• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

TERHADAP MENINGKATNYA BELANJA DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2011

ARTIKEL PUBLIKASI

Disusun Oleh : A. ROHMAT SURYO D

B 300 090 010

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, telah membaca artikel publikasi dengan judul: “Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-2011 “

yang ditulis oleh :

A. ROHMAT SURYO D B 300 090 010

Penandatangan berpendapat bahwa artikel publikasi tersebut telah memenuhi syarat untuk di terima.

Surakarta, 20 Maret 2014 Pembimbing

Yuni Prihadi Utomo, SE., MM.

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

(3)

1

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

TERHADAP MENINGKATNYA BELANJA DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2011

A. Rohmat Suryo D B 300 090 010

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak: Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Produk Domestik Regional Bruto perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan, dan Inflasi baik secara parsial maupun secara simultan terhadap meningkatnya Belanja Daerah di Kota Surakarta tahun 1990-2011.

Data yang digunakan adalah data sekunder (time series) dalam kurun waktu 1990-2011 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Surakarta serta sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Adapun data yang digunakan meliputi data Belanja Daerah, Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, PDRB Perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan dan Inflasi. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS)

Berdasarkan hasil Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya ada dua variabel independent yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependent yaitu hanya variabel Dana Alokasi Umum dan PDRB Perkapita yang berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Secara simulatan menunjukkan variabel Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, PDRB Perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan, dan Inflasi berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kota Surakarta. Uji kebaikan model, pada R2 (Koefisien Determinasi Majemuk) menunjukkan variasi peningkatan Belanja Daerah tahun 1990 – 2011 dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model statistik.

(4)

2 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Reformasi yang telah terjadi membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan diberlakukan Undang-undang No. 22 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah. Tujuan ekonomi yang hendak dicapai melalui desentralisasi adalah mewujudkan kesejahteraan melalui penyediaan pelayanan publik yang lebih merata dan memperpendek jaraj antara penyedia layanan publik dan masyarakat lokal (Harianto dan Adi,2007).

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan pengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah berlaku efektif mulai 1 Januari 2001 mempunyai tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada daerah kabupaten dan kota ditandai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari Pemerintah pusat ke Pemerintah daerah yang bersangkutan. Hal tersebut menegaskan bahwa Pemda memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumberdaya yang dimiliki untuk belanja-belanja daerah dengan menganut asas kepatuhan, kebutuhan, dan kemampuan daerah yang tercantum dalam anggaran daerah (Harianto dan Adi,2007).

Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan rencana keuangan tahunan Pemda yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemda dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah yang merupakan pedoman bagi Pemda dalam memberikan pelayanan kepada publik dalam masa satu tahun anggaran. APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (Harianto dan Adi,2007).

(5)

3

Dalam rangka otonomi daerah yang lebih luas kepada daerah terutama di bidang keuangan daerah diberi kewenangan untuk dapat mengisi sumber dana yang ada sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing-masing sehingga nantinya dapat meningkatkan pendapatan daerahnya untuk kepentingan pembiayaan rumah tangganya sendiri. Kemampuan administrasi pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap realisasi penerimaan pendapatan, alokasi tanggung jawab untuk melaksanakan pengenaan pajak dan pungutan pajak tergantung pendapatan asli daerah, tingkat kemampuan yang dibutuhkan dan tersedianya tenaga ditingkatkan daerah. Tenaga terampil mungkin terbatas dan sulit bagi pemerintah daerah mempekerjakannya, meskipun ada alternatif seperti menyewa konsultan atau bantuan tenaga dari suatu instansi lain.(Arsyad, 2000:10)

Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Tahun 2013 diproyeksi sebesar 6,11%, kontribusi terbesar masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel & restoran, industri pengolahan dan jasa. Sektor keuangan,persewaan dan Jasa Perusahaan,dan sektor sekunder dan tersier tersebut menjadi penggerak pertumbuhan PDB Kota Surakarta. Pertumbuhan kedua sektor tersebut meningkat seiring dengan berhasilnya pencitraan brand image Kota Surakarta sebagai Kota yang skala regional, nasional dan internasional yang memberi akselerasi pada pertumbuhan dan kontribusi sektor basis. Kondisi perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2012 dan 2013 optimis tumbuh, seiring dengan kuatnya pasar domestik dalam memicu pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,07% tahun 2012 dan 6,11% pada tahun 2013. Sedangkan proyeksi pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan harga konstan tahun 2012-2013, masing-masing tumbuh sebesar 9,25% dan 6,06% untuk tahun 2011-2012 dan 11,06% dan 6,11% untuk tahun 2012-2013. Sedangkan inflasi di Kota Surakarta pada Tahun 2010 sebesar 6,65 % dan Tahun 2011 sebesar 2,35 % (Bappeda Surakarta).

2. Tujuan Penelitian

untuk mengetahui pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, Produk Domestik Regional Bruto perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan, dan Inflasi baik secara parsial maupun secara simultan terhadap meningkatnya Belanja Daerah di Kota Surakarta tahun 1990-2011.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengeluaran Pemerintah

(6)

4

yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu teori makro dan teori mikro.

2. Pengeluaran Pemerintah

Belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang dapat mengakibatkan berkurangnya nilai ekuitas dana sebagai kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran serta tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja juga dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek, dan rincian objek belanja (Yuwono, 2008).

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi/kabupaten/kota yang terdiri atas urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan belanja, urusan wajib diproritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sebagai upaya pemenuhan kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat tersebut diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai peraturan perundang-undangan (Yuwono, 2008).

3. Pajak Daerah

Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah baik pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri, penerimaan dari badan usaha milik pemerintah, penerimaan dari lelang (Guritno, 2001).

(7)

5

struktur pajaknya dapat dibuat menjadi progresif. Pajak penghasilan dikatakan mempunyai tarif yang progresif apabila presentase pajak (terhadap pendapatan) semakin besar dengan semakin tingginya tingkat pendapatan (Guritno, 2001)

4. Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dari pengertian yang diambil dari Undangundang nomor 33 tahun 2004 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa DAU merupakan sarana untuk mengatasi ketimpangan fiskal antar daerah dan di sisi lain juga memberikan sumber pembiayaan daerah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa DAU lebih diprioritaskan untuk daerah yang mempunyai kapasitas fiskal yang rendah.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perjalanan pembangunan ekonomi telah menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada struktur perekonomian. Perubahan struktur ekonomi merupakan salah satu karakteristik yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi pada hampir setiap negara maju. Berdasarkan catatan sejarah tingkat pertumbuhan sektoral ini termasuk pergeseran secara perlahan dan kegiatan-kegiatan pertanian menuju ke kegiatan-kegiatan non pertanian dan akhir-akhir ini dari sektor industri ke sektor jasa (Arsyad, 1995). Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional merupakan suatu proses perubahan yang terencana dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang di dalamnya melibatkan seluruh kegiatan yang ada melalui dukungan masyarakat di berbagai sektor. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan (Sukirno, 1981).

6. Pengangguran

(8)

6

tetapi belum mulai bekerja dan mereka yang putus asa untuk memperoleh (dalam jiwa orang).

7. Tingkat Pendidikan

Menurut Mankiw (2003), modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja dewasa. Pendidikan merupakan hal pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga selain itu hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan.

Bagi pembangunan ekonomi pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna. Di satu pihak untuk memperoleh pendidikan diperlukan waktu dan uang. Pada masa selanjutnya setelah pendidikan diperoleh, masyarakat dan individu akan memperoleh manfaat. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak berpendidikan. Semakin tinggi pendidikan, csemakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh.

8. Inflasi

Laju Inflasi adalah tingkat perubahan tingkat harga umum (Samuelson, 1997:306). Dampak dari inflasi tidak untuk diidentifikasi sangat sulit, dan selama inflasi seluruh harga dan upah tidak bergerak dengan tingkat yang sama. Menurut Bank Indonesia (2007), inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala atau kekakuan struktural (structural rigidities) yang menyebabkan penawaran dalam perekonomian menjadi kurang atau tidak adanya responsif terhadap permintaan yang meningkat. Inflasi yaitu kenaikan dalam tingkat harga umum.

METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Wilayah yang dijadikan penelitian adalah Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah, dan penelitian ini menganalisis pengaruh Pajak Daerah (X1), Dana Alokasi Umum, PDRB Perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan dan Inflasi Kota Surakarta terhadap Belanja Daerah Kota Surakarta dalam kurun waktu 1990-10.

2. Jenis dan Sumber Data

(9)

7

Alokasi Umum (X2), PDRB Perkapita (X3), Pengangguran (X4), Tingkat Pendidikan (X5) dan Inflasi (X6).

3. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable) dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 1999).

Pengaruh peubah bebas terhadap total penerimaan belanja daerah dapat diketahui dari persamaan regresi berikut ini:

Yt = β0+β1X1t+β2X2t+β3X3t+β4X4t+β5X5t+ β6X6t+Ut Keterangan :

Y : Belanja Daerah X1 : Pajak Daerah X2 : Dana Alokasi Umum X3 : PDRB Perkapita X4 : Pengangguran X5 : Tingkat Pendidikan X6 : Inflasi

β0 : Konstanta Intersep β1: Koefisien regresi pajak daerah β2 : Koefisien regresi Dana Alokasi Umum

β3 : Koefisien regresi PDRB β4 : Koefisiensi Pengangguran

β5 : Koefisiensi Tingkat Pendidikan β6 : Koefisiensi Inflasi Ut : Variabel penganggu

Parameter yang digunakan dalam model diatas dapat ditaksir dengan metode ordinary least squares (OLS), dengan syarat asumsi-asumsi model regresi linier berganda ini terpenuhi (Gujarati, 1999)

Penggunaan metode kuadrat terkecil biasa (OLS) dapat dilakukan apabila asumsi regresi linier klasik terpenuhi. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh persamaan regresi linier berganda yaitu Uji Normalitas, Autokorelasi, Heterokedastisitas, dan Multikolinearitas

HASIL PENELITIAN

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun persamaan modelnya sebagai berikut

Yt = β0+β1X1t+β2X2t+β3X3t+β4X4t+β5X5t+ β6X6t+Ut

(10)

diLog-8

kan. Sehingga setelah dilakukan Log maka didapat model persamaan sebagai berikut:

Log(Yt) = β0+β1 Log(X1t)+β2 Log(X2t)+β3 Log(X3t)+β4 Log(X4t)+β5 Log(X5t)+ β6X6t+Ut

Dimana:

Y : Belanja Daerah X1 : Pajak Daerah (ribuan) X2 : Dana Alokasi Umum ((ribuan) X3 : PDRB Perkapita (jutaan) X4 : Pengangguran (jiwa) X5 : Tingkat Pendidikan (jiwa) X6 : Inflasi (persen)

β0 : Konstanta Intersep β1 : Koefisien regresi pajak daerah β2 : Koefisien regresi Dana Alokasi Umum

β3 : Koefisien regresi PDRB β4 : Koefisiensi Pengangguran β5 : Koefisiensi Tingkat Pendidikan β6 : Koefisiensi Inflasi

Ut : Variabel penganggu

1. Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda

Hasil estimasi model diatas yang dipakai untuk melihat pengaruh variable Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, PDRB perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan dan Inflasi terhadap Belanja Daerah menggunakan regresi linear dengan metode Ordinary Least Square (OLS) memperlihatkan hasil sebagaimana terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda

LOG(Y) = 5.086761 + 0.213667. LOG(X1) + 0.471100. LOG(X2) + (2.516453) (1.369586) (4.741913)*

0.411500. LOG(X3) - 0.105041. LOG(X4) - (2.523452)** (1.182356)

0.007785. LOG(X5) - 0.001522. X6 + Ut (0.030990) (0.802484)

R-squared = 0.995933; Durbin-Watson stat = 1.434577; F-statistic = 612.1940

Sumber: Sumber: Hasil Olah data dengan E Views Keterangan:

* Signifikan pada α = 0,01; ** Signifikan pada α = 0,05; ***Signifikan pada α = 0,10; angka kurung adalah nilai t-statistik

(11)
[image:11.612.165.511.130.392.2]

9 2. Uji Asumsi Klasik

Tabel 2. Hasil Uji Asumsi Klasik (1) Normalitas (Jarque Berra)

Jarque-Bera = 4.989286; Probability = 0.082526** (2) Autokorelasi (Breusgh–Godtrey)

Obs. R-squared = 2.487770; Prob. Chi-Square(2) = 0.2883** (3) Hateroskedastisitas (White)

Obs. R-squared = 3.608991; Prob. Chi-Square(6) = 0.7294** (4) Multikolinearitas (Klien)

R2 = 0,995933 R21 = 0,984494** R22 = 0,976550** R23 = 0,978832** R24 = 0,671824** R25 = 0,935523** R26 = 0,182861**

(5) Uji Spesifikasi Model (Ramsey Reset)

F-statistic (2, 13) = 0.582502; Probability = 0.3890** Sumber: Sumber: Hasil Olah data dengan E Views

Keterangan:

Diterima pada * Signifikansi α = 0,01; ** Signifikansi α = 0,05; ***Signifikansi pada α = 0,10;

Pada tabel 2 hasil uji asumsi klasik dan spesifikasi model terlihat bahwa uji normalilitas diterima pada tingkat signifikansi 0,05. Kenormalan distribusi Ut penting sekali mengingat uji validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F) maupun sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel dependen mansyaratkan hal ini. Uji autokorelasi juga terlihat hasil pengujiannya diterima pada tingkat signifikansi 0,05. Diterimanya uji autokorelasi menunjukkan nilai variabel masa lalu tidak memiliki pengaruh terhadap nilai variabel masa kini, atau masa datang.

(12)

10 3. Uji Kebaikan Model

Tabel 3. Hasil Uji Kebaikan Model (1) Uji F

F-statistic = 612.1940; Prob(F-statistic) = 0.000000* (2) Uji Interpretasi R2

R-squared = 0.995933 atau 99,5 % Sumber: Sumber: Hasil Olah data dengan E Views Keterangan:

Ditolak * Signifikan pada α = 0,01; ** Signifikan pada α = 0,05; ***Signifikan pada α = 0,10;

Pada tabel 4.10 hasil uji kebaikan model terlihat bahwa pada uji F terlihat pada tingkat signifikansi 0,01 ditolak. Artinya model yang digunakan eksis, sehingga dengan demikian variabel Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, PDRB Perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan, dan Inflasi berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kota Surakarta. R2 (Koefisien Determinasi Majemuk) menyatakan proporsi atau presentase tata varian dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1, jika R2, berarti garis regresi tersebut menjelaskan 100% variasi atau proporsi dan variabel dependen. Dari hasil estimasi persamaan tersebut besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0,995 Artinya 99,5% variasi peningkatan Belanja Daerah tahun 1990 – 2011 dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model statistik.

4. Uji Validatas Pengaruh

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Pengaruh Uji t

(1) Probabity X1 = 0.1910 (2) Probabity X2 = 0.0003* (3) Probabity X3 = 0.0234** (4) Probabity X4 = 0.2555 (5) Probabity X5 = 0.9757 (6) Probabity X6 = 0.4348

Sumber: Sumber: Hasil Olah data dengan E Views Keterangan:

Ditolak * Signifikan pada α = 0,01; ** Signifikan pada α = 0,05; ***Signifikan pada α = 0,10;

(13)

11 KESIMPULAN

Berdasarkan analisa regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) tentang variabel yang mempengaruhi Belanja Daerah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Uji asumsi klasik terlihat bahwa disitribusi Ut Normal. Uji autokorelasi menunjukan tidak ada masalah autokorelasi dalam model. Uji heteroskedastisitas menunjukkan model tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Uji multikolinearitas menunjukkan tidak terdapat masalah multikolinearitas pada model statistik terpilih. Uji Spesifikasi Model menunjukkan model linear.

2) Uji kebaikan model, pada uji F t menunjukkan model yang digunakan eksis, sehingga dengan demikian variabel Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum, PDRB Perkapita, Pengangguran, Tingkat Pendidikan, dan Inflasi berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kota Surakarta.

3) Uji kebaikan model, pada R2 (Koefisien Determinasi Majemuk) menunjukkan variasi peningkatan Belanja Daerah tahun 1990 – 2011 dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model statistik. 4) Uji validatas pengaruh, pada uji t hanya ada dua variabel independent

yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependent yaitu hanya variabel Dana Alokasi Umum dan PDRB Perkapita yang berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Unun Dian dan Suhardjo, Yohanes. 2010. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum ( DAU ) dan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah. Solusi, Vol. 9 No. 1, Januari 70 2010 : 69 – 81

Arsyad, Lincolin. 1995. Peramalan Bisnis. Yogyakarta: BPFE

__________, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Badan Pusat Statistik 1998, Kotamadya Surakarta dalam angka 1997. Surakarta: BPS

__________ 1999, Kotamadya Surakarta dalam angka 1998. Surakarta: BPS __________ 2000, Surakarta dalam angka 1999. Surakarta: BPS

(14)

12

__________ 2006, Surakarta dalam angka 2005. Surakarta: BPS __________ 2007, Surakarta dalam angka 2006. Surakarta: BPS __________ 2008, Surakarta dalam angka 2007. Surakarta: BPS __________ 2009, Surakarta dalam angka 2008. Surakarta: BPS __________ 2010, Surakarta dalam angka 2009. Surakarta: BPS __________ 2011, Surakarta dalam angka 2010. Surakarta: BPS

__________ 2011. Data dan Informasi Kemiskinan Jawa Tengan 2002-2010, Semarang: BPS

__________ 2012, Surakarta dalam angka 2011. Surakarta: BPS

__________ 2012. Data dan Informasi Kemiskinan Jawa Tengan 2003-2011. Semarang: BPS

__________ 2012. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota. Surakarta: BPS

__________ 2013. Surakarta dalam angka 2012. Surakarta: BPS Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Guritno M. 2001. Ekonomi Publik. Edisi Tiga. Yogyakarta:BPFE

Harianto, David dan Adi Priyo Hari. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah Dan Pendapatan Per Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli Mankiw. 2003. Pengantar ekonomi, Erlangga. Jakarta

Pemerintah Kota Surakarta, 2012. Nota Kesepakatan Pemerintah Kota Surakarta dengan Dewan Perwakilan Rakyat Dearah: Tentang Priotritas plafon Anggaran Sementara Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta tahun Anggaran 2013. Surakarta: Pemerintah Kota Surakarta

Rusmanto 2012. Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah pada Kota dan Kabupaten dl Propinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Spread. April 2012. Volume 2 Nomor I halaman 55-64

Rustiadi, E. dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Samuelson, Paul A dan willian D. Nordhaus. 1997. Makro Ekonomi. Edisi Keempat Belas. Jakarta: Erlangga

Simanjutak Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Sukirno, Sadono. 1981. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta:FE-UI

(15)

13

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Gambar

Tabel 2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Referensi

Dokumen terkait

Data Guru Ngaji, Takmir Masjid, Imam Musholla, Modin, dan Penyelenggara Pendidikan Ponpes penerima insentif terkadang kurang valid seperti rekening penerima yg mati, nama

Hasil uji t berpasangan didapatkan nilai p =0,000 yang dapat disimpulkan bahwa pelatihan efektif secara signifikan meningkatkan keterampilan bantuan hidup dasar pada

Thus the improvement witnessed in Group S (sick geese not treated with iodine) after transferring them into the laboratory can only be attributed to the release of these animals from

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu dipertimbangkan antara lain: (1) Menggunakan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok melalui 5

Dengan merujuk pada pentingnya pendekatan kontingensi dalam menilai kinerja manajerial, penelitian ini memasukkan gaya kepemimpinan Islami (kemampuan interpersonal

Alkhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas kanuria dan rahamat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul ”ASUHAN

Dianjurkan kepada peneliti lain agar dapat melaksanakan penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui besarnya faktor lain di luar pelaksanaan kebiasaan menggunakan bahasa

Sugiyono (2009:172) menyatakan : Instrument reabilitas adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang