• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PROGRAM PENDIDIKAN SISTIM GANDA ( PSG ) PADA SATUAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI BANDUNG : Studi kasus terhadap Manajemen Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada Kursus Jurusan Perhotelan di Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia /LPTI Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PROGRAM PENDIDIKAN SISTIM GANDA ( PSG ) PADA SATUAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI BANDUNG : Studi kasus terhadap Manajemen Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada Kursus Jurusan Perhotelan di Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia /LPTI Bandung."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN

PROGRAM PENDIDIKAN SISTIM GANDA ( PSG )

PADA SATUAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

DI BANDUNG

( Studi kasus terhadap Manajemen Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada Kursus Jurusan Perhotelan di Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia /LPTI Bandung )

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Geiar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan.

Oleh:

RIANA KUSUMAWATI

009584

PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA (S2 )

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan Disyahkan

Renjibimbing I,

L

/

Prof. Dr. H. ib. Abin Svamsudin Makmun. MA.

130188292

Pembimbing H,

(3)

DISETUJUI OLEH

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PEND/D KAN INDONESIA

J

Prof. Dr. H. Tb. Abih Svarnsudin MakrrumT MA

(4)

ABSTRACT

Management of Dual System On The Unit Non Formal Education

in Bandung.

by : Riana Kusumawati

The Effort to increase Quality and relevance of The Non Formal

Education such as courses have been done such as facilities development

curriculum development as well as training the instructors . However it is

noticed that, management course's institute include on implementation dual

system educational has not been put as a priority that is why the quality of the

output has not reached the optimal standard. This problem has got the impact'

to quality of graduates infocing labour market which is more competitive

Base on above background, the problem of research comprise on that

questions; (1) How the dual system education on LPTI Bandung to be plan ?

(2) How the dual system education on LPTI Bandung be implementation ?'

and (3) How the dual system education on LPTI Bandung be evaluation

realization ?

Non Formal Education need to develop internal contruction's triad their

institution by means of research management, and production. The develop

management direction to formed total quality management as quality control

staff performance, educational transformation and other aspect on each non'

formal education program on nature community needs. ( Djudju Sudjana,

This research use descriptive analytic method with qualitative approach

and the case study. The technical used to data collect as interview

observation, and documentation studies. The subject of research are course

institution organizer, management, and instruction, of LPTI and Panghegar

Ltd, staff who are qualified as managers. The data analized doing by

reduction, display and formulating conclusion and verification of data.

The result data analyze conclude the management of dual system

education on LPTI Bandung effective enough to support the achievement of

link and match program on LPTI Bandung by mean relation with planning

implementation, or evaluation.

Base on conclusion, be able to recommend LPTI Bandung as a course

of institution must be increase the performance to collaboration by the

institution's partner, particularly in using potential's corporates, business or

enterpnse are able to increase their participation actively more on contributing

the training course institution, by mean facilities, manpowers as professional

instructor, or placement's employee ; develop communication nearly by

publication internal's bulletin, with the resulth that can

be achieve the

(5)

ABSTRAK

Manajemen Program Pendidikan Sistem Ganda

Pada Satuan Pendidikan Luar Sekolah di Bandung

Oleh : Riana Kusumawati

Upaya untuk meningkatkan mutu dan relevansi

pendidikan luar

sekolah seperti kursus-kursus telah banyak dilakukan, antara lain melalui

pengembangan fasilitas, pengembangan kurikulum maupun pelatihan

para instruktur. Namun demikian, perhatian terhadap manajemen lembaga

kursus termasuk daiam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda belum

menjadi prioritas, sehingga hasil yang diperoleh belum optimal. Masalah

ini memberi dampak terhadap mutu lulusan daiam menghadapi pasar

kerja yang makin kompetitif.

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini

meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Bagaimana perencanaan

pendidikan

sistem ganda pada

LPTI

Bandung?, 2)

Bagaimana

pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada LPTI Bandung?, 3)

Bagaimana evaluasi pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada LPTI

Bandung?

Pendidikan luar sekolah perlu mengembangkan triad pembinaan

internal kelembagaannya dengan upaya penelitian, manajemen, dan

produksi. Pengembangan manajemen diarahkan untuk terwujudnya total

quality management seperti quality control, penampilan staf, transformasi

pendidikan dan aspek lainnya daiam setiap program pendidikan luar

sekolah berdasarkan kebutuhan masyarakat (Djudju Sudjana, 2000:430).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan

pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah studi

kasus. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan

penelaahan dokumentasi. Subjek penelitiannya adalah Penyelenggara,

pimpinan, dan staf pengajar LPTI serta staf PT Panghegar yang

berkualifikasi sebagai manajer. Analisis data dilakukan melalui kegiatan

reduksi, display, dan mengambil kesimpulan serta verifikasi data.

Berdasarkan analisis data diperoleh gambaran bahwa manajemen

pendidikan sistem ganda pada LPTI Bandung cukup efektif daiam

mendukung keberhasilan pendidikan sistem ganda di LPTI Bandung baik

berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat direkomendasikan bahwa

LPTI sebagai lembaga kursus hams meningkatkan kinerjanya daiam

berkolaborasi dengan fnstitusi pasangannya khususnya yang berkenaan

dengan

pemanfaatan

perusahaan

potensial,

fasilitas

luar,

dan

profesionalisasi

staf

pengajar.

Sementara

itu

pihak

perusahaan

diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya secara lebih aktif daiam

memberikan sumbangan kepada lembaga kursus baik sarana, tenaga

maupun penyaluran tenaga kerja, mengembangkan komunikasi secara

(6)

D A F T A R ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

UCAPAN PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI jx

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB. I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 10

D. Manfaat Penelitian n

E. Asumsi 11

F. Definisi Operasional 12

G. Pola Pikir Penelitian 14

H. Metode Penelitian 16

I. Lokasi dan Partisipan Penelitian 17

BAB. II KAJIAN TEORITIS 18

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 18

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 18

2. Tujuan Pendidikan Sekolah 20

3. Peran Pendidikan Luar Sekolah 20 4. Bentuk Satuan Pendidikan Luar Sekolah 21 5. Arah Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah 22

B. Konsep Manajemen Pendidikan 26

1. Pendidikan Sebagai Proses Pengembangan Sumber Daya

Manusia 26

(7)

2. Pengertian Manajemen Pendidikan 28

a. Perencanaan 30

b. Pelaksanaan 32

c. Pengawasan 32

C. Konsep Link and Match 33

1. Pengertian Link and Match 33

2. Pentingnya Link and Match 35

3. Tujuan Link and Match •:.. 36

4. Strategi Operasionalisasi Link and Match 37

D. Konsep Pendidikan Sistm Ganda 38

1. Pengertian Pendidikan Sistim Ganda 38

2. Landasan Hukum 39

3. Bentuk-bentuk Belajar Pendidikan Sistim Ganda 42

4. Sistim Penilaian dan Sertifikasi 43

5. Peran Pihak-pihak Terkait Daiam Pelaksanaan

Pendidikan Sistim Ganda 46

E. Manajemen Pendidikan Sistim Ganda Pada Satuan Pendidikan

Luar Sekolah 48

1. Tahap Perencanaan 49

2. Tahap Pelaksanaan 53

3. Tahap Evaluasi 54

F. Hasil Studi Yang Relevan 64

BAB. Ill METODE PENELITIAN 69

A. Prosedur Penelitian 69

B. Teknik Pengumpulan Data 70

1. Wawancara 71

2. Observasi 72

3. Studi Dokumentasi 73

C. Lokasi dan Responden Penelitian 74

1. Lokasi Penelitian 74

2. Responden Penelitian 74

D. Strategi Pengumpulan Data 75

E. Tingkat Keabsahan dan Analisis Data 77

1. Tingkat Keabsahan 77

2. Analisa Data 78

(8)

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 80

A. Hasil Penelitian 80

1.

Perencanaan Pendidikan Sistim Ganda ( PSG ) Pada LPTI

Bandung 80

2.

Pelaksanaan Pendidikan Sistim Ganda ( PSG ) Pada LPTI

Bandung 88

3.

Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Sistim Ganda ( PSG )

Pada LPTI Bandung 92

B.

Pembahasan Hasil Penelitian

93

1.

Perencanaan Pendidikan Sistim Ganda ( PSG ) Pada LPTI

Bandung 94

2.

Pelaksanaan Pendidikan Sistim Ganda ( PSG ) Pada LPTI

Bandung 98

3.

Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Sistim Ganda ( PSG )

Pada LPTI Bandung 101

BAB. V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 101

A. Kesimpulan 103

B. Implikasi 105

C. Rekomendasi 106

DAFTAR PUSTAKA 110

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1.1 Data Lembaga Pendidikan Ketrampilan Lembaga

Pendidikan Jenis Perhotelan 7

4.1 Perkembangan jumlah peserta dididik LPTI 83

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Ha,

1.1 Pola Pikir Peneliti 14

2.1

Proses Pendidikan Daiam Kaitannya Dengan SDM Dan

Sumber Daya Lainnya 27

2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Daiam Konteks Proses

Pendidikan

33

2.3

Prioritas Link and Match Pada Pemenuhan Dunia Kerja

35

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Format Lembar Reduksi Data

2. Kisi-kisi

3. Panduan Pengumpulan Data

4. SK Pengangkatan Pembimbing

5. Surat Pengantar Izin Penelitian

6. Susunan Organisasi LPTI

7. Akad Kerja sama LPTI dengan Mitra

8. Daftar Riwayat Hidup

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daiam menghadapi era AFTA (Free Trade Area) yaitu ekonomi

pasar bebas, investasi bebas, dan AFLA (Free Labour Area) untuk

kawasan ASEAN yang dicanangkan pada tahun 2003, berarti sejak saat

itu secara internasional persaingan tenaga kerja akan semakin terbuka.

Konsekuensinya, tenaga kerja kita hams mampu bersaing dengan tenaga

kerja asing dari berbagai negara, dan secara langsung akan memberi

pengaruh terhadap semakin pentingnya kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Indonesia. Daiam suasana maraknya dan ketatnya persaingan di

bidang industri, perdagangan, kegiatan ekonomi produktif, dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sumber daya

manusia mempunyai peran yang banyak menentukan untuk

memenangkan persaingan di bidang-bidang tersebut. Oleh karena itu,

betapa penting dan strategisnya SDM yang berkualitas itu.

Untuk menghadapi tantangan di atas, pemerintah Indonesia hams bemsaha mewujudkan kesiapan dan kesempatan seluruh warganya untuk

memasuki era ekonomi pasar bebas daiam tatanan kehidupan global.

Soeharto saat menjadi Presiden Rl daiam amanatnya pada pembukaan

Penataran P4 Tingkat Manggala di Istana Bogor, tanggal 8 Januari 1995

mengatakan:

"Mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, kita telah masuk

(13)

strategi bam jelas hams kita terjemahkan ke dalam sistem

Administrasi Negara dan rangkaian Peraturan Perundang-undangan

yang mendukung sistem itu".

Pandangan

itu

mengingatkan

kita

untuk menyikapi

dinamika

kehidupan ekonomi global secara arif. Dalam kerangka ini, kita

memerlukan SDM dengan kualitas yang memadai untuk mendukungnya.

Peningkatan tersebut sangat terkait erat dengan orientasi pembangunan

yang digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993

sebagai berikut:

"Pertumbuhan

ekonomi

hams

didukung

oleh

peningkatan

produktifitas dan efisiensi serta sumber daya manusia yang

berkualitas. Pembangunan industri dan pertanian serta sektor

produktifitas lainnya ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pembangunan industri

terus ditingkatkan dan diarahkan agar sektor industri makin menjadi

penggerak utama ekonomi yang efisien, berdaya saing tinggi

mempunyai struktur yang makin kokoh dengan pola produksi yang

berkembang dari barang-barang yang mengandalkan kepada tenaga

kerja yang produktif dan sumber daya alam yang melimpah menjadi

barang yang makin bermutu, bemilai tambah yang tinggi, dan padat

keterampilan".

Pernyataan GBHN tersebut, mengisyaratkan tentang pentingnya

peranan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung

kedudukan Indonesia dalam era ekonomi pasar bebas yang akan kita

masuki. Upaya peningkatan kualitas SDM yang mampu meningkatkan

produktivitas nasional perlu disiapkan melalui strategi perencanaan dan

program pendidikan yang lebih kompetitif, karena pengalaman masa lalu

(14)

dan kekayaan sumber daya alam, ternyata tidak mampu memberikan

jaminan kesejahteraan jangka panjang bagi rakyat Indonesia.

Sejalan dengan pemikiran di atas, Departemen Pendidikan Nasional

mempunyai tugas dan fungsi dalam pengembangan sumber daya

manusia melalui

kebijakan dan program-progran

pendidikan

pada

berbagai satuan pendidikan baik pada jalur pendidikan sekolah maupun

jalur pendidikan luar sekolah. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi itu,

pemerintah telah menetapkan empat tema pokok kebijakan pendidikan

nasional,

yaitu

pemerataan

kesempatan,

peningkatan

relevansi,

peningkatan mutu, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan

Luar Sekolah (PLS) sebagai

bagian dari sistem

pendidikan nasional mempakan pendidikan yang diselenggarakan di luar

sistem persekolahan melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus

berjenjang dan berkesinambungan. Program pendidikan luar sekolah

diarahkan

pada pemberian

pengetahuan dasar dan keterampilan

berusaha secara profesional sehingga warga belajar mampu mewujudkan

lapangan kerja bagi dirinya dan anggota keluarganya (Propenas Tahun

2000-2004 Bab Pembangunan Pendidikan). Satuan pendidikan luar

sekolah

meliputi

keluarga,

kelompok

belajar,

kursus, dan

satuan

pendidikan yang sejenis. Kursus mempakan salah satu bentuk satuan

pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk membina warga belajar

agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang

(15)

melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Jenis keterampilan

yang saat ini dikembangkan dalam satuan pendidikan kursus antara lain

meliputi: bahasa, komputer, sekretaris, elektronika, mekanik otomotif, tour

and travel, akupuntur, perbankan, tata boga, tata busana, tata kecantikan,

akutansi, perhotelan (Depdikbud, 1994: 45).

Salah

satu

upaya

pemerintah untuk meningkatkan

relevansi

pendidikan luar sekolah (termasuk kursus) adalah dengan menerapkan

pendidikan sistem ganda {dual system). Konsep yang diadopsi dari

Jerman ini mempakan upaya pemerintah dalam menyelenggarakan

pendidikan luar sekolah (kursus) yang tidak terpisah dari dunia nyata

melalui pengikutsertaan tanggung jawab industri dan dunia usaha

(Depdikbud, 1993). Program ini didasari atas asumsi bahwa badan-badan

usaha/industri dianggap paling mengetahui akan kebutuhan tenaga kerja

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian kerjasama

yang mantap antara kursus-kursus dan dunia usaha/industri melalui

penyelenggaraan

pendidikan

sistem

ganda

diharapkan

dapat

menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan untuk memasuki pasar

kerja yang semakin kompetitif.

Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sebagai operasionalisasi

kebijakan link and match (keterkaitan dan kesepadanan) menandai telah

terjadinya reformasi pendidikan,

khususnya dalam pendidikan luar

sekolah. Konsep ini bermakna luas bagi perkembangan pendidikan yang

(16)

tuntutan lapangan kerja, tuntutan dunia usaha dan industri. Dalam konteks

empat tema pokok kebijakan pendidikan nasional, link and match pada

lembaga kursus berkenaan dengan relevansi. Jadi "esensi relevansi

adalah

upaya

menciptakan

keterkaitan dan

kesepadanan

antara

pendidikan dan pembangunan" (Depdikbud, 1993: 1).

Dalam rangka meningkatkan satuan pendidikan luar sekolah (kursus)

merealisasikan kebijakan PSG tersebut Direktorat Jenderal PLS, Pemuda

dan Olah Raga Depdiknas bersama-sama dengan para pimpinan lembaga

kursus serta kalangan organisasi lainnya mulai tahun I995/I996 telah

berhasil menyusun program standarisasi kursus pendidikan luar sekolah

yang diselenggarakan masyarakat (Soedijarto, 1994:9).

Implikasi program standarisasi adalah lembaga kursus semakin

dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya antara lain melalui

para instruktur/fasilitator dalam melaksanakan proses belajar mengajar

untuk

bersama-sama

melaksanakan

tanggung

jawabnya

agar

menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk mewujudkan harapan

ini

beberapa misi yang harus dilaksanakan adalah : Pertama, lembaga

kursus perlu melakukan dialog dan menjalin kerja sama integratif dengan

dunia usaha/industri secara berkesinambungan. Kedua, mewujudkan

kesamaan arah dan pandangan dalam menyediakan tenaga terampil

antara dunia usaha/kerja dan lembaga kursus Ketiga, memberikan

informasi kepada dunia usaha/kerja mengenai program kursus yang

(17)

meningkatkan kemampuan lulusan yang bermutu agar mampu bersaing

di dunia kerja.

Pandangan

di atas

mengisyaratkan

bahwa penyelenggaraan

program PSG menuntut peranan manajemen yang semakin tinggi.

Kompleksitas penyelenggaraan pendidikan sistem ganda memerlukan

perencanaan yang sistematis, koordinasi dan kerjasama yang mantap

serta pengendalian yang terpadu. Dalam hubungan ini, Mohammad Fakry

Gaffar (1992) menyatakan:

Manajemen pelatihan atau pengelolaan pelatihan adalah suatu proses sistematik keseluruhan kegiatan pelatihan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pelatihan yaitu pengembangan mutu sumber daya manusia. Fungsi manajemen dalam pelatihan ini adalah menghimpun upaya dan sumber daya yang diperlukan untuk

mewujudkan terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas

untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang.

Pandangan di atas menunjukkan bahwa manajemen mempunyai

fungsi untuk mengatur, menggali, dan mendayagunakan segala upaya

dan segala sumber daya {resources) yang mungkin dapat diadakan untuk

mewujudkan terbentuknya sumber daya manusia yang bermutu melalui

pelaksanaan program PSG pada lembaga pendidikan kursus khususnya

jenis perhotelan.

Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia (LPTI) sebagai salah satu

lembaga pendidikan kursus di Kota Bandung dinilai memiliki potensi yang

cukup besar dalam mengantisipasi dan beradaptasi terhadap

(18)

keterampilan perhotelan. Satuan pendidikan luar sekolah ini terus

berupaya untuk mengembangkan diri dalam peningkatan mutu lulusan yang siap menghadapi pasar kerja yang makin kompetitif. Dilihat dari

pemetaan lembaga kursus jenis perhotelan yang ada di Kota Bandung

LPTI termasuk salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan

sistem ganda dengan kualifikasi A. Gambaran data Lembaga Pendidikan

Keterampilan tersebut tampak pada tabel berikut.

TabeM.1.

JENIS TAHAP

N NAMA LEMBAGA RUMPUN PENDIDIKAN

0

1 LPTI Jasa Perhotelan A

2 LPP ROSDA Jasa Pariwisata B

3 AKMB Jasa Perhotelan A

4 LP 3 I Jasa Perhotelan C

5 LPP ARIYANTI Jasa Perhotelan A

6 LPIP Jasa Pariwisata A

7 PUSHKOM Jasa Perhotelan C

8 HRTC Jasa Perhotelan B

Sumber data : Sub. Dinas PLS Dinas Pendidikan Prop. Jabar Tahun

2002

Berdasarkan tabel di atas, secara umum LPTI telah menunjukkan

(19)

internationar. Namun demikian, untuk mewujudkan harapan

peranan dan fungsi manajemen Pendidikan Sistem Ganda masih

diupayakan secara optimal, sehingga memerlukan pemikiran-pemikiran

inovatif

yang

fisibel.

Kurangnya

kemampuan

dalam

manajemen

Pendidikan Sistem Ganda sebenarnya mempakan fenomena umum yang

dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan kursus di Indonesia termasuk

LPTI.

Sehubungan dengan kenyataan di atas, dalam UU No. 25 tahun

2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun

2000-2004 Bab VII, dinyatakan:

Pada saat ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada

beberapa permasalahan yang menonjol yaitu: (1) masih rendahnya

pemerataan memperoleh pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas

dan relevansi pendidikan, dan (3) masih rendahnya manajemen

pendidikan, di samping belum terwujudnya kemandirian dan

keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan akademisi.

Manajemen lembaga kursus sebagai salah satu bentuk satuan

pendidikan luar sekolah tidak dapat dipandang mudah, seperti halnya

pada jalur persekolahan. Kursus, dalam hal ini LPTI sebagai salah satu

jenis pendidikan luar sekolah bidang perhotelan mempunyai karakteristik

tersendiri, karena itu di dalam menerapkan sistem manajemen Pendidikan

Sistem Ganda perlu disesuaikan dengan keadaan lembaga itu sendiri dan

mitra kerjanya.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas

penelitian tentang

manajemen program pendidikan sistem ganda pada satuan pendidikan

luar sekolah dengan studi kasus pada Lembaga Pendidikan Terapan

(20)

Bandung layak dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan di atas menunjukkan

bahwa peningkatan upaya peningkatan mutu pendidikan pada lembaga

kursus mempakan kebijakan yang lahir berdasarkan kondisi objektif yang

harus diimplementasikan secara terencana, terorganisir dan terkendali.

Kondisi objektif lembaga-lembaga pendidikan pada jalur pendidikan

luar sekolah turut menjadi pertimbangan dalam menentukan

program-program yang lebih relevan. Upaya peningkatan satuan pendidikan kursus

diantaranya meliputi pengembangan fasilitas, pengembangan kurikulum

dan pelatihan para instruktur. Namun demikian perhatian terhadap

manajemen baik itu dilihat dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi kurang menjadi prioritas dalam pengembangan kursus sekalipun

aspek manajemen ini memberikan dampak yang tidak sedikit bila

terabaikan. Maka masalah pokok penelitian ini dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pendidikan sistem ganda pada LPTI

Bandung ?

2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada LPTI

Bandung ?

3. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada LPTI

(21)

if

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mempakan pegangan atau pedoman bagi

dalam melaksanakan penelitiannya. Sehubungan dengan hal ini

Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa: "Tujuan penelitian yaitu rumusan

kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah

penelitian yang dilakukan selesai." (1989:41)

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran aktual

mengenai manajemen penyelenggaraan program pendidikan sistem

ganda (PSG) pada kursus LPTI Bandung.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini lebih memfokuskan kepada proses

manajemen pendidikan sistem ganda di LPTI antara lain :

a. Mendeskripsikan dan menganalisis upaya-upaya yang dilakukan

dalam menyusun perencanaan pendidikan sistem ganda pada LPTI

Bandung.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pendidikan sistem

ganda pada LPTI Bandung.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis proses evaluasi pelaksanaan

(22)

11

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan keilmuan di bidang Administrasi Pendidikan

khususnya dalam studi Kebijakan dan Manajemen Satuan Pendidikan.

2. Memberikan informasi faktual kepada pihak penyelenggara satuan

pendidikan luar sekolah khususnya LPTI (jenis perhotelan) tentang

manajemen pendidikan sistem ganda, sehingga dapat menjadi umpan

balik bagi upaya perbaikan atau peningkatan kinerja manajemen

penyelenggaraan pendidikan sistem ganda yang pada gilirannya

dapat meningkatkan mutu lulusan lembaga kursus tersebut.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan khususnya dunia usaha/industri dan

pengambil

kebijakan

dalam

memfasilitasi

program-program

peningkatan manajemen penyelenggaraan pendidikan sistem ganda.

E. Asumsi

Adapun yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Salah satu faktor yang banyak menentukan keberhasilan manajemen

suatu lembaga adalah perencanaan. Perencanaan dilakukan guna

mengarahkan proses kegiatan kepada' tujuan organisasi yang hendak

(23)

12

2. Pencapaian

keberhasilan

perencanaan dalam

organisasi

sangat

ditentukan oleh pelaksanaan dari rencana tersebut. Indikator penting

dari suksesnya suatu rencana adalah membuat yang tadinya abstrak

menjadi lebih nyata dan aktual. Karena itu yang menjadi tolok ukur

keberhasilan rencana pendidikan ada pada implementasinya (Z.A.

Achmadi, 1995: 4).

3. Penilaian merupakan unsur yang sangat penting dari keseluruhan

proses manajemen. Penilaian adalah proses yang menentukan upaya

peningkatan efektivitas organisasi dalam konteks manajemen (Oteng

Sutisna, 1993: 250).

F. Definisi Operasional

Penelusuran empirik terhadap manajemen pendidikan sistem

ganda (PSG) pada kursus LPTI Bandung merupakan salah satu upaya

penelitian yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi

dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda pada suatu lembaga

kursus yang diselenggarakan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya

penjelasan operasional setiap istilah (variabel) yang terkait dengan

tema penelitian tersebut.

1. Pendidikan Sistem Ganda pada kursus (satuan pendidikan luar

sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat atau Diklusemas)

adalah suatu bentuk prosedur belajar mengajar yang memadukan

(24)

13

kursus Diklusemas dalam bentuk pengajaran teori dan penguasaan

keahlian yang diperoleh melalui praktek kerja atau magang langsung

di dunia usaha/industri dalam rangka menghasilkan lulusan kursus

yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan etos kerja yang

sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/industri (Depdikbud, 1995: 4).

2. Manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan

melalui orang-orang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai

tujuan-tujuan organisasi (Hersey dan Blanchard dalam Djudju

Sudjana, 2000:17). Dalam konteks penelitian ini yang dimaksud

dengan manajemen program pendidikan sistem ganda adalah

serangkaian kegiatan dalam mengatur dan mendayagunakan

berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan penyelenggaraan pendidikan sistem ganda pada LPTI

Bandung.

Rangkaian

kegiatan

itu

mencakup

perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan sistem ganda.

3. Perencanaan pendidikan sistem ganda (PSG) adalah rangkaian

tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan PSG di masa yang akan datang (diadaptasi dari Djudju

Sudjana, 2000: 62).

4. Pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG) adalah perwujudan

rencana pendidikan sistem ganda yang telah disusun dalam

kegiatan-kegiatan nyata di lapangan. Aspek-aspek yang tercakup

(25)

berkenaan dengan pemberian bimbingan dan pengarahan, motivasi,

memelihara komitmen, meningkatkan koordinasi,

menciptakan

komunikasi atau iklim kerja sama yang kondusif.

5. Evaluasi pelaksanaan pendidikan sistem ganda (PSG) adalah suatu proses untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pelaksanaan

pendidikan sistem ganda dan sejauhmana peserta didik mampu

menyerap

keterampilan

kerja

yang

diberikan.

Keterangan-keterangan atau informasi ini akan dijadikan dasar menilai program,

hasil, prosedur, dan manfaat berbagai pendekatan yang digunakan

dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Made Wena,

1996:201).

6. Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di

luar sistem persekolahan melalui kegiatan belajar-mengajar yang

tidak harus berjenjang dan berkesinambungan (1994: 45).

Bentuk-bentuk satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga, kelompok

belajar, kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis.

G. Pola Pikir Penelitian

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan sistem pendidikan yang

diselenggarakan di luar sistem persekolahan melalui kegiatan belajar

mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Disamping

itu PLS memiliki visi dan misi pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh

(26)

15

Visi PLS adalah mencakup sudut pandang filosofis bahwa peserta

didik memiliki sikap dan perilaku yang dapat diubah kearah sikap dan

perilaku yang positif dan konstruktif, serta memiliki potensi untuk

belajar dan dibelajarkan. Misi PLS adalah untuk mewujudkan

masyarakat yang cerdas, beriman, bertaqwa, bermoral, terampil, dan

mandiri serta menjadi warga yang berperan aktif konstruktif dalam

masyarakat madani.

Berdasarkan visi dan misi diatas, diharapkan lulusan PLS dapat

menjadi lulusan-lulusan yang berhasil dan profesional di bidangnya.

Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia (LPTI) sebagai salah satu

lembaga pendidikan luar sekolah yang mempunyai visi jauh ke depan

merupakan program kursus yang diprakarsai dan dibiayai sendiri oleh

masyarakat, pemerintah hanya melaksanakan fungsi pembinaan dalam

bentuk

perizinan ujian

nasional,

peningkatan

mutu kursus,

dan

pengembangan

model

melalui

standarisasi

dan

akreditasi

yang

diselenggarakan dengan pendekatan sistem ganda. Artinya setelah

belajar teori dan praktek di lembaga kursus selanjutnya warga belajar atau

peserta kursus diwajibkan

mengikuti

praktek

kerja

lapangan

di

pemsahaan/industri. Dalam penyelenggaraan program, telah terjalin

kemitraan dengan Kamar Dagang dan Industri ( KADIN ), organisasi

profesi dan perusahaan terkait sehingga setelah warga belajar selesai

mengikuti pendidikan maka ia telah memiliki kompetensi sesuai yang

disyaratkan oleh dunia usaha/industri.

Agar penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di LPTI

Kota Bandung dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

(27)

16

fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi yang dilaksanakan dengan baik diharapkan penyelenggaraan

pendidikan sistem ganda pada LPTI di Kota Bandung dapat berlangsung

secara efektif, dan pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan mutu

lulusan yang siap menghadapi pasar kerja yang semakin kompetitif. Secara skematik pemikiran-pemikiran tersebut tertuang pada gambar

[image:27.595.67.488.265.562.2]

berikut:

Gambar 1.1 Pola Pikir Penelitian

MANAJEMEN PSG JENIS PERHOTELAN PENYELENGGARA -PENGAJAR -MITRA

<

DATA LAPANGAN MANAJEMEN : -PERENCANAAN -PELAKSANAAN -PENILAIAN

1

¥

MANAJEMEN PSG YG DIHARAPKAN MUTU LULUSAN DAPAT BEKERJA SESUAI TUNTUTAN DUNIA KERJA TEMUAN PENELITIAN

H. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus

sebagai teknik penelitiannya. Penetapan metode ini didasarkan atas

pertimbangan bahwa pelaksanaan manajemen pendidikan sistem ganda

pada LPTI merupakan kondisi objektif yang bersifat alamiah dan realitas

(28)

17

penelitiannya tidak ditujukan untuk digeneralisasikan kepada populasi

umum, tetapi penelitian ini mengutamakan pengungkapan kasus-kasus

tipikal secara mendalam yang disesuaikan dengan masalah penelitian.

Teknik pengumpulan data dilakukan secara "bergulir" (snow-ball) dari

informan satu ke informan lain yang lebih kompeten untuk memperoleh

informasi yang lebih mendalam dengan menggunakan teknik wawancara,

studi dokumentasi, dan observasi.

Data yang dihasilkan dari penelitian ini bersifat deskriptif dan

dianalisis secara induktif. Karena itu metode kualitatif tidak didasarkan atas pertimbangan statistik, melainkan berdasarkan ketuntasan informasi

yang diperlukan.

I. Lokasi dan Partisipan Penelitian

Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Lembaga Pendidikan

Terapan Indonesia (LPTI) yang terletak di Jl. Lembong No. 34 Bandung.

Pemilihan lembaga

ini didasarkan atas pertimbangan bahwa LPTI

merupakan satuan pendidikan luar sekolah yang telah m engadakan kerja

sama dengan dunia usaha/industri dari negara lain (Singapura), yaitu

dengan perusahaan Star Cruises yang bergerak di bidang perhotelan

dengan kekhususan kapal pesiar. Sedangkan partisipan penelitiannya

adalah pengelola satuan kursus, instmktur, dan mitra kerja LPTI Bandung

serta pihak lain yang dapat memberikan kontribusi terhadap kelengkapan

data yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada

(29)
(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini , antara lain

mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data

yang dikumpulkan menjadi suatu kesimpulan.

Penelitian

ini

menggunakan

metode

studi

kasus

dengan

pendekatan naturalistik-kualitatif yang digunakan untuk meneliti kondisi

yang dialami subjek penelitian di mana peneliti bertindak sebagai

instrumen kunci. Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan analisis data

dilakukan secara induktif (Sugiyono, 2000: 3). Arif Furchan (1992:22) yang

mengutip Bogdan dan Taylor mendeskripsikan metode kualitatif sebagai

"proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang (subjek itu

sendiri)". Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang individu tersebut

secara holistik. Pendapat senada dikemukakan oleh Subino (1988:2)

bahwa "data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih berupa

kata-kata daripada angka-angka". Metode penelitian kualitatif tidak

didasarkan atas pertimbangan statistik melainkan berdasarkan ketuntasan

informasi yang diperlukan. Jadi laporan kualitatif kaya dengan deskripsi

dan penjelasan tentang aspek-aspek masalah yang menjadi fokus

penelitian. Namun demikian bukan berarti bahwa dalam penelitian

kualitatif bebas dari laporan yang berbentuk angka-angka.

(31)

70

Metode penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagaimana

diungkapkan Nasution (1992:11) dan Moleong (1988:4) sebagai berikut:

1. Sumber data adalah situasi yang wajar atau "natural setting"

2. Peneliti sebagai instmmen penelitian

3. Laporannya sangat deskriptif

4. Lebih mementingkan proses daripada hasil

5. Analisis data secara induktif

6. Mengutamakan data langsung atau first hand 7. Mementingkan makna

8. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data

9.

Desain bersifat sementara, emergent, envolving, developing

10. Mengadakan analisis sejak awal penelitian

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu bagian penelitian

yang sangat penting. Keberhasilan suatu penelitian naturalistik sangat

bergantung kepada kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang

disusun peneliti. Teknik pengumpulan data dilakukan secara "snow balf,

yaitu mengumpulkan data yang dilakukan secara "bergulir" dari informan

yang satu ke informan lain yaitu ( pengelola, pengajar dan mitra ) yang

lebih kompeten untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam

dengan menggunakan teknik wawancara, penelaahan dokumentasi dan

observasi. Ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk

memperoleh data yang saling menunjang, sehingga diperoieh data yang

(32)

71

1. Wawancara

Wawancara mempakan proses komunikasi antara peneliti dengan

sumber data dalam rangka menggali data yang bersifat worldview untuk

mengungkap makna yang terkandung dalam masalah-masalah yang

diteliti. Pertimbangan wawancara diterapkan sebagai teknik pengumpulan

data, yakni pertama, orang mempersepsi objek, peristiwa,

tindakan-tindakan dan menangkap maknanya dari pandangannya. Kedua, sumber

data (orang) yang representatif dapat menangkap gambaran peristiwa,

tindakan atau objek yang telah lama dikenalinya. Karena itu wawancara

terhadap orang yang representatif tentang suatu persoalan adalah penting

untuk mengungkapkan dimensi-dimensi masalah yang diteliti.

Wawancara menurut Suharsimi Arikunto (1996:126) adalah "sebuah

dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh

informasi

dari

terwawancara

(interviewee)".

Sedangkan

Nasution

(1992:72) mengemukakan "dua macam wawancara yaitu wawancara

berstruktur dan tak berstruktur". Pada tahap permulaan dipergunakan

wawancara tak berstruktur. Tujuannya untuk memperoleh keterangan

yang rinci dan mendalam mengenai pandangan subjek tanpa diatur oleh

peneliti. Setelah mendapatkan beberapa keterangan, maka peneliti

mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan

apa yang telah disampaikan responden.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam wawancara

(33)

72

atau informasi yang lengkap dan relevan berkenaan dengan masalah

penelitian. Wawancara dilakukan sesuai dengan perjanjian baik dengan

pihak staf pengajar dan pengelola LPTI maupun dengan pihak PT

Panghegar. Sesuai dengan perkembangan yang terjadi materi wawancara

tidak selalu bersifat sekuensial sebagaimana urutan permasalahan

penelitian,

tetapi

lebih

bersifat kondisional.

Tidak jarang peneliti

menelusuri materi permasalahan secara berulang-ulang.

2. Observasi

Dalam penelitian kualitatif, teknik ini memberikan manfaat besar

karena dapat menangkap dan

memahami

realitas konkrit yang

sebenamya. Observasi merupakan aktivitas pengamatan yang sistematik

terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Dengan

observasi peneliti dapat memperoleh data berupa deskripsi yang formal,

cepat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan, manusia dan

situasi sosial serta konteks dimana kegiatan itu terjadi. Adapun hal-hal

yang perlu diamati menurut Nasution (1992:63) antara lain:

a. Ruang (tempat) dalam aspek fisiknya

b. Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam sekolah

c. Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu

d. Objek yaitu benda-benda yang terdapat ditempat itu

e. Perbuatan, tindakan-tindakan tertentu

f. Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan

g. Tujuan, apa yang ingin dicapai organisasi

h. Waktu urutan kegiatan

(34)

73

Ditinjau dari intensitas partisipasi peneliti, maka observasi dapat

dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu "partisipasi nihil, partisipasi

sedang, dan partisipasi penuh" (Nasution, 1992: 61).

Dalam penelitian ini teknik observasi yang dilakukan adalah yang

berhubungan dengan proses pengumpulan data tentang pelaksanaan

manajemen pendidikan sistem ganda pada LPTI Bandung, antara lain proses pembinaan staf pengajar, uji kompetensi, dan pembimbingan

praktek kerja industri.

3. Studi Dokumentasi

Dalam

penelitian

kualitatif,

walaupun

data

yang

diperoleh

kebanyakan dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara tetapi

ada pula sumber bukan manusia di antaranya yaitu dokumentasi.

Studi dokumentasi sangat membantu dalam melengkapi data. Selain

itu membantu juga dalam pengecekan kebenaran informasi atau data

yang diperoleh peneliti melalui wawancara dan observasi. Dokumentasi

merupakan sumber data yang sudah tersedia yang dapat dijadikan bahan

untuk menunjang data-data yang diperoleh melalui wawancara dan dapat

memperkuat dalam mengambil kesimpulan atau memecahkan masalah

yang diteliti. Studi dokumentasi merupakan kajian terhadap peristiwa,

objek dan tindakan yang tertuang dalam bentuk tulisan, slide, dan media

lainnya sehingga dapat mengungkapkan dan menambah pemahaman

(35)

74

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk menelaah data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan manajemen pendidikan sistem

ganda di LPTI Bandung seperti program kurikulum, piagam kerja sama,

hasil uji kompetensi, data tentang daya serap lulusan,

keputusan-keputusan atau peraturan-peraturan atau dokumen lain yang berkaitan

dengan masalah penelitian.

C. Lokasi Dan Responden Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Pendidikan Terapan

Indonesia (LPTI) sebagai satuan pendidikan luar sekolah yang

mengkhususkan pada jenis pendidikan perhotelan yang beralamat di

Jalan Lembong No.34 Bandung.

Alasan penulis memilih Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia

(LPTI) sebagai lokasi penelitian karena LPTI merupakan salah satu

lembaga pendidikan kursus di Kota Bandung yang dinilai memiliki potensi

yang cukup besar dalam mengantisipasi dan beradaptasi terhadap

tuntutan-tuntutan baru dalam perkembangan dunia pekerjaan khususnya

jenis keterampilan perhotelan. 2. Responden Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, Moleong (1988) menyatakan bahwa

"sumber data atau responden penelitian tidak dapat ditentukan

(36)

75

diberikan. Dengan demikian yang termasuk responden dalam penelitian

ini adalah pengelola satuan pendidikan (kursus), instruktur, mitra kerja

(dunia usaha/industri) Bandung.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah peristiwa, subjek,

dan atau tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pelaksanaan

manajemen pendidikan sistem ganda pada LPTI Bandung. Untuk

memotret peristiwa, subjek dan atau tindakan-tindakan tersebut maka

diperlukan key person yang secara representatif dapat

mengungkapkannya.

Penentuan sumber data dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sample (sampel bertujuan).Adapun yang menjadi sample dari

pihak pengelola diwakili oleh Direktur Operasional,. Kabid Umum dan

Sekretaris) dari pengajar dan mitra dengan teknik penentuan sumber data

yang bersifat purposif ditetapkan berdasarkan akuntabilitas dan

kelayakannya dalam memberikan pemahaman makna terhadap masalah

yang diteliti.

D. Strategi Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dari bulan Juni sampai

dengan September 2002. Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti

menyelesaikan perijinan yang harus dipenuhi, yaitu dari Rektor UPI (

Pasca Sarjana ), Pemda Propinsi, dan Kantor Dinas Pendidikan Propinsi

(37)

76

Strategi pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan

sebagaimana yang dikemukakan Nasution (1992: 33-34, telah diolah)

yaitu tahap orientasi, eksplorasi dan "member check". Secara rinci

diuraikan pada bagian berikut.

1. Orientasi, yakni tahap mengenali persoalan baik secara empirik

maupun konseptual yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hal ini

dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep yang relevan dengan

penelitian dan mengadakan pertemuan-pertemuan pendahuluan

dengan pihak lapangan (LPTI dan PT Panghegar) baik secara informal

maupun secara formal.

2. Eksplorasi, yakni menggali data secara empirik dengan cara yang lebih

mendalam dan meluas sesuai dengan fokus penelitian. Data dan

informasi yang diperoleh dari subjek penelitian (pihak LPTI dan PT

Panghegar) baik yang dicatat melalui rekaman (tape recorder) maupun

alat tulis (catatan-catatan pada agenda), kemudian diklasifikasikan

berdasarkan aspek-aspek pokok permasalahan yang menjadi fokus

penelitian.

3. "Member check", yakni mengadakan pemeriksaan ulang terhadap data

yang terkumpul untuk mengetahui konsistensinya, maksudnya

mengecek kebenaran dari informasi yang dikumpulkan agar hasil

penelitian dapat lebih dipercaya. Sebagaimana yang dikemukakan

terdahulu bahwa pengulangan materi yang sama dalam kegiatan

(38)

tindak lanjut hasil member check manakala ada informasi yang

lengkap atau kurang konsisten. Tahap ini dilakukan untuk memperi

keabsahan temuan-temuan penelitian dengan cara meningkatkan

kredibilitas, transferabilitas, dan konfirmabilitas dengan mengecek dan

mengkonfirmasikan atau memverifikasikan kebenaran melalui triangulasi, seperti mengkonfirmasikan kepada staf pengajar LPTI

bahkan bertanya kepada sejumlah peserta didik baik pada saat praktek

maupun dalam kegiatan pembelajaran di LPTI. Berdasarkan hasil

konfirmasi ditemukan sejumlah pandangan atau pernyataan yang

bervariasi baik pandangan yang saling melengkapi maupun pernyataan

yang kurang konsisten.

E. Tingkat Keabsahan dan Analisis Data

1. Tingkat Keabsahan

Untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif

digunakan cara sebagai berikut:

a. Kredibilitas (validitas internal)

Kredibillitas adalah tolok ukur kebenaran data yang diperoleh melalui

instrumen. Nasution (1992 : 114, telah diolah) mengemukakan cara untuk

mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu: (1)

memperpanjang masa observasi, (2) pengamatan yang terus menerus, (3)

triangulasi, (4) membicarakan dengan orang lain, (5) menganalisis kasus

negatif, (6) menggunakan bahan referensi, dan (7) mengadakan member

(39)

78

b. Transferabilitas (validitas eksternal)

Transferabilitas merupakan keabsahan hasil penelitian . yang

berhubungan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat dipgblikasikan

dalam situasi-situasi tertentu.

c. Dependabilitas (reliabilitas)

Dependabilitas atau reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan

apakah penelitian dapat direplikasi dan mendapat hasil yang sama bila

diteliti oleh peneliti lain. Selanjutnya Nasution (1992: 110) mengemukakan

usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai reliabilitas antara lain :

1) memberikan uraian deskriptif yang konkrit, 2) mempekerjakan peneliti lebih dari seorang,

3) menggunakan partisipasi lokal sebagai asisten peneliti,

4) meminta pendapat, penilaian, dan kritik dari temuan peneliti lainnya, dan

5) pencatatan informasi dengan alat mekanis seperti rekaman.

d. Konfirmabilitas (objektivitas)

Dalam upaya konfirmabilitas peneliti melakukan "member check"

sebagai upaya untuk mengontrol, mengevaluasi dan mengkonfirmasi kepastian isi penelitian baik kepada responden maupun subjek lain yang

terkait.

2. Analisis Data

Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan tindakan, peristiwa atau

objek tentang pelaksanaan manajemen pendidikan sistem ganda pada

LPTI Bandung secara kontekstual, karena jenis data yang terkumpul

(40)

79

Analisis data merupakan pekerjaan mendeskripsikan dan

mengorganisasi data ke dalam suatu pola, kategori atau unit tertentu

sehingga ditemukan makna dari hasil penelitian tersebut. Analisis data

tidak hanya dilakukan setelah selesainya proses pengumpulan data, tetapi

telah dimulai saat proses pengumpulan data. Analisis data kualitatif pada

dasarnya adalah proses sistematika penyusunan, interpretasi dan

pemahaman makna data. Teknik analisis data yang dilakukan sejalan dengan anjuran Nasution (1992: 129) yaitu "reduksi, display, mengambil

kesimpulan dan verifikasi data".

Proses reduksi data dilakukan segera setelah data diperoleh.

Hasil wawancara dan observasi segera disusun dalam bentuk yang

terpola dan dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan penelitian secara sistematik dan terfokus. Selanjutnya display data menyajikan catatan

lengkap sebagai hasil deskripsi data atau temuan penelitian berupa

rangkaian mengenai pokok-pokok penelitian. Hasil display data

selanjutnya dibahas dengan bertolak pada teori, data, informasi dan hasil

(41)
(42)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan REKOMENDASI

Kecenderungan umum dalam dunia pendidikan menunjukkan adanya

perubahan cara berpikir yang memandang bahwa pendidikan semestinya

menyiapkan peserta didik secara utuh yang fungsional bagi kehidupannya

sebagai pribadi, warga negara, dan warga masyarakat, serta usahanya

mencari nafkah. Dengan demikian kecenderungan yang memandang

pendidikan dari segi tujuan perkembangan kepribadian saja kurang lagi

relevan dengan perubahan dalam lingkungan strategis, tempat pendidikan

berada. Oleh karena itu, perspektif pendidikan sistem ganda (PSG) sebagai

wahana untuk menunjang pembangunan dalam berbagai sektor dan

sub-sektornya merupakan usaha untuk memenuhi harapan tersebut. Penerapan

konsep PSG dalam pendidikan luar sekolah (kursus) memerlukan upaya

manajemen yang efektif.

Kajian empirik tentang manajemen pendidikan sistem ganda pada

Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia (LPTI) Bandung merupakan salah

satu telaahan untuk mengetahui gambaran faktual tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi penyelenggaraan PSG pada lembaga tersebut.

Secara garis besar hasil kajian tersebut dituangkan dalam bagian

kesimpulan, dan berdasarkan kesimpulan ini dikemukakan beberapa saran

(43)

103

sebagai bahan pemikiran bagi sejumlah pihak yang berkepentingan. Uraian

kedua bagian ini dipaparkan sebagai berikut.

A. Kesimpulan

1. Perencanaan pendidikan sistem ganda pada Lembaga Pendidikan

Terapan Indonesia (LPTI) Bandung disusun secara kolaboratif

bersama-sama institusi pasangan, dalam hal ini adalah PT Panghegar Bandung

sebagai "mitra kerja"nya. Prinsip perencanaan yang dianut oleh kedua

lembaga adalah keterbukaan, fleksibilitas, dan komprehensif.

Aspek-aspek yang direncanakan berkenaan dengan jumlah dan kualifikasi

lulusan, program pendidikan (kurikulum), penyediaan tenaga pengajar

dan sarana serta penempatan atau penyaluran lulusan. Kondisi tersebut

menunjukkan adanya kerja sama yang bersifat timbal balik dan saling

menguntungkan dalam penyusunan perencanaan PSG di LPTI Bandung, sehingga dapat menjadi modal awal untuk mencapai

keberhasilan dalam melaksanakan program pendidikan sistem ganda. 2. Indikator penting dari suksesnya suatu perencanaan adalah membuat

yang tadinya abstrak menjadi lebih nyata atau aktual. Karena itu, yang

menjadi tolok ukur keberhasilan perencanaan PSG pada LPTI Bandung

ada pada pelaksanaannya. Tumbuhnya perhatian terhadap persoalan

pelaksanaan PSG pada LPTI Bandung sebenarnya karena ia tidak

(44)

104

rutin, melainkan menyangkut juga masalah konflik, keputusan, serta

siapa dan memperoleh apa dari pelaksanaan PSG tersebut.

Perencanaan program PSG akan tetap merupakan impian atau cetak

biru bila tidak dilaksanakan. Dalam melaksanakan pendidikan sistem

ganda baik pihak LPTI Bandung maupun PT Panghegar telah berusaha

untuk mengoptimalkan berbagai sumber daya yang dapat memberikan

kontribusi secara signifikan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan

PSG. Upaya-upaya itu dilakukan melalui intensifikasi kegiatan

bimbingan, peningkatan motivasi dan komitmen, koordinasi yang

mantap, dan penciptaan komunikasi yang harmonis di antara kedua

belah pihak.

3. Dalam usaha pendidikan, evaluasi berkaitan erat dengan efisiensi dan

efektivitas. Melalui kegiatan evaluasi, kekuatan suatu program

pendidikan bisa diketahui dan dipelihara, kelemahan-kelemahan bisa

diketahui dan dikurangi atau dihilangkan. Berdasarkan temuan

penelitian diketahui bahwa evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan

sistem ganda di LPTI Bandung telah cukup memadai baik dilihat dari

sasaran evaluasi, bentuk dan instrumen, maupun prosedur yang

ditempuh. Hasil evaluasi secara efektif telah digunakan oleh LPTI untuk

(45)

105

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan pada bagian terdahulu, dapat

dikemukakan beberapa implikasi berikut.

1. Pentingnya kerja sama yang mantap dalam merencanakan program

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan upaya untuk menekan

kesenjangan kualitas lulusan kursus pendidikan luar sekolah yang

diselenggarakan masyarakat (Diklusemas) dengan kebutuhan kualitas

tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pihak dunia usaha/industri. Oleh

karena itu, dialog dan kerja sama yang bersifat integratif antara

lembaga kursus (LPTI) dengan industri harus dijalin secara

berkesinambungan dalam hal penyusunan perencanaan baik yang menyangkut sasaran, ruang lingkup maupun prosedur penyusunannya. 2. Untuk menjamin efektivitas pelaksanaan kursus dengan sistem ganda,

diperlukan suatu lembaga yang mampu menghimpun dan

menggerakkan semua sumber daya yang tersedia dan

mengorganisasikan semua kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan sistem ganda. Lembaga ini sebaiknya diatur melaiui peraturan

perundang-undangan tertentu yang mengatur organisasi kelembagaan

pada tingkat kursus, tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi, dan

tingkat nasional, dalam satu sistem yang terpadu.

Sementara organisasi kelembagaan ini belum ada, maka lembaga

(46)

mengambil inisiatif untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) bersama

perusahaan/industri pasangan, Dinas (Subdin PLS), dan KADINDA

setempat.

3. Evaluasi pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada LPTI Bandung ditujukan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik pada lembaga kursus tersebut. Dalam pelaksanaan konsep pendidikan sistem ganda melalui praktek kerja industri ini terdapat dua jenis penilaian yang

paling dominan, yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi penguasaan

keahlian. Evaluasi tersebut dilakukan melalui proses evaluasi dan

sertifikasi yang disepakati bersama. Agar dapat berfungsi secara

optimal, sistem tersebut hendaknya dijalankan oleh suatu tim penilaian

dan sertifikasi yang melibatkan unsur lembaga pendidikan (kursus),

unsur institusi pasangan, asosiasi profesi, dan unsur-unsur yang terkait

dengan ketenagakerjaan.

C. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pendidikan sistem

ganda yang disusun bersama antara LPTI Bandung dan PT Panghegar

dapat menjadi modal dasar bagi keberhasilan pelaksanaan program tersebut.

Sementara itu, tahap pelaksanaan PSG berkenaan dengan intensifikasi kegiatan bimbingan, peningkatan motivasi dan komitmen, koordinasi yang

(47)

107

internal manajemen pendidikan sistem ganda pada LPTI Bandung telah

dilakukan secara baik dan unsur ekstemal turut mewarnai upaya itu, namun

upaya maksimal untuk menghasilkan perencanaan yang memenuhi harapan

para stake holder perlu diprogramkan secara sistematis. Pengembangan

perencanaan itu harus bersifat luwes yang dapat memberikan peluang bagi

setiap pihak untuk melaksanakannya melalui prosedur yang bersifat

lintas-jalur. Upaya-upaya itu seyogyanya dikembangkan secara intensif dan luwes,

sehingga memberikan kemudahan prosedural dan juga memberikan

dorongan yang menggairahkan kepada kedua pihak untuk melaksanakan

program PSG secara berkelanjutan. Karena itu rekomendasi-rekomendasi

berikut patut dipertimbangkan.

1. Rekomendasi bagi Lembaga Pendidikan Terapan Indonesia (LPTI)

Bandung

a. Dalam upaya menyusun perencanaan, identifikasi terhadap

perusahaan-perusahaan potensial hendaknya diintensifkan,

sehingga akan diperoleh perencanaan yang komprehensif dengan

melibatkan institusi pasangan yang lebih luas.

b. LPTI hendaknya mengoptimalkan outsourcing di bidang sarana yang

dimiliki mitra kerjanya mengingat keterbatasan sarana yang dimiliki

LPTI. Dengan demikian pelaksanaan pendidikan sistem ganda akan

(48)

108

c. Manusia merupakan sumber daya utama dalam penyelenggaraan

pendidikan. Untuk itu profesionalisasi tenaga pengajar LPTI

merupakan alternatif yang harus dipertimbangkan secara

terprogram. Kunci utama keberhasilan pelaksanaan suatu proram

pendidikan banyak terletak pada unsur manusianya (Oteng Sutisna,

1993).

d. Penataan sistem informasi manajemen pada kursus LPTI hendaknya

dikembangkan dengan lebih baik terutama yang berkenaan dengan

data-data daya serap lulusan oleh dunia usaha/industri. Data ini

akan memberikan feed-back yang amat berharga bagi lembaga

kursus dalam memperbaiki program pendidikan sistem gandanya

bersama-sama dengan institusi pasangannya.

2. Rekomendasi bagi "Institusi Pasangan" LPTI

a. Kerja sama yang sudah terjalin dengan lembaga pendidikan

khususnya LPTI dapat dipelihara dan ditingkatkan, sehingga interaksi

dan yang sistematis dan terstruktur antara kedua pihak diharapkan

akan dapat dirumuskan dan dihasilkan kemampuan lulusan yang

handal sesuai dengan kebutuhan masyarakat khususnya dunia usaha

atau industri.

b. Keadaan dunia usaha/industri di Indonesia yang relatif baru

(49)

109

kesiapan industri/ perusahaan untuk berpasangan dengan lembaga

kursus dalam pelaksanaan PSG. Oleh karena itu pihak PT Panghegar

diharapkan dapat memperiuas partisipasi rekan-rekannya untuk

mejadi mitra kerja lembaga kursus khususnya LPTI bandung.

c. Kerja sama kelembagaan antara dunia pendidikan dan dunia

usaha/industri memerlukan upaya untuk saling mengetahui dan

memahami perkembangan masing-masing pihak. Untuk itu penerbitan

buletin terbatas dapat dikembangkan di lingkungan kursus atas

sumbangan biaya dari perusahaan, sehingga menjadi sarana

komunikasi kemitraan dalam memajukan program-progran pendidikan

(50)
(51)

DAFTAR PUSTAKA

Achmady, Z.A. (1995). Reformasi Administrasi Dalam Pendidikan: Beberapa

Pelajaran Tentang Implementasi Kebijakan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya Malang.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Bina Aksara.

Bukit. M (1997) Implementasi Pendidikan Sistim Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum, Disertasi Program Pasca Sarjana UPI Bandung.

Bogdan, R. and Taylor, S.J. (1992). Introduction to Qualitatif Research

Methods: A Phenomenological Approach to the Social Science. Alih

Bahasa: Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Pendidikan dan

Kebudayaan Menjelang Era Tinggal Landas. Jakarta: Pusat Informatika

Balitbang Dikbud.

(1997). Informasi Perkembangan Pendidikan Menengah Kejuruan.

Disajikan dalam Rakemas Depdikbud. Jakarta: Direktorat Dikmenjur

Ditjen Dikdasmen Depdikbud.

(1993) Link & Match, Jakarta Proyek Pengembangan Sarana Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar.

Djojonegoro, W. (1992). Pendidikan dan Produktivitas Industri. Makalah Utama di Medan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia.

Fadjar, H.A.M., dkk. (1999). Platform Reformasi Pendidikan dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.

Gaffar, M.F. (1989). Manajemen Pendidikan. Bandung: PUSDIKLAT

PERUMTEL - IKIP BANDUNG.

LPTI Bandung ( 2002 ) Company Profile LPTI Bandung,

(52)

Moleong, L.J. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Nawawi. H (I983) Administrasi Pendidikan, Jakarta , Gunung Agung.

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Siewert W (1999) Duale Berufsausbildung , Bonn Deutscher Industrie-und

Handelstag.

Sihombing U (1999 ) Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan,

( Konsep Kiat dan Pelaksanaan ) Jakarta, PD.Mahkota

(2000) Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi, (Konsep, Kiat dan

Pelaksanaan ) Jakarta, PD Mahkota.

Sudjana.H.D ( 2000), Manajemen Program Pendidikan ( Untuk Pendidikan

Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia ), Bandung

Falah Production

Sutisna. O (1993), Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek

Profesional, Bandung : Angkasa.

Subino. (1988). Pokok-pokok Pengumpulan Data, Analisis Data, Penafsiran

Data, dan Rekomendasi dalam Penelitian Kualitatif. Bandung: IKIP

Bandung.

Sugiyono. (2000). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: ALFABETA.

Sumantri, Yuyun, S. (1978). Beberapa Aspek Fungsi Pengelolaan. Jakarta:

Ditjen Dikdasmen Depdikbud.

Syamsuddin, A. (1996). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Pedoman dan Intisari Perkuliahan. Bandung: Program PascaSarjana IKIP Bandung.

Sunardjo S (2001 ) Manajemen Program Pengalaman Lapangan (PPL) D2

-PGSD UPI Bandung Program Pasca Sarjana UPI.

(53)

Sudaryat Y. ( 2001 ) Strategi Pengembangan Manajemen Unit

Sebagai Penunjang Pelaksanaan Pendidikan Sistim Ganda Di SMKTI Negeri 6 Dan BLPT Bandung Program Pasca Sarjana UPI

Sulaeman J ( 2000 ) Peningkatan Mutu Kinerja Pengelola Lembaga

Pendidikan Keterampilan ( LPK ) Program Pasca Sarjana UPI

Bandung.

Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004.

Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2001). Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah. Bandung: UPI.

Yani T.A. ( 2002 ) Pelaksanaan Pendidikan Sistim Ganda Di Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri 15 Bandung. Program Pasca Sarjana.

Gambar

Gambar 1.1Pola Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian-pengertian mengenai profesi tersebut di atas, berarti unsur terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau

Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan – Untuk Menaikkan Pangsa Pasar , Jakarta: Rineka Cipta.. Sumarni

Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang siswa yang belajar melalui PBM berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) siswa, yaitu untuk KAM

Peneliti meminta anda untuk mengisi kuesioner untuk mengetahui pendapat anda mengenai pengaruh produk, harga, dan tempat terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan pada butik

Judul Skripsi : Respon Berbagai Tingkatan Mikoriza terhadap Produktivitas RumputSetaria sphacelata, Brachiaria humidicoladanPanicum maximum Nama : Taufik Ardiansyah.. NIM

Sahabat MQ/ meski banyak yang menginginkan Pilpres hanya berlangsung satu putaran/ diprediksikan hal tersebut akan sulit terjadi// Sebab persaingan antara SBY/ JK/ dan

Dalam orasi / Mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional Amien RAis optimis bahwa PAN akan mampu menjadi partai yang masuk 5 besar dalam perolehan suara//

Pada kenyataannya, terdapat pelbagai permasalahan lingkungan di sekitar Waduk Jatibarang yang dapat mengancam keberlangsungan waduk.Peran serta masyarakat sangat