• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP DEMOKRASI : Studi Eksperimen Untuk Mengembangkan Nilai Dan Sikap Demokrasi siswa di Smu Negeri 1 indramayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP DEMOKRASI : Studi Eksperimen Untuk Mengembangkan Nilai Dan Sikap Demokrasi siswa di Smu Negeri 1 indramayu."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM

MENGEMBANGKAN NILAI DAN

SIKAP DEMOKRASI

(STUDI EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI DAN SIKAP

DEMOKRASI SISWA DI SMU NEGERI1INDRAMAYU)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang

Pendidikan Umum

Oleh:

W AHJUDIN SUMPENO

9596160/XXVII-19

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

Katakanlah "Dialah Allah Yang Mahaesa

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu Dia tidak beranak tiada pula diperanakkan

dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"

(AlIkhlash:l-4)

Maka disebabkan rahmat Allah-lah

kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelihngmu, Karena itu maafkanlah mereka, mohonlah ampun bagi mereka,

dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

bertaivakallah kapada Allah Sesungguhya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakal kepada-Nya (Alilmran:159)

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Drs. H. M. Numan Somantri, M.Sc

Pembimbing II

(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa. Hal ini penting karena pembinaan nilai dan sikap demokrasi secara substansial dibutuhkan dalam upaya membentuk warga negara yang demokratis. Temuan empiris menunjukkan bahwa remaja pada umumnya rentan terhadap masalah pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai moral Pancasila yang terkait dengan pembentukan nilai dan sikap demokrasi. Oleh karena itu, model simulasi sosial merupakan salah saru alternatif yang dapat digunakan di sekolah dalam kerangka pembentukan nilai dan sikap demokrasi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan

"Pretest-Posttest Control Group Design". Lokasi penelitian di SMU Negeri 1

Indramayu (Jawa Barat). Penerapan model simulasi sosial dan model biasa (konvensional) dianggap sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar, pengembangan nilai dan sikap siswa pada sebagai variabel terikat. Sampel penelitian sebanyak dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang diambil dengan teknik random (random assigmeru). Pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan oleh guru di sekolah tempat penelitian setelah diberikan penataran dan satuan pelajaran dipersiapkan

untuk masing-masing model.

Instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah tes, skala nilai dan skala sikap demokrasi. Instrumen ini dikembangkan melalui uji coba, terbukti valid dan reliabel untuk mengukur pengetahuan, nilai dan sikap demokrasi. Tes penelitian berbentuk pilihan ganda sebanyak 15 soal dan uraian sebanyak 5 soal yang telah diuji kereliabelan dan kevalidannya oleh peneliti. Pengembangan

nilai demokrasi siswa digunakan skala nilai (numerical rating scale) sebanyak 20

item. Untuk mengetahui sikap demokrasi digunakan skala sikap model Likert sebanyak 30 item. Analisis statistik data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji t (t test], ANAVA dan Chi square. Interpretasi data secara kualitatif dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap upaya internalisasi nilai dan sikap demokrasi, baik dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dilengkapi dengan penelusuran berbagai faktor yang melandasi

perubahan nilai demokrasi siswa.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan; Pertama, model

simulasi sosial terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa berupa

penguasaan konsep demokrasi. Kedua, model simulasi sosial terbukti efektif

dalam mengembangkan nilai demokrasi siswa. Ketiga, model simulasi sosial terbukti efektif dalam membentuk sikap demokrasi siswa. Keempat, berkenaan dengan temuan penelitian ternyata model simulasi sosial relevan dengan

kebutuhan remaja dalam membina nilai dan sikap demokrasi yang dilandasi nilai moral Pancasila. Model ini secara empiris terbukti efektif dalam mengembangkan

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK _l

KATA PENGANTAR u

UCAPAN TERIMA KASIH

iv

DAFTAR ISI V1

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang

1

B. Masalah Penelitian 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

5

BAB II MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN

NILAI DAN SIKAP DEMOKRASI 6

A. Tinjauan tentang Konsep Demokrasi

6

1. Demokrasi sebagai Nilai

6

2. Demokrasi sebagai Sikap

12

B. Model Simulasi Sosial 15

1. Pengertian Model Mengajar

15

2. Pengertian Simulasi

I7

3. Kelebihan dan Kelemahan 18

C. Penerapan Model Simulasi Sosial dalam

Mengembangkan Nilai dan Sikap Demokrasi

19

D. Pengembangan Nilai dan Sikap Demokrasi

Kaitannya dengan Pendidikan Umum

24

BAB III METODE PENELITIAN 28

A. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

28

B. Hipotesis dan Definisi Operasional

28

C. Metode dan Desain Penelitian 30

D. Populasi dan Sampel Penelitian

31

E. Instrumen Penelitian 32

F. Teknik Analisis Data 38

G. Jadual Pelaksanaan Penelitian 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 40

A. Pelaksanaan Penelitian 40

B. Deskripsi Penelitian

41

C. Analisis Data 43

1. Uji Asumsi Statistik

44

2. Uji Hipotesis

47

• Pengujian Hipotesis Pertama

48

• Pengujian Hipotesis Kedua

50

• Pengujian Hipotesis Ketiga

51

D. Pembahasan D

(7)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

B. Keterbatasan Penelitian C. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN

C

D E

Instrumen Penelitian

a. Tes Hasil Belajar

b. Skala Nilai Demokrasi

c. Skala Sikap Demokrasi

d. Pedoman Observasi

Pengembangan Instrumen a. Hasil Pengujian Reliabilitas b. Hasil Pengujian Validitas

Hasil Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Satuan Pelajaran dan Lembaran Nilai Riwayat Hidup Penulis

VII

81 81 82

84

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia

seutuhnya, sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1993 bahwa "pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian, mandiri, maju, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani" pepdikbud,1995). Pendidikan

juga harus menumbuhkan jiwa kebersamaan, mempertebal semangat dan rasa

cinta tanah air, meningkatkan semangat kesetiakawanan sosial, kesadaran terhadap sejarah bangsa, sikap menghormati dan menghargai, berorientasi ke masa depan (M.Hatip, 1996:2).

Dari pemyataan di atas terkandung makna bahwa pembinaan demokrasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membentuk warga negara menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan penanaman nilai dan sikap warga negara dalam menghayati nilai-moral

Pancasila terutama sila keempat, yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Dengan demikian perlu

diupayakan melalui pembinaan nilai moral Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diwujudkan dalam interaksi di

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tugas menanamkan dan

(9)

Pendidikan nilai merupakan salah satu upaya yang dapat diterapuh

dalam menanamkan nilai, moral dan norma, sehingga seseorang dapat berubah,

bersikap dan

berperilaku

baik sebagai pribadi maupun sosial (Abdul

Manan, 1995:2). Menurut Krathwohl dalam Winnecoff (1988:92) menyatakan,

"value education...it is the process of helping students to develop and interrxdize

socially acceptable, morally mature values and attitudes". Dengan demikian

pendidikan

nilai

bukan

hanya penjejalan

pengetahuan

tanpa diiringi

pengembangan nilai dan sikap. Nilai dan sikap diharapkan dapat ditanamkan

melalui proses belajar siswa berkadar tinggi, sehingga mampu melibatkan

seluruh potensi afektual siswa dengan hasil berlajar dalam bentuk perubahan

tingkah laku berupa penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai moral

Pancasila. Dengan kata lain, hasil belajar siswa akan meningkat, manakala

nilai-nilai itu telah terinternalisasi dalam dirinya (Ahmad K.D,1992).

Salah

satu

aspek

pendidikan

bagi warga

negara

bukan

hanya

memberikan pengalaman terhadap kehidupan bernegara, melainkan kebutuhan

untuk mengembangkan pemahaman, nilai-nilai dan kemampuan berpartisipasi

secara efektif dalam suatu kehidupan demokrasi. Sebagaimana dinyatakan Rob

Gilbert (1996:115),

"Aspect of education for citizenship can be integrated in a wide range of

studies, and it is only by experiencing this range that student appreciate the broader nation of citizenship. They need to develop the understandings,

values and competencies associated with a confident and effective participation in a democratic way of life in all its spheres".

Upaya mewujudkan tujuan pendidikan tersebut bukan semata-mata dilakukan melalui proses belajar mengajar yang lebih menekankan kemampuan

intelektual saja, melainkan untuk membina keutuhan pribadinya (M.AIL 1993).

(10)

Melalui proses belajar mengajar seperti itu diharapkan siswa dapat menguasai,

rnenghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila, yaitu terbinanya nilai dan sikap demokrasi. Menurut Gilbert

(1996:117) nilai-nilai demokrasi yang dikembangkan bagi warga negara meliputi

"respect for and acknowledgment of equitable decision-making process, diverse

opinions, political choice, the right to vote, legal and moral priciples of justice,

peaceful resolution of conflict, personal integraty, cooperation, and fairness in

speech and action".

Berkaitan dengan uraian di atas, upaya membina dan mengembangkan

nilai dan sikap demokrasi merupakan permasalahan yang dihadapi para

pendidik baik di dalam keluarga maupun sekolah. Persoalan tersebut berkaitan

dengan sulitnya menanamkan nilai demokrasi yang bersifat abstrak (abstract

manner) kepada anak didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Gilbert

(1996:109-110) sebagai berikut,

The dificulty is that raises the usual problems of value education, but also that it can become very vague and moralistic if it is imposed on students in

an abstract manner. However, since democracy itself is based on moral

concept of rights, some on the velues of citizenship is esensial to any

education for democratic citizenship.

Melalui pembinaan pengetahuan dan penghayatan nilai dan sikap

demokrasi, diharapkan anak didik dapat berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai dan norma Pancasila.

B. Masalah Penelitian

Salah satu aspek yang berkaitan dengan strategi pembelajaran seringkali

(11)

strategi tersebut agar siswa lebih memahami, menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai Pancasila.

Efektivitas pembelajaran diantaranya dipengaruhi oleh kesesuaian antara

materi pelajaran, penggunan model dan kegiatan belajar dengan tujuan belajar yang hendak dicapai (M.Ali, 1993:227). Peneparan model belajar berkaitan dengan karakteristik bahan atau materi yang dipelajari (Joice dan Weil, 1986). Dengan kata lain, mengajarkan materi pelajaran perlu diketahui terlebih dulu tujuan, karakteristik materi, jenis kegiatan belajar mengajar, kemudian

disiapkan model yang tepat dalam mengajarkan materi tersebut.

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru masih banyak

menggunakan metode ceramah atau tanya jawab. Penerapan simulasi sosial

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa dengan melibatkan berbagai akrivitas siswa, variasi metode dan sumber belajar. Menurut Joyce dan Weil (1986) simulasi sosial merupakan model mengajar yang dapat merangsang variasi belajar, di antaranya kompetisi, kerjasama, empati sistem sosial, konsep, keterampilan, efikasi, pembayaran hukuman, menunggu kesempatan, kemampuan berfikir kritis dan pengambilan keputusan (M.D. Dahlan, 1990:163).

Secara umum penelitian ini berada dalam kerangka upaya membina dan mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila, khususnya dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa di sekolah.

Hal-hal yang dikemukakan di atas memberikan peluang bahwa penerapan model simulasi sosial dalam kegiatan pembelajaran di sekolah diharapkan dapat membina nilai dan sikap demokratis siswa. Oleh karena itu fokus permasalahan penelitian ini sebagai berikut Bagaimana efektivitas pembelajaran simulasi sosial

dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa. sehingga mereka

(12)

Selanjutnya, untuk mengetahui sejauhmana efektivitas penyajiannya dapat

dikenali dari perubahan nilai dan sikap demokratis yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui model simulasi sosial, maka peneliti melakukan

eksperimen.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana

efektivitas penerapan model simulasi sosial dalam membina nilai dan sikap demokrasi siswa. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut

Pertama, menambah wawasan dan kemampuan bagi /guru untuk menggunakan model simulasi sosial sebagai salah satu alternatif kegiatan belajar mengajar, terutama untuk mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa.

Kedua, penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan praktis bagi guru

dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam mem^mMami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

Pancasila khususnya dalam membina nilai dan sikap demokrasi siswa.

Ketiga, pendidikan nilai-moral merupakan salah satu bidang kajian

pendidikan umum yang harus diberikan kepada siswa dalam upaya membentuk

warga negara yang baik (good citizen). Model simulasi sosial merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk tujuan tersebut Dengan deciikian, hasil

studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pendidikan nilai khususnya, Pendidikan Umum, sehingga mendorong untuk

(13)
(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan umum yang dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa?. Secara lebih spesifik, pertanyaan ini dirinci sebagai berikut

1. Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam meningkatkan hasil

belajar siswa?

2.

Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai

demokra^siswa?

3.

Sejauhmana efektivitas model simulasi sosial dalam mengembangkan sikap

demokrasi siswa?

B. Hipotesis dan Definisi Operasional

1. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji hubungan variabel bebas yaitu pembelajaran

dengan model simulasi sosial, serta variabel terikat pengembangan nilai dan sikap

demokrasi siswa. Atas dasar kajian teori yang telah diuraikan, maka diturunkan

hipotesis penelitian sebagai berikut;

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial

dan model biasa terhadap hasil belajar siswa pada topik demokrasi

Pancasila.

2.

Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial

dengan model biasa dalam mengembangan nilai demokrasi siswa.

(15)

29

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan model simulasi sosial dengan model biasa terhadap sikap demokratis siswa.

Berdasarkan hipotesis tersebut, maka penelitian ini menempatkan pembelajaran melalui model simulasi sosial sebagai variabel bebas. Sedangkan

pengembagan nilai dan sikap demokrasi siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui simulasi sosial sebagai variabel terikat.

2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Ada beberapa istilah yang perlu diklarifikasi dalam pelaksanaan penelitian ini Dalam hipotesis-hipotesis di atas dijumpai beberapa frasa "terhadap hasil

belajar", "terhadap pengembangan nilai demokrasi" dan "terhadap sikap demokrasi". Frasa pertama menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan belajar

atau pengusaaan konsep demokrasi Pancasila yang mengacu pada prestasi akhir

dalam proses belajar mengajar. Frasa kedua, pengembangan nilai demokrasi

mengacu pada perubahan nilai demokrasi yang menjadi pilihan siswa. Perubahan

nilai ini didasarkan pada respon atau penilaian individual siswa. Demikian pula,

untuk sikap demokrasi menunjukkan perubahan sikap demokrasi sebagai respon

terhadap suatu objek atau fenomena tertentu. Selanjutnya definisi operasional dari

variabel penelitian diuraikan sebagai berikut:

Penerapan model simulasi sosial adalah proses belajar mengajar pada topik

demokrasi Pancasila yang disajikan oleh guru dengan menggunakan

kaidah-kaidah dalam simulasi sosial meliputi tahap orientasi, tahap partisipasi dalam

latihan, tahap simulasi serta tahap tanya jawab dan diskusi.

Pembelajaran melalui model biasa adalah proses belajar mengajar pada topik

demokrasi Pancasila yang kaidah penyajiannya dilakukan melalui ceramah dan

tanya jawab.

Hasil belajar siswa adalah skor belajar siswa pada topik demokrasi

(16)

30

penerapan (C3) dan analisis (C4), yang diperoleh dari tes hasil belajar yang alatnya

disusun, dikembangkan dan diuji kevalidan serta kereliabelannya oleh peneliti

sendiri.

Pengembangan nilai demokrasi siswa adalah perubahan nilai demokrasi

yang menjadi pilihan siswa sebelum dan setelah siswa belajar dengan menggunakan model simulasi sosial dan model biasa. Perubahan nilai demokrasi siswa sebagai respon terhadap perilaku demokratis yang mengacu kepada sila keempat Pancasila. Pengukuran nilai demokrasi diperoleh melalui skala nilai (numerical rating scale). Skala nilai ini digunakan untuk mengungkapkan respon

siswa terhadap nilai berdasarkan karakteristik dan kualitas tertentu (Asmawi dan Noehi (1993). Tanggapan atau pilihan siswa terhadap pemyataan nilai dianalisis untuk mengungkapkan nilai demokrasi siswa (Ahmad, K.D, 1985:68).

Sikap demokratis siswa adalah kecenderungan berperilaku atau reaksi siswa

terhadap stimulus atau objek tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung

dalam sila keempat Pancasila yang dinyatakan dalam bentuk skor sikap demokratis siswa yang diperoleh dari skala sikap yang alatnya disusun, dikembangkan dan diuji kevalidan serta kereliabelannya oleh peneliti sendiri.

C. Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen (M.Ali, 1993; Jalaludin, 1993) untuk mengetahui pengaruh penerapan model simulasi sosial sebagai variabel bebas terhadap pengembangan nilai dan sikap demokrasi siswa sebagai

variabel terikat. Eksperimen dilakukan dengan penugasan random (random assigmeru) terhadap individu yang terangkum dalam kelompok.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "Pretest-posttest Control

Group Design" dengan melibatkan dua kelompok (M.Ali, 1993:135). Kelompok

(17)

31

tanpa perlakukan dan ditempatkan sebagai kelompok kontrol. Secara notasional

desain penelitian ini dinyatakan sebagai berikut (Robinson, 1976; Jalaludin,

1993:42):

Bagan 3.1

Desain Penelitian

R Oi X 02

R O, 02

Dimana, R melambangkan penugasan random, O melambangkan pengukuran,

dan X melambangkan perlakuan.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Indramayu (Jawa Barat) tahun ajaran 1997-1998 kelas 2 catur wulan 1. Pemilihan sekolah ini didasarkan pertimbangan sebagai berikut: (1) sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang

telah lama berdiri dan memiliki fasilitas belajar yang memadai, (2) memiliki guru

dengan latar belakang pendidikan yang memadai, dan (3) siswa-siswa pada setiap

kelas memiliki Nem SMP yang relatif "merata", (4) Orang tua siswa sebagian besar

berstatus sebagai pegawai negeri dan wiraswasta.

Pelaksanaan eksperimen diawali dengan membagi subjek secara random kedalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan mempertimbangkan proporsi kelas dan jenis kelamin siswa. Pernilihan dua kelas

sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random dari empat kelas yang ada (II-1 s/d II-4). Jumlah subjek penelitian untuk kelompok pertama

35 siswa, dan kelompok kedua 35 siswa.

(18)

32

eksperimen dan kelompok yang mengikuti pembelajaran melalui model biasa

sebagai kelompok kontrol. Proporsi siswa sebagai sampel penelitian disajikan pada

tabel 3.1 sebagai berikut,

Tabel3.1

Proporsi Siswa sebagai Sampel Penelitian

Kelas Siswa seluruhnya Kelompok perlakuan Kelompok kontrol

L P Juml. L P Juml. L P Juml.

n.i 22 18 40 5 3 8 5 3 8

II.2 24 19 43 6 3 9 6 3 9

II.3 21 18 39 6 4 10 6 4 10

II.4 23 17 40 5 3 8 5 3 8

Jumlah 46 24 162 22 13 35 22 13 35

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes hasil belajar

yang akan mengukur penguasaan dan abilitas tertentu sebagai hasil dari proses

belajar mengajar, skala nilai (numerical rating scale), skala sikap, observasi dan

wawancara. Pengembangan alat ukur di sini melalui beberapa tahap, meliputi

penvusunan instrumen berdasarkan kisi-kisi,

dan pengujian validitas dan

reliabilitas instrumen.

1. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes objektif (pilihan

berganda) dan uraian. Soal-soal diambil dari pokok bahasan demokrasi Pancasila sebanyak 20 soal. Tes dibuat oleh peneliti berdasarkan GBPP SMU tahun 1994, dan sesuai dengan materi yang diajarkan pada siswa kelas II topik demokrasi Pancasila yang meliputi; (1) keunggulan demokrasi Pancasila, (2) Pandangan tentang keunggulan demokrasi Pancasila dengan demokrasi barat dan demokrasi timur, (3) kehidupan berdasarkan musyawarah dan mufakat, (4) dan

(19)

33

Tes yang disusun berdasarkan kisi-kisi tersebut perlu diujicobakan kepada

siswa untuk diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan

sebagai alat ukur dalam penelitian. Kisi-kisi tes dalam penelitian ini disajikan

dalam tabel 3.2.

Pengujian tingkat validitas instrumen diujicobakan menggunakan pendekatan tes ulang (test-retest). Pengukuran instrumen tes dilakukan pada satu subjek dua kali dengan memberikan tenggang waktu yang berbeda (Saifuddin, 1997:55). Pengukuran tingkat validitas menggunakan teknik korelasi product

moment yaitu dengan mengkorelasikan hasil nilai uji coba sebanyak dua kali dalam

waktu yang berbeda (M.Ali, 1993:195). Kemudian untuk mengetahui

signifikansi-nya digunakan uji t (Nana. S,1989).

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Tes Penguasaan Konsep Demokrasi

No Pokok Bahasan Aspek Kognitif Jumlah |

c, Q> c3 c4 Soal '

1 Pengertian demokrasi 1 2 1 - 4 !

2 Keunggulan demokrasi Pancasila 1 1 1 1 4

3 Pandangan tentang keunggulan demokrasi Pancasila dengan demokrasi Barat dan demokrasi Timur

1 1 1 1 4

4 Kehidupan berdasarkan musyawarah dan mufakat - 1 2 1 4 5 Meningkatkan pengamalan demokrasi Pancasila

dalam Vierbagai kegiatan

- 1 2 1 4 '

Jumlah 3 6 7 4 20 ;

Pengujian reliabilitas soal tes yang diujicobakan menggunakan teknik Kuder

Ricardson formula 21 (KR.21). Teknik ini digunakan untuk pengujian reliabilitas soal yarig setiap butir soalnya diskor secara dikotomi, yaitu skor 0 bila salah dan skor 1 bila benar. Pengujian reliabilitas soal tes uraian digunakan ramus Cronbach

(20)

V

34

Koefisien korelasi yang disajikan oleh tabel ini menunjukkan tingkat kesesuaian

dan keterandalan tes sebagai alat ukur.

Tabel 3.3

Deskripsi Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas Tes,

Skala Nilai dan Skala Sikap Demokrasi

Instrumen pengukuran Reliabilitas Validitas

Dimensi Tes

• Koefisen korelasi (pilihan ganda) 0,75 0,61

Indeks t (pilihan ganda) 4,10**

• Koefisen a (Uraian) 0,81 0,66

Dimensi Skala

• Skala nilai demokrasi 0,66* 0,81**

Indeks t (nilai demokrasi) 7,41**

• Skala sikap demokrasi 0,62* 0,86**

Indeks t (skala demokrasi) 8,94**

Catatan: * Koefisien a

** Siginifikansi > 0,05 (t = 2,048)

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui hasil pengujian reliabilitas tes pilihan ganda

yang dilakukan kepada 30 orang siswa di luar sampel penelitian, diperoleh harga

koefisien kereliabelan sebesar 0,75 dan hasil pengujian validitas diperoleh indeks sebesar 0,61. Selanjutnya untuk tingkat signifikansi digunakan uji t. Kriteria

pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t<o,o5) = 2,048).

Hasil pengujian diperoleh harga t sebesar 4,1. Dengan demikian, t hitung lebih besar dari t tabel (t hit = 41 > t tabel =2,048). Hal ini membuktikan bahwa item tes memiliki kualifikasi yang cukup tinggi sebagai alat ukur (Giliford,1956; M.Ali, 1993;

Jalaludin,1994).£>

Reliabilitas Cronbach alpha (a) digunakan untuk menguji konsistensi

internal untuk item uraian. Dari tabel 3.3 diketahui harga koefisien alpha sebesar

(21)

35

berupa reliabilitas dan validitas menunjukkan bahwa item-item tes uraian

mempunyai tingkat reliabilitas dan validitas cukup tinggi.

2. Pengembangan Skala Nilai Demokrasi

Pengukuran nilai demokrasi siswa dalam penelitian ini menggunakan skala

nilai (numerical rating scale). Skala nilai ini digunakan untuk mengungkapkan nilai

afektif (nilai demokrasi) yang menjadi pilihan siswa. Pemilihan ini didasarkan

pertimbangan bahwa skala nilai dianggap paling sederhana dan relatif mudah

digunakan dalam proses belajar mengajar. Skala nilai secara kuantitatif dirancang

untuk mengukur perubahan nilai khususnya nilai demokrasi yang menjadi pilihan

siswa (Ahmad K.D.1992). Item-item pemyataan yang disusun mengacu pada

indikator operasional perilaku yang mencerminkan nilai demokrasi sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Skala Nilai Demokrasi

No Indikator *'•.,' Juml. Item

1 Melakukan suatu perbuatan atau tindakan dengan cara musvawarah 3 2 Menentukan peraturan dan disiplin dengan mempertimbangkan keadaan,

perasaan dan pendapat orang lain, serta memberikan alasan yang dapat

diterima, dipahami dan dimengerti oleh orang lain

2

3 Menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan cara musyawarah, dihadapi secara tenang, wajar dan terbuka.

3

4 Saling menghormati dan menghargai 3

5 Mengembangkan komunikasi dua arah 2

6 Menyampaikan suatu pendapat, perintah atau larangan menggunakan kata-kata yang mendidik sesuai dengan norma yang berlaku

2

7 Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik supaya ditinggalkan

2

8 Memberikan dorongan dan bimbingan dengan penuh pengertian dan tangggung jawab

3

Jumlah 20 item

Pengukuran dimensi nilai dimulai dengan beberapa pemyataan nilai yang

(22)

36

konsep, atau tema yang sedang dipelajari (Ahmad K.D, 1985:65). Setiap pemyataan

nilai diberikan skor yang merentang dari skala 1 sampai 5 agar siswa lebih leluasa

menentukan pilihannya.

Skala nilai denokrasi terdiri dari 20 item yang telah diuji kereliabelan dengan

pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas yang memiliki nilai

praktis dan efisiensi yang tinggi (Saefuddin, 1997:63). Teknik pengujian mengguna

kan reliabilitas Cronbach alpha. Sedangkan pengujian validitas skala nilai

demokrasi dilakukan dengan pendekatan validitas kesamaan (konkuren). Teknik

pengujian menggunakan Pearson Product Moment.

Berdasarkan tabel 3.3 pada baris dimensi skala nilai demokrasi diperoleh

harga koefisien alpha sebesar 0,66. Hal ini menunjukkan konsistensi internal

setiap item skala dalam mengukur nilai demokrasi. Sedangkan hasil pengujian

validitas skala nilai demokrasi diperoleh indeks korelasi sebesar 0,81. Hasil ini

kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat signifikansinya menggunakan uji t

Hasil analisis disajikan pada tabel 3.3, menunjukkan harga t hitung sebesar 7,41.

Kriteria pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t<o,o5) =

2,048). Dengan demikian, t hitung lebih besar dari t tabel (t hit = 7,41 > t tabel =

2,048). Berarti instrumen skala nilai memiliki validitas yang cukup tinggi.

3. Pengembangan Skala Sikap Demokrasi

Pengukuran sikap demokrasi dalam penelitian ini digunakan skala sikap. Skala sikap ini dirancang untuk mengukur dan mengungkapkan kecenderungan

perilaku demokratis siswa setelah belajar melalui model simulasi sosial dan model

biasa. Skala sikap demokratis dikembangkan berdasarkan kerangka Likert

(Asmawi dan Noehi,1985) dengan item-item yang disusun mengacu pada indikator

perilaku demokratis Pancasila yang disajikan pada tabel 3.5.

Setiap respon terhadap pemyataan sikap diberikan skor vang merentang

(23)

37

ragu-ragu, 2 untuk tidak setuju (TS) dan 1 untuk sangat tidak setuju (STS).

Demikian pula sebaliknya untuk pemyataan negatif, skor 5 untuk sangat tidak

setuju (STS) sampai skor 1 untuk sangat setuju (SS). Skor yang diberikan terhadap

respon pilihan siswa disajikan dalam tabel 3.6.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Skala Sikap Demokrasi

No Iridikator sikap No. Item Katagori

1 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. 6,9, 10, 20, +, +, -, +,

2 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 1,2, 7,15, +, +, -, -,

3 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan umum.

12, 14,21 -, -,+

4 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi rasa

kekeluargaan.

17, 18, 23 -> +> +

5 Dengan mkad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

8, 11,22,24 -, +, -, +

6 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

13, 25, 29, 30 -> +> •»+

7 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Mahaesa

3, 19, 26, 18

+,-,+,-8 Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan

5, 16, 27 +, ,

-Jumlah 30 item

Pengukuran sikap demokrasi dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang menggambarkan respon afektif siswa terhadap suatu objek. Item-item telah diuji kereliabelan melalui pendekatan konsistensi internal. Pendekatan ini digunakan untuk mengestimasi reliabilitas skala sebelum digunakan sebagai alat

ukur sikap demokrasi siswa. Teknik pengujian menggunakan reliabilitas Cronbach alpha (Saefuddin,1997). Pengujian validitas skala sikap demokrasi dilakukan dengan pendekatan validitas kesamaan (konkuren) dan teknik pengukuranya digunakan korelasi product moment (Jalaludin, 1994).

Berdasarkan tabel 3.3 pada baris dimensi skala sikap demokrasi diperoleh

harga koefisien alpha sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan konsistensi internal

setiap item skala dalam mengukur sikap demokrasi. Sedangkan hasil pengujian

(24)

38

kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat signifikansinya menggunakan uji t.

Hasil analisis disajikan pada tabel 3.3, menunjukkan harga t hitung sebesar 8,94.

Kriteria pengujian adalah t hitung lebih besar dari t tabel dengan dk = 28 (t<o.o5) =

2,048). Hasil pengujian menunjukkan harga t hitung lebih besar dari t tabel (t hit =

8,94 > t tabel = 2,048). Berarti instrumen skala sikap secara nyata memiliki

validitas yang cukup tinggi untuk mengukur perubahan sikap demokrasi.

Tabel 3.6

Respon Siswa dan skor yang diberikan

Respon Siswa

Sangat Setuju (SS) Setuju (S)

Ragu-ragu (R)

Tidak Setuju (ST)

Sangat Tidak Setuju (STS)

Bobot nilai untuk

respon positif

nilai = 5 nilai = 4 nilai = 3 nilai = 2 nilai = 1

Bobot nilai untuk

respon negatif

nilai = 1 nilai = 2 nilai = 3 nilai = 4 nilai = 5

E. Teknik Analisis Data

Dalam mengolah dan menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian

digunakan teknik parametrik t test. Dengan teknik analisis ini, perbandingan

kelompok perlakuan dan kontrol pada variabel dependen dapat diketahui

(Matheson, Bruce, dan Beuchamp, 1974; Robinson, 1976; Jalaluddin, 1993).

Selanjutnya untuk mengetahui sejauhmana asumsi statistik dipenuhi oleh

data digunakan beberapa teknik. Pengujian asumsi randomisasi data diuji dengan

teknik ANAVA satu arah. Normalitas distHb)isi data diuji dengan uji Chi squar£>

/ua\omogenitas data diuji dengan uji Bartlett. Disamping itu, beberapa teknik ]t£)

telah digunakan dalam mengemb^an instrumen meliputi: Kuder Richardson-21.

