• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Bupati No. 20 tahun 2011 tentang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peraturan Bupati No. 20 tahun 2011 tentang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 20 TAHUN 2011

TENTANG

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN,

Menimbang : a. bahwa salah satu upaya penyelamatan masyarakat dari ancaman bencana Gunungapi Merapi perlu ditetapkan kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi dan peta kawasannya;

b. bahwa peta kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi berfungsi sebagai petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan Gunungapi Merapi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);

(2)

4844);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang

Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 Dari Hal Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Sleman (Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2008 Nomor 3 Seri E);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sleman.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sleman. 3. Bupati ialah Bupati Sleman.

4. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan, dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

5. Kawasan Rawan Bencana Merapi III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber bahaya yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat.

6. Kawasan Rawan Bencana Merapi II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran massa berupa awan panas, aliran lava dan lahar, serta lontaran berupa material jatuhan dan lontaran batu (pijar).

7. Kawasan Rawan Bencana Merapi I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava.

8. Peta Kawasan Rawan Bencana Merapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana jika terjadi letusan Gunungapi Merapi.

(3)

BAB II

KAWASAN LINDUNG Pasal 2 (1) Kawasan lindung terdiri dari:

a. kawasan lindung bawahannya; b. kawasan lindung setempat;

c. kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; dan d. kawasan rawan bencana alam.

(2) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d, meliputi: a. kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi;

b. kawasan rawan gempa bumi; dan c. kawasan rawan tanah longsor.

Pasal 3

(1) Kebijakan pengembangan kawasan lindung dalam kawasan rawan bencana alam Gunungapi Merapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a meliputi: a. pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. pengurangan risiko bencana Gunungapi Merapi; dan c. pembatasan kegiatan budidaya di kawasan lindung.

(2) Strategi untuk pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. menjaga pelestarian fungsi kawasan resapan air;

b. menjaga pelestarian fungsi kawasan lindung kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; dan

c. menjaga pelestarian fungsi kawasan sempadan sungai, mata air, dan embung.

(3) Strategi pengurangan risiko bencana Gunungapi Merapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. mengendalikan kegiatan di kawasan rawan bencana untuk mengurangi risiko bencana Gunungapi Merapi;

b. mengendalikan kegiatan yang berlokasi di kawasan rawan bencana dengan cara memperketat pengaturan tata bangunan dan lingkungan; dan

c. mengembangkan prasarana dan sarana untuk mengurangi risiko bencana. (4) Strategi untuk pembatasan kegiatan budidaya di kawasan lindung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. mengendalikan kegiatan budi daya yang telah ada di kawasan lindung agar tidak mengganggu fungsi lindung;

b. mengendalikan kegiatan yang berlokasi di kawasan lindung dengan cara memperketat pengaturan tata bangunan dan lingkungan; dan

(4)

Pasal 4

Upaya pengelolaan kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi dilakukan melalui: a. pengamanan kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi;

b. pengendalian kegiatan dalam kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi;

c. pengembangan kawasan rawan bencana gunungapi untuk kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, dan pariwisata;

d. pembangunan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai peringatan dini, mitigasi bencana, evakuasi dan rehabilitasi akibat bencana;

e. pemantauan kegiatan dalam kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi.

BAB III

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI

Bagian Kesatu

Wilayah Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi dan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi

Pasal 5

(1) Kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi, meliputi:

a. Kawasan Rawan Bencana Merapi III seluas kurang lebih 4.672 hektar di Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan, dan Ngemplak;

b. Kawasan Rawan Bencana Merapi II seluas kurang lebih 3.273 hektar di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, dan Ngemplak;

c. Kawasan Rawan Bencana Merapi I seluas kurang lebih 1.371 hektar di Kecamatan Tempel, Pakem, Ngaglik, Mlati, Depok, Ngemplak,

Cangkringan, Kalasan, Prambanan, dan Berbah.

(2) Pembagian wilayah kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi berdasarkan adminstrasi kewilayahan sebagaimana tersebut dalam lampiran I Peraturan Bupati ini.

(3) Peta kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi sebagaimana tersebut dalam lampiran II Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua

Kebijakan dalam Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi

Pasal 6

Kebijakan dalam kawasan rawan bencana Merapi III sebagai berikut:

a. wilayah pada Kecamatan Cangkringan, yaitu Padukuhan Pelemsari Desa Umbulharjo, Padukuhan Pangukrejo Desa Umbulharjo, Padukuhan Kaliadem Desa

(5)

Desa Kepuharjo, Padukuhan Kopeng Desa Kepuharjo, Padukuhan Kalitengah Lor Desa Glagaharjo, Padukuhan Kalitengah Kidul Desa Glagaharjo, dan Padukuhan Srunen Desa Glagaharjo, sebagai berikut:

1. pengembangan kegiatan untuk penanggulangan bencana, pemanfaatan sumber daya air, hutan, pertanian lahan kering, konservasi, ilmu pengetahuan, penelitian, dan wisata alam;

2. tidak untuk hunian; dan

3. Land Coverage Ratio paling banyak sebesar 5 % (lima persen);

b. wilayah selain Padukuhan sebagaimana dimaksud pada huruf a, sebagai berikut: 1. pengembangan kegiatan untuk penanggulangan bencana, pemanfaatan

sumber daya air, hutan, pertanian lahan kering, konservasi, ilmu pengetahuan, penelitian dan wisata alam;

2. hunian hanya diperbolehkan untuk hunian yang telah ada dan tidak rusak berat karena bencana Gunungapi Merapi, serta tidak dilakukan pengembangan (zero growth);

3. Land Coverage Ratio paling banyak sebesar 5 % (lima persen).

Pasal 7

Kegiatan yang dilakukan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak boleh dilakukan apabila status Gunungapi Merapi pada tingkatan siaga, kecuali kegiatan dalam rangka penanggulangan bencana.

Pasal 8

Kebijakan dalam kawasan rawan bencana Merapi II, sebagai berikut:

a. pengembangan kegiatan untuk penanggulangan bencana, pemanfaatan sumber daya alam, kehutanan, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, konservasi, ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian dan wisata alam;

b. peruntukkan hunian terbatas hanya untuk penduduk pada kecamatan tempat keberadaan hunian;

c. pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana hanya untuk skala pelayanan masyarakat satu kecamatan.

Pasal 9

(6)

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sleman.

Ditetapkan di Sleman pada tanggal 5 Mei 2011 BUPATI SLEMAN, Cap/ttd

SRI PURNOMO Diundangkan di Sleman

pada tanggal 5 Mei 2011 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN, Cap/ttd

SUNARTONO

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan mendesain Rusun sebagai tempat relokasi adalah menyediakan tempat hunian yang aman dan nyaman kepada warga yang berada di kawasan rawan Bencana

Sistem evakuasi kawasan rawan bencana (KRB) letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman dalam kaitannya dengan infrastruktur memiliki beberapa komponen evakuasi,

Pasal 1 butir 5 Peraturan Bupati tersebut menyebutkan bahwa Kawasan Rawan Bencana Merapi III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber bahaya yang sering

Tahap Ketiga , analisis data tentang daya dukung lahan pertanian di KRB Merapi meliputi beberapa bagian yaitu : (i) perhitungan komponen-komponen daya dukung lahan

Baik dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011- 2031 maupun Peta KRB Gunungapi Merapi, kawasan tersebut mencakup sebelas wilayah administrasi

Peraturan Bupati Sleman Nomor 31 Tahun 2010 tentang Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi (Berita Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2010 Nomor 5 Seri D);

Berdasarkan peta kawasan rawan bencana dalam Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Minahasa Utara serta didukung oleh peta daerah rawan bencana dari Badan

(3) Setiap penggunaan cadangan pangan masyarakat untuk penanggulangan rawan pangan pasca bencana akibat bencana alam dan/atau keadaan darurat, pengendalian harga pangan