HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI SBMPTN
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh: DESY BULKHAINI
F 100 110 119
FAKULTAS PSIKOLOGI
ii
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI SBMPTN
NASKAH PUBLIKASI
HALAMAN JUDUL
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh :
DESY BULKHAINI F 100 110 119
FAKULTAS PSIKOLOGI
xvi
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI SBMPTN
Desy Bulkhaini
desy.bulbul@gmail.com
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi SBMPTN. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis korelasi product moment, paired sample t-test, independent sample t-test dan analisis faktor menggunakan program bantu SPSS 19,0 For Windows Program. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan dalam menghadapi SBMPTN. Dukungan teman memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan dengan dukungan Orangtua dan Guru. Pada dukungan teman dan dukungan guru aspek informatif memiliki kontribusi yang lebih besar sedangan pada dukungan orangtua, aspek instrumental lebih dominan. Tingkat dukungan sosial tergolong tinggi sedangkan tingkat kecemasan tergolong sedang. Terdapat peningkatan kecemasan pada 2 minggu sebelum SBMPTN dan 1 minggu sebelum SBMPTN. Tingkat kecemasan perempuan lebih besar dibandingkan dengan kecemasan laki-laki.
1 PENDAHULUAN
Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi (SBMPTN)
merupakan seleksi bersama masuk
Perguruan Tinggi Negeri dengan
ujian tertulis. SBMPTN bertujuan
untuk memberi peluang bagi calon
mahasiswa untuk memilih lebih dari
satu PTN lintas wilayah. Peserta
yang mengikuti SBMPTN adalah
siswa yang belum lulus dalam
SNMPTN tahun 2015 dan lulus dari
Satuan Pendidikan dan Ujian
Nasional SMA/MA/SMK/MAK atau
yang setara tahun 2013, 2014, dan
2015 (SNMPTN, 2014).
Berdasarkan data statistik
terjadi penurunan tingkat kelulusan
SBMPTN sebesar 3,0% dari 18,7%
di tahun 2013 dan 15,7% di tahun
2014. Walaupun daya tampung pada
tahun 2014 sudah dinaikkan dan
program studi sudah bertambah,
masih banyak siswa yang tidak lolos
SBMPTN. Hal ini mengakibatkan
Siswa merasa takut dan cemas jika
tidak diterima di PTN impiannya.
Nevid (2005) mengatakan bahwa
salah satu sumber kecemasan bagi
seseorang adalah ujian. Menurut
Woolfolk (2012), ada 3 hal yang
dicemaskan oleh siswa dalam
menghadapi ujian yaitu khawatir
akan gagal, tidak bisa konsentrasi
saat belajar / tidak mampu kuasai
materi, dan hasil ujian jelek.
Siswa yang mengalami
kecemasan dalam mengahadapi ujian
yang dibutuhkan adalah adanya
dukungan dari lingkungan. Teori
Ekologi Brofenbrenner (dalam
Woolfolk, 2009) mengemukakan
bahwa setiap orang berkembang
dalam sebuah mikrosistem (keluarga,
teman-teman, kegiatan sekolah,
guru) dalam sebuah mesosistem
(interaksi diantara semua elemen
mikrosistem), yang melekat dalam
sebuah eksosistem (setting sosial
yang mempengaruhi anak). Sarafino
(1994) berpendapat bahwa dukungan
sosial adalah suatu kesenangan,
penghargaan, perhatian, ataupun
bantuan yang dirasakan dari orang
lain maupun kelompok.
Dukungan sosial dari
orang-orang sekitar individu yaitu orang-orangtua,
saudara, kakak, adik, kekasih, teman
dekat dan masyarakat. Dukungan
2 kurangnya kecemasaan (Germenzy
dan Rutter dalam Sari, 2006).
Didukung oleh pendapat Conel
(dalam Sari, 2006) yang menyatakan
bahwa kecemasan akan rendah
apabila individu memiliki dukungan
sosial.
Menurut Goldberg-Glen
(dalam Engel, 2012) walaupun
dukungan sosial yang lebih tinggi
pada umumnya terkait dengan
kurangnya kecemasan, tidak semua
bentuk dukungan sosial yang terkait
dengan tingkat kecemasan.
Dukungan sosial juga memiliki efek
negatif. Sarafino (1994)
mengemukakan beberapa contoh
dukungan sosial yang memiliki efek
negatif seperti, dukungan yang
tersedia tidak dianggap sebagai
sesuatu yang membantu individu.
Hal ini dapat terjadi karena
dukungan yang diberikan tidak
cukup, individu merasa tidak perlu
dibantu atau terlalu khawatir secara
emosional sehingga tidak
memperhatikan dukungan yang
diberikan serta dukungan yang
diberikan tidak sesuai dengan apa
yang dibutuhkan individu. Cohen &
McKay (dalam Saklofske 1995)
menambahkan bahwa dukungan
sosial dapat dikatakan memiliki
kualitas tinggi ketika memenuhi
kebutuhan penerima dalam hal jenis
fungsional atau waktu.
Berdasarkan uraian di atas,
peneliti ingin mengetahui hubungan
antara dukungan sosial dengan
kecemasan menghadapi SBNMPTN
pada siswa SMA dan dukungan
sosial seperti apa yang dibutuhkan
oleh siswa yang menghadapi tes.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
Priest (dalam Safaria,
2009) berpendapat bahwa
kecemasan atau perasaan cemas
adalah suatu keadaan yang
dialami ketika berpikir tentang
sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi. Atkinson
(dalam Safaria, 2009)
menambahkan bahwa kecemasan
merupakan emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai
dengan gejala seperti
3
Kecemasan dalam
menghadapi ujian adalah keadaan
emosional yang meliputi
kekhawatiran, kegelisahan yang
mempunyai ciri-ciri
keterangsangan fisiologis,
perasaan yang tegang dan tidak
menyenangkan yang
mengeluhkan bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi, yang
berkaitan dengan perasaan akan
gagalnya dalam mengerjakan
suatu tugas (Fitri & Elfida, 2003)
Calhoun dan Acocella
(dalam Safaria, 2009)
mengemukakan aspek-aspek
kecemasan dalam tiga reaksi,
yaitu, reaksi emosional, reaksi
kognitif dan reaksi fisiologis.
Ditinjau dari pendekatan
behavioral, kecemasan menurut
Alvin (2007) terjadi akibat dua
faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri
dari pola pikir, kepribadian dan
keyakinan. Faktor eksternal
terdiri dari pelajaran lebih padat,
tekanan untuk berprestasi tinggi,
dorongan status sosial, dukungan
sosial dan orang tua yang saling
berlomba.
B. Dukungan Sosial
Sarafino (dalam Smet,
1994) mengemukakan bahwa
dukungan sosial mengacu pada
kesenangan yang dirasakan,
penghargaan akan kepedulian,
atau membantu orang menerima
dari orang-orang atau
kelompok-kelompok lain.
Menurut Sarafino (1994),
ada beberapa sumber dukungan
sosial yaitu
1. Kalangan non professional,
Orang-orang sekitar individu
dan significant others seperti a. Keluarga, yaitu orangtua
b. Teman sebaya
c. Guru atau significant
others lainnya. Significant others disini bisa diartikan orang yang special.
2. Kalangan Professional, seperti
dokter dan psikolog.
3. Kelompok-kelompok
dukungan sosial (social
4 Aspek-aspek dukungan sosial
menurut House (dalam Smet, 1994)
yaitu :
1. Dukungan emosional
Dukungan ini mencakup
ungkapan empati, kepedulian
dan perhatian terhadap orang
yang bersangkutan, misalnya
penegasan dan umpan balik.
2. Dukungan penghargaan
Dukungan yang terjadi lewat
ungkapan hormat atau
penghargaan positif untuk
individu, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu, dan
perbandingan positif individu
dengan orang lain, misalnya
seperti orang-orang kurang
mampu atau lebih buruk
keadaannya.
3. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental
mencakup bantuan langsung,
seperti saat orang-orang
memberi pinjaman uang kepada
individu atau menolong dengan
pekerjaan pada waktu
mengalami stress.
4. Dukungan informatif
Dukungan dengan cara
memberikan nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran-saran atau
umpan balik.
Menurut Myers (dalam
Maslihah, 2011) mengemukakan
bahwa ada tiga faktor penting yang
mendorong seseorang untuk
memberikan dukungan yang positif,
diantaranya:
1. Empati
Empati merupakan turut
merasakan kesusahan orang lain
dengan tujuan mengantisipasi
emosi dan motivasi tingkah laku
untuk mengurangi kesulitan dan
meningkatkan kesejahteraan
orang lain.
2. Norma dan nilai sosial
Norma dan nilaisosial
berguna untuk membimbing
individu untuk menjalankan
kewajiban dalam kehidupannya.
3. Pertukaran sosial
Hubungan timbal balik
perilaku sosial antara cinta,
pelayanan, dan informasi.
Keseimbangan dalam pertukaran
5 hubungan interpersonal yang
memuaskan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
pendekatan kuantitatif dengan alat
ukur berupa skala kecemasan dan
skala dukungan sosial. Skala
kecemasan berdasarkan aspek
kecemasan yang dikemukakan oleh
Calhoun dan Acocella (dalam
Safaria, 2009) yaitu emosi, kognitif
dan fisiologis. Aspek-aspek dalam
skala dukungan sosial disusun
berdasarkan 3 sumber dukungan
yaitu orangtua, teman dan guru.
Dukungan tersebut dibedakan
menjadi 4 kriteria yang dikemukakan
oleh House (dalam Smet, 1994)
yaitu emosional, penghargaan,
instrumental dan informatif.
Subjek yang diambil dalam
penelitian adalah 133 siswa yang
akan mengikuti ujian SBMPTN
dengan jumlah perempuan 86 orang
dan laki-laki berjumlah 47 orang.
Pengambilan sampel dengan
menggunakan cluster sampling. Data
diambil dua kali untuk skala
kecemasan yaitu 2 minggu sebelum
SBMPTN dan 1 minggu sebelum
SBMPTN.Teknik analisis data
menggunakan korelasi Product
Moment Pearson, analisis Paired Sample T-Test, Independent Sample T-Test dan Analisis Faktor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis
data menggunakan teknik analisis
Product Moment dari Carl Pearson
dengan menggunakan bantuan
program SPSS 19 For Windows
dapat diketahui nilai koefisien
korelasi sebesar -0,258 dengan sig.= 0,001; p < 0,01, menunjukan
ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara dukungan sosial
dengan kecemasan. Semakin tinggi
dukungan sosial maka akan semakin
rendah kecemasan. Sebaliknya
semakin rendah dukungan sosial
maka akan semakin tinggi
kecemasan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis yang
diajukan oleh peneliti. Hal ini dapat
diartikan bahwa dukungan sosial
mempengaruhi kecemasan dalam
menghadapi SBMPTN. Sarason
(dalam Sapp 2013) menemukan
bahwa dukungan sosial strategi
efektif untuk menurunkan kecemasan
6
Dukungan yang positif
berhubungan dengan kurangnya
kecemasaan (Germenzy dan Rutter
dalam Sari, 2006). Didukung oleh
pendapat Conel (dalam Sari, 2006)
yang menyatakan bahwa kecemasan
akan rendah apabila individu
memiliki dukungan sosial. Dukungan
sosial berkaitan erat dengan
hubungan dengan keluarga, teman,
tetangga, guru dan lain-lain dari
signifikansi kepada orang yang
mencakup empati, perhatian, peduli,
cinta, dan kepercayaan. Kebutuhan
akan rasa kasih sayang pada masa
remaja merupakan kebutuhan yang
prinsip bagi kesehataan jiwa dan
mental remaja. Kasih sayang yang
diperoleh dari orangtua, guru,
orang-orang disekitarnya dan juga
teman-teman sebayanya. Dengan
mendapatkan kasih sayang dan
penghargaan dari orang lain, maka
remaja dapat belajar untuk
menyayangi orang lain. Selain
itukasih sayang dapat menumbuhkan
kepercayaan pada diri remaja,
sehingga dapat membantu
menurunkan kecemasan (Suhesti,
2012). Sarason menambahkan
(dalam Saklofske & Zeidner 1995)
bahwa orang yang memperoleh
dukungan sosial akan mengalami
hal-hal positif dalam hidupnya,
memiliki harga diri, dan mempunyai
pandangan yang lebih optimis.
Individu yang memiliki
dukungan sosial yang baik dan
positif akan memiliki harga diri
tinggi, kepercayaan diri yang tinggi
dan mempunyai pandangan yang
lebih optimis, sehingga dalam
menghadapi sesuatu yang
menyebabkan kecemasan,
kekhawatiran dan kegelisahan saat
ujian SBMPTN, individu tersebut
dapat mengatasinya dengan baik.
Dukungan teman sebaya
sering kali merupakan sumber
dukungan yang penting. Teman juga
bertindak sebagai orang kepercayaan
yang penting, membantu remaja
memecahkan masalah (Santrock,
2007). Sarason (dalam Sapp 2013)
menambahkan khususnya persiapan
tes dengan dukungan teman dapat
membantu seseorang menangani
kecemasan tes. Hal ini sesuai dengan
hasil analisis faktor yang
menunjukkan hasil dukungan teman
7
dukungan orangtua dan guru.
Hasilnya adalah, dukungan orangtua
sebesar 0,647 atau 64,7%, dukungan
teman diterangkan sebesar 80,6%,
dukungan guru diterangkan sebesar
71,8%. Menurut Piaget dan Sullivan
(dalam Santrock 2007) menekankan
bahwa melalui interaksi teman
sebayalah remaja belajar bagaimana
berinteraksi dalam hubungan yang
simetris dan timbal balik. Karena
orangtua memiliki pengetahuan dan
otoritas yang lebih besar daripada
anak, interaksi orangtua-anak sering
kali mengajar anak bagaimana
menyesuaikan diri dengan peratura
dan regulasi. Sebaliknya, hubungan
sebaya lebih cenderung terjadi setara.
Remaja juga mengatakan
bahwa mereka lebih banyak
bergantung pada teman disbanding
pada orangtua untuk memuaskan
kebutuhan mereka akan pertemanan,
keyakinan tentang keberhargaan diri
dan keintiman (Furman &
Buhrmester dalam Santrock , 2007).
Dilihat dari kontribusi
masing-masing aspek pada dukungan teman,
aspek informatif memiliki kontribusi
paling besar yaitu 0,671. Hal ini
menunjukkan bahwa teman sebaya
sering memberikan nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran-saran atau
umpan balik antar teman. Hal ini
sesuai dengan fungsi pertemanan
sebagai sumber daya, bantuan,
harapan akan dukungan, semangat,
umpan balik dan hubungan yang
melibatkan keterbukaan diri
(Gottman & Parker dalam Santrock,
2007).
Pada dukungan Orangtua,
aspek Instrumental memiliki
kontribusi yang lebih tinggi
dibandingkan aspek lain yaitu
sebesar 0,652. Hal ini menunjukkan
bahwa Orangtua berperan dalam
memberikan bantuan langsung,
seperti memberi biaya dan fasilitas
yang dibutuhkan siswa yang
menghadapi SBMPTN. Menurut
Willis (2010), semakin pesatnya
pembangunan ekonomi dan
teknologi membuat keluarga
berjuang untuk meningkatkan
penghasilan agar terpenuhi tuntutan
uang dan materi bagi anggotanya.
Suasana keluarga yang semula
biasa-biasa saja, sekarang menjadi sibuk.
8
berusaha memenuhi kebutuhan
keluarga, sekarang ibu harus ikut
berusaha pula karena penghasilan
auah dianggap sudah tidak memadai
lagi. Kesibukan ayah dan ibu
mencari nafkah mengurangi
kuantitas waktu berdialog dan
memberikan perhatian kepada
ank-anaknya yang sedang berkembang,
yang sangat membutuhkan perhatian
dan kasih sayang orangtua. keluarga
yang telah memenuhi kebutuhan
psikologis seperti perhatian dan
kasih sayang, akan menyebabkan
anak-anak merasa jenuh dan merasa
kehilangan makna keberadaannya di
keluarga. Mereka kehilangan orang
tempat mengadukan
perasaan-perasaannya seperti rasa kecewa,
konflik, kecemasan dan sebagainya.
Pada dukungan Guru, semua
aspek yaitu emosional 0,689;
instrumental 0,677; penghargaan
0,678; dan informatif 0,742 tidak
memiliki perbedaan yang besar. Hal
ini menunjukkan bahwa dukungan
Guru merata pada semua aspek
dukungan sosial. Dalam penelitian
ini guru bimbingan belajar sudah
memberikan dukungan berupa
informasi terbaru mengenai
SBMPTN baik online maupun
berupa mading, koran, informasi
mengenai universitas dan jurusan
terbaru, tempat layanan customer
service, try out, kunci jawaban dan
cara mengerjakan try out, modul,
buku soal, trik menjawab soal
dengan cepat dan mudah, konsultasi jurusan, do’a bersama dan jam
tambahan bagi siswa sehingga
dukungan sosial dari guru tidak
memiliki perbedaan yang besar.
Menurut Djiwandono (2002), guru
memiliki peranan yang banyak
diantaranya guru sebagai ahli
instruksional yang harus secara tetap
membuat keputusan tentang materi
pelajaran dan metodenya, guru
sebagai motivator, guru sebagai
pembimbing, guru sebagai manajer
yang mengelola kelas, guru sebagai
konselor dan guru sebagai model.
Penelitian lain telah menemukan
bahwa siswa yang merasa memiliki
Guru yang mendukung dan peduli
memiliki motivasi yang lebih kuat
untuk mengerjakan tugas akademis
disbanding siswa yang memiliki
9 uli (McCombs dalam Santrock,
2007)
Sumbangan efektif (SE)
variabel dukungan sosial dengan
kecemasan dalam menggunakan
menghadapi SBMPTN sebesar 6,6%
ditunjukkan oleh koefisien
determinasi (r²) sebesar 0,066. Masih
terdapat 93,4% faktor lain yang
mempengaruhi kecemasan selain
dukungan sosial, diantaranya adalah
keyakinan, kepribadian dan pola
pikir (Alvin, 2007). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa dukungan
sosial dengan aspek yang terkandung
didalamnya cukup memberikan
kontribusi terhadap kecemasan
dalam menghadapi SBMPTN.
Hasil analisis variabel
dukungan sosial diketahui bahwa
memiliki rerata empirik (RE) sebesar
123,11 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 100 yang berarti variabel
dukungan sosial termasuk dalam
kategori tinggi.
Berdasarkan kategorisasi
skala dukungan sosial diketahui
bahwa terdapat 6,02% (8 orang)
yang tergolong sedang dalam
dukungan sosial; 69,92% (93 orang)
yang tergolong tinggi dalam
dukungan sosial; dan 24,06% (32
orang) yang tergolong sangat tinggi
dalam dukungan sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa prosentase dari
jumlah terbanyak berada pada posisi
tinggi. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa siswa yang akan mengikuti
ujian SBMPTN sudah mendapatkan
dukungan sosial yang baik dan
memenuhi aspek-aspek dukungan
sosial yang ada, seperti yang
dikemukakan oleh House (dalam
Smet, 1994) yaitu emosional,
penghargaan, instrumental dan
informatif.
Variabel kecemasan
mempunyai rerata empirik (RE)
sebesar variabel kecemasan pada
pengukuran pertama mempunyai
rerata empirik (RE) sebesar 71,02
dan rerata hipotetik (RH) sebesar 80
yang berarti kecemasan pengukuran
pertama pada subjek tergolong
sedang. Variabel kecemasan pada
pengukuran kedua mempunyai rerata
empirik (RE) sebesar 76,65 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar 80 yang
berarti kecemasan pengukuran
10 sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rerata empirik
antara kecemasan pada pengukuran
pertama dengan pengukuran kedua.
Adanya kenaikan rerata empirik
disebabkan oleh semakin
mendekatinya ujian SBMPTN. State
anxiety atau biasa disebut sebagai
A-state. A-state ini adalah kondisi
cemas berdasarkan situasi dan
peristiwa yang dihadapi. Artinya
situasi dan kondisi lingkunganlah
yang menyebabkan tinggi rendahnya
kecemasan yang dihadapi
(Spielberger dalam Komarudin,
2011). Dalam hal ini situasi tersebut
adalah ujian SBMPTN. Jadi
seseorang yang tidak merasa cemas
mungkin menjadi cemas jika
dibawah ancaman tertentu misalnya
ujian. Selain itu juga karena faktor
eksternal yaitu tekanan untuk
berprestasi tinggi dan orang tua yang
saling berlomba.
Berdasarkan kategori skala
kecemasan diketahui bahwa terdapat
0,75% (1 orang) yang tergolong
sangat rendah dalam kecemasan;
19,55% (26 orang) yang tergolong
rendah dalam kecemasan; 72,19%
(96 orang) yang tergolong sedang
dalam kecemasan; dan 7,51% (10
orang) yang tergolong tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa prosentase dari
jumlah terbanyak berada pada posisi
sedang.. Ini menunjukkan bahwa
prosentase dari jumlah terbanyak
berada pada posisi sedang. Dalam
kecemasan sedang ini
memungkinkan individu untuk
berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain.
Kecemasan ini mempersempit lapang
persepsi dan perhatian tidak selektif
tetapi berfokus pada lebih banyak
area jika diarahkan untuk
melakukannya (Stuart, 2007).
Berdasarkan analisis
Independent Sample T-Test
diketahui perbedaan kecemasan
antara laki-laki dan perempuan
dimana kecemasan perempuan lebih
tinggi dibanding kecemasan pada
laki-laki. Perempuan dengan mean
78,05 lebih besar daripada laki-laki
dengan mean 73,96. Cattel (dalam
Trismiati, 2004) menambahkan
bahwa perempuan juga lebih cemas,
kurang sabar, dan mudah
11 SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara dukungan
sosial dengan kecemasan dalam
menghadapi SBMPTN.
2. Subjek penelitian memiliki
dukungan sosial yang tergolong
tinggi. Dukungan tersebut berasal
dari orangtua, guru dan teman
sebaya. Dalam penelitian ini
dukungan teman sebaya
merupakan dukungan sosial
tertinggi kemudian dilanjutkan
oleh dukungan guru dan orangtua.
Dukungan sosial terdiri dari 4
aspek, yaitu informatif,
instrumental, penghargaan dan
emosional. pada dukungan teman
sebaya dan guru , aspek informatif
memiliki kontribusi yang lebih
tinggi dibandingkan aspek lain.
Pada dukungan orangtua, aspek
instrumental lebih dominan.
3. Sumbangan efektif atau peranan
dukungan sosial dengan
kecemasan dalam menghadapi
SBMPTN sebesar 6,6% ini berarti
masih 93,4% faktor lain yang
mempengaruhi kecemasan dalam
menghadapi SBMPTN.
4. Subjek penelitian memiliki
tingkat kecemasan yang tergolong
sedang dan terjadi peningkatan
kecemasan antara pengukuran
pertama dan kedua dimana
kecemasan pengukuran kedua
lebih besar dibandingkan pada
kecemasan pengukuran pertama
namun tidak signifikan.
Kecemasan perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan
kecemasan pada laki-laki.
B. Saran
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan maka
saran-saran yang dikemukakan
sehubungan dengan hasil
penelitian adalah:
1. Bagi siswa disarankan dapat
mengelola kecemasan dengan
baik terutama pada siswa
perempuan dalam
mengendalikan kerja otot dan
jantung dengan cara melatih
12
2. Bagi teman sebaya disarankan
memberikan ungkapan hormat
atau penghargaan positif untuk
individu, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu seperti pujian.
3. Bagi Orangtua disarankan untuk
memberikan penghargaan
positif, nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran-saran atau
umpan balik kepada anak
4. Bagi Guru disarankan untuk
memberikan bantuan langsung,
seperti memberikan penjelasan
cara menjawab soal dengan
benar dan memberikan fasilitas
atau akses soal latihan
menghadapi ujian.
5. Bagi peneliti lain untuk
meningkatkan kualitas penelitian
lebih lanjut khususnya yang
berkaitan dengan hubungan
antara dukungan sosial dengan
kecemasan dalam menghadapi
ujian disarankan
menyempurnakan hasil
penelitian ini dengan cara
melibatkan variabel-variabel
yang belum diungkap antara lain
: kepribadian, self efficacy, pola
pikir dan faktor lain yang
13 DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono, S. E. (2002). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT
Gramedia.
Engel, R. J., & Schutt, R. K. (2012).
The Practice of Research in Social Work. SAGE.
Fitri, R., & Elfida, D. (2003).
Kontribusi Self Efficacy
terhadap Kecemasan
Menghadapi Ujian Pada
Siswa. Jurnal Psikologi, 80-90.
Komarudin. (2011). Hubungan Level
Kecemasan dan Akurasi
Passing dalam Permainan
Sepakbola. Fakultas Ilmu
Keolahragaan UNY, 1-16.
Marty, S. (2013). Test Anxiety.
America: University Press of
America.
Maslihah, S. (2011). Studi Tentang
Hubungan Dukungan Sosial,
Penyesuaian Sosial di
Lingkungan Sekolah dan
Prestasi Akademik Siswa
SMPIT Assyifa Boarding
School Subang Jawa Barat.
Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No. 2, 103-113.
Nevid, J., Rathus, S., & Greene, B.
(2005). Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Safaria, T., & Saputra, N. E. (2009).
MANAJEMEN EMOSI:
Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda.
Jakarta: Bumi Aksara.
Saklofske, D. H., & Zeidner, M.
(1995). International
Handbook of Personality and Intelligence. Springer Science & Business Media.
Santrock, J. W. (2007).
Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kecemasan dalam
14
Ditinjau dari Dukungan
Sosial. Jurnal Psikologi
Proyeksi, 37-45.
Smet, B. (1994). Psikologi
Kesehatan. Jakarta : PT
Grasindo.
SNMPTN, I. (2015). Seleksi
Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri 2015.
Retrieved Februari 16, 2015,
from
http://www.halosnmptn.ac.id
Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat
Kecemasan antara Pria dan
Wanita Akseptor Kontrasepsi
di RSUP Dr. Sardjito
Yogyyakarta. Jurnal Psyche Vol. 1 No. 1.
Willis, S. S. (2010). Remaja dan
Masalahnya. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition : Edisi kesepuluh.