PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL II - 2010 1
RAPAT KOORDINASI FASILITASI PERENCANAAN
PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DI REGIONAL II
(IMPLEMENTASI PERMENHUT NO. P.6/MENHUT-II/2010)
Dalam rangka terciptanya sinergitas perencanaan pengelolaan hutan lindung di regional II, Pusdalbanghut Regional II telah menyelenggarakan kegiatan Rapat Koordinasi Fasilitasi Perencanaan Pengelolaan Hutan Lindung pada tanggal 17 – 18 Mei 2010 di Solo. Dari pelaksanaannya telah disepakati dan dirumuskan beberapa hal penting sebagai berikut :
1. Kondisi pengelolaan hutan lindung (HL) di Regional II sampai saat ini belum dilakukan secara optimal, yang digambarkan masih adanya permasalahan antara lain :
a. Belum selesainya penataan batas (luar dan fungsi) dan pengukuhan hutan lindung disejumlah provinsi di Regional II;
b. Terbatasnya informasi dan data potensi hutan lindung;
c. Pola penggunaan lahan di HL belum sesuai dengan kebijakan tata ruang;
d. Praktek budidaya tanaman semusim di HL tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah; e. Terjadinya gangguan keamanan hutan dan konflik lahan (tenurial) di kawasan HL;
f. Belum intensifnya pengelolaan hutan lindung baik di Jawa maupun Bali Nusa Tenggara melalui pembentukan kelembagaan KPHL, pembagian dalam blok dan petak, penyusunan rencana pengelolaan, dll.
g. Belum adanya pedoman pengelolaan hutan lindung di areal kerja Perum Perhutani; h. Belum sinkronnya pemahaman, kebijakan dan regulasi terkait kelembagaan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) versus Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang dikelola oleh Perum Perhutani;
i. Belum ada criteria dan indicator tentang pembagian blok pada HL dan jenis-jenis kegiatan pada masing-masing blok;
2. Beberapa kendala dalam implementasi Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK KPHL dan KPHP, antara lain :
a. Pengelolaan HL di Pulau Jawa (kecuali di Provinsi DIY dan DKI Jakarta) dilakukan oleh Perum Perhutani berdasarkan PP No. 30 tahun 2003 dalam satu kesatuan dengan KPH dan tidak dikelola tersendiri dalam satu kesatuan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Permenhut P.6/Menhut-II/2010;
b. Permenhut P.6/menhut-II/2010 belum/tidak memperhatikan regulasi PP No. 30 tahun 2003 tentang Perum Perhutani;
c. Terdapat kebijakan yang tidak konsisten dalam hal penetapan jangka waktu perencanaan HL pada Permenhut P.6/Menhut-II/2010 yaitu Rencana Pengelolaan HL untuk KPHL terdiri dari jangka panjang (10 tahun) dan jangka pendek/tahunan, sedangkan berdasarkan PP No. 38 tahun 2007 perencanaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek/ tahunan.
d. Perhatian pemerintah dan pihak-pihak terkait masih lebih terfokus pada hutan produksi dan hutan konservasi dibanding hutan lindung, oleh karena pada saat ini hutan lindung belum mampu memberikan manfaat ekonomi jangka pendek yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat.
e. Draft Pedoman Pengelolaan Hutan Lindung di areal kerja Perum Perhutani masih memerlukan sejumlah koreksi teknis maupun redaksi, al. pemanfaatan jasa karbon tidak pada blok perlindungan, perlu pembedaan pemanfaatan jasa air untuk air kemasan dan
mikrohidro, penerapan prinsip insentif dan disinsentif, dll.
PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL II - 2010 2 3. Saran/rekomendasi :
a. Agar dilakukan telaah yang mendalam untuk membandingkan Permenhut P.6/Menhut-II/2010 dengan PP 30 tahun 2004 tentang Perum Perhutani dan mendorong penerbitan regulasi tersendiri yang bersifat khusus terhadap pengelolaan Hutan Lindung di wilayah kerja Perum Perhutani dan perlu penyempurnaan.
b. Perum Perhutani segera menyusun secara integrative “Pedoman Pengelolaan Kelas Hutan Lindung di areal kerja Perum Perhutani” yang mengatur perencanaan dan pemanfaatan kawasan HL, jasa lingkungan dan hasil hutan non kayu. Untuk itu, diharapkan para pihak terkait dapat memberikan masukan yang proporsional terhadap penyempurnaan draft dimaksud.
c. Dalam rangka penyamaan data hutan lindung, Ditjen Planologi Kehutanan bersama Perum Perhutani segera menyelesaikan sinkronisasi peta kerja Perum Perhutani dengan Peta Dasar Tematik Kehutanan (PDTK) sesuai dengan skala peta yang operasional. d. Dinas Kehutanan yang membidangi urusan kehutanan di Provinsi/Kabupaten segera
mendorong penyiapan data dan informasi terkait penyusunan rencana pengelolaan HL di wilayahnya masing-masing.
e. Mendorong percepatan pembangunan kelembagaan KPHL di Regional II (kecuali Perum Perhutani) sesuai dengan arah dan kebijakan pembangunan kehutanan dengan memperhatikan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi/Kabupaten (RKTP/K).
f. Percepatan penyusunan RKTP untuk kepentingan perencanaan pembangunan kehutanan
di provinsi secara holistik, mutlak diperlukan dengan mengacu Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan rencana sektor non kehutanan terkait di Pusat dan Daerah. g. Praktek Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di kawasan hutan lindung dalam
berbagi peran, hasil dan tanggung jawab memerlukan pendampingan petugas penyuluh kehutanan.
h. Kebijakan pemilihan tanaman pokok (jati) dan tanaman sela komoditi jenis kopi di HL perlu dipertimbangkan dan dikaji kembali secara mendalam baik aspek silvikultur, sosial maupun scientific karena bukan merupakan substansi kehutanan untuk kepentingan tata air.
i. Perlunya peningkatan pemahaman perdagangan karbon (carbon trade) dan perhitungan nilai karbon di Pusat dan Daerah termasuk Perum Perhutani untuk mendukung dan mempercepat penerapan kebijakan Pemerintah tersebut.
j. Badan Litbang Kehutanan bersama Perum Perhutani agar meningkatkan penelitian dan pengembangan terhadap komoditi bernilai tinggi dibawah tegakan hutan;