• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pemeriksaan Mikrobiologi Dan Parameter Total Dissolved Solid Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Pemeriksaan Mikrobiologi Dan Parameter Total Dissolved Solid Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Air sangat penting demi kelangsungan kehidupan semua makhluk hidup tanpa terkecuali. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga agar tubuh tidak kekeringan (Widyastuti, 2011). Menurut Departemen Kesehatan RI (1994) keperluan air umumnya adalah 60 liter perkapita : 30 liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum, dan sisanya untuk kebutuhan yang lainnya. Tidak hanya itu air juga merupakan sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut (Sutrisno, 2006).

(2)

Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah total bakteri Escherichia coli. Penentuan kualitas air secara mikrobiologi dilakukan dengan Most Probable Number Test. Jika di dalam 100 mL sampel air minum didapatkan sel bakteri coliform memungkinkan terjadinya diare dan gangguan pencernaan lain (Suriawiria, 2008). Asfawi (2004) melakukan penelitian pada 49 sampel depot air minum isi ulang di kota Semarang dengan hasil sebanyak 15 depot (30,6%) tidak memenuhi syarat sebagai air minum artinya bahwa air minum diindikasikan sudah tercemar bakteri Coliform/

Escherichia coli. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang

tercemar bakteri Coliform/Escherichia coli adalah diare. Parameter pemeriksaan air minum meliputi parameter mikrobiologi dan parameter Total Dissolved

Solid/TDS (jumlah garam inorganik atau organik yang terlarut dalam air) (WHO,

2011). Penelitian yang dilakukan Environmental Protection Agency tahun 2008 untuk menentukan jumlah TDS dalam air minum hasilnya bahwa TDS dapat meningkatkan konsentrasi bromida dalam air minum yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Waren, 2010). Air minum yang mengandung TDS dapat mempengaruhi efek kesehatan yaitu memberikan rasa tidak enak pada lidah, rasa mual yang disebabkan karena natrium sulfat dan magnesium sulfat, terjadinya penyakit jantung serta toksaemia pada ibu hamil (Sutrisno, 2006). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, pengawasan mutu air minum pada depo air minum menjadi tugas dan tanggung jawab dinas kesehatan kabupaten/kota itu sendiri (Departemen Kesehatan, 2002).

(3)

pemeriksaan yaitu parameter mikrobiologi dan parameter TDS terhadap air minum isi ulang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas air minum isi ulang.

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur cemaran bakteri Coliform/

Escherichia coli dengan menggunakan metode MPN dan TDS dalam air minum

isi ulang di kecamatan Kartasura.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat cemaran bakteri Coliform dalam air minum isi ulang di kecamatan Kartasura, Sukoharjo ?

2. Berapa jumlah Total Dissoved Solid (zat yang terlarut) dalam air minum isi ulang di kecamatan Kartasura, Sukoharjo ?

3. Apakah air minum isi ulang di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo layak dikonsumsi ?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini dilakukan untuk :

1. Mengetahui cemaran bakteri Coliform dalam air minum isi ulang di kecamatan Kartasura, Sukoharjo

2. Mengetahui jumlah Total Dissolved Solid (zat yang terlarut) dalam air minum isi ulang dikecamatan Kartasura, Sukoharjo

3. Mengetahui kelayakan air minum isi ulang di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo

D. Tinjauan Pustaka 1. Sumber air minum

(4)

memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain air laut, air atmosfer, air permukaan, dan air tanah (Radji, 2008). Sumber-sumber air ini bisa dijadikan air minum tetapi harus dilakukan dengan penggolahan yang sempurna untuk menghindari adanya cemaran mikroba dan zat yang terlarut didalamnya baik itu bersifat anorganik maupun organik (Sutrino, 2006).

Selama ini kebutuhan akan air minum dipenuhi dari sumber air sumur dan air permukaan tanah yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan pencemaran sumber air minum sehingga kualitas air sumur berkurang serta pasokan air minum belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini mendorong pertumbuhan industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) meningkat dan banyak diminati oleh masyarakat karena praktis dan ekonomis (Rahayu, 2008). Dalam kurun waktu selanjutnya tidak hanya AMDK yang meningkat karena permintaan pasar, industri Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) juga makin meningkat dengan harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat (Kharisma, 2007).

2. Kualitas air

Kualitas adalah suatu nilai yang menyatakan baik buruknya suatu barang atau benda. Air juga harus dinilai kualitasnya untuk menggambarkan kesesuaiannya untuk memenuhi kebutuhan baik itu air minum, perikanan, pertanian dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menghindari cemaran dalam air yang akan dikonsumsi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI kegiatan pengawasan kualitas air minum diselenggarakan secara terus-menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh masyarakat terjamin kualitasnya sesuai persyaratan kualitas air minum (Departemen Kesehatan, 2002). Batas maksimum cemaran mikroba dalam air mineral adalah angka lempeng total 102 g/mL, MPN coliform <3 g/mL, Escherichia coli 0 g/mL, Clostridium perfringens 0 g/mL, Salmonella negatif (Departemen Kesehatan, 1994).

(5)

kimiawi (pH, zat mineral atau zat kimia tertentu), parameter radiologik (pejanan medis, sinar gamma bumi, radon, sinar kosmik, dan lain-lain), parameter kelayakan/fisik (bau, rasa, kekeruhan, temperatur, dan warna) (Widyastuti, 2011). Adanya zat yang terlarut dalam air minum mungkin dapat mempengaruhi rasa. Syarat-syarat diterimanya jumlah zat yang terlarut/Total Dissolved Solid dalam air minum sebagai berikut : air dikatakan lebih baik jika < 300 mg/L, baik antara 300 dan 600 mg/L, kurang diterima antara 900-1200 mg/L, tidak diterima jika >1200 mg/L (WHO, 2003).

Pengelola yang menyediakan air minum baik dalam kemasan atau air minum isi ulang perlu melakukan pemeriksaan kualitas air minum secara berkala guna menghindari cemaran bakteri dalam air yang diproduksi (Radji, 2008). Tidak hanya air yang dianalisis adanya cemaran mikrobanya tetapi juga peralatan yang digunakan selama proses produksi yang digunakan oleh pengusaha air minum baik itu dalam kemasan dan isi ulang sebab rata-rata peralatan yang digunakan terbuat dari logam kemungkinan dapat memicu terjadinya cemaran logam dalam air. Peraturan kemasan air minum isi ulang ini diatur dalam Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian RI Nomor 705/MPP/Kep/11/2003 tentang persyaratan teknis industri air minum dalam kemasan, untuk pengemasan disyaratkan mutlak menjamin kualitas air dan kesehatan konsumen.

3. Sistem Pengolahan Air

Air yang akan digunakan baik itu untuk konsumsi, pertanian, perikanan, dan sebagainya harus melalui pengolahan terlebih dahulu guna mencegah adanya cemaran dalam air tersebut. Pengolahan air harus mempertimbangkan segi keekonomisan dan efisiensinya (Hazmi dkk, 2010). Proses-proses pengolahan air antara lain :

a. Klorinasi

(6)

b. Ozonisasi

Ozonisasi ini menggunakan gas ozon (O3). Fungsi dari proses pengolahan air menggunakan ozon sebagai desinfektan utama juga sangat efektif untuk penguraian berbagai jenis pestisida dan zat kimia organik lain. Kinerja ozon bergantung pada pencapaian konsentrasi yang diinginkan setelah periode kontak tertentu.

c. Proses Desinfeksi Lain

Metode ini mencakup kloraminasi, radiasi UV, proses radiasi lanjut, dan penggunaan klorin dioksida. Kloraminasi dapat dijadikan sebagai desinfektan sekunder untuk mempertahankan residu sistem distribusi yang stabil. Proses radiasi UV digunakan untuk menonaktikfkan protozoa, bakteri, bakteriofag, ragi, virus, jamur dan alga. Metode lain yang digunakan untuk zat-zat yang sulit dihancurkan dengan cara proses radiasi.

d. Filtrasi

Filtrasi dapat dilakukan menggunakan filter gravitasi cepat, horizontal, bertekanan atau filter pasir lambat. Filtrasi mampu menghilangkan polutan. e. Aerasi

Proses pengolahan air menggunakan teknik aerase dengan menyingkirkan senyawa volatil yang menyebabkan bau, rasa serta radon sehingga dapat mempengaruhi kualitas air.

f. Koagulasi kimiawi

Proses ini merupakan pengolahan air yang umum dilakukan. Keefektifan proses ini tergantung pada pemilihan dosis koagulan optimum serta pH. Fungsinya untuk menyingkirkan logam berat tertentu dan zat kimia organik dengan solubilitas rendah.

g. Adsorpsi karbon teraktivasi

(7)

h. Pertukaran ion

Pertukaran ion merupakan proses ketika ion dengan muatan yang sama bertukar antara fase air dan fase resin padat. Fungsi pengolahan air ini untuk menyingkirkan kontaminan.

i. Proses membran

Pengolahan air ini menggunakan teknik osmosis balik (reverse osmosis), ultrafikasi, mikrofiltrasi, dan nanofiltrasi. Fungsinya untuk menghasilkan air dalam aplikasi industri atau farmasi (Widyastuti, 2011).

Proses pengolahan air seperti diatas belum tentu menjamin kualitas air yang baik sesuai syarat mutu air yang ditetapkan oleh pemerintah. Seiring perkembangan teknologi, proses tegangan tinggi (plasma) digunakan untuk pengelolaan zat pencemar yang terkandung dalam air dengan memanfaatkan hasil dari benturan elektron energi tinggi yang menghasilkan radikal hidroksil. Hal ini dikarenakan radikal hidroksil mempunyai potensi membunuh bakteri dan mengoksidasi senyawa organik (Sato, 2007).

4. Parameter cemaran air a. Bakteri Escherichia coli

Cemaran mikroba dalam air minum dapat mengakibatkan penularan penyakit atau infeksi (Edzwald, 2011). Masalah adanya cemaran ini juga dapat terjadi pada air minum isi ulang yang terkontaminasi bakteri sehingga menyebabkan keresahan di masyarakat. Pracoyo (2006) menemukan cemaran bakteri dalam air minum isi ulang di DKI Jakarta sebesar 1,7%, Bogor sebesar 6%, Tangerang sebesar 11%, sedangkan di Bekasi tidak ditemukan adanya cemaran. Mikroorganisme seperti E.coli dan Campylobacter dapat berakumulasi dalam endapan dan dimobilisasi ketika aliran meningkat sehingga mengakibatkan air tercemar (Widyastuti, 2011).

E.coli merupakan flora normal yang terdapat dalam usus. Manifestasi klinis

(8)

Enteroagregative E.coli (menyebabkan diare akut dan kronis), Enteroinvasive

E.coli (menyebabkan penyakit mirip dengan shigellosis) (Jawetz, 2005).

Escherichia coli yang paling berbahaya adalah Enterohemorrhagic E.coli

(serotype O157:H7) yang menghasilkan toksin yang kuat dan dapat menyebabkan peradangan pada usus besar (Clark,2007).

b. Bakteri Coliform

Bakteri total mencakup berbagai jenis basilus Gram-negatif bukan pembentuk spora yang aerobik dan anaerobik fakultatif juga mencakup organisme yang dapat bertahan dan berkembang dalam air (Widyastuti, 2011). Bakteri Coliform dapat memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C. Bakteri coliform terdiri dari Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella,dan

Enterobacter. E.coli umumnya menyebabkan penyakit diare selain itu juga dapat

menyebabkan infeksi saluran kencing. Bakteri Citrobacter, Klebsiella, dan

Enterobacter dapat menyebabkan infeksi sistem saluran kencing dan sepsis.

Keberadaan bakteri ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat higienitas suatu perairan (Effendi, 2003).

Athena (2004) melakukan penelitian pada 38 DAMIU di daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi hasilnya 28,9% air minum isi ulang tercemar Coliform dan 18,4% tercemar E.coli. Cemaran Coliform dalam air minum dapat disebabkan oleh pencemaran pada air baku, jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi, penanganan air hasil olahan, pemeliharaan, dan sistem transportasi untuk mengangkut sumber air baku (Suprihatin, 2008).

c. Zat yang terlarut (Total Dissolved Solid/TDS)

(9)

sodium dan kation pottasium dan karbonat, hidrogen karbonat, klorida, sulfat dan anion nitrat (Sutrisno, 2006).

Parameter TDS menjadi parameter penting sebagai perhatian air baik itu untuk konsumsi atau pertanian. Secara langsung berhubungan dengan salinitas air, koefisien absorpsi garam dan kualitas air minum (Asghari et al., 2006). WHO (2003) menetapkan level TDS dalam air < 300 mg/L lebih baik, antara 300-600 mg/L baik, antara 900-1200 mg/L kurang diterima, dan tidak diterima >1200 mg/L. Konsentrasi TDS tinggi dapat mempengaruhi rasa. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan TDS pada air baik itu air minum, perikanan, industri dan pertanian untuk mengurangi efek yang tidak diinginkan bagi manusia dan kehidupan organisme dalam air. Meningkatnya konsentrasi TDS dan sulfat dalam air dapat meningkatkan kadar bromida yang dapat berefek bagi kesehatan manusia bila dikonsumsi (Warren, 2010). Timpano (2010) menyimpulkan bahwa tingginya level TDS memperlihatkan hubungan negatif dengan beberapa parameter lingkungan air yang menyebabkan meningkatnya toksisitas pada organisme didalamnya.

5. Analisis Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi ada 3 metode yaitu : standart plate count (SPC), metode dengan tabung fermentasi, dan metode penyaring membran. Pemeriksaan bakteri pada air minum lebih tepat menggunakan metode MPN/Most Probable

Number karena lebih cocok untuk tes coli total, tes E. coli, dan lain-lain serta

metode MPN memberi konsentrasi yang tepat. Metode MPN terdiri dari 3 langkah yaitu tes pendugaan, tes penegasan, dan tes pelengkap tetapi hanya tes pendugaan dan tes penegasan yang sering dilakukan (Jawetz et al., 2005).

(10)

produk air, air minum dalam kemasan, dan susu kadang kala sedikit maka dapat menggunakan deret 5 tabung reaksi cara kerjanya pun sama dengan deret 3 tabung (Radji,2011).

6. Pemeriksaan Total Dissolved Solid

Total Dissolved Solid sudah ada dalam air baik itu di air sungai, danau,

kolam, dan lain-lain dalam jumlah kecil tetapi jika air tersebut dalam kondisi tercemar tingkat konsentrasi TDS dalam air dapat menjadi tinggi melebihi batas level yang direkomendasikan oleh WHO yaitu < 300 mg/L. Pemeriksaan TDS ada berbagai macam metode. Umumnya pemeriksaan TDS ada 2 cara yaitu metode gravimetri dan metode konduktivitas elektrik (Sawyer, 1967).

Metode konduktivitas adalah metode yang umum digunakan pada pemeriksaan TDS air minum. Konduktivitas menggunakan arus listrik untuk melarutkan ion ke konduktor. Pengukuran elektronik konduktor ini hasilnya cepat dan peralatan yang digunakan tidak mahal. Pengukuran elektronik konduktor memberikan keuntungan penting daripada penentuan langsung TDS dengan analisis kimia (Janardhana, 2007).

Tingginya TDS dapat juga diukur dengan menggunakan metode gravimetri. Pengukuran dengan metode gravimetri ini lebih akurat dibandingkan pengukuran elektronik konduktor tetapi metode ini relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan menggunakan metode elektonik konduktor serta membutuhkan banyak peralatan (Vadjie,1989). Gravimetri adalah suatu pengukuran jumlah suatu zat berdasarkan pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisis direaksikan (Sawyer, 1967).

(11)

E. Keterangan Empiris

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang dapat diambil setelah penelitian ini yaitu mendapatkan informasi mengenai keefektifan program SANIMAS tahun 2008-2009 yang telah diterapkan di lapangan

Penelitian ini dilakukan semata-mata untuk menambah wawasan mengenai penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan Good Corporate Governance pada lembaga perbankan syariah

Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi saya sendiri maupun para pembaca mengenai membuat program Aplikasi

Bahan pengikat yang dipakai umumnya adalah jenis semen Portland atau disebut juga Portland Cement (PC). Agregat kasar umumnya adalah dipakai krikel atau batu

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.

Dalam penelitian ini yang berjudul “Implementasi Data Mining Untuk Memprediksi Masa Studi Mahasiswa Menggunakan Algotitma C4.5 (Studi Kasus: Universitas Dehasen

Melihat gencarnya promosi yang dilakukan oleh Coffee &amp; Resto Cengkir Klopo penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah promosi yang dilakukan oleh Coffe &amp; Resto

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika (idealisme-relativisme) terhadap sensitivitas etika (yang digambarkan sebagai kemampuan