• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI DAN DAMPAK AKREDITASI TERHADAP MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN :Studi Tentang Efektivitas Implementasi dan Dampak Akreditasi Sekolah Terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI DAN DAMPAK AKREDITASI TERHADAP MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN :Studi Tentang Efektivitas Implementasi dan Dampak Akreditasi Sekolah Terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Nana Ruhena, 2012

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRACK... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian... 15

D. Kegunaan Penelitian... 16

E. Sistimatika Penulisan Disertasi... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN PUSTAKA... 19

1. Konsep Manajemen... 1.1Perencanaan Dalam manajemen... 1.2Pengorganisasian Dalam Manajemen... 1.3Pelaksanaan Dalam Manajemen... 1.4Pengawasan Dalam manajemen... 2. Manajemen Pelayanan Umum... 2.1Akuntabilitas Pelayanan Umum... 2.2Akunatbilitas Sekolah... 20 24 28 33 36 38 44 47 3. Manajamen Mutu Layanan Pendidikan... 51

(2)

5.3Relevansi Pendidikan Kejuruan... 150

B C D Penelitian Terdahulu Yang Relevan... Kerangka Pikir Penelitian... Premis Penelitian... 152 154 162 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 166

B. Desain Dan Prosedur Penelitian... 168

C. Lokasi Dan Waktu Peneliltian ... 177

D. IInstrumen Penelitian... 182

E. Teknik Pengumpulan Data... 184

F. Keabsahan Data... 186

G. Teknis Analisis Data... 193

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 195

1. Perencanaan Akreditasi Pada SMK... 195

2. Implementasi Akreditasi Pada SMK... 208

3. Evaluasi Hasil Akreditasi Pada SMK... 224

4. Dampak Akreditasi Terhadap Mutu Layanan Pendidikan SMK... 227 B Pembahasan ... 1. Pembahasan Manajemen Akreditasi... 1.1 Pembahasan Tentang Perencanaan Akreditasi.. 1.2 Pembahasan Tentang Implementasi Akreditasi 1.3 Pembahasan Tentang Evaluasi Hasl Akreditasi 2. Pembahasan Dampak Akreditasi Terhadap Mutu Layanan ... 2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan... 238 238 243 247 250 252 265 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 279

B. Rekomendasi... 284

DAFTAR PUSTAKA... 289

LAMPIRAN.:... 1 Daftar Riwayat Hidup... 297

2 Kisi Kisi Pedoman Wawancara... 301 3 Catatan Lapangan... 304

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu: ” Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia”. Untuk mewujudkan itu semua perlu diusahakan terselenggaranya satu sistem pendidikan nasional yang bermutu dan

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mewujudkan mutu pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan apa yang diharapkan oleh masyarakat, maka perlu adanya standar

(benchmark). Setiap sekolah/madrasah secara bertahap dikembangkan untuk menuju kepada pencapaian standar yang dijadikan pagu itu. Acuan ini seharusnya bersifat nasional, baik dilihat dari aspek masukan, proses, maupun lulusannya.

Apabila suatu sekolah/madrasah, misalnya telah mampu mencapai standar mutu yang yang bersifat nasional, diharapkan sekolah/madrasah tersebut secara

bertahap mampu mencapai mutu yang kompetitif secara internasional. Jadi, pada dasarnya pagu mutu pendidikan nasional merupakan acuan minimal yang harus

(4)

Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan

memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui

jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan.

Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu

mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi

persaingan kerja. Kehadiran Sekolah Menengah Kejuruan sekarang ini semakin didambakan masyarakat, khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung

dalam dunia kerja. Lulusan pendidikan kejuruan yang diharapkan oleh masyarakat adalah lulusan yang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang

keahliannya.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap kearah yang

kita harapkan sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, maka Pemerintah melakukan pengembangan dan sekaligus

membangun sistem pengendalian mutu Pendidikan melalui tiga program yang

(5)

Menegah Kejuruan menjadi salah satu bagian yang penting dalam upaya

memperoleh informasi tentang kondisi nyata suatu Sekolah Menegah Kejuruan

berdasarkan standar minimal dan dilakukan secara adil dan merata baik Sekolah

Menegah Kejuruan Negeri maupun Sekolah Menegah Kejuruan Swasta.

Akreditasi dilakukan dalam rangka untuk menentukan kelayakan program dan

satuan Pendidikan Sekolah Menegah Kejuruan pada setiap jenjang dan jenis

pendidikan. Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh Pemerintah dan atau lembaga

mandiri yang berwenang sebagai bentuk Akuntabilitas Publik dalam rangka

penjaminan mutu kepada publik.

Akreditasi Sekolah Menegah Kejuruan sangat perlu dilakukan sebagai

Akuntabilitas kepada publik karena menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh

Sekolah Menegah Kejuruan maupun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh

Sekolah Menegah Kejuruan tersebut. Sebagaimana diketahui, upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional merupakan salah satu program yang sedang

digalakan oleh pemerintah. Upaya ini diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan mutu layanannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Yang dimaksud dengan mutu layanan adalah jaminan

bahwa proses penyelenggaraan pendidikan disekolah sesuai dengan yang seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan yang diharapkan. Apabila setiap satuan

pendidikan selalu berupaya untuk memberi jaminan mutu dan upaya ini secara nasional akan terus meningkat. Peningkatan mutu pendidikan ini akan berdampak

(6)

tantangan, baik yang bersifat nasional maupun global, sedangkan berbagai kesempatan dan tantangan itu hanya dapat diraih dan dijawab apabila sumber daya

manusia yang dimiliki bermutu tinggi.

Berangkat dari pemikiran tersebut dan untuk dapat membandingkan serta

memetakan mutu dari setiap satuan pendidikan, perlu dilakukan akreditasi bagi setiap lembaga dan program pendidikan. Proses akreditasi ini dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan membantu dan memberdayakan satuan

pendidikan agar mampu mengembangkan sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada kegiatan akreditasi menggunakan instrumen akreditasi

yang komprehensif dan dikembangkan berdasarkan standar mutu yang ditetapkan, diharapkan profil mutu sekolah/madrasah dapat dipetakan untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah/madrasah oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Badan Akreditasi Sekolah (BAS) adalah sebuah badan yang berhak memberikan penilaian kepada sekolah-sekolah. Ini adalah salah satu kebijakan

pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini, yang dari tahun ke tahun harus meningkat. Meskipun seruan peningkatan mutu pendidikan bukan barang baru, ada semangat positif dari kebijakan. Berbeda dengan sistem

penilaian akreditasi dahulu, dimana yang dinilai hanya sekolah swasta untuk mendapatkan predikat diakui atau disamakan, kini sekolah negeri pun dinilai

untuk mendapatkan predikat terakreditasi.

Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif

(7)

sekolah/madrasah dievaluasi dalam kaitannya dengan arah dan tujuannya, serta didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah/madrasah sebagai sebuah institusi

belajar. Walaupun beragam perbedaan dimungkinkan terjadi antar sekolah/madrasah, tetapi sekolah/madrasah dievaluasi berdasarkan standar

tertentu. Standar diharapkan dapat mendorong dan menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai

mutu yang diharapkan.

Akreditasi merupakan alat regulasi diri (self-regulation) agar

sekolah/madrasah mengenal kekuatan dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahannya. Dalam hal ini akreditasi memiliki makna proses pendidikan, disamping itu

akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam bentuk sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah/madrasah yang telah memenuhi standar layanan tertentu

yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses akreditasi dalam makna proses adalah penilaian dan pengembangan mutu suatu sekolah/madrasah secara berkelanjutan. Akreditasi dalam makna hasil

menyatakan pengakuan bahwa suatu sekolah/madrasah telah memenuhi standar kelayakan yang telah ditentukan.

Proses akreditasi dari awal hingga akhir, banyak hal yang sebenarnya lebih baik dari sekedar lembaran dokumentasi dan arsip, yang setiap orang bisa

(8)

dari yang telah diarsipkan. Dalam sistem akreditasi sekolah pada fase sebelumnya konon telah diperbaiki. Hal ini terkait dengan mulai tumbuhnya kesadaran, bahwa

akreditasi bukan hanya sekadar kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Lebih dari itu akreditasi Sekolah Menengah

Kejuruan dilakukan untuk menentukan kelayakan program satuan pendidikan untuk akuntabilitas publik, jadi semua sekolah baik negeri maupun swasta wajib melaksanakan akreditasi 4 tahun sekali. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat

(1) PP No 19 Tahun 2005 yang memuat kriteria minimal komponen pendidikan. Inilah yang menjadi rujukan sebagai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jadi

instrumen akreditasi sekolah disusun mengacu kepada delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik & Tenaga Pendidikan, (5) Standar

Sarana & Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan dan (8) Standar Penilaian.

Ruang lingkup akreditasi sekolah/madrasah meliputi TK/RA, TKLB, SD/MI, SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMK/MAK dan SMLB, baik berstatus negeri maupun swasta. Untuk TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, akreditasi

dilakukan terhadap kelembagaan secara menyeluruh, sedangkan untuk SMK/MAK, akreditasi dilakukan terhadap program keahlian yang dibuka pada

sekolah tersebut. Untuk TKLB, SDLB, SMPLB dan SMLB, akreditasi dilakukan terhadap kelembagaan sesuai dengan jenis kelainannya (kekhususannya).

(9)

berdasarkan Standar Nasional Pendidikan; (2) Memberikan pengakuan peringkat kelayakan; (3) Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan

kepada program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi oleh pihak terkait. Manfaat hasil akredtasi sekolah/madrasah sebagai berikut: (1) Membantu

sekolah/madrasah dalam menentukan dan mempermudah kepindahan peserta didik dari suatu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru dan kerjasama yang saling menguntungkan; (2) Membantu mengidentifikasi sekolah/madrasah dan

program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk bantuan lainnya; (3) Acuan dalam upaya peningkatan mutu

sekolah/madrasah dan rencana pengembangan sekolah/madrasah; (4) Umpan balik salam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah/madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program

sekolah/madrasah; (5) Motivator agar sekolah/madrasah terus meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana dan kompetitif baik di tingkat

kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional; (6) Bahan informasi bagi sekolah/madrasah sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal

profesionalisme, moral, tenaga dan dana.

Untuk kepala sekolah/madrasah, hasil akreditasi diharapkan dapat menjadi

bahan informasi untuk pemetaan indikator kelayakan sekolah/madrasah, kinerja warga sekolah/madrasah, termasuk kinerja kepala sekolah/madrasah selama

(10)

sekolah/madrasah sebagai bahan masukan untuk penyusunan program serta anggaran pendapatan dan belanja sekolah/madrasah.

Untuk guru, hasil akreditasi sekolah/madrasah merupakan dorongan bagi guru untuk selalu meningkatkan diri dan bekerja keras untuk memberikan layanan

yang terbaik bagi peserta didiknya. Secara moral, guru akan senang bekerja di sekolah/madrasah yang diakui oleh masyarakat bahwa sekolah/madrasah tersebut dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan output lulusan yang

bermutu, walaupun guru tersebut harus selalu berusaha untuk meningkatkan diri dan bekerja keras untuk mempertahankan dan selalu meningkatkan mutu

sekolah/madrasah.

Untuk masyarakat, khususnya orang tua peserta didik, hasil akreditasi diharapkan menjadi informasi yang akurat tentang layanan pendidikan yang

ditawarkan oleh setiap sekolah/madrasah, sehingga secara sadar orang tua dapat membuat keputusan dan pilihan yang tepat dalam kaitannya dengan pendidikan

bagi anaknya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Untuk peserta didik, hasil akreditasi juga menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka memperoleh pendidikan yang baik sesuai dengan harapannya,

sertifikat dari sekolah/madrasah yang terakreditasi merupakan bukti bahwa mereka menerima pendidikan yang bermutu.

Dengan menggunakan instrumen akreditasi yang komprehensif, hasil akreditasi diharapkan dapat memetakan secara utuh profil sekolah/madrasah.

(11)

dari berbagai unsur terkait yang mengacu pada standar minimal beserta indikator-indikator; (2) Akuntabilitas, yaitu sebagai bentuk pertanggung jawaban

sekolah/madrasah kepada publik, apakah layanan yang dilakukan dan diberikan oleh sekolah/madrasah telah memenuhi harapan atau keinginan masyarakat; (3)

Pembinaan dan pengembangan, yaitu sebagai dasar bagi sekolah/madrasah, pemerintah dan masyarakat dalam upaya peningkatan atau pengembangan mutu sekolah/madrasah.

Mutu sekolah/madrasah merupakan konsep multidimensi yang tidak hanya terkait dengan satu aspek tertentu dari sekolah/madrasah. Untuk kepentingan

akreditasi, mutu sekolah/madrasah dilihat dari tingkat kelayakan penyelenggaraan sekolah/madrasah dan sekaligus kinerja yang dihasilkan sekolah/madrasah dengan mengacu pada komponen utama sekolah/madrasah yang meliputi komponen: (1)

Standar Isi; (2) Standar Proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Tenaga Pendidik; (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7)

Standar Pembiayaan dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.

Akreditasi sebagai proses penilaian terhadap kelayakan dan kinerja sekolah/madrasah merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dalam memotret

kondisi nyata sekolah/madrasah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan diperoleh informasi yang komprehensif tersebut, hasil

akreditasi sangat berguna sebagai bahan masukan dalam penyusunan rencana strategis sekolah/madrasah untuk masa lima tahun dan rencana operasional

(12)

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPBS/M) yang bersifat tahunan sebagai langkah implementasi dalam pengembangan dan

peningkatan mutu sekolah/madrasah secara terencana, terarah dan terukur. Program akreditasi sebagai bagian dari upaya sekolah/madrasah untuk

meningkatkan mutunya secara berkelanjutan, maka sistem akreditasi dikembangkan dengan karakteristik yang memberikan: (1) Keseimbangan antara fokus penilaian kelayakan dan kinerja sekolah/madrasah; (2) Keseimbangan

antara penilaian internal melalui evaluasi diri oleh sekolah/madrasah dan evaluasi eksternal oleh asesor; (3) Keseimbangan hasil akreditasi antara pemeringkatan

status sekolah/madrasah dan umpan balik untuk peningkatan mutu sekolah/madrasah.

Beberapa temuan hasil akreditasi di Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis

untuk kurun waktu 2008-2011 yang perlu ditindak-lanjuti adalah sebagai berikut: 1) Guru yang memenuhi persyaratan sesuai Permendiknas tahun 2007 belum

melebihi 70%, belum mandiri dalam mengembangkan silabus dan RPP, infrastruktur Sekolah Menengah Kejuruan di perkotaan jauh lebih baik sedangkan infra struktur Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di daerah

masih kurang dan kemampuan manajemen profesionalisme belum terwujud secara optimal;

2) Infrastruktur Sekolah Menengah Kejuruan untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif terutama dalam kaitannya dengan pembinaan

(13)

harus serius ditangani melalui kerjasama Dunia Usaha dan Dunia Industri. Kesempatan kerja bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan masih

merupakan problema, hal ini disebabkan pertumbuhan sektor real masih tetap lambat dibandingkan dengan pertumbuhan lulusan Sekolah Menengah

Kejuruan;

3) Terbatasnya jumlah asesor yang memiliki profesionalisme kuat (baik dilihat dari asepek akademik, aspek pemahaman instrumen akreditasi, maupun

aspek karakter asesor) untuk mewujudkan kualitas hasil akreditasi tetap terpelihara.

Berdasarkan uraian di atas maka peniliti tertarik untuk meneliti tentang: EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI DAN DAMPAK AKREDITASI TERHADAP MUTU LAYANAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (Studi Tentang

Efektivitas Implementasi dan Dampak Akreditasi Sekolah Terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis Jawa

Barat).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Isu penting dalam konteks akreditasi sekolah adanya kebijakan sentralistik dan otonomi daerah, sebagai produk pemerintah dalam kebijakan untuk

memajukan daerah berbasis keunggulan lokal, sentralisasi memberikan penekanan kuat pada peran pemerintah mengawasi dan menilai mutu sebuah sekolah.

(14)

dan menajemen kualitas total (total quality management), kata "sendiri" bukan hanya sekolah itu saja, melainkan masyarakat setempat di mana mereka adalah

pengguna utama jasa suatu lembaga pendidikan. Kebijakan akreditasi sekolah merupakan kebijakan dimana peran mengawasi dan menilai diambil alih

pemerintah. Tim asesor sekolah merupakan perpanjangan tangan pemerintah untuk mengawasi dan menilai mutu sebuah sekolah. Dalam realita di lapangan ada kalanya, hal ini akan berbenturan dengan semangat yang kedua, di mana semangat

tersebut memberi keleluasaan dan kebebasan sebuah sekolah mengurus dirinya sendiri, termasuk menerapkan kurikulum yang sedikit berbeda. Pemerintah dalam

hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai asesor. Kini dan kedepan, semangat kedua ini yang justru harus didorong dan dikembangkan. Yang akan menilai sebuah sekolah itu bermutu atau tidak adalah masyarakat sebagai

pengguna utama lembaga pendidikan.

Istilah mutu dikaitkan dengan pencapaian siswa (student achievement), yang

lebih identik dengan nilai yang bagus. Dalam pandangan umum, sebuah sekolah dikatakan bermutu apabila peserta didiknya mampu mendapatkan nilai tinggi pada setiap ujian, baik ujian sekolah maupun ujian nasional. Sekolah tersebut lantas

diberi predikat sekolah yang bermutu. Nilai bagus tersebut sesungguhnya karena peserta didiknya memang pintar. Dalam pandangan sekolah yang modern (baca:

menerapkan kurikulum dan manajemen berbeda), yang menginginkan otonomi pendidikan, pandangan tentang mutu sebuah sekolah sering berbeda dengan

(15)

Pandangan semacam ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kurikulum, metode pembelajaran, serta pola interaksi guru dan peserta didik yang diterapkan

di sekolah yang bersangkutan. Sekolah semacam itu sering memerlukan kriteria penilaian yang berbeda. Kenyataannya, ada banyak sekolah yang mencoba

menerapkan kurikulum dan metode pembelajaran yang berbeda. Dalam hal ini tim asesor harus benar-benar menyadari pemerintah ingin meningkatkan mutu pendidikan dan memberikan keleluasaan kepada lembaga pendidikan untuk

mengurus, mengawasi dan menilai sendiri mutu sekolahnya, melalui otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah.

Tim asesor sungguh harus memahami mengenai mutu sekolah daripada sumber daya manusia di lembaga pendidikan itu sendiri. Jangan sampai terjadi dahulu ketika sekolah-sekolah swasta dinilai mendapatkan predikat diakui atau

disamakan. Waktu itu semangat yang berkembang adalah sekolah swasta lebih bermutu daripada sekolah negeri manapun. Lantas sekolah tersebut disamakan

dengan sekolah mana? Untunglah pemerintah menyadari keadaan ini, dimana banyak sekolah negeri mutunya justru lebih rendah daripada sekolah-sekolah swasta. Objektivitas penilaian juga menyangkut masalah klasik, yaitu soal KKN.

Tidak bisa tidak, semua sekolah berlomba mendapatkan predikat "terakreditasi A", terutama berkaitan dengan gengsi dan nilai jual sebuah sekolah di mata

masyarakat. Ini rawan terhadap kecurangan untuk mendapatkan predikat tersebut. Tim asesor dapat mudah tergoda dengan sejumlah iming-iming dari sekolah yang

(16)

sebaliknya, tim asesor menerapkan kriteria tambahan, semacam kesepakatan-kesepakatan di luar kriteria yang resmi, agar tidak mendapatkan predikat C. Hal

ini tidak jauh berbeda dengan situasi akreditasi terhadap perguruan tinggi swasta yang terjadi kini. Gejala ini dapat mewabah ke sekolah-sekolah untuk berlomba

mendapatkan predikat A dengan tidak melalui prosedur yang benar. Alhasil akreditasi sekolah hanya menjadi sebuah lelucon baru dalam kancah pendidikan kita, meskipun tujuannya bagus.

Akreditasi perlu keseriusan, Pemerintah tidak bisa setengah-setengah dalam menerapkan kebijakan ini. Apabila benar-benar ingin meningkatkan mutu

pendidikan di negeri ini, harus berani mengambil risiko berbenturan dengan seruan pemerintah sendiri untuk menghidupkan semangat otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah. Pemerintah tidak cukup kalau hanya menetapkan

kriteria, melatih tim asesor, pengawas, dan kepala sekolah. Pemerintah perlu menilai dan mengawasi tim asesor itu sendiri. Pengalaman di Indonesia

menunjukkan bukannya sistem yang lemah, tetapi manusianya yang lemah. Ambil contoh, bank-bank kita yang sampai sekarang terus dibobol dengan melibatkan orang dalam, meskipun sistem dalam bank tersebut sudah bagus.

Proses pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik sehingga dapat meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, ahlaq mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Profil sekolah yang mencerminkan

(17)

“Bagaimanakan Efektivitas Implementasi dan Dampak Akreditasi Sekolah

terhadap Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di

Kabupaten Ciamis-Jawa Barat”

Berdasarkan fokus kajian tersebut peneliti merumuskan batasan-batasan

penelitian guna menjaga konsistensi dan untuk mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan pokok yang ditujukan dalam penelitian ini. Untuk mendalami dan memandu peneliti mengungkap tentang efektifitas implementasi manejemen

akreditasi, dibuat beberapa pertanyaan yang dapat menggiring memahami masalah. Lebih lanjut Sugiyono (2007: 37) mengemukakan: ”Pertanyaan penelitian

kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain. Berikut pertanyaan sebagai dasar melakukan penelitian, yaitu;

1. Bagaimanakah Perencanaan Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan? 2. Bagaimanakah Implementasi Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan?

3. Bagaimanakah Evaluasi hasil Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan? 4. Bagaimanakah Dampak Akreditasi terhadap Mutu Layanan pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian berkaitan dengan efektifitas implementasi manejemen akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, ini bertujuan untuk

(18)

Berkenaan dengan identifikasi permasalahan mengenai efektifitas implementasi manejemen akreditasi perlu dilakukan penelitian yang mendalam tentang efektifitas

implementasi manajemen akreditasi, mengkaji secara cermat tentang apa dan bagaimana efektifitas implementasi manejemen akreditasi yang sedang berjalan,

analisis bagaimana perencanaan, evaluasi dan dampak efektifitas implementasi manejemen akreditasi sesuai standar, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang:

1) Perencanaan Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan. 2) Implementasi Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan.

3) Evaluasi hasil Akreditasi pada Sekolah Menengah Kejuruan.

4) Dampak Akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan.

5) Merumuskan konsep alternatif solusi atau strategi peningkatan efektivitas implementasi Akreditasi untuk meningkatkan mutu layanan Pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna untuk menambah dan memperkaya pengetahuan serta

(19)

dan referensi berkaitan dengan efektifitas implementasi manejemen akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi

serta gambaran terutama bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, pihak sekolah atau stakeholder lainnya, mengenai upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan efektifitas implementasi manejemen akreditasi di

Kabupaten Ciamis .

