Rahmat Syafi'i, 2012
Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN ... .... i
ABSTRAK ... .... ii
KATA PENGANTAR ... .... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... ... v
DAFTAR TABEL ... ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... x
BAB I PENDAHULUAN ... ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Fokus dan Pertanyaan Penelitian... 7
1. Fokus Penelitian... 7
2. Pertanyaan Penelitian ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Tesis... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... .. 12
A. Pengertian Pendidikan Inklusif... 12
B. Karakteristik Pendidikan Inklusif... 15
C. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif... 19
D. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif... 24
Rahmat Syafi'i, 2012
Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
F. Implikasi Pengelolaan Pendidika Inklusif... 26
G. Anak Berkebutuhan Khusus... 29
1. Definisi ... 29
2. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus... 31
3. Karakteristik dan Kebutuhan Pembelajaran ABK... 33
H. Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus... 48
1. Proses Perencanaan Evaluasi... 54
2. Proses Pelaksanaan Evaluasi... 59
3. Bentuk Pelaporan Hasil Pembelajaran... 59
BAB III METODE PENELITIAN... 63
A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 63
B. Desain Penelitian ... 64
C. Pendekatan Penelitian ... 66
D. Definisi Operasional... 68
E. Tehnik Pengumpulan Data ... 69
F. Instrumen Penelitian ... 70
G. Analisis Data ... 72
H. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data... 74
BAB IV HASIL PENELITI AN DAN PEMBAHASAN... 76
A. Hasil Penelitian... 76
1. Proses Perencanaan Evaluasi... 76
Rahmat Syafi'i, 2012
Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
3. Bentuk Pelaporan Hasil Pembelajaran... 87
B. Pembahasan... 102
1. Proses Perencanaan Evaluasi Pembelajaran... 102
2. Proses Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran... 105
3. Bentuk Pelaporan Hasil Evaluasi pembelajaran ABK... 108
Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 122
A.Kesimpulan... 122
B.Rekomendasi... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 127
Rahmat Syafi'i, 2012
Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya.
Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan inklusif, anak berkebutuhan
khusus dididik bersama-sama dengan anak pada umunya pada tempat yang sama
dengan pelayanan yang berbeda. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus perlu
diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak pada umumnya untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi anak
berkelainan. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa
pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau
peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah.
Pasal inilah yang memungkinkan terobosan bentuk pelayanan pendidikan
Rahmat Syafi'i, 2012
lebih operasional, hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun
tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus nomor 70 tahun 2009.
Kementrian Pendidikan Nasional, (2010:4) Pendidikan inklusif adalah
sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua anak berkebutuhan khusus dan anak cerdas istimewa dan bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan anak pada umumnya.
Pendidikan inklusif merupakan idiologi atau cita-cita yang ingin diraih
sebagaimana idiologi atau cita-cita,pendidikan inklusif harus menjadi arah dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu
pendidikan inklusif tidak diartikan sebagai model pendidikan atau pendekatan
pendidikan yang memasukan anak penyandak cacat ke sekolah regular semata-mata.
Sebagai konsekwensi dari pandangan bahwa pendidikan inklusif itu sebagai idiologi
atau cita-cita dan bukan sebagai model, maka akan terjadi keragaman dalam
implementasinya, antara negara yang satu dengan negara yang lainnya, antara daerah
yang satu dengan daerah yang lainnya, antara sekolah yang satu dengan sekolah yang
lainnya. Proses menuju pendidikan inklusif akan sangat tergantung kepada
sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing negara, daerah atau sekolah.
Meskipun terjadi keragaman dalam imlementasinya, tidak ada perbedaan
filosofi dan konsep yang digunakannya karena berangkat dari sumber yang sama.
Rahmat Syafi'i, 2012
berkualitas, diperlukan adanya perubahan opini, pemahaman dan sikap para
penyelenggara pendidikan (guru, kepala sekolah, administrator, atau pengambil
kebijakan pendidikan, orang tua dan masyarakat pada umumnya) terhadap anak dan
pendidikannya.
Layanan dalam pendidikan inklusif harus memperhatikan hasil identifikasi
dan asesmen anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil identifikasi dan asesmen
tersebut dikembangkan berbagai kemungkinan alternatif program layanan yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Layanan alternatif yang dimaksud adalah layanan
pendidikan penuh dalam hal ini anak berkebutuhan khusus belajar bersama didalam
komunitas kelas yang beragam dibawah bimbingan guru kelas, guru bidang studi dan
guru lainnya. Sedangkan guru GPK (guru pendidikan khusus) bertanggung jawab
dalam pembuatan program, monitor pelaksanaan pro gram dan mengevaluasi hasil
pelaksanaan program. Layanan pendidikan yang dimodifikasi artinya anak
berkebutuhan khusus belajar bersama dalam komunitas yang beragam dibawah
bimbingan guru kelas, guru bidang studi dan guru lainnya, sedangkan guru
pendidikan khusus berperan dalam membimbing beberapa aktivitas tertentu yang
tidak dapat di ikuti anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan program
pembelajaran individual (PPI), dan layanan pendidikan individualisasi adalah anak
berkebutuhan khusus mengikuti proses belajar bersama-sama dengan anak pada
umumnya dalam komunitas kelas yang beragam di bawah bimbingan penuh guru
Rahmat Syafi'i, 2012
Di kota Tasikmalaya tepatnya di beberapa sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif telah melaksanakan pendidikan inklusif sejak tahun 2003 hingga
sekarang. Di SD X terdapat 52 anak berkebutuhan khusus dengan jenis yang beragam
dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, di SD Y terdapat 43 anak berkebutuhan khusus
dengan jenis beragam dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, di SD Z terdapat 40 anak
berkebutuhan khusus dengan jenis beragam dari kelas 1 samapi dengan kelas 6.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap ketiga sekolah tersebut dalam
pelaksanaannya terdapat permasalahan yang sipatnya umum seperti guru kurang
profesional dalam menangani anak berkebutuhan khusus yang berkaitan dengan
pembelajaran, mereka hanya melaksanakan apa yang diberikan oleh UPTD setempat,
dalam hal ini ketiga sekolah hanya memakai model kurikulum adopsi dari dinas
pendidikan setempat, para guru tidak membuat alternatif kurikulum sehingga para
guru mempunyai kesulitan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
apalagi membuat evaluasi pembelajaran, para guru menyeragamkan semua kegiatan
pembelajaran baik untuk anak berkebutuhan khusus dengan anak pada umumnya.
Selain itu terdapatnya banyak anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas sehingga
guru kewalahan dalam melayaninya hal ini sangat bertentangan dengan konsep
pendidikan inklusif yaitu dimana anak anak berkebutuhan khusus harus dilayani
dengan pilihan alternatif layanannya. Selain itu juga para guru mempunyai
permasalahan dalam layanan pembelajaran, salah satunya adalah evaluasi
Rahmat Syafi'i, 2012
khususnya dalam proses evaluasi pembelajaran. Menurut para guru, sangat sulit
dalam penyusunan soal tes formatif dan sumatif. Guru merasa bingung harus
memberikan soal dalam bentuk seperti apa, soalnya bagaimana, instrumennya seperti
apa, diberikan kepada siapa, waktu pelaksanaannya kapan, disamakan atau
dibedakan, untuk ABK satu dengan ABK lainnya, untuk katagori ABK yang satu
dengan katagori ABK lainnya, apa keterlibatan orang tua penting atau tidak,
komposisi bobot aspek yang dikembangkannya bagaimana, dan masih banyak
pertanyaan yang harus diselesaikan dengan cara bertanya pada guru-guru yang berada
di SLB atau para pembuat kebijakan. Disamping itu juga para guru beralasan karena
bidang keilmuannya bukan berlatar belakang PLB, dan juga tidak didukung dengan
guru pembimbing khusus baik dari pihak sekolah maupun pemerintah daerah.
Menurut Hamid Hasan (1988:13) dalam Toto, (2009:101) evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti
sesuatu yang dipertimbangkan dalam sebuah sistem pembelajaran dengan
berdasarkan kepada kriteria-kriteria tertentu agar tidak dilakukan asal saja. Tanpa
kriteria yang jelas apa yang dilakukan bukanlah suatu proses yang dapat
diklasifikasikan sebagai evaluasi. Sedangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa, (2009:4) menjelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan
melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah
bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar peserta didik, pelaporan dan
Rahmat Syafi'i, 2012
mengartikan evaluasi pembelajaran sebagai keputusan profesional atau sebuah proses
dengan seseorang sehingga bisa membuat sebuah keputusan tentang sesuatu yang
diharapkan dalam hal ini adalah bagaimana mengevaluasi agar hasil evaluasi
pembalajaran dapat diputuskan sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian hasil studi pendahuluan dan kajian teori tentang evaluasi
pembelajaran dalam setting inklusif, maka peneliti bermaksud mengkaji lebih
mendalam tentang evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dalam
setting inklusif di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif yang berada kota
Tasikmalaya. Pembelajaran yang dilakukan atau dilaksanakan di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif tentu harus dievaluasi guna mengetahui sampai
sejauh mana keberhasilan pelaksanaan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Evaluasi pembelajaran merupakan tahapan suatu proses yang sangat
mendasar, yang diperlukan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif yaitu
untuk menetapkan standar pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan pekerjaan, dan
menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana yang telah
ditetapkan.
Masalah-masalah ini jangan dibiarkan berlarut-larut, harus dipecahkan dan
dicari solusinya, sehingga pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan cita-cita dan ideology pendidikan inklusif, selain itu tidak akan menimbulkan
Rahmat Syafi'i, 2012
pendidikan inklusif itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah system
evaluasi pembelajarnnya.
Dari latar belakang itulah dibutuhkan adanya suatu evaluasi yang tepat yang
dapat dijadikan sumber rujukan bagi sekolah lain atau jadi standar bagi sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif lain, sehingga dipandang perlu untuk dikaji untuk
dikembangkan evaluasi pembelajaran di sekolah dasar penyelenggara pendidikan
inklusif.
B.Fokus dan Pertanyaan Penelitian
1. Fokus Penelitian
Masalah evaluasi pembelajaran pada sekolah dasar penyelenggara
pendidikan inklusif merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji lebih dalam,
sebab evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan sekolah dasar
penyelenggara pendidikan inklusif dalam membantu anak berkebutuhan khusus yang
belajar di Sekolah itu.
Evaluasi yang bagaimana yang digunakan di sekolah dasar penyelenggara
pendidikan inklusif sehingga dapat dijadikan suatu pegangan atau bahkan dijadikan
standar oleh sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif lainnya.
Fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
evaluasi pembelajaran terhadap Anak berkebutuhan khusus, khususnya anak
Rahmat Syafi'i, 2012
anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra), anak dengan gangguan pendengaran
(tunarungu), anak dengan gangguan kecerdasan (tunagrahita), anak dengan gangguan
anggota gerak (tunadaksa), anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras),
anak dengan gangguan spesifik , anak lamban belajar , anak autis dan anak ADHD
yang berada di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif.
2. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan evaluasi pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif?
2. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif?
3. Bagaimana bentuk pelaporan hasil evaluasi pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memperoleh gambaran
kondisi objektif mengenai:
1. Proses perencanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di
Rahmat Syafi'i, 2012
2. Proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di
sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.
3. Bentuk pelaporan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di
sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis
dalam evaluasi pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus yang berada di
sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif. Manfaat penelitian ini diuraikan
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru dapat memodifikasi kurikulum agar ABK dapat terlayani sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dapat mempersiapkan tenaga ahli atau menghadirkan nara sumber
yang berkompeten dalam hal evalausi pembelajaran bagi ABK.
3. Bagi Dinas Pendidikan Kota
Sebagai bahan pertimbangan bagi dinas pendidikan dalam membuat kebijakan
Rahmat Syafi'i, 2012 4. Bagi Peneliti
Peneliti lebih lanjut dapat membuat sebuah model evaluasi pembelajaran yang bisa
dijadikan standar bagi sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif lainnya.
E.Struktur Organisasi Tesis
Rincian urutan penelitian tesis ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang Penelitian
b. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat Penelitian
e. Struktur Organisasi Tesis
Bab II Kajian Pustaka
Berisi pemaparan tentang evaluasi pembelajaran anak berkebutuhan khusus
di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusf kota Tasikmalaya sesuai dengan
tujuan penelitian.
Rahmat Syafi'i, 2012
a. Lokasi dan Subjek Penelitian
b. Desain Penelitian
c. Pendekatan Penelitian
d. Definisi Operasional
e. Tehnik Pengumpulan Data
f. Instrumen Penelitian
g. Analisis Data
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
b. Pembahasan
Bab IV Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
b. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Syafi'i, 2012
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian
ini adalah tiga sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif Kota
Tasikmalaya, yaitu: SDN X , SDN X, SDN Z. Alasan sekolah-sekolah ini
dijadikan bahan penelitian karena sekolah dasar ini merupakan SD penyelenggara
pendidikan inklusif pertama di Kota Tasikmalaya dan ketiga sekolah ini
mempunyai permasalahan yang sama yaitu belum melaksanakan pelayanan yang
maksimal dalam menangani anak berekbutuhan khusus terutama dalam sistem
evaluasi pembelajarannya.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan VI yang berada
di sekolah-sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif yang berada di kota
Tasikmalaya.yaitu 6 guru dari SD X, 6 guru dari SD Y, dan 6 guru dari SD Z jadi
Rahmat Syafi'i, 2012
Untuk memahami fenomena sosial yang berupa masalah sistem evaluasi
pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara
pendidikan inklusif di kota Tasikmalaya ini peneliti menggunakan strategi atau
desain penelitian studi kasus eksplorasi.
Menggunakan strategi atau desain studi kasus eksplorasi dalam penelitian
ini karena studi kasus ini cenderung lebih terbuka untuk memperoleh pemahaman
yang komprehensif dan mendalam tentang penomena yang diteliti. Selain itu
desain ini menggunakan ‘bagaimana’ sebagai pertanyaan utama, kemudian
pertanyaan ini terjadi dimasa sekarang atau temporer dan peneliti hanya sedikit
Rahmat Syafi'i, 2012
Gambar Desain Penelitian
Evaluasi Pembelajaran ABK Di SD PPI Kota Tasikmalaya
Study Pendahuluan Rasio dan Empirik
Studi Pustaka
Input
Evaluasi Pembelajaran ABK Di SD PPI Kota Tasikmalaya
SD X SD Y SD Z
Proses perencanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar
Proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar
Bentuk pelaporan evaluasi
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah
Pengumpulan Data
Proses Ananlisis Data
Wawancara Observasi Dokumentasi Redaksi
Data
Display Data
Vervikasi Data
Out Put Hasil Analisis
Rahmat Syafi'i, 2012
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk memahami, mengungkap dan
menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada dilapangan
kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian
yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berupaya memecahkan
masalah atau menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi
tersebut pada masa sekarang. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Sugiyono,
(2008:9) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamaiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Lexy J. Moleong (2004:3) mengemukakan lima karakteristik utama dari
penelitian kualitatif,sebagai berikut: pertama, peneliti sendiri sebagai instrumen
utama untuk mendatangi secara langsung sumber data. Kedua, menyimpulkan
data yang dikumpul dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata
dari pada angka. Ketiga, menjelaskan bahwa hasl penelitian lebih menekankan
pada proses bukan tidak semata-mata kepada hasil. Keempat, melalui analsis
peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati. Kelima, mengungkap
makna sebagai hasil yang esensial dari pendekatan kualitatif.
Alasan lain penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah
Rahmat Syafi'i, 2012
secara terkontrol. Proses penelitian dilakukan dengan terjun
kelapangan,berorientasi pada penemuan, eksplorasi, perluasan dan
menggambarkan secara holistik.
Dengan demikian penelitian ini berorientasi pada proses bukan pada
Rahmat Syafi'i, 2012
1. Evaluasi Pembelajaran
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, (2010:87) evaluasi
pembelajaran adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan
atau prestasi yang dicapai oleh siswa berkebutuhan khusus setelah menjalani
proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu di kelas inklusif. Sedangkan
Aripin, (2009:17) menjelaskan bahwa evaluasi pembelajaran berfungsi untuk
membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai
dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru
dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
2. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan
khusus secara sementara atau permanen dan atau kecacatan sehingga
membutuhkan penyesuaian layanan pendidikan. Kebutuhan mungkin disebabkan
kelainan secara bawaan atau dimiliki kemudian, masalah ekonomi, kondisi sosial
emosi, kondisi politik dan bencana alam.
3. Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif
Sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif adalah suatu tempat
tingkat dasar dengan iklim yang dikondisikan untuk belajar dan mempersiapkan
anak dan memberikan pelayanan terhadap semua anak tanpa memandang
kekurangan atau kelemahan anak agar dapat belajar bersama-sama,baik
dikelas/luar kelas sekolah formal maupun nonformal yang berada ditempat
tinggalnya disesuaikan dengan kondisi, potensi dan kebutuhan masing-masing
Rahmat Syafi'i, 2012
sekolah inklusif adalah satuan pendidikan formal penyelenggara pendidikan yang
mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus dan atau yang mengalami hambatan
dalam akses pendidikan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
E.Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitaian ini dibagi
menjadi dua macam, yaitu teknik utama dan teknik tambahan. Cara memperoleh
informasi pada penelitian ini bersifat studi kasus eksfloratif.
Teknik yang digunakan pada penelitian ini dikelompokan menjadi teknik
utama dan teknik tambahan yaitu :
1. Teknik Utama
teknik yang dapat menumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
a. Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data yang berbentuk komunikasi verbal. Teknik
wawancara di dalam penelitian ini berguna untuk mendapatkan informasi yang
jelas, langsung dari sumbernya mengenai masalah yang berhubungan dengan
evaluasi pembelajaran anak berkebutuhan khusus yang berada di sekolah dasar
penyelenggara pendidikan inklusif kota Tasikmalaya, yaitu SD X, SD Y, dan SD
Rahmat Syafi'i, 2012
dengan subjek (responden) yang sudah mengetahui bahwa mereka sedang
diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara tersebut.
2. Teknik Tambahan
Adalah teknik yang melengkapi atau memperkuat data-data yang
diperoleh dari teknik utama.
a. Teknik Observasi
Tehnik menghimpun data dan informasi melalui pengamatan, yang dilakukan
dengan memperhatikan (melihat) dan atau mendengarkan orang atau peristiwa.
Tehnik observasi dapat kita peroleh gambaran lebih jelas tentang
kehidupan sosial, yang samar diperoleh dengan metode lain. Observasi dilakukan
bila belum banyak mengungkap keterangan yang dimiliki tentang masalah yang
kita selidiki, jadi observasi diperlukan untuk menjajakinya berfungsi sebagai
eksplorasi, dari hasil ini kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
masalahnya dan mungkin menunjukan petunjuk-petunjuk tentang masalahnya
dan mungkin menunjukan petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Dengan
observasi sebagai alat pengumpul data yang dimaksud adalah observasi yang
dilakukan secara sistematis bukan observasi sambil-sambilan atau secara
kebetulan saja. Dalam observasi diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan
yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau
memanipulasinya.
Data yang ingin diperoleh dari teknik observasi ini yaitu berupa perilaku,
Rahmat Syafi'i, 2012
proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk menelaah atau mengkaji
data-data atau informasi yang berupa dokumen tertulis, fotografi, dan sebagainya.
Teknik ini sebagai penunjang atau bukti secara fisik akan keadaan saat penelitian
berlangsung, atau berfungsi sebagai pelengkap bukti-bukti dari data yag diperoleh
dari wawancara dan observasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Seperti
misalnya foto saat proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, setting kelas,
arsip program pemebelajaran yang telah disusun, kurikulum, data-data siswa, dan
assesmen, dan sebagainya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disusun dalam
bentuk :
1. Pedoman Wawancara
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara yang
bersifat terbuka, artinya ketika informan diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pengetahuannya tentang masalah yang diajukan, namun untuk
membatasi jawaban agar tidak keluar dari fokus masalah yang diajukan maka
peneliti membuat standar khusus untuk menarik kesimpulan dari inti pembicaraan
Rahmat Syafi'i, 2012
Pedoman observasi adalah sebagai acuan dalam melakukan observasi
atau pengamatan langsung terhadap kasus, sehingga akan diperoleh aspek-aspek
yan diteliti secara langsung berdasarkan kepada pedoman observasi yang telah
dipersiapkan.
Data-data yang akan diperoleh berupa pengetahuan,pemahanan,dan
perilaku dan lain-lain yang ada dilokasi penelitian. Bentuknya berupa pedoman
observasi terfokus. Peneliti membuat point-point yang akan diamati.pedoman
observasi terlampir
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi dipersiapakan sebagai acuan dalam melakukan
analisis terhadap dokumen-dokumen apa yang diperlukan, yang berhubungan
dengan pelaksanaan penelitian.
Data-data yang diharapkan dapat diperoleh adalah foto kegiatan belajar,
foto situasi dan kondisi sekolah, data-data siswa. Assesmen dan hasilnya.
Portofolio hasil kerja guru dan anak, buku laporan hasil pembelajaran dll.
Penyusunan pedoman tersebut disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen
penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian tersebut terlampir.
G.Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data
induktif, yaitu berangkat dari kenyataan khusus-kongkrit-empirik untuk
memperoleh sesuatu yang umum dan abstrak. Cenderung berjalan seperti apa
Rahmat Syafi'i, 2012
data dilakuka untuk dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.
Langkah-langkah yang terkumpul akan dianalisis dan diolah dengan
[image:25.595.115.514.223.567.2]tehnik sebagai berikut:
Tabel 2.2
Langkah-Langkah Analisis Data Kualitatif
Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:247)
a. Reduksi Data
Proses yang dilakukan segera setelah data diperoleh, yaitu proses
menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan dan mengabstraksikan.
Mentrasformasikan data dalam catatan lapangan, lalu dipilah dan diseleksi yang
ada relevansi dengan fokus pertanyaan yang diajukan. Transkip data dengan
menuliskan kembali hasil wawancara setelah dipilah/diseleksi. Menuliskan
kembali hasil wawancara yang diperoleh dari informan merupakan bagian dari
proses validasi hasil wawancara. Data
Collection
Data Reduktion
Data Display
Rahmat Syafi'i, 2012
Display data adalah penyusunan secara sistematis hasil reduksi agar
diketahui tema dan polanya dengan menentukan bagaimana data disajikan, antara
lain dengan mengklasifikasikan data sesuai dengan pokok masalah. Hasil
pengumpulan data disajikan dalam bentuk catatan lengkap sebagai deskripsi data
atau temuan penelitian. Selanjutnya hasil display data dibahas. Pembahasan
senantiasa dilakukan dengan bertitik tolak kepada wawancara, observasi dan studi
dokumntasi secara objektif dengan ditunjang oleh landasan teori pula.
c. Penarikan Konklusi dan Verifikasi Data
Penarikan konklusi dari display data, sehingga data dan informasi lebih
bermakna. Verifikasi untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian,
dengan melihat kembali data dan menimbang makna dari data-data yang
dikumpulkan untuk dianalisis. Melakukan cross check (membaca berulang-ulang)
untuk mengungkap kebenaran dan konklusi yang dibuat.
H.Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data hasil temuan penelitian diperiksa keabsahannya dengan
menggunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Triangulasi merupakan suatu teknik yang tidak hanya sekedar menilai kebenaran
data, tapi juga menyelidiki kebenaran data dan kedalaman penelitian atau
memperoleh keabsahan penemuan-penemuan itu.
Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber,
Rahmat Syafi'i, 2012 dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil wawancara terhadap subjek penelitian dengan
data hasil wawancara dengan sumber informasi dalam penelitian
2. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan
3. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan dengan penelitian
4. Melakukan member check, melakukan perbaikan-perbaikan jika ada
kekeliruan dalam pengumpulan informasi atau menambah
kekurangan-kekurangan sehingga informasi yang diperoleh dapat dilaporkan sesuai
Rahmat Syafi'i, 2012
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Proses penarikan kesimpulan berdasarkan tahapan pelaksanaan
penggumpulan data yang dilaksanakan dilapangan, dimulai dari SD X, SD Y,
kemudian SD Z. Adapun urutan kesimpulan yang ditetapkan dalam penelitian ini
sesuai perolehan data dan hasil analisis data diuraikan sebagai berikut
1. Proses Perenecanaan Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
di SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif
Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan kemudian disimpulkan
bahwa proses perencanaan evaluasi pembelajaran di tiga sekolah dasar
penyelenggara pendidikan inklusif sudah merencanakan hal-hal sebagai berikut:
a. Aspek yang dikembangkan yaitu aspek kognitif, apektif dan psikomotor. Dari
masing-masing ABK disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku disekoah
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya.
b. Prosentase bobot masing-masing aspek disesuaikan dengan kebutuhan ABK.
Dari masing-masing ABK ringan bobot prosentase dari seluruhnya lebih
banyak aspek kogitifnya dibandingkan dengan aspek apektif dan
psikomotornya, bobot masing-masing 60 % untuk kognitif, 30 % untuk
apektif, dan 10 % untuk psikomor. Kalau untuk ABK berat yaitu 60 % aspek
Rahmat Syafi'i, 2012
c. Belum ada keterlibatan orang tua dalam menyusun kisi-kisi soal. Untuk ABK
ringan keterlibatan orang tua tidak perlu, mengingat kurikulum yang berlaku
disekolah berlaku juga untuk ABK, untuk ABK sedang dan berat keterlibatan
orang tua dibutuhkan karena untuk mengukur kemajuan dan kemampuan
ABK.
d. Penyusunan kisi-kisi soal disesuaikan dengan kebutuhan ABK. Kisi-kisi soal
untuk ABK yaitu kisi-kisi soal disesuaikan dengan kurikulum yang dipakai
disekolah yang di modifikasi sesuai dengan kebutuhan ABK.
e. Cara penyusunan soal dibedakan antara ABK yang satu dengan ABK yang
lain, cara penyusunan soal untuk ABK ringan yaitu anak tuna netra,anak
berkesulitan belajar disesuaikan dengan anak pada umumnya, namun untuk
Anak tunagrahita sedang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya.
f. Perbedaan jumlah soal antara ABK yang satu dengan ABK yang lainnya,
untuk ABK kategori ringan jumlah soal disamakan dengan anak pada umunya
namun untuk anak tunagrahita sedang jumlah soal harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemmapuan ABK.
g. Perbedaan bentuk soal anatara ABK yang satu dengan ABK yang lainnya.
Bentuk soal untuk ABK kategori ringan disamakan dengan anak pada umunya
namun untuk anak tunagrahita sedang harus dibedakan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
Rahmat Syafi'i, 2012
2. Proses Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
di SD Penyelnggara Pendidikan Inklusif
Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan kemudian disimpulkan
bahwa proses melaksanakan evaluasi terhadap ABK yang diperoleh dari tiga
sekolah dasar tersebut meliputi:
a. Evaluasi dilakukan setelah setiap habis kompetensi dasar atau materi
diberikan. Pelaksanaan evaluasi untuk tes formatif setelah materi atau
kompetensi dasar diberikan. untuk ujian semester dan ujian nasional bagi anak
berkebutuhan khusus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku disekolah,
namun untuk anak tunagrahita sedang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
b. Orang tua dan pendamping terlibat langsung dalam pelaksanaan evaluasi
namun dalam sebatas mengarahkan bukan mengisi soal. Untuk ABK kategori
ringan (anak tunanetra, tunarungu, ABB,) keterlibatan orang tua tidak
diperlukan, tetapi untuk anak tunagrahita sedang keterlibatan pendamping
sangat diperlukan.
c. Kerjasama anatara guru dengan GPK belum terjalin lagi dalam 2 tahun
terakhir. Mestinya GPK dan guru reguler harus menjalin kerjasama untuk
kemajuan anak dalam pengisian soal walaupun pada akhirnya untuk ABK
Rahmat Syafi'i, 2012
d. Waktu pelaksanaan evaluasi disamakan. Waktu pelaksanaan untuk ABK baik
ringan, sedang ataupun berat disamakan. Namun dalam materi yang berbeda.
3. Bentuk Pelaporan Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru di sekolah dasar
penyelenggara pendidikan inklusif disimpulkan bahwa guru sudah menyusun
bentuk laporan dalam bentuk buku raport sesuai dengan kurikulum yang dipakai
disekolah bagi ABK kategori ringan disamaka dengan anak pada umumnya untuk
ABK kategori sedang dan kategori berat buku raport disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik siswa tersebut, artinya sudah dimodifikasi sesuai
dengan anak berkebutuhan khusus artinya selain ada nilai angka juga ada
deskrifsinya.
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas berkaitan dengan
evaluasi pembelajaran ABK di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif,
yakni SD X, SD Y, dan SD Z, maka dibuatkan rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Dalam rangka meningkatkan mutu pembuatan evaluasi pembelajaran bagi
ABK di sekolah hendaknya guru memodifikasi kurikulum agar ABK yang
berada disekolah tersebut dapat terlayani sesuai dengan kebutuhannya.
Rahmat Syafi'i, 2012
Dalam rangka meningkatkan mutu pembuatan evaluasi pembelajaran bagi
ABK di sekolah hendaknya pihak sekolah mempersiapkan tenaga ahli atau
menghadirkan nara sumber yang berkompeten dalam hal evalausi pembelajaran
bagi ABK.
3. Bagi Dinas Pendidikan Kota
Dalam rangka untuk memperbaiki sistem evaluasi pembelajaran ABK
khususnya di Kota Tasikmalaya. Hendaknya memonitoring perencanaan,
pelaksanaan dan bentuk pelaporan hasil evaluasi dan juga bekerjasama dengan
pihak sekolah. Artinya sekolah melaporkan keadaan anak dan Dinas
memberikan kebijakan mengenai evaluasi pembelajaran bagi ABK.
4. Peneliti Selanjutnya
Dalam rangka untuk mengembangkan mutu pendidikan dan meningkatkan
evaluasi pembelajaran hendaknya untuk meneliti lebih lanjut dan membuat
sebuah model evaluasi pembelajaran yang bisa dijadikan standar bagi sekolah
127 Rahmat Syafi'i, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Baihaqi & Sugiarmin, (2006). Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Bandhi, (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Aditama.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas.
Direktorat PSLB. (2009). Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Kementrian Pendidikan Indonesia, (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif.
Kemis dan Iis, (2011) Media Pembelajaran Untuk Anak Dengan Gangguan Pendengaran. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat
Kurniaty. (2010). Implementasi Layanan Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar 9 Mutiara Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Bandung. Tidak diterbitkan.
Maleong L. J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Debdikbut Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kerja Kependidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: PPRI
128 Rahmat Syafi'i, 2012
Permendiknas . (2009). No 70 Tahun 2009. Tentang Pendidikan inklusif Bagi Anak Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Rochyadi dan Alimin, (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Peningkatan Tenaga Akademis
Smith, J. David (Editor ahli : M. Sugiarmin dan Mif Baihaqi). (2006). Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung :Seri Pencerdasan.
Sugiono. b. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Toto, (2009). Kurikulum Dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Wasliman. (2009). Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Yin,Robert,K.(1981). Case Study Research Design and Methode. Jakarta: Penerjemah Mudzakir.(2002). PT.Raja Grafindo Persada.