktan/LMDH/Koperasi/Asosiasi Profesi/Lembaga

Pemerintah dan Lembaga Non Pemerintah. Khusus untuk

Gapoktan/Poktan/LMDH yang memiliki keabsahan

(pengukuhan) dari instansi yang berwenang dan

(35)

2. Kelompok penerima bantuan yang sudah terdaftar pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi, dapat membeli pupuk bersubsidi sesuai harga pupuk bersubsidi.

3. Kelompok tani/Gapoktan merupakan kelompok yang dinamis, pro aktif dan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa dan atau KCD dan atau Kepala UPTD dan atau Petugas Lapangan/Penyuluh.

4. Kelompok tani/Gapoktan adalah petani aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta memiliki lahan atau pun penggarap/ penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

5. Kelompok penerima bantuan dapat di lahan perkebunan

(BUMN, swasta, perkebunan rakyat), kawasan hutan

(Perhutani/Inhutani), lahan milik lembaga pemerintah/lembaga non pemerintah, lahan adat/ulayat, lahan masyarakat, lahan Perluasan Areal Tanam (PAT) baru/lahan pengembangan 2016 dan lain-lain.

6. Apabila lahan yang digunakan milik perusahaan/HGU swasta atau BUMN/BUMD atau Perum Perhutani/Inhutani maka Badan Hukum pemilik lahan tidak berhak mendapat bantuan benih jagung dan sarana produksi. Bantuan hanya boleh diberikan kepada petani/pelaksana.

(36)

Rekening bank dimaksud adalah rekening kelompok tani/gapoktan penerima bantuan. Jika menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

8. Kelompok tani/gapoktan atau lembaga lainnya pelaksana kegiatan, membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan tersebut sesuai peruntukannya dan

sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai

peruntukannya. Mekanisme pengembalian, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

9. Kelompok tani/gapoktan dibantu petugas lapangan bersedia

membuat laporan sesuai blanko, selanjutnya dikirimkan ke

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan tembusan ke Dinas

Pertanian Provinsi.

B. Kriteria Calon Lokasi Penerima Bantuan

Kegiatan Jagung Tahun 2017 didefinisikan sebagai upaya untuk

meningkatkan luas tanam jagung pada lahan-lahan yang

sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah

ditanami jagung tetapi masih dapat ditingkatkan intensitas

pertanamannya. Status lahan yang akan digunakan menyesuaikan

dengan situasi dan kondisi spesifik lokasi. Petani/pelaksana

kegiatan bisa menggunakan lahan milik sendiri, atau lahan pinjam

(37)

Lahan-lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan Jagung Tahun

2017 meliputi:

• Lahan perkebunan baik milik BUMN, Swasta maupun

perkebunan rakyat yang sedang dilakukan peremajaan atau

masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Pada lahan ini

dapat dilakukan penanaman jagung dengan pola tumpang sari.

• Kawasan Hutan milik Perum Perhutani atau PT Inhutani yang

sedang dilakukan panen atau peremajaan tanaman sehingga

bisa dilakukan penanaman dengan sistem tumpang sari.

• Lahan/Tanah milik lembaga pemerintah misalnya seperti tanah

milik TNI, POLRI, Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi,

Sekolah, Pemerintah Daerah dan sebagainya yang sedang tidak

dimanfaatkan.

• Lahan/Tanah milik lembaga non pemerintah misalnya seperti

tanah milik yayasan, pesantren, gereja, koperasi, lembaga

masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya yang sedang

tidak dimanfaatkan.

• Lahan/Tanah Adat/tanah ulayat dan sejenisnya yang sedang

tidak dimanfaatkan untuk pertanaman seperti misalnya tanah

milik kesultanan/kerajaan, tanah milik suku, dan sebagainya.