Selain kegunaan seperti yang dijelaskan di atas, penelitian ini juga

bermanfaat sebagai wawasan dan referensi akademik, sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam konteks pengembangan dan proses generalisasi, serta bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian pada bidang yang sama.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian lanjutan dengan mempegunakan satuan pendidikan lain, atau sekolah-sekolah di wilayah

kabupaten-kabupaten lainnya.

E. Sistematika Penulisan Disertasi

Sistematika penulisan dibuat dengan dua tujuan. Pertama, sebagai guidance bagi penulis untuk menyusun bab-bab yang belum terselesaikan, yaitu

bab satu, bab dua dan seterusnya. Kedua, untuk mempermudah pembaca dalam menyimak dan memahami keseluruhan bagian disertasi. Penulisan disertasi

(20)

terkait sehingga fenomena penelitian atau emperical evidence, sampai pada kesimpulan dan implikasi penelitian.

Sebagai outline, sistematika penulisan disertasi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Sistematika penulisan disertasi disajikan sebagai berikut:

BAB. I. PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Penelitan, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Penulisan Disertasi.

BAB. II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN, terdiri dari penjelasan tentang Kajian Pustaka, Kajian Penelitian yang relevan,

Kerangka Pemikiran, dan Premis Penelitian.

BAB. III. METODE PENELITIAN, terdiri dari Metode Penelitian, Tahapan Penelitian, Lokasi dan Objek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan Teknik Analisis Data.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, terdiri dari Uraian

Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB. V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi Kesimpulan Hasil Penelitian Serta Rekomendasi.

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik dalam pengumpulan data dan peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Kegiatan inti dari suatu penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan Ileh spradley

(1980:5) yaitu pemahaman makna, akan suatu tindakan dan peristiwa yang terjadi dalam latar sosial yang menjadi objek penelitian. Dengan demikian usaha

untuk menganalisis efektivitas pelaksanaan akreditasi sekolah sangat mungkin dilakukan dengan metode kualitatif. Terdapat data yang lebih tepat, jika diungkap dengan metode kualitatif, seperti data dan informasi tentang perencanaan

akreditasi yang dilakukan oleh sekolah, implementasi kebijakan akreditasi yang dilaksanakan di sekolah, evaluasi hasil pelaksanaan akreditasi dan dampak

akreditasi terhadap mutu layanan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Robert C. Bogdan dan Sari Knoop Biklen (1992:29-32) mengatakan bahwa terdapat lima karakterristik penelitian kuualitatif, yaitu:

1. Qualitative research has the natural setting as direct as direct source of data and researcher is the key instrument,.

2. Qualitative research is descriptive. The data collected are in the form of worlds or picture rather than numbers,

3. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products,

4. Qualitative research tend to alayze their data inductively, and 5. Meanin is of essential concern to qualitative approach.

Penggunaan metode kualitatif, maka akan diperoleh data yang lebih

(22)

dicapai dengan baik. Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan,

budaya, sikap mental dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif, karakteristik penelitian adalah holistik, tentu dasar teori yang dibutuhkan oleh peneliti harus lebih banyak, agar dapat menemukan makna penelitian. Pada penelitian kualitatif, peneliti tentu akan

lebih profesional dibidang objek penelitian yang digunakan, karena secara teori sipeneliti akan menjadi instrumen langsung (Human Instrument), yang tentu harus

menguasi objek teori penelitiannya. Pemahaman akan kajian teori bagi peneliti kualitatif juga harus lebih luas, teori bag i pe ne lit i kua lit at if aka n berfungsi sebagai bekal untuk mendalami konteks permasalahan. Untuk dapat menjad i

instrumen penelit ian yang baik, peneliti kualitat if dituntut untuk memilik i wawasan yang luas, baik wawasan teoritis dan wawasan yang

terkait dengan konteks objek yang ditelitinya.

Pemahaman akan pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa banyak hal yang dilakukan oleh peneliti kualitatif sebagai instrumen, seperti

menggambarkan temuan secara holistik, menganalisis, melaporkan pandangan subjek penelitian dan bekerja dalam keadaan alamiah dengan menggunakan

bermacam metode. Untuk itu di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, deskriptif yang bersifat naturalistik holistik,

(23)

B. Desain dan Prosedur Penelitian

Penelitian kualitatif dapat dipandang juga sebagai penelitian partisipatif

yang desain penelitian memiliki sifat fleksibel untuk diubah guna menyesuaikan dari rencana yang telah dibuat, dengan gejala yang ada pada tempat penelitian

yang sebenarnya. Oleh karena seorang peneliti diperbolehkan melakukan perubahan ketika menjadikan laporan penelitian kualitatif. Posisi desain (perencanaan) sebelum peneliti terjun dilapangan adalah untuk meyakinkan

bahwa mereka mengetahuai kegiatan minimal apa yang perlu dilakukan di lapangan, sebagai guide melakukan teknik pengumpulan data. Perubahan sesuai

kondisi lapangan dan tidak diketahuinya macam pertanyaan apakah yang perlu disampaikan ke responden sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Taylor dan Bogdan (1984:16) yang menyatakan, bahwa: “until we enter the field, we do not know what questions to ask or how to ask them”. Dalam penelitian kualitatif,

pemahaman yang luas dan selalu mendapatkan data yang terbaru merupakan

syarat mutlak yang perlu dilakukan oleh seorang peneliti guna mendalami teori yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

Para peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif, karena

dipandang lebih cermat dengan ciri-ciri sebagaimana dikatakan oleh Nasution (1992:55) sebagai berikut:

(24)

saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan dan (6) menusia sebagai instrumen, responden yang aneh dan menyimpang justru diberi perhatian. Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan informasi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam.

Penggunaan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, dimana peneliti tersebut berusaha untuk memahami dan menafsirkan suatu makna

peristiwa interaksi prilaku manusia dalam suatu situasi tertentu. Merujuk pada karakteristik penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan Bogdan dan Biklen

(1982).

1. Peneliti langsung ke lapangan untuk dapat mengumpulkan data dari sumber data, dengan tanpa melakukan intervensi;

2. Dalam penelitian naturalistik kualitatif analisisnya menggunakn metode deskriftif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data serta informasi yang dikumpulkan.

3. Penelitian yang dilaksanakan lebih menekankan kepada proses dari pada hasil semata, dengan kata lain peranan proses besar sekali dalam penelitian. 4. Peneliti cenderung mengnalisis data dilakukan secara induktif, karena dalam

penelitian naturalistik kualitatif mempelajari sesuatu proses atau masalah dengan tanpa melakukan generalisasi.

5. Hal yang utama dalam penelitian naturalistik kualitatif ini adalah mencari pemahaman dan penarikan makna dari fenomena yang terjadi melalui penyajian deskriptif analitik.

Dalam penelitian ini peneliti menempuh cara dan tahapan penelitian sesuai

dengan pendapat di atas.

Desain Penelitian kualitatif dikatakan sebagai desain yang fleksibel, dalam

kaitan penelitian ini, peneliti membuat pendekatan tahapan sebagai desain penelitian sebagai berikut ini:

(25)

menjelaskan fungsi dan peran hasil penelitian terhadap kepentingan pendidikan sampai seberapa jauh hasil penelitian memiliki manfaat terhadap

pengebangan sekolah dan industri pada masa yang akan datang. 2. Tahap kedua melakukan studi literatur.

Pada tahap ini yang dilakukan adalah; melakukan studi literatur yang berkaitan dengan manajemen pendidikan, akuntabilitas pendidikan, akreditasi dan mutu layanan pendidikan dan ke lokasi penelitian guna

menjaring informasi yang berkaitan dengan akreditasi, kinerja sekolah yang akan diamati.

3. Tahap ketiga memilih latar (setting) penelitian.

Salah satu komponen penting dalam penelitian kualitatif adalah memilih latar (setting), dalam hal ini diartikan sebagai tempat kejadian atau

lingkungan, dimana suatu kejadian atau kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan penelitian. Latar (setting) penelitian mencakup tempat, waktu,

kejadian dan proses yang dilakukan dalam setting dialami dalam konteks sesungguhnya dan wajar.

4. Tahap keempat, sumber data yang akan dijaring.

Penelitian memiliki ciri yang khusus, dimana sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini merupakan word and obsevations, not numbers

(Taylor and Powell, 2003:1), sementara dokumen, data statistik, catatan, foto-foto merupakan data-data tambahan. Kata-kata dan pengamatan dalam

(26)

kegiatan dokumentasi. Dalam penelitian jenis data dan personil yang dibutuhkan sebagai sumber data adalah: (1) Kepala Dinas Pendidikan (2)

Kasi yang menangani akreditasi (3) Kepala Sekolah (4) Ketua Program (5) Guru Produktif (6) Komite Sekolah (7) Asesor (8) Peserta Didik.

5. Tahap kelima teknik pengumpulan data.

Dalam setiap penelitian teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan

data yang akurat, maka dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sangat penting peranannya dalam mencapai tujuan penelitian ini. Pengumpulan

data dilakukan dalam berbagai cara, setting dan sumbernya. Berdasarkan cara pengumpulan data dapat dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Sedangkan dari sisi settingnya data

dikumpulkan pada setting alamiah, pada lingkungan dan sebagainya. Sedangkan sumber data didapatkan dari sumber primer maupun sekunder.

Menurut Sugiyono (2005:63) dalam penelitian kualitatif pengumpulan data biasanya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting), sumber data adalah data primer, dan teknik pengumpulan datanya lebih banyak

menggunakan observasi peran (participation observation), angket wawancara mendalam (in-depth interview) serta dokumentasi.

a. Observasi

Secara definitif observasi adalah tindakan atau proses pengambilan

(27)

kemudian dicatat atau direkam sebagai data utama untuk dianalisis. Keberhasilan pengamatan sangat ditentukan oleh partisipasi

menyeluruh dari pengamat itu sendiri yang meliuputi kesungguhan dalam observasi dan konsentrasi selama observasi (Blaxter and Hughes,

2001;176). Beberapa pilihan yang dapat digunakan dalam observasi yaitu peneliti sebagai partisipan ikut aktif larut dalam kelompok, partisipan sebagai pengamat, sepenuhnya sebagai pengamat atau

sepenuhnya sebagai partisipan yang kesemuanya mempunyai kekurangan dan kelebihan maning-masing (Cresswell, 1994).

Peralatan yang digunakan untuk melakukan observasi adalah catatan, kamera, film, handycam. Melalui observasi peneliti akan melihat sendiri pemahaman atau informasi yang tidak terucapkan, peneliti dapat

melihat langsung dan bahkan berempati dengan responden. b. Wawancara

Selain observasi, dalam penelitian kualitatif alat pengumpul data yang penting adalah wawancara (interview), peneliti dapat memperoleh informasi yang mendalam (depth informasi) karena responden

menjawab apabila diberi pertanyaan, sehingga responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi dimasa silam atau pada masa yang

akan datang. Selain itu peneliti dalam wawancara dapat memberikan pertanyaan susulan bahkan dapat menjelaskan pertanyaan yang kurang

(28)

Namun kelemahan dalam teknik ini kadang ditemui responden yang tidak jujur dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya

sensitif bahkan mengancam atau membahayakan keselamatan pribadinya maupun keselamatan peneliti.

Strategi wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) menggunakan pendekatan Rubin & Rubin (1995), dimana digunakan 6

(enam) tipe pertanyaan yang mengarah pada kedalaman wawancara yaitu (a) pertanyaan yang sifatnya umum (elaboration probes), (b)

pertanyaan yang sifatnya lanjutan (continuation probes), (c) pertanyaan yang sifatnya meminta penjelasan lebih lanjut (clarification probes) (d) pertanyaan yang sifatnya memerlukan perhatian yang mendalam

(attention probes), (e) pertanyaan yang sifatnya mengarah pada penyelesaian (compelation probes) dan (f) pertanyaan yang sifatnya

perlu pembuktian (evidence probes), yang kesemua pertanyaan tersebut sifatnya berlanjut, berkesinambungan hingga informasi yang diinginkan tercapai atau dengan kata lain sampai jenuh.

c. Dokumentasi

Dalam sebuah penelitian dokumen memiliki peranan yang sangat

penting sebagai sebuah sumber informasi dalam penelitian, biasanya dokumen bukan hanya merupakan tulisan berupa catatan atau record

(29)

peneliti dalam mengembangkan penelitiannya. Dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan sumber informasi yang bukan manusia

(non human resourses), sedangkan studi dokumentasi adalah teknik pengumpul data. Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai

catatan kejadian yang sudah lampau,(Meleong, 2005;82), yang mencatat segala hal ihwal yang berkaitan dengan manusia pada kehidupannya sesuai dengan kebutuhan pada saat itu.

Guba dan Lincoln, (Meleong, 2002;161), mengungkapkan bahwa “dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record,

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.” Sedangkan Nasution, (2003;85), menyebutkan bawa: “...ada pula

sumber non manusia, (non human resources) diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik.” Dokumen dapat diartikan sebagai catatan (dapat

dalam bentuk tulisan, rekaman, foto dan bahan statistik), yang terkait

dengan kehidupan manusia pada waktu lampau. Dokumen dalam penelitian kualitatif memegang peranan penting sebagai sumber informasi untuk melengkapi hasil wawancara dan observasi lapangan.

Hasil wawancara dan observasi akan lebih akurat lagi jika disertai dokumen yang terkait dengan hasil wawancara dan observasi yang

dilakukan sebelumnya.

6. Tahap keenam, pembakuan instrumen penelitian

(30)

penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan instrumen lain yang lebih sederhana yang diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data

yang lebih luas dan lebih tajam untuk melengkapi hasil pengamatan dan observasi. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen dalam penelitian

kualitatif seperti disampaikan oleh Meleong (2006:169) adalah responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, merespon dan mengihtisarkan serta memanfaatkan

kesempatan mencari respon yang tidak lazim. 7. Tahap ketujuh, menguji keabsahan data

Keabsahan (kebenaran) data perlu diuji dengan menggunakan teknik triangulasi atau kombinasi metodologi. Tujuan triangulasi (triangulation) dalam mendapatkan data yang benar adalah untuk (1) mencari kovergensi

hasil penelitian, (2) mencari tumpang tindih temuan dari metode-metode yang saling melengkapi, (3) mengembangkan hasil penelitian bahwa metode

terdahulu memfasilitasi metode berikutnya, (4) mencari sudut pandang baru dan, (5) melakukan ekspansi bahwa kombinasi metode itu memperluas cakupan studi (Creswell, 1994:175). Dalam penelitian ini ada dua hal yang

dapat dilakukan dalam proses triangulasi yaitu dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.

8. Tahapan kedelapan, teknik analisis data

Data yang telah didapat yang merupakan hasil wawancara, o bserva s i da n

(31)

memperoleh data ya n g a k u r a t p e n e l it i h a r u s me mb u a t c a t a t a n la p a n g a n ya n g s e la n ju t n ya disederhanakan atau disempumakan

dengan menggunakan kode data dan masalah. Pengkodean dilakukan berdasarkan hasil kritik yang dilakukan, data yang sesuai dipisahkan

dengan kode tertentu darl data yang tidak sesual dengan masalah penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan cara berulang-ulang dan berkesinambungan antara pengumpulan dan analisis data, baik selama

pengumpulan data dilapangan maupun sesudah data terkumpul (Bogdan and Biklen, 1982:146). Data dalam penelitian kualitatif akan sangat berarti

dan bermakna dalam bentuk kalimat dari pada bentuk angka-angka, data tersebut dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik yang ada.

