• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observation Report 2 MIN 1 indo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Observation Report 2 MIN 1 indo"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Desain Pembelajaran PMRI Kedua:” Sedotan, Korek Api, dan Konsep Pengukuran Panjang“

Achmad Dhany Fachrudin1 Ummy Salmah2, dan Sitti Busyrah3

International Master Program on Mathematics Education (IMPoME 2012)

email: dh4nyy@gmail.com, ummysalmah@ymail.com, sittibusyrah@yahoo.co.id

I. Pendahuluan

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang tidak begitu menyukai pelajaran matematika. Kesulitan itu sebenarnya muncul karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika. Bahkan beberapa temuan menunjukkan bahwa pengajaran matematika banyak memberikan penekanan pada keterampilan prosedural dan menyebabkan siswa hanya memahami matematika tanpa penalaran (Yuwono, 2007). Di kelas, kebanyakan guru pun masih menggunakan pembelajaran konvensional. Di mana suatu konsep matematika hanya disampaikan begitu saja tanpa dikaitkan dengan pengalaman siswa. Sementara matematika menghendaki mereka berpikir logis, cermat, dan teliti.

(2)

Pada kesempatan kali ini peneliti mengembangkan desain pembelajaran untuk materi pengukuran dengan sub materi pengukuran panjang. Desain pembelajaran kali ini diterapkan pada siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang. Desain pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada pendekatan PMRI. Dengan menggunakan pendekatan PMRI, pembelajaran dimulai dengan masalah yang berasal dari lingkungan siswa sendiri. Pada pembelajaran kali ini, peneliti menggunakan korek api dan pipet sebagai alat ukur tidak baku untuk mengukur beberapa benda yang ada di sekitar mereka, seperti meja, bangku, jendela, dan buku cetak matematika.

Berikut adalah tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi pengukuran panjang di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang.

II. Desain Pembelajaran

Adapun tahapan yang dilakukan adalah Preliminary design (analisis kurikulum dan penentuan indikator dan tujuan pembelajaran), dilanjutkan dengan penerapan/ uji coba desain (teaching experiment) dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan (analisis retrospektif/ retrospektive analysis) yang akan dideskripsikan sebagai berikut.

1. Preliminary Design

Pada tahap ini langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis kurikulum untuk menentukan materi yang akan diajarkan, merumuskan tujuan dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, menentukan konteks yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, serta menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas nantinya.

(3)

yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sekaligus menyusun skenario pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI.

Penyusunan RPP, LKS dan skenarion pembelajaran yang akan diterapkan di kelas dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Diskusi dilaksanakan sebanyak dua kali. Pada diskusi pertama guru mitra dan peneliti merancang skenarion pembelajaran yang tepat dan memilih konteks yang sesuai untuk mengajarkan konsep pengukuran panjang. Pada diskusi tahap awal ini guru mitra dan peneliti sepakat untuk menggunakan konteks mengukur tinggi badan sebagai jembatan siswa untuk memahami konsep pengukuran panjang. Pada diskusi tahap kedua, draft RPP dan LKS yang telah peneliti siapkan kembali didiskusikan. Begitu pula dengan skenario pembelajaran awal yang telah didiskusikan sebelumnya. Ibu Tartila selaku guru mitra memberikan beberapa masukan dan revisi pada LKS dan RPP yang telah peneliti susun sebelumnya. Setelah diskusi tahap dua ini selesai, skenario pembelajaran yang telah didiskusikan membagi aktivitas siswa ke dalam beberapa aktivitas.

Kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam beberapa aktivitas, yaitu sebagai berikut:

a. Aktivitas 1: Siswa diperkenalkan ke dalam konteks permasalahan yang berkaitan dengan konteks pengukuran panjang.

Pada aktivitas ini siswa diingatkan kembali tentang pengukuran tinggi badan yang biasanya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk mengarahkan siswa kepada konsep pengukuran panjang. Apa yang biasanya orang lakukan saat mengukur tinggi badan dan alat apa yang biasa digunakan.

b. Aktivitas 2: Siswa diajak untuk mengukur panjang benda-benda di sekitar mereka dengan menggunakan sedotan dan korek api.

(4)

persatu dan menuliskan hasil pengukuran mereka pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok.

c. Aktivitas 3: Siswa membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan

sedotan dan korek api.

Pada aktivitas ini, siswa diminta untuk membandingkan hasil pengukuran yang telah mereka lakukan dengan menggunakan sedotan dan korek api. d. Aktivitas 4: Siswa mengukur benda-benda dengan menggunakan alat ukur

baku (penggaris).

Pada aktivitas ini, siswa diminta untuk mengukur kembali benda-benda pada kegiatan sebelumnya dengan menggunakan penggaris. Selain itu, siswa diberikan sebuah permasalahan yaitu mengukur panjang uang pecahan Rp 2.000,00 dengan menggunakan dua buah penggaris yang telah disediakan pada lembar LKS. penggaris pertama merupakan penggaris utuh (dimulai dari angka 0), sedangkan penggaris kedua adalah sebuah penggaris patah yang skalanya dimuali dari angka1. Hal ini dilakukan untuk menggiring pemahaman siswa tentang konsep panjang itu sendiri.

(5)

2. Teaching Experiment

Pelajaran matematika pada kelas 2A MIN 1 Palembang dimulai pada siang hari yakni pada pukul 11.55 WIB, setelah pelajaran Penjaskes. Ibu Tartilah(selanjutnya ditulis sebagai guru) dibantu guru bantu dan tim peneliti membagi siswa ke dalam 6 kelompok. Selanjutnya, guru mengawali pembelajaran dengan menanyakan kepada siswa tentang kegiatan mereka yang berkaitan dengan pengukuran atau kegiatan pengukuran yang pernah mereka lihat. Para siswa antusias menjawab pertanyaan tersebut. Diantara mereka ada yang menjawab pengukuran pintu atau jendela yang dilakukan tukang saat membangun rumah atau sekolah. Kemudian guru menanyakan benda apa yang digunakan tukang tersebut. Ada yang menjawab meter, dan ada pula yang menjawab meteran. Setelah itu guru meminta siswa maju ke depan kelas untuk mengukur papan tulis dan tinggi kursi dengan menggunakan penggaris (Gambar 2). Selanjutnya guru memancing siswa dengan memberikan pertanyaan, apa yang dapat dilakukan untuk mengukur sesuatu tanpa menggunakan penggaris atau alat ukur lain? Beberapa siswa menjawab dengan menggunakan jengkal ataupun langkah kaki. Kemudian, gurupun menyampaikan kepada siswa bahwa hari itu mereka akan melakukan kegiatan pengukuran dengan menggunakan unit pengukuran yang lain yaitu batang korek api dan sedotan.

(6)

Kegiatan Mengukur dengan Batang Korek Api dan Sedotan

Pada kegiatan ini siswa mengukur benda-benda di sekitar mereka seperti panjang meja, tinggi kursi, lebar jendela, dan panjang buku paket matematika dengan menggunakan batang korek api dan sedotan dengan tetap dalam bimbingan guru (Gambar 3). Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah siswa mampu melakukan iterasi standar yakni menghitung berapa kali batang korek ataupun sedotan untuk mengukur benda-benda tersebut kemudian membandingkannya.

Gambar 3. Siswa mengukur benda-benda dengan menggunakan batang korek api dan sedotan

(7)

batang korek api ataupun sedotan, semuanya dicatat dalam tabel yang telah disediakan di Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Kemudian, tiap kelompok menuliskan hasil pengukuran mereka di papan tulis dan memaparkannya di depan kelas (Gambar 4). Saat pemaparan ini, ada beberapa kelompok yang tidak memperhatikan kelompok yang sedang presentase. Jawaban dari berbagai kelompokpun bervariasi, namun hal ini tidak dijadikan bahan diskusi kelas oleh guru.

Gambar 4. Presentase hasil kerja tiap kelompok

Kegiatan pengukuran dengan penggaris

Setelah semua wakil dari tiap kelompok memaparkan hasil kerja mereka, pembelajaranpun dilanjutkan dengan melakukan kegiatan pengukuran benda dengan menggunakan alat ukur standar yaitu penggaris.

(8)

Gambar 5. Siswa mengukur panjang uang kertas seribuan dengan `menggunakan dua jenis penggaris

Dalam melakukan pengukuran tersebut, beberapa siswa masih melakukan kesalahan seperti pada gambar di atas. Siswa juga mempunyai alasan yang bervariasi terkait perbedaan ukuran uang kertas seribuan dengan menggunakan dua penggaris tersebut.

3. Retrospective Analysis

Analisis retrospektif dilakukan oleh peneliti guru setelah kegiatan pembelajaran selesai. Kegiatan ini bertujuan untuk merefleksi dan menganalisis proses pembelajaran yang telah dilakukan yaitu mengenai masalah-masalah yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menganalisis cara berpikir, hasil kerja dan jawaban siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran berjalan cukup baik. Walaupun masih terdapat siswa yang tidak fokus dan melakukan kegiatan lain selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru juga terlihat dapat mengarahkan dan membimbing siswa dengan cukup baik meskipun sesekali mendapat kesulitan karena keaadaan kelas yang sangat ramai dan siswa yang susah untuk diarahkan.

(9)

mengenalkan konteks tentang pengukuran kepada siswa, tetapi guru langsung memberi pertanyaan kepada siswa tentang macam-macam alat ukur tidak baku, selanjutnya baru memberikan konteks atau contoh pengukuran dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mungkin dikarenakan guru sebelumnya telah mengenalkan tentang pengukuran kepada siswa sehingga guru merasa anak-anak sudah mengetahui dan dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi hal tersebut kami rasa tidak terlalu berpengaruh pada proses pembelajaran.

Pada kegiatan pengukuran menggunakan alat ukur tidak baku, ternyata masih banyak siswa yang belum dapat mengukur dengan menggunakan alat ukur tidak baku yang telah disiapkan. Di sisi lain, ada kelompok yang sudah mengetahui cara mengukur tetapi masih terdapat kesalahan dalam pengukurannya, seperti yang terliha pada gambar 6 mereka mengukur meja dengan menggunakan batang korek api sacara tidak lurus, namun agak menyimpang ke samping yang mengakibatkan hasil pengukuran yang kurang tepat. Oleh karena itu tim peneliti bersama guru memberi sedikit bimbingan kepada hampir semua kelompok tentang bagaimana cara mengukur dengan benar.

Gambar 6. Cara siswa mengukur yang masih kurang tepat

(10)

terlihat mengalami kesulitan, hal tersebut dikarenakan batang korek yang tidak dapat

Gambar 7. Cara siswa mengukur menggunakan korek api

Dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan sedotan, meode yang digunakan siswa hampir sama dengan yang telah mereka gunakan saat mengukur dengan menggunakan korek api. Namun sedikit berbeda karena sedotan yang diberikan untuk masing-masing kelompok terbatas.

Setelah melihat jawaban di LKS siswa, sebagian siswa menuliskan dengan bilangan bulat hasil pengukurannya, tetapi sebagian kelompok ternyata ada yang sudah mengenal bilangan desimal. Saat menemui hasil pengukurannya tidak tepat satu satuan, sebagai contoh saat salah satu kelompok melakukan pengukuran meja dengan menggunakan korek api dan hasil pengukurannya adalah 11 batang lebih, mereka menuliskan hasilnya dengan 11,5. Namun sebagian kelompok yang lain hanya menuliskan 11 batang.

Gambar 8. Perbedaan jawaban siswa

(11)

ditunjukkan dengan kesalahan jawaban mereka pada kegiatan pengukuran yang terdapat pada LKS. Dari dua penggaris yang disediakan, yaitu penggaris yang skalanya dimulai dari angka 1 (penggaris 1) dan penggaris yang dimulai dari skala 0 (penggaris 2), siswa menuliskan jawaban yang berbeda disaat mengukur panjang benda (uang kertas Rp. 1000) yang sama. ketika menggunakan penggaris 1, mereka menuliskan jawaban 15 cm, namun ketika menggunakan penggaris 2 jawaban mereka 14 cm. Tetapi, masih ada satu kelompok yang mempu menuliskan jawaban dengan benar (14 cm), yaitu menjawab dengan jawaban yang sama saat menggunakan dua penggaris yang berbeda tersebut.

Gambar 9. Perbedaan jawaban siswa pada aktivitas pengukuran kedua

(12)

tentang jawaban LKS yang berbeda-beda. Selain itu guru tidak mengarahkan pada kesimpulan yang ada pada LKS, yang ditunjukkan dengan masih banyaknya kelompok yang belum mengisi jawaban pada bagian kesimpulan, tetapi guru sudah meminta mereka untuk mengumpulkan jawabannya.

Masalah lain yang muncul selama pembelajaran berlangsung adalah siswa yang sangat ramai dan susah untuk diarahkan. Bahkan terdapat siswa yang tidak mau bekerjasama dengan kelompoknya. Di sisi lain terdapat pula siswa yang membaca komik di kelas ketika dia selesai mengerjakan tugas yang dibeerikan oleh guru (gambar 10). Guru menyatakan bahwa hal tersebut merupakan masalah yang sering muncul pada anak seusia mereka yang cenderung lebih suka bermain dan kurang suka bekerjasama dengan temannya pada saat mengerjakan tugas. Kondisi pembelajaran yang dimulai pada jam terakhir yaitu pukul 11.55 siang dan seusai jam olahraga, juga memberi banyak berpengaruh kepada konsentrasi belajar siswa. Kebanyakan dari siswa sudah mulai lelah, sehingga mereka ingin cepat-cepat pulang dan tidak fokus pada saat pelajaran berlangsung.

Gambar 10. Siswa membaca komik saat pelajaran berlangsung

(13)

III. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi di atas, dapat diketahui bahwa bahwa siswa dapat belajar tentang pangukuran dengan menggunakan jengkal, langkah dan benda-benda tertentu selain menggunakan alat ukur baku seperti penggaris. Selain itu, pengukuran tidak baku dalam pembelajaran kali ini digunakan sebagai pengantar agar siswa lebih memahami cara menggunakan penggaris. Sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat menyimpulkan bahwa untuk mengukur dangan menggukan panggaris tidak hanya merujuk pada nomor penggaris, tetapi dengan menghitung skala pada saat pengukuran.

Secara umum pembelajaran kali ini sudah memenuhi lima karakteristik PMRI yaitu pengukuran yang digunakan dalam kehidupan sehari seperti yang dilakukan oleh tukang dan penjahit baju (penggunaan konteks), alat peraga berupa batang korek api dan sedotan (penggunaan model), kegiatan pengukuran dan penarikan kesimpulan oleh siswa (pengunaan kontruksi dan kontribusi siswa), persentasi dan diskusi kelompok (interaktivitas) dan penjumlahan (intertwining). Proses matematisasi yang terjadi pada pembelajaran dapat digambarkan pada iceberg di bawah ini.

Gambar 11. Ice berg pambelajaran yang telah berlangsung.

Referensi:

Gravemeijer, K.P.E. 1994.Developing Realistic Mathematics Education. Disertasi Doktor, Freudenthal Institute.

(14)

Gambar

Gambar 2. Siswa mengukur papan tulis
Gambar 3. Siswa mengukur benda-benda dengan menggunakan batang korek api dan sedotan
Gambar 4. Presentase hasil kerja tiap kelompok
Gambar 5. Siswa mengukur panjang uang kertas seribuan dengan `menggunakan dua jenis penggaris
+6

Referensi

Dokumen terkait

PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

107 Instrumennya adalah izin lingkungan sebagaimana ditetapkan Pasal 36 Undang-undang Nomor 32 gtahun 2009 dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang izin

Dahrin Syahrir, aset kantor DKP3 semula adalah milik Dinas Pertanian Provinsi Jabar, yang kemudian diserahterimakan kepada Pemkot Cirebon.. "Saat ini kan pemkot tengah

PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MATERI HAM DALAM MENUMBUHKAN SOCIAL.. SENSITIVITY PESERTA

Bahasa gramatis dari segi kata dan ayat- penggunaan tanda baca betul

PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

 Nama, Alamat, Harga Penawaran, NPWP dan Hasil evaluasi seluruh peserta sebagai berikut :..

Semakin tinggi nilai ∝ maka dokumen relevan yang sesuai preferensi penggguna dapat ter- retrieve dan berada pada posisi yang lebih atas dibandingkan dengan dokumen lain yang