• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi Problem Based Learning (PTK Pada Siswa Kelas VIIC Semester Genap SMP Negeri 22 Surakarta Tahun 2013/ 2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi Problem Based Learning (PTK Pada Siswa Kelas VIIC Semester Genap SMP Negeri 22 Surakarta Tahun 2013/ 2014)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

(PTK Pada Siswa Kelas VIIC Semester Genap SMP Negeri 22 Surakarta Tahun 2013/ 2014)

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

WINDHA PURI HASTUTI A 410 100 266

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASIMATEMATIKA

research is classroom action research method consists of two cycles, each cycle consisting of five stages, namely the orientation of students on issues, organize the students to learn, guiding the investigation of individuals and groups, to develop and present the results of the work, and to analyze and evaluate the process of problem solving. Data was analyzed using descriptive comparative analysis that compares the ability of communication in the initial conditions, the first cycle and the second cycle. The results showed an increase in students' mathematical communication skills that can be seen from the increase in the indicators include: 1) students are able to communicate verbally before actions 23.52%, 52.94% first cycle, second cycle and 73.52%, 2) students able to communicate in writing before action 26.47%, 58.82% the first cycle, and the cycle II 73.52%, 3) the student is able to communicate the image before actions 29.41%, 52.94% the first cycle, and the cycle II 82.35% 4) the student is able to communicate to explain the concept of prior actions 20.58%, the first cycle of 50%, and 76.47% second cycle. Based on the description above concluded that the implementation strategy Problem Based Learning in mathematics learning can improve students' mathematical communication.

Keywords: basedproblems, communication, discussion

Abstrak

(4)

dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

Kata kunci: berbasis masalah, komunikasi,diskusi

Pendahuluan

Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah penting dikuasai dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan masyarakat membutuhkan kaum intelektual yang mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan mampu menginterprestasikan ke dalam bahasa lisan maupun tulisan yang mudah dipahami. Sutama, Sabar Narimo, dan Haryoto (2010) menyebutkan bahwa indikator yang menunjukkan komunikasi matematika antara lain: (1) menyatakan ide matematika melalui berbicara atau lisan, (2) mendeskripsikan ide ke dalam model matematika, (3) menulis ide matematika ke dalam bentuk visual, (4) menjelaskan konsep matematika.

Berdasarkan observasi terdahulu kemampuan komunikasi matematika pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 22 Surakarta dengan jumlah 34 siswa sangat bervariasi, diperoleh siswa yang mampu komunikasi secara lisan sebanyak 8 orang (23,52%), siswa yang mampu komunikasi secara tertulis sebanyak 9 orang (26,47%), siswa yang mampu komunikasi secara gambar sebanyak 10 orang (29,41%), dan siswa yang mampu komunikasi menjelaskan konsep sebanyak 7 orang (20,58%).

Akar penyebab dari rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa yang dominan yaitu kecenderungan pembelajaran berpusat pada guru, siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran, kurangnya rasa tanggungjawab dalam diri siswa sehingga mengakibatkan siswa malas dalam memecahkan masalah dan mengerjakan soal.Akinoglu dan Tandogan (2006: 72) mengungkapkan bahwa PBL dapat dikatakan berhasil apabila dalam pembelajarannya siswa dapat aktif dimana siswa mengambil tanggungjawab belajar dan diberi kesempatan untuk membuat keputusan tentang berbagai dimensi yang menyangkut pembelajaran.

Salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi adalah strategi pembelajaran PBL. Selcuk (2010: 711) strategi pembelajaran PBL merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan menjadi percaya diri dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran PBL dapat mendorong siswa aktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

(5)

suatu masalah. Karakteristik dalam pembelajaran PBL Sumarji (2009: 130) yaitu: (1) pembelajaran bersifat student centered, (2) pembelajaran pada kelompok-kelompok kecil, (3) guru berperan sebagai fasilitator dan moderator, (4) masalah menjadi fokus, (5) informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning). Keunggulan PBL yaitu pembelajaran berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator.