Pada analisis data kualitatif analisis data dilakukan sepanjang penelitian,

namun dalam pelaksanaannya tetap melalui tahap-tahap yang terdiri atas analisis saat pengumpulan data dilakukan, analisis setelah data dikumpulkan

dan penyajian data secara sistematik. Selama pengumpulan data beberapa hal yang dilakukan diantaranya adalah (1) memperbaiki komentar dan refleksi setiap kali selesai melakukan waw ancara, (2) me mbuat

ringkasan has il wawa ncara, (3) me mbua t ringkasan situs atau kasus dari serangkaian wawancara setiap periode pengumpulan

selama penelit ian berlangsung sehingga diperoleh kesimpulan sementara dalam situs atau antar situs. Sedangkan analisis setelah

(32)

operasional dalam lingkup at au fokus yang diteliti, (2) menyortir data dengan pendekatan sistem kartu arsip agar kesimpulan-kesimpulan yang

diperoleh sesuai fokus penelitian.

Selanjutnya hasil analisis data disajikan secara sistemik sesuai dengan

masing situs untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan penelitian dalam bentuk deskripsi atau paparan analitis. Semua tahapan dalam prosedur penelitian kualitatif umumnya dikenal dengan langkah

analitis data dengan tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan berupa reduksi data, penyajian atau display data dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Analisis dilanjutkan dengan analisis data sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemukakan lokasi penelitian adalah; (1) menyebutkan tempat, (2) mengemukakan alasan adanya fenomena sosial atau peristiwa yang terjadi di lokasi, (3) mengemukakan adanya

kekhasan lokasi yang akan diteliti. Sehubungan dengan hal tersebut maka lokasi penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten Ciamis. Pada tahun 2011 Sekolah

Menengah Kejuruan di Kabupaten Ciamis mencapai 58 Sekolah dengan rincian 9 SMK Negeri dan 49 SMK Swasta. Ada 2 SMK di Kabupaten Ciamis yang telah

(33)

diantaranya telah berstatus sebagai Sekolah Menengah Kejuruan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, terbagi menjadi 5 (lima) kelompok keahlian meliputi; (1) Pertanian dan

Kehutanan, (2) Teknologi dan Industri, (3) Bisnis dan Managemen, (4) Kesehatan dan (5) Kelautan. Dari 58 SMK yang memiliki program keahlian Teknik Mekanik Otomotif atau Teknik Kendaraan Ringan terdapat 17 (tujuh belas) SMK yaitu;

Tabel 3.1.

SMK Dengan Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (TMO/TKR)

No Nama

Sekolah Alamat Sekolah

1 SMKN 1 CIJULANG CIAMIS Jl. Mayor Raswiyan Kondangjajar Cijulang Ciamis

2 SMK NEGERI 1 KAWALI Jl. Poronggol Raya No 9 Kawali Kabupaten Ciamis

3 SMK NEGERI 1 PANGANDARAN

Jl. Raya Merdeka No. 222 Pananjung Pangandaran

4 SMK NEGERI 2 CIAMIS Jl. Sadananya No. 21 Ciamis

5 SMK GALUH RAHAYU

SINDANGKASIH Jl. Raya Sukaraja Sindangkasih Ciamis 6 SMK LPS 1 CIAMIS Jl. RE. Martadinata No. 23 ciamis 7 SMK LPS 2 CIAMIS Jl. RE. Martadinata No. 23 Ciamis

8 SMK LPT CIAMIS Jl. Kedung Panjang No. 69 Maleber Ciamis

9 SMK MA'ARIF NU CIAMIS Jl. Citapen No.04 Bangunsirna Ciamis

10 SMK MUHAMMADIYAH 2 BANJARSARI

[image:33.595.117.515.243.750.2]
(34)

11 SMK MUHAMMADIYAH

KAWALI Jl. Poronggol Raya No18 Ciamis

12 SMK SILIWANGI AMS BANJARSARI

Jl. Kubangpari No.36 Banjarsari Kab. Ciamis

13 SMK TARUNA BANGSA

CIAMIS Jl. Raya Banjar km 3 Cijantung Ciamis

14 SMK TEKNOLOGI

MODERN KALIPUCANG Jl. Majingklak Kalipucang Ciamis

15 SMK TUNAS BRILLIANT PARIGI

Jl. Raya Karangbenda no. 160 A Desa Karangbenda Parigi Ciamis

16 SMK AL FATTAH BOJONGMENGGER

Jl. Ciamis - Cimaragas Bojongmengger Kec. Cijeungjing

17 SMK TAMTAMA LAKBOK Lakbok Ciamis

Subjek dalam penelitian ini adalah: Kepala Dinas, Kasi kurikulum,Kepala

SMK, Ketua Program Keahlian, Guru Produktif, Peserta didik, Komite Sekolah dan Asessor di Kabupaten Ciamis.

2. Sampling Penelitian

Sampling dalam penelitian adalah pilihan peneliti terhadap aspek, peristiwa,

dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu. Oleh karena itu, pemilihan fukus penelitian dilakukan secara terus-menerus selama penelitian

berlangsung. Sampling bersifat purposif yakni tergantung pada tujuan fokus. Instrumen penelitian tidak bersifat eksternal dan objektif, akan tetapi subyektif yaitu peneliti itu sendiri tanpa menggunakan test, angket atau eksperimen.

(35)

dilakukan ialah menyeleksi aspek-aspek yang khas, yang berulang kali terjadi, yang berupa pola atau tema dan tema itu senantiasa diselidiki lebih lanjut dengan

cara yang halus dan mendalam. Tema itu akan merupakan penunjuk kearah pembentukan suatu teori. Analisis data bersifat terbuka, opened-ended dan

induktif.

Sample penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Faisal, (1990:44), berkaitan dengan prosedur memburu informasi sebanyak karakteristik elemen

yang berkaitan dengan prosedur memburu informasi sebanyak karakteristik elemen yang berkaitan dengan apa yang ingin diketahui. Penelitian kualitatif

menempatkan peneliti sangat erat kaintannya dengan faktor-faktor kontekstual, untuk itu jumlah sumber data atau nara sumber dalam penelitian kualitatif tidak menjadi kriteria umum, tetapi maksud sampling dalam hal ini adalah lebih kepada

sejauhmana sumber data dapat memberikan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan tujuan penelitian, melalui informan, tujuannya adalah untuk merinci

kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik dan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Berdasarkan hal tersebut sampel penelitian dalam menentukan sumber data

ditetapkan secara sampel purposif, dengan subyek penelitian yang menjadi satuan analisis adalah sebagai pihak yang dipandang dapat memberikan informasi

sebanyak mungkin tentang fokus penelitian. Penentuan informan kunci dipilih dengan menggunakan teknik purposive. Hal ini sesuai dengan konsep penarikan

(36)

penarikannya cenderung menjadi lebih purposif dengan tujuan yang jelas daripada acak”. Penarikan sampel tidak hanya meliputi keputusan-keputusan tentang

orang-orang mana yang akan diamati, tetapi juga mengenai latar-latar, peristiwa-peristiwa dan proses-proses sosial. Penetapan responden bukan ditentukan oleh

pemikiran bahwa para responden harus mewakili populasi, melainkan responden itu harus dapat memberikan informasi yang diperlukan. Responden karena jabatannya dan karena fungsi tugas maupun wewenangnya memahami mulai dari

perencanaan, sumber biaya, alokasi biaya, mekanisme, penggunaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Responden dengan kriteria ini menjadi sumber utama

perolehan data dalam penelitian ini.

Berdasarkan pemahaman tersebut, penentuan sumber data penelitian ini ditetapkan berdasarkan prinsip sampel purposif. Hal ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa subyek penelitian yang menjadi satuan analisis adalah berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan informasi sebanyak mungkin

tentang fokus penelitian.

Sample dalam penelitian tentang efektifitas implementasi dan dampak akreditasi terhadap mutu layanan Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten

Ciamis adalah: Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Kepala Seksi yang menangani Akreditasi, Ketua Program Keahlian, Guru Produktif, Peserta didik,

Komite Sekolah dan Asessor Akreditasi SMK Siliwangi AMS, SMK LPT Ciamis, dan SMK Negeri 2 di Kabupaten Ciamis.

(37)

(TKR) karena: (1) Program Keahlian ini paling diminati oleh peserta didik di Kabupaten Ciamis yang jumlah peserta didiknya paling banyak bila dibandingkan

dengan peserta didik program keahlian lain, (2) Peserta didik program keahlian ini mayoritas peserta didik laki-laki yang memerlukan layanan khusus dalam

pembelajaran.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan ini direncanakan dilaksanakan pada semester genap Tahun 2010 sampai dengan semester ganjil tahun 2011. Sementara pada bulan Februari 2012

sampai dengan bulan Juni 2012 dilakukan pengkajian dan analisis data hasil pengamatan dan pengembangan alternatif program selanjutnya, bulan Juli 2012 dilakukan finishing penulisan desertasi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur objek/subjek penelitian , seperti fenomena sosial yang diamati, secara spesifik fenomena disebut variabel. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan

pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik, alat ukur dalam penelitian itulah disebut disebut sebagai instrumen penelitian. Dasar penyusunan instrumen adalah

variabel-variabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan

(38)

Dalam penelitian Kualitatif, bahwa yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau disebut juga sebagai human instrument,

tentu kualitas peneliti disini juga harus valid seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti kualitatif

sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek

penelitian belum jelas masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas.

Dalam penelitian ini, secara prinsip peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Instrumen lainnya merupakan alat bantu pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjaring informasi dari subyek peneliti terkait dengan hal-hal

yang berkenan dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dampak akreditasi sekolah. Walaupun dalam penelitian ini instrumen peneliti pengumpul data

merupakan alat bantu observer (peneliti), namun langkah-langkah penyusunan instrumen tetap mengacu pada penyusunan metode ilmiah, meliputi langkah-langkah: analisis aspek-aspek penelitian, penyusunan kisi-kisi, pengembangan

kisi-kisi menjadi instrumen, pengujian. Pengujian instrumen melalui proses bimbingan dengan tim promotor, aspek keabsahan instrumen penelitian yang

digunakan adalah pada aspek konstruksi dan isi, hal ini ditempuh dengan cara meminta pandangan dari ahli, yang dalam hal ini melalui proses bimbingan

(39)

mudah dan sistematis. Kisi-kisi instrumen dibuat, dengan maksud agar pengujian dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Kisi-kisi instrumen disusun

berdasarkan pada pertimbangan dalam pencapaian tujuan penelitian dan landasan-landasan teoritik yang mendasarinya, untuk menentukan unsur, sub unsur dan

sub-sub unsur sebagai bahan dalam penyusunan item-item pernyataan. Tahap akhir dalam pengembangan instrumen adalah revisi instrumen. Perbaikan dilakukan berdasarkan masukan-masukan dari dosen pembimbing berkenaan dengan isi dan

konstruksi, setelah tahap ini, instrumen siap digunakan.

Dalam rangka menjaring data primer dari informan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan alat bantu untuk penjaringan data pada lokus penelitian, meliputi; pedoman wawancara, pedoman observasi, serta perlengkapan lain seperti tape recorder, camera dan handycam.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya mendapatkan data dan informasi baik data primer maupun data skunder yang akurat terkait dengan indikator yang dikaji dalam penelitian digunakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan

dokumentasi tentang obyek penelitian. Pengumpulan data melaui pengamatan langsung atau participan observer, akan dilakukan dalam penelitian ini baik

sebelum maupun pada saat mereduksi data. Penelitian akan mengambil peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang diteliti. Kegiatan

(40)

Pendekatan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis pendekatan wawancara secara kualitatif, sejalan dengan rumusan Patton

(2009:185) yaitu; “wawancara percakapan informal, pendekatan pedoman

wawancara umum dan wawancara terbuka yang dibakukan” dengan semua

informan: (1) wawancara percakapan informal, dilakukan untuk menggali informasi secara spontan dalam alur pembicaraan alami pada kegiatan mendalami partisipasi selama observasi pada kondisi informan memiliki waktu yang cukup

luang untuk menggambarkan informasi secara sistematis; (2). Pendekatan pedoman wawancara umum, untuk mengantisipasi keterbatasan waktu pada

wawancara informal maka dibuat pedoman umum wawancara yang memuat segala pertanyaan yang diperlukan untuk dinyatakan kepada informan, pedoman ini memberikan panduan bahwa pertanyaan esensial saja yang harus ditanyakan

guna memecahkan masalah penelitian ; dan (3) wawancara terbuka yang dibakukan, wawancara jenis ini dilakukan dengan mengajukan seperangkat

pertanyaan yang disusun dengan seksama, bertujuan untuk mengambil data dari setiap informan melalui urutan yang sama dan menanyai setiap responden dengan pertanyaan yang sama dengan kata-kata yang esensinya sama, hal ini dilakukan

untuk memperkecil variasi pertanyaan yang ditujukan kepada informan yang diwawancarai.

Secara praktik, waktu penggunaan ketiga jenis pendekatan wawancara tersebut tergantung dari tema atau jenis informasi yang akan di gali dan sangat

(41)

sebelum pengumpulan data yaitu: menyiapkan alat pengumpul data, mengklasifikasi dan menentukan jadwal ke lokasi penelitian. Selanjutnya adalah

tahapan kegiatan selama pengumpulan data dan menyimpan data berdasarkan kode. Tahap akhir adalah kegiatan sesudah pengumpulan data, yaitu;

mengumpulkan data yang diperoleh, merencanakan untuk pengambilan data susulan yang diperlukan sebagai bahan analisis data. Data-data berkenaan hasil penelitian tentang apa yang terjadi dalam program, sudut pandang peserta

terhadap program, kegiatan-kegiatan yang ada dalam program kemudian dideskripsikan untuk mengungkapkan gambaran yang sesungguhnya dan dikaji

lebih teliti lagi untuk menemukan gambaran apa (pesan) yang muncul dibalik semua informasi atau data yang diperoleh. Kadangkala dalam pengumpulan data kualitatif dapat ditemukan gambaran tersembunyi yang sesungguhnya dimana

fenomena tersebut justru yang diharapkan muncul sebagai sebuah kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dipahami bahwasannya terdapat berbagai keterbatasan

dari informan kunci atau sumber data dalam menyampaikan secara jujur dan detail, yang sering kali tidak disampaikan secara langsung tetapi melalui kode “bahasa/kalimat” tertentu.

F. Keabsahan Data

Keabsahan data dari sebuah penelitian sacangat penting artinya karena dengan keabsahan data merupakan salah satu langkah awal kebenaran analisis

(42)

harus dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk menjaga

keabsahan atau kepercayaan (validity) temuan penelitian dilakukan melalui beberapa cara. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka

harus diupayakan adanya trustworthiness criteria atau uji kritera kepercayaan, antara lain berupa credibility dan transferability (Guba & Lincoln 1989 : 135) teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh keabsahan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas, depanbilitas, dan konfimabilitas.

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden (Usman dan Akbar, 2006:88). Kredibilitas dalam penelitian kualitatif

berfungsi: 1) melaksanakan instruksi sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; 2) Menunjukan derajat kepercayaan

hasil temuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang diteliti. Dalam rangka menjaga kredibilitas data yang diperoleh dari lapangan dapat dilakukan dengan: a) memperpanjang masa pengamatan; b) pengamatan

yang dilakukan secara terus menerus; c) trianggulasi; d) membicarakan dengan orang lain (per debriefing); e) menggunakan bahan referensi; dan f) mengadakan

member check (Moleong, 1997:173).

Dalam penelitian ini untuk mencapai kredibilitas data akan dilakukan

(43)

a. Memperpanjang Masa Observasi

Memperpanjang masa observasi digunakan untuk mendeteksi dan

memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data. Distorsi dapat terjadi karena adanya unsur kesengajaan seperti dusta, menipu dan berpura-pura yang

dilakukan oleh subyek penelitian, informan dan informan kunci. Unsur ketidak sengajaan dapat berupa kesalahan dalam mengajukan pertanyaan, motivasi setempat misalnya, hanya untuk menyenangkan atau menyedihkan peneliti.

Pengamatan yang terus menerus dan kontinyu, peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Pengamatan

ini pada akhirnya akan menemukan mana yang perlu diamati dan yang tidak perlu diamati sejalan dengan usaha memperoleh data. Dalam penelitian ini pengamatan yang terus menerus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan peneliti sebagai

fokus yang diajukan. b. Trianggulasi Data

Triangu las i merupakan t eknik pe mer iks aan keabsaha n dat a membandingkan data yang berasal dari sumber lain. Adanya dua atau lebih data yang menunjukkan hasil yang sama, maka secara pasti dapat dikatakan bahwa

data tersebut memiliki tingkat kebenaran yang dapat dipercaya. Melalui teknik triangulasi terlihat hubungan antara berbagai data dengan lebih tajam, sehingga

dapat mencegah kesalahan dala m ana lis is data. Sela in itu akan mencegah masuknnya unsur subyektivitas dalam penelitian (Nasution, 1992: 116).

(44)

Trianggulasi terhadap sumber data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh antar responden. Sedangkan trianggulasi metode dilakukan dengan

membandingkan data yang diperoleh dari teknik yang berbeda, yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Tujuan trianggulasi data adalah untuk mengecek

kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan. Danzim dan Meleong, (1994:178) trianggulasi data sebagai teknik pemeriksaan dilakukan dengan cara

memanfaatkan sumber, metode, penyelidikan dan teori.

Trianggulasi data dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode,

artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi dengan metode dapat dilakukan dengan cara: (1) membandingkan

hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya; (2) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (3) membandingkan data hasil

wawancara pertama dengan data hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata tetapi lebih penting lagi untuk mengetahui alasan-alasan terjadinya

perbedaan.

c. Mengadakan member check

Member check merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang caranya dilakukan dengan membuat kesimpulan terhadap pembicaraan dalam bentuk garis

(45)

wawancara yang dilakukan terjadi suatu kekeliruan, sehingga dengan segera responden dapat memperbaikinya. Dengan demikian tujuan member check adalah

agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam laporan sesuai dengan yang dirnaksud oleh informan (Nasution, 1992: 118). Tujuan mengadakan member

check ialah agar informasi yang telah diperoleh dan yang akan dipergunakan dapat

sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan dan informan kunci. Untuk itu dalam penelitian ini member check dilakukan setiap akhir wawancara dengan cara

mengulangi secara garis besar jawaban atau pandangan sebagai data berdasarkan catatan yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan jika ada beberapa hal yang keliru

atau kurang responden dapat memperbaiki dan menambahkannya. Member check ini dilakukan pada saat wawancara formal maupun informal selama penelitian berlangsung.

2. Transferabilitas

Transferabilitas ialah apablia hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan

atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya (Usman dan Akbar, 2006:89). Selain itu, Nasution (1988:118) mengatakan bahwa bagi penelitian kualitatif, dapat mereka gunakan dalam konteks dalam situasi tertentu. Karena itu,

trasferabilitas hasil peneliti ini diserahkan kepada pemakainya. Sumber lain menjelaskan bahwa:

(46)

(www.socialresearchmethod.net/kb/quakapp.php-10k)

Masih berkaitan dengan konsep transferabilitas (penerapan aplikasi), Usman

(2006:89) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif biasanya bekerja dengan sampel yang kecil. Oleh karena itu, untuk meningkatkan transferabilitas data perlu

dilakukan penelitian di beberapa lokasi selain itu, transferabilitas data diperiksa melalui keterahlian dari sumber data yang berkembang di lapangan dengan menggunakan catatan lapangan sehingga dapat ditransformasikan dan juga

menggunakan foto-foto sebagai bukti kegiatan pengambilan data di lapangan.

3. Dependabilitas

Dependabilitas adalah hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diuji pihak lain. Dalam penelitian kualitatif sulit untuk dapat diulang oleh pihak lain,karena desainnya yang emergent (lahir selama

penelitian berlangsung). Untuk dapat membuat penelitian kualitatif memenuhi depandabilitas, maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas. Hal ini dikerjakan

dengancara audit trail (melacak kembali) yang dilakukan oleh pembimbing (Usman, 2006:89). Pembimbing dalam penelitian adalah promotor, kopromotor dan anggota pembimbing desertasi. Pembimbing inilah yang memeriksa

kebenaran data dan penafsirannya lebih lanjut dijelaskan bahwa:

(47)

for describing the changes that occur inthe setting and how these changes affected the way the research approached the study.

(www.socialresearchmethods.net/kb/qualapp.php-10k)

Secara aplikatif dijelaskan bahwa depandability (konsistensi) data diperiksa melalui pengecekan ulang dari sumber yang berbeda dengan menggabungkan

kelengkapan observasi dan wawancara (trianggulasi).

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas (netralitas) berhubngan dengan objektivitas hasil penelitian, untuk menjaga kebenaran dan objektivitas hasil penelitian, perlu dilakukan “audit

trail” yakni, melakukan pemeriksaan guna meyakinkan bahwa hal-hal yang

dilaporkan memang demikian adanya, seperti dipertegas pendapat berikut:

Qualitative research tends tu assume that each researecher brings a unique prespective to the study. Confimability refers to the degree to which the results could be confirmed or corroborated by others. There are a nuber of strategies for enhancing confirmability. The researcher can document the procedures for checking amd rechecking the data throughout the study. Another researcher can take a “devil’s advocate” role with respect to the results, and this process can be documented. The researcher can actively search for and describe and negative instances that contradict proir obserbvations. And, after he study, one can conduct a data audit that examines the data collection and analysis procedures and makes judgments about the potential for bias or distortion.

(www.socialresearchmethods.net/kb/qualapp.php-10k)

Gambar

Tabel 3.1.  SMK Dengan Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (TMO/TKR)
Gambar 3.1 Komponen-komponen analisis data

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Lampiranlv : Pengangkatan Dosen Penasehat Akademik bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Tcknik Universitas Negeri Yograkarta semester Gasal tahun

dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan Unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa untuk menetapkan

This explains that organizational character- istics and entrepreneurial orientation are par- tially mediated by the knowledge manage- ment enablers construct and its

dimenangkan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, konsumen lain yang tidak ikut menggugat dapat langsung menuntut ganti rugi berdasarkan putusan pengadilan tersebut... DAGANG

pemikiran tentang batas- batas pertumbuhan (limits to growth) yang arahnya menggambarkan bahwa eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam secara terus-menerus akan

mengadakan kerja sama bantuan hukum timbal balik dalam masalah pidana yang telah ditandatangani pada tanggal 25 Januari 2011 di New Delhi. Kesepakatan tersebut pada

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.