 Lahan milik masyarakat yang memungkinkan untuk dijadikan

penambah luas areal tanam jagung yang sebelumnya belum

(38)

sawah irigasi sederhana, sawah irigasi desa, sawah tadah

hujan, lahan sawah lebak, polder, sawah lainnya, lahan

pertanian bukan sawah (tegal/kebun, ladang/huma, lahan

perkebunan rakyat, lahan hutan rakyat) dan lahan sementara

yang tidak diusahakan (termasuk lahan sawah yang terkena

bencana serta lahan yang belum diusahakan/ditinggalkan).

 Lahan-lahan perluasan areal tanam baru (PAT) eks kegiatan

2015, PAT Gerakan Pengembangan Jagung Hibrida Tahun

Anggaran 2016, dan lahan eks Pengembangan Jagung Di

Lahan Khusus Tahun 2016 dapat dilanjutkan menerima bantuan

tahun anggaran 2017.

Perlu ditekankan bahwa jika lahan yang digunakan untuk Kegiatan

Jagung Tahun 2017 adalah milik perusahaan/HGU swasta atau

BUMN/BUMD atau Perum Perhutani/Inhutani maka Badan Hukum

pemilik lahan tidak berhak mendapat bantuan benih jagung dan

sarana produksi. Bantuan hanya boleh diberikan kepada

petani/pelaksana.

C. Pembagian Tugas dan Penanggung Jawab

Pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017 seluas 3 (tiga) juta

hektar melibatkan dua pihak yaitu Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan dan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam kaitan ini

maka disusun pembagian tugas dan tanggung jawab sebagai

(39)

1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bertanggung jawab

mengelola pertanaman jagung di lahan regular seluas 2 (dua)

juta hektar. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga

bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan administrasi

anggaran keseluruhan kegiatan.

2. Direktorat Jenderal Perkebunan bertanggung jawab mengelola

pertanaman jagung di lahan perkebunan seluas 1 (satu) juta

hektar.

D. Prosedur Pengajuan CP/CL.

1. CPCL menjadi dokumen penting sebagai dasar penyusunan

Rencana Kerja Sama (RKS) dan Proses Pengadaan Bantuan.

Format CPCL sesuai pada Lampiran 10.

2. Verifikasi CPCL dilakukan oleh Dinas Pertanian/Bidang

Tanaman Pangan Kabupaten/Kota selaku penanggung jawab

administrasi.

3. Verifikasi CPCL pengembangan jagung di lahan perkebunan

dilakukan oleh Dinas Perkebunan/Bidang Tanaman

Perkebunan Kabupaten/Kota.

4. Verifikasi CPCL pengembangan jagung di lahan Perum

Perhutani/Inhutani/PTPN dilakukan oleh Dinas

Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Kabupaten/Kota.

5. Jika anggaran berada di Satuan kerja kabupaten/kota, hasil

(40)

ke Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk ditetapkan

sebagai CPCL penerima bantuan oleh PPK dan kemudian

disahkan oleh KPA. Khusus untuk pertanaman jagung di lahan

perkebunan, SK Penetapan dan pengesahannya CPCL

ditembuskan ke Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan

Provinsi.

6. Jika anggaran berada di Satuan kerja propinsi, hasil verifikasi

CPCL dari Dinas Pertanian atau Bidang Tanaman Pangan

Kabupate/kota diusulkan ke Dinas Pertanian/Bidang Tanaman

Pangan Provinsi untuk selanjutnya ditetapkan oleh PPK dan

kemudian disahkan oleh KPA. Khusus untuk pengembangan

jagung di lahan perkebunan hasil verifikasi CPCL dari Dinas

Perkebunan/Bidang Perkebunan Kabupaten/Kota disampaikan

ke Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Provinsi untuk

selanjutnya diusulkan ke Dinas Pertanian/Bidang Tanaman

Pangan Provinsi, untuk ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh

KPA.