Langkah-langkah yang digunakan untuk pembelajaran dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, pembelajaran yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula pada pembelajaran begitupun sebaliknya. Hasrul Bakri (2009) mengungkapkan bahwa langkah-langkah PBL yaitu: tahap pertama orientasi siswa pada masalah, tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap ketiga membimbing penyelidikan individu dan kelompok, tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Artinya langkah-langkah yang digunakan dalam strategi pembelajaran PBL dapat memberikan pengaruh yang baik dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Penelitian ini didapatkan rumusan hipotesis tindakan yaitu, setelah dilakukan pembelajaran dengan strategi berbasis Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika pada siswa. Hal ini menunjukan keberhasilan strategi dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan strategi Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika. Sedangkan tujuan khusus dari

penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematika melalui strategi Problem Based Learning bagi siswa SMP.

Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas menurut Sutama (2011: 15-21) merupakan upaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi efektif. Penelitian tindakan memiliki empat langkah yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Surakarta.Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dimulai bulan Februari 2014sampai dengan bulan juli 2014.Siswa yang

dijadikan subjek adalah siswa kelas VIIC.Siswa yang terdapat pada kelas tersebut berjumlah 34 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

(6)

berupa data dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Data dalam penelitian dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Analisis data dilakukan dengan metode alur, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Sutama (2011: 101), keabsahan data dapat dilakukan melalui obsevasi secara terus menerus dan triangulasi data. Penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penerapan strategi pembelajaran PBL mendapat tanggapan positif dari guru matematika. Pada awal pembelajaran, guru melakukan tahap conditioning diantaranya dengan salam, berdoa sebelum belajar, memeriksa kehadiran siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mempersiapkan diri dengan segala kebutuhannya.

Tahap pertama dalam pembelajaran PBL dimulai dengan orientasi siswa pada masalah. Sesuai dengan Fatimah (2012: 42) yang mengungkapkan bahwa PBL mempunyai ciri khas yaitu selalu dimulai dan berpusat pada masalah. Artinya dalam pembelajaran PBL guru memulai pelajaran dengan memberikan permasalahan.

Tahap kedua yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, dalam tahap ini siswa dibagi menjadi 8 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang karena pembelajaran PBL mengarah ke pembelajaran dalam kelompok dan dalam kelompok siswa didorong untuk aktif dalam pembelajaran. Sejalan dengan pemikiran Selcuk (2010: 711) menjelaskan bahwa PBL merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan menjadi percaya diri dalam pembelajaran. Artinya pembelajaran PBL dapat mendorong siswa untuk aktif dalam belajar. Tiap kelompok diberikan permasalahan berupa soal untuk mengukur kemampuan kelompok tersebut.

Pada siklus I, materi yang dipelajari bersama tentang definisi dan sifat-sifat bangun segiempat antara lain persegi panjang, persegi, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisis bersama pada pertemuan pertama.

(7)

Hasil diskusi yang belum tepat

(8)

Hasil diskusi yang sudah tepat

(9)

Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisis bersama pada pertemuan kedua, apa perbedaan dan persamaan sifat belah ketupat dan layang-layang?

Hasil Diskusi pertemuan kedua

(10)

Pada siklus II guru menjelaskan materi tentang luas dan keliling bangun segiempat.Diberikan permasalahan kepada siswa untuk dianalisisbersama pada pertemuan siklus II, Perhatikanhasil diskusi di bawah ini.

(11)

Tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan kelompok, dalam tahap ini siswa didorong untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkan. Menurut Filip, dkk (2005: 41) PBL mempunyai peranan penting dalam lingkungan belajar karena pembelajaran tidak semata-mata menyangkut tentang konsep pembelajaran tetapi lingkungan juga memiliki pengaruh pada pembelajaran ini. Artinya dalam pembelajaran PBL guru membimbing siswa untuk mencari informasi, akan tetapi siswa juga harus bekerja sama dan berdiskusi dengan teman-temannya untuk menemukan hal yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

Tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa diharapkan dapat menyajikan pemecahan masalah yang telah didiskusikan bersama kelompoknya. Senada dengan Abdullah dan Ridwan (2008: 4) yang mengungkapkan bahwa siswa menuliskan rencana dan hasil pemecahan masalah kemudian mempresentasikan kepada yang lain didepan kelas. Artinya tiap kelompok harus menyajikan laporan pemecahan masalah kemudian dipresentasikan kepada teman yang lain didepan kelas.

Tahap terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi pemecahan masalah. Abdullah dan Ridwan (2008: 4) menjelaskan bahwa dalam mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah dapat dilakukan dengan sharing kepada siswa yang lain. Artinya dalam melakukan evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah, guru dan siswa bersama-sama melakukan sharing untuk memeriksa kebenaran dari pemecahan masalah.

Data yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam penelitian ini dirinci ke dalam empat indikator.

a. Mampu komunikasi secara lisan

Kemampunkomunikasi siswa secara lisan dari permasalahan yang diberikan oleh guru mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran PBL dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara aktif dalam mengkaitkan permasalahan dengan dunia nyata. Adanya peningkatan dapat dilihat dari data hasil tindakan kelas. Sebelum tindakan hanya 23,52%, pada tindakan kelas siklus I mencapai 52,94%, dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II mencapai 73,52%.

b. Mampu komunikasi secara tertulis

(12)

tindakan kelas. Sebelum adanya tindakan hanya sebesar 26,47%, setelah siklus I dilakukan meningkat menjadi 58,82%, dan setelah siklus II mencapai 73,52%.

c. Mampu komunikasi menggunakan gambar

Kemampuan komunikasi siswa dalam menggunakan gambar dari permasalahan yang diberikan mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran PBL mendorong siswa untuk mencari sendiri informasi-informasi yang dibutuhkan dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah. Dari data peningkatan tindakan kelas terlihat sebelum tindakan hanya sebesar 29,41%, setelah siklus I menjadi 52,94%, dan setelah dilakukan siklus II mencapai 82,35%.

d. Mampu komunikasi menjelaskan konsep

Kemampuan komunikasi siswa dalam menjelaskan konsep dari permaslahan yang diberikan mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran PBL mendorong siswa untuk memahami masalah agar siswa dapat membangun, mengenali dan memecahkan sendiri masalah nyata yang dihadapinya. Dari data peningkatan tindakan kelas terlihat sebelum tindakan hanya sebesar 20,58%, setelah siklus I menjadi 50%, dan setelah dilakukan siklus II mencapai 76,47%.

Berdasarkan data pelaksanaan tindakan tersebut dapat dilihat peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran PBL dalam tabel1 berikut.

Tabel 1

Data peningkatan Kemampuan komunikasi Matematikasiswa kelas VIIC SMP Negeri 22 Surakarta

(13)

Gambar 1 menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam belajar matematika. Adapun data hasil peningkatan indikator kemampuan komunikasi matematika yang diamati disajikan sebagai berikut.

Gambar 1 Grafik Peningkatan Kemampuan komunikasi Matematika Siswa Kelas VIIC Melalui Strategi PBL.

Pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu komunikasi secara lisan hanya 8 siswa (23,52%). Masih banyak siswa yang belum bisa berkomunikasi secara lisan terhadap permasalahan yang diberikan. Bakri (2009) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk berkomunikasi secara lisan siswa dapat bertanya, menjawab dan menyimpulkan masalah nyata yang dihadapinya. Hasil penelitian ini, dapat dimaknai bahwa siswa dituntut untuk bisa berkomunikasi secara lisan.

Berdasarkan tindakan siklus I, siswa yang mampu komunikasi secara lisan sebanyak 18 siswa (52,94%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup bagus. Abdullah dan Ridwan (2008) menjelaskan bahwa PBL merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dapat mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Hasil penelitian ini, dapat dimaknai bahwa siswa yang mampu komunikasi secara lisan mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya belum diketahui.

(14)

merupakan hal yang menarik untuk diinvestigasi karena strategi pembelajaran PBL mempunyai kemajuan pada penekanan pemahaman konsep serta makna yang lebih pada pembelajaran dan penyelesaian masalah pada siswa. Hasil penelitian ini dapat dimaknai bahwa semakin siswa dapat berkomunikasi secara lisan dengan tepat, semakin tinggi pula pemahaman konsep yang dimiliki.

Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mampu berkomunikasi matematika secara tertulis terhadap permasalahan hanya 9 siswa (26,47%). Siswa belum bisa berkomunikasi matematika secara tertulis dengan tepat karena kemampuan memahami masalah juga kurang. Ruspiani (Yanto Permana, 2007: 117) menyatakan bahwa dalam belajar matematika siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematika. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa dalam belajar matematika siswa harus memilki kemampuan koneksi matematika agar siswa bisa berkomunikasi matematika secara tertulis dengan tepat.

Pada siklus I, siswa yang mampu berkomunikasi matematika secara tertulis sebanyak 20siswa (58,82%). Hal ini terlihat dari siswa yang mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk menggunakan simbol-simbol secara tepat. Fachrurazj (2011: 78) kemampuan penalaran dan komunikasi menjadi fokus perhatian karena melalui penalaran dan komunikasi siswa dapat mengorganisasi dan mengonsolidasi berfikir matematika dan siswa dapat mengeksplorasi ide-ide matematika. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa dalam menggunakan simbol-simbol matematika siswa harus meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.

Berdasarkan siklus II, siswa yang mampu berkomunikasi matematika secara tertulis sebesar 25 siswa (73,52%). Kemampuan siswa dalam menggunakan simbol-simbol dengan tepat dapat meningkat secara signifikan karena siswa dapat mengembangkan ketrampilan. Sumarji (2009: 132) mengungkapkan bahwa pembelajaran PBL siswa dapat membangun pengetahuan sendiri, sehingga timbul pengetahuan baru dan ketrampilan. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa dalam PBL dapat melatih siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk berkomunikasi matematika secara tertulis.

(15)

bahwa dalam berkomunikasi menggunakan gambar seharusnya siswa dapat mentranformasikan informasi kedalam ilustrasi permasalahan.

Pada siklus I, siswa yang mampu komunikasi menggunakan gambar sebanyak 18 siswa (52,94%).Waminto (2011) mengungkapkan bahwa menggunakan gambar harus dilakukan dengan mengkaitkan permasalahan dalam kehidupan nyata yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan dan menyusun prosedur penyelesaian untuk mendapat peneyelesaian. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa siswa dapat menggunakan gambar dengan cara mengkaitkan masalah yang ada dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan siklus II, siswa yang mampu menggunakan gambar sebesar 28 siswa (82,35%). Peningkatan siswa yang mampu mengunakan gambar meningkat secara signifikan karena banyak siswa yang mencoba mengkaitkan masalah yang dihadapi dengan masalah yang pernah ada. Tarhadi (2006: 122) menyatakan bahwa cara yang mudah dalam mengunakan gambar untuk menyelesaikan masalah adalah memeriksa kasus yang serupa dengan masalah yang dihadapi. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa untuk memudahkan dalam menggunakan gambar siswa dapat memeriksa masalah yang sebelumnya sudah pernah ada untuk bisa dikaitkan dengan masalah yang akan dipecahkan.

Kondisi awal sebelum tindakan, siswa yang mampu menjelaskan konsep hanya 7siswa (20,58%). Siswa kesulitan dalam menjelaskan konsep karena belum memahami masalah dengan baik. Bakri (2009) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk memahami masalah agar siswa dapat membangun, mengenali dan memecahkan sendiri masalah nyata yang dihadapinya.Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa semakin siswa dapat memahami masalah maka siswa dapat memecahkan masalah dan menjelaskan konsep dengan baik.

Pada siklus I, siswa yang mampu menjelaskan konsep sebanyak 17 siswa (50%). Siswa sudah mulai menjelaskan konsep dari pemecahan masalah, namun penjelasan siswa masih memiliki penafsiran ganda. Abdullah dan Ridwan (2008: 4) mengungkapkan bahwa siswa menuliskan rencana dan hasil pemecahan masalah kemudian mempresentasikan kepada yang lain didepan kelas. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa dengan menyajikan hasil pemecahan masalah, maka siswa dapat menjelaskan konsep dari hasil pemecahan masalah tersebut.

(16)

secarasignifikan. Akinoglu dan Tandogan (2006) mengungkapkan bahwa PBL dapat dikatakan berhasil apabila dalam pembelajarannya siswa dapat aktif dimana siswa mengambil tanggung jawab belajar dan diberi kesempatan untuk membuat keputusan tentang berbagai dimensi yang menyangkut pembelajaran. Hasil penelitian dapat dimaknai bahwa apabila siswa diberikan kesempatan untuk dilibatkan aktif dalam pembelajaran maka siswa bisa mengembangkan kemampuan menjelaskan konsep.

Simpulan

Proses pembelajaran matematika yang telah dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan menerapkan strategi Problem Based Learning. Prosedur penelitian ini dilakukan selama 2 siklus 3 kali pertemuan. Langkah-langkah yang digunakan untuk pembelajaran dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, pembelajaran yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula pada pembelajaran begitupun sebaliknya. Hasrul Bakri (2009) mengungkapkan bahwa langkah-langkah PBL yaitu: tahap pertama orientasi siswa pada masalah, tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap ketiga membimbing penyelidikan individu dan kelompok, tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Artinya langkah-langkah yang digunakan dalam strategi pembelajaran PBL dapat memberikan pengaruh yang baik dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

(17)

Daftar pustaka

Abdullah, Ade Gafar dan Taufik Ridwan. 2008. “Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Proses Pembelajaran di BPTP Bandung”. Prosiding UPI, pp. 1-10. Akinoglu, Orhan dan Ruhan Ozkardes tandogan. 2007. “The Effects of Problem Based

Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 3, No. 1, pp. 71-81.

Bakri, Hasrul. 2009. “Peningkatan Minat Belajar Praktek Menggulung Trafo Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Siswa SMK Negeri 3 Makassar”. Jurnal MEDTEK, Vol. 1, No. 1, April 2009: Diterbitkan. Bilgin, Ibrahim dkk. 2009. “The Effects of problem-Based Learning Instruction on

University Students’ Performance of Conceptual and Quantitative Problems in Gas Concepts”. Eurosia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Vol. 5, No. 2, pp. 153-164.

Dochy, Filip dkk. 2005. “Students’ Perceptions of a Problem Based Learning Environment”. Learning Environments Research, Vol. 8, pp. 41-66.

Fachrurazj. 2011. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk meningkatkan kemampuan Berfikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal pendidikan, No. 1, pp. 76-89.

Fatimah, Fatia. 2012. “Kemampuan Komunikasi Matematis dan pemecahan Masalah Melalui Problem Based Learning”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi pendidikan. Vol. 16 No. 1, pp. 40-50.

Low Chin Han dan Ng Hui Teng. 2005. “Effects of Problem-Based Learning on Students’ Self-Directed Learning Behaviours in Mathematics”. International Journal of Educational, Juni 2005: Diterbitkan

Permana, Yanto dan Utari Sumarmo. 2007. “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematika Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Jurnal Education UPI Vol. 1 No. 2, pp. 116-123.

Rajagukguk, Waminto. 2011. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Belajar Bruner Pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas X SMA Negeri Kualuh Hulu Aek Kanopan T.A. 2009/2019”.Jurnal Pendidikan Vol. 19, No. 1, pp. 427-442.

Selcuk, Gamze Sezgin. 2010. “The Effect of Problem Based Learning on Pre-Service Teachers’ Achievement, Approaches and Attitudes Toward Learning Physics”. International Journal of The Physical Sciences, Vol. 5, No. 6, pp. 711-723.

(18)

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Surakarta: CV. Citra Mandiri Utama.

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kunatitatif, Kalitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz Media.

Tarhadi, dkk. 2006. “Perbandingan Kemampuan Penyelesaian Masalah Matematika Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh dengan Mahasiswa Tatap Muka”. Jurnal pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 7 No. 2, pp. 121-133.

Gambar

Tabel 1
Gambar 1 Grafik Peningkatan Kemampuan komunikasi Matematika Siswa Kelas VIIC

Referensi

Dokumen terkait

( transactional processing system ) maka proses pengisian borang akreditasi dapat. dilakukan lebih cepat sehingga akreditasi dapat diproses lebih cepat

Penulis pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan keperawatan keluarga Tn.D dengan masalah Gout pada Ny.H, dari tahap pengkajian hingga evaluasi. Dalam pengumpulan

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan asam borat yaitu boraks dan asam sulfat.. Bahan baku boraks diambil

Kemampuan penguasan materi yang dimiliki oleh guru, kemampuan dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran serta keterampilan dalam menyampaikan materi pelajaran

Konsep penyelarasan fungsi dan bentuk yang masih sesuai pada zaman dahulu / mempertahankan bentuk bangunan yang telah ada dengan pendekatan pada citra kawasan

Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, hendaknya guru mampu membuat suasana saat proses pembelajaran menjadi menyenangkan dengan berbagai strategi

Berdasarkan hasil pengamatan dan anali- sis data yang diperoleh selama penelitian, da- pat dinyatakan bahwa pembelajaran IPA de- ngan menggunakan metode GNT berbasis

Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai perbedaan perilaku prososial antara remaja yang mempunyai locus of control internal dengan locus of control eksternal,