• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI ALGORITMA CART UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI ALGORITMA CART UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

APLIKASI ALGORITMA CART

UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH

ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA

oleh

LAILA KURNIA DAMAYANTI

M0106014

SKRIPSI

ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user ii

SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA CART

UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA

yang disiapkan dan disusun oleh LAILA KURNIA DAMAYANTI

M0106014

dibimbing oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Irwan Susanto, DEA Drs. Pangadi, M.Si.

NIP. 19710511 199512 1 001 NIP. 19571012 199103 1 001

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada hari Jumat tanggal 29 April 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Anggota Tim Penguji Tanda Tangan

1. Winita Sulandari, M.Si 1.

………

NIP. 19780814 200501 2 002

2. Dr. Sutanto, DEA 2.

………

NIP. 19710302 199603 1 001

Surakarta, Mei 2011

Disahkan oleh

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dekan

Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D

(3)

commit to user iii

ABSTRAK

Laila Kurnia Damayanti, 2011. APLIKASI ALGORITMA CART UNTUK

MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH ASURANSI JIWA BERSAMA

BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Masalah klasifikasi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik mengenai data sosial, industri, kesehatan, perusahaan maupun perbankan. Masalah

tersebut dapat diselesaikan dengan metode klasifikasi. Algoritma CART

(Classification and Regression Trees) merupakan metode statistik nonparametrik yang berguna untuk memperoleh kelompok data yang akurat dalam analisis klasifikasi. Data nasabah Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera mempunyai banyak atribut yang bertipe kategorik (nominal maupun ordinal) yang tidak mudah untuk

ditangani. Algoritma CART merupakan salah satu metode yang cocok untuk

mengatasi masalah tersebut dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Algoritma

CART diaplikasikan untuk mengklasifikasikan nasabah AJB Bumiputera 1912

Surakarta. Selanjutnya pola status pembayaran nasabah dapat dicari untuk menentukan calon nasabah yang akan datang.

Proses pembentukan pohon klasifikasi terbagi menjadi 4 tahapan yaitu pembentukan pohon, pelabelan kelas, proses pemangkasan pohon klasifikasi dan pemilihan pohon klasifikasi optimal. Data nasabah dibagi menjadi dua kelompok data yaitu data learning dan data testing. Dalam skripsi ini dilakukan tiga kombinasi proporsi data learning dan data testing yaitu: (1) pembagian data learning dan data testing dengan proporsi data learning > data testing (70%: 30%), (2) pembagian data learning dan data testing dengan proporsi data learning = data testing (50% : 50%), (3) pembagian data learning dan data testing dengan proporsi data learning < data testing (40% : 60%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk membuat model yang akan digunakan untuk mengklasifikasikan data baru maka pohon klasifikasi optimal yang

digunakan adalah pohon pada kondisi pertama dengan proporsi data learning dan data

testing sebesar 70%:30%, dimana nilai ketepatan data testingnya tertinggi yaitu sebesar 83.65 %. Dengan Algoritma CART dapat dikatakan bahwa status pembayaran nasabah dikategorikan tidak lancar jika cara bayar dilakukan secara bulanan. Sedangkan status pembayaran dikategorikan lancar jika cara bayar dilakukan secara setengah tahunan atau tahunan.

(4)

commit to user iv

ABSTRACT

Laila Kurnia Damayanti, 2011. THE APPLICATION OF CART ALGORITHM TO

CLASSIFY DATA OF CUSTOMERS MUTUAL LIFE INSURANCE BUMIPUTERA 1912 IN SURAKARTA. Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University.

. In everyday life, the problem of classification is very frequently found, both in social data, industrial, healthcare, corporate and banking. These problems can be solved by the method of classification. Algorithm CART (Classification and Regression Trees) is a nonparametric statistical method that is useful to obtain accurate sets of data in the classification analysis. The data of customers Mutual Life Insurance Bumiputera had many attributes that type of categorical (nominal or ordinal) is not easy to handle. CART algorithm is a suitable method to resolve the issue with the advantages it is had. The CART algorithm is applies to classify customers Mutual Life Insurance Bumiputera 1912 in Surakarta. Further to note patterns generated customer payment status to determine which prospective customers will come.

The tree classification building divided into four step i.e. the splitting nodes and class assignment, stop the split, the tree pruning classification and the optimal selection tree classification. In this paper is applies three combinations of proportions of learning data and testing data are: (1) the distribution of learning data and testing data with the proportion of learning data higher than data testing (70%: 30%), (2) the distribution of learning data and testing data with the proportion of data learning is equal testing data (50%: 50%), (3) data sharing learning and testing data with the proportion of learning data lower than data testing (40%: 60%).

The results shows that in order to create a model that will be used to classify new data, the optimal classification tree is a tree that is used in the first condition that the proportion of learning data and testing data is equal 70%:30%, where the highest value testing data accuracy that is equal to 83.65%. With CART algorithm can describe that under the monthly payment basis customer payment status is classified as stagnating. While categorized as no constrain payment status if payment is done half-way annual or annual.

(5)

commit to user v

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”

(6)

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis kupersembahkan untuk :

 Orang tuaku tercinta

 Kakak dan adikku tersayang

My special person

 Teman-temanku dan sahabat-sahabatku tercinta

(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada

beberapa pihak yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan penulisan skripsi

ini, khususnya kepada

1. Bapak Irwan Susanto, DEA dan Drs. Pangadi, M.Si. selaku Pembimbing I dan

Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasehat, kritik dan saran selama

penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Sutrima, M.Si yang telah memberikan semangat, bimbingan, nasehat,

kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak, Ibu, Kakak, serta Adