• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS ipi372560

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS ipi372560"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

(Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Mikro Ekonomi Kompetensi Dasar Teori dan Biaya Produksi Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Semester II

Universitas Kuningan Tahun Akademik 2013/2014)

Oleh : Atin Nuryatin

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan kritis mahasiswa pada pengukuran awal (pretest) dengan pengukuran akhir (post test) pada kelas eksperimen, perbedaan kemampuan kritis mahasiswa pada pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (posttest) pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dan peningkatan kemampuan kritis mahasiswa setelah pengukuran akhir (post test).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dan uji dua rerata karena penelitian ini adalah berupaya mengungkapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan berfikir kritis.Lokasi penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi Semester II tahun akademik 2013/2014 yang berjumlah 62 siswa. Metode pengolahan data menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal dengan akhir di kelas eksperimen dan kelas control, tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran akhir antara kelas eksperimen dengan kelas control, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan model pembelajaran konvensional. Artinya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Pembelajaran yang aktif dapat memberikan pengalaman langsung untuk membangun pengetahuan sendiri yang melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul dalam memecahkan masalah sehingga pengembangan keterampilan berpikir kritis juga akan sangat mudah dikembangkan dari tahap yang rendah ketahap yang paling tinggi.

PENDAHULUAN

Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menjadi sentra pembangunan SDM. Harapan pendidikan terhadap perguruan tinggi dalam menciptakan SDM yang berkualitas nampaknya belum sepenuhnya tercapai dengan optimal, mahasiswa seringkali hanya menunjukan penguasaan salah satu aspek pembelajaran pada tataran keterampilan berpikir tingkat rendah yaitu mengingat/menghafal. Padahal keterampilan berpikir sebagai bagian dari life skill yang diharapkan oleh pemerintah terhadap pendidikan tinggi adalah keterampilan berpikir tingkat

(2)

macamnya, sehingga pemilihan dan penerapan model serta metode yang tepat bagi suatu pembelajaran tentunya akan memberikan output yang maksimal, sehingga mahasiswa akan lebih mudah memahami materi yang diberikan dosen dan berdampak pada peningkatan hasil belajar.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang menggunakan

Metode Pembelajaran

Konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berfikir kritis antara kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang

menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.

2. Untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal

dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang menggunakan

Metode Pembelajaran

Konvensional.

3. Untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang

menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.

4. Untuk mendeskripsikan terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berfikir kritis antara kelas eksperimen yang

menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.

MANFAAT PENELITIAN

1. Kegunaan Akademik (Teoritik) Dalam tataran konseptual, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai salah satu bahan kajian dalam perkembangan ilmu pendidikan diantaranya :

a. Memberikan opsi metode pembelajaran efektif yang mampu mengembangkan kemampuan berfnikir kritis mahasiswa.

b. Memberikan motivasi untuk membuat metode-metode pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.

c. Sebagai referensi bahan kajian dan acuan untuk penelitian sejenis.

2. Kegunaan Praktis (Empirik)

Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang komprehensif sehingga penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

(3)

sehingga dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisa fakta, gejala dan peristiwa yang terjadi dan diambil suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan secara objektif dan ilmiah. b. Sebagai bahan masukan bagi

dosen dan guru-guru ekonomi dalam mencari alternatif metode pembelajaran untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat

memotivasi dosen dalam memodifikasi kebiasaan mengajarnya

c. Bagi mahasiswa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui peningkatan kompetensi bertanya, mengeluarkan pendapat, dan menganalisis berbagai permasalahan sehingga dapat menjawab pertanyaan

dengan dilandasi

argumentasi yang tepat.

LANDASAN TEORI

Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Ciri-ciri yang terutama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan (Ngalim Purwanto, 1990: 43).

Kemampuan berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan

pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, pentaakulan, atau komunikasi sebagai landasan kepada satu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan (Iskandar, 2009: 86).

Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Menurut Ennis (dalam Gestalt) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Kemampuan berpikir kritis mencerminkan kemampuan untuk membuat suatu penilaian yang rasional atau beralasan. Biasanya menggunakan kriteria untuk menilai suatu kualitas sesuatu, produk ide atau gagasan. Jadi, intinya adalah tatakrama berpikir yang digunakan seseorang untuk mengukur atau menilai validitas/kebenaran sesuatu seperti pernyataan, kisah, argumen, penelitian dan lain-lain.

(4)

HIPOTESIS

1. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.

2. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang

menggunakan Metode

Pembelajaran Konvensional. 3. Terdapat perbedaan kemampuan

berfikir kritis dalam pengukuran

akhir antara kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.

4. terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berfikir kritis antara kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian : mahasiswa semester 2 Pendidikan Ekonomi Universitas Kuningan tahun akademik 2013-2014 yang berjumlah 62 orang yang terbagi menjadi dua kelas

Metode Penelitian : Quasi Eksperimen

Desain Penelitian : Pretest Postest Control Group Design Sumber Data dan Unit

Analisis

: Mahasiswa semester 2 Pendidikan Ekonomi Teknik Pengumpulan

Data

: Test, observasi, dan studi pustaka

Populasi : mahasiswa semester 2 Pendidikan Ekonomi Universitas Kuningan tahun akademik 2013-2014 yang berjumlah 62 orang yang terbagi menjadi dua kelas

Sampel : Mahasiswa kelas A dan B tingkat I masing-masing 31 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel

Teknik Analisis Data : a. Uji Normalitas b. Uji Homogentitas c. Uji t

Uji Instrumen Penelitian

:

a. Uji Validitas (4 dari 20 item pertanyaan tidak valid) b. Uji Kesukaran Soal (75% soal sedang, 25% soal sukar

dan tidak ada soal mudah)

c. Uji Daya Pembeda (85% soal dapat membedakan mahasiswa yg berkemampuan tinggi dengan yg berkemampuan rendah. 55% option yang digunakan baik, hanya 20% option soal yang tidak terpakai). d. Uji Reliabilitas (Keandalan soal termasuk kategori

sedang (0.423) . Uji Persyaratan

Analisis

:

a. Uji Normalitas (Data yang diambil mengikuti distribusi yang telah ditetapkan)

Kelas Chi

Square

Asymp.

Sig Kriteria

(5)

Kontrol Pretest 7,387 0,597 Normal Postest 10,613 0,303 Normal b. Uji Homogenitas (Mahasiswa kedua kelas berasal dari

populasi yang memiliki varians sama) Kelas Lavene

Statics Sig Kriteria Eksperimen 0,824 0,368 Homogen

Kontrol 0,121 0,730 Homogen

HASIL PENELITIAN

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t atau uji kesamaan dua rerata melalui Paired Sample T-test dan Independent Sample Test untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5.

Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian F test Sig. t

Sig. (2-tailed) Pretest Eksperimen dg

Kontrol 0,635 0,429 0,386 0,02

Pretest dan Postes

Eksperimen - - -7,03 0.000

Pretest dan Postes Kontrol - - -4,92 0.000 Postes Eksperimen dan

kontrol 0,173 0.679 0,626 0,534

N gain 0.142 0.708 2.330 0.023

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, dapat digambarkan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Hasil Uji Hipotesis Pretes Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol

Nilai rata-rata pretest kemampuan berpikir kritis mahasiswa dikelas kontrol 43,7097 sedangkan nilai rata-rata pretest kemampuan berpikir kritis mahasiswa di kelas eksperimen 36,45 sehingga pretes dikelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan pretes di kelas eksperimen. Akan tetapi, Uji t menunjukkan bahwa harga t hitung sebesar 0,386 dan t tabel sebesar 2,36 . Karena t hitung > t tabel , artinya bahwa nilai t yang diperoleh dari analisis lebih besar dari pada nilai t yang terdapat pada tabel pada taraf signifikansi 0,05,

artinya terdapat perbedaan antara hasil belajar mahasiswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pendek kata bahwa kemampuan awal mahasiswa sebelum dilakukan atau diberikan pembelajaran itu sama.

2. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Pretes dan Postest di Kelas Eksperimen

(6)

rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal lebih rendah dari pengukuran akhir. Dengan demikian, Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat diterima.

3. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Pretes dan Postest di Kelas Kontrol

Nilai sebesar -4,92

dengan P value 0.000 < 0.05 (α),

artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir. Nilai negatif pada menunjukan nilai awal lebih rendah dari nilai berikutnya. Pada saat menginput data, terlebih dahulu penulis menginput nilai pretes, sehingga dapat disimpulkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal lebih rendah dari pengukuran akhir di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang menggunakan Model Pembelajaran Konvensional dapat diterima.

4. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis pada Postest antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol

Hasil output pada asumsi dengan variance sama (equal variance assumed) atau variance tidak sama (equal variance not assumed) menunjukan nilai F sebesar 0,173 dengan probabilitas 0,679, karena nilai

probabilitas 0.679>0,05 (α), artinya

variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas eksperimen

identik dengan variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas kontrol. Oleh karena hasil Lavene's Test menunjukkan bahwa variance kedua kelompok sama, maka analisis T test menggunakan asumsi Equal variance yaitu dengan melihat t hitung atau P value.

Nilai t pada asumsi variance yang sama yaitu sebesar 0,626 dan probabilitas 0,534. Karena nilai probabilitas > 0,05 (α), maka tidak signifikan, artinya bahwa rata-rata perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah mendapat perlakukan di kedua kelas tidak berbeda secara statistik. Jadi hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode konvensional tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional ditolak.

5. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol

Data N-gain diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan data dari pretest dan posttest. N-gain menunjukan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah mengikuti model pembelajaran. Setelah data hasil pretest dan posttest dari kedua kelompok didapat kemudian diolah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa

yang menggunakan model

(7)

Tabel 4.6. Normal Gain

Kelas Mean N-Gain

Eksperimen Pretest 36,45 0,29 Postest 55,98

Kontrol Pretest 43,71 0,17 Postest 54,03

Dari tabel 4.6. di atas nampak bahwa nilai n-gain pada kedua kelas, baik kelas ekperimen maupun kelas kontrol < 0.3, artinya bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan meningkat pada kategori rendah.

N Gain yang diperoleh kemudian di uji, dan hasil output pada asumsi dengan variance sama (equal variance assumed) atau variance tidak sama (equal variance not assumed) menunjukan dari Uji Levene memberikan nilai F sebesar 1.142 dengan probabilitas 0,708 yang berarti signifikan karena nilai probabilitas di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas eksperimen identik dengan variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas kontrol. Oleh karena hasil Lavene's Test menunjukkan bahwa variance kedua kelompok sama, maka analisis T test menggunakan asumsi Equal variance yaitu dengan melihat t hitung atau P value.

Nilai t hitung pada asumsi variance yang sama yaitu sebesar 2,330 dan probabilitas 0,023. Karena nilai probabilitas <0,05 maka signifikan, artinya bahwa rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah mendapat perlakukan di kedua kelas berbeda secara statistik. Jadi hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode konvensional ditolak.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, pada awal pembelajaran antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang berbeda. Hal ini disebabkan karena peneliti menggunakan metode quasi eksperimen dan tidak melakukan randomisasi pada kelas yang dijadikan subjek penelitian. Penelitian dilakukan pada lingkungan yang sudah ada tanpa intervensi dari peneliti. Hasil pretes kelas kontrol lebih besar dari hasil pretes kelas eksperimen. Namun setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas dengan perlakuan/metode pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran Grup Investigasi, maka diperoleh rata-rata postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata postes kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pengukuran akhir di kedua kelas, pengujian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Akan tetapi dilihat dari peningkatan kemampuan berpikir kritis ternyata peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya yang

menyatakan bahwa “pengaruh model

(8)

Ekonomi Universitas Kuningan” diterima

atau terbukti sesuai dengan teori. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dimungkinkan karena melalui pembelajaran kooperatif tipe GI mahasiswa diberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi langsung dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap strategi pembelajaran, salah satu strategi pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah strategi belajar kooperatif (Suryadi, 1999: 128).

Merujuk pada teori bahwa penggunaan model pembelajaran yang efektif dapat membantu seseorang untuk melatih keterampilan berpikirnya seperti yang ditunjukan pada hasil penelitian ini. Hal ini sesuai pada pendapat Slavin (1995) yang menyatakan bahwa : "Dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang mendukung keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan masalah kompleks bernuansa kerja sama, strategi pembelajaran kooperatif sebagai rancangan pembelajaran bernuansa kolaboratif sangat tepat digunakan". Pendapat tersebut dipertegas Coper & Robinson (dalam Bagus, 2005) bahwa "Strategi pembelajaran kooperatif diyakini mampu memberikan peluang untuk melakukan praktik pemecahan masalah belajar melalui interaksi sosial yang terjadi di dalamnya".

Pendapat di atas memberikan makna bahwa model pembelajaran yang dibutuhkan untuk melatih keterampilan berpikir adalah model pembelajaran yang mampu memfasilitasi setiap tahap proses intelektual seseorang sehingga memungkinkan orang tersebut mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sesuai dengan pengamatan dan pengalamannya. Model pembelajaran kooperatif tipe GI yang dilakukan penulis pada penelitian ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir

mahasiswa karena pada model ini mahasiswa dilatih untuk menghadapi berbagai masalah, melakukan investigasi, menganalisis hasil investigasi dan menarik kesimpulan sehingga dapat memecahkan masalah serta mempresentasikan hasilnya. KESIMPULAN

1. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor pretes termasuk kategori rendah namun setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe GI menunjukan peningkatan rata-rata postest termasuk kategori sedang.

2. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang

menggunakan Metode

Pembelajaran Konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor pretes termasuk kategori rendah namun setelah dilakukan metode pembelajaran konvensional menunjukan peningkatan rata-rata postest termasuk kategori sedang. 3. Tidak terdapat perbedaan

kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Hal ini dilihat dapat dari nilai rata-rata postest kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata posttest kelas kontrol tetapi dari hasil pengujian perbedaan tersebut tidak signifikan.

(9)

mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif lebih tinggi dari pada Peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

SARAN

1. Dalam mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe GI perlu diperhatikan kesesuaian materi ajar, ketersediaan sarana dan prasarana, serta pembagian waktu secara seksama. Model pembelajaran ini cocok untuk materi ajar / mata kuliah yang berkaitan dengan isi, jenis dan tujuan mata kuliah yang menuntut mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap masalah dan solusinya.

2. Model pembelajaran GI merupakan tipe model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks, untuk itu dibutuhkan penguasaan materi dan pengelolaan kelas yang baik dari para guru/dosen sebagai fasilitator dalam pembelajaran. 3. Mahasiswa diharapkan secara

sungguh-sungguh berpartisipasi aktif dalam perkuliahan, sehingga

pengetahuan yang diperoleh benar-benar melekat dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh dosen bukan untuk menambah beban belajar mahasiswa, oleh karena itu dosen dan mahasiswa harus bekerja sama sehingga tujuan perkuliahan dapat tercapai dengan baik. Proses perkuliahan menjadi lebih terarah dan tidak membuang waktu dengan percuma.

4. Dalam proses perkuliahan diharapkan mahasiswa dilatih untuk terbiasa menghubungkan konsep-konsep pada materi yang dipelajari dengan data dan fakta yang terdapat dilingkungan sekitar serta menganalisisnya dengan baik sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat. Hendaknya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilengkapi dengan meneliti kemampuan berpikir lain, misalnya kemampuan berpikir kreatif.

5. Model pembelajaran konvensional dapat dilakukan dosen dengan mengeksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang lebih menyenangkan melalui alat bantu media pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Putu. A Ida. 2004. Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Belajar Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA pada peljaran Ekosistem. Disertasi. Malang: PPS-UM Malang, Tidak diterbitkan. Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers.

Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.

Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik (terjemahan). Nusa Media. Bandung.

Gambar

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 4.6.

Referensi

Dokumen terkait

Ginseng jenis ini umur panennya lebih cepat yaitu hanya 5 – 6 bulan dibanding ginseng dari Korea atau China (jenis Panax spp ) yang dipanen setelah umur 3 - 4 tahun. Kandungan

Database adalah sebuah objek yang kompleks untuk menyimpan informasi yang terstruktur, yang di organisir dan disimpan dalam suatu cara yang mengizinkan pemakainya

Strategi Tindak Tutur Permohonan Pembelajar Bahasa Jepang Tingkat Mahir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

sedangkan pada JS tidak terlalu terlihat pengaruh dari parameter tersebut. Pada strategi kategori suportive move , hampir pada semua jenis

Material utama yang digunakan dalam rekayasa elektronika organik adalah polimer.. berbasis karbon. Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit

[r]

1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi rencana pembelajaran untuk setiap kali pertemuan, lebih tepatnya sebanyak 8 RPP. 2) Pembuatan

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Rancangan Unit Pembuatan Bioetanol dengan Bahan Baku Kulit Durian”, berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik