DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 8
F. Asumsi Penelitian ... 9
G. Metode Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Sejarah Kesenian Sisingaan ... 11
B. Perkembangan Kesenian Sisingaan ... 14
C. Struktur Penyajian Sisingaan ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21
A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 21
B. Metode Penelitian ... 21
C. Definisi Operasional ... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ... 23
1. Observasi... 23
2. Wawancara ... 24
3. Studi Dokumentasi ... 27
4. Studi Pustaka ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Hasil Penelitian ... 30
1. Profile Lingkung Seni Tresna wangi ... 30
a. Bentuk Pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi ... 33
1) Bentuk Sisingaan ... 33
2) Kostum ... 36
3) Iringan Musik ... 38
b. Struktur Pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi ... 40
2. Profile Lingkung Seni Pusaka Wangi ... 45
a. Bentuk Pertunjukan Lingkung Seni Pusaka Wangi ... 49
1) Bentuk Sisingaan ... 50
2) Kostum ... 52
3) IringanMusik ... 53
b. StrukturPertunjukanLingkungSeniPusaka Wangi ... 55
B. Pembahasan... 57
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Rekomendasi ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN……….75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya selalu memiliki keinginan untuk memenuhi segala kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan yang menyangkut dengan kebutuhan lahir (fisik), ataupun
kebutuhan yang menyangkut dengan kebutuhan bathin (psikologis). Berbagai cara akan
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya itu karena kebutuhan ini akan berdampak
pada kelangsungan hidupnya, dan segala usaha yang akan dilakukan oleh manusia akan
menjadi sebuah kebiasaan manusia itu sendiri yang dilakukan secara terus menerus dan turun
temurun. Kebiasaan yang sudah tercipta ini pada akhirnya akan dilanjutkan dengan
sendirinya oleh keturunan atau generasi berikutnya dengan menggunakan berbagai cara
penyampaian, yaitu proses penyampaiannya baik dengan cara lisan ataupun menggunakan
cara tulisan.
Selain menggunakan cara-cara tersebut diatas, maka manusia akan menggunakan segala
kemampuannya untuk berkreasi secara terus menerus demi menjaga kelangsungan hidupnya.
Kemampuan berkreasi dimulai dari sumber yang telah ada merupakan bagian dari proses
pelestarian. Tetapi pada akhirnya semua proses ini akan terus berlanjut dari generasi ke
generasi berikutnya, sehingga manusia bisa mempertahankan kehidupan berkreasi itu sendiri.
Segala bentuk kreatifitas manusia salah satunya akan didorong oleh perasaan yang
bermuara pada nilai-nilai keindahan, perasaan ini sangatlah wajar muncul pada setiap diri
sendiri sering diartikan sebagai hasil karya manusia yang disebut seni, hal ini bisa kita
lihat dari berbagai definisi dari arti kata seni yang sudah sangat banyak dikemukakan, salah
satunya menurut Ki Hajar Dewantara dalam seni budaya (2008: 8) : “seni adalah segala
perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa
perasaan manusia”.
Dari ungkapan diatas, bisa kita lihat bahwa seni sangat berkaitan dengan perasaan
manusia yang diaplikasikan kedalam bentuk-bentuk karya yang dihasilkan oleh manusia itu
sendiri. Sehingga pada akhirnya karya-karya inilah yang bisa menjadi tolak ukur setiap
perkembangan manusia dari waktu ke waktu. Disisi lain kalimat tersebut diatas bisa
dijadikan sebuah identitas baik itu ide komunitas atau personal (individu).
Kabupaten Subang salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan
keberagaman identitas muncul berbagai macam karya seni, baik itu dikelola secara individu,
dan ini merupakan sebuah khasanah seni yang ada di Jawa Barat.
Kabupaten Subang memiliki beragam kesenian ada seni topeng, sisingaan, doger kontrak,
belentuk ngapung, bajidoran, tayuban, gembyung dan banjet. Salah satu kesenian yang
dirasakan menjadi icon Kabupaten Subang yaitu Sisingaan yang sampai saat ini masih
tumbuh dan berkembang hingga ke berbagai wilayah Kabupaten Subang bagian pesisir.
Kesenian Sisingaan adalah salah salah satu jenis kesenian tradisional yang tumbuh
dan berkembang di wilayah Kabupaten Subang. Kesenian ini mempunyai ciri khas atau
identitas sepasang boneka sisingaan atau binatang yang menyerupai singa, yang dijadikan
alat utama dari penyajian kesenian ini. Sisingaan mulai muncul pada saat kaum penjajah
menguasai Subang, yakni pada masa pemerintahan Belanda tahun 1812. Subang pada
perusahaan P & T Lands (Pamanoekan en Tjiasem landen). Pada saat Subang di bawah
kekuasaan Belanda, masyarakat setempat mulai diperkenalkan dengan lambang negara
Belanda yakni crown atau mahkota kerajaan Belanda. Dalam waktu yang bersamaan
daerah Subang juga berada di bawah kekuasaan Pemerintah Inggris, yang
memperkenalkan lambang negaranya yakni singa. Sehingga secara administratif daerah
Subang terbagi dalam dua bagian wilayah kekuasaan, yakni pertama secara politis
dikuasai oleh Pemerintah Belanda dan keduan secara ekonomi dikuasai oleh Pemerintah
Inggris.
Masyarakat Subang pada saat itu mendapatkan tekanan secara politis, ekonomis,
sosial, dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Namun masyarakat Kabupaten
Subang tidak tinggal diam, mereka melakukan perlawanan dengan berbagai cara,
perlawanan tersebut tidak hanya berupa perlawanan fisik saja namun juga perlawanan
tersebut diwujudkan dalam bentuk perlawanan non fisik dengan salah satu caranya yaitu
menggunakan media kesenian. Perlawanan dalam bentuk kesenian tersebut dipandang
lebih aman dan lebih memiliki kebebasan karena dalam kesenian pesan perjuangan bisa
disampaikan dengan kandungan Silib (yakni pembicaraan yang tidak langsung pada
maksud dan tujuan), Sindir (ironi atau sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan),
Siloka (kiasan atau melambangkan), dan Sasmita (contoh cerita yang mengandung arti
atau makna). Dengan demikian masyarakat Subang bisa mengekspresikan atau
mewujudkan perasaan mereka secara terselubung, melalui sindiran, perumpamaan yang
terjadi atau yang menjadi kenyataan pada saat itu. (Ragam Budaya Kabupaten Subang:
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Subang 2008:01)
Munculnya karya seni yang beragam di Kabupaten Subang didasari oleh letak geografis
Kabupaten subang yang memiliki bermacam-macam daerah berbeda yaitu daerah
pegunungan, daerah pedataran dan sampai pada daerah pantai. Letak geografis ini bisa saja
menjadi salah satu faktor penting untuk memunculkan sebuah keberagaman, karena dari letak
geografis itu sendiri bisa membentuk karakter-karakter yang beragam pula dari keberagaman
Salah satu perwujudan atau bentuk ekspresi jiwa kemarahan masyarakat Subang terhadap
penjajah dengan menciptakan salah satu bentuk kesenian yang kemudian dikenal dengan
nama Sisingaan, kesenian ini adalah bentuk sindiran terhadap pemerintahan Belanda dan
pemerintahan Inggris. Selain itu kesenian ini adalah salah satu bentuk pesan perjuangan bagi
seluruh masyarakat, sehingga kesenian ini tujuan dasarnya adalah sebagai pesan
penyemangat terhadap perjuangan rakyat Kabupaten Subang pada khususnya serta rakyat
Indonesia pada umumnya dalam melawan penjajah.
Kesenian Sisingaan merupakan bentuk ungkapan rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan,
atau upaya pemberontakan dari masyarakat Kabupaten Subang kepada pihak penjajah.
Perwujudan dari rasa ketidak senangan tersebut digambarkan dalam bentuk sepasang
sisingaan, yaitu melambangkan kaum penjajah Belanda dan Inggris. Kedua Negara penjajah
tersebut menindas masyarakat Subang, yang dianggap bodoh dan dalam kondisi miskin,
sehingga para seniman berharap suatu saat nanti generasi muda harus bisa bangkit, mengusir
penjajah dari tanah air dan masyarakat bisa menikmati kehidupan yang sejahtera dan
merdeka.
Terlepas dari segala hal yang melatar belakangi terlahirnya kesenian sisingaan di
Kabupaten Subang, perubahan dari waktu ke waktu telah merubah bentuk penyajian
sisingaan di Kabupaten Subang. Jika pada awalnya kesenian sisingaan masih tampak
sederhana, maka pada saat ini kesenian sisingaan telah berubah disesuaikan dengan
perkembangan jaman. Sebagai contoh dalam penyajian sisingaan dulu tidak menggunakan
bentuk-bentuk patung selain singa, maka pada saat ini sudah banyak bentuk-bentuk selain
Barat mengemukakan : “Dalam perkembangan bentuknya Sisingaan, dari bentuk Singa
Kembar yang sederhana, semakin lama disempurnakan, baik bahan maupun rupanya,
semakin gagah dan menarik”. Selain itu lebih jauh Affandi mengungkapkan bahwa :
“Demikian pula dengan penataan gerak tarinya dari hari ke hari semakin ditata dan
disempurnakan. Juga musik pengiringnya, sudah ditambahkan dengan berbagai perkusi lain,
seperti bedug, genjring dan gitar”.
Fungsi kesenian Sisingaan ini pun ikut mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan jaman, awalnya kesenian Sisingaan ini hanya untuk menghibur anak yang
dikhitan dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Akan tetapi sekarang kesenian
Sisingaan mempunyai fungsi yang beragam, antara lain sisingaan dapat ditampilkan di
profesi penyambutan pejabat atau tamu terhormat, pada pagelaran panggung dan arena
terbuka secara eksklusif berdasarkan skenario.
Penulis sangat tertarik dengan salah satu kesenian tradisi Kabupaten Subang, yaitu
kesenian Sisingaan. Ada banyak padepokan atau Lingkung Seni sisingaan di daerah
Kabupaten Subang yang mengembangkan dan melestarikan sisingaan diantaranya yaitu
Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi. Ke dua kelompok ini
didaerah Kabupaten Subang sangatlah popular, dimana masing-masing menonjolkan ciri
khas dan identitas dalam setiap penyajiannya.
Dari ke dua kelompok yang memiliki ciri khas dan identitas peneliti tertarik dan ingin
mencoba untuk meneliti tentang bagaimana perbedaan dan persamaan tentang struktur
penyajian dari ke dua Lingkung Seni tersebut. Selain itu peneliti beranggapan bahwa ke dua
masih kukuh dengan system pertunjukan yang diwariskan oleh leluhurnya, sedangkan
Lingkung Seni Pusaka Wangi sudah banyak perubahan jika dilihat dari system
pertunjukannya. Selain itu kedua Lingkung Seni ini dianggap dapat mewakili secara
keseluruhan dari Lingkung Seni Sisingaan di wilayah Kabupaten Subang, karena kedua
Lingkung Seni ini memiliki karakter yang berbeda dan kedua-duanya memiliki dominasi
yang kuat di berbagai event maupun pasanggiri yang dilaksanakan di Kabupaten Subang.
Dalam penelitian ini, peneliti merasa tertarik untuk menggali masalah ini lebih dalam dari
kedua Lingkung Seni ini dan ingin melakukan sebuah study komparasi terhadap keduanya.
Sehingga penulis memilih judul : “Study Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkung
Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang”. Melalui
penelitian ini diharapkan peneliti mampu menemukan berbagai permasalahan yang terjadi
terhadap sisingaan, khususnya yang terjadi dalam kesenian sisingaan pada saat ini.
B. Rumusan Masalah
Guna membatasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka beberapa
masalah diidentifikasi sebagai fokus penelitian, meliputi :
1. Bagaimana bentuk seni pertunjukan di Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas Desa
Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan Lingkung Seni Pusaka Wangi
Dusun Pasung Desa Karang Hegar Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang ?
2. Bagaimana struktur pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas Desa
Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan Lingkung Seni Pusaka Wangi
Dusun Pasung Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang ?
Tujuan yang diharapkan dicapai oleh penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk pertunjukan di Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas
Desa DAngdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan Lingkung Seni Pusaka
Wangi Desa Karanghegar Desa Pasung Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang
2. Untuk Mengetahui struktur pertunjukan di Lingkung Seni Tresna Wangi Blok Cicadas
Desa Dangdeur Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan untuk mengetahui latar
belakang dan struktur pertunjukan di Lingkung Pusaka Wangi Dusun Pasung Desa
Karang Hegar Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang nyata bagi pihak-pihak terkait, dalam
hal ini :
1. Bagi penulis
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang luas
b. Untuk mengetahui perkembangan kesenian sisingaan yang ada di wilayah subang
c. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan sisingaan sesuai dengan perkembangan
jaman
2. Bagi Lembaga
a. Dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya di Jurusan Pendidikan Seni
Tari Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Dapat melestarikan kebudayaan yang ada dan mempertahankannya
3. Bagi Masyarkat umum
a. Memperkaya khasanah seni budaya yang ada di Indonesia khususnya kabupaten
b. Sebagai bahan apresiasi bagi masyarakat terhadap kesenian, khususnya kesenian
Sisingaan di Kabupaten Subang
4. Bagi seniman Sisingaan
a. Dapat dijadikan sebuah pendokumentasian kesenian sisingaan khususnya di
wilayah Kabupaten Subang
b. Dapat dijadikan sebagai referensi pertunjukan sisingaan khususnya bagi seniman
sisingaan di Kabupaten Subang
5. Lingkung Seni Tresna Wangi
a. Menjadi bahan perbandingan struktur pertunjukan dengan lingkung seni lain
khususnya Lingkung Seni Pusaka Wangi
b. Menjadi motivasi untuk lebih mempertahankan bentuk pertunjukan sisingaan
c. Memeperbaiki segala sesuatu kekurangan yang dirasakan selama ini
6. Lingkung Seni Pusaka Wangi
a. Menjadi bahan perbandingan struktur pertunjukan dengan lingkung seni lain
khususnya Lingkung Seni Tresna Wangi
b. Menjadi motivasi untuk lebih mempertahankan bentuk pertunjukan sisingaan
c. Memperbaiki segala sesuatu kekurangan yang dirasakan selama ini
E. Definisi Operasional
Studi Komparasi Struktur Pertunjukan
Merupakan perbandingan perbedaan dan persamaan dalam penyajian pertunjukan sisingaan
Lingkung Seni Tresna Wangi
Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Amo
Darmo
Lingkung Seni Pusaka Wangi
Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Asep
Aca
F. Asumsi Penelitian
Pertunjukan sisingaan di Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi
merupakan suatu pertunjukan sisingaan yang berbeda, tetapi di dalamnya juga terdapat
beberapa persamaan.
G. Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metode kualitatif, lebih tepatnya menggunakan deskriptif
analisis, yaitu metode yang digunakan untuk mendeskrepsikan data sebagaimana adanya,
karena penelitian ini bersifat naturalistik dan bukan merupakan hasil-hasil manipulasi atau
ekpsperimen yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil dari penelitian studi
komparasi antara Lingkung Seni Tresna Wangi dengan Lingkung Seni Pusaka Wangi.
1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Blok Cicadas Rt 09/ Rw 20 Desa Dangdeur
Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan di Dusun Pasung Rt 01/ Rw 01 Desa
Karang Hegar Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang.
Populasi dalam penelitian ini adalah pertunjukan sisingaan Lingkung Seni Tresna
Wangi dengan Lingkung Seni Pusaka Wangi
2. Teknik Analisis
a. Observasi
Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis observasi partisipasi, yaitu
peneliti terjun secara langsung kedalam proses latihan ataupun pertunjukan yang
dilakukan oleh Lingkung seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi,
sehingga peneliti dapat dengan leluasa untuk mengikuti proses latihan secara
menyeluruh dan mengetahui kompleksitas dari proses penggarapan sajian di
Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi ini. Dengan menjadi
observer partisipan maka data yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat terserap
dengan baik, sehingga penelitian ini diharapkan dapat tepat sasaran dan memiliki
tingkat akurasi yang sangat maximal.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah kegiatan pengambilan informasi yang dilakukan secara
langsung terhadap objek penelitian ataupun para tokoh yang dianggap memiliki
informasi penting untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, dalam proses ini
peneliti secara langsung mengajukan berbagai pertanyaan yang dianggap sangat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Lingkung Seni Tresna Wangi pimpinan Bapak Amo
yang beralamat di Blok Cicadas Rt 09 / Rw 20 Desa Dangdeur Kecamatan Subang
Kabupaten Subang, tempat penelitian ini sendiri dilakukan di kediaman beliau. Karena
Lingkung Seni Tresna Wangi melakukan latihan rutin setiap persiapan pertunjukan pun
dilakukan disini, yang secara kebetulan kediaman Bapak Amo Darmo bersebelahan dengan
lapangan sepak bola. Kemudian lokasi berikutnya adalah di Lingkung Seni Pusaka Wangi
yang beralamat di Dusun Pasung Rt 01 / Rw 01 Desa Karang Hegar Kecamatan Pabuaran
Kabupaten Subang, sama halnya dengan Lingkung Seni Tresna Wangi maka penelitian di
Lingkung Seni Pusaka Wangi pun dilakukan dikediaman Bapak Asep Aca selaku pimpinan
dari Lingkung Seni Pusaka Wangi yang merupakan tempat latihan bagi Lingkung Seni
Pusaka Wangi.
B. Metode Penelitian
Secara etimologi, metode penelitian artinya adalah cara melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Lebih luas lagi dapat
dikatakan bahwa : Metodologi Penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan
yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan
data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menentukan, mengembangkan dan menguji
Pada penelitian ini, metode yang digunakan disesuaikan dengan sifat dan kenyataan
masalah serta tujuan penelitian, sehingga penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Peneliti mengambil salah satu metode yang dipilih dan dianggap
sesuai dengan penelitian ini, yaitu metode kualitatif. Hal ini didukung oleh pernyataan
Nasution bahwa :
penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, disebut kualitatif karena sifat dan data bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena situasi dilapangan bersifat “natural” atau wajar sebagaimana adanya, tidak dimanipulasi, tidak diatur dengan eksperiment atau test.(1988:18)
Hal senada juga di ungkapkan oleh Sugiyono yang mengemukakan bahwa :
Metode kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpatisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.(2009:22)
Mengacu pada ungkapan Nasution yang diperkuat oleh Sugiyono, dan karena data-data
penelitian bersifat deskriptif yang berupa kata-kata atau lisan dari para informan dilapangan,
maka penelitian ini lebih tepat dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis.
Alasan lain tentang penggunaan metode tersebut diatas, karena penelitian ini lebih
bersifat naturalistik dan bukan merupakan hasil-hasil manipulasi atau eksperimen.
Diharapkan penggunaan metode ini akan menghasilkan penelitian yang berkualitas dengan
akurasi data yang lebih baik.
C. Definisi Operasional
Studi Komparasi Struktur Pertunjukan
Merupakan perbandingan perbedaan dan persamaan dalam penyajian pertunjukan sisingaan
Lingkung Seni Tresna Wangi
Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Amo
Darmo
Lingkung Seni Pusaka Wangi
Merupakan kelompok seni atau padepokan seni sisingaan yang dipimpin oleh Bapak Asep
Aca
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut. Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk
observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi,
observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis observasi partisipasi, yaitu
peneliti terjun secara langsung kedalam proses latihan ataupun pertunjukan yang
dilakukan oleh Lingkung seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi, sehingga
peneliti dapat dengan leluasa untuk mengikuti proses latihan secara menyeluruh dan
mengetahui kompleksitas dari proses penggarapan sajian di Lingkung Seni Tresna Wangi
yang dibutuhkan untuk penelitian ini dapat terserap dengan baik, sehingga penelitian ini
diharapkan dapat tepat sasaran dan memiliki tingkat akurasi yang sangat maximal.
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah kegiatan pengambilan informasi yang dilakukan secara
langsung terhadap objek penelitian ataupun para tokoh yang dianggap memiliki informasi
penting untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, dalam proses ini peneliti secara
langsung mengajukan berbagai pertanyaan yang dianggap sangat penting untuk
memberikan berbagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian.
Peneliti akan melakukan wawancara dengan pimpinan grup, koreografer, beberapa
penari, dan nayaga. Jika diperlukan peneliti pun akan melakukan wawancara dengan
beberapa seniman ataupun tokoh-tokoh kesenian sisingaan di Kabupaten Subang, sebagai
sumber-sumber yang dianggap menunjang pada penelitian ini.
Sumber-sumber penelitian ini antara lain adalah :
a. Bapak Amo Darmo
Bapak Amo Darmo adalah pimpinan Lingkung Seni Tresna Wangi, beliau merupakan
leader dari Lingkung Seni ini. Menurut pendapat peneliti beliau merupakan sosok
sentral bagi kelangsungan hidup Lingkung Seni ini, sehingga beliau dianggap sebagai
nara sumber utama dari penelitian ini.
b. Bapak Asep Aca
Bapak Asep Aca adalah putra dari abah Datem sebagai pendiri lingkung seni Pusaka
Wangi dan merupakan pimpinan dari lingkung seni ini. Sehingga beliau memiliki
berbagai informasi penting yang dibutuhkan oleh peneliti dalam pengumpulan data,
c. Bapak Yadi
Bapak Yadi adalah pemain tarompet dan penata gending dalam Lingkung Seni Tresna
Wangi, sehingga oleh peneliti dianggap memiliki fungsi yang cukup vital dalam
pertunjukan Lingkung Seni Tresna Wangi. Karena beliau merupakan arranger lagu
yang digunakan dalam iringan tari sisingaan dalam pertunjukan Lingkung Seni
Tresna wangi, selain itu beliau juga menguasai berbagai lagu yang digunakan dalam
pertunjukan sisingaan di Lingkung Seni Tresna Wangi.
d. Bapak Agus
Bapak Agus merupakan peñata musik dalam Lingkung Seni Pusaka Wangi, beliau
memiliki tugas untuk menyusun dan menata gending yang dibutuhkan dalam setiap
pertunjukan sisingaan Lingkung Seni Pusaka Wangi. Dengan demikian peneliti
memiliki pandangan bahwa beliau merupakan sumber informasi yang sangat penting
dalam penelitian ini, dan dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi
penelitian ini.
e. Bapak Endang Jaya
Bapak Endang Jaya merupakan salah satu tokoh atau seniman sisingaan yang
berdomisili di wilayah Pabuaran dan merupakan salah satu pegawai Disbudpora
Kabupaten Subang, dengan posisi ini beliau dapat memberikan informasi yang
berguna mengenai perkembangan pertunjukan sisingaan di Lingkung Seni Pusaka
Wangi, Karena beliau menyaksikan langsung perkembangan yang terjadi di
f. Bapak Waway
Bapak Waway adalah salah satu tokoh seniman sisingaan yang berdomisili di
Kecamatan Subang, beliau sangat mengetahui sejarah dan perkembangan kesenian
sisingan yang ada di Kabupaten Subang. Sehingga peneliti beranggapan bahwa beliau
memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Study Dokumentasi
Dokumentasi yang akan dijadikan bahan penelitian ini adalah rekaman video dan foto
baik pada saat latihan maupun pada saat pementasan. Hal ini dilakukan karena dengan
pengumpulan data yang dilakukan dalam waktu yang lama maka data yang terkumpul
akan sangat banyak, sehingga untuk mengindari data yang terlewat dan hilang saat poses
analisis maka data yang dihasilkan harus diinventarisir dan disimpan kedalam berbagai
bentuk penyimpanan data. Sehingga saat data yang ada dibutuhkan untuk kepentingan
penyusunan hasil penelitian maka peneliti dengan mudah bisa mengambil data tersebut.
Selain itu sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian,
cenderamata, laporan, video, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa
macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,
rekaman, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data
tersimpan di website, dan lain-lain. Dengan demikian penelitian ini terjamin akurasi
datanya, terhindar dari kesalahan data, dan dapat memiliki bukti yang kuat terhadap
keaslian data penelitiannya.
Dari sekian banyak permasalahan yang ada, beberapa diantaranya menjadi bahan
reverensi bagi pemetaan permasalahan yang terdapat dalam sisingaan. Diantaranya : Mas
Nanu Munajar (1986) yang mengangkat permasalahan tentang Tinjauan Deskriptif
Pertunjukan Sisingaan di Desa Tambak Mekar Kacamatan Jalan Cagak Kabupaten
Subang (pola penyajian kesenian sisingaan), Rohaendi (1997) tentang Kesenian
Sisingaan (suatu kajian deskirptif dalam upaya bahan pengajaran kesenian daerah untuk
mengisi kurikulum muatan local pendidikan dasar SMP tahun 1994 di Kabupaten
Subang), Supartini Permata (2004) tentang Kesenian Singa Depok Puspa Kencana di
Desa Sukamanah Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, Rini Suciawati (2007)
tentang Sisingaan Wanita "Lingkung Seni Setia Wargi 6” di Desa Tambakan Kecamatan
Jalan Cagak Kabupaten Subang.
E. Analisis Data
Pendekatan ini menggunakan pendekatan analisis data yang dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data, data yang dihimpun sebanyak mungkin secara global atau
menyeluruh, dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kemudian dilakukan
sebuah perbandingan atau study komparasi terhadap kedua data yang sudah terkumpul
untuk mengetahui persamaan dan perbedaan struktur pertunjukan yang di lakukan oleh
Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka wangi. Selain itu proses analisis
data ini merupakan proses pemilahan data yang dibutuhkan oleh peneliti, sehingga data
yang disampaikan merupakan data yang benar-benar akurat sebagai jawaban dari
tidak tercampur dengan data-data lain dan mengerucut serta merujuk pada data-data yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Menurut hasil pengolahan data tentang study komparasi struktur pertunjukan sisingaan
Lingkung Seni Tresna Wangi dan Lingkung Seni Pusaka Wangi Kabupaten Subang, peneliti
menemukan beberapa hal yang bias dijadikan kesimpulan. Selain itu, juga saran-saran
penting yang akan bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Pertunjukan sisingaan di Kabupaten Subang pada saat ini sudah mengalami beberapa
perubahan dan perkembangan, semua ini terjadi karena adanya pengaruh kesenian-kesenian
yang sejenis dengan media yang lain seperti halnya kesenian burok dari Kabupaten
Indramayu seperti dalam unsure bentuk boneka yang diusung, iringan music dan kostum
yang dipergunakan.
Bentuk seni pertunjukan sisingaan telah banyak mengalami berbagai perubahan baik dari
segi bentuk boneka singa, instrument yang digunakan oleh kedua Lingkung Seni yang telah
diamati oleh peneliti, dari segi busana yang digunakan untuk pentas dan lagu yang
dipergunakan dalam pertunjukan Dalam segi struktur pertunjukan dari kedua Lingkung seni
ada beberapa perbedaan yaitu dari awal dimulainya pertunjukan sisingaan, pertunjukan
helaran, penutup dalam pertunjukan dan jugal agu-lagu yang disajikan oleh kedua Lingkung
Perubahan dan perkembangan pada kesenian sisingaan terjadi hampir di seluruh wilayah
Kabupaten Subang terutama wilayah utara, namun demikian masih ada Lingkung Seni
Sisingaan yang secara konsisten mempertahankan bentuk pertunjukan yang sesuai dengan
bentuk pertunjukan sisingaan buhun sehingga Lingkung Seni inipun masih tetap memiliki
daya tarik karena terlihat berbeda dengan Lingkung Seni Sisingaan yang lain.
B. Rekomendasi
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka peneliti dalam hal ini menyarankan
kepada Lingkung Seni Tresna Wangi untuk tetap mempertahankan bentuk pertunjukan
sisingaan buhun sebagai identitas khas kesenian sisingaan Kabupaten Subang, dan kepada
Lingkung Seni Pusaka Wangi untuk lebih berkreasi mengembangkan bentuk pertunjukan
yang ada tetapi tidak meninggalkan bentuk asli dari sisingaan Kabupaten Subang sehingga
diharapkan mampu memberikan kontribusi keragaman bagi kesenian sisingaan di Kabupaten
74
Mela Sri wahyuni, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.Chaedar. (2000). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
Anton, M.Mulyono, dkk. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Asdi, Armin AHS. (2001). Sisingaan Kesenian Rakyat Subang. Subang: Pemerintah Kabupaten Subang
Hendarsah, Drs. M. Khadar, dkk. (2008). Ragam Budaya Kabupaten Subang (Pendokumentasian Seni dan Budaya). Subang: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Subang
Kurnia, Ganjar. (2003). Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.
Prihartini, Noni Sri. (2010). Genjring Bonyok Dalam Penyajian Kesenian Sisingaan Lingkung Seni Setia Wargi 1 di Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Jurusan Seni Musik Bandung: Tidak di terbitkan.
Soedarsono, R.M. (1998). Seni Pertunjukan di Era Globalisasi. Jakarta: Pustaka Karya
Soepandi, Atik et all. (1994). Ragam Cipta. Bandung: CV. Sampurna
Sulastianto, Harry dkk. (2006). Seni dan Budaya. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama
Permata, Supartini. (2004). Kesenian Singa Depok Puspa Kencana Di Desa Sukamanah
Kecamatan Majalaya. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari Bandung: Tidak diterbitkan
Suciawati, Rini. (2007). Sisingaan Wanita “Lingkung Seni Setiawargi 6” Di Desa Tambakan
Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari:
Tidak Diterbitkan
Darmo, Amo. (2012, 10 Agustus). Wawancara
Aca, Asep. (2012, 24 September). Wawancara