7. Sebagai tindaklanjut penandatanganan Nota Kesepahaman

antara Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dan

Dinas Pertanian setiap provinsi pada bulan September 2016,

maka pelaksana Kegiatan Jagung Tahun 2017 agar dapat

dimitrakan dengan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak

(GPMT) dalam hal pemasaran hasil. Dalam kaitan ini Dinas

(41)

terbentuknya kemitraan dengan menyampaikan daftar

pelaksana kegiatan dan merumuskan Perjanjian Kerjasama/

kontrak pembelian dengan GPMT.

E. Pilihan Varietas

1. Varietas benih jagung hibrida yang dipilih harus memiliki potensi

hasil minimal 10 ton per hektar (pipilan kering), dan tahan/agak

tahan/toleran penyakit bulai. Sedangkan untuk varietas jagung

komposit harus memiliki potensi hasil minimal 5 ton per hektar

(pipilan kering).

2. Untuk mendorong perkembangan industri benih jagung nasional,

pada tahun anggaran 2017 ini berdasarkan kesepakatan

pemerintah dengan legislatif tentang penggunaan varietas

jagung hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

(Balitbangtan) Kementerian Pertanian, sekurang-kurangnya 33%

varietas tersebut digunakan dalam kegiatan jagung 2017.

Varietas hasil Balitbangtan terdiri dari varietas hibrida dan

varietas komposit.

3. Sehubungan dengan ketentuan (no. 2) diatas, Dinas

Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Kabupaten/Kota dan atau

Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Kabupaten/Kota dan/

atau dan Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Provinsi dan

atau Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Provinsi agar

mensosialisasikan dan mengupayakan penggunaan varietas

(42)

Kementerian Pertanian sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

Contoh varietas hasil penelitian Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian per provinsi tercantum pada

Lampiran 24 dan Lampiran 25.

4. Penggunaan varietas selain hasil Balitbangtan (maksimum 67%)

sesuai dengan varietas yang tercantum CPCL.

F. Bantuan/Fasilitasi Pelaksanaan Kegiatan Jagung

Fasilitasi atau stimulan fisik yang diberikan pemerintah pada kegiatan

Jagung Tahun 2017 bersumber dari dana bantuan pemerintah melalui

APBN Tahun Anggaran 2017 yang tertuang pada Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Tahun Anggaran 2017 yang dialokasikan di Satker Tugas

Pembantuan (TP) Mandiri, Satker TP Provinsi atau Satker Pusat,

dengan mekanisme pencairan anggaran melalui pola transfer

barang/uang, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:

173/PMK.05/2016 tanggal 17 November 2016.

Adapun rincian komponen bantuan pemerintah untuk mendukung

kegiatan Jagung Tahun 2017 sebagai berikut:

b. Benih jagung hibrida sebanyak 15 kg per ha, atau benih jagung

komposit sebanyak 25 kg per ha

c. Pupuk Urea (jumlahnya menyesuaikan ketersediaan anggaran)

(43)

transfer uang. Terkait dengan mekanisme penyaluran bantuan

pemerintah tersebut, dapat dilihat pada Petunjuk Teknis

Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan Tahun 2017.

Penyerahan bantuan pemerintah (benih dan pupuk) disesuaikan

dengan jadwal tanam dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa.

Untuk mengantisipasi pergeseran jadwal tanam, setidaknya

tanggal kedaluarsa benih berlaku hingga satu bulan setelah jadwal

tanam. Bantuan pemerintah diserahkan hingga titik bagi

(desa/kelompok tani). Kemasan bantuan benih dan pupuk

mencantumkan tulisan “BARANG MILIK PEMERINTAH,

DILARANG DIPERJUAL BELIKAN”.

Pelaksana kegiatan diperbolehkan menambah anggaran secara

swadaya jika diperlukan untuk memenuhi rekomendasi teknis,

kesesuaian agroekosistem, atau pemilihan varietas tertentu yang

harganya melebihi pagu anggaran yang tersedia.

Jika jumlah pupuk yang disediakan tidak memenuhi rekomendasi

teknis spesifik lokasi, maka pelaksana kegiatan disarankan

menambahkan kekurangan dosis secara swadaya. Bantuan yang

diberikan Pemerintah Pusat merupakan stimulan dan penambahan

kekurangan dosis secara swadaya merupakan salah satu bentuk

keikutsertaan semua pihak dalam menyukseskan kegiatan

tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan rasa

(44)

(petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani/LMDH) sehingga

tentunya akan berupaya melaksanakan kegiatan tersebut dengan

baik dan berhasil.

Pada pertanaman tumpangsari di lahan perkebunan atau di lahan

kehutanan maka jumlah bantuan disesuaikan dengan rasio

tanaman jagung terhadap tanaman lainnya. Pada pola

tumpangsari dengan tanaman hutan atau perkebunan jumlah

bantuan diatur sebagai berikut:

 Jika usia tanaman pokok baru 0-1 tahun maka rasio tanaman

jagung bisa 90 %;

 Untuk tanaman pokok usia 1-2 tahun rasio tanaman jagung bisa

80%;

 Untuk tanaman pokok usia 2-3 tahun rasio tanaman jagung bisa

70%;

 Pola tumpang sari di lokasi dengan usia tanaman pokok lebih

dari 3 tahun disesuaikan dengan kondisi lokasi dengan

mempertimbangkan agronomis tanaman. Hal ini dapat dilakukan

misalnya di lahan perkebunan kelapa yang usia tanamannya

sudah sangat tua dan tanamannya sudah tinggi sehingga dapat

diperoleh pencahayaan yang cukup untuk tanaman jagung.

Komponen sarana produksi (benih jagung dan pupuk urea),

merupakan komponen wajib dan perlu digunakan agar hasil

(45)

Varietas jagung yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi

setempat (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan

anjuran teknologi di masing-masing lokasi, tercantum dalam

blanko RUK, disetujui dan/atau diketahui oleh Petugas

Lapangan/Penyuluh/Mantri Tani.

Benih dan pupuk dapat diperoleh dari kios, penangkar benih,

produsen (BUMN/BUMD/Swasta), distributor dan atau penyedia

lain yang jelas. Selanjutnya kemasan dan label agar disimpan

dengan baik untuk monitoring/pemeriksaan.

Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak

dapat difasilitasi melalui bantuan pemerintah (APBN Tahun 2017)

maupun kekurangannya, agar ditanggung dan diusahakan secara

swadaya oleh anggota kelompok tani/gabungan kelompok tani

atau dari sumber lainnya yang sah dan tidak saling tumpang tindih

dengan maksud mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Hal

ini dimaksudkan agar petani/ kelompoktani/gabungan kelompok

tani mempunyai rasa ikut memiliki sehingga mempunyai tanggung

jawab moral untuk menyukseskan kegiatan tersebut dalam rangka

mendukung upaya peningkatan produksi padi tahun 2017. Apabila

terdapat sisa penggunaan dana yang berasal dari DIPA APBN

Tahun 2017 tersebut maka sisa dana dikembalikan ke kas Negara

melalui mekanisme sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Apabila dalam pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017,

(46)

penanggulangannya akan mendapatkan bantuan pemerintah

berupa pestisida sesuai dengan jenis dan ketersediaan. Adapun

mekanisme untuk memperoleh bantuan tersebut, sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

G. Jadwal Pelaksanaan

Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran bantuan (benih, pupuk)

untuk kegiatan Jagung Tahun 2017 dilaksanakan pada tahun

anggaran 2017. Penanaman dilakukan paling lambat 30

September 2017 kecuali di daerah tertentu yang secara agroklimat

tidak memungkinkan, namun demikian proses administrasinya

paling lambat Bulan Oktober 2017 telah terealisasi seluruhnya

(Jadwal Pelaksanaan disajikan pada Lampiran 15). Hal tersebut

dengan penjelasannya, harus dituangkan dalam Petunjuk

Pelaksanaan yang disusun oleh Dinas Pertanian Pertanian

Provinsi atau dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh Dinas

(47)

V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI

A. Pengorganisasian

1. Struktur Organisasi

Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah/prinsip

pengelolaan pemerintahan yang baik (good governance) dan

pemerintahan yang bersih (clean governance), maka

pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017, harus memenuhi

prinsip-prinsip :

a. Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan;

b. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN);

c. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan

demokratisasi;

d. Memenuhi azas akuntabilitas.

Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan jagung berada

pada Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan

Kabupaten/Kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan

program berada pada Dinas Pertanian yang membidangi

tanaman pangan di Provinsi atas nama Gubernur. Tanggung

jawab atas program dan kegiatan berada pada Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dengan memberikan fasilitasi

(48)

Kegiatan koordinasi pembinaan lintas Kabupaten/Kota

difasilitasi oleh Provinsi, sedangkan kegiatan koordinasi dan

pelaksanaan teknis operasional difasilitasi oleh Kabupaten/Kota.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan padi maka di tingkat

Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat

Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota.

2. Penanggung Jawab Program

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfasilitasi koordinasi

persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan

Bantuan Pemerintah antara lain :

a. Menyusun pedoman pelaksanaan sebagai salah satu acuan

dalam pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan berjalan sesuai

dengan yang telah ditetapkan;

b. Menggalang kemitraan dan melaksanakan koordinasi

dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Instansi terkait serta

seluruh pemangku kepentingan, dalam pelaksanaan,

pemantauan/pengendalian dan evaluasi kegiatan;

c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran.

B. Operasionalisasi

Disamping pembiayaan fisik seperti di uraikan diatas, di

masing-masing daerah (Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksana kegiatan

(49)

disesuaikan dengan luasan areal kegiatan, ketersediaan

infrastruktur dan ketersediaan anggaran. Dana tersebut di

alokasikan pada DIPA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Tahun Anggaran 2017 pada Satuan Kerja (Satker) Tugas

Pembantuan (Kabupaten Mandiri), Satker Tugas Pembantuan

Provinsi, Satker Dekonsentrasi (Provinsi) dan Satker Pusat.

Anggaran yang tersedia digunakan utamanya untuk:

identifikasi dan verifikasi CP/CL, pembinaan, bimbingan,

pendampingan, pengawalan dan monitoring, evaluasi serta

pelaporan dan atau kegiatan lainnya, seperti yang tercantum

dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) di

masing-masing Satker.

Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh petugas dinas

provinsi dan kabupaten/kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT,

PBT, KCD, Mantri tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di

masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta

jajarannya/BABINSA), Camat dan Kades atau lainnya serta

petugas Pusat. Untuk itu, koordinasi dan sinergisitas dengan

seluruh pihak termasuk dengan jajaran TNI-AD di daerah sangat

diperlukan.

Mengingat anggaran operasional tersebut sangat terbatas,

maka kontribusi melalui dana APBD Kabupaten/Kota dan

APBD Provinsi sangat diharapkan, utamanya untuk

(50)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017.

Komitmen Pemerintah Daerah yang kuat akan mendorong

percepatan pelaksanaan kegiatan yang pada akhirnya akan

menciptakan kinerja serapan anggaran dan kinerja produksi

jagung dalam pencapaian sasaran dan peningkatan pendapatan

petani beserta keluarganya.

Terkait dengan teknologi budidaya yang akan diterapkan pada

lokasi kegiatan jagung, hendaknya dikomunikasikan dan atau

dikonsultasikan dengan Badan Litbang/BPTP setempat dan

disesuaikan dengan kondisi di lapangan (spesifik lokasi) guna

menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga

diharapkan dapat menjadi mengungkit peningkatan produktivitas

dan produksi jagung.

Publikasi yang telah diterbitkan oleh Badan Litbang Kementerian

Pertanian dan instansi terkait lainnya juga dapat dijadikan

panduan dan acuan dalam penerapan budidaya jagung.

Guna mendukung pencapaian tujuan tersebut di atas, maka

pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah

dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan

dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas

Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi

perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta

(51)

Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim,

Korem, Babinsa) dan stake holders lainnya.

Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas

Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT,

PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di

masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/

BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat.

Pengawalan pengembangan teknologi budidaya jagung

dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi

dan juga oleh Pemuda Tani.

Selanjutnya Pokja UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai, atau

Posko lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi

jagung, pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi)

harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi

dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama

memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan

tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui

segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar

(52)

VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara

periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang

mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta

Desa.

A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan serta

penyusunan laporan secara periodik setiap bulan atas pelaksanaan

program dan kegiatan Jagung Tahun 2017 di provinsi dan

kabupaten/kota sesuai dengan ketersediaan dana.

B. Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Perkebunan Provinsi

melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan serta

penyusunan laporan hasil pemantauan dan pengendalian atas

pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017 di kabupaten/kota

diharapkan minimal 2 (dua) kali selama musim tanam sesuai

dengan ketersediaan dana. Laporan disampaikan ke Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, cq. Direktorat Serealia.

C. Dinas Pertanian Kabupaten dan Dinas Perkebunan Kabupaten

melakukan koordinasi, bimbingan, pemantauan dan pengendalian

serta evaluasi, atas pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017 di

tingkat lapangan/kelompok tani pelaksana kegiatan minimal 4

(empat) kali selama musim tanam disesuaikan dengan

(53)

pelaksana kegiatan dan membantu kelancaran distribusi bantuan

pemerintah.

D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Badan Penelitian

(54)

VII. PENGENDALIAN, MONITORING, DAN EVALUASI

DAN PELAPORAN

A. Pengendalian Kegiatan

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Proses

pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh

masing-masing instansi. Pengendalian dilaksanakan secara

berjenjang oleh Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas

Pertanian Kabupaten/Kota bersama pihak penyedia sarana

produksi (benih dan pupuk). Pengendalian dilaksanakan secara

periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen. Pengendalian

meliputi perkembangan pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017,

sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi jagung

tahun 2017.

Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas

fungsional (Inspektorat Jenderal, Inspektorat Daerah, maupun

lembaga atau instansi pengawas lainnya) dan pengawasan oleh

masyarakat, sehingga diperlukan penyebarluasan informasi

kepada pihak yang terkait (penyuluh pertanian, pengurus

kelompok, anggota kelompok, tokoh masyarakat, organisasi petani,

LSM, aparat instansi di daerah, perangkat pemerintahan mulai dari

desa sampai kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga

(55)

Ada 9 (sembilan) tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina di

Pusat/Provinsi dan Tim Teknis di Kabupaten/Kota;

2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran

dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis di

Kabupaten/Kota;

3. Tahap transfer/penyaluran bantuan pemerintah ke rekening

kelompok (jika transfer uang);

4. Tahap pencairan bantuan pemerintah yang dilakukan oleh

kelompok;

5.Tahap penyediaan dan penyaluran bantuan oleh pihak penyedia

barang/sarana produksi.

7. Tahap kebenaran dan ketepatan pemanfaatan dana bantuan

pemerintah oleh kelompok;

8. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh

kelompok;

9. Tahap evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban output,

(56)

B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan

sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan

kegiatan, realisasi tanam, panen, produktivitas, dan produksi

jagung oleh ketua kelompok tani atau petugas lapangan (Format

laporan terlampir).

Mekanisme pelaporan:

1. Ketua kelompok tani atau petugas pendamping/lapangan,

mengirimkan data tanggal realisasi tanam dan realisasi panen

beserta luasannya ke pusat.

2. Waktu penyampaian data dilakukan pada saat tanam dan

panen.

Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520;

Telp. (021) 7806262; Faximile (021) 7802930; email.

[email protected].

C. Evaluasi dan Pelaporan

Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota setelah seluruh rangkaian kegiatan Jagung Tahun

(57)

Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengindentifikasi

berbagai masalah yang timbul maupun tingkat keberhasilan yang

dapat dicapai dalam pelaksanaan program dan kegiatan sehingga

dapat diketahui tindakan korektif sedini mungkin.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan

berjenjang sesuai dengan tahapan pengembangan usaha

kelompok yang dilakukan dari awal kegiatan sampai dengan akhir

kegiatan. Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan Jagung Tahun

2017 dan pencapaian produksi jagung tahun 2017, 2) Tingkat

pencapaian sasaran areal dan hasil/produksi, 3) Kenaikan tingkat

produktivitas di lokasi pengembangan teknologi budidaya jagung

(Ubinan), 4) Penerapan komponen teknologi budidaya jagung dan

5). Kegiatan pendukung lainnya.

Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi,

kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit kerja secara

periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu

dari Pemandu Lapangan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan

dari Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan c/q Direktorat Serealia.

Laporan kegiatan meliputi pelaksanaan kegiatan jagung,

hasil/produksi dan produktivitas yang telah diperoleh, dan lain-lain

sebagaimana terlihat dalam format laporan (Lampiran 16, 17, 18

(58)

serta data dukung lainnya yang dapat berupa form Check List

Pengendalian Kegiatan (Lampiran 20), Surat Pernyataan

Penyelesaian Pekerjaan (Lampiran 21) dan Contoh Berita Acara

Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Bantuan Pemerintah (Lampiran 22).

Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520;

Telp. (021) 7806262; Faximile (021) 7802930; email.

[email protected].

Pada akhirnya, apabila seluruh kegiatan jagung tahun 2017 telah

selesai dilaksanakan, maka segera di proses Berita Acara (BA) Serah

Terima Pekerjaan dan dilanjuti dengan Berita Acara (BA) Serah Terima

Pengelolaan Bantuan Pemerintah (Lampiran 23).

Dokumen-dokumen tersebut, selanjutnya disampaikan ke: Direktorat

Serealia Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp.

(021) 7806262 ; Faximile (021) 7802930; email.

[email protected].

Kinerja penyampaian laporan, peningkatan luas tanam jagung (LTJ),

serapan anggaran dan pencapaian produski merupakan salah satu

dasar penentuan anggaran Tahun 2018 dan tahun-tahun berikutnya

(59)

VIII. PENUTUP

Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 dilakukan sesuai dengan

Pedoman Pelaksanaan ini. Apabila terdapat perubahan dan belum

diatur dalam Pedoman Pelaksanaan ini, akan diatur lebih lanjut.

Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas

Kabupaten/Kota yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian

Provinsi dan selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktur Jenderal

(60)
(61)
(62)

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung
Tabel 3. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun 2017
Tabel 4.  Skenario Pencapaian Produksi Jagung 2017 (UPSUS)

Referensi

Dokumen terkait

Produksi dan Produktivitas Usahatani Kedelai dan Jagung di Daerah Penelitian 56 Motivasi Petani dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam dari Kedelai – Kedelai Padi Ke Jagung – Jagung

perlu dibuat aturan dan ketentuan yang harus dilaksanakan oleh penerima bantuan pemerintah. Oleh karena itu telah disusun Pedoman Pelaksanaan, sebagai acuan pelaksanaan bantuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pendapatan usahatani jagung antara petani yang melalui pola kemitraan dan non kemitraan (2) efisiensi biaya produksi petani jagung di

Petani sasaran sebagai penerima bantuan adalah anggota kelompok tani yang telah diseleksi dan selanjutnya ditetapkan sebagai Calon Petani (CP) penerima bantuan dengan Surat

Hasil Analisis Hubungan Antara Sikap Petani terhadap Program Bantuan Sarana Produksi Padi dengan Produktivitas dan Pendapatan

Peningkatan produksi jagung Provinsi lampung dapat dilakukan dengan strategi: peningkatan produktivitas, perluasan areal panen, dan pengamanan produksi..

Sehingga disimpulkan dalam pemberdayaan petani melalui demfarm bantuan sarana produksi tidak perlu lengkap akan tetapi sesuai dengan materi yang akan disuluhkan kepada

Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi