EFEKTIWTAS PENGELOLAAN WORKSHOP
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATA DIKLAT
PRAKTIK KEJURUAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
(Studi Deskriptif-Analitik di SMK Negeri I Cilegon-Banten Tahun 2002)
TESIS
Diajukan Untuk memenuhi
Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
A.H. SAHALUDIN, S.Ag.
NIM. 009723
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Peribimbing I
Prof. Dr. H. Tb. Abin SvamsiidtHn Makmun, M.A.
Pembimbing II
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN WORKSHOP DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN
MATA DIKLAT PRAKTIK KEJURUAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
(Studi Deskriptif-Analitik di SMK Negeri I Cilegon-Banten Tahun 2002)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dasar pemikiran baliwa seiring dengan tuntutan kemajuan jaman terutama dalam bidang teknologi industri, harus diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia yang handal agar tidak ketinggalan oleh derasnya kemajuan tersebut. Dunia pendidikan merupakan tempat berlangsungnya proses infestasi sumber daya manusia. Khusus bagi Sekolali Menengali Kejuruan yang bertugas mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga terampil pada tingkat menengali harus tanggap dengan perubahan jaman yang terus berlangsung dan harus senantiasa meningkatkan kualitas proses pendidikannya, sehingga dapat mengantarkan lulusannya menjadi pribadi yang unggul sebagai sosok yang tangguh, kreatif, mandiri, jujur, dan berdisiplin, serta pada akliirnya akan menjadi tenaga kerja yang handal dan dapat bersaing di dunia kerja yang tersedia. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan yang terencana dengan matang, dilaksanakan dengan mengacu kepada program yang telah dibuat, dan upaya pengawasan yang intensif dan profesional terhadap proses pengelolaan work shop yang dilakukan. Work shop sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran praktik dan berfungsi sebagai sumber belajar dan sarana pendidikan harus dikelola dengan efektif.
Fokus utama masalah penelitian ini adalah: "Bagaimana efektivitas pengelolaan work shop dalam pelaksanaan program pembelajaran mata diktatpraktik kejuruan di SMKTI Negeri I Cilegon-Banten" sehingga dapat menghasilkan output yang baik berupa kinerja kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa yaitu hasil uji kompetensi.
Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pengelolaan work shop di SMK Negeri I Cilegon. Data tentang pengelolaanwork shopdihimpun melalui kegiatan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, kemudian analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dari: kepala sekolah, pengelolawork shop(ketua program) dan guru mata diklat di ketiga work shopjurusan
yang ada.
Hasil penelitian ini menunjukkan baliwa secara umum pengelolaan work shopdi SMK Negeri I Cilegon dinilai sudah cukup efektif, terbukti dengan adanya keunggulan-keunggulan
yang dimiliki, namun disamping itu masih terdapat pula kelemahan-kelemahan dan keunggulan yang ada pun dengan kadar yang cukup saja, sehingga tingkat efektivitasnya dinilai belum
maksimal. Oleh karena itu masih diperlukan perbaikan-perbaikan, terutama aspek-aspek: (1) perencanaan, yaitu terutama pada aspek perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan
kemampuannya; (2) pelaksanaan, yaitu pada aspek pelayanan terhadap kegiatan belajar mengajar
dan pelaksanaan fungsi workshopsebagai sumber belajar; dan (3) pengawasan, yaitu pada aspek
intensitas/frekuensi pengawasan.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada maka upaya perbaikan harus dilakukan, terutama pada aspek substantif dari pengelolaan work shop. Dalam hal ini direkomendasikan kepada pihak-pihak yang terkait dan bertangung jawab terhadap pengelolaanwork shopdi SMK Negeri I Cilegon, yaitu: Kepala Sekolah, pengelola work shop,dan pemerintah kota (terutama pada aspek pembinaan dan pengembangan tenaga pengelolawork shop serta alokasi pendanaan yang lebih memadai). Dengan demikian diharapkan pengelolaanworkshopdi masa mendatang dapat berlangsung dengan lebih efektif, sehingga dapat menghasilkan output yang lebih
berkualitas.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ]
UCAPAN TERIMA KASIH... in
DAFTAR ISI vu
DAFTAR TABEL XU1
DAFTAR GAMBAR - xiv
ABSTRAK •> : xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Masalah Penelitian 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian H
E. Paradigma Penelitian 12
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Administrasi Pendidikan 16
a. Pengertian Administrasi Pendidikan 17 b. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 19 c. Aspek Administrasi Pendidikan Dalam Lembaga Pendidikan
Kejuruan 22
d. Kedudukan Work Shop Dalam Administrasi Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan 25
B. Pendidikan Kejuruan 27
a. Pengertian Pendidikan Kejuruan 27
b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Pendidikan Kejuruan --29
c. Karakteristik Pendidikan Kejuruan 31
d. Landasan Pendidikan Kejuruan 33
e. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kejuruan
.-.
36
f. Model-Model Penyelenggaraan Pendidikan Kej unian 37
C. Konsep Tentang
Work Shop,
Laboratorium, dan Keterampilan ..
39
a. Workshop 40
b. Laboratorium 41
c. Keterampilan 45
D. Faktor Keselamatan Kerja 47
E. Pengelolaan Workshop 49
a. Perencanaan Pengelolaan Workshop 49 1. Proses Penyusunan Program Kegiatan 50
2. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan
Kemampuannya 53
3. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan, dan Biaya 57
4. Perencanaan Pengembangan Workshop 63
b. Pelaksanaan Kegiatan Workshop 65
1. Koordinasi dengan Pihak-Pihak Terkait Dalam Kegiatan
Workshop 66
2. Pelaksanaan Kegiatan Work Shop Dalam Melayani
Kebutuhan KBM 68
3. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan
Bahan 70
4. Pengawasan Penggunaan Alat dan Bahan 70
5. Pemeliharaan dan Pencatatan Alat dan Bahan 72 6. Pelaksanaan Fungsi Work ShopSebagai
Sumber Belajar 73
7. Pelaksanaan Fungsi Work Shop Sebagai Sarana
Pendidikan 74
c. Pengawasan Kegiatan Workshop 76
1 Pelaksana Pengawasan 77
2. Teknik Pengawasan
78
F.
Efektivitas Pengelolaan
78
a. Pengertian Efektivitas
79
b. Kriteria Efektivitas 81
c. Strategi Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan
Workshop 85
G. Analisis SWOT Terhadap Pengelolaan Workshop 86
a. Kekuatandan Kelemahan 87
b. Peluang dan Ancaman 88
H. Output Pengelolaan Workshop 89
a. Kinerja Kegiatan Belajar Mengajar 89
b. Hasil Belajar Siswa 91
I. Kesimpulan Tinjauan Kepustakaa 92
J. Kajian Studi Terdahulu Yang Relavan 95
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 100
B. Lokasi dan Subjek Penelitian l°l
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 102
D. Pelaksanaan Penelitian 105
E. Teknik Analisa Data 106
F. Validasi Data Penelitian 107
BAB IV DESKRIPSI TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Gambaran Umum 112
a. Sekolah Menengali Kejuruan (SMK) Negeri I
Cilegon-Banten 112
b. WorkshopSMK Negeri I Cilegon 115
B. Pengelolaan
Work Shop
di SMK Negeri ICilegon-Banten
118
a. Perencanaan Kegiatan
Workshop
H8
1. Proses Penyusunan Program Kegiatan
H8
2. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan119
Kemampuannya
3. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan, dan Biaya
Operasional Kegiatan
Workshop
l2~
4. Perencanaan Pengembangan
Workshop...
I28
b Pelaksanaan Kegiatan
Workshop
129
1. Koordinasi dengan Pihak-Pihak Terkait Dalam Kegiatan
Workshop
13°
2. Pelaksanaan Kegiatan Work Shop Dalam Melayani
Kegiatan Belajar Mengajar
]32
3. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan Bahan Yang
Tersedia
4. Pengawasan Penggunaan Alat dan Bahan
138
5. Pemeliharaan dan Pencatatan Alat dan Bahan 1416. Pelaksanaan Fungsi Work ShopSebagai Sumber Belajar... 141
7. Pelaksanaan Fungsi Work Shop Sebagai Sarana
Pendidikan 142
c. Pengawasan Kegiatan
Workshop
I43
1. Pelaksana Pengawasan I44
2. Teknik Pengawasan 145
C. Analisis SWOT Pengelolaan Workshop 146
a. Kekuatan dan Kelemahan 146
b. Peluang dan Ancaman 147
D. Output Pengelolaan
Workshop
149
a. Kinerja Kegiatan Belajar Mengajar 150
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Perencanaan Kegiatan
Workshop
15
a. Proses Penyusunan Program Kegiatan
155
b. Perenanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan157
Kemampuannya •
c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan, dan Biaya Operasional
159
Kegiatan Workshop
d. Perencanaan Pengembangan
Workshop
162
B. Pelaksanaan Kegiatan
Workshop
••
164
a. Koordinasi dengan Pihak-Pihak Terkait Dalam Kegiatan
Workshop
164
b. Pelaksanaan Kegiatan Work Shop Dalam Melayani Kegiatan
Belajar Mengajar
166
c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan Bahan Yang
Tersedia
d. Pengawasan Penggunaan Alat dan Bahan
170
e. Pemeliharaan dan Pencatatan Alat dan Bahan 172
f. Pelaksanaan Fungsi
Work Shop
Sebagai Sumber Belajar
173
g. Pelaksanaan Fungsi
Work Shop
Sebagai Sarana Pendidikan .. 175
_ ^ 176
a. Pelaksana Pengawasan
C. Pengawasan Kegiatan Workshop
176
b. Teknik Pengawasan 178
D. Analisis SWOT Pengelolaan Workshop I80
a. Kekuatan dan Kelemahan I80
b. Peluang dan Ancaman I82
E. Output Pengelolaan
Workshop
I83
a. Kinerja Kegiatan Belajar Mengajar
184
b. Hasil Belajar Siswa
I86
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASl, DAN REKOMENDASI
189
A. Kesimpulan
« , ri • •••• l9i
B. Imphkasi
195 C. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
2°l
LAMPIRAN-LAMPIRAN
205
A. Alat Pengumpul Data
213 B. Data Penelitian
Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media dalam menciptakan dan meningkatkan sumber
daya manusia (SDM). Begitu pentingnya investasi sumber daya manusia melalui
pendidikan sehingga berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat secara umum,
keluarga, dan individu anggota masyarakat merasa berkepentingan untuk melakukan
investasi pendidikan. Dalam hal ini Ace Suryadi dalam bukunya yang berjudul:
Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan, mengemukakan bahwa "pemerintah
berupaya meningkatkan mutu pendidikan agar di kemudian hari akan diperoleh SDM
yang semakin menguasai keahlian dan keterampilan, dapat bekerja secara profesional,
serta dapat menghasilkan karya-karya yang bermutu sehingga SDM tersebut dapat memberikan peranan dalam pembangunan bangsa" (1999: 189). Dengan demikian yang dituju oleh investasi sumber daya manusia adalah penciptaan manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki pengetahuan, terampil, berdisiplin, dan mempunyai daya yang tinggi untuk membangun di segala bidang, sedangkan pendidikan merupakan salah satu lembaga yang mengemban kunci dalam pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas. Di dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 disebutkan bahwa:
pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatanjasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Berbicara masalah sumber daya manusia, dalam hal lm Notoatmodjo (1998: 1) melihatnya dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlali sumber daya manusia (penduduk) yang kurang penting kontribusinya dalam pembangunan, dibandingkan dengan aspek kualitas.bahkan kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan
suatu bangsa. Sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut,
yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemampuan non-fisik
(kecerdasan dan mental). Oleh sebab itu untuk kepentingan ekselerasi suatu pembangunan di bidang apapun, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan suatu persyaratan utama. Seiaras dengan yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo, Nanang Fattah (2000: 16) mengemukakan pula bahwa sumber daya
manusia terdiri dari dimensi kuantitatif dan kualitatif. Tenaga kerja, prestasi tenaga
kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlali waktu belajar adalah dimensi
kuantitatifdari SDM. Sedangkan dimensi kualitatif mencakup berbagai potensi yang
terkandung pada setiap manusia, antara lain pikiran (ide), pengetaliuan, sikap, dan keterampilan yang memberikan pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia
untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif. Jika pengeluaran untuk meningkatkan kapasitas tersebut ditingkatkan, maka nilai produktivitas dari SDM akan
menghasilkan nilai baik(rate ofreturn)yang positif.
sumberdaya manusia." Namun Sukamto mengingatkan baliwa pendidikan kejuruan
tidak seharusnya mendidik peserta didik dengan seperangkat skill yang spesifik untuk
pekerjaan tertentu saja, karena hal ini biasanya lalu kurang memperhatikan
perkembangan sebagai suatu totalitas. Menekankan pengembangan kemampuan
spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi peserta didik akan berarti memberi bekal yang sangat terbatas bagi masa depannyasebagai tenaga kerja.
Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu sub-sistem dari
sistem pendidikan nasional, sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang No. 2
tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, yang mempunyai hijuan utama
menyiapkan tamatannya memasuki dunia kerja, adalah salah satu jenis dan jenjang
pendidikan yang mendapatkan perhatian utama sesuai dengan amanat GBHN
termaksud.
Pendidikan kejuruan dapat diklasitikasikan ke dalam jenis pendidikan khusus (specialized education), karena kelompok pelajaran atau program yang disediakan hanya dipilih oleh orang-orang yang memiliki minat kliusus untuk mempersiapkan dirinya bagi lapangan pekerjaan di masa mendatang. Agar lapangan kerja khusus ini dapat sukses maka pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga trampil yang dibutuhkan di masyarakat (Suharsimi Arikunto, 1988: 1). Lebih lanjut Suliarsimi Arikunto mengemukakan bahwa ada tiga istilali sehubungan dengan pendidikan khusus, yaitu pendidikan teknologi (technical education), pendidikan kejuruan(vocational education),dan pendidikan karier (career education).
pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Definisi ini mengandung
pengertian baliwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan, sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam daripada bidang studi lainnya dan kedalaman itu dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja. Dengan demikian bahasa Inggris yang dipelajari lebih mendalam daripada lainnya untuk tujuan bekerja, maka bahasa Inggris tersebut merupakan pendidikan kejuruan. Menurut Undang-Undang no. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan: "Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu." Arti pendidikan kejuruan ini dijabarkan lebih spesifik dalam peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengali, yaitu: Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengali yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Pada tingkat undang-undang, nimusan pendidikan kejuruan
masih luas, namun setelah sampai pada peraturan pemeritah nimusan pendidikan
kejuruan mulai dipersempit, yaitu hanya untuk jenjang pendidikan menengali.
Berkaitan dengan peran pendidikan kejuruan dalam pengembangan sumber
daya manusia sebagaimana di atas, Djodjonegoro (1998) mengemukakan berbagai hasil kajian yang dilakukan pada tahun terakhir pelita V, dimana hasil kajian
(penemuan) tersebut kurang sejalan dengan wawasan sumber daya manusia. Temuan
itu antara lain. Pertama, dunia usaha dan dunia industri lebih cenderung
mempekerjakan tamatan SMA daripada tamatan STM, SMEA, SMKK, atau tamatan Sekolah Menengah Kejuruan lainnya, dan gaji tamatan STM/SMEA/SMKK tidak
berbeda dengan gaji tamatan SMA. Kedua, program Pendidikan Menengah Kejuruan
kompetensi atau kemampuan yang diperlukan di dunia kerja. Ketiga, program
pendidikan (kurikulum) disusun oleh guru dan pakar pendidikan yang tidak
mempunyai wawasan lapangan kerja, diajarkan oleh guru yang tidak mempunyai
pengalaman kerja di dunia kerja, dan hasil pendidikannyapun dievaluasi oleh guru
dengan menggunakan ukuran dunia pendidikan. Keempat, perilaku dan kebiasaan
belajar mengajar di sekolah yang terkonsepsi sebagai dunia sekolah, berbeda jauh
dengan perilaku, cara kerja dan kebiasaan yang adadi dunia industri. Kelima, perilaku
sekolah cenderung melaksanakan program pendidikan demi pendidikan, dan kurang
memahami pasar, wawasan mutu, dan wawasan keunggulan untuk menghadapi
persaingan.
Berdasarkan kajian-kajian itulali, pada taliun 1994 atau tahun terakhir pelita V
Depdikbud di bawah Wardiman sendiri sebagai Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan langkah-langkah pembaliaruan pendidikan kejuruan dengan
memperkenalkan kebijaksanaan link and match, yang mana bentuk kebijaksanaan ini
dioperasionalkan dalam bentuk pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). Program Pendidikan Sistem Ganda merupakan proses pendidikan kejuruan
yang dilakukan di lembaga sekolah dan dilakukan di dunia industri langsung. Dengan
demikian proses pendidikannya dilakukan berdasarkan kerja sama pihak sekolah
dengan pihak industri. Kemudian secara lebih rinci, dimensi pembaliaruan
pendidikan kejuruan yang dilakukan meliputi: (1) Perubahan dari pendekatansupply
driven ke demand driven; (2) perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (school
base program) ke sistem berbasis ganda (dual based program); (3) perubahan dari
model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran
berbasisi kompetensi; (4) perubahan dari program dasar yang sempit (narrow based)
sistem pendidikan formal yang kaku ke sistem yang luwes dan menganut prinsip
multy entry, multy exit;(6) perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang
telah diperoleh sebelumnya ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari
mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh; (7) perubahan dari
pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sisitem baru yang
mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuman secara terpadu; (8) pembahan
dari sistem tenmnal ke sistem berkelanjutan; (9) perubahan dan manajemen terpusat
ke pola manajemen mandiri; (10) pembalian dari ketergantungan sepenuhnya dari
pembiayaan pemerintah pusat ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat.
Dalam konteks proses pendidikan pada Sekolah Menengali Kejuruan yang
berbasis Pendidikan Sistem Ganda, pendidikan dan latihan dilakukan di sekolah dan
di dunia industri. Sebagian besar program yaitu teori dan praktik kejuruan
dilaksanakan di sekolah, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja (industri),
yaitu keahlian produktif yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja.
Berdasarkan kurikulum 1999(curiculum base competency, curiculum base training, production base training)persentasi antara pembelajaran praktik dan teori dalam mata
diklat produktif adalah 60 : 40, kemudian siswa (tingkat tiga) diwajibkan
melaksanakan praktik kerja* industri selama 12 minggu dan sisanya yaitu 24 minggu
berlangsung di sekolah, sementara untuk tingkat satu dan tingkat dua pembelajaran
praktik pada mata diklat produktif berlangsung diworkshopsekolah.
Berdasarkan hal di atas, sangat nyata bahwa peran bengkel/vtwA:shop sangat
vital dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembelajaran siswa. Aspek yang sangat
menentukan berkaitan dengan proses kegiatan pembelajaran praktik di work shop
adalah manajemen work shop itu sendiri. Sejauhmana work shop dikelola dengan
praktik yang harus dilakukan di work shop. Semakin efektif pengelolaan work shop
yang dilakukan maka semakin maksimai tujuan pembelajaran dapat tercapai. Suharsimi (1988: 281) mengemukakan bahwa "nilai positif dari pengelolaan bengkel
yang baik bukan hanya diperoleh oleh murid dan pengelolanya saja, tetapi dengan
pengelolaan yang baik tersebut para guru akan dapat melaksanakan tugas
mengajamya dengan lebih baik." Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian berkaitan denganEfektivitas Pengelolaan Work Shopdi SMK
Negeri 1 Cilegon-Banten Dalam Pelaksanaan Program Pembelajaran Mata
Diklat Praktik Kejuruan. Penelitian yang dimaksud dianggap penting karena akan diketahui kelemahan-kelemahan manajemen work shop di SMKN I Cilegon, dan
sejauhmana tingkat efektivitas pengelolaannya. Temuan-temuan penelitian dijadikan
bahan masukan sebagai rekomendasi guna penyempumaan proses manajemen di
masa mendatang.
Pertama-tama penelitian diorientasikan kepada pengungkapan gambaran
tentang wujud pengelolaan work shop yang dilakukan di SMK Negeri I Cilegon.
Kemudian fakta tentang pengelolaan work shop yang dilakukan tersebut dianalisis
sehingga didapat suatu kesimpulan tentang tingkat efektivitas pengelolaan yang
dilakuan. Fakta kesimpulan tentang tingkat efektivitas pengelolaan yang didapat
dijadikan dasar untuk melakukan analisis terhadap pengelolaan work shop dengan
menggunakan pendekatan SWOT untuk melihat faktorkekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang berpotensi mempengaruhi terhadap pengembangan efektivitas
pengelolaan yang diharapkan. Dari hasil analisis diharapkan dapat dikembangkan
pola-pola alternatif guna penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada
dan hal ini menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen sekolah untuk
B. Masalah Penelitian \\ ^7**^" ^ , Mengingat urgennya keberadaan dan pengelolaan work shop
menunjang pelaksanaan program pembelajaran praktik dan lebih jauh perannya dalam
pencapaian tujuan pembelajaran di SMK, maka berdasarkan uraian di atas yang
menjadi pennasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
"Bagaimana efektivitas pengelolaan work shop dalam pelaksanaan
program pembelajaran mata diklat praktik kejuruan di SMK Negeri I Cilegon-Banten ?"
pennasalahan pokok di atas dapat diperinci dengan nimusan masalahan
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pengelolaanwork shopdi SMK Negeri I Cilegon-Banten
?
Lebih lanjut pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Bagaimana proses penyusunan program pengelolaanwork shop?
b. Bagaimana perencanaan tenaga pengelola work shop dan pengembangan
kemampuannya ?
c. Bagaimana perencanaan Fasilitas, alat, bahan, dan biaya operasional work
shop? ... *
d. Bagaimana perencanaan pengembanganwork shop?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan work shopdi SMK Negeri I Cilegon-Banten?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Bagaimana koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam proses pengelolaan
workshop?
b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengelolaan work shop dalam melayani
c. Bagaimana optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang tersedia? d. Bagaimana pengawasan penggunaan alat dan bahan ?
e. Bagaimana pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan ?
f. Bagaimana pelaksanaan fungsi workshopsebagai sumber belajar ? g. Bagaimana pelaksanaan fungsi work shopsebagai sarana pendidikan ?
3. Bagaimana pengawasan terhadap pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon-Banten ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Siapa yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaanworkshop? b. Bagaimana teknik pengawasan yang dilakukan terhadap pengelolaan work
shop?
4. Bagaimana Analisis SWOT tentang pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan work shop?
b. Faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman ?
5. Bagaimana output pengelolaanwork shop di SMK Negeri I Cilegon ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Bagaimana output pengelolaan work shop dalam kinerja kegiatan belajar mengajar ?
b. Bagimana output pengelolaanworkshoppada hasil belajar siswa ?
C. Tujuan Penelitian
c. Bagaimana optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang tersedia?
d. Bagaimana pengawasan penggunaan alat dan bahan ?
e. Bagaimana pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan ?
f. Bagaimana pelaksanaan fungsi work shopsebagai sumber belajar ? g. Bagaimana pelaksanaan fungsi work shopsebagai sarana pendidikan ?
3. Bagaimana pengawasan terhadap pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon-Banten ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Siapa yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaanworkshop? b. Bagaimana teknik pengawasan yang dilakukan terhadap pengelolaan work
shop?
4. Bagaimana Analisis SWOT tentang pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan work shop ?
b. Faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman ?
5. Bagaimana output pengelolaanworkshop di SMK Negeri I Cilegon ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Bagaimana output pengelolaan work shop dalam kinerja kegiatan belajar
mengajar ?
b. Bagimana output pengelolaan workshoppada hasil belajar siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripi
dan menarik kesimpulan serta memprediksi implikasinya
rekomendasi berdasarkan fenomena yang menjadi fokus pennasalahan
dengan efektivitas manajemen work shop dalam pelaksanaan program pembelajaran mata diklat praktik kejuman di SMK Negeri I Cilegon-Banten.
b. Tujuan Khusus
Bertitik tolak dari tujuan umum di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tentang pengelolaan work shop yang mencakup aspek perencanaannya, meliputi: proses penyusunan rencana kegiatan work shop;
perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya; perencanaan tentang fasilitas, peralatan, bahan, dan biaya opersional; dan perencanaan tentang pengembangan work shop. Pada aspek pelaksanaan kegiatannya, mencakup: proses koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan pengelolaan work shop; pelaksanaan kegiatan work shop dalam melayani kebutuhan kegiatan pembelajaran; optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang telah
tersedia; pengawasan penggunaan alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan
alat dan bahan; pelaksanaan fungsi work shop sebagai sumber belajar; dan pelaksanaan fungsi work shop sebagai sarana pendidikan. Kemudian pada aspek pengawasannya, meliputi: pelaksana pengawasan dan teknik pengawasan
tersebut. Sertaoutput pengelolaan work shop dalam aspek kinerja proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
2. Menganalisis tentang efektivitas pengelolaan work shop, yang meliputi aspek
perencanaannya, mencakup: proses penyusunan rencana kegiatan work shop;
tentang fasilitas, alat, bahan, dan dana opersional kegiatan work shop; dan
perencanaan pengembangan work shop. Aspek pelaksanaan kegiatannya,
mencakup: koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan work shop;
pelaksanaan kegiatan work shop dalam melayani kebutuhan kegiatan
pembelajaran; optimalisasi pemanfaatan fasilitas, alat dan bahan yang tersedia;
pengawasan penggunaan alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan alat dan
bahan; pelaksanaan fungsi work shop sebagai sumber belajar; dan pelaksanaan
fungsi work shop sebagai sarana pendidikan. Kemudian aspekpengawasannya,
yang mencakup: pelaksana pengawasan dan teknik pengawasan yang dilakukan.
Serta output pengelolaannya dalam aspek kinerja kegiatan belajar mengajar dan
hasil belajar siswa.
3. Menarik kesimpulan dan memprediksi implikasi dari fakta kelemahan-kelemahan
yang ditemukan dalam penelitian serta memberikan rekomendasi berdasarkan
hasil temuan penelitian dan pembahasan menjadi bahan masukan bagi pihak
manajemen sekolah dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan efektivitas
pengelolaan work shop sehingga betul-betul berfungsi optimal dalam proses
pencapaian tujuan pembelajaran mata diklat praktik kejuruan di SMK Negeri I
Cilegon.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi peneliti pribadi dalam
meningkatkan wawasan tentang penelitian sosial dan tentang pola-pola pengelolaan
work shop yang efektif dalam pelaksanaan program pembelajaran mata pelajaran
praktik kejuruan. Kemudian penelitian ini juga bermanfaat bagi para pengelola
12
untuk memperkaya khasanah studi administrasi pendidikan khususnya yang berkaitan
dengan Sekolah Menengah Kejunian mengingat masih langkanya penelitian yang telah dilakukan yang mengambil kajian SMK khususnya di UPI. Di samping itu
secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak
yang terkait dalam pengelolaan work shopdi Sekolah Menengali Kejunian khususnya SMK Negeri I Cilegon-Banten guna bahan-bahan evaluasi dan pengambilan keputusan manajerial selanjutnya.
E. Paradigma Penelitian
Agar proses pembelajaran praktik berlangsung dengan efektif dan
tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh para siswa sehingga siswa dapat
memperoleh keterampilan yang diharapkan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar dan motivasi siswa. Dalam hal ini faktor utama
yang terkait adalah pola-pola pengelolaan work shop sebagai tempat pembelajaran
praktik. Sejauh mana pengelolaan work shop telah sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dan sejauhmana pula efektivitas pengelolaannya sehingga
lebih jauh dapat memberikan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif
sehingga dapat memberikan motivasi yang tinggi bagi siswa terhadap pembelajaran
praktik, kemudian berdasarkan motivasi yang tinggi dan pengelolaan work shopyang
optimal, maka tujuan keterampilan yang diharapkan akan dapat dicapai oleh siswa
secaraoptimal sesuai dengan yang telahditetapkan.
Ruang lingkup administrasi sekolah mencakup: administrasi kesiswaan;
kurikulum; personil (tenaga kependidikan); sarana-prasarana; keuangan; tatalaksana
pendidikan; dan hubungan masyarakat. Work shop sebagai tempat-berlangsungnya
13
pada bidang sarana-prasarana. Agar work shop berfungsi secara optimal dalam
pencapaian tujuan pembelajaran, maka semua komponen yang terdapat di dalamnya
harus dikelola dengan efektif.
Kajian penelitian berangkat dari aspek manajemen work shopyang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada taliap perencanaandilihat proses
penyusunan program pengelolaan work shop; perencanaan tenaga pengelola dan
pengembangan kemampuannya; perencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya
operasional kegiatan work shop; serta perencanaan pengembangan work shop. Pada
aspek pelaksanaandilihat tentang proses koordinasi dengan pihak yang terkait dalam
proses pengelolaan kegiatan work shop; pelaksanaan kegiatan pengelolaan work
shop dalam melayani kebutuhan kegiatan pembelajaran; optimalisasi penggunaan
fasilitas, alat dan bahan yang tersedia; pengwasan penggunaan alat dan bahan;
pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan; pelaksanaan fungsi work shop sebagai
sumber belajar; dan pelaksanaan fungsi work shop sebagai sarana pendidikan.
Kemudian pada aspek pengawasan berkenaan dengan pelaksana dan teknik
pengawasannya.
Ketiga aspek manajemen terkait yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan tersebut dianalisis, sejauhmana efektivitasrjya. Efektivitas pengelolaan
dapat teriihat paling tidak dari adanya indikator: efisiensi, akuntabilitas, tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran, situasi pembelajaran yang kondusif, motivasi siswa,
dan tingkat kompetensi siswa. Dengan analisis yang dilakukan diharapkan akan
diperoleh gambaran fenomena tingkat efektivitas pengelolaan work shopyang telah
ada. Berdasarkan fenomena efektivitas pengelolaan yang ditemukan, kemudian
dilakuan analisis dengan menggunakan pola SWOT yang melihat faktor kekuatan
14
pada pengelolaanwork shopuntuk mendapatkan pola-pola alteniatif penyempumaan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada. Hasil analisis yang dilakukan dapat menjadi umpan balik bagi kepala sekolah dan jajaran yang terkait dalam manajemen
work shopyang berftingsi sebagai sumber belajar dan fungsi sarana pendidikan guna mencapai kualitas output yang diharapkan, berupa kinerja proses belajar mengajar yang kondusif dan tingkat keberhasilan belajar yang optimal.
15 MANAJEMEN KESIS-WAAN KURI-KULUM PER-SONIL SARA- NA-PRASA RANA
Umpan Balik WORK
SHOP SWOT * Kekuatan * Kelemahan * Peluang * Ancaman Penomena Pengelolaan Work Shop Tingkat Efektivitas: * Perencanaan * Pelaksanaan * Pengawasan MASALAH Efektivitas Pengelolaan Work Shop Meningkat:
* Kinerja KBM
* Hasil Belajar
Siswa KE- UANG-AN TATA LAKSA NA PENDI DIKAN HU-MAS PENGELOLAANWORKSHOP Perencanaan:
Proses penyusunan program Tenaga pengelola dan
pengembangan kemampuannya Fasilitas, alat, bahan, dan biaya operasional
Pengembanganworkshop.
Pelaksanaan:
Koordinasi pihak-pihak terkait
dalam kegiatanwork shop Pelavanan terhadap kebutuhan
KBM
Optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan Pengawasan penggunaan alat dan bahan
Pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan
Pelaksanaan fungsi work shop sebagai sumber belajar
Pelaksanaan fungsi work shop
sebagai sarana pendidikan.
Pengawasan:
[image:25.595.87.496.77.613.2]Pelaksana pengawasan Teknik pengawasan.
Gambar 1: Paradigma Penelitian Efektivitas Pengelolaan Work ShopPada
100
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan menganalisis tentang keadaan
pengelolaan work shop di SMK Negeri I Cilegon-Banten. Data dan informasi yang
diperoleh dari temuan di lapangan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif analitik. Penggunaan metode deskriptif dimaksudkan untuk
mendeskripsikan keadaan pengelolaan Work Shop di SMK Negeri I Cilegon-Banten
yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Berdasarkan objek penelitian yang hanya pada satu lembaga dan terfokus
kepada satu sub sistem dari lembaga tersebut yaitu work shop, maka jenis penelitian
ini mempakan studi kasus. Menumt Nana Sudjana dan Ibrahim (2001) studi kaus
mengisyaratkan pada penelitian kualitatif dan mempakan salah satu jenis penelitian
deskriptif. Studi kasus pada dasamya studi yang mempelajari objek penelitian yang
terfokus pada suatu objek (seseorang/lembaga) secara intensif dan mendalam serta
dalam waktu tertentu yang terkadang cukup lama. Mendalam artinya mengungkap
semua variabel yang terkait dengan objek/kasus yang diteliti. Guna mengungkap
persoalan yang diteliti, peneliti perlu mencari data yang berkenaan dengan persoalan
tersebut. Data diperoleh dari berbagai sumber, dan teknik memperoleh data sangat
komprehensif, seperti observasi, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan Iain-lain
bergantung kepada kasus yang dipelajari.
Ditetapkannya metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif mengacu
kepada konsep Bogdan dan Biklen (1982) yang menyatakan bahwa masalah aktivitas
101
ini bersifat naturalistik dalam situasi yang wajar(natural setting). Pemilihan metode
deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif dalam mencari kenetralan dan
kebenaran. Artinya serangkaian data yang diharapkan dan telah berhasil dihimpun
dan sesuai dengan kebutuhan penelitian dikumpulkan dan dianalisis dengan
melakukan penilaian secara komprehensif. Penggunaan metode dekriptif analitik
dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk menemukan altematifjawaban yang
dikembangkan dari masalah, terutama menilai tingkat efektivitas pengelolaan work
shop.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri I Cilegon Banten. Pertimbangan
dipilihnya lokasi penelitian ini, adalahpertama, peneliti sendiri pernah mengajar di
sana selama + satu setengah tahun sebelumnya, sehingga secara praktis lebih
memudahkan peneliti dalam berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terkait atau
yang menjadi subjek penelitian, serta dapat mempermudah upaya pendalaman analisis
dan keabsahan data karena keikutsertaan peneliti terhitung lebih lama pada lokasi
penelitian. Kedua, SMK Negeri I Cilegon terbilang relatif masih bam berdiri, yaitu
pada tahun 1997, dan hanya satu-satunya SMK kelompok teknologi dan industri
berstatus negeri di wilayah kota Cilegon, oleh karenanya SMK ini berstatus SMK
pembina di wilayah kota Cilegon. Peneliti berpandangan bahwa sudah saatnya ada
upaya penelaahan atau evaluasi terhadap proses pengelolaan SMK ini guna melihat
sejauhmana efektivitas manajemennya, apakah sudah dipandang memadai sebagai
SMK pembina atau belum. Karenanya peneliti tertarik untuk menelaah aspek
pengelolaan work shop, di mana work shop mempakan komponen utama dalam
102
Sementara itu, berkaitan dengan subjek penelitian, menurut Suharsimi (1998:
115) populasi adalah keselumhan subjek penelitian. Karenanya populasi dalam
penelitian ini adalah semua pihak baik manusia maupun non-manusia yang dipandang
dapat memberikan data yang berhubungan dengan pengelolaan work shop, subjek
bempa manusia yaitu terdiri dari Kepala Sekolah, kepala seksi work shop
masing-masing jumsan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan work shop secara
langsung, staf pengelola, tenaga pengajar, siswa, serta pihak-pihak lain yang terkait.
Sementara subjek non-manusia yaitu bempa dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan manajemen work shop,simbul-simbul, dan benda-benda lainnya.
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan untuk menghimpun data dan
infonnasi yang berkaitan dengan pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon-Banten, sangat bergantung kepada model studi yang dikembangkan dalam penelitian
ini. Sumber data utama akan diusahakan diperoleh dari kepala sekolali yang menjadi
muara segala informasi dari berbagai bidang umsan yang ada pada garapan program
sekolah secara keselumhan, diperoleh dari kepala bagian work shop, penanggung
jawab jumsan yang berkaitan dengan penggunaanwork shop, para gum yang terkait,
dan pihak-pihak lain termasuk siswa.
Kemudian secara khusus penelitian akan dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bempa:
1. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab, tatap muka, atau mengkonfirmasikan
sampel penelitian dengan berpedoman kepada materi wawancara yang telah
dirancang. Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari
103
2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan tentang pengelolaan work shopdi SMK
Negeri I Cilegon yang berkaitan dengan proses perencanaan dan aktifitas
pelaksanaan.
3. Dokumentasi, bertujuan untuk melengkapi data yang bersumber bukan dari orang,
yang dapat mengecek kesesuaian data.
Sementara instnunen pengumpulan data berdasarkan teknik pengumpulan
data yang digunakan. Ada tiga macam instnunen yang dipergunakan untuk
pengumpulan data, yaitu: pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman
studi dokumentasi.
/. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara disusun berdasarkan variabel penelitian, responden yang
ditetapkan yaitu: kepala sekolah, penanggungjawab work shop, tenaga pengajar,
dan siswa. Adapun sifat informasi yang ingin dicapai oleh pedoman ini adalali:
a. Deskripsi maupun refleksi responden tentang proses perencanaan kegiatan
work shop, mencakup: proses penyusunan program kegiatan work shop;
perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya;
perencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya opersional work shop; dan
perencanaan pengembanganworkshop.
b. Deskripsi dan refleksi responden tentang pelaksanaan kegiatan work shop,
meliputi: koordinasi pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan work shop;
pelaksanaan kegiatan work shop dalam melayani kebutuhan KBM;
optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan; pengawasan penggunaan
alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan; pelaksanaan
fungsi work shop sebagai sumber belajar; dan pelaksanaan fungsi work shop
104
c. Deskripsi tentang pengawasan pengelolaan work shop, yang mencakup
pelaksana dan teknik pengawasan yang dilakukan.
d. Deskripsi tentang output pengelolaan work shopyang mencakup kinerja KBM
dan hasil belajar siswa. . .
2. Pedoman Observasi
Instrumen ini digunakan sebagai pegangan untuk melakukan pengematan
langsung terhadap fokus penelitian agar proses pengamatan itu terarah. Pedoman
ini diupayakan cukup fleksibel agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
infonnasi di lapangan. Observasi akan dilakukan sendiri oleh peneliti agar tidak
ada penafsiran lain dari pihak lain tentang data yang diperoleh. Melalui instrumen
ini diharapkan dapat temngkap data dan infonnasi tentang:
a. Pelaksanaan kegiatan work shop. Mencakup: proses koordinasi pihak-pihak
yang terkait dalam kegiatan work shop; kegiatan work shop dalam melayani
kebutuhan KBM; optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan balian;
pengawasan penggunaan alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan alat dan
bahan; pelaksanaan fungsi work shopsebagai sumber belajar; dan pelaksanaan
fungsiworkshopsebagai sarana pendidikan.
b. Pengawasan kegiatan work shop yang mencakup pelaksana dan teknik
pengawasan yang dilakukan.
c. Output pengelolaan work shop, yang berhubungan dengan kinerja kegiatan
belajar mengajar.
3. Pedoman Studi Dokumentasi
Instrumen ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen
105
maupun dari luar lembaga. Melalui instmmen ini diharapkan diperoleh data
tentang:
a. Perencanaan, yang mencakup: program kegiatan work shop; perencanaan
tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya; perencanaan fasilitas,
alat, balian, dan biaya operasional work shop; dan rencana pengembangan
work shop.
b. Output pengelolaan work shop,yang menyangkut hasil belajar siswa.
D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga taliap. Tahapan itu sebagaimana yang
dikemukakan oleh Nasution (1996: 33) yaitu: orientasi, eksplorasi, dan member
check.
Tahap orientasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum di
lapangan, untuk memperoleh hal itu kegiatan yang peneliti lakukan adalah pra-survey.
Peneliti melakukan kunjungan ke lokasi penelitian dan mengadakan wawancara awal
dengan pihak pengelolawork shopguna memperoleh informasi yang luas mengenai
hal-hal yang umum di lapangan. Informasi yang diperoleh dianalis untuk menemukan
hal-hal yang menonjol, menarik, penting, dan berguna dalam penelitian selanjuttiya
secara mendalam.
Tahap eksplorasi dilakukan oleh peneliti bempa penelitian lapangan guna
memperoleh data secara empirik dengan cara yang lebih mendalam dan komprehensif
terhadap fokus penelitian. Data diperoleh melalui wawancara dengan subjek
penelitian, observasi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan eksistensi dan
Tahap member check dilakukan guna memperoleh validitas data per^hfkn,^ -V v
yaitu dengan melakukan pemeriksaan ulang terhadap data yang telali diperoleh guna
mengetahui keabsahan dan tingkat konsistensi infonnasi yang diperoleh.
Pemeriksaan ulang diusaliakan peneliti setiap kali selesai wawancara, dan dalam
pelaksanaan wawancara juga sedapat mungkin menarik kesimpulan bersama-sama
dengan responden. Hal ini dimaksudkan guna mengurangi kesalahfahaman dalam
menafsirkan informasi yang disampaikan. Selain itu catatan lapangan yang telah
diperoleh dalam kesempatan lain, hasilnya dimintai koreksi kepada nara sumber yang
bersangkutan. Sebagai tindak lanjut dilakukan observasi dan studi dokumentasi serta
triangulasi kepada responden maupun nara sumber tain yang berkompeten.
Sementara waktu pelaksanaan member check dilakukan seiring ketika tahap
eksplorasi.
E. Teknik Analisa Data
Secara opersional temuan data dan infonnasi akan dianalisis dengan mengikuti
apa yang diungkapkan oleh Nasution (1996: 129-130) yaitu menggunakan tiga
tahapan:
1. Tahap reduksi
Dilakukan untuk menelaah secara keseluruhan data yang dihimpun dari lapangan
sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti, kemudian
kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah mengumpulkan data dan
informasi dari catatan, hasil wawancara dan hasil pengamatan, serta mencari inti
atau pokok yang dianggap penting dari setiap aspek temuan penelitian.
107
Pada tahap ini akan dilakukan perangkuman terhadap temuan penelitian dalam
susunan yang sistematis untuk mengetahui kebennaknaan pengelolaan work shop
yang diteliti. Kegiatan telaah dalam tahap ini antara lain adalah membuat
rangkuman secara deskriptif dan sistematis, sehingga tenia sentral dapat diketahui
dengan mudah, kemudian memberi makna setiap rangkuman tersebut dengan
memperhatikan kesesuaian dengan materi penelitian.
3. Tahap perifikasi
Pada tahap ini akan dilakukan pengkajian tentang kesimpulan yang telali diambil
dengan data pembanding teori tertentu. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat
kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang dapat dipercaya.
Dalam hal ini langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: menguji kesimpulan
yang telah diambil dengan membandingkan teori-teori yang dikemukakan para
pakar, terutama teori yang relevan; melakukan proses pengecekan ulang, mulai
dari pelaksanaan pra survey, wawancara inti, pengamatan dari data dan informasi
yang telah dikumpulkan; membuat kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai
hasil dari penelitian yang nanti telah dilakukan.
F. Validasi Data Penelitian
Menumt Moleong (2000: 173) untuk dapat memeriksa keabsahan
(trustworthiness)
data penelitian dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: (1) derajat
kepercayaan
(credibility),
dikenal dalam nonkualitatif dengan istilah "validitas
internal;" (2) keteralihan (transferbalitiy),Nasution (1996: 114) mempersamakan cara
ini dengan validitas eksternal dalam nonkualitatif; (3) kebergantungan
108
nonkualitatif; dan (4) kepastian (confirmability), dalam nonkualitatif dikenal dengan
istilah "objektivitas."
Sementara untuk mendapatkan keabsahan data yang dimaksud, peneliti
menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang juga diungkapkan oleh
Moleong (2000: 175-181), yaitu sebagai berikut:
/. Perpanjangan keikutsertaan
Sebagaimana telah difahami bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif adalah
instrumen itu sendiri, karenanya keikutsertaan peneliti dalam masa waktu yang
panjang dipandang penting, peneliti menyadari akan hal ini. Sekalipun masa
penelitian secara resmi di lapangan berlangsung relatif tidak lama, namun
pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian peneliti
dapatkan dari kebersamaan ketika mengajar di tempat penelitian selama ± setahun
sebelumnya.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari,
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci dan mendalam.
Karenanya peneliti berusaha mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan selama masa penelitian terhadap faktor-faktor yang
menonjol guna mendapatkan pemahaman yang biasa tentang faktor-faktor
tersebut.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
109
membedakan empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori. Patton (1987: 331)
mengemukakan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu infonnasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berada dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan
jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
(2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain yang berbeda; (5) membandingkan hasil wawancara dengan
isi suatu dokumen yang berkaitan. Lebih lanjut Patten mengemukakan dua
strategi berkaitan dengan triangulasi dengan metode, yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data; dan
(2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Sementara triangulasi denganpenyidikyaitu dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Kemudian triangulasi denganteori, menumt Guba dan Lincoln
(1981: 307) adalah berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat
diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori, maka hams
diupayakan memikirkan kemungkinan-keungkinan lain yang ditunjang dengan
data-data yang ada. berdasarkan hal di atas peneliti mencoba untuk melakukannya
demi diperolehnya tingkat keabsahan data yang diinginkan.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat
5. Analisis kasus negatif
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak
sesuai dengan pola dan kecendemngan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagai bahan pembanding.
6. Penggunaan bahan referensi
Digunakan untuk mengamankan berbagai infonnasi yang didapatkan dari
lapangan. Dalam hal ini peneliti memanfaatkan penggunaan tape recorder untuk
merekam hasil wawancara. Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh gambaran
yang lengkap tentang informasi yang diberikan oleh narasumber sekaligus dapat
memahami konteks pembicaraan. 7. Pengecekan anggota (member check)
Tujuan dari teknik ini adalali agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Para pihak
yang terlibat dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan
situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisir oleh peneliti. Setiap
akhir wawancara atau pembaliasan satu topik diupayakan untuk disimpulkan
secara bersama. Sehingga perbedaan persepsi dalam suatu masalah dapat
dihindarkan, juga dilakukan konfirmasi dengan narasumber terhadap laporan hasil
wawancara. Sehingga apabila ada kekeliman dapat diperbaiki atau bila ada
kekurangan dapat ditambali dengan infonnasi bam. Dengan demikian data yang
diperoleh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh narasumber.
I l l
keteralihan (transferbility) berkenaan dengan kebergunaan hasil penelitian dalam situasi-situasi lain. Dalam hal ini diupayakan tercapainya generalisasi
yang menunjukkan sampai dimanakah hasil penelitian beriaku bagi populasi tertentu. Generalisasi menunjukkan validitas eksternal.
Kebergantungan (dependability) dan kepastian (konfirmability) adalah suatu
kriteria kebenaran dalam penelitian kualitatif yang pengertiannya sejajar dengan
reliabilitas dalam nonkualitatif, yakni mengupas tentang konsistensi hasil penelitian.
Artinya sebagai kriteria untuk menguji apakah penelitian ini dapat diulang atau
dilakukan di tempat lain dengan temuan hasil penelitian yang sama. Adapun
konfirmabilityberkenaan dengan objektivitas hasil penelitian.
Agar kebenaran dan objektivitas hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan, dapat dilakukan dengan cara audit, yakni dengan melakukan
pemeriksaan ulang sekaligus dilakukan konfirmasi untuk meyakinkan bahwa hal-hal
yang dilaporkan dapat dipercaya dan sesuai dengan data yang ada. dalam hal ini
peneliti melakukan upaya sebagai berikut:
1. Data mentah yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi
direkapitulasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan cermat.
2. Data mentali disusun dalam hasil analisis dengan cara menyeleksi, kemudian
merangkum atau menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi yang lebih
sistematis
3. Membuat hasil sintesis data, bempa kesesuaian tema dengan tujuan penelitian,
penafsiran dan kesimpulan.
4. Melaporkan selumh proses penelitian sejak pra survey dan desain pengelolaan
BAB VI
KESIMPULAN, IMPLIKASl, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pennasalahan yang diteliti, yaitu bagaimana pengelolaan work
shop
dilakukan dalam pelaksanaan program pembelajaran mata diklat praktik dasar
kejuruan di SMK Teknologi dan Industri Negeri I Cilegon, maka dapat
disimpulkan bahwa secara umum pengelolaan
work shop
yang dilakukan telali
menunjukkan keunggulan-keunggulan, sekalipun masih terdapat beberapa aspek
yang memeriukan penyempumaan. Secara rinci kesimpulan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Pada aspek perencanaan, secara umum telah menunjukkan
keunggulan-keunggulan, yaitu keunggulan pada aspek proses penyusunan program
kegiatan; perencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya operasional; dan
perencanaan pengembangan
work shop,
sementara kelemahannya terletak pada
aspek perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya. Di
samping aspek yang dinilai belum efektif, pada beberapa bagian aspek yang
dinilai sudah efektif juga perlu upaya penyempumaan agar perencanaan kegiatan pengelolaan work shopmencapai tingkat efektivitas yang maksimal.
2. Dari aspek pelaksanaan kegiatan, secara umum juga telah menunjukkan
keunggulan-keunggulan. Keunggulan tersebut yaitu pada aspek: koordinasi
dengan pihak-pihak terkait dalam kegiatanworkshop; optimalisasi penggunaan
fasilitas, alat, dan bahan; pengawasan penggunaan alat dan bahan; pemeliharaan
190
Sekalipun demikian, keunggulan-keunggulan tersebut dipandang masih butuh
penyempumaan, karena masih ada bagian-bagian pada aspek tersebut di atas
yang masih hams dibenahi. Sedangkan kelemahan yang ada yaitu pada aspek
kegiatan
work shop
dalam melayani kegiatan KBM dan pelaksanaan fungsi
work shopsebagai sumber belajar. Sekalipun kelemahannya hanya pada bidang
kegiatan pelayanan KBM dan pelaksanaan fungsi
work shop
sebagai sumber
belajar, namun bidang ini dinilai sangat pokok dalam kegiatan
work shop,
dan
berkontribusi besar dalam menentukan kualitas output yang diharapkan.
3. Pada aspek pengawasan, secara umum masih menunjukkan
kelemahan-kelemahan, temtama pada aspek intensitas atau frekuensi pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas
pemda/diknas. Kemudian keunggulannya nampak pada teknik pengawasan
yang dilakukan, namun hal ini bukan masalali yang terlalu pokok, masalah yang
pokok adalah intensitas pengawasan dan pembinaan pelaksana pengawasan.
4. Kemudian pada output pengelolaan work shop, telah ditemukan
keunggulan-keunggulan, yaitu pada aspek kinerja kegiatan belajar mengajar dan hasil
belajar siswa. Sementara kelemahan yang prinsip belum ditemukan. Sekalipun
demikian hasil yang sangat maksimal belum diperoleh sehingga upaya
penyempumaan masih hams terns dilakukan.
5. Sementara hasil analisis SWOT menunjukkan baliwa proses upaya
memaksimalkan kekuatan dan meminimalkan intensitas kelemahan dinilai
belum efektif, karena upaya memaksimalkan kekuatan belum dapat
meminimalkan kelemahan secara penuh yang jumlahnya lebih kompleks.
191
ada dinilai sudah efektif, karena ancaman yang ada jauh lebih sedikit dan
dengan intensitas yang rendah dibanding dengan peluang yang ada.
B. Implikasi
Pertama:
Menurut hasil penelitian terungkap bahwa masih terdapat kelemahan pada
aspek perencanaanwork shop,yaitu temtama pada aspek perencanaan dan keadaan
tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya. Pertama, jabatan tenaga
pengelola (ketua program dan toolman) sifatnya mempakan tugas tambahan,
karena tugas pokok ketua program adalah sebagai gum dan tugas pokok toolman
sebagai pembantu umum tata usaha. Tentu saja hal ini akan berpengaruh besar
terhadap kedua bidang tugas yang diemban. Memberikan tugas tambahan kepada
seorang gum berarti menambah beban dan jam kerja gum yang selama ini dinilai
sudah cukup berat, jam mengajar seorang ketua program akan terkurangi oleh tugas
sebagai ketua program, sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak akan
maksimal, sementara tugas ketua programpun tidak akan optimal dijalankan
karena harus dibagi waktu dan tugas-tugas mengajar. Begitupun seorang toolman,
tidak akan optimal melaksanakan tugas sebagai toolman karena waktunya dibagi
dengan pekerjaan sebagai pembatu TU. Menumt PP. No.38 Th. 1992 Bab 2pasal
2, gum (tenaga pendidik), laboran, teknisi sumber belajar mempakan tenaga
kependidikan yang masing-masing terpisah. Secara lengkap dinyatakan bahwa
"tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan,
192
work shopdapat dikategorikan sebagai teknisi sumber belajar dan laboran. Kedua,
jumlah pengelola yang tidak memadai akan berpengamh terhadap kurang
optimalnya pelayanan terhadap kegiatan belajar mengajar, yang pada akhimya akan
berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil yang tidak maksimal. Kedua aspek
tersebut pada akhimya akan berpengamh terhadap kinerja dan produktivitas proses
pendidikan, sehingga akan berpengamh pada mutu pendidikan secara umum.
Di sisi lain, sekalipun aspek-aspek lainnya dinilai sudah efektif, namun
tingkat
efektivitasnya
belum
maksimal,
sehingga
masih
dibutulikan
penyempumaan.
Misalnya, belum adanya rencana/program kerja yang jelas
(tertulis), sehingga mengakibatkan kurang terarahnya kegiatan yang dilakukan,
karena tidak ada acuan/pedoman kerja yang sehamsnya tertuang dalam program
kerja.
Kedua:
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa pada aspek pelaksanaan kegiatan
masih terdapat kelemahan temtama pada bidang pelayanan kegiatan belajar
mengajar, yang pada pokoknya disebabkan oleh kurangnya personil pengelola,
sehingga berimbas pada rendahnya kualitas pelayanan. Pelayanan yang bumk akan
mempengaruhi kegiatan pembelajaran, pada akhimya akan mempengaruhi pula
kualitas hasil belajar.
Sementara aspek lain yang dinilai sudah efektif, dipandang masih perlu
penyempumaan.
Misalnya, pada aspek koordinasi titemukan belum adanya
pemetaan tugas
(job description)
yang jelas, sehingga mengakibatkan kurangnya
pengetahuan tentang fungsi masing-masing personil dan kurang adanya keselarasan
193
menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing). Kemudian hal lain adalali pada
bidang ftingsi work shop sebagai sumber belajar, telah terungkap tentang
terbatasnya jumlah alat, sehingga dapat mempengaruhi optimalisasi kegiatan
pembelajaran. Penambahan jumlah alat perlu diupayakan dengan
sungguh-sungguh dan terns menerus.
Ketiga:
Pengawasan/supervisi mempakan bagian penting dari tugas pokok kepala
sekolali. Proses supervisi tidak sebatas meninjau, melihat, mengamati, namun
tindak lanjut dari itu adalali upaya pembinaan yang hams dilakukan, agar
kekurangan-kekurangan yang ditemukan dari hasil pengawasan dapat diperbaiki.
Kurangnya intensitas/ftekuensi pengawasan menggambarkan kurangnya upaya
pembinaan yang dilakukan, ditambah dengan kurangnya ketegasan dan daya kreatif
kepala sekolah terhadap pengelolaan work shop,hal ini akan berpengamh terhadap
kinerja personil bawahan, kinerja personil tidak akan maksimal karena merasa
kurang diawasi dan dibina, hal ini terbukti dengan masih adanya gum yang kurang
maksimal dalam menjalankan tugas. Pada akhimya hal ini akan mempengaruhi
kinerja sekolali secara keselumhan.
Keempat:
Berdasarkan hasil analisis SWOT terungkap baliwa upaya memaksimalkan
kekuatan dan meminimalkan intensitas pengamh kelemahan yang ada dinilai belum
efektif, karena kompleksnya kelemahan yang ada dibandingkan dengan upaya
memaksimalkan kekuatan yang dilakukan. Kelemahan-kelemahan tersebu'.
memiliki implikasi sebagai berikut: 1) kekurangan jumlah alat dibanding dengan
!i oil ".
•I
\ \
mengajar, yang pada akhimya akan mempengaruhi pencapaian hasil peml^jarari:
2) masih banyak siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan mempengafufii
hasil belajar secara pribadi, pada akhimya akan berpengaruh kepada hasil rata-rata
prestasi siswa secara umum; 3) masih ada gum yang belum maksimal dalam
menjalankan tugas akan berpengamh kepada kinerja proses belajar mengajar; 4)
kekurangan personil pengelola work shop akan berpengaruh kepada kurang
optimalnya pelayanan terhadap kegiatan belajar mengajar; 5) keterbatasan dana
akan mempengaruhi proses pengadaan fasilitas/alat/bahan dan pengelolaan work
shop secara keseluruhan; 6) kurang tegasnya kebijakan dan daya kreatif kepala
sekolah terhadap pengelolaan work shop akan berpengaruh kepada lambannya
pengembangan work shop sebagai sentral kegiatan pembelajaran praktik di
sekolah, sementara di sisi lain kemajuan teknologi industri menuntut kualitas
output pendidikan yang baik, sehingga dapat bersaing pada pasar kerja yang ada; 7)
kurangnya ketegasan dan intensitas pengawasan kepala sekolah akan berimbas
kepada kurang maksimalnya kinerja personil, yang pada akhimya akan
mempengaruhi kinerja sekolah secara umum. Hal ini terbukti dengan masih
adanya gum yang belum maksimal dalam menjalankan tugas; 8) struktur organisasi
yang kurang lengkap akan berpengamh kepada kurang maksimalnya pelaksanaan
fungsi dan tugas masing-masing personil; 9) program kerja/kegiatan yang tidak
sistematis berimplikasi kepada kurang terarahnya pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan, tidak adanya keselarasan bertindak pada setiap personil, karena tidak
195
C. Rekomendasi
Workshop
sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran praktik di
SMK Teknologi dan Industri memiliki peran sentral dalam menentukan tingkat
kualitas output pendidikan yang dihasilkan, karena orientasi pendidikan SMKTI
adalah mempersipkan lulusannya menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang
profesional untuk bekerja di dunia industri. Profesionalisme menuntut pengetahuan
dan keterampilan yang memadai. Output yang baik dihasilkan dari proses
manajemen yang baik pula, salah satu indikator manajemen yang baik adalah
manajemen yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi.
Efektivitas pengelolaan work shop secara keseluruhan ditunjang oleh
efektivitas bagian-bagian di dalamnya yang satu sama lain saling mempengaruhi.
Satu bagian dinilai tidak efektif akan mempengaruhi aspek lain yang pada akhimya
akan berimplikasi pada kualitas output secara keselumhan. Perencanaan yang baik
hams ditunjang oleh pelaksanaan kegiatan dan pengawasan serta pembinaan yang
baik pula. Pengelolaan
work shop
yang efektif merupakan hal yang utama dalam
menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan tuntutan ideal lulusan yang
ingin dicapai. Karena itu perlu ada upaya penyempumaan, temtama yang berkaitan
dengan tiga aspek pokok dalam pengelolaan, yaitu perencanaan program,
pelaksanaan kegiatan, dan pengawasan/pembinaan. Guna penyempumaan
pengelolaan
work shop
yang ada, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
dengan ini dapat diajukan rekomendasi yang diharapkan menjadi bahan
pertimbangan untuk langkah-langkah selanjutnya dalam upaya penyempumaan
196
Pertama, susun rencana/program kerja yang jelas/tertulis. Karena
program kerja yang jelas/matang dan tertulis mempakan acuan atau panduan bagi
masing-masing devisi dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga tindakan dalam proses
pencapaian tujuan akan seiaras dan terpadu dengan baik. Keterpaduan antara
kepala sekolah, pihak jumsan, para gum, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam
proses perencanaan pengelolaanwork shopperlu terns dikembangkan, tidak hanya
dari segi proses pengajuan kebutuhan fasilitas, alat, bahan, dan biaya, namun
perencanaan kegiatan
work shop
yang lebih menyeluruh menyangkut berbagai
aspek yang dibutuhkan, seperti penentuan visi, misi, dan strategi pengembangan;
menentukan pengelola dan pengembangan kemampuannya yang menyangkut
bagaimana mengadakan pelatihan di luar maupun di dalam lembaga sendiri;
menentukan program kegiatan yang matang sesuai dengan tuntutan maten
pembelajaran.
Kedua, tunjuk petugas yang khusus menangani pengelolaan work shop
(tanpa mamiliki tugas lain). Jika yang dilakukan adalah pemberdayaan gum yang
ada, maka kurangi beban jam mengajar gum yang bersangkutan, sehingga akan
lebih dapat terfokus pada tugas menangani work shop. Misalnya seorang gum
yang ditunjuk menjadi ketua program tidak diberikan beban jam mengajar lebih
banyak setiap minggunya, sehingga waktunya untuk mengelola bengkel lebih
tersedia, begitupun seorang toolman hendaknya tidak memiliki tugas lain di luar
work shop.
Ketiga, guna mengoptimalkan pelayanan kegiatan belajar mengajar,
penuhi standar minimum jumlah pengelola.
Misalnya dengan menambah petugas
197
program dapat terkurangi, sehingga kebutuhan kegiatan pembelajaran dapat
terlayani dengan baik.
Keempat,
tingkatkan kesejahteraan pengelola.
Kesejaliteraan pengelola
yang memadai diharapkan akan menambah motivasi dan produktivitas
kerjanya.
Upayakan agar pendapatan pengelola dapat mencukupi standar minimum
kebutuhan hidupnya, sehingga ia tidak lagi mencari tambahan pendapatan
sampingan diluartugasnya.
Kelima, tingkatkan standar minimum jumlah fasilitas, alat, dan bahan
praktik agar sebanding dengan kebutuhanjumlah siswa.
Alat
yang relevan dengan
materi pembelajaran saja tidak cukup, akan tetapi untuk alat-alat tertentu
memeriukan jumlah yang memadai sesuai dengan perbandingan jumlah siswa
yang menggunakan.