Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional. Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan energi.
Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah berupaya untuk mewujudkan swasembada jagung melalui peningkatan produksi jagung secara berkelanjutan. Untuk itu, maka pada tahun anggaran
2017 ini pemerintah memfasilitasi melaluiKegiatan Jagung.
Kegiatan Jagung Tahun 2017 ini diharapkan mampu mendorong perluasan
areal tanam jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan,
Perhutani/Inhutani, lahan kesultanan, lahan adat/ulayat dan lain-lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi kemudian tidak ditanami lagi (peningkatan IP).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan “Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Jagung Tahun 2017” untuk mengoperasionalkan kegiatan
tersebut di daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 ini disusun untuk menjadi acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan ini. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Jakarta, 30 Desember 2016
Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
DAFTAR TABEL ……… vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Dasar Hukum ... 3
C. Tujuan dan Sasaran ... 7
D. Pengertian-Pengertian ... 7
II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017... 14
A. Keragaan Produksi ... 14
B. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 ... 15
C. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun 2017 ... 16
D. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ... 17
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017……… 20
A. Strategi Pencapaian Produksi Jagung 2017 ……… ... 21
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017 ... 26
A. Kriteria Calon Petani Pelaksana Kegiatan ... 26
B. Kriteria Calon Lokasi Kegiatan ... 28
C. Pembagian Tugas dan Penanggung Jawab ... 30
D. Prosedur Pengajuan CP/CL ... 31
E. Pemilihan Varietas ... 33
F. Bantuan/Fasilitasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan ... 34
G. Jadwal Pelaksanaan ... 38
V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI………… 39
A. Pengorganisasian ………. 39
B. Operasionalisasi ……… . 40
VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN…………. 44
VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 46
A. Pengendalian Kegiatan ... 46
B. Monitoring ... ... ….. 48
C. Evaluasi dan Pelaporan ... ... ….. 48
VIII. PENUTUP ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Jagung Tahun 2017 (UPSUS )
...
53Lampiran 2. Sasaran Luas Tanam Jagung Bulanan
MT 2016/2017 dan Tahun 2017 (UPSUS)……... 54
Lampiran 3. Sasaran Produksi Jagung Bulanan Tahun 2017
(UPSUS) …... 55
Lampiran 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Jagung Tahun 2017 per Kabupaten (UPSUS) ... 56
Lampiran 5. Kebutuhan Benih Jagung Hibrida Tahun 2017 …… 68
Lampiran 6. Kebutuhan Pupuk NPK untuk Jagung Tahun 2017.. 69
Lampiran 7. Kebutuhan Pupuk Urea untuk Jagung Tahun 2017.. 70
Lampiran 8. Kebutuhan Pupuk Organik untuk Jagung
Tahun 2017……… 71
Lampiran 9. Rekapitulasi Areal Kegiatan Jagung Tahun
2017 ... 72
Lampiran 10. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota Tentang Usulan CPCL Pelaksana Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 73
Lampiran 11. Surat Persetujuan Kepala Dinas Pertanian
Lampiran 12. Contoh Surat Keputusan PPK Dinas Pertanian Provinsi Tentang Penetapan Pelaksana/Kelompok Tani Penerima Bantuan Kegiatan Jagung Tahun 2017... 75
Lampiran 13. Contoh Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Penetapan Pelaksana/ Kelompok Tani Penerima Bantuan Kegiatan
Jagung Tahun 2017 ... 77
Lampiran 14. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Pelaksana
Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 78
Lampiran 15. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 79
Lampiran 16. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan
Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 80
Lampiran 17. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten
Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 81
Lampiran 18. Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017 ... 82
Lampiran 19. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten
Realisasi Kegiatan Jagung Tahun 2017……… 83
Lampiran 20. Check list Pengendalian Kegiatan …….………….. 84
Lampiran 21. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan ……… 88
Lampiran 22. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Hasil
Pekerjaan ………. 89
Lampiran 24. Daftar Varietas Jagung Hibrida Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian ... 91
Lampiran 25. Daftar Varietas Jagung Komposit Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Jagung Tahun 2012-2016……… 14
Tabel 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 ... 15
Tabel 3. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun 2017 .... 16
A. Latar Belakang
Komoditas jagung mempunyai peran yang sangat strategis, baik
dalam sistem ketahanan pangan maupun perannya sebagai
penggerak roda ekonomi nasional. Selain perannya sebagai
pangan bagi sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga
berkontribusi terhadap ketersediaan protein karena jagung menjadi
bahan baku pakan baik ternak maupun perikanan. Jagung menjadi
penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong
pertumbuhan industri hilir yang berkontribusi cukup besar pada
pertumbuhan ekonomi nasional.
Jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan dan pakan
saja, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku industri lainnya,
seperti bahan bakar alternatif (biofuel), polymer dan lain-lain.
Permintaan jagung baik untuk industri pangan, pakan, dan
kebutuhan industri lainnya dalam lima tahun ke depan
diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan terus
bertambahnya jumlah penduduk dan juga peningkatan pendapatan
dan daya beli masyarakat.
Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam meningkatkan
produksi maupun produktivitas jagung. Lahan yang tersedia untuk
teknologi sudah tersedia, sehingga prospek keuntungan bagi
pembudidayanya cukup besar.
Peningkatan produksi jagung dalam rangka memenuhi kebutuhan
jagung dalam negeri telah dilakukan dengan berbagai upaya
antara lain melalui: (1) Peningkatan produktivitas (penerapan
teknologi tepat guna spesifik lokasi); (2) Penggunaan varietas
unggul bermutu; (3) Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung
Produksi; (4) Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi dari
serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak
Perubahan Iklim (DPI); (6) Penanganan pasca panen; (7)
Dukungan penelitian dan penyuluhan, dan (8) Menjalin kemitraan
dengan stakeholders untuk penguatan modal, bantuan sarana
produksi, penanganan pasca panen, dan pemasaran hasil.
Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri yang terus
meningkat, pemerintah telah menetapkan sasaran produksi jagung
tahun 2017 berdasarkan RKP adalah 25.200.000 ton, sementara
untuk sasaran UPSUS sebesar 30.544.728 ton pipilan kering (PK).
Sasaran UPSUS tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pencapaian produksi jagung tahun 2016, dimana berdasarkan
Angka Ramalan II (ARAM II) BPS 2016 yaitu sebesar 23.164.915
ton pipilan kering (PK).
Menyikapi hal ini, pemerintah bermaksud untuk meningkatkan luas
areal pertanaman jagung yang menggunakan benih unggul
produksi dan produktivitas ini dituangkan dalam Kegiatan Jagung
Tahun 2017.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas agar pelaksanaan
Kegiatan Jagung Tahun 2017 dapat mencapai sasaran yang
diharapkan maka disusun Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Jagung Tahun 2017 sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait
dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. Mengingat
keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan kemampuan
adopsi inovasi teknologi, maka Pedoman Pelaksanaan ini dapat
dilengkapi oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk Petunjuk
Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut dapat
dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran dan selanjutnya dirinci
secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dalam
bentuk Petunjuk Teknis (JUKNIS) sesuai dengan kondisi spesifik
lokasi agar lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan
tidak multitafsir.
Apabila terdapat perubahan dan ada yang belum diatur dalam
Pedoman Pelaksanaan ini, selanjutnya akan diatur lebih lanjut.
Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Pertanian
Provinsi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran
(Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan
Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5767);
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017
(Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 240);
8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan
Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;
10. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
Kementerian/Lembaga; perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/
10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan yang
Baik dan Benar (Good Agriculture Practices);
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010 tentang
Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian;
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/
8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian;
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/Permentan/OT.140/
12/2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/RC.110/
12/2016 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran
Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Anggaran
Tahun 2017;
18. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 43/Kpts/OT.050/12/2015
tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi
Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan
Irigasi dan Sarana Pendukungnya;
19. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1397/RC.110/C/12/2016
Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran
2017;
20. Daftar Isian Pelaksanaan dan Anggaran (DIPA) Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Nomor SP-DIPA-018.03.1.23825/
2017 tanggal 7 Desember 2017;
C. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Sebagai acuan untuk pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun
2017 bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Meningkatkan produktivitas dan produksi jagung.
2. Sasaran
a. Tersedianya acuan pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun
2017 melalui integrasi dengan lahan perkebunan, kehutanan,
Perhutani/Inhutani, lahan kesultanan, lahan adat/ulayat dan
lain-lain bagi provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka
mendukung peningkatan produksi jagung tahun 2017.
D. Pengertian-Pengertian
1. Pengembangan Jagung Tahun 2017 merupakan perluasan
areal tanam jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan,
Perhutani/Inhutani, lahan Kesultanan, lahan adat/ulayat dan
lain-lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau
sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi kemudian tidak
ditanami lagi (peningkatan IP).
2. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta
keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang
pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa
dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi
usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa
penunjang.
3. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya, kesamaan komoditas,
dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan
usaha anggota.
4. Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama
untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
5. Calon Petani dan Calon Lokasi (CP/CL) adalah calon petani
6. Verifikasi adalah kegiatan pengujian terhadap suatu dokumen
untuk memperoleh kebenaran sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
7. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja
usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam
yang disusun melalui musyawarah dalam pengelolaan usahatani
sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian
kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga satuan
dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai
kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi) dan pengeluaran lainnya.
8. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi
kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada
perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga
pemerintah/nonpemerintah. Bentuk Bantuan Pemerintah
meliputi Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi
guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional; bantuan
sarana Prasarana; bantuan rehabilitasi/pembangunan
gedung/bangunan; dan bantuan lainnya yang memiliki
karakteristik bantuan pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna
Anggaran (PA).
9. Benih Varietas Unggul Bersertifikat, adalah benih bina
varietas unggul yang dalam proses produksinya dilaksanakan
10. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral).
11. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dihasilkan dari proses
pembuatan pabrik yang memberikan nutrisi yang langsung
terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan
proses pelapukan.
12. Pupuk Urea adalah adalah pupuk kimia yang mengandung
Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih.
13. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian,
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT),
Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang berperan sebagai
pendamping dan pengawal pelaksanaan kegiatan.
14. Bimbingan dan Pengawalan oleh Petugas Dinas adalah
kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi
dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri
Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di
lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan,
15. Bimbingan dan Pengawalan oleh Aparat adalah kegiatan
yang dilakukan oleh TNI, POLRI beserta jajarannya, Camat,
Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di
lapangan dalam melakukan pengawalan, pendampingan dan
membantu pelaksanaan kegiatan.
16. Bimbingan dan Pengawalan oleh Peneliti adalah kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup
Badan Litbang Pertanian guna meningkatkan pemahaman dan
akselerasi adopsi Teknologi Tumpangsari jagung di lahan
perkebunan dan Fasilitasi Pengembangan Jagung Tahun 2017
lainnya.
17. Bimbingan dan Pengawalan oleh Penyuluh adalah kegiatan
yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan
Teknologi Budidaya Jagung dan secara berkala hadir di lokasi
kegiatan dalam rangka pemberdayaan kelompok tani sekaligus
memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam penerapan
teknologi tersebut.
18. Bimbingan dan Pengawalan oleh POPT (Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan
pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka
19. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas yang
membidangi tanaman pangan yang mempunyai tugas dan fungsi
sebagai pembina, pelaksana dan pengendalian kegiatan/
program pembangunan sektor pertanian di tingkat provinsi/
kabupaten/kota.
20. Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas
yang membidangi perkebunan yang mempunyai tugas dan
fungsi sebagai pembina, pelaksana dan pengendalian
kegiatan/program pembangunan sektor perkebunan di tingkat
provinsi/kabupaten/kota.
21. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan pemantauan yang
dimulai dari tahap awal sampai akhir pelaksanaan kegiatan
sesuai aturan yang sudah ditetapkan.
22. Pelaporan adalah penyajian data/fakta/kondisi kegiatan yang
telah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan sesuai aturan
yang sudah ditetapkan.
23. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani dengan
sumber pembiayaan yang berasal dari modal petani sendiri.
24. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah
Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga
25. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA
adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari Pengguna
Anggaran (PA) untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
26. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA
untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG
PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017
A. Keragaan
Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat 19,49%, dari
19,39 juta ton PK pada tahun 2012 menjadi sebesar 23,16 juta ton
PK (Prakiraan 2016), dengan perkiraan luas panen 4.384.510 ha
dan produktivitas 52,83 ku/ha (angka masih berubah sampai
ditetapkannya ATAP 2016), sedangkan peningkatan produktivitas
mencapai 7,85% dan luas panen meningkat 10,79%, seperti
terlihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2012-2016
(ha) (%) (ku/ha) (%) (ton) (%)
2012 3,957,595 48.99 19,387,022
2013 3,821,059 (3.45) 48.45 (1.10) 18,511,853 (4.51) 2014 3,837,019 0.42 49.54 2.26 19,008,426 2.68 2015 3,787,367 (1.29) 51.78 4.53 19,612,435 3.18 2016 4,384,510 15.77 52.83 2.03 23,164,915 18.11
Rerata 5 tahun 3,957,510 50.32 19,936,930
Perkembangan 426,915 10.79 3.85 7.85 3,777,893 19.49
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
B. Sasaran Produksi Jagung 2017
Sasaran produksi jagung tahun 2017, dikemukakan pada Tabel 2
berikut:
Tabel 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 (UPSUS)
Luas Tanam (ha) 4,800,000 6,046,073 25.96 Luas Panen (ha) 4,560,000 5,743,769 25.96 Produktivitas (ku/ha) 52.63 53.18 0.39
Produksi (ton) 24,000,000 30,544,728 26.44
Uraian Sasaran
2016
Sasaran 2017
(%) Sasaran 2017 thdp 2016
Sumber: BPS
Sasaran produksi jagung tahun 2017 sebesar 30,54 juta ton PK
atau meningkat 26,44% dari sasaran produksi jagung tahun 2016
yang dihasilkan dari sasaran luas tanam jagung seluas 6,05 juta ha
dan sasaran luas panen 5,74 juta ha atau meningkat 25,96% dari
sasaran luas tanam dan panen jagung tahun 2016, sasaran
produktivitas jagung tahun 2017 sebesar 53,18 ku/ha atau
meningkat 0,39% dari sasaran produktivitas jagung tahun 2016.
Secara rinci sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi
Jagung tahun 2017 per Provinsi disajikan pada Lampiran 1,
sasaran tanam dan produksi per bulan per provinsi, disajikan pada
Lampiran 2 dan Lampiran 3; sasaran tanam, panen, provitas dan
produksi per kabupaten pada Lampiran 4 serta kebutuhan benih
dan pupuk per bulan per provinsi disajikan pada Lampiran 5, 6,
C. Rancangan Neraca Produksi Jagung 2017
atau surplus pada setiap bulannya. Hal ini untuk mengantisipasi
D. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi
Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai
swasembada jagung secara berkelanjutan. Namun demikian masih
terdapat sejumlah kendala dan masalah yang perlu diselesaikan.
Kendala dan masalah tersebut adalah belum teradopsinya sistem
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) secara penuh dan utuh di
kalangan petani jagung. Beberapa masalah tersebut antara lain
sebagai berikut:
d.1. Penggunaan Benih Unggul
Penggunaan benih unggul merupakan kunci utama untuk
peningkatan produktivitas jagung. Dalam kaitan ini
pemerintah mendorong penggunaan benih jagung hibrida
unggul karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.
Sampai saat ini tingkat penggunaan benih jagung hibrida
masih rendah yaitu baru sekitar 60% dari total pertanaman.
Tingkat penggunaan benih unggul yang masih rendah ini
antara lain disebabkan harga benih jagung hibrida relative
tinggi sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar petani.
Selain masalah harga, distribusi benih unggul jagung hibrida
yang belum meluas juga menjadi kendala bagi petani untuk
d.2. Pemupukan Berimbang
Penerapan penggunaan pupuk berimbang juga belum
sepenuhnya diterapkan oleh petani, sehingga masih menjadi
permasalahan dalam pengembangan jagung. Saat ini
sebagian besar petani belum menerapkan prinsip pemupukan
sesuai rekomendasi sehingga produktivitas hasil tidak
maksimal sesuai potensi. Permasalahan lain yaitu
keterbatasan modal dan ketersediaan pupuk tepat waktu dan
tepat jumlah. Terkait dengan permodalan, sebagian besar
petani jagung masih menggunakan modal sendiri tanpa
dukungan dari perbankan atau lembaga permodalan lainnya.
Akibatnya, petani memupuk sesuai dengan kemampuan
keuangannya. Sementara itu, di sejumlah daerah distribusi
pupuk juga masih belum lancar sehingga sering terjadi pupuk
tidak tersedia pada saat diperlukan. Kondisi di atas
menyebabkan produktivitas jagung di tingkat petani masih
rendah.
c.3. Pasca Panen
Penanganan pasca panen sangat diperlukan mengingat hasil
panen jagung mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan
pasca panen yang tepat. Sembilan jam setelah panen, jagung
harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 14-15%. Jika
Kandungan aflatoxin yang tinggi bisa menyebabkan
keracunan pada unggas yang memakannya.
Namun demikian sampai saat ini mayoritas petani belum
melakukan penanganan pasca panen dengan baik dan benar.
Setelah pemanenan, petani umumnya hanya mengeringkan
di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan cara ini
sebenarnya cukup bisa menurunkan kadar air namun sulit
untuk mencapai tingkat maksimum (14-15%). Selain itu, jika
panen dilakukan pada musim hujan pengeringan akan
terkendala oleh cuaca yang kurang baik (mendung, hujan,
dan lain-lain).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas seharusnya dilakukan
pengeringan secara mekanis dengan menggunakan alat
pengering (dryer). Namun ketersediaan dryer baik yang
disediakan pemerintah maupun swasta masih sangat
terbatas. Akibatnya kualitas jagung petani jarang mencapai
tingkat terbaik (premium). Pengolahan pasca panen yang
tidak maksimal ini juga menyebabkan susut hasil akibat
kerusakan jagung.
III.
STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN
PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2017
Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan
strategis dalam pembangunan nasional. Saat ini, jagung tidak hanya
digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga digunakan sebagai
bahan pakan dan industri.
Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus
dengan pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan
kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan energi. Sebagian
besar dari pemenuhan konsumsi protein hewani masyarakat
bersumber dari daging ayam. Dalam hal ini jagung merupakan bahan
baku utama pakan ternak, dan menentukan keberlanjutan produksi
daging nasional.
Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah
berupaya untuk mewujudkan swasembada jagung melalui peningkatan
produksi jagung secara berkelanjutan. Untuk itu, pada tahun anggaran
2017 ini pemerintah memfasilitasi Kegiatan Jagung. Kegiatan Jagung
Tahun 2017 ini diharapkan mampu mendorong perluasan areal tanam
jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan, Perhutani/Inhutani,
tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung
tetapi kemudian tidak ditanami lagi (peningkatan IP).
A. Strategi Pencapaian Produksi Jagung 2017
a.1. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)
Dalam upaya peningkatan produksi jagung, maka kegiatan
jagung yang difasilitasi Kementerian Pertanian melalui APBN
TA. 2017 menitikberatkan pada kegiatan perluasan areal
tanam (ektensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman
jagung pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan,
antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan, dan
lahan lainnya.
Guna mendukung kegiatan ini dilaksanakan melalui pemberian
bantuan prasarana dan sarana pertanian yang terdiri dari :
benih jagung, alat dan mesin pertanian baik pra panen maupun
pasca panen serta infrastruktur air irigasi/jaringan irigasi sesuai
kebutuhan lahan dan didukung oleh potensi sumber daya alam
yang tersedia dilokasi.
a.2. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi)
Peningkatan produktivitas jagung merupakan usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung dengan cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia. Dalam
upaya pananganan masalah terkait: pengelolaan tanah,
penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukkan,
pemanenan dan kegiatan selama pasca panen.
Peningkatan produktivitas jagung dilakukan melalui
peningkatan penggunaan benih varietas spesifik lokasi unggul
bermutu dengan produktivitas tertinggi termasuk benih jagung
hibrida, komposit, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik
lokasi, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya
disertai dengan peningkatan pengawalan, pendampingan,
pemantauan dan koordinasi. Strategi ini terutama dilaksanakan
di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan,
sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi
diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2017
adalah peningkatan produksi jagung. Sejalan dengan hal tersebut,
maka pada tahun 2017 upaya peningkatan produksi jagung akan
diarahkan pada kegiatan perluasan areal tanam (PAT) dan
peningkatan indeks pertanaman (PIP).
Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai
swasembada jagung secara berkelanjutan. Peningkatan produksi
jagung dilakukan dengan berbagai upaya antara lain melalui: (1)
lokasi); (2) Penggunaan varietas unggul bermutu; (3)
Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Produksi; (4)
Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi dari serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan
Iklim (DPI); (6) Penanganan pasca panen; (7) Dukungan penelitian
dan penyuluhan, dan (8) Menjalin kemitraan dengan stakeholders
untuk penguatan modal, bantuan sarana produksi, penanganan
pasca panen, dan pemasaran hasil.
Sasaran tanam 2017 seluas 6.046.073 ha akan tercapai melalui
dukungan program dan kegiatan, sebagai berikut:
1. Peningkatan luas tanam 2016 dengan memanfaatkan
pertanaman carry over 2016 seluas : 1.913.379 ha, meliputi:
Pengembangan Jagung di Lahan Khusus : 551.540 ha
Pertanaman Reguler (APBN & Pengadaan Pusat) : 311.839
ha
Swadaya Masyarakat : 1.050.000 ha.
2. Peningkatan luas tanam 2017 seluas : 4.132.694 ha, meliputi:
Perluasan Areal Tanam (PAT)/Peningkatan Indeks
Pertanaman (PIP) : 2.000.000 ha
Integrasi Perkebunan : 1.000.000 ha
Peningkatan mutu pertanaman reguler/swadaya : 1.132.694
Guna pencapaian sasaran produksi pada 2017, didukung pula oleh
program dan kegiatan seperti berikut:
1. Program Peningkatan Produksi dan Mutu Hasil Pertanian
seluas: 3.000.000 ha, meliputi: 2.000.000 ha menjadi tanggung
jawab Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan 1.000.000 ha
menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan.
2. Program Pupuk Bersubsidi.
3. Dukungan Program Lainnya, yaitu : alsintan pasca panen
meliputi: Corn Combine Harvester sebanyak 100 unit dan Corn
Sheller sebanyak: 1.506 unit.
Rekapitulasi alokasi kegiatan budidaya jagung tahun 2017
disajikan pada Lampiran 9.
Adapun skenario pencapaian produksi jagung tahun 2017,
dijabarkan seperti pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Skenario Pencapaian Produksi Jagung 2017 (UPSUS)
No Uraian Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (Ku/Ha)
Produksi (Ton PK)
I Peningkatan Luas Tanam 2016 1,913,379 1,817,710 51.11 9,290,396 carry over 2016
a. Pengembangan Jagung di Lahan Khusus 2016 551,540 523,963 45.00 2,357,834
b. Pertanaman Reguler (GPJH + Pengadaan Pusat) 311,839 296,247 60.00 1,777,482
c. Swadaya Masyarakat 1,050,000 997,500 51.68 5,155,080 II Peningkatan Luas Tanam 2017 4,132,694 3,926,059 54.14 21,254,332
a. PAT / PIP 2,000,000 1,900,000 60.00 11,400,000
b. Integrasi Jagung dengan Tanaman Perkebunan 1,000,000 950,000 45.00 4,275,000
Untuk mendukung kegiatan jagung maka akan difasilitasi bantuan
benih dan pupuk Urea kepada kelompok pelaksana serta
dukungan pembinaan, pengawasan pengelolaan produksi jagung.
Sejalan dengan fasilitasi bantuan yang diberikan pemerintah pada
tahun 2017, maka luas areal pengembangan jagung seluas
3.000.000 ha terdiri dari kegiatan jagung hibrida seluas 2.600.000
ha dan kegiatan jagung komposit seluas 400.000 ha.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak
sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa antara lain : (1)
gerakan pengolahan tanah; (2) gerakan tanam dan panen
serentak; (3) gerakan pemupukan berimbang; (4) gerakan
penerapan teknologi; (5) gerakan pengendalian OPT; (6) gerakan
penanganan panen dan pasca panen; dan (7) gerakan lainnya
dengan dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta
dana masyarakat dan stakeholder.
Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap harus
melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di
luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada dan dikelola
oleh Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk
meningkatkan produksi jagung baik di areal program maupun di
luar areal non program.
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017
Kegiatan Jagung Tahun 2017 diarahkan untuk perluasan areal tanam
melalui peningkatan indeks pertanam (PIP) dan atau perluasan
areal tanam (PAT).
A. Kriteria Calon Petani/Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan (Penerima manfaat/penerima bantuan) dalam
rangka Kegiatan Jagung Tahun 2017 mengacu pada PMK
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga. Menurut
peraturan tersebut penerima bantuan pemerintah meliputi: 1).
Kelompok Masyarakat (Kelompok tani, Gabungan kelompok tani,
LMDH, Koperasi, dan lain-lain), 2). Lembaga Pemerintah (TNI,
POLRI, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan lain lain); atau 3).Lembaga
Non Pemerintah (Lembaga Adat, Kesultanan/Kerajaan, Pesantren,
Gereja, dan lain lain).
Adapun kriteria calon petani/pelaksana kegiatan sebagai berikut:
1. Gapoktan/Poktan/LMDH/Koperasi/Asosiasi Profesi/Lembaga
Pemerintah dan Lembaga Non Pemerintah. Khusus untuk
Gapoktan/Poktan/LMDH yang memiliki keabsahan
(pengukuhan) dari instansi yang berwenang dan
2. Kelompok penerima bantuan yang sudah terdaftar pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi, dapat membeli pupuk bersubsidi sesuai harga pupuk bersubsidi.
3. Kelompok tani/Gapoktan merupakan kelompok yang dinamis, pro aktif dan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa dan atau KCD dan atau Kepala UPTD dan atau Petugas Lapangan/Penyuluh.
4. Kelompok tani/Gapoktan adalah petani aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta memiliki lahan atau pun penggarap/ penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
5. Kelompok penerima bantuan dapat di lahan perkebunan
(BUMN, swasta, perkebunan rakyat), kawasan hutan
(Perhutani/Inhutani), lahan milik lembaga pemerintah/lembaga non pemerintah, lahan adat/ulayat, lahan masyarakat, lahan Perluasan Areal Tanam (PAT) baru/lahan pengembangan 2016 dan lain-lain.
6. Apabila lahan yang digunakan milik perusahaan/HGU swasta atau BUMN/BUMD atau Perum Perhutani/Inhutani maka Badan Hukum pemilik lahan tidak berhak mendapat bantuan benih jagung dan sarana produksi. Bantuan hanya boleh diberikan kepada petani/pelaksana.
Rekening bank dimaksud adalah rekening kelompok tani/gapoktan penerima bantuan. Jika menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
8. Kelompok tani/gapoktan atau lembaga lainnya pelaksana kegiatan, membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan tersebut sesuai peruntukannya dan
sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai
peruntukannya. Mekanisme pengembalian, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
9. Kelompok tani/gapoktan dibantu petugas lapangan bersedia
membuat laporan sesuai blanko, selanjutnya dikirimkan ke
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan tembusan ke Dinas
Pertanian Provinsi.
B. Kriteria Calon Lokasi Penerima Bantuan
Kegiatan Jagung Tahun 2017 didefinisikan sebagai upaya untuk
meningkatkan luas tanam jagung pada lahan-lahan yang
sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah
ditanami jagung tetapi masih dapat ditingkatkan intensitas
pertanamannya. Status lahan yang akan digunakan menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi spesifik lokasi. Petani/pelaksana
kegiatan bisa menggunakan lahan milik sendiri, atau lahan pinjam
Lahan-lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan Jagung Tahun
2017 meliputi:
• Lahan perkebunan baik milik BUMN, Swasta maupun
perkebunan rakyat yang sedang dilakukan peremajaan atau
masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Pada lahan ini
dapat dilakukan penanaman jagung dengan pola tumpang sari.
• Kawasan Hutan milik Perum Perhutani atau PT Inhutani yang
sedang dilakukan panen atau peremajaan tanaman sehingga
bisa dilakukan penanaman dengan sistem tumpang sari.
• Lahan/Tanah milik lembaga pemerintah misalnya seperti tanah
milik TNI, POLRI, Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi,
Sekolah, Pemerintah Daerah dan sebagainya yang sedang tidak
dimanfaatkan.
• Lahan/Tanah milik lembaga non pemerintah misalnya seperti
tanah milik yayasan, pesantren, gereja, koperasi, lembaga
masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya yang sedang
tidak dimanfaatkan.
• Lahan/Tanah Adat/tanah ulayat dan sejenisnya yang sedang
tidak dimanfaatkan untuk pertanaman seperti misalnya tanah
milik kesultanan/kerajaan, tanah milik suku, dan sebagainya.
Lahan milik masyarakat yang memungkinkan untuk dijadikan
penambah luas areal tanam jagung yang sebelumnya belum
sawah irigasi sederhana, sawah irigasi desa, sawah tadah
hujan, lahan sawah lebak, polder, sawah lainnya, lahan
pertanian bukan sawah (tegal/kebun, ladang/huma, lahan
perkebunan rakyat, lahan hutan rakyat) dan lahan sementara
yang tidak diusahakan (termasuk lahan sawah yang terkena
bencana serta lahan yang belum diusahakan/ditinggalkan).
Lahan-lahan perluasan areal tanam baru (PAT) eks kegiatan
2015, PAT Gerakan Pengembangan Jagung Hibrida Tahun
Anggaran 2016, dan lahan eks Pengembangan Jagung Di
Lahan Khusus Tahun 2016 dapat dilanjutkan menerima bantuan
tahun anggaran 2017.
Perlu ditekankan bahwa jika lahan yang digunakan untuk Kegiatan
Jagung Tahun 2017 adalah milik perusahaan/HGU swasta atau
BUMN/BUMD atau Perum Perhutani/Inhutani maka Badan Hukum
pemilik lahan tidak berhak mendapat bantuan benih jagung dan
sarana produksi. Bantuan hanya boleh diberikan kepada
petani/pelaksana.
C. Pembagian Tugas dan Penanggung Jawab
Pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017 seluas 3 (tiga) juta
hektar melibatkan dua pihak yaitu Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan dan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam kaitan ini
maka disusun pembagian tugas dan tanggung jawab sebagai
1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bertanggung jawab
mengelola pertanaman jagung di lahan regular seluas 2 (dua)
juta hektar. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga
bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan administrasi
anggaran keseluruhan kegiatan.
2. Direktorat Jenderal Perkebunan bertanggung jawab mengelola
pertanaman jagung di lahan perkebunan seluas 1 (satu) juta
hektar.
D. Prosedur Pengajuan CP/CL.
1. CPCL menjadi dokumen penting sebagai dasar penyusunan
Rencana Kerja Sama (RKS) dan Proses Pengadaan Bantuan.
Format CPCL sesuai pada Lampiran 10.
2. Verifikasi CPCL dilakukan oleh Dinas Pertanian/Bidang
Tanaman Pangan Kabupaten/Kota selaku penanggung jawab
administrasi.
3. Verifikasi CPCL pengembangan jagung di lahan perkebunan
dilakukan oleh Dinas Perkebunan/Bidang Tanaman
Perkebunan Kabupaten/Kota.
4. Verifikasi CPCL pengembangan jagung di lahan Perum
Perhutani/Inhutani/PTPN dilakukan oleh Dinas
Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Kabupaten/Kota.
5. Jika anggaran berada di Satuan kerja kabupaten/kota, hasil
ke Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk ditetapkan
sebagai CPCL penerima bantuan oleh PPK dan kemudian
disahkan oleh KPA. Khusus untuk pertanaman jagung di lahan
perkebunan, SK Penetapan dan pengesahannya CPCL
ditembuskan ke Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan
Provinsi.
6. Jika anggaran berada di Satuan kerja propinsi, hasil verifikasi
CPCL dari Dinas Pertanian atau Bidang Tanaman Pangan
Kabupate/kota diusulkan ke Dinas Pertanian/Bidang Tanaman
Pangan Provinsi untuk selanjutnya ditetapkan oleh PPK dan
kemudian disahkan oleh KPA. Khusus untuk pengembangan
jagung di lahan perkebunan hasil verifikasi CPCL dari Dinas
Perkebunan/Bidang Perkebunan Kabupaten/Kota disampaikan
ke Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Provinsi untuk
selanjutnya diusulkan ke Dinas Pertanian/Bidang Tanaman
Pangan Provinsi, untuk ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh
KPA.
7. Sebagai tindaklanjut penandatanganan Nota Kesepahaman
antara Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dan
Dinas Pertanian setiap provinsi pada bulan September 2016,
maka pelaksana Kegiatan Jagung Tahun 2017 agar dapat
dimitrakan dengan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak
(GPMT) dalam hal pemasaran hasil. Dalam kaitan ini Dinas
terbentuknya kemitraan dengan menyampaikan daftar
pelaksana kegiatan dan merumuskan Perjanjian Kerjasama/
kontrak pembelian dengan GPMT.
E. Pilihan Varietas
1. Varietas benih jagung hibrida yang dipilih harus memiliki potensi
hasil minimal 10 ton per hektar (pipilan kering), dan tahan/agak
tahan/toleran penyakit bulai. Sedangkan untuk varietas jagung
komposit harus memiliki potensi hasil minimal 5 ton per hektar
(pipilan kering).
2. Untuk mendorong perkembangan industri benih jagung nasional,
pada tahun anggaran 2017 ini berdasarkan kesepakatan
pemerintah dengan legislatif tentang penggunaan varietas
jagung hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan) Kementerian Pertanian, sekurang-kurangnya 33%
varietas tersebut digunakan dalam kegiatan jagung 2017.
Varietas hasil Balitbangtan terdiri dari varietas hibrida dan
varietas komposit.
3. Sehubungan dengan ketentuan (no. 2) diatas, Dinas
Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Kabupaten/Kota dan atau
Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Kabupaten/Kota dan/
atau dan Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Provinsi dan
atau Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Provinsi agar
mensosialisasikan dan mengupayakan penggunaan varietas
Kementerian Pertanian sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
Contoh varietas hasil penelitian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian per provinsi tercantum pada
Lampiran 24 dan Lampiran 25.
4. Penggunaan varietas selain hasil Balitbangtan (maksimum 67%)
sesuai dengan varietas yang tercantum CPCL.
F. Bantuan/Fasilitasi Pelaksanaan Kegiatan Jagung
Fasilitasi atau stimulan fisik yang diberikan pemerintah pada kegiatan
Jagung Tahun 2017 bersumber dari dana bantuan pemerintah melalui
APBN Tahun Anggaran 2017 yang tertuang pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun Anggaran 2017 yang dialokasikan di Satker Tugas
Pembantuan (TP) Mandiri, Satker TP Provinsi atau Satker Pusat,
dengan mekanisme pencairan anggaran melalui pola transfer
barang/uang, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
173/PMK.05/2016 tanggal 17 November 2016.
Adapun rincian komponen bantuan pemerintah untuk mendukung
kegiatan Jagung Tahun 2017 sebagai berikut:
b. Benih jagung hibrida sebanyak 15 kg per ha, atau benih jagung
komposit sebanyak 25 kg per ha
c. Pupuk Urea (jumlahnya menyesuaikan ketersediaan anggaran)
transfer uang. Terkait dengan mekanisme penyaluran bantuan
pemerintah tersebut, dapat dilihat pada Petunjuk Teknis
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Tahun 2017.
Penyerahan bantuan pemerintah (benih dan pupuk) disesuaikan
dengan jadwal tanam dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa.
Untuk mengantisipasi pergeseran jadwal tanam, setidaknya
tanggal kedaluarsa benih berlaku hingga satu bulan setelah jadwal
tanam. Bantuan pemerintah diserahkan hingga titik bagi
(desa/kelompok tani). Kemasan bantuan benih dan pupuk
mencantumkan tulisan “BARANG MILIK PEMERINTAH,
DILARANG DIPERJUAL BELIKAN”.
Pelaksana kegiatan diperbolehkan menambah anggaran secara
swadaya jika diperlukan untuk memenuhi rekomendasi teknis,
kesesuaian agroekosistem, atau pemilihan varietas tertentu yang
harganya melebihi pagu anggaran yang tersedia.
Jika jumlah pupuk yang disediakan tidak memenuhi rekomendasi
teknis spesifik lokasi, maka pelaksana kegiatan disarankan
menambahkan kekurangan dosis secara swadaya. Bantuan yang
diberikan Pemerintah Pusat merupakan stimulan dan penambahan
kekurangan dosis secara swadaya merupakan salah satu bentuk
keikutsertaan semua pihak dalam menyukseskan kegiatan
tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan rasa
(petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani/LMDH) sehingga
tentunya akan berupaya melaksanakan kegiatan tersebut dengan
baik dan berhasil.
Pada pertanaman tumpangsari di lahan perkebunan atau di lahan
kehutanan maka jumlah bantuan disesuaikan dengan rasio
tanaman jagung terhadap tanaman lainnya. Pada pola
tumpangsari dengan tanaman hutan atau perkebunan jumlah
bantuan diatur sebagai berikut:
Jika usia tanaman pokok baru 0-1 tahun maka rasio tanaman
jagung bisa 90 %;
Untuk tanaman pokok usia 1-2 tahun rasio tanaman jagung bisa
80%;
Untuk tanaman pokok usia 2-3 tahun rasio tanaman jagung bisa
70%;
Pola tumpang sari di lokasi dengan usia tanaman pokok lebih
dari 3 tahun disesuaikan dengan kondisi lokasi dengan
mempertimbangkan agronomis tanaman. Hal ini dapat dilakukan
misalnya di lahan perkebunan kelapa yang usia tanamannya
sudah sangat tua dan tanamannya sudah tinggi sehingga dapat
diperoleh pencahayaan yang cukup untuk tanaman jagung.
Komponen sarana produksi (benih jagung dan pupuk urea),
merupakan komponen wajib dan perlu digunakan agar hasil
Varietas jagung yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi
setempat (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan
anjuran teknologi di masing-masing lokasi, tercantum dalam
blanko RUK, disetujui dan/atau diketahui oleh Petugas
Lapangan/Penyuluh/Mantri Tani.
Benih dan pupuk dapat diperoleh dari kios, penangkar benih,
produsen (BUMN/BUMD/Swasta), distributor dan atau penyedia
lain yang jelas. Selanjutnya kemasan dan label agar disimpan
dengan baik untuk monitoring/pemeriksaan.
Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak
dapat difasilitasi melalui bantuan pemerintah (APBN Tahun 2017)
maupun kekurangannya, agar ditanggung dan diusahakan secara
swadaya oleh anggota kelompok tani/gabungan kelompok tani
atau dari sumber lainnya yang sah dan tidak saling tumpang tindih
dengan maksud mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Hal
ini dimaksudkan agar petani/ kelompoktani/gabungan kelompok
tani mempunyai rasa ikut memiliki sehingga mempunyai tanggung
jawab moral untuk menyukseskan kegiatan tersebut dalam rangka
mendukung upaya peningkatan produksi padi tahun 2017. Apabila
terdapat sisa penggunaan dana yang berasal dari DIPA APBN
Tahun 2017 tersebut maka sisa dana dikembalikan ke kas Negara
melalui mekanisme sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017,
penanggulangannya akan mendapatkan bantuan pemerintah
berupa pestisida sesuai dengan jenis dan ketersediaan. Adapun
mekanisme untuk memperoleh bantuan tersebut, sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
G. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran bantuan (benih, pupuk)
untuk kegiatan Jagung Tahun 2017 dilaksanakan pada tahun
anggaran 2017. Penanaman dilakukan paling lambat 30
September 2017 kecuali di daerah tertentu yang secara agroklimat
tidak memungkinkan, namun demikian proses administrasinya
paling lambat Bulan Oktober 2017 telah terealisasi seluruhnya
(Jadwal Pelaksanaan disajikan pada Lampiran 15). Hal tersebut
dengan penjelasannya, harus dituangkan dalam Petunjuk
Pelaksanaan yang disusun oleh Dinas Pertanian Pertanian
Provinsi atau dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh Dinas
V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI
A. Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi
Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah/prinsip
pengelolaan pemerintahan yang baik (good governance) dan
pemerintahan yang bersih (clean governance), maka
pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017, harus memenuhi
prinsip-prinsip :
a. Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan;
b. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN);
c. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan
demokratisasi;
d. Memenuhi azas akuntabilitas.
Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan jagung berada
pada Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan
Kabupaten/Kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan
program berada pada Dinas Pertanian yang membidangi
tanaman pangan di Provinsi atas nama Gubernur. Tanggung
jawab atas program dan kegiatan berada pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dengan memberikan fasilitasi
Kegiatan koordinasi pembinaan lintas Kabupaten/Kota
difasilitasi oleh Provinsi, sedangkan kegiatan koordinasi dan
pelaksanaan teknis operasional difasilitasi oleh Kabupaten/Kota.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan padi maka di tingkat
Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat
Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota.
2. Penanggung Jawab Program
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfasilitasi koordinasi
persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan
Bantuan Pemerintah antara lain :
a. Menyusun pedoman pelaksanaan sebagai salah satu acuan
dalam pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan berjalan sesuai
dengan yang telah ditetapkan;
b. Menggalang kemitraan dan melaksanakan koordinasi
dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Instansi terkait serta
seluruh pemangku kepentingan, dalam pelaksanaan,
pemantauan/pengendalian dan evaluasi kegiatan;
c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
B. Operasionalisasi
Disamping pembiayaan fisik seperti di uraikan diatas, di
masing-masing daerah (Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksana kegiatan
disesuaikan dengan luasan areal kegiatan, ketersediaan
infrastruktur dan ketersediaan anggaran. Dana tersebut di
alokasikan pada DIPA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun Anggaran 2017 pada Satuan Kerja (Satker) Tugas
Pembantuan (Kabupaten Mandiri), Satker Tugas Pembantuan
Provinsi, Satker Dekonsentrasi (Provinsi) dan Satker Pusat.
Anggaran yang tersedia digunakan utamanya untuk:
identifikasi dan verifikasi CP/CL, pembinaan, bimbingan,
pendampingan, pengawalan dan monitoring, evaluasi serta
pelaporan dan atau kegiatan lainnya, seperti yang tercantum
dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) di
masing-masing Satker.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh petugas dinas
provinsi dan kabupaten/kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT,
PBT, KCD, Mantri tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di
masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta
jajarannya/BABINSA), Camat dan Kades atau lainnya serta
petugas Pusat. Untuk itu, koordinasi dan sinergisitas dengan
seluruh pihak termasuk dengan jajaran TNI-AD di daerah sangat
diperlukan.
Mengingat anggaran operasional tersebut sangat terbatas,
maka kontribusi melalui dana APBD Kabupaten/Kota dan
APBD Provinsi sangat diharapkan, utamanya untuk
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017.
Komitmen Pemerintah Daerah yang kuat akan mendorong
percepatan pelaksanaan kegiatan yang pada akhirnya akan
menciptakan kinerja serapan anggaran dan kinerja produksi
jagung dalam pencapaian sasaran dan peningkatan pendapatan
petani beserta keluarganya.
Terkait dengan teknologi budidaya yang akan diterapkan pada
lokasi kegiatan jagung, hendaknya dikomunikasikan dan atau
dikonsultasikan dengan Badan Litbang/BPTP setempat dan
disesuaikan dengan kondisi di lapangan (spesifik lokasi) guna
menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga
diharapkan dapat menjadi mengungkit peningkatan produktivitas
dan produksi jagung.
Publikasi yang telah diterbitkan oleh Badan Litbang Kementerian
Pertanian dan instansi terkait lainnya juga dapat dijadikan
panduan dan acuan dalam penerapan budidaya jagung.
Guna mendukung pencapaian tujuan tersebut di atas, maka
pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah
dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan
dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi
perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta
Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim,
Korem, Babinsa) dan stake holders lainnya.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas
Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT,
PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di
masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/
BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat.
Pengawalan pengembangan teknologi budidaya jagung
dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi
dan juga oleh Pemuda Tani.
Selanjutnya Pokja UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai, atau
Posko lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi
jagung, pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi)
harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi
dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama
memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan
tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui
segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar
VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara
periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang
mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta
Desa.
A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan serta
penyusunan laporan secara periodik setiap bulan atas pelaksanaan
program dan kegiatan Jagung Tahun 2017 di provinsi dan
kabupaten/kota sesuai dengan ketersediaan dana.
B. Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Perkebunan Provinsi
melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan serta
penyusunan laporan hasil pemantauan dan pengendalian atas
pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017 di kabupaten/kota
diharapkan minimal 2 (dua) kali selama musim tanam sesuai
dengan ketersediaan dana. Laporan disampaikan ke Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, cq. Direktorat Serealia.
C. Dinas Pertanian Kabupaten dan Dinas Perkebunan Kabupaten
melakukan koordinasi, bimbingan, pemantauan dan pengendalian
serta evaluasi, atas pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017 di
tingkat lapangan/kelompok tani pelaksana kegiatan minimal 4
(empat) kali selama musim tanam disesuaikan dengan
pelaksana kegiatan dan membantu kelancaran distribusi bantuan
pemerintah.
D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Badan Penelitian
VII. PENGENDALIAN, MONITORING, DAN EVALUASI
DAN PELAPORAN
A. Pengendalian Kegiatan
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Proses
pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh
masing-masing instansi. Pengendalian dilaksanakan secara
berjenjang oleh Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota bersama pihak penyedia sarana
produksi (benih dan pupuk). Pengendalian dilaksanakan secara
periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen. Pengendalian
meliputi perkembangan pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017,
sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi jagung
tahun 2017.
Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas
fungsional (Inspektorat Jenderal, Inspektorat Daerah, maupun
lembaga atau instansi pengawas lainnya) dan pengawasan oleh
masyarakat, sehingga diperlukan penyebarluasan informasi
kepada pihak yang terkait (penyuluh pertanian, pengurus
kelompok, anggota kelompok, tokoh masyarakat, organisasi petani,
LSM, aparat instansi di daerah, perangkat pemerintahan mulai dari
desa sampai kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga
Ada 9 (sembilan) tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina di
Pusat/Provinsi dan Tim Teknis di Kabupaten/Kota;
2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran
dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis di
Kabupaten/Kota;
3. Tahap transfer/penyaluran bantuan pemerintah ke rekening
kelompok (jika transfer uang);
4. Tahap pencairan bantuan pemerintah yang dilakukan oleh
kelompok;
5.Tahap penyediaan dan penyaluran bantuan oleh pihak penyedia
barang/sarana produksi.
7. Tahap kebenaran dan ketepatan pemanfaatan dana bantuan
pemerintah oleh kelompok;
8. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh
kelompok;
9. Tahap evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban output,
B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan
sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan
kegiatan, realisasi tanam, panen, produktivitas, dan produksi
jagung oleh ketua kelompok tani atau petugas lapangan (Format
laporan terlampir).
Mekanisme pelaporan:
1. Ketua kelompok tani atau petugas pendamping/lapangan,
mengirimkan data tanggal realisasi tanam dan realisasi panen
beserta luasannya ke pusat.
2. Waktu penyampaian data dilakukan pada saat tanam dan
panen.
Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520;
Telp. (021) 7806262; Faximile (021) 7802930; email.
C. Evaluasi dan Pelaporan
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota setelah seluruh rangkaian kegiatan Jagung Tahun
Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengindentifikasi
berbagai masalah yang timbul maupun tingkat keberhasilan yang
dapat dicapai dalam pelaksanaan program dan kegiatan sehingga
dapat diketahui tindakan korektif sedini mungkin.
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan
berjenjang sesuai dengan tahapan pengembangan usaha
kelompok yang dilakukan dari awal kegiatan sampai dengan akhir
kegiatan. Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan Jagung Tahun
2017 dan pencapaian produksi jagung tahun 2017, 2) Tingkat
pencapaian sasaran areal dan hasil/produksi, 3) Kenaikan tingkat
produktivitas di lokasi pengembangan teknologi budidaya jagung
(Ubinan), 4) Penerapan komponen teknologi budidaya jagung dan
5). Kegiatan pendukung lainnya.
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit kerja secara
periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu
dari Pemandu Lapangan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan
dari Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan c/q Direktorat Serealia.
Laporan kegiatan meliputi pelaksanaan kegiatan jagung,
hasil/produksi dan produktivitas yang telah diperoleh, dan lain-lain
sebagaimana terlihat dalam format laporan (Lampiran 16, 17, 18
serta data dukung lainnya yang dapat berupa form Check List
Pengendalian Kegiatan (Lampiran 20), Surat Pernyataan
Penyelesaian Pekerjaan (Lampiran 21) dan Contoh Berita Acara
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Bantuan Pemerintah (Lampiran 22).
Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520;
Telp. (021) 7806262; Faximile (021) 7802930; email.
Pada akhirnya, apabila seluruh kegiatan jagung tahun 2017 telah
selesai dilaksanakan, maka segera di proses Berita Acara (BA) Serah
Terima Pekerjaan dan dilanjuti dengan Berita Acara (BA) Serah Terima
Pengelolaan Bantuan Pemerintah (Lampiran 23).
Dokumen-dokumen tersebut, selanjutnya disampaikan ke: Direktorat
Serealia Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp.
(021) 7806262 ; Faximile (021) 7802930; email.
Kinerja penyampaian laporan, peningkatan luas tanam jagung (LTJ),
serapan anggaran dan pencapaian produski merupakan salah satu
dasar penentuan anggaran Tahun 2018 dan tahun-tahun berikutnya
VIII. PENUTUP
Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 dilakukan sesuai dengan
Pedoman Pelaksanaan ini. Apabila terdapat perubahan dan belum
diatur dalam Pedoman Pelaksanaan ini, akan diatur lebih lanjut.
Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas
Kabupaten/Kota yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian
Provinsi dan selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktur Jenderal