Conbach Alpha dan Product Momen Correlation.

Seluruh analisis statistik dalam menjawab hipotesis diselesaikan dengan

(25)

39

F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan kepada siswa kelas II SMU Negeri 1 Indramayu pada tahun ajaran 1997/1998, dengan jadual penelitian pada tabel sebagai berikut;

Tabel 3.7

Jadual Pemberian Perlakuan dan Wawancara

No Hari/tanggal Waktu/jam Kegiatan

1 Jum'at 07.30-10-30 Memberikan tes awal 2 Sabtu 07.30-10-30 Wawancara

3 Senin 07.30-10-30 Memberikan perlakuan pertama tentang Pengertian demokrasi

4 Selasa 07.30-10-30 Memberikan perlakuan kedua tentang

Keunggulan Demokrasi Pancasila dibandingkan sistem demokrasi lainnya.

5 Rabu 07.30-10-30 Memberikan perlakuan ketiga tentang Pandangan tentang keunggulan demokrasi Pancasila dengan Demokrasi Barat dan Timur

6 Kamis 07.30-10-30 Memberikan perlakuan keempat tentang

Musyawarah dan mufakat.

(26)
(27)

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuannya, bahwa penerapan

model simulasi sosial terbukti efektif dalam mengembangkan nilai dan sikap

demokrasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan empiris secara spesifik

diungkapkan beberapa kesimpulan sebagai berikut

Pertama, penerapan model simulasi sosial yang dikembangkan dalam

penelitian ini terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa berkaitan dengan

penguasaan konsep demokrasi dibandingkan dengan pembelajaran model biasa

(konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan

ditunjukkan dari indeks determinasi dari penerapan kedua model terhadap

peningkatan skor hasil belajar yang dicapai siswa sebagai variabel dependen.

Temuan ini memperkuat teori bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi

kualitas pembelajarannya.

Kedua, penerapan model simulasi sosial terbukti efektif dalam

mengembangkan nilai demokrasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran model

biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan

ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap

peningkatan nilai demokrasi sebagai variabel dependen.

Ketiga, penerapan model simulasi sosial terbukti efektif dalam

mengembangkan sikap demokrasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran

model biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara

signifikan ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap

peningkatan skor sikap demokrasi siswa sebagai variabel dependen.

(28)

82

Keempat, berkenaan dengan temuan penelitian ternyata model simulasi

sosial relevan dengan kebutuhan remaja untuk membina nilai dan sikap

demokrasi yang dilandasi nilai moral Pancasila. Masa remaja merupakan masa

yang retan terhadap perubahan nilai yang terjadi dalam masyarakat. Model ini

secara empiris terbukti efektif dalam mengembangkan aspek-aspek perilaku

operasional yang mencerminkan nilai demokrasi, yaitu; (1) melakukan perbuatan

dan tindakan secara musyawarah, (2) menentukan peraturan dan disiplin dengan

mempertimbangkan orang lain, (3) menghadapi permasalahan secara wajar dan

terbuka, (4) saling menghormati dan saling menghargai, (5), mengembangkan

komunikasi dua arah, (6) menyampaikan pendapat menggunakan kata-kata yang

mendidik, (7) memberikan pengarahan perbuatan baik yang perlu dipertahankan

dan yang buruk untuk ditinggalkan, dan (8) memberikan dorongan dengan penuh

pengertian.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut;

Pertama, pada rancangan penelitian eksperimen ditemukan

kelemahan-kelemahan tertentu berkaitan dengan faktor-faktor yang diperkirakan dapat

mempengaruhi rancangan karena tidak dapat dikontrol. Faktor-faktor yang dapat

mengurangi validitas rancangan penelitian antara lain; (a) kejadian selama

penelitian (history), (b) perubahan emosional selama penelitian (maturation), (c)

pemberian tes (testing), (d) instrumentasi (instrumentation), dan (e) mortalitas

(mortality).

Kedua, jumlah item atau pertanyaan tes yang diuji pada tes penelitian

masih sangat terbatas. Khususnya jumlah butir soal yang mewakili berbagai

aspek pengukuran dianggap masih belum memadai (representatif). Oleh karena itu

(29)

83

setiap aspek kognitif cenderung berupa perbandingan antara tes hasil belajar dua

kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kontroL

Ketiga, pengembangan ranah kognitif siswa dalam penelitian ini hanya

diukur hingga tingkat yang keempat, yaitu analisis (analysis) yang cenderung

bersifat pengetahuan. Dengan demikian, ranah kognitif tingkat tinggi (sintesis dan

penilaian) siswa kurang tergali secara mendalam. Sehingga sangat ciimungkinkan

penguasaan siswa terhadap konsep demokrasi belum terinternalisasi sepenuhnya.

Keempat, pengembangan skala nilai dan skala sikap dalam penelitian ini

belum dapat mengungkap secara mendalam mlai-nilai demokrasi yang dapat

terinternalisasi dalam dirinya. Hal ini diaMbatkan keterbatasan instrumen dalam

mengungkapkan kedua aspek tersebut Sehingga dimungkinkan terjadinya

perubahan nilai dan sikap dalam diri siswa dipengaruhi oleh faktor lain yang

berada di luar konteks penelitian ini.

Ketima, penelitian ini terbatas pada pengembangan model dalam situasi

kelas. Sehingga peneliti tidak dapat mengungkap secara mendalam perubahan

nilai dan sikap demokrasi di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, maka temuan penelitian tentang

efektivitas penerapan model simulasi sosial dalam mengembangkan nilai dan sikap

demokasi tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas.

Keenam, hasil belajar siswa berkaitan dengan

penguasaan konsep

demokrasi tidak dapat diprediksikan terhadap pengembangan nilai dan sikap

siswa. Dengan kata lain kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan

fungsional yang dapat menjelaskan bahwa setiap perubahan pada kemampuan

kognitif seseorang akan diikuti perubahan pada nilai dan sikap demokrasi siswa.

(30)

84

kemampuan dalam mempersepsikan gejala yang diamati, pemahaman dan

penghayatan terhadap nilai-nilai yang telah terbentuk, kemampuan menganalisis

dan memberikan penilaian terhadap masalah. Hal ini berkaitan pula dengan

rancangan penelitian yang digunakan, karena domain afektifyang diukur terbatas

hingga tahap penilaian/penentuan sikap (valuing). Akibatnya, kesediaan dan

kepuasan siswa untuk memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam sangat

menentukan tanggapan terhadap nilai afektif (Subiyato, 1988: 52). Kecenderungan

ini diperkuat oleh Andersen dan Koutnik (1972:108) bahwa kemampuan berfikir

tingkat tinggi sangat sulit mengamati perubahan sikap siswa dalam menghayati

suatu permasalahan.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah

dikemukakan di atas maka, pada bagian ini dikemukakan beberapa rekomendasi

kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain guru-guru, pengambil kebijakan dan

peneliti lebih lanjut.

1. Bagi Guru

Pertama,

guru-guru

lebih

memperluas

wawasan

pengetahuan

dan

keterampilan dalam bidang pendidikan nilai-moral, meningkatkan kemampuan

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan

dan penyempurnaan pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

mengintegrasikan pemilihan materi, metode, media, sumber belajar dan alat

evaluasi secara menyeluruh. Model simulasi sosial merupakan salah satu

alternatif

kegiatan

belajar

mengajar

yang

dapat

ditempuh

guru

dalam

mengembangkan nilai dan sikap demokrasi.

Kedua, model simulasi sosial dapat membantu guru dalam mengembang

(31)

85

dan sikap demokrasi. Model simulasi sosial mendorong keterlibatan siswa secara

optimal dalam menyusun perencanaan, melaksanakan kegiatan dan latihan.

Model ini lebih berorientasi bagaimana siswa belajar, guru hanya bertindak

sebagai fasilitator, mewasiti, melatih dan, mengarahkan diskusi.

Ketiga, guru sebagai pendidik hendaknya meningkatkan ketauladanan

dalam menjalankan profesinya, terutama sikap dan perilaku demokratis sesuai

dengan nilai moral Pancasila, sehingga menjadi sesuatu yang bermakna bagi

siswa. Nilai dan sikap demokrasi akan terinternalisasi dalam diri siswa, jika guru

menunjukkan sikap dan perilaku demokratis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

prespektif Islam ketauladanan merupakan aspek yang sangat penting

(QS.al-Ahzab:21,37; an-Nahl:43-44). Menurut Abdurrahman An Nahlawi (1995:262-263)

pada dasarnya pendidik dituntut untuk menjadi tauladan dihadapan anak

didiknya dan menjauhkan dari perilaku menyimpang. Artinya anak didik akan

meneladani

pendidiknya

dan

benar-benar

puas

terhadap

ajaran

yang

diberikannya, sehingga perilaku ideal yang diharapkan dari anak didik merupakan

tuntutan realistis yang dapat diaplikasikan.

2. Bagi Pengambil Kebijakan

Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa

perlu pemantapan kebijakan dalam pelaksanakan kegiatan belajar mengajar di

sekolah, sebagai berikut:

Pertama, dalam menanamkan nilai dan sikap agar lebih bermakna perlu

diberikan atau disajikan berbagai alternatif bahan bacaan penunjang (suplemen)

kegiatan simulasi sosial yang memuat masalah-masalah aktual dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu kepala sekolah diharapkan dapat menyediakan bahan

bacaan, media dan sumber belajar lain yang menunjang pelaksanaan simulasi

(32)

86

Kedua, dalam upaya membina nilai dan sikap demokrasi, kepala sekolah

dan pikak terkait memberikan kesempatan dan dorongan kepada guru-guru

untuk meningkatkan kemampuannya menerapkan model simulasi sosial dalam

membina nilai dan sikap demokrasi siswa.

Ketiga, berdasarkan temuan penelitian ternyata pembinaan nilai dan sikap

demokratis di sekolah berkaitan erat dengan nilai dan sikap demokrasi yang telah

terbina dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu sekolah secara intensif

harus meningkatkan hubungan dengan orang tua dan masyarakat dalam

membina nilai dan sikap demokrasi.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan bagi para peneliti

lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama dalam memperluas

wawasan tentang penerapan model simulasi sosial dalam membina nilai dan sikap

demokrasi. Pembinaan nilai dan sikap demokrasi bukan saja menelaah

ketercapaian ranah kognitif saja tetapi lebih

mengarah pada penguasaan

kemampuan afektif khususnya penghayatan dan pengamalan nilai dan sikap

demokratis. Disamping itu perlu dikaji faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam

membina nilai dan sikap demokrasi baik di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dengan demikian, pada penelitian selanjutnya, diharapkan lebih mengungkapkan

(33)
(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab (1989), Evaluasi Pengajaran PMP, Bandung: LPPMP IKIP

Bandung.

, (1989), Metodologi Pengajaran IPS, Jakarta: Depdikbud P2LPTK.

Ahmad Kosasih Djahiri, (1980), Teknik Membina Sikap dan Ilmu Pengetahuan

Sosial dan PMP, Bandung: LP3.

t (1992), Menelusuri Dunia Afektif-Nilai Moral dan Pendidikan

Nilai-Moral-Norma, Bandung: Lab. PPKN IKIP Bandung.

Ali, H,M (1993), Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa.

An Nahlawi (1995), Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta;

Gema Insani Press.

Bambang Daroeso (1986), Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila,

Surabaya: Aneka Ilmu.

Bloom, B.S. 1975), Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain, New

York: David McKay.

BP-7 (1986), Buku Petunjuk Pelaksanaan Permainan Simulasi P-4, Jakarta: Badan

Pembinaan

Pendidikan

Pelaksanaan

Pedoman

Penghayatan

dan

Pengamalan Pancasila (BP-7) Pusat

Castel, A.A., dan Stahl, R.J., (1975), Value Clarification in the Classroom APrimer,

Santa Monica, California: Goodyear Publlishig Compay., Inc.

Darji Darmodihardjo (1988), Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional.

Depdikbud (1989/1990), Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989

tentang SistemPendidikan Nasional, Jakarta: Depdikbud.

,(1994), Kurikulum Sekolah Menengah UmunvGaris-Garis Besar Program

Pengajaran (GBPP) PPKN, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah Umum.

y (1985), Pedoman Metode Penyajian Pendidikan Moral Pancasila dan

Penerapannya: Untuk Guru Sekolah Menengah Atas, Jakarta: Depdikbud.

Dunkin, Michel J, dan Bruce J. Biddle., (1974), The Study of Teaching, New

York: Holt Rinehart and Winston.

(35)

88

Ersis Warmansyah Abbas (1994), Hubungan antara Penampilan Kerja Guru

dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi PMP di SMA Negeri Kotamadia

Banjarmasin, Tesis, Bandung: PPS IKIP Bandung.

Evans R. David (1979), Games and Simulations in Literacy Training, Tehran:

Hulton Educational Publications Ltd., in cooperation with International

Institut for Adult Literacy Methods.

Eyre, R dan Linda, (1995), Mengajarkan Nilai-Nilai kepada Anak, Jakarta:

Gramedia.

Fraenkel, J.R, (1987). How to Teach about Values: An Analytic Approach,

Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Gay. L.R., (1987), Educational Research: Competencies for Analysis and Aptication,

Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.

Gilbert, R. (1996), Studying Society and Environment A Handbook for Teachers,

South Melbourne: Macniillan Education Australia PTY.Ltd.

Guilford, J.P. 8s Fruchter, B. (1978), Fundamental Statistics in Psychology and

Education, Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Jalaluddin rakhmat (1993), Metode Penelitian Komunikasi Bandung: Remadja

Rosdakarya.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsha., (1986), Models of Teaching, New Jersey:

Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Kelly A.V (1995), Education and Democracy: Principles and Practices, London: Paul

Chapman Publishig. Ltd.

Lauster. P (1994), Tes Kepribadian, Jakarta: Bina Aksara.

Mar'at (1982), Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya, Jakarta: Ghalia

Indonesia.

M.D, Dahlan, (1990), Model-Model Mengajar. Beberapa Alternatif Interaksi Belajar

Mengajar, Bandung: CV. Diponegoro.

M.Hatip. (1997), Model Bimbingan Motivasi Belajar dengan mendayagunakan

Atribusi terhadap Kegagalan dan Keberhasilan Belajar, Desertasi, Bandung:

PPS IKIP Bandung.

M.Ngalim Purwanto (1994),iZmu Pendidikan Teoritis danPraktis, Bandung: Remadja

Rosdakarya.

(36)

89

Nana Sudjana (1988), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.

r> dan Ibrahim., (1989), Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:

Sinar Baru.

Nana S. Sukmadtnata (1983), Kontnbusi Konsep Mengajar dan Motif Berprestasi

terhadap Proses Mengajar dan Hasil Belajar (Desertasi), Bandung: PPS IKIP

Bandung.

Nasution S.(1992), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,

Jakarta: Bina Aksara.

Nawawi, H.H., dan Hadari, M.M., (1992), Instrumen Penelitian Bidang Sosial,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

M. Numan Somatri. (1976), Metode Mengajar Civics, Jakarta: Erlangga

Miriam Budiardjo (1977), Dasar-dasarIlmu Politik, Jakarta: Gramedia.

Oemar Hamalik. (1993), Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan

CBSA, Bandung: Sinar Baru.

, (1993), Strategi BelajarMengajar, Bandung: Mandar Maju.

Phenix, P.H. (1964), Realms of Meaning: A Philosophy of the Curriculum for General

Education, New York: McGraw-Hill Book Company.

Puspa Djuwita, (1996), PenampUan Guru PMP dalam Proses Belajar Mengajar

dalam rangka Membina Nilai Moral Pancasila, Tesis, Bandung: PPS IKIP

Bandung.

Purba H., dan SukartL (1992), Peranan Perhatian Orang tua mengenai Pendidikan

Formal Anak dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar pada Siswa beberapa SMA di Kotamadya Yogyakarta, dalam Berkala Penelitian

Pascasarjana UGM, Yogyakarta: Gadjah Mada University Graduate

Research Publication, hh. 867-877.

Rochman Natawidjaya (1979), Psikhologi Umum dan Sosial, Jakarta: Dirjen

Dikdasmen

Saifuddin A. (1989), Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Liberty.

, (1997), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

S. Pamudji (1985), Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional, Jakarta: Bina

Aksara.

Soekarto S.,dkk (1984), Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Badan

(37)

90

Sudjana (1992), Metoda Statistik, Bandung: Tarsito.

Suyitno, A. (1984), Konsep PMP sebagai Pendidikan Nilai, Jakarta: P2LPTK.

Suyono dan Affan Gafar. (1992), Pengajaran Pendidikan Moral Pancasila di

Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), dalam Berkala Penehtian

Pascasarjana UGM, Yogyakarta: Gadjah Mada University Graduate

Research Publication, hh. 777-786.

Weeb B. Rodman dan Sherman R. Robert, (1989) Schooling and Society, (^ew

York: Macmillan.

Wellton A.,dan Malla J.T, (1988) ChUdem Their Wodd: Strategies for Teaching Social

Studies, New Jersey: Houghton Miffil Company.

Winkel, W.S (1992), Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.

Winnecof, H,L.,(1988), Virtues and Education: Concepts and Models, disadur oleh

(38)

Referensi

Dokumen terkait

belum mendapatkan pesaing serta bahan baku yang mudah didapat akan sangat besar potensi perkembangan dari usaha vas limbah. Usaha ini akan membuka peluang yang lebih

Merupakan Voucher- voucher yang dapat dipilih untuk mendukung salah satu Program Khusus IAI Jakarta 2018, seperti Jakarta Design Week, Jakarta Architecture Triennale 2018

Atur nilai tegangan input dari sine generator dan/atau nilai gain pada power amplifier sehingga nilai tingkat tekanan bunyi yang terbaca pada SLM kelas 1 sesuai

positif terhadap meningkatnya jumlah keluhan pelanggan yaitu terdapat pada dimensi kehandalan ( Reliability) khususnya pada atribut X16 (Ketepatan waktu pengiriman

Pengujian kapal pada kondisi air yang tenang, kapal dapat bergerak maju secara lurus dan pada pengujian kapal pada kondisi air yang bergelombang, kapal tidak bergerak

Dengan mempelajari, mendiskusikan dan melakukan aktivitas pembelajaran dalam modul melaksanakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar ini, maka diharapkan

Buddha merupakan agama ardhi atau agama bumi, Agama telah menjadi ada sebagai hasil dari perjuangan manusia untuk memecahkan masalah dasar kehidupan, yaitu penderitaan.&#34;Jika

Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap phbs guru UKS, ketersediaan fasilitas, ketersediaan dana PHBS, dukungan petugas kesehatan, dukungan kepala sekolah dan peraturan