PELANG6ARAN
ETIS
OLER
SISWA
DAN
ALASAN
MENGHINDARINYA
{ STUDI PERBANDINGAN ANTARA SISWA MADRASAH ALIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Dl BANDAR LAMPUNG )
T E S 1 S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Penyelesaian Program
STRATA-2 Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh :
ADELINA HASYIM
No. Pokok 495/G/XVI-8
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N G
1 9 8 8
Disetujui Oleh :
Pembimbing Pertama,
Prof.Dr S.Nasution MA
Pembimbing Kedua,
103 Lampiran A
ABSTRAK
Para remaja yang berasal dari sekolah dengan ciri
agama Islam seperti Madrasah Aliyah mempunyai jumlah pe
langgaran hukum lebih kecil, bila dibandingkan dengan
siswa Sekolah Menengah Atas yang bercorak umum. Hal ini
berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Kepolisian.
Berdasarkan hal inilah penulis mencoba mengarahkan penelitian ini pada pelanggaran-pelanggaran yang lebite
seder-hana _dari pelanggaran hukum yakni pelanggaran etis.
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini terdiri
dari dua hal yaitu: 3J. Apakah pelanggaran etis siswa Mad
rasah Aliyah lebih rendah tingkatannya* bila dibandingkan
dengan siswa SMA? 2)v Apakah alasan menghindari pelanggar
an etis siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih religius,
bila dibandingkan dengan siswa SMA?.
Pelanggaran etis dapat dibedakan dalam tiga ting
katan yakni rendah, sedang dan tinggi, dilihat dari akibat
dan sifat buruk yang terkandung di dalamnya. Alasan meng
hindari pelanggaran etis dapat dibedakan dari alasan yang
religius dan non religius.
Bertitik tolak dari adanya perbedaan dalam pelaksa
naan pengajaran agama di Madrasah Aliyah dan SMA, maka
di-duga hasil yang diperoleh siswa juga berbeda. Perbedaan
ini mungkin terletak pada perilaku etis. Secara teoritik
agama dapat dijadikan sarana untuk mendorong manusia ber
104'
hati masing-masing manusia untuk menerimanya.
Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
siswa Madrasah Aliyah dam SMA yang berjumlah 351 orang. Se
bagai instrumen penelitian digunakan angket, dengan maksud
untuk mengukur pada tingkat mana siswa Madrasah Aliyah dan
SMA cenderung melakukan pelanggaran etis, dan siswa seko
lah mana yang cenderung memilih alasan religius di dua se
kolah tersebut.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
chi kuadrat untuk melihat signifikansi antara variabel pe
nelitian dengan sekolah, kemudian digunakan modus untuk me
lihat kecenderungannya yang dicari lewat persentase.
.Berdasarkan prosedur di atas diperoleh hasil-hasU
sebagai berikut:
1. Pelanggaran etis siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih
rendah tingkatannya, bila dibandingkan dengan siswa SMA.
Siswa Madrasah Aliyah berada pada tingkat rendah, se
dangkan siswa SMA berada pada tingkat sedang.
2. Alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madrasah Ali
yah cenderung lebih religius dari siswa SMA,
perbanding-annya 63,9% ; 29,7 %.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai ber_
iku: Apabila lingkungan sekolah mendukung terlaksananya
pendidikan agama baik secara teoritik dalam kegiatan intra
kurikuler, maupun secara praktis dalam kegiatan ko dan
keinginan siswa melakukan pelanggaran etis pada tingkat
yang lebih tinggi.
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAB i
UCAPAN TERIMA KASIH ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I : PERMASALAHAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Analisis Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 12
D. Kegunaan Penelitian 12
E. Asumsi Penelitian 13
F. Hipotesis l/f
BAB II : PENDEKATAN KONSEPTUAL TENTANG PELANGGARAN
ETIS DAN ALASAN MENGHINDARINYA
A. Etika dan Pribadi Manusia 15
B. Faktor Pendorong dan Penghambat
Terben-tuknya Perilaku Etis 2Z
C. Pelanggaran Etis 28
D. Bentuk-bentuk Perbuatan Pelanggaran
Etis 31
E. Perbandingan Madrasah Aliyah dan SMA
sebagai Lembaga Pendidikan Z^
F. Alasan Menghindari Pelanggaran Etis 54
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .• 63
B,. Variabel Penelitian 63
C. Populasi dan Sampel 68
halaman
D. Pengumpulan Data 72
E. Analisis Data 83
BAB IV : PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN HASIL
PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian 8*+
B. Pengolahan Data 85
BAB V : PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Pembahasan 95
B. Kesimpulan 98
C. Implikasi 99
DAFTAR PUSTAKA 101
ABSTRAK (lampiran A)
103
RIWAYAT HIDUP (lampiran B) 106
[image:7.595.68.515.73.779.2]ANGKET (lampiran C)
108
TABEL PERHITUNGAN (lampiran D)
113
DAFTAR TABUL
Tfebel halaman
1. Jumlah siswa SMA dan.Madrasah Aliyah yang
melakukan perbuatan melanggar hukum 3
2. Struktur program, kurikulum Madrasah Aliyah
48
3. Struktur program kurikulum SMA 49
4. Asal sekolah dan jumlah pelanggaran; hukum
siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas
68
5. Jumlah siswa pada wilayah populasi
69
6. Alokasi proporsional sampel 71
7. Persiapan untuk menghitung korelasi hasil
uji coba angket di SMA 75
8. Persiapan untuk menghitung korelasi hasil
uji coba angket di Madrasah Aliyah
78
9. Kisi-kisi angket untuk pengumpulan data 81 10. Daftar kontingensi untuk hasil pengamatan
antara pelanggaran etis dan sekolah 87
11. Jumlah pelanggaran etis siswa Madrasah Aliyah
dan SMA 89
12. Daftar kontingensi untuk hasil pengamatan antara alasan menghindari pelanggaran etis
dan sekolah 91
13. Jumlah alasan menghindari pelanggaran etis
siswa Madrasah Aliyah dan SMA 93
14. Jumlah pelanggaran etis raenurut tingkatnya dan
jumlah alasan menghindarinya 114
15. Perhitungan reliabilitas antar penilai tentang
soal 126
BAB I
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang Masalah
Generasi muda dipandang sebagai generasi penerus bangsa. Kepada merekalah dibebankan harapan masa depan
bangsa. Siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas merupakan
ba-gian generasi muda yang nantinya diharapkan memikul
tang-gung jawab hari depan bangsa Indonesia,, dan mewarisi
ni
lai-nilai dan norma-norma yang menjunjung tinggi keluhuran
budi anggota masyarakatnya.
Membentuk sikap menghargai nilai dan norma kepada
anak yang tengah mengalami proses sosialisasi merupakan
suatu hal yang penting mendapat perhatian, karena umumnya
anak-anak yang tergolong remaja berada dalam masa
perkem-bangan baik fisik maupun mental dan moralnya yang
berin-teraksi dengan pengaruh
yang datang dari luar dirinya.
Pengaruh
dari luar diri misalnya dari lingkungan
keluar-ga, sekolah, masyarakat dan pemerintah dapat menampilkan
nilai-nilai yang sama atau nilai-nilai yang saling
berten-tangan. Akibat yang dapat ditimbulkan dalam tingkah laku
anak adalah rnunculnya tingkah laku yang menjunjung tingginilai keluhuran budi manusia atau tingkah laku yang
me-langgar nilai. Tingkah laku yang meme-langgar nilai terutama
nilai-nilai etis dalam pergaulan sesama anggota masyarakat
merupakan suatu hal yang tidak diharapkan, bahkan dapat
menimbulkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan masyara
semakin jauh meninggalkan nilai-nilai etis yang diharapkan.
Gejala semacam ini telah terbaca oleh berbagai pihak. Di
kalangan kaum pendidik mengeluarkan pendapat sebagaiber-ikut:
Sejak beberapa tahun terakhir ini saya merasakan
bahwa mulai banyak norma-norma tata krama yang dilang-gar. Norma yang paling dasar saja yakni menyapa guru sudah mulai ditinggalkan. Dalam komunikasi verbal su-dah tampil kata-kata jorok, yang susu-dah barang tentu
tidak kita asosiasi dengan orang terpelajar. Itu semua saya nilai sebagai suatu gejala perubahan sosial
buda-ya buda-yang membawa perubahan tata nilai. Kita harus
men-cegah situasi tercabut akar. Harus diusahakan
keseim-bangan antara kesinambungan dan perubahan.(Conny
Semi-awan 1984,h.l)
Pihak pemerintah pun menyadari terjadinya pening
katan angka-angka pelanggaran yang dilakukan oleh
anak-anak muda, sehingga diadakan kebijaksanaan pemerintah un tuk mengatasinya. Hal ini dungkapkan oleh Ketua Bakolak Inpres sebagai berikut: " Di Indonesia kenakalan remaja
terdapat tendensi meningkat. Dikeluarkannya Inpres No.6/71
yang antara lain isinya adalah wadah guna menanggulangi
secara terkoordinasi masalah kenakalan remaja".(Sutopo
Yu-wono 1981,h.95)
Kenakalan remaja dirasakan sebagai suatu gejala yang
nyata, oleh karena terjadinya peningkatan terutama di
kota-kota besar dengan kuantitas dan kualitas yang berbeda, makacukup kuat untuk menganggap bahwa
pelanggaran nilai dalam
bentuk kenakalan remaja ini merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian. Salah satu hal yang perlu untuk
terhadap tingkah laku pelanggaran nilai adalah jumlah pe
langgaran nilai yang dilakukan oleh anak-anak muda,
khu-susnya yang mendapat sorotan adalah siswa Sekolah Menengah
Atas dan Madrasah Aliyah di Kotamadya Bandarlampung.
Menemukan jumlah pelanggaran nilai yang dilakukan
oleh seseorang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah,
raengi-ngat ada pelanggaran nilai yang hanya diketahui oleh diri
sendiri, diketahui oleh orang lain tapi didiamkan saja,
diketahui orang lain bukan yang berwajib dengan tindakan
tertentu dan diketahui orang lain atau yang berwajib dengan
tindakan dari yang berwajib. Data tentang jumlah pelanggar
an nilai-nilai etis yang dilakukan oleh seseorang sulit
di-peroleh kecuali terhadap tingkah laku yang sempat dijaring
oleh pihak yang berwajib, dalam hal ini pihak kepolisian.
Meskipun di luar itu masih ada pelanggaran hukum sebagai
pelanggaran etis yang diproses dengan cara damai dan
ti-dak tercatat oleh pihak kepolisian.
Data konkrit yang mungkin dapat dijadikan pengarah
untuk menemukan data pelanggaran etis yang lain adalah
jumlah pelanggaran hukum yang ada pada pihak kepolisian.
Pihak kepolisian memperoleh data berdasarkan laporan atau
pengaduan dari berbagai pihak, maupun perbuatan yang
lang-sung tertangkap tangan oleh pihak kepolisian. Disebut
sebagai pelanggaran hukum karena langsung merupakan pe
langgaran terhadap Undang-undang Hukum Pidana, yang meru
Sehubungan dengan hal ini dapat dijelaskan kenakal
an remaja di Kotamdaya Bandarlampung yang sempat dijaring
oleh pihak kepolisian dalam bentuk perbuatan yang melang
gar hukum. Banyak remaja dari berbagai kalangan yang
ter-libat dalam perbuatan melanggar hukum ini. Pada tabel be-'
[image:12.595.60.547.263.666.2]rikut dikemukakan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
oleh siswa Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas saja.
TABEL 1
JUMLAH SISWA SMA DAN MADRASAH ALIYAH YANG MELAKUKAN PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
No Perbuatan me-'langgar hukun
1984 1985 1986
SMA MATA.AL . SMA MAD.AL R16A MAD,AL
Lk .•Pr LK" •Pr" Lk: K: Lit--..Pr ' Lk.' Pr. Lk : Pr :
1. Pencurian
ringan 17 2 _ _ 11 — — - 21 - -
-2. Pencurian
dengan
keke-rasan 5 - - - 6 - '
-- 3 - -
-3. Pembunuhan 1
4. Penganiayaan
ringan 4 - 1 - 7 - 1 - 4 - 1
-5. Perjudian 5 - - - 7 - - - 8 — — —
6. Susila 2 l
-Jumlah 3k 3 1 - 31 - 1 - 36
_L_
1
J L
Data pada tabel 1 menunjukkan jumlah siswa yang
terlibat pelanggaran hukum dan jenis pelanggarannya.
Ter-nyata jumlah pelanggaran hukum yang dilakukan oleh siswa
Madrasah Aliyah lebih kecil bila dibandingkan dengan pe
langgaran hukum yang dilakukan siswa SMA yakni 3k '• 1 untuk
tahun 1984, 31 : 1 untuk tahun 1985 dan 36 : 1 untuk tahun
1986. Perbandingan ini berdasarkan jumlah sekolah yakni
•SMA : Madrasah Aliyah =15 : 3, dengan perbandingan jumlah
siswa 1876 : 1000 orang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelanggaran hukum yang sempat diketahui polisi,ter-nyata sekolah yang memperoleh pendidikan agama lebih banyak
seperti Madrasah Aliyah mempunyai jumlah yang jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan sekolah umum seperti SMA.
Hal ini mengarahkan pemikiran penulis, apakah perbandingan
tersebut hanya berlaku pada tingkat pelanggaran yang sempat
diketahui polisi saja atau berlaku pula pada tingkat lain
nya seperti, pelanggaran yang diketahui masyarakat
teta-pi didiamkan saja dan pelanggaran yang memang tidak di
ketahui orang lain. Mengenai pelanggaran ini, penulis
men-coba memperjelas pada tingkat mana siswa Madrasah Aliyah
cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran, bila diban
dingkan dengan siswa SMA. Mengingat pelanggaran yang
dite-liti merupakan pelanggaran fiilai yang menjadi tuntutan pe-pi kemanusiaan? maka pelanggaran yang dimaksud termaruk
pelanggaran terhadap nilai-nilai etis. Oleh karena itu,
Pelanggaran etis merupakan indikasi adanya
proble-ma dalam pendidikan umum, sebab usaha pendidikan umum
me-letakkan dasar-dasar pemahaman pribadi , kemasyarakatan dan
pandangan hidup,raungkin belum tampil secara maksimal.
Apa-lagi menghadapi perubahan sosial akibat kemajuan ilmu
pe-ngetahuan dan teknologi, Persoalan yang dihadapi bukan ha
nya mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
tetapi diharapkan pula mampu memprioritaskan sesuatu yang
paling baik diantara perbuatan yang baik itu. Di samping itu diharapkan pula mampu mempertimbangkaii dan memu.tuskan untuk melakukan suatu perbuatan buruk yang terpaksa dila
kukan dengan resiko yang paling kecil.
Di Sekolah Menengah Tingkat Atas pembinaan nilai
etis secara formal dibahas dalam dua mata pelajaran yakni
Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Agama yang meru
pakan kelompok mata pelajaran pendidikan umum. Perbuatan •
siswa melanggar nilai etis mengurangi harapan yang dibe-bankan kepada hasil belajar dua mata pelajaran tersebut. Usaha untuk menampilkan pendidikan umum dalam sosok pendi
dikan moral dan pendidikan agama dicoba melalui kajian
te-oritik yang lebih dalam.
Kajian teoritik dari sisi proses pelaksanaan kuri
jumlah pelanggaran etis siswa dari sekolah yang
beridenti-tas agama dengan siswa sekolah umum dan alasan
raenghin-darinya yang berorientasi religius dan non religius, seca
ra tak langsung menggugah eksistensi pendidikan umum untuk
mengiisahakan internalisasi nilai antara lain lewat Pendi
dikan moral dalam pendidikan agama di jalur formal. Hal
ini akan di bahas dalam penelitian ini dalam tema :
Pelanggaran Etis oleh Siswa dan Alasan Menghindarinya.
(Studi Perbandingan antara Siswa Madrasah Aliyah dan Seko lah Menengah Atas di Bandarlampung).
B. Analisis Masalah
Inti perraasalahan dalam penelitian ini bertolak da.-,
ri pertanyaa: Apakah pelanggaran etig dan alasan
menghin-darinva berbada antara slsm. xan£ berasai dari lembaga
pendidikan, agama Islam dengan lembafla nendidikan vang
ber-corak umum?. Yang menjadi sub masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah pelanggaran eti& siswa Madrasah Aliyah
cende-rung lebih rendah tingkatannya, bila dibandingkan
der-ngan siswa SMA?.
2. Apakah alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madra
sah Aliyah cenderung lebih religius, bila dibandingkan
dengan siswa SMA?.
Yang menjadi persoalan pada sub masalah yang perta
8
dengan sengaja dan tidak baik menurut pandangan etis adalah
merupakan bentuk pelanggaran etis.
Perbuatan yang
disenga-ja adalah perbuatan
yang dilakukan dengan kesadaran akan
arti dan akibat perbuatan itu. Perbuatan itu diketahui
terlebih dahulu akibat-akibat apa yang mungkin
ditimbulkan-nya.
Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tidak
sela-lu mudah ditentukan oleh orang lain. Kesengajaan biasanya
dirasakan oleh sipembuat sendiri. Contoh, seDrang siswa
membawa: buku pelajaran milik seorang siswi rekan
sekelas-nya. Teman-teman yang lain menduga siswa tersebut tanpa
sengaja terbawa buku milik teman puteri mereka, padahal
siswa tersebut ingin menarik perhatian aiswi tersebut
pada dirinya. Oleh karena itu, faktor kesengajaan ini erat
hubungannya dengan menilai diri sendiri. Faktor kesengaja
an ini merupakan syarat penilaian suatu perbuatan etis.
Perbuatan yang dinilai dapat dipatuskan sebagai perbuatan
yang baik atau buruk, benar atau salah. Dalam hal
menetap-kan baik dan buruknya suatu perbuatan ini perlu ada
pegang-a'n
yang dapat menuntun proses berfikir mencari pedoman
tentang baik dan buruk.
Banyak aliran yang ditetapksn
oleh akhli filsafat tentang tolok ukur ini antara lain :
hedonisme yang tolok ukurnya adalah kenikmatan atau
kepu-asan rasa, Utilitarisme jtang mengukur baik buruknya perbu
atan dari kegunaannya, Religiosisme
yang mengukur baik
buruknya perbuatan dari ajaran agama, dan masih banyak
dilakukan oleh siswa yang berbeda jumlah pelajaran agamanya
maka yang dijadikan titik tolak pandangan menilai perbuatan
etis siswa adalah religiosisme dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, orientasi pemikiran mengenai perbuatan
yamg tidak baik (buruk) dalam penelitian ini adalah etika
Islam atau dikenal dengan istilah akhlaq di kalangan umati
Islam.
Di dalam ilmu akhlaq dikenal dua macam bentuk *per
buatan . yakni : perbuatan •. yang baik (akhlaqul mahmudah)
dan per.buatacL, yang buruk ( akhlaqul mazmumah).
Jika seseorang melakukan perbuatan yang baik,
berar-ti sudah memenuhi tuntutan nilai eberar-tis. Sebaliknya jika yangdilakukan adalah sustu perbuatan yang buruk atau tidak baik
berarti melanggar tuntutan etis, dan hal inilah yang
menja-di perhatian dalam penelitian ini. Yang termasuk perbuatan
yang buruk atau tidak baik dalam ilmu akhlaq adalah:
mencu-ri, raerusak barang, zina, judi, minum-minuman keras, flengki
dll. Dalam hal^ perbuatan pelanggaran ini terdapat
tingkat-an tertentu. berdasarktingkat-an akibat ytingkat-ang ditimbulktingkat-annya. Salah
satu contoh : seorang siswa yang dengan sengaja mencuri
sebuah bolpoint milik adiknya, berbeda dengan seorang siswa
yang sengaja menBuri
uang milik teman di kelas dan berbe
da pula dengan seorang siswa yang mencuri video pada *alam
hari di sebuah rumah tertutup. Tingkatan dalam pelanggaran
etis ini bergerak dari tingkatan yang ringan, sedang sampai
10
milik orang
lain
dengan tujuan untuk dimiliki secara
mela-wan hak, dan hal ini tetap dinamakan mencuri. Dengan ada.<«
nya tingkatan dalam pelanggaran etis ini, diguga siswa
Madrasah Aliyah cenderung lebih rendah tingkatannya bila
dibandingkan dengan siswa SMA.
Eiealnya,
siswa Madrasah
Aliyah cenderung lebih banyak ditingkat pelanggaran etis
sedang, feiswa SMA pada tingkat berat. Hal ini bertolak
dari jumlah jam pelajaran agama di Madrasah lebih banyak
dari di SMA. Pelajaran agama yang diperoleh diharapkan da
pat membuka mata untuk melihat baik dan buruk,
selanjut-nya tinggal menunggu kehendak si pembuat untuk
melakukan-nya. Sebagai siswa yang berasal dari lingkungan sekolah
yang bercirikan agama dan umum, diharapkan siswa menerima
stimulus lingkungan dan mereaksinya dengan pandangan yang
berbeda. Tergantung dari banyaknya pembiasaan untuk mene
rima dan mau melakukan perbuatan baik, bagi siswa di dua
sekolah tersebut memberi peluang bagi mereka untuk tidak
melanggar nilai- lilai etis.
Bertitik tolak dari adanya perbedaan kondisi ling
kungan dan pola pengajaran agama yang berbeda, maka dalam
penelitian ini akan dilihat sampai di mana
siswa
Madrasah
Aliyah dan SMA sengaja melakukan hal-hai yang
bertentang-an dengbertentang-an hirbaubertentang-an dbertentang-an bertentang-anjurbertentang-an kebaikbertentang-an ybertentang-ang berasal dari
lingkungan. Dengan pelanggaran etis diartikan sebagai
P©r-buatan tercela (tidak baik) r.ianurut pandangan* etis, dila
11
sedang dan berat. Perbuatan ini akan dilihat jumlahnya
dan dibandingkan tingkat kecenderungannya.
Setelah membahas persoalan pada sub masalah yang
pertama, maka persoalan pada sub masalah kedua adalah
mengenai alasan menghindari pelanggaran etis yang bercorak religius dibandingkan di dua.sekolah yakni Madrasah Aliyah
dan SMA. Masalah ini berkaitan dengan salah satu motivasi
perilaku religius yang menjadikan agama sebagai sarana. un
tuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
Manusia membutuhkan suatu instansi yang menjaga
berlangsungnya ketertiban hidiip moral dan sosial. Agama
dapatdiarahkan| kepada tujuan yang bersifat religius dan
tujuan moral dan sosial.Dengan demikian melakukan suatu
perbuatan yang baik bagi seorang umat beragama dapat
ber-arti sebagai ibadah kepada Allah yang memenuhi syarat
hi-dup berperikemanusiaan. Pandangan etika menempatkan perbu
atan baik seseorang berdasarkan tuntutan kemanusiaan itu
sendiri. Manusia diharapkan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai etis bukan karena memenuhi tuntutan mengabdi
kepada Allah saja, tetapi dapat pula berfungsi memenuhi
tuntutan diri sendiri dan suara hatinya. Oleh karena itu
perbuatan baik dalam arti menghindari pelanggaran etis
dapat memenuhi dua tujuan yakni: tujuan yang religius
yang menempatkan perbuatan baik sebagai gejala yang asli,
dan tujuan moral dan sosial (non religius) yang menempat
12
pandangan etis. Dilihat dari tujuan berbuat baik yang dapat
memenuhi tujuan religius dan tujuan moral yang sosial, maka kedua tujuan itu dapat dijadikan alasan bertindak, apalagi
bagi : siswa/ yang memperdleh pelajaran pendidikan"agama
di sekolah seperti Madrasah Aliyah dan SMA.
Perbuatan menghindari pelanggaran dengan alasan yang religius dapat berorientasi pada sesuatu akibat yang
muagkin ditimbulkan jika pelanggaran dilakukan misalnya
dosa kepada Tuhan, sedangkan alasan menghindari pelanggar
an etis yang bersifat moral dan sosial misalnya: takut
hu-kuman, takut dibalas dengan hal yang sama, agar disenangi
dan merupakan kewajiban. Alasan menghindari pelanggaran
etis merupakan alasan yang dipilih siswa sebagai dasar
tidak melakukan pelanggaran etis yang terdiri dari alasan yang religius dan alasan moral dan sosial (non religius).
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh gambaran tentang pada tingkat mana
siswa Madrasah Aliyah dan SMA cenderung lebih banyak
melakukan pelanggaran etis.
2. Untuk memperoleh data tentang kecenderungan siswa me:-*
milih alasan menghindari pelanggaran etis dari
alter-natif alasan religius dan non religius.
D. Kegunaan penelitian
1. Untuk memberi informasi kepada para pendidik pada
tingkat mana siswa Madrasah Aliyah dan SMA melakukan
13
2. Untuk memberi informasi kepada para pendidik ten
-tang kecenderungan siswa Madrasah Aliyah dan SMA
me-.milih alasan menghindari. pelanggaran etis dari
al-ternatif alasan religius dan alasan non religius.
3. Untuk memperkaya konsep-konsep psikologi pendidikan terutama yang berkaitan dengan pembahasan moral re
maja.
E. Asumsi Penelitian
Dalam penelitian ini diasumsikan hal-hai sebagai
berikut :
1. Pendidikan moral atau akhlaq membina pengetahuan I
atau intelek manusia, diharapkan dapat menerangi
budi manusia untuk mau mengamalkan perbuatan yang
baik, menghindarkan perbuatan yang buruk.'Dengan
maksud untuk mencapai kesempurnaan diri.
2. Berbuat baik bagi seorang yang beragama dapat meru
pakan tingkah laku religius dalam arti untuk menca
pai kesempurnaan insani dan mendekatkan diri kepada
Allah. Di samping itu dapat pula merupakan tingkah
laku etis karena tuntutan kemanusiaan si pembuat, bahkan ada manusia yang tidak mengenai Tuhan namun
tetap berbuat baik. Agama dan etika berbeda, Namun
agama berkemungkinan dapat membantu etika.
Ik
uncat beragama ada alasan yang bersifat religius dan
non religius. Alasan dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
F. Hipotesis
1. Pelanggaran etis siswa Madrasah Aliyah cenderung le
bih rendah tingkatannya, bila dibandingkan dengan sis
wa SMA.
2. Alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madrasah
Aliyah cenderung lebih religius, bila dibandingkan
BAB. Ill
METQDOLQGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
des-kriptif karena meneliti sekelompok manusia yaitix para sis
wa di tingkat sekolah menengah atas yang berada pada
kondi-si tertentu di masa sekarang. Dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif diharapkan dapat membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat ber
dasarkan fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fe
nomena yang diselidiki. Salah satu bentuk dari penelitian
deskriptif adalah studi komparatif yaitu membandingkan fe
nomena- fenomena tertentu. Pada akhirnya menarik kesimpulan
adanyaIkesamaan ataukah perbedaan antara dua fenomena yang
dibandingkan itu.
Penelitian komparatif bersifat ex post facto sebab
data dikumpulkan setelah semua kejadian yang diselidiki
telah berlangsung. Adapun fenomena yang diselidiki dalam
penelitian ini adalah pelanggaran etis dan alasan.
menghin-darinya. Kedua hal ini memang sudah ada dengan sendirinya
akibat dari fenomena yang lain. Pelanggaran etis merupa
kan variabel yang dibandingkan, disamping alasan
menghin-darinya. Dua variabel ini merupakan variabel yang
masing-masing berdiri sendiri untuk dibandingkan di dua sekolah
yakni Madrasah Aliyah dan SMA.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel
penelitian yang difcandingkan di dua sekolah adalah
64
1. Pelanggaran Etis
Pelanggaran etis merupakan konsep yang
menggambar-kan perbuatan seseorang yang bertentangan dengan perbua
tan yang memenuhi tuntutan kemanusiaan, perbuatan yang
dimaksud merupakan- perbuatan tercela yang tidak disukai.
Konsep pelanggaran etis yang digunakan untuk kepen
tingan penelitian.ini dibatasi pada jumlah perbuatan ter
cela yang dilakukan seseorang. Perbuatan tercela yang ter
masuk dalam perbuatan pelanggaran etis terdiri dari 2 ke
lompok dan terdiri dari 10 macam bentuk perbuatan yaitu
sebagai berikut :
a. Kelompok yang tergolong sebagai maksiat bathin terdiri
dari: 1) dusta,
2) khianat,
3) fitnah,
4) dendam.
b. Kelompok yang tergolong sebagai maksiat lahir, terdiri
dari : 5) merusak barang,
6) mencuri,
7) minum-minumr
an keras,
8) berzina,
9)
berjudi,
10) menganiaya.
Perbuatan tercela yang terdiri dari dua kelompok
dan 10 macam bentuk perbuatan dalam penelitian ini
terbs-gi dalam 3 tingkatan yakni:pelanggaran etis" tingkat rendah
sedang dan tinggi.
Pembagian tingkatan dalam pelanggaran
etis didasarkan pendapat sebagai berikut: " Gangguan
kela-kuan atau behavior problem lebih mudah dikenali karena
ke-lakuan yang tidak dapat diterima itu kelihatan jelas dan
berat ringannya dapat dinilai dari akibat kelakuan itu".
65<
Dalam lapangan hukum pidana dikenal pula tingkatan
dari perbuatan pelanggaran maupun kejahatan, berdasarkan
pernyataan sebagai berikut :" Tentunya ada keadaan yang bertingkat-tingkat(gradatie) yaitu dari keadaan yang hanya sedikit berbeda dengan keadaan biasa(keadaan normal). Ini tergantung dari sifat jahat atau kurang jahat yang
terkan-dung dalam perbuatan melanggar hukum itu".(Wiryono
Projo-dikoro 1976,h.23).
Berdasarkan dua pendapat tadi dapatlah dikemukakan
suatu anggapan bahwa suatu perbuatan dianggap sebagai su
atu pelanggaran pada tingkat ringan, sedang dan berat ter
gantung pada akibat dan sifat buruk perbuatan itu. Untuk
menentukan tingkat pelanggaran etis ringan, sedang dan be
rat dalam penelitian ini diadakan pertimbangan sebagai
berikut :
a. Pelanggaran etis tingkat ringan, apabila akibat dari
perbuatan itu merugikan diri sendiri dan orang lain pa
da tingkat yang dianggap sangat ringan dan pada ling
kungan terbatas sekali.--Oleh karena sifat. ringannya itu
masih mungkin orang merabiarkan saja perbuatan itu ber langsung, misalnya seorang siswa yang berbohong pada guru bahwa perutnya sakit, sehingga ia diizinkan pulang, b. Pelanggaran etis tingkat sedang, apabila akibat dari
perbuatan itu merugikan diri sendiri dan pihak lain da
66'
pihak lain membiarkan perbuatan itu berlangsung. Mi
salnya, seorang siswa merusak alat-alat kesenian milik
sekolah. Pihak sekolah tidak mungkin membiarkan perbu
atan itu, sehingga perlu mengambil tindakan tertentu
untuk mengatasi sifat buruknya.
c. Pelanggaran etis tingkat berat, apabila akibat dari
perbuatan itu merugikan diri sendiri, masyarakat luas
atau kepentingan negara. Sifatnya berada pada tingkat
yang sangat buruk (jahat). Misalnya, perbuatan sese
orang memalsukan surat penting tertentu yang seharus
nya ditandatangani pejabat negara, sehingga merugikan
kepentingannya dan masyarakat, menggoncangkan
kewiba-waan negara.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pengertian pe
langgaran etis dapat dioperasinalisasikan sebagai jumlah
perbuatan tercela yang dilakukan seseorang terbagi dalam
2 kelompok dan berjumlah 10 macam,serta mempunyai
tingkat-tan rendah, sedang dan tinggi.
2. Alasan Menghindarinya,
Alasan untuk melakukan suatu perbuatan biasanya muncuTL
dari suatu keputusan melalui proses pertimbangan
kog-nitif yang dipilih berdasarkan berbagai alternatif
jawaban yang diketahui. Dalam hal menghindari pelang
garan etis ada 5 macam alasan yang merupakan jawaban
67
non religius dan satu alasan bercorak religius. Alasan non
religius adalah alasan melakukan perbuatan etis yang di-tujukan untuk merealisasi norma-norma non agama yakni nor
ma moral dan sosial. Dariant hal ini termasuk norma kesusi
laan dan norma hukum. Empat alasan yang non religius
ialah : takut hukuman, takut dibalas dengan hal yang sama,
agar disenangi orang lain dan karena merupakan kewajiban.
Alasan religius adalah alasan melakukan perbuatan etis
yang ditujukan untuk merealisasi norma-norma agama. Satu
alasan yang* bercorak religius ialah beribadah kepada Tuhan,
Lima macam alasan merupakan alternatif> jawaban yang
dipertimbangkan dalam pikiran seseorang, kemuddan
diputus-kan salah satunya sebagai pilihan untuk menghindari pe langgaran etis. Mengingat pelanggaran etis dalam peneliti
an ini terdiri dari 10 macam dan dalam tiga tingkatan ren
dah, sedang dan berat, maka akan lahir keputusan dalam
se-banyak ,perbuatan yang dipertanyakan. Oleh karena itu ala
san menghindari pelanggaran etis dalam penelitian ini da
pat dijelaskan melalui jumlah keputusan yang diambil dari
hasil pertimbangan kognitif seseorang, jjeang dipilih ber
dasarkan alternatif jawaban yang bercorak religius atau
non religius, yang kemudian digunakan untuk menghindari
68
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini ialah siswa sekolah
negeri dan swasta, baik Madrasah Aliyah maupun SMA.
Data yang ada pada pihak kepilisian Kotamadya
Ban-"i
darlampung dari tahun"l984 sampai 1986, tentang asal seko
lah dan jumlah pelanggaran dapat dijadikan sebagai popula
si, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
TABEL ik
ASAL SEKOLAH DAN JUMLAH PELANGGARANNYA BAGI SISWA. SEKOLAH MENENGAH TINGKAT
ATAS
Nama Sekolah
» Jumlah Pelanggaran
No 1984 1985 1986 Jumlafc
Lk
w ,
Lk W Lk WA. SMA Negeri
1. SMA Negeri I 1 - 1 — 2 ~ 3
2. SMA Negeri II 3 - 2 — 1
M . 6
3. SMA Negeri III 5 - 3 — 3
• M
11
4. SMA itegeri V 2 - 2 — 2 ™ 6
5. SMA Negeri I T.Br -• 1 - 2 — 2 Wm 5
6. SMA Negeri II T.B 4 - 1 1 1
~
7
7. SMA Negeri Way Halim
B. SMA Swasta
1 •e 2 1 1 5
8. SMA PGRI I 2 - 1 - 2 — 5
9. SMA PGRI II 3 - 3 - 1 " * 7
10. SMA Gajah Mada 5 - 4 - 5 " " 11
11. SMA perintis 2 - 2 — 3 ~ 7
12. SMA UNILA 2 1 3 - 1 " " 7
13. SMA Suryadharma 1 - 2 - 2
—
5
14. SMA Utama. 1 - 1 — 2 — " 4
[image:28.595.45.545.240.713.2]69
No. Nama Sekolah
Jumlah pelanggaran
|984 1985 1983 Jumlah
Lk w Lk W Lk w
17 C. Madrasah Aliyah
Negeri 1 - 1 - 1 - 3
18
D. Madrasah Aliyah
Swasta
MA Masyariqul An
war 1 1 2
19 MA Perkemas - - 1 - - - 1
20 MA Al Hikmah - - - - 1 - 1
21 MA Nahdatul Ulamal - - -
-Jumlah 34 3 31 — 36 - 104
Sumber : POLRESTA Bandarlampung
Berdasarkan data yang terlihat pada tabel II, maka
SMA Negeri ada 7 sekolah, SMA swasta ada 8 sekolah. Madra
sah Aliyah Negeri ada satu sekolah dan Madrasah Aliyah
swasta 4 sekolah.
Adapun jumlah siswa di wilayah populasi terlihat
penyebarannya pada tabel berikut:
TABEL 5
JUMLAR SISWA PADA WILAYAH POPULASI
SMA Negeri SMA Swasta MA Negeri MA Swasta
Jumlah
Lk w Lk W Lk W Lk : W
[image:29.595.42.541.58.693.2]70:
Berdasarkan data pada tabel III, sampel ditarik ber
dasarkan stratifikasi random sampling dengan
alokasi^propor-sional. Rumus untuk menentukan banyaknya sampel dikemukakan
oleh Jalkluddin Rakhmat (1986,h.99) sebagai berikut :
N
n =
N (d2) + 1
N as Jumlah Populasi
d = Standard Error n - sampel
1 = Bilangan konstant
Dari empat sekolah diketahui :
SMA Negeri5
- 1443 orang (Ni-), terdiri dari
Laki-laki = 776 (Ni#i)
Wanita = 667 (Nl.2 )
SMA-. Swasta ",= 433 orang (N2) terdiri dari :
Laki-laki = 228 ( N2.i )
Wanita = 205 (N2.2>
Madrasah Aliyah Negeri = 579 orang, terdiri dari
laki-laki = 235 (N3.1), Wanita = 344 (N3.2)
Madrasah Aliyah iwasta.;- = 421 (N4) terdiri. dari
Laki-laki = 199(^,1), Wanita = 222 (N^)
Jumlah seluruh siswa di empat sekolah = 2876 (N)
n=
2876
= 2876 =351,15995 = 351
8,19 (dibulatkan)
2876 (0,05)2 + 1
Setelah sampel diketahui, dilanjutkan dengan menggunakan
rumus alokasi proporsional sampel sebagai berikut:
Nl
N
ni.i = _ZZi
2876
= 94,706 = 95 (dibulatkan)
n2.1 = Jfi.
2876
x 351
x 351
71
n1.2 = 667
x 351 2876= 81,404 = 81 (di bulatkan)
n2.Z =
203
x 351
2876
•= 27,826 =28 (dibulatkan) = 25,019 =25 (dibulat
kan)
n3.1 = 23^
x 351
2876
n3.2 = J!*
2876
x 351
= 28,680 = 29(dibulatkan) = 41,983 =42 (dibulat
kan) .
n4.l =_±Z?_x351
2876
n
4.2 = 222 x 351
2876
= 24,287 = 24 (dibulatkan) = 27,094 = 27 (dibulat
kan)
Hasil perhitungan jumlah sampel dimasukkan dalam
tabel berikut ini:
TABEL 6
ALOKASI PROPORSIONAL SAMPEL
SMA "Negeri SMA Swasta MA Negeri MA Swasta Jumlah
Lk : 95 W 81 Lk 28 W Z3 Lk 29 W 42 Lk 24 W : 27 351
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sis
wa kelas II SMA maupun Madrasah Aliyah dengan pertimbangan:
Pada waktu- berlangsungnya penelitian kelas III libur
men-jelang Pra EBSa, Sedangkan kelas I.masih dalam masa per- .
[image:31.595.60.539.63.573.2]72)
D. Pengumpulan Data
1. Tehnik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.1 Wawancara
Tehnik wawancara digunakan untuk menemukan data ten
tang konsep-konsep item dan untuk menentukan sampel.
Pihak-pihak yang diwawancarai diantaranya adalah :
a. Pihak Kepolisian, untuk memperoleh keterangan tentang: jumlah pelanggaran, jenis pelanggaran, asal sekolah siswa yang melanggar dan proses pe nyelesaian kasus-kasus kenakalan remaja di
Kota-madya Bandarlampung.
b. Pihak Instansi dan Yayasan swasta, seperti
Depdik-bud, Dep Agama dan yayasan swasta yang mengawasi
kegiatan di sekolah tempat penelitian. Dengan
maksud memperoleh informasi tentang laporan dari
sekolah mengenai siswa di sekolah yang
dikelola-nya.
c. Guru Bimbingan Penyuluhan (BP),untuk meperoleh
informasi tentang kasus-kasus yang pernah dlta«
nganinya di lingkungan sekolah. Selain itu infor
masi dari beberapa orang guru agama diperlukan
untuk memperoleh gambaran tentang proses
belajar-mengajar pendidikan agama$ terutama pendidikan
73
1.2 Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini terdi
ri dari:
a. Dokumentasi tentang inventarisasi tindak pelanggar
an hukum siswa remaja di Kotamadya. Bandarlampung.
sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1986.
b. Dokumentasi tentang catatan harian guru Bimbingan
penyuluhan tentang kasus-kasus dan penyelesaiannya
di sekolah.
1.3 Studi Kepustakaan
3uku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian
digunakan terutama untuk menyusu* kerangka teori.
Begitu pula brosur-brosur yang dikeluarkan oleh pi
hak instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.4 Angket
Untuk mengumpul data dari responden dalam penelitian
ini digunakan angket yakni daftar isian tertulis, be
rupa pernyataan di mana responden tinggal memilih
salah satu dari jawaban yang tersedia menurut
penga-lamannya .
Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
angket -biasa .untuk- menilai diri sendiri. berdasarkan
pengalaman masing-masing. Angket ini mengukur gejala
kontinum dari suatu perbuatan yang melanggar atau
74
2. Penilaian Alat Ukur
Untuk meyakinkan hasil penelitian, maka perlu dilihat
keterandalan (reliabilitas) dan kesahihan (validitas)
dari alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini.
a. Keterandalan (reliabilitas) alat ukur.
Mengenai pengertian reliabilitas disebutkan bahwa:
'» Suatu ala't ukur dikatakan reliabel, bila alat itu
dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan
sehantiasa menunjukkan hal yang sama",(S.NaBution 1982,
h.89). Selanjutnya Mohd Noer (1987,h.47) mengatakan :
Apabila suatu tes diadministrasikan pada suatu kelompok
individu, maka pemakai tes itu menginginkan jaminan
agar hasilnya dapat direplikasikan, apabila diadakan
pengetesan kembali kepada individu yang sama dalam
kondisi yang sama. Keinginan untuk mendapatkan skor
tes yang konsisten itu disebut reliabilitas.
Salah satu cara untuk mengukur reliabilitas angket
adalah dengan tehnik belah belah dua (split half),
tehnik ini hanya memerlukan satu kali pengadministra—
an tes kepada sekelompok individu. Pengembang tes
mem-bagi butir-butir tes menjadi dua yakni butir tes yang bernomor ganjil dan butir tes yang bernomor genap,
tujuannya adalah. menciptakan dua belahan tes yang
se-dapat mungkin mendekati paralel. Adapun proses yang di
ditempuh adalah sbb: item- item yang berupa
73
dapat dimengerti dan interaktif dengan siswa. Hasilnya
ada perbaikan re'daksional, kata-kata yang kurang mengena
diperbaiki.
Kemudian angket diujicobakan dengan 20 orang
siswa yang bukan responden sebenarnya, terdiri dari 10 sis
wa dan 10 siswi masing-masing dari SMA dan Madrasah.Kemudian
score yang diperoleh dipisab-kan, untuk item ganjil (X) dan
item genap (Y), Untuk-persiapan penggunaan rumus korelasi
dibuat tabel berikut:
TABEL 7
PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG KORELASI SKOR : "^ASIL OJJJ: COBA INSTRUMEN DI SMA-
-No.Res
ponden
Item Ganjil (X)
Item Genap
(Y) X2 Y2 : XY
1 42 44 1764 1936 1848
2 44 45 1936 2025 1980
3 40 40 1600 1600 1600
4 38 42 1444 1764 1596
3>, 43 42 1849 1764 1806
6 37 41 1369 1681 1517
7 33 43 1089 1849 1419
8 40 43 1600 1849 1720
9 • 40 45 1600 2025 1800
10 42 43 1764 1849 1806
11 44 44 1936 1936 1936
12 41 44 1681 1936 1804
13 43 40 1849 1600 1720
lz+ 39 41 1521 1681 1599
15 37 38 " 1369 1444 1406
[image:35.595.55.522.143.681.2]No.Res ponden 17 18 19 20 Jumlah Item Ganjil (X) 40 44 42 42 807 Item Gena (Y)
J
41 45 36 42 837 1600 1936 1764 1764 32731 Y2 1681 2025 1296 1764 35469 76' XY 1640 1980 1512 1764 33965Jumlah
skor
yang berada pada tabel V diolah dengan
menggunakan Rumus rPearson (Guilford &Fruchter 1978,h.83)
N. XY - (£X) (*Y )
rXY =
\l
$N.*X2- (*X)2} {N.*Y2- (*Y)2}
20. 33965 - (807)(837)
jf-20. 32731 -(807)2} {20. 35469 -(837)2)
679300 - 675459
\[ (654620 -651249) (709380 -700569)
3841
\
(3371 ) (8811)
3841
\|
29701881
= 0, 705
77
rumus r.hh
tfc
i + j*
(Guilford & Fruchter,
hh
1978,h 426)
ruv, adalah nilai r Pearson yang telah
dihi-hh
tung sebelumnya.
2 x 0,705
u
1 + 0,705
= 0,827
Untuk menguji signifikansi korelasi digunakan
uji t dengan rumus:
i
t = rtt
N - 2
r
2
( Sudjana 1975, h.366)
1 " rtt
=0,827 \j
20-21 - 0,827
=6,24
(signifikansi pada tk 0,999)
Kesimpulan:
Alat ukur untuk variabel pelanggaran etis gan
alasan-menghindarinya bagi siswa SMA reliactel
Di samping SMA, angket diujicobakan pula pada siswa Madrasah Aliyah. Jumlah sampel 20 orang sama dengan SMA
atas dasar asumsi yang dikemukakan oleh Singarimbun (1984,
h. 59). " Tidak ada batasan tentang berapa persen sampel diambil dari populasi, bisa saja diambil sampel sampai
paling sedikit
3%
saja".
Atas dasar ini sebenarnya sampel
uji coba diambil yakni 3% dari 351 = 17,55 dibulatkan 20.
Uji coba angket sengaja dipisahkan antara SMA dan
Madrasah Aliyah karena kedua sekolah tersebut dengan asum
[image:37.595.88.518.52.657.2]TABEL 8
PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG KORELASI
HASIL UJI.COBA INSTRIMEN DI HADRASA& ALIYAH
78
No X Y
X2
,
Y2
XY1. 32 34 1024 .1156 1088
2. 34 35 1156 1225 1190
3. 30 30 900 900 900
4. 28 32 784 1024 896
5. 33 32 1089 1024 1056
6. 27 31 729 961 837
7. 29 33 841 1089 957
8. 30 33 900 1089 990
9. 30 35 900 1225 1050
10. 32 33 1024 1089 1056
11. 34 34 1156 1156 1156
12. 31 34 961 1156 1054
13. 23 30 529 900 690
14. 29 31 841 961 899
15. 27 28 729 784 756
16. 26 22 676 484 572
17. 30 31 900 961 930
18. 34 35 1156 1225 1190
19. 36 36 1296 1296 1296
20. 33 31 1089 961 1023
Jumlah 610 640 18680 20666 19586
r 2
xy =
0. 19586 -(610) (640)
[image:38.595.87.531.137.707.2]79
391720 - 39040'0
xy =
(373600 - 372100) (413320 - 409600)
xy 1320
(1500) (3720)
J£20_
5580000
1320
2362,202362
xy 0,56
r = 0,56 menunjukkan korelasi x dan y untuk setengah
tes, untuk mengetahui angket secara keseluruhan di
lanjut-kan dengan rumus
ltt
^ x 0,56
1 + 0,56
•72\|:
L -20 0,- ,722= 0,72
t =4,40 (signifikan pada tk 0,999)
Kesimpulan : Angket untuk variabel pelanggaran etis
dan alasan menghindarinya bagi siswa
Madrasah Aliyah reliabel
b. Kesahihan (validitas) alat ukur
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh alat
80
" Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu
meng-ukuriapa .yang harus diukur oleh alat itu11. Dalam peneli
tian ini bahan dalam angket diusahakan relevan dengan pe
ngetahuan dan pengalaman siswa. Untuk menentukan
pernya-taan dalam angket dipertimbangkan dari bahan pelajaran
pendidikan akhlaq, bentuk-bentuk kenakalan yang ada pada
catatan guru BP, pihak kepolisian maupun literatur lainnya.
Di samping itu bantuan para pembimbing sangat besar dalam
penyusunan angket ini.
Hal lain yang dilakukan dalam penelitian ini untuk
memperoleh validitas construct ialah pertimbangan para pe
nilai yang terdiri dari seorang yang mendalami psikologi
tenaga senior pada perguruan tinggi tempat asal peneliti,
Pejabat polisi resort kota Bandarlampung yang menangani
kenakalan remaja dan seorang pengawas bidang Pendidikan
Menengah Umum Kanwil Dep.P&K . Dari pengolahan data per
timbangan para penilai diperoleh t = 2,43 signifikan pada
tiftgkat 0,975, berarti angket untuk penelitian ini valid.
Perhitungan tentang validitas terdapat pada lampiran D
3. Alat Pengumpul Data
a. Jenis alat pengumpul data
Dalam penelitian ini digunakan angket untuk menjaring
jumlah
pelanggaran etis dan sekali gus pula men
81
kemudian dapat dipilih alternatif ya, jika melakukan
perbuatan sesuai dengan pernyataan, tidak jika perbu
atan yang ada dalam pernyataan tak pernah dilakukan.
Apabila menurut pengalaman siswa tak pernah melakukan
perbuatan seperti dalam pernyataan , maka ia boleh
me-milih satu dari 4 alternatif alasan yang disediakan
atau menentukan sendiri alasan lain yang tidak tertu
lis dalam angket. Alasan bersifat religius dan non
religius.
b. Konstruksi Alat .Pengumpul Data
Sebelum item tes dirumuskan, terlebih dahulu disusun
[image:41.595.62.549.227.713.2]kisi-kisi tes sebagai berikut :
TABEL 9
KISI-KISI ANGKET UNTUK PENGUMPULAN DATA
Variabel Rincian
variabel variabelAspek
—NcT
tk
.item 1
.pelang. Sumbe]
data
8 S T
Jumlah perbuatan a,maksiat
1. Pelang tercela yang di» batin :
garan lakukan seseorang 1. dusta 1 11 21 etis terbagi dalam 2
kelompok terdiri 2. fitnah 4 14 24 siswa
dari 10 macam 3. dendam 9 19 29
mempunyai ting
katan: rendah, 4. khianat 10 20 30 sedang, tinggi.
b. maksiat
lahir
5. merusak
barang 2 12 22
(
i
6. zina 3 13
•
82
Variabel Rincian
variabel
Aspek
\TQY*"1£XVlf* T
No.item
tk pelanggaran Sumber
data
V d i i d u c i —
R S T
7.mencuri [ 15 25 8.mengani
aya s 16 26
9.minum-minuman
keras 7 17 Z7
LO.berjudi 8 18 28
2. Alasan meng
hindari pe tusan yangjumlah kepu a. religius langgaran diambilidari l.beriba«*
etis hasil pertim
bangan kogni-tif seseorang
da hi
-kepada Tuhan yang dipilih
berdasarkan b.non reli 1 s/d 30 siswa alternatif gius
jawaban yang 2.takut bercorak re- hukuman ligus atau 3.takut non religius dibalas
yang diguna dengan
kan untuk hal yang
menghindari sama pelanggaran
etis. 4.agar di-senangi
orang lain 5.merupa kan ke wajiban mentaati hukum
1
Berdasarkan kisi-kisi tes tersebut disusun butir
83
menghindarinya. Bentuk pernyataan dalam angket tersebut
ialah :
1. Bentuk Pilihan Bergenda
Pernyataan yang diajukan raempunyai dua alternatif ja-*~
waban menurut pengalaman yaitu ya dan tidak. Bentu ini
berlaku bagi variabel pelanggaran etis.
2. Variasi bentuK pilihan berganda dan bentuk isian.
Bentuk ini berlaku bagi variabel alasan menghindari
pelanggaran etis. Siswa memilih 4 motif yang disediakan
Di samping itu siswa diberi kesempatan untuk
mencantun-kan satu jenis alasan lagi menurut pendapatnya sendiri
bila di antara 4 motif tadi bukan menjadi pilihannya.
E. Metode Analisis Data
Dalam proses pembuktian hipotesis pertama dan kedua
terlebih dahulu digunakan Chi Kuadrat untuk melihat
signifikansi hubungan, kemudian digunakan persentase
yang dilanjutkan dengan menggunakan modus , untuk me
BAB V
PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Pembahasan
Proses perubahan masyarakat dalam masa pembangunan
dewasa ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat
di-bantah. Proses ini merangsang perubahan pandangan-pandang
an masyarakat termasuk didalamnya para-siswa yang masih
remaja. Pandangan remaja tertentu terhadap nilai-nilai
bergeser dari perbuatan yang seharusnya dilakukan ke arah
perbuatan yang bertentangan. Kalau dulu kejadian siswa me
mukul guru adalah sesuatu yang luar biasa dan sangat ter
cela, sekarang kejadian seperti itu sudah merupakan berita
biasa dl-mana-mana. Bahkan berdasarkan berita harian
Mer.de-ka tanggal 5 «*uli yang baru lalu seorang siswa SMA di Ja
karta memukul guru dengan be si hingga tewas. Berita tentang
perbuatan remaja yang nakal banyak juga dilakukan oleh anak
sekolah. Dalam penelitian ini -2 jenis. sekolah,yang menda
pat perhatian yaitu: Madrasah.Aliyah yang memiliki identi
tas agama dengan SMA yang bercorak umum. Satu hal yang
berbeda di dua jenis sekolah ini yaitu jumlah jam pelajaran
pendidikan agama di Madrasah Aliyah lebih banyak dari SMA
yaitu 10 : 2 satuan kredit semester (sks) setiap semester.
Perbedaan ini membawa dampak pada kegiatan ko kurikuler
dan ekstra kurikuler di dua jenis sekolah tersebut. Di
Madrasah Aliyah situasi dan kondisinya lebih mengarah
pada norma lingkungan yang religius, sedangkan di .SMA, .'
96
bercorak umum saja.
Salah satu sasaran dari pendidikan agama sebagai
anggota kelompok pendidikan umum adalah manusia berwawa
san etis agama yang mampu menalar nilai-nilai seperti, ka
sih sayang, tolong menolong, adil, setia dsb. Selanjutnya
berusaha terus menerus mempelajari dan memantapkan nilai
tersebut. Apabila hasil belajar pendidikan agama hanya
terbatas pada pengetahuan saja^ maka kemungkinah
nilai-nilai -tersebut akan disukai tetapi tidak siap untuk di
lakukan. Timbulnya pelanggaran etis yang dilakukan siswa
mungkin merupakan kekurangan dari pelaksanaan pendidikan agama yang belum sampai ke tingkat penalaran yang diha
rapkan, sehingga usaha untuk memantapkan nilai-nilai de
ngan belajar terus menerus tidak lancar. Lemahnya pendi
dikan agama meletakkan dasar-dasar untuk berbuat baik bisa
berakibat siswa terseret oleh kuatnya dorongan untuk ber
buat pelanggaran.
Lemahnya pelaksanaan pendidikan agama terutama di
sekolah umum telah disinggung dalam pernyataan menteri
agama Munawir Syadzali dalam pidatonya tanggal 19 Septem
ber 1988 di depan tokoh pendidikan Muhamadiah yang menga
takan perlunya perbaikan kurikulum dan proses belajar
me-ngajar pendidikan agama terutama di sekolah umum. Pernya
taan ini mengandung harapan terbinanya insan religius yang
Penelitian ini membuktikan pula bahwa terhadap per buatan pelanggaran yang dihindari terdapat kecenderungan
alasan yang berbeda antara Madrasah Aliyah dan SMA. Madra
sah Aliyah cenderung lebih religius dari SMA. Alasan non,
religius yang berorieatasi pada moral dan sosial bukanlah
sesuatu yang buruk, meskipun pembinaan insan menjadi reli
gius dalam arti bersedia beribadah menurut keyakinan aga-manya juga penting bagi negara yang BerkeTuhanan Yang Ha ha Bsa ini. Melakukan perbuatan baik karena dorongan untuk
beribadah kepada Tuhan, dilandasi oleh iman yang merupakan
moral force. Dengan iman ini seseorang akan terdorong
untuk berbuat baik kapan saja dan di mana saja, baik keti-ka dilihat orang lain ataupun tidak. Akhlaq semacam ini
lahir karena merasa dirinya setiap saat selalu terkontrol
oleh Tuhan yang maha tahu, dan selanjutnya kalau telah tiba saatnya nanti akan memuntut pertanggung jawaban, atas perbuatan yang dilakukan dari yang sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya. Hal inilah sebenarnya yang meru
pakan kelebihan dari alasan religius bila dibandingkan
dari alasan yang non religius. Pembinaan kesadaran untuk
melakukan perbuatan baik yang timbul dari ancaman hukuma
an or&ng, lain, penghargaan dan mentaati kewajiban di
lihat dari sudut pandangan pendidikan umum yang
berwawa-etis belumlah tertanam dengan akar yang kuat, dalam diri
anak. B.ax
±n±
disebabkan adanya kemungkinan penafsiran
yang berbeda me&g&nal akibat fisik, penghargaan dsb.
98
B. Kesimpulan
Penelitian ini difokuskan pada masalah pelanggaran
etis dan alasan menghindarinya. Berdasarkan hasil peneli
tian lapangan terhadap 351 siswa Madrasah Aliyah dan Seko
lah Menengah Atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian membuktikan bahwa perbandingan pelang garan etis antara siswa Madrasah Aliyah dan siswa Se kolah Menengah Atas adalah sebagai berikut: untuk ting
kat rendah 58,2% : 27,1%, untuk tingkat rendah/sedang
29,5% : 27,9%, untuk tingkat sedang 8,2% ; 37,1%, untuk
tingkat tinggi 4,1% : 7,9% . Berdasarkan data yang di peroleh siswa Madrasah Aliyah cenderung berada pada
tingkat rendah (58,2%), sedangkan siswa SMA cenderung
berada pada tingkat sedang,(37,1%). Kesimpulannya pe langgaran etis siswa Madrasah Aliyah lebih rendah
ting-katannya, bila dibandingkan dengan siswa Sekolah Mene
ngah Atas.
2. Ada kemungkinan pelajaran agama yang diperoleh siswa
Madrasah Aliyah sebanyak 10 satuan kredit semester(sks)
mendorong timbulnya penghayatan dan pengamalan etis yang lebih besar,-bila dibandingkan dengan pelajaran
agama 2 sks yang diterima siswa Sekolah Menengah Atas.
3. Alasan menghindari pelanggaran etis siswa Madrasah Ali
yah cenderung lebih religius yakni 63,9%, bila diban
99
bahwa siswa Madrasah Aliyah cenderung lebih bersikap
menghayati nilai-nilai etis ke sasaran yang lebih re
ligius, bila dibandingkan dengan sikap siswa Sekolah
Menengah Atas.
C. Implikasi
Hasil penelitian ini membawa beberapa implikasi, baik
teoritik, praktis maupun untuk penelitian selanjutnya.
1. Implikasi teoritik
Penemuan tentang rendahnya tingkat pelanggaran etis
Siswa Madrasah Aliyah yang cenderung memilih alasan
religius, bila dibandingkan dengan siswa SMA
mem-perkuat teori konvergensi yang memandang faktor
ba-waan dan lingkungan termasuk pendidikan mempengaruhi
perkembangan perilaku siswa.
2. Implikasi Praktis
Guna meningkatkan mutu pendidikan agama di sekolah,
guru tidak terbatas pada pemberian pengetahuan saja,
tetapi diusahakan sampai pada penalaran dan
kesedia-an berbuat.
->* Implikasi untuk Penelitian Selanjutnya
Studi ini menghasilkan masalah baru yang membutuhkan
penelitian lebih lanjut guna mendapatkan jawaban
terhadap hal-hai berikut ini:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran remaja
100
b. Fungsi agama dalam kehidupan remaja.
c. Studi perbandingan intensitas pelanggaran etis an
tara siswa Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlaq). Al Ikhlas, Surabaya 1983
Al-Ghazali, Abi Hamid Muhammad, Pembebas dari Kesesatan.
terj, Abdullah bin Nuh, Tinta Mas,Jakarta,1962
Barmawie Umarie, Materia Akhlaq. Ramadani, Semarang,1967 Bierstedt, Robert, The Social Order. Mc Graw Hill Kogakusha
Tokyo, 1970
Conny Semiawan, Tata Pergaulan. Dep.P&K, Jakarta, 1984
Dep. Agama, Kurikulum Madrasah Aliyah. Jakarta, 1984 Dep. P&K, Kurikulum SMA 198i*. Jakarta , 1984
Dister, Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama. Leppenas, Jakarta, 1982
Driyarkara,N, Percikan Filsafat. PT Pembangunan Jakarta,
1978
Fathiyyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran Al-Ghazali mengenai Pendidikan dan Ilmu. Penyunting MD. Dahlan dan Tim CV Dipenogoro, Bandung, 1986
Gerungan, W.A, Psikologi Sosial. PT Eresco, Bandung, 1978
HAMKA, Tafsir Al Azhar. Bina Ilmu, Surabaya, 1980
Hamzah Ya'cub, Etika Islam. Dipenogoro, Bandung, 1985
Harris, Alan, Teaching Morality and Religion. George Allen
& Unwin Ltd, London, 1976
Humaidi Tatapangarsa , Pengantar Kuliah Akhlaq. Bina Ilmu Surabaya, 1984
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Karya, Bandung, 1986
Kelman,H.C, Companche, Identification and Internalization .
Holt Rhinehard, New York, 1966
Kupperman,J.Joel, The Foundation of Morality. George Allen & Unwin Ltd, London, 1983
Langeveld, M.J, Menu.iu ke Pemikiran Filsafat. Terj. G.J
Claessen, PT Pembangunan, Jakarta 1959
Magnis. Franz von, Etika Umumf Kanisius, Jakarta. 1983
102
Mohd. Abdai Ratomv. Menulu Tingkat Muknin . CV Dipenogoro Bandung, 1986
Mohd. Noer, Pengantar Teori Tes. Dep,P&K, Jakarta 1987
Moelyatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Minerva, Ma-diun, 1968
Mudlor Achmad, Etika dalam Islam . Al Ikhlas, Surabaya,
1983
Nasution.S, Metode Research. Jemmars, Bandung, 1982
Newcomb, Turner, Converse, Psikologi Sosial. CV Dipenogoro
Bandung, 1978
Nurchikmah, Kealaiban Hati. Tinta Mas, Jakarta, 1966
Poejawiyatna,I.R, Etika Filsafat Tingkah Laku. Bina Aksara,
Jakarta, 1966
Radhakrisnan.S. A Source Book in India Philosophy. Princen-ton U Pres8,1957
Sujana, Metode Statistika. Tarsito Bandung, 1975
Wiryono Projodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum. Sumur Ban dung, Bandung, 1976