PENERAPAN MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM
MENGEMBANGKAN NILAI DAN
SIKAP DEMOKRASI
(STUDI EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP
DEMOKRASI SISWA DI SMU NEGERI1INDRAMAYU)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang
Pendidikan UmumOleh:
W AHJUDIN SUMPENO
9596160/XXVII-19
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
Katakanlah "Dialah Allah Yang Mahaesa
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu Dia tidak beranak tiada pula diperanakkan
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
(AlIkhlash:l-4)
Maka disebabkan rahmat Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelihngmu, Karena itu maafkanlah mereka, mohonlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertaivakallah kapada Allah Sesungguhya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya (Alilmran:159)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Prof. Drs. H. M. Numan Somantri, M.Sc
Pembimbing II
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa. Hal ini penting karena pembinaan nilai dan sikap demokrasi secara substansial dibutuhkan dalam upaya membentuk warga negara yang demokratis. Temuan empiris menunjukkan bahwa remaja pada umumnya rentan terhadap masalah pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai moral Pancasila yang terkait dengan pembentukan nilai dan sikap demokrasi. Oleh karena itu, model simulasi sosial merupakan salah saru alternatif yang dapat digunakan di sekolah dalam kerangka pembentukan nilai dan sikap demokrasi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
"Pretest-Posttest Control Group Design". Lokasi penelitian di SMU Negeri 1
Indramayu (Jawa Barat). Penerapan model simulasi sosial dan model biasa (konvensional) dianggap sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar, pengembangan nilai dan sikap siswa pada sebagai variabel terikat. Sampel penelitian sebanyak dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang diambil dengan teknik random (random assigmeru). Pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan oleh guru di sekolah tempat penelitian setelah diberikan penataran dan satuan pelajaran dipersiapkan
untuk masing-masing model.
Instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah tes, skala nilai dan skala sikap demokrasi. Instrumen ini dikembangkan melalui uji coba, terbukti valid dan reliabel untuk mengukur pengetahuan, nilai dan sikap demokrasi. Tes penelitian berbentuk pilihan ganda sebanyak 15 soal dan uraian sebanyak 5 soal yang telah diuji kereliabelan dan kevalidannya oleh peneliti. Pengembangan
nilai demokrasi siswa digunakan skala nilai (numerical rating scale) sebanyak 20
item. Untuk mengetahui sikap demokrasi digunakan skala sikap model Likert sebanyak 30 item. Analisis statistik data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji t (t test], ANAVA dan Chi square. Interpretasi data secara kualitatif dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap upaya internalisasi nilai dan sikap demokrasi, baik dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dilengkapi dengan penelusuran berbagai faktor yang melandasi
perubahan nilai demokrasi siswa.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan; Pertama, model
simulasi sosial terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa berupa
penguasaan konsep demokrasi. Kedua, model simulasi sosial terbukti efektif
dalam mengembangkan nilai demokrasi siswa. Ketiga, model simulasi sosial terbukti efektif dalam membentuk sikap demokrasi siswa. Keempat, berkenaan dengan temuan penelitian ternyata model simulasi sosial relevan dengan
kebutuhan remaja dalam membina nilai dan sikap demokrasi yang dilandasi nilai moral Pancasila. Model ini secara empiris terbukti efektif dalam mengembangkan
DAFTAR ISI
ABSTRAK _l
KATA PENGANTAR u
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI V1
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang
1
B. Masalah Penelitian 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5
BAB II MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN
NILAI DAN SIKAP DEMOKRASI 6
A. Tinjauan tentang Konsep Demokrasi
6
1. Demokrasi sebagai Nilai
6
2. Demokrasi sebagai Sikap
12
B. Model Simulasi Sosial 15
1. Pengertian Model Mengajar
15
2. Pengertian Simulasi
I7
3. Kelebihan dan Kelemahan 18
C. Penerapan Model Simulasi Sosial dalam
Mengembangkan Nilai dan Sikap Demokrasi
19
D. Pengembangan Nilai dan Sikap Demokrasi
Kaitannya dengan Pendidikan Umum
24
BAB III METODE PENELITIAN 28
A. Identifikasi Pertanyaan Penelitian
28
B. Hipotesis dan Definisi Operasional
28
C. Metode dan Desain Penelitian 30
D. Populasi dan Sampel Penelitian
31
E. Instrumen Penelitian 32
F. Teknik Analisis Data 38
G. Jadual Pelaksanaan Penelitian 39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 40
A. Pelaksanaan Penelitian 40
B. Deskripsi Penelitian
41
C. Analisis Data 43
1. Uji Asumsi Statistik
44
2. Uji Hipotesis
47
• Pengujian Hipotesis Pertama
48
• Pengujian Hipotesis Kedua
50
• Pengujian Hipotesis Ketiga
51
D. Pembahasan D
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Keterbatasan Penelitian C. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN
C
D E
Instrumen Penelitian
a. Tes Hasil Belajar
b. Skala Nilai Demokrasi
c. Skala Sikap Demokrasi
d. Pedoman Observasi
Pengembangan Instrumen a. Hasil Pengujian Reliabilitas b. Hasil Pengujian Validitas
Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Satuan Pelajaran dan Lembaran Nilai Riwayat Hidup Penulis
VII
81 81 82
84
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya, sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1993 bahwa "pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani" pepdikbud,1995). Pendidikan
juga harus menumbuhkan jiwa kebersamaan, mempertebal semangat dan rasa
cinta tanah air, meningkatkan semangat kesetiakawanan sosial, kesadaran terhadap sejarah bangsa, sikap menghormati dan menghargai, berorientasi ke masa depan (M.Hatip, 1996:2).
Dari pemyataan di atas terkandung makna bahwa pembinaan demokrasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membentuk warga negara menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan penanaman nilai dan sikap warga negara dalam menghayati nilai-moral
Pancasila terutama sila keempat, yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Dengan demikian perlu
diupayakan melalui pembinaan nilai moral Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan dalam interaksi di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tugas menanamkan dan
Pendidikan nilai merupakan salah satu upaya yang dapat diterapuh
dalam menanamkan nilai, moral dan norma, sehingga seseorang dapat berubah,
bersikap dan
berperilaku
baik sebagai pribadi maupun sosial (Abdul
Manan, 1995:2). Menurut Krathwohl dalam Winnecoff (1988:92) menyatakan,
"value education...it is the process of helping students to develop and interrxdize
socially acceptable, morally mature values and attitudes". Dengan demikian
pendidikan
nilai
bukan
hanya penjejalan
pengetahuan
tanpa diiringi
pengembangan nilai dan sikap. Nilai dan sikap diharapkan dapat ditanamkan
melalui proses belajar siswa berkadar tinggi, sehingga mampu melibatkan
seluruh potensi afektual siswa dengan hasil berlajar dalam bentuk perubahan
tingkah laku berupa penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai moral
Pancasila. Dengan kata lain, hasil belajar siswa akan meningkat, manakala
nilai-nilai itu telah terinternalisasi dalam dirinya (Ahmad K.D,1992).
Salah
satu
aspek
pendidikan
bagi warga
negara
bukan
hanya
memberikan pengalaman terhadap kehidupan bernegara, melainkan kebutuhan
untuk mengembangkan pemahaman, nilai-nilai dan kemampuan berpartisipasi
secara efektif dalam suatu kehidupan demokrasi. Sebagaimana dinyatakan Rob
Gilbert (1996:115),
"Aspect of education for citizenship can be integrated in a wide range of
studies, and it is only by experiencing this range that student appreciate the broader nation of citizenship. They need to develop the understandings,
values and competencies associated with a confident and effective participation in a democratic way of life in all its spheres".
Upaya mewujudkan tujuan pendidikan tersebut bukan semata-mata dilakukan melalui proses belajar mengajar yang lebih menekankan kemampuan
intelektual saja, melainkan untuk membina keutuhan pribadinya (M.AIL 1993).
Melalui proses belajar mengajar seperti itu diharapkan siswa dapat menguasai,
rnenghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila, yaitu terbinanya nilai dan sikap demokrasi. Menurut Gilbert
(1996:117) nilai-nilai demokrasi yang dikembangkan bagi warga negara meliputi
"respect for and acknowledgment of equitable decision-making process, diverse
opinions, political choice, the right to vote, legal and moral priciples of justice,
peaceful resolution of conflict, personal integraty, cooperation, and fairness in
speech and action".
Berkaitan dengan uraian di atas, upaya membina dan mengembangkan
nilai dan sikap demokrasi merupakan permasalahan yang dihadapi para
pendidik baik di dalam keluarga maupun sekolah. Persoalan tersebut berkaitan
dengan sulitnya menanamkan nilai demokrasi yang bersifat abstrak (abstract
manner) kepada anak didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Gilbert
(1996:109-110) sebagai berikut,
The dificulty is that raises the usual problems of value education, but also that it can become very vague and moralistic if it is imposed on students in
an abstract manner. However, since democracy itself is based on moral
concept of rights, some on the velues of citizenship is esensial to any
education for democratic citizenship.
Melalui pembinaan pengetahuan dan penghayatan nilai dan sikap
demokrasi, diharapkan anak didik dapat berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai dan norma Pancasila.
B. Masalah Penelitian
Salah satu aspek yang berkaitan dengan strategi pembelajaran seringkali
strategi tersebut agar siswa lebih memahami, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila.
Efektivitas pembelajaran diantaranya dipengaruhi oleh kesesuaian antara
materi pelajaran, penggunan model dan kegiatan belajar dengan tujuan belajar yang hendak dicapai (M.Ali, 1993:227). Peneparan model belajar berkaitan dengan karakteristik bahan atau materi yang dipelajari (Joice dan Weil, 1986). Dengan kata lain, mengajarkan materi pelajaran perlu diketahui terlebih dulu tujuan, karakteristik materi, jenis kegiatan belajar mengajar, kemudian
disiapkan model yang tepat dalam mengajarkan materi tersebut.
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru masih banyak
menggunakan metode ceramah atau tanya jawab. Penerapan simulasi sosial
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa dengan melibatkan berbagai akrivitas siswa, variasi metode dan sumber belajar. Menurut Joyce dan Weil (1986) simulasi sosial merupakan model mengajar yang dapat merangsang variasi belajar, di antaranya kompetisi, kerjasama, empati sistem sosial, konsep, keterampilan, efikasi, pembayaran hukuman, menunggu kesempatan, kemampuan berfikir kritis dan pengambilan keputusan (M.D. Dahlan, 1990:163).
Secara umum penelitian ini berada dalam kerangka upaya membina dan mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila, khususnya dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa di sekolah.
Hal-hal yang dikemukakan di atas memberikan peluang bahwa penerapan model simulasi sosial dalam kegiatan pembelajaran di sekolah diharapkan dapat membina nilai dan sikap demokratis siswa. Oleh karena itu fokus permasalahan penelitian ini sebagai berikut Bagaimana efektivitas pembelajaran simulasi sosial
dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa. sehingga mereka
Selanjutnya, untuk mengetahui sejauhmana efektivitas penyajiannya dapat
dikenali dari perubahan nilai dan sikap demokratis yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui model simulasi sosial, maka peneliti melakukan
eksperimen.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana
efektivitas penerapan model simulasi sosial dalam membina nilai dan sikap demokrasi siswa. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut
Pertama, menambah wawasan dan kemampuan bagi /guru untuk menggunakan model simulasi sosial sebagai salah satu alternatif kegiatan belajar mengajar, terutama untuk mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa.
Kedua, penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan praktis bagi guru
dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam mem^mMami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila khususnya dalam membina nilai dan sikap demokrasi siswa.
Ketiga, pendidikan nilai-moral merupakan salah satu bidang kajian
pendidikan umum yang harus diberikan kepada siswa dalam upaya membentuk
warga negara yang baik (good citizen). Model simulasi sosial merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk tujuan tersebut Dengan deciikian, hasil
studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pendidikan nilai khususnya, Pendidikan Umum, sehingga mendorong untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan umum yang dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa?. Secara lebih spesifik, pertanyaan ini dirinci sebagai berikut
1. Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam meningkatkan hasil
belajar siswa?
2.
Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai
demokra^siswa?
3.
Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan sikap
demokrasi siswa?
B. Hipotesis dan Definisi Operasional
1. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini akan mengkaji hubungan variabel bebas yaitu pembelajaran
dengan model simulasi sosial, serta variabel terikat pengembangan nilai dan sikap
demokrasi siswa. Atas dasar kajian teori yang telah diuraikan, maka diturunkan
hipotesis penelitian sebagai berikut;
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial
dan model biasa terhadap hasil belajar siswa pada topik demokrasi
Pancasila.
2.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial
dengan model biasa dalam mengembangan nilai demokrasi siswa.
29
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial dengan model biasa terhadap sikap demokratis siswa.
Berdasarkan hipotesis tersebut, maka penelitian ini menempatkan pembelajaran melalui model simulasi sosial sebagai variabel bebas. Sedangkan
pengembagan nilai dan sikap demokrasi siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui simulasi sosial sebagai variabel terikat.
2. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Ada beberapa istilah yang perlu diklarifikasi dalam pelaksanaan penelitian ini Dalam hipotesis-hipotesis di atas dijumpai beberapa frasa "terhadap hasil
belajar", "terhadap pengembangan nilai demokrasi" dan "terhadap sikap demokrasi". Frasa pertama menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan belajar
atau pengusaaan konsep demokrasi Pancasila yang mengacu pada prestasi akhir
dalam proses belajar mengajar. Frasa kedua, pengembangan nilai demokrasi
mengacu pada perubahan nilai demokrasi yang menjadi pilihan siswa. Perubahan
nilai ini didasarkan pada respon atau penilaian individual siswa. Demikian pula,
untuk sikap demokrasi menunjukkan perubahan sikap demokrasi sebagai respon
terhadap suatu objek atau fenomena tertentu. Selanjutnya definisi operasional dari
variabel penelitian diuraikan sebagai berikut:
Penerapan model simulasi sosial adalah proses belajar mengajar pada topik
demokrasi Pancasila yang disajikan oleh guru dengan menggunakan
kaidah-kaidah dalam simulasi sosial meliputi tahap orientasi, tahap partisipasi dalam
latihan, tahap simulasi serta tahap tanya jawab dan diskusi.
Pembelajaran melalui model biasa adalah proses belajar mengajar pada topik
demokrasi Pancasila yang kaidah penyajiannya dilakukan melalui ceramah dan
tanya jawab.
Hasil belajar siswa adalah skor belajar siswa pada topik demokrasi
30
penerapan (C3) dan analisis (C4), yang diperoleh dari tes hasil belajar yang alatnya
disusun, dikembangkan dan diuji kevalidan serta kereliabelannya oleh peneliti
sendiri.
Pengembangan nilai demokrasi siswa adalah perubahan nilai demokrasi
yang menjadi pilihan siswa sebelum dan setelah siswa belajar dengan menggunakan model simulasi sosial dan model biasa. Perubahan nilai demokrasi siswa sebagai respon terhadap perilaku demokratis yang mengacu kepada sila keempat Pancasila. Pengukuran nilai demokrasi diperoleh melalui skala nilai (numerical rating scale). Skala nilai ini digunakan untuk mengungkapkan respon
siswa terhadap nilai berdasarkan karakteristik dan kualitas tertentu (Asmawi dan Noehi (1993). Tanggapan atau pilihan siswa terhadap pemyataan nilai dianalisis untuk mengungkapkan nilai demokrasi siswa (Ahmad, K.D, 1985:68).
Sikap demokratis siswa adalah kecenderungan berperilaku atau reaksi siswa
terhadap stimulus atau objek tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam sila keempat Pancasila yang dinyatakan dalam bentuk skor sikap demokratis siswa yang diperoleh dari skala sikap yang alatnya disusun, dikembangkan dan diuji kevalidan serta kereliabelannya oleh peneliti sendiri.
C. Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen (M.Ali, 1993; Jalaludin, 1993) untuk mengetahui pengaruh penerapan model simulasi sosial sebagai variabel bebas terhadap pengembangan nilai dan sikap demokrasi siswa sebagai
variabel terikat. Eksperimen dilakukan dengan penugasan random (random assigmeru) terhadap individu yang terangkum dalam kelompok.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "Pretest-posttest Control
Group Design" dengan melibatkan dua kelompok (M.Ali, 1993:135). Kelompok
31
tanpa perlakukan dan ditempatkan sebagai kelompok kontrol. Secara notasional
desain penelitian ini dinyatakan sebagai berikut (Robinson, 1976; Jalaludin,
1993:42):
Bagan 3.1
Desain Penelitian
R Oi X 02
R O, 02
Dimana, R melambangkan penugasan random, O melambangkan pengukuran,
dan X melambangkan perlakuan.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Indramayu (Jawa Barat) tahun ajaran 1997-1998 kelas 2 catur wulan 1. Pemilihan sekolah ini didasarkan pertimbangan sebagai berikut: (1) sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang
telah lama berdiri dan memiliki fasilitas belajar yang memadai, (2) memiliki guru
dengan latar belakang pendidikan yang memadai, dan (3) siswa-siswa pada setiap
kelas memiliki Nem SMP yang relatif "merata", (4) Orang tua siswa sebagian besar
berstatus sebagai pegawai negeri dan wiraswasta.
Pelaksanaan eksperimen diawali dengan membagi subjek secara random kedalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan mempertimbangkan proporsi kelas dan jenis kelamin siswa. Pernilihan dua kelas
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random dari empat kelas yang ada (II-1 s/d II-4). Jumlah subjek penelitian untuk kelompok pertama
35 siswa, dan kelompok kedua 35 siswa.
32
eksperimen dan kelompok yang mengikuti pembelajaran melalui model biasa
sebagai kelompok kontrol. Proporsi siswa sebagai sampel penelitian disajikan pada
tabel 3.1 sebagai berikut,
Tabel3.1
Proporsi Siswa sebagai Sampel Penelitian
Kelas Siswa seluruhnya Kelompok perlakuan Kelompok kontrol
L P Juml. L P Juml. L P Juml.
n.i 22 18 40 5 3 8 5 3 8
II.2 24 19 43 6 3 9 6 3 9
II.3 21 18 39 6 4 10 6 4 10
II.4 23 17 40 5 3 8 5 3 8
Jumlah 46 24 162 22 13 35 22 13 35
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes hasil belajar
yang akan mengukur penguasaan dan abilitas tertentu sebagai hasil dari proses
belajar mengajar, skala nilai (numerical rating scale), skala sikap, observasi dan
wawancara. Pengembangan alat ukur di sini melalui beberapa tahap, meliputi
penvusunan instrumen berdasarkan kisi-kisi,
dan pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen.
1. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes objektif (pilihan
berganda) dan uraian. Soal-soal diambil dari pokok bahasan demokrasi Pancasila sebanyak 20 soal. Tes dibuat oleh peneliti berdasarkan GBPP SMU tahun 1994, dan sesuai dengan materi yang diajarkan pada siswa kelas II topik demokrasi Pancasila yang meliputi; (1) keunggulan demokrasi Pancasila, (2) Pandangan tentang keunggulan demokrasi Pancasila dengan demokrasi barat dan demokrasi timur, (3) kehidupan berdasarkan musyawarah dan mufakat, (4) dan
33
Tes yang disusun berdasarkan kisi-kisi tersebut perlu diujicobakan kepada
siswa untuk diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan
sebagai alat ukur dalam penelitian. Kisi-kisi tes dalam penelitian ini disajikan
dalam tabel 3.2.
Pengujian tingkat validitas instrumen diujicobakan menggunakan pendekatan tes ulang (test-retest). Pengukuran instrumen tes dilakukan pada satu subjek dua kali dengan memberikan tenggang waktu yang berbeda (Saifuddin, 1997:55). Pengukuran tingkat validitas menggunakan teknik korelasi product
moment yaitu dengan mengkorelasikan hasil nilai uji coba sebanyak dua kali dalam
waktu yang berbeda (M.Ali, 1993:195). Kemudian untuk mengetahui
signifikansi-nya digunakan uji t (Nana. S,1989).
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Tes Penguasaan Konsep Demokrasi
No Pokok Bahasan Aspek Kognitif Jumlah |
c, Q> c3 c4 Soal '
1 Pengertian demokrasi 1 2 1 - 4 !
2 Keunggulan demokrasi Pancasila 1 1 1 1 4
3 Pandangan tentang keunggulan demokrasi Pancasila dengan demokrasi Barat dan demokrasi Timur
1 1 1 1 4
4 Kehidupan berdasarkan musyawarah dan mufakat - 1 2 1 4 5 Meningkatkan pengamalan demokrasi Pancasila
dalam Vierbagai kegiatan
- 1 2 1 4 '
Jumlah 3 6 7 4 20 ;
Pengujian reliabilitas soal tes yang diujicobakan menggunakan teknik Kuder
Ricardson formula 21 (KR.21). Teknik ini digunakan untuk pengujian reliabilitas soal yarig setiap butir soalnya diskor secara dikotomi, yaitu skor 0 bila salah dan skor 1 bila benar. Pengujian reliabilitas soal tes uraian digunakan ramus Cronbach
V
34
Koefisien korelasi yang disajikan oleh tabel ini menunjukkan tingkat kesesuaian
dan keterandalan tes sebagai alat ukur.
Tabel 3.3
Deskripsi Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas Tes,
Skala Nilai dan Skala Sikap Demokrasi
Instrumen pengukuran Reliabilitas Validitas
Dimensi Tes
• Koefisen korelasi (pilihan ganda) 0,75 0,61
Indeks t (pilihan ganda) 4,10**
• Koefisen a (Uraian) 0,81 0,66
Dimensi Skala
• Skala nilai demokrasi 0,66* 0,81**
Indeks t (nilai demokrasi) 7,41**
• Skala sikap demokrasi 0,62* 0,86**
Indeks t (skala demokrasi) 8,94**
Catatan: * Koefisien a
** Siginifikansi > 0,05 (t = 2,048)
Berdasarkan tabel 3.3 diketahui hasil pengujian reliabilitas tes pilihan ganda
yang dilakukan kepada 30 orang siswa di luar sampel penelitian, diperoleh harga
koefisien kereliabelan sebesar 0,75 dan hasil pengujian validitas diperoleh indeks sebesar 0,61. Selanjutnya untuk tingkat signifikansi digunakan uji t. Kriteria
pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t<o,o5) = 2,048).
Hasil pengujian diperoleh harga t sebesar 4,1. Dengan demikian, t hitung lebih besar dari t tabel (t hit = 41 > t tabel =2,048). Hal ini membuktikan bahwa item tes memiliki kualifikasi yang cukup tinggi sebagai alat ukur (Giliford,1956; M.Ali, 1993;
Jalaludin,1994).£>
Reliabilitas Cronbach alpha (a) digunakan untuk menguji konsistensi
internal untuk item uraian. Dari tabel 3.3 diketahui harga koefisien alpha sebesar
35
berupa reliabilitas dan validitas menunjukkan bahwa item-item tes uraian
mempunyai tingkat reliabilitas dan validitas cukup tinggi.
2. Pengembangan Skala Nilai Demokrasi
Pengukuran nilai demokrasi siswa dalam penelitian ini menggunakan skala
nilai (numerical rating scale). Skala nilai ini digunakan untuk mengungkapkan nilai
afektif (nilai demokrasi) yang menjadi pilihan siswa. Pemilihan ini didasarkan
pertimbangan bahwa skala nilai dianggap paling sederhana dan relatif mudah
digunakan dalam proses belajar mengajar. Skala nilai secara kuantitatif dirancang
untuk mengukur perubahan nilai khususnya nilai demokrasi yang menjadi pilihan
siswa (Ahmad K.D.1992). Item-item pemyataan yang disusun mengacu pada
indikator operasional perilaku yang mencerminkan nilai demokrasi sebagai berikut.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Skala Nilai Demokrasi
No Indikator *'•.,' Juml. Item
1 Melakukan suatu perbuatan atau tindakan dengan cara musvawarah 3 2 Menentukan peraturan dan disiplin dengan mempertimbangkan keadaan,
perasaan dan pendapat orang lain, serta memberikan alasan yang dapat
diterima, dipahami dan dimengerti oleh orang lain
2
3 Menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan cara musyawarah, dihadapi secara tenang, wajar dan terbuka.
3
4 Saling menghormati dan menghargai 3
5 Mengembangkan komunikasi dua arah 2
6 Menyampaikan suatu pendapat, perintah atau larangan menggunakan kata-kata yang mendidik sesuai dengan norma yang berlaku
2
7 Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik supaya ditinggalkan
2
8 Memberikan dorongan dan bimbingan dengan penuh pengertian dan tangggung jawab
3
Jumlah 20 item
Pengukuran dimensi nilai dimulai dengan beberapa pemyataan nilai yang
36
konsep, atau tema yang sedang dipelajari (Ahmad K.D, 1985:65). Setiap pemyataan
nilai diberikan skor yang merentang dari skala 1 sampai 5 agar siswa lebih leluasa
menentukan pilihannya.
Skala nilai denokrasi terdiri dari 20 item yang telah diuji kereliabelan dengan
pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas yang memiliki nilai
praktis dan efisiensi yang tinggi (Saefuddin, 1997:63). Teknik pengujian mengguna
kan reliabilitas Cronbach alpha. Sedangkan pengujian validitas skala nilai
demokrasi dilakukan dengan pendekatan validitas kesamaan (konkuren). Teknik
pengujian menggunakan Pearson Product Moment.
Berdasarkan tabel 3.3 pada baris dimensi skala nilai demokrasi diperoleh
harga koefisien alpha sebesar 0,66. Hal ini menunjukkan konsistensi internal
setiap item skala dalam mengukur nilai demokrasi. Sedangkan hasil pengujian
validitas skala nilai demokrasi diperoleh indeks korelasi sebesar 0,81. Hasil ini
kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat signifikansinya menggunakan uji t
Hasil analisis disajikan pada tabel 3.3, menunjukkan harga t hitung sebesar 7,41.
Kriteria pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t<o,o5) =
2,048). Dengan demikian, t hitung lebih besar dari t tabel (t hit = 7,41 > t tabel =
2,048). Berarti instrumen skala nilai memiliki validitas yang cukup tinggi.
3. Pengembangan Skala Sikap Demokrasi
Pengukuran sikap demokrasi dalam penelitian ini digunakan skala sikap. Skala sikap ini dirancang untuk mengukur dan mengungkapkan kecenderungan
perilaku demokratis siswa setelah belajar melalui model simulasi sosial dan model
biasa. Skala sikap demokratis dikembangkan berdasarkan kerangka Likert
(Asmawi dan Noehi,1985) dengan item-item yang disusun mengacu pada indikator
perilaku demokratis Pancasila yang disajikan pada tabel 3.5.
Setiap respon terhadap pemyataan sikap diberikan skor vang merentang
37
ragu-ragu, 2 untuk tidak setuju (TS) dan 1 untuk sangat tidak setuju (STS).
Demikian pula sebaliknya untuk pemyataan negatif, skor 5 untuk sangat tidak
setuju (STS) sampai skor 1 untuk sangat setuju (SS). Skor yang diberikan terhadap
respon pilihan siswa disajikan dalam tabel 3.6.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Skala Sikap Demokrasi
No Iridikator sikap No. Item Katagori
1 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. 6,9, 10, 20, +, +, -, +,
2 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 1,2, 7,15, +, +, -, -,
3 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan umum.
12, 14,21 -, -,+
4 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi rasa
kekeluargaan.
17, 18, 23 -> +> +
5 Dengan mkad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
8, 11,22,24 -, +, -, +
6 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
13, 25, 29, 30 -> +> •»+
7 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Mahaesa
3, 19, 26, 18
+,-,+,-8 Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan
5, 16, 27 +, ,
-Jumlah 30 item
Pengukuran sikap demokrasi dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang menggambarkan respon afektif siswa terhadap suatu objek. Item-item telah diuji kereliabelan melalui pendekatan konsistensi internal. Pendekatan ini digunakan untuk mengestimasi reliabilitas skala sebelum digunakan sebagai alat
ukur sikap demokrasi siswa. Teknik pengujian menggunakan reliabilitas Cronbach alpha (Saefuddin,1997). Pengujian validitas skala sikap demokrasi dilakukan dengan pendekatan validitas kesamaan (konkuren) dan teknik pengukuranya digunakan korelasi product moment (Jalaludin, 1994).
Berdasarkan tabel 3.3 pada baris dimensi skala sikap demokrasi diperoleh
harga koefisien alpha sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan konsistensi internal
setiap item skala dalam mengukur sikap demokrasi. Sedangkan hasil pengujian
38
kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat signifikansinya menggunakan uji t.
Hasil analisis disajikan pada tabel 3.3, menunjukkan harga t hitung sebesar 8,94.
Kriteria pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t<o.o5) =
2,048). Hasil pengujian menunjukkan harga t hitung lebih besar dari t tabel (t hit =
8,94 > t tabel = 2,048). Berarti instrumen skala sikap secara nyata memiliki
validitas yang cukup tinggi untuk mengukur perubahan sikap demokrasi.
Tabel 3.6
Respon Siswa dan skor yang diberikan
Respon Siswa
Sangat Setuju (SS) Setuju (S)
Ragu-ragu (R)
Tidak Setuju (ST)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Bobot nilai untuk
respon positif
nilai = 5 nilai = 4 nilai = 3 nilai = 2 nilai = 1
Bobot nilai untuk
respon negatif
nilai = 1 nilai = 2 nilai = 3 nilai = 4 nilai = 5
E. Teknik Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian
digunakan teknik parametrik t test. Dengan teknik analisis ini, perbandingan
kelompok perlakuan dan kontrol pada variabel dependen dapat diketahui
(Matheson, Bruce, dan Beuchamp, 1974; Robinson, 1976; Jalaluddin, 1993).
Selanjutnya untuk mengetahui sejauhmana asumsi statistik dipenuhi oleh
data digunakan beberapa teknik. Pengujian asumsi randomisasi data diuji dengan
teknik ANAVA satu arah. Normalitas distHb)isi data diuji dengan uji Chi squar£>
/ua\omogenitas data diuji dengan uji Bartlett. Disamping itu, beberapa teknik ]t£)
telah digunakan dalam mengemb^an instrumen meliputi: Kuder Richardson-21.
Conbach Alpha dan Product Momen Correlation.
Seluruh analisis statistik dalam menjawab hipotesis diselesaikan dengan
39
F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan kepada siswa kelas II SMU Negeri 1 Indramayu pada tahun ajaran 1997/1998, dengan jadual penelitian pada tabel sebagai berikut;
Tabel 3.7
Jadual Pemberian Perlakuan dan Wawancara
No Hari/tanggal Waktu/jam Kegiatan
1 Jum'at 07.30-10-30 Memberikan tes awal 2 Sabtu 07.30-10-30 Wawancara
3 Senin 07.30-10-30 Memberikan perlakuan pertama tentang Pengertian demokrasi
4 Selasa 07.30-10-30 Memberikan perlakuan kedua tentang
Keunggulan Demokrasi Pancasila dibandingkan sistem demokrasi lainnya.
5 Rabu 07.30-10-30 Memberikan perlakuan ketiga tentang Pandangan tentang keunggulan demokrasi Pancasila dengan Demokrasi Barat dan Timur
6 Kamis 07.30-10-30 Memberikan perlakuan keempat tentang
Musyawarah dan mufakat.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuannya, bahwa penerapan
model simulasi sosial terbukti efektif dalam mengembangkan nilai dan sikap
demokrasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan empiris secara spesifik
diungkapkan beberapa kesimpulan sebagai berikut
Pertama, penerapan model simulasi sosial yang dikembangkan dalam
penelitian ini terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa berkaitan dengan
penguasaan konsep demokrasi dibandingkan dengan pembelajaran model biasa
(konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan
ditunjukkan dari indeks determinasi dari penerapan kedua model terhadap
peningkatan skor hasil belajar yang dicapai siswa sebagai variabel dependen.
Temuan ini memperkuat teori bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi
kualitas pembelajarannya.
Kedua, penerapan model simulasi sosial terbukti efektif dalam
mengembangkan nilai demokrasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran model
biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan
ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap
peningkatan nilai demokrasi sebagai variabel dependen.
Ketiga, penerapan model simulasi sosial terbukti efektif dalam
mengembangkan sikap demokrasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran
model biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara
signifikan ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap
peningkatan skor sikap demokrasi siswa sebagai variabel dependen.
82
Keempat, berkenaan dengan temuan penelitian ternyata model simulasi
sosial relevan dengan kebutuhan remaja untuk membina nilai dan sikap
demokrasi yang dilandasi nilai moral Pancasila. Masa remaja merupakan masa
yang retan terhadap perubahan nilai yang terjadi dalam masyarakat. Model ini
secara empiris terbukti efektif dalam mengembangkan aspek-aspek perilaku
operasional yang mencerminkan nilai demokrasi, yaitu; (1) melakukan perbuatan
dan tindakan secara musyawarah, (2) menentukan peraturan dan disiplin dengan
mempertimbangkan orang lain, (3) menghadapi permasalahan secara wajar dan
terbuka, (4) saling menghormati dan saling menghargai, (5), mengembangkan
komunikasi dua arah, (6) menyampaikan pendapat menggunakan kata-kata yang
mendidik, (7) memberikan pengarahan perbuatan baik yang perlu dipertahankan
dan yang buruk untuk ditinggalkan, dan (8) memberikan dorongan dengan penuh
pengertian.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut;
Pertama, pada rancangan penelitian eksperimen ditemukan
kelemahan-kelemahan tertentu berkaitan dengan faktor-faktor yang diperkirakan dapat
mempengaruhi rancangan karena tidak dapat dikontrol. Faktor-faktor yang dapat
mengurangi validitas rancangan penelitian antara lain; (a) kejadian selama
penelitian (history), (b) perubahan emosional selama penelitian (maturation), (c)
pemberian tes (testing), (d) instrumentasi (instrumentation), dan (e) mortalitas
(mortality).
Kedua, jumlah item atau pertanyaan tes yang diuji pada tes penelitian
masih sangat terbatas. Khususnya jumlah butir soal yang mewakili berbagai
aspek pengukuran dianggap masih belum memadai (representatif). Oleh karena itu
83
setiap aspek kognitif cenderung berupa perbandingan antara tes hasil belajar dua
kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kontroL
Ketiga, pengembangan ranah kognitif siswa dalam penelitian ini hanya
diukur hingga tingkat yang keempat, yaitu analisis (analysis) yang cenderung
bersifat pengetahuan. Dengan demikian, ranah kognitif tingkat tinggi (sintesis dan
penilaian) siswa kurang tergali secara mendalam. Sehingga sangat ciimungkinkan
penguasaan siswa terhadap konsep demokrasi belum terinternalisasi sepenuhnya.
Keempat, pengembangan skala nilai dan skala sikap dalam penelitian ini
belum dapat mengungkap secara mendalam mlai-nilai demokrasi yang dapat
terinternalisasi dalam dirinya. Hal ini diaMbatkan keterbatasan instrumen dalam
mengungkapkan kedua aspek tersebut Sehingga dimungkinkan terjadinya
perubahan nilai dan sikap dalam diri siswa dipengaruhi oleh faktor lain yang
berada di luar konteks penelitian ini.
Ketima, penelitian ini terbatas pada pengembangan model dalam situasi
kelas. Sehingga peneliti tidak dapat mengungkap secara mendalam perubahan
nilai dan sikap demokrasi di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, maka temuan penelitian tentang
efektivitas penerapan model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap
demokasi tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas.
Keenam, hasil belajar siswa berkaitan dengan
penguasaan konsep
demokrasi tidak dapat diprediksikan terhadap pengembangan nilai dan sikap
siswa. Dengan kata lain kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan
fungsional yang dapat menjelaskan bahwa setiap perubahan pada kemampuan
kognitif seseorang akan diikuti perubahan pada nilai dan sikap demokrasi siswa.
84
kemampuan dalam mempersepsikan gejala yang diamati, pemahaman dan
penghayatan terhadap nilai-nilai yang telah terbentuk, kemampuan menganalisis
dan memberikan penilaian terhadap masalah. Hal ini berkaitan pula dengan
rancangan penelitian yang digunakan, karena domain afektifyang diukur terbatas
hingga tahap penilaian/penentuan sikap (valuing). Akibatnya, kesediaan dan
kepuasan siswa untuk memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam sangat
menentukan tanggapan terhadap nilai afektif (Subiyato, 1988: 52). Kecenderungan
ini diperkuat oleh Andersen dan Koutnik (1972:108) bahwa kemampuan berfikir
tingkat tinggi sangat sulit mengamati perubahan sikap siswa dalam menghayati
suatu permasalahan.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan di atas maka, pada bagian ini dikemukakan beberapa rekomendasi
kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain guru-guru, pengambil kebijakan dan
peneliti lebih lanjut.
1. Bagi Guru
Pertama,
guru-guru
lebih
memperluas
wawasan
pengetahuan
dan
keterampilan dalam bidang pendidikan nilai-moral, meningkatkan kemampuan
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan
dan penyempurnaan pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
mengintegrasikan pemilihan materi, metode, media, sumber belajar dan alat
evaluasi secara menyeluruh. Model simulasi sosial merupakan salah satu
alternatif
kegiatan
belajar
mengajar
yang
dapat
ditempuh
guru
dalam
mengembangkan nilai dan sikap demokrasi.
Kedua, model simulasi sosial dapat membantu guru dalam mengembang
85
dan sikap demokrasi. Model simulasi sosial mendorong keterlibatan siswa secara
optimal dalam menyusun perencanaan, melaksanakan kegiatan dan latihan.
Model ini lebih berorientasi bagaimana siswa belajar, guru hanya bertindak
sebagai fasilitator, mewasiti, melatih dan, mengarahkan diskusi.
Ketiga, guru sebagai pendidik hendaknya meningkatkan ketauladanan
dalam menjalankan profesinya, terutama sikap dan perilaku demokratis sesuai
dengan nilai moral Pancasila, sehingga menjadi sesuatu yang bermakna bagi
siswa. Nilai dan sikap demokrasi akan terinternalisasi dalam diri siswa, jika guru
menunjukkan sikap dan perilaku demokratis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
prespektif Islam ketauladanan merupakan aspek yang sangat penting
(QS.al-Ahzab:21,37; an-Nahl:43-44). Menurut Abdurrahman An Nahlawi (1995:262-263)
pada dasarnya pendidik dituntut untuk menjadi tauladan dihadapan anak
didiknya dan menjauhkan dari perilaku menyimpang. Artinya anak didik akan
meneladani
pendidiknya
dan
benar-benar
puas
terhadap
ajaran
yang
diberikannya, sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari anak didik merupakan
tuntutan realistis yang dapat diaplikasikan.
2. Bagi Pengambil Kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa
perlu pemantapan kebijakan dalam pelaksanakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah, sebagai berikut:
Pertama, dalam menanamkan nilai dan sikap agar lebih bermakna perlu
diberikan atau disajikan berbagai alternatif bahan bacaan penunjang (suplemen)
kegiatan simulasi sosial yang memuat masalah-masalah aktual dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu kepala sekolah diharapkan dapat menyediakan bahan
bacaan, media dan sumber belajar lain yang menunjang pelaksanaan simulasi
86
Kedua, dalam upaya membina nilai dan sikap demokrasi, kepala sekolah
dan pikak terkait memberikan kesempatan dan dorongan kepada guru-guru
untuk meningkatkan kemampuannya menerapkan model simulasi sosial dalam
membina nilai dan sikap demokrasi siswa.
Ketiga, berdasarkan temuan penelitian ternyata pembinaan nilai dan sikap
demokratis di sekolah berkaitan erat dengan nilai dan sikap demokrasi yang telah
terbina dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu sekolah secara intensif
harus meningkatkan hubungan dengan orang tua dan masyarakat dalam
membina nilai dan sikap demokrasi.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan bagi para peneliti
lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama dalam memperluas
wawasan tentang penerapan model simulasi sosial dalam membina nilai dan sikap
demokrasi. Pembinaan nilai dan sikap demokrasi bukan saja menelaah
ketercapaian ranah kognitif saja tetapi lebih
mengarah pada penguasaan
kemampuan afektif khususnya penghayatan dan pengamalan nilai dan sikap
demokratis. Disamping itu perlu dikaji faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam
membina nilai dan sikap demokrasi baik di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian, pada penelitian selanjutnya, diharapkan lebih mengungkapkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab (1989), Evaluasi Pengajaran PMP, Bandung: LPPMP IKIP
Bandung.
, (1989), Metodologi Pengajaran IPS, Jakarta: Depdikbud P2LPTK.
Ahmad Kosasih Djahiri, (1980), Teknik Membina Sikap dan Ilmu Pengetahuan
Sosial dan PMP, Bandung: LP3.
t (1992), Menelusuri Dunia Afektif-Nilai Moral dan Pendidikan
Nilai-Moral-Norma, Bandung: Lab. PPKN IKIP Bandung.
Ali, H,M (1993), Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa.
An Nahlawi (1995), Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta;
Gema Insani Press.
Bambang Daroeso (1986), Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila,
Surabaya: Aneka Ilmu.Bloom, B.S. 1975), Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain, New
York: David McKay.
BP-7 (1986), Buku Petunjuk Pelaksanaan Permainan Simulasi P-4, Jakarta: Badan
Pembinaan
Pendidikan
Pelaksanaan
Pedoman
Penghayatan
dan
Pengamalan Pancasila (BP-7) Pusat
Castel, A.A., dan Stahl, R.J., (1975), Value Clarification in the Classroom APrimer,
Santa Monica, California: Goodyear Publlishig Compay., Inc.
Darji Darmodihardjo (1988), Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional.
Depdikbud (1989/1990), Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989
tentang SistemPendidikan Nasional, Jakarta: Depdikbud.
,(1994), Kurikulum Sekolah Menengah UmunvGaris-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) PPKN, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Umum.
y (1985), Pedoman Metode Penyajian Pendidikan Moral Pancasila dan
Penerapannya: Untuk Guru Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Depdikbud.
Dunkin, Michel J, dan Bruce J. Biddle., (1974), The Study of Teaching, New
York: Holt Rinehart and Winston.
88
Ersis Warmansyah Abbas (1994), Hubungan antara Penampilan Kerja Guru
dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi PMP di SMA Negeri Kotamadia
Banjarmasin, Tesis, Bandung: PPS IKIP Bandung.
Evans R. David (1979), Games and Simulations in Literacy Training, Tehran:
Hulton Educational Publications Ltd., in cooperation with International
Institut for Adult Literacy Methods.Eyre, R dan Linda, (1995), Mengajarkan Nilai-Nilai kepada Anak, Jakarta:
Gramedia.
Fraenkel, J.R, (1987). How to Teach about Values: An Analytic Approach,
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Gay. L.R., (1987), Educational Research: Competencies for Analysis and Aptication,
Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.
Gilbert, R. (1996), Studying Society and Environment A Handbook for Teachers,
South Melbourne: Macniillan Education Australia PTY.Ltd.Guilford, J.P. 8s Fruchter, B. (1978), Fundamental Statistics in Psychology and
Education, Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.
Jalaluddin rakhmat (1993), Metode Penelitian Komunikasi Bandung: Remadja
Rosdakarya.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha., (1986), Models of Teaching, New Jersey:
Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.Kelly A.V (1995), Education and Democracy: Principles and Practices, London: Paul
Chapman Publishig. Ltd.Lauster. P (1994), Tes Kepribadian, Jakarta: Bina Aksara.
Mar'at (1982), Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
M.D, Dahlan, (1990), Model-Model Mengajar. Beberapa Alternatif Interaksi Belajar
Mengajar, Bandung: CV. Diponegoro.
M.Hatip. (1997), Model Bimbingan Motivasi Belajar dengan mendayagunakan
Atribusi terhadap Kegagalan dan Keberhasilan Belajar, Desertasi, Bandung:
PPS IKIP Bandung.M.Ngalim Purwanto (1994),iZmu Pendidikan Teoritis danPraktis, Bandung: Remadja
Rosdakarya.
89
Nana Sudjana (1988), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
r> dan Ibrahim., (1989), Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru.
Nana S. Sukmadtnata (1983), Kontnbusi Konsep Mengajar dan Motif Berprestasi
terhadap Proses Mengajar dan Hasil Belajar (Desertasi), Bandung: PPS IKIP
Bandung.Nasution S.(1992), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Jakarta: Bina Aksara.
Nawawi, H.H., dan Hadari, M.M., (1992), Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
M. Numan Somatri. (1976), Metode Mengajar Civics, Jakarta: Erlangga
Miriam Budiardjo (1977), Dasar-dasarIlmu Politik, Jakarta: Gramedia.
Oemar Hamalik. (1993), Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan
CBSA, Bandung: Sinar Baru.
, (1993), Strategi BelajarMengajar, Bandung: Mandar Maju.
Phenix, P.H. (1964), Realms of Meaning: A Philosophy of the Curriculum for General
Education, New York: McGraw-Hill Book Company.
Puspa Djuwita, (1996), PenampUan Guru PMP dalam Proses Belajar Mengajar
dalam rangka Membina Nilai Moral Pancasila, Tesis, Bandung: PPS IKIP
Bandung.Purba H., dan SukartL (1992), Peranan Perhatian Orang tua mengenai Pendidikan
Formal Anak dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa beberapa SMA di Kotamadya Yogyakarta, dalam Berkala Penelitian
Pascasarjana UGM, Yogyakarta: Gadjah Mada University Graduate
Research Publication, hh. 867-877.
Rochman Natawidjaya (1979), Psikhologi Umum dan Sosial, Jakarta: Dirjen
Dikdasmen
Saifuddin A. (1989), Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Liberty.
, (1997), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
S. Pamudji (1985), Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional, Jakarta: Bina
Aksara.
Soekarto S.,dkk (1984), Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Badan
90
Sudjana (1992), Metoda Statistik, Bandung: Tarsito.
Suyitno, A. (1984), Konsep PMP sebagai Pendidikan Nilai, Jakarta: P2LPTK.
Suyono dan Affan Gafar. (1992), Pengajaran Pendidikan Moral Pancasila di
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), dalam Berkala Penehtian
Pascasarjana UGM, Yogyakarta: Gadjah Mada University Graduate
Research Publication, hh. 777-786.
Weeb B. Rodman dan Sherman R. Robert, (1989) Schooling and Society, (^ew
York: Macmillan.
Wellton A.,dan Malla J.T, (1988) ChUdem Their Wodd: Strategies for Teaching Social
Studies, New Jersey: Houghton Miffil Company.
Winkel, W.S (1992), Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.
Winnecof, H,L.,(1988), Virtues and Education: Concepts and Models, disadur oleh