• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN IMPLEMETASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN IMPLEMETASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEBIJAKAN IMPLEMETASI PROGRAM

PENDIDIKAN INKLUSIF

Materi Workshop di Hotel Batusuli Internasional Palangkaraya

Dipublikasikan oleh :

BAMBANG SETIARTO

NIP. 19611227 198712 1 002

Kepala SLBN-1 Muara Teweh

(2)

KEBIJAKAN IMPLEMETASI PROGRAM

KEBIJAKAN IMPLEMETASI PROGRAM

PENDIDIKAN INKLUSIF

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KHUSUS & LAYANAN KHUSUS

2016

(3)

3

1

3

Mengapa Pendidikan

bagi ABK menjadi

Prioritas Kemdikbud

Kondisi dan Fakta

Saat Ini

| Isu Pendidikan bagi ABK:

3

4

2

Sasaran Utama Pendidikan

Khusus dan Layanan Khusus

Inovasi Kebijakan dan

Program dalam

Pembinaan

(4)

4

Landasan yuridis Indonesia

Komitmen Internasional

1

2

| Mengapa Pendidikan ABK Prioritas:

Bagian - 1.

Kesetaraan dalam pendidikan

Kemampuan dan potensi yang dimiliki

2

3

(5)

Landasan Hukum

Penyelenggaraan Pendidikan Khusus & Layanan Khusus

1.

UUD 45 (amandemen)

Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) tentang hak pendidikan bagi

warga negara

2.

UU No.20 th 2003 Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional

Pasal 5 ayat (1),(2),(3) dan (4) tentang kesamaan hak

pendidikan tanpa memandang kondisi fisik, emosional,

mental, kecerdasan, ekonomi, maupun kondisi geografis

Pasal 32 ayat (1) dan (2), tentang pendidikan khusus dan

layanan khusus

(6)

Tujuan Pendidikan

1.

PP No. 27 tahun 1991: Membantu siswa yang memiliki kebutuhan

khusus dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan

mereka sebagai individu dan anggota masyarakat dalam lingkungan

sosial, budaya dan alam yang saling menguntungkan dan juga untuk

untuk meningkatkan ketrampilan atau melanjutkan pendidikannya ke

untuk meningkatkan ketrampilan atau melanjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi

2.

UU No. 4 tahun 1997 (UU Kecacatan) Pasal (6) ayat 2: Setiap anak

yang berkebutuhan khusus memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan

dan layanan yang tepat sesuai dengan jenis dan tingkat kebutuhan

khusus, pendidikan dan kemampuan mereka.

(7)

KESEPAKATAN DUNIA

1.

Komitmen Education for All (EFA) disepakati oleh Negara-negara Utara dan

Selatan dalam rangka memenuhi hak-hak dasar pendidikan bagi semua

anak.

2.

Sekitar 90 – 98% anak penyandang difabel di Negara-negara utara

2.

Sekitar 90 – 98% anak penyandang difabel di Negara-negara utara

mengikuti program pendidikan secara inklusif (sisanya di sekolah khusus)

3.

Salah satu tujuan pembangunan millenium (MDGs) adalah Pada 2015

semua anak tanpa kecuali harus mendapatkan akses pendidikan yang layak

dan bermutu.

(8)

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 32

ayat (1) : PENDIDIKAN KHUSUS merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa.

ayat (2): PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS merupakan pendidikan

bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,

masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami

bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi

ekonomi

(9)

“..setiap warga negara, tidak memandang

ras, agama, suku, jender, keterbatasan fisik dan

mental berhak memperoleh layanan pendidikan dan

perlindungan dari diskriminasi.. ”

Sasaran

Sasaran Utama

Utama PKLK

PKLK

perlindungan dari diskriminasi.. ”

umum

khusus

khusus

●Kebutuhan Khusus: 

Kebutuhan Khusus: Disabilitas

Disabilitas , Istimewa, 

, Istimewa, 

●Layanan Khusus: Terluar, Terpencil,.

Layanan Khusus: Terluar, Terpencil,.

●Non

Non­­formal

formal

●Informal

Informal

selalu saja ada warga yang khusus…

yang memerlukan perhatian sangat khusus…

(10)

10

| Populasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahun

2013/2014

23,616

24,828

32,031

32,601

33,759

35,088

39,546

42,306

51,807

52,488

52,761

58,236

75,456

98,730

203,195

221,229

296,636

Kalsel

NTB

Sumbar

Riau

Sumsel

Sulsel

Sumut

Jatim

Anak Usia 7 -18 Tahun

3,984

5,961

7,686

8,406

8,607

9,183

11,088

12,309

12,477

14,673

16,044

17,961

18,825

18,840

21,498

22,194

22,608

23,616

24,828

Kaltara

Gorontalo

Babel

Kepri

Maluku

Kalteng

Sulteng

Kaltim

Papua

Kalsel

Non ABK

51.948.544

(97%)

ABK

1.606.656

(3%)

Sumber: PDSP Kemdikbud

2014

(11)

11

01

Penumbuhan budi

pekerti

02

Bina kreasi, bakat dan

potensi_peserta didik

03

Pemenuhan Standar

Nasional Pendidikan

04

Peningkatan APM-APK

ABK

| 8 Program Prioritas

Pendidikan Khusus & Layanan Khusus

05

Program pendidikan

layanan khusus (PLK)

(3T, Afirmasi

Pendidikan Menengah

/ ADEM, SMP/SMA

Terbuka)

06

Gerakan pendidikan

inklusif, aman, dan

ramah anak

07

Reformasi kurikulum

pendidikan khusus

08

Program transisi ke

pasca sekolah

(12)

JENJANG SMP

Siswa SMPLB 23.947 Siswa SMP Inklusif 14.080

TOTAL 38.027

Jumlah Siswa dengan Disabilitas TA 2015/2016

(SLB dan Sekolah Inklusif)

JENJANG SD

JENJANG SMA/K

Siswa SMA/K LB 12.622

Sumber : Data Pokok Pendidikan (Juni, 2016)

Siswa SDLB 81.215 Siswa SD Inklusif 58.359

TOTAL 139.574

Siswa SMA/K LB 12.622 Siswa SMA/K Inklusif 4.214

TOTAL 16.836

NASIONAL

Siswa SLB 117.784 Siswa Inklusif 76.653 TOTAL 194.437

(13)

Jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) TA 2015/2016

NEGERI

SWASTA

13

NEGERI

527

Sekolah

SWASTA

1.498

Sekolah

NASIONAL

(14)

SD Inklusif

SMP Inklusif

Sekolah

1.614

SMA/K Inklusif

Jumlah Sekolah Inklusif TA 2015/2016

SD Inklusif

Sekolah

6.911

SMA/K Inklusif

Sekolah

605

Nasional

Sekolah

9.130

(15)

Daerah yang Melaksanakan Pembudayaan

Pendidikan Inklusif

(16)

Daerah yang Melaksanakan Pembudayaan

Pendidikan Inklusif

No. Nama POKJA 1 Provinsi Kalimantan Selatan 2 Provinsi Sumatera Selatan 3 Provinsi Bali

4 Provinsi Sulawesi Selatan 5 Provinsi DKI

No. Nama POKJA 11 Provinsi Gorontalo

12 Provinsi Sumatera Utara 13 Provinsi Bangka Belitung 14 Provinsi Bengkulu

15 Provinsi Nusa Tenggara Timur

No. Nama POKJA 21 Propinsi Banten

22 Propinsi Jawa Timur 23 Propinsi Maluku Utara 24 Kabupaten Pacitan

16

Sumber : Data Olahan (Juni, 2016)

5 Provinsi DKI 6 Provinsi DIY

7 Provinsi Sumatera Barat 8 Provinsi Sulawesi Tenggara 9 Provinsi Lampung

10 Provinsi Jawa Barat

15 Provinsi Nusa Tenggara Timur 16 Provinsi Aceh

17 Provinsi Nusa Tenggara Barat 18 Propinsi Sulawesi Tengah 19 Propinsi Kalimantan Timur 20 Propinsi Riau

25 Kabupaten Boyolali 26 Kabupaten Bojonegoro 27 Kabupaten Ngada 28 Kabupaten Kulon Progo 29 Kabupaten Pringsewu Lampung 30 Kabupaten Bandung

(17)

Daerah yang Melaksanakan Pembudayaan

Pendidikan Inklusif

No. Nama POKJA 31 Kota Metro Lampung 32 Kabupaten Pidie 33 Kota Batu

34 Kabupaten Bengkayang 35 Kabupaten Magetan

No. Nama POKJA 41 Kabupaten Sragen

42 Kota Depok 43 Kabupaten Bangka 44 Kota Palangkaraya

No. Nama POKJA 51 Kabupaten Ngawi

52 Kabupaten Pesisir Selatan 53 Kabupaten Bireuen 54 Kabupaten Gresik

17

Sumber : Data Olahan (Juni, 2016)

35 Kabupaten Magetan 36 Kabupaten Binjai 37 Kota Probolinggo 38 Kabupaten Banyuwangi 39 Kabupaten Bukit Tinggi 40 Kabupaten Sijunjung

45 Kabupaten Enrekang 46 Kabupaten Aceh Besar 47 Kabupaten Sidoarjo 48 Kabupaten Rembang 49 Kabupaten Nganjuk 50 Kota Bandung 55 Kabupaten Pangkep 56 Kota Surakarta

57 Kabupaten Solok Selatan 58 Kabupaten Karimun

59 Kabupaten Kepulauan Seribu 60 Kota Padang

(18)

Daerah yang Melaksanakan Pembudayaan

Pendidikan Inklusif

No. Nama POKJA 61 Kota Ambon

62 Kabupaten Kolaka Timur 63 Kabupaten Bontang 64 Kabupaten Pasaman 65 Kabupaten Wakatobi

No. Nama POKJA 71 Kabupaten Sukabumi 72 Kabupaten Kaur

73 Kabupaten Payakumbuh 74 Kabupaten Lombok Tengah

No. Nama POKJA 81 Kota Padang Panjang 82 Kabupaten Lampung Timur 83 Kota Cimahi

84 Kabupaten Probolinggo 85 Kabupaten Ciamis

18

Sumber : Data Olahan (Juni, 2016)

65 Kabupaten Wakatobi 66 Kabupaten Kuningan 67 Kota Salatiga 68 Kabupaten Sambas 69 Kabupaten Lombok Timur 70 Kabupaten Trenggalek 75 Kota Malang 76 Kabupaten Wonogiri 77 Kabupaten Tasikmalaya 78 Kabupaten Gunungkidul 79 Kabupaten Buol 80 Kabupaten Bone 85 Kabupaten Ciamis 86 Kabupaten Bogor 87 Kota Yogyakarta

(19)

PEMBARUAN PROGRAM PI

1. Regulasi instruksi presiden tentang pendidikan inklusif

2. Launching provinsi/kabupaten/kota inklusif di daerah sasaran

3. Pelibatan lembaga mitra pembangunan dalam sosialisasi dan implementasi

3. Pelibatan lembaga mitra pembangunan dalam sosialisasi dan implementasi

program pendidikan inklusif dengan kemdikbud

4. Pelibatan masyarakat peduli ABK dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan program pendidikan inklusif

5. Pelibatan media dalam kampanye nasional pendidikan inklusif

6. Memberikan bantuan tambahan/khusus kepada daerah yang menunjukkan

kinerja baik dalam implementasi program (meritokrasi)

(20)

20

1

3

KEMENPAN & RBI

Formasi rekrutmen guru

agar memperhatikan

kebutuhan SLB swasta.

DITJEN Guru

Pendampingan

profesi guru PLB

sangat kurang

| Penyediaan Guru Pendidikan Khusus

3

4

2

DITJEN Guru & Tenaga Kependidikan

Sertifikasi guru belum memberikan

penghargaan yang sesuai untuk

guru SMALB dan GPK

Penguruan Tinggi/LPTK

Guru di sekolah inklusif

belum memiliki kemampuan

melaksanakan kegiatan

pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik ABK

(21)

MODEL PENDIDIKAN KHUSUS

SEGREGATIF

MAINSTREAMING

(INTEGRATIF)

(INTEGRATIF)

SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB).

LEMBAGA NON-SEKOLAH (PANTI, RMH SAKIT)

PENDIDKAN INKLUSIF

Anak berkebutuhanpada khusus memperoleh

layanan pendidikan lingkungan khusus yang

terpisah dari anak-anak “normal”

Anak berkebutuhan khusus difasilitasi

(didorong sedapat mungkin) untuk mengikuti

(22)

PENDIDIKAN INKLUSIF

BUKAN hanya tempat, metode, pendekatan, TETAPI PI

sebuah filosofi dan tujuan kehidupan

BUKAN memindahkan ABK dari sekolah lain

BUKAN membatasi ABK untuk sekolah di SLB

10/22/2016

22

BUKAN membatasi ABK untuk sekolah di SLB

BUKAN mencari ABK tetapi alamiah

BUKAN hanya ABK tetapi juga yang lain

BUKAN hanya pemerataan tetapi juga mutu dan

relevansi

(23)

 Pendidikan untuk semua

Setiap anak berhak untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang

layak

 Belajar hidup bersama dan bersosialisasi

Setiap anak berhak untuk mendapatkan perhatian yang sama sebagai peserta didik

FALSAFAH PENDIDIKAN INKLUSIF

 Integrasi pada lingkungan

Setiap anak berhak menyatu dengan lingkungannya dan menjalin kehidupan sosial

yang harmonis

 Penerimaan terhadap perbedaan

Setiap anak berhak dipandang sama dan tidak mendapatkan diskriminasi dalam

pendidikan

(24)

INCLUSIVE

EDUCATION

Suatu ideologi, sistem dan atau strategi

pendidikan/Pembelajaran dimana anak-anak

DALAM SETING

ABK

pendidikan/Pembelajaran dimana anak-anak

berkebutuhan khusus (disabilitas) mengikuti

pendidikan/pembelajaran dalam satu lingkungan

pendidikan secara bersama dengan anak-anak

lainnya (“normal”), dengan sistem layanan

pendidikan yang disesuaikan dengan

kemampuan/kebutuhan nya.

(25)

Konsep PENDIDIKAN INKLUSIF

Menurut UNESCO :

“Sebuah pendekatan untuk mencari cara bagaimana

mengubah sistem pendidikan guna menghilangkan

hambatan yang menghalangi siswa untuk terlibat secara

hambatan yang menghalangi siswa untuk terlibat secara

penuh dalam pendidikan. Hambatan tersebut dapat

berhubungan dengan latar belakang suku, jender, status

sosial, kemiskinan, kecacatan, DLL...sumber

http://www.unescobkk.org/education/appeal.

(26)

Apa itu PENDIDIKAN INKLUSIF

Dalam penjelasan Ps 15 UU No. 20/2003 : “pendidikan khusus

bagi peserta didik yang mengalami hambatan belajar karena

kelainan fisik, mental, intelektual, emosi dan social, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, dapat

diselenggarakan secara inklusif dan/atau berupa satuan pendidikan

khusus.

diselenggarakan secara inklusif dan/atau berupa satuan pendidikan

khusus.

Permendiknas Nomor 70 tahun 2009. Pendidikan Inklusif adalah

sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan

kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan

secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

(27)

6 KUNCI PROSES LAYANAN ABK DI SEK. INKLUSI

Merancang Materi

Pembelajaran yang

Fleksibel

Menetapkan Tujuan

dan Target Belajar

Memahami Peta

Karakter Peserta Didik

1

2

3

Membagi Tugas

Dan Peran Guru

(Co-Teaching)

Monitoring

dan

Evaluasi

Menyiapkan

Sumber Daya

(Resources)

6

5

4

PENDIDIKAN INKLUSIF

10/22/2016

27

(28)

STRATEGI PEMBUDAYAAN PI

1. Pembentukan dan Pemberdayaan POKJA PI

1. Pembentukan dan Pemberdayaan POKJA PI

2. Penyusunan dan/atau Evaluasi grand design pendidikan

inklusif

3. Pendataan ABK usia sekolah belum sekolah dan

Penelusuran ABK Pasca Sekolah

3. Pendataan ABK usia sekolah belum sekolah dan

Penelusuran ABK Pasca Sekolah

4. Pendampingan dan Penguatan Sekolah Inklusi

5. Pengadaan dan Peningkatan kapasitas SDM Pendidikan

Inklusif

6. Publikasi, (media cetak dan media elektronik dan web.),

pameran dan promosi,

(29)

STRATEGI PEMBUDAYAAN

7. Regulasi

(Perda, Perbub/Perwali, Kebijakan, Panduan, Juklak

, Juknis, aksesibilitas, dll)

8. Pengembangan Model Sekolah Inklusi

9. Pengembangan Pusat Dukungan (Pusat Sumber)

9. Pengembangan Pusat Dukungan (Pusat Sumber)

10.Pemberian penghargaan (anugerah, lomba, unjuk

gelar, vestival)

11.Pemberian bantuan social

12.Penguatan pangkalan data informasi (PADATI)

13.Membangun komitmen bersama melalui networking

14.Monitoring dan Evaluasi

(30)

KARAKTERISTIK

PENDIDIKAN INKLUSIF

1.

Anak berkebutuhajn khusus (ABK) belajar dalam satu

lingkungan pendidikan secara bersama dengan anak-anak

lainnya (“normal”).

2.

Anak berkebutuhan khusus memperoleh layanan pendidikan

yang bermutu.

3.

Anak berkebutuhan khusus memperoleh layanan pendidikan

yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Sistem

pendidikan disesuaikan dengan kondisi anak.

(31)

Kebijakan Pencegahan Siswa Putus Sekolah dan Peningkatan

Angka Keberlanjutan Siswa

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

2. Integrasi Bantuan Siswa Miskin SD – PT

3. Peningkatan satuan biaya bantuan siswa miskin

4. Peningkatan cakupan penerima BIDIK MISI

Kebijakan Nasional

1. Mengidentifikasi lulusan jenjang SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs

2. Menghitung daya tampung SMP/SMPLB/MTs dan SMA/SMALB/MA/SMK

3. Mengidentifikasi siswa yang memiliki resiko putus sekolah (seperti siswa yang berasal dari

keluarga kurang mampu)

4. Memastikan siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu mendapatkan bantuan

pendidikan

5. Membuka Posko penerimaan siswa baru  Memastikan semua anak usia sekolah bersekolah

Peran Provinsi dan Kabupaten/Kota

31

31

(32)

KODE URAIAN

PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/LOKASI/SUBOUTPUT/KOMPONEN

APBN 2016 APBNP 2016 USULAN TAMBAHAN SASARAN ANGGARAN (X 1.000) SASARAN ANGGARAN (X 1.000) SASARAN ANGGARAN (X 1.000) 1999.17 Sekolah Yang Direhabilitasi 2111 Sek 117,638,955

1999.18 Unit Sekolah Baru (USB) 5 Unit 10,215,720 10 Unit 21,000,000

1999.19 Ruang Kelas Baru (RKB) 5 Rg 450,000 50 Rg 4,500,000 1999.20 Ruang Keterampilan - Rg

-1999.22 Sekolah Memenuhi SPM-Sarana Prasarana - Sek - 573 Pkt 14,193,300

- Penyediaan Mebiler PK-LK 573 Pkt 6,933,300 - Rintisan SSN SLB 33 Sek 7,260,000

1999.24 Alat Pendidikan/Bantu - Sek - 380 Pkt 46,360,000 615 Pkt 75,000,000 1999.26 Perpustakaan dan Sarana Pendukung 3 Sek 629,640 472 Pkt 55,083,344 357 Pkt 75,000,000

1999.27 Asrama Siswa - Pkt

-1999.28 Unit Gedung Baru (UGB)/Ruang Penunjang Lainnya (RPL) 3 Unit 570,000 30 Pkt 6,880,860

1999.30 Dokumen Pedoman Pengembangan Kelembagaan dan Peserta Didik 2 Dok 3,654,833 33 Prop 12,500,000

- Pengembangan/Peningkatan Mutu Kelembagaan dan Peserta Didik 2 Dok 3,654,833 33 Prop 12,500,000 1999.31 OSN Untuk Anak Berkebutuhan Khusus 48 Mdl 7,640,484

1999.31 Kompetisi Internasional Siswa Berbakat 10 Mdl 3,100,000 1999.32 O2SN Untuk Anak Berkebutuhan Khusus 40 Mdl 6,361,540 1999.33 FLS2N Untuk Anak Berkebutuhan Khusus 40 Mdl 16,409,118 1999.33 FIKSI (Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia) 18 Mdl 2,958,150

(33)

KODE URAIAN

PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/LOKASI/SUBOUTPUT/KOMPONEN

APBN 2016 APBNP 20126 USULAN TAMBAHAN SASARAN ANGGARAN (X 1.000) SASARAN ANGGARAN (X 1.000) SASARAN ANGGARAN (X 1.000)

1999.35 Sekolah Penerima Bantuan Operasional PK-PLK (Ops SLB, Sek Ink, Sek

CI BI) 107,118 Swa/Sek 124,707,656 107,356 Swa 105,787,500

- Bantuan Operasional Sekolah PK LK (SLB, Sek Inklusif, Sekolah CI BI) 933 Sekolah 38,294,061 1,171 Sek 52,695,000 - Bantuan Belajar/Beasiswa PK LK 106,185 Swa 86,413,595

- Tambahan Unit Cost Bantuan Belajar/Beasiswa PK LK 106,185 Swa 53,092,500 1999.36 Layanan Perkantoran 12 Bln 15,933,710

(34)

Referensi

Dokumen terkait

Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan koordinasi dengan Asisten Manajer Administrasi dan Pengembangan SDM dalam penyelesaian masalah yang

Menurut para pakar sejarah, tulisan sebagai sarana komunikasi telah distandardisasikan ratusan tahun sebelum masehi dan kemudian secara bertahap berkembang

terdapat batu pasir atau terletak pada kedalaman 5 - > 15 m di bawah permukaan tanah setempat Kondisi geologi baik vertikal-horizontal di permukaan di rencana tapak

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Total sampel penelitian

Analisis uji coba modul dan CD pembelajaran oleh pengkaji materi, bahasa, dan media serta guru dan siswa baik skala kecil maupun besar untuk semua indikator

Aqua Golden Mississipi dalam menerima tenaga kerja dari Desa Babakan Pari yaitu Sumber Daya Manusianya yang rendah, karena sebagian besar hanya lulusan pendidikan dasar (SD

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode regresi data panel mengenai pengaruh PDRB Perkapita, Jumlah Wajib Pajak dan Inflasi terhadap

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu terdapat beberapa perusahaan sampel memberikan keterangan yang tidak lengkap sesuai dengan variabel – variabel yang akan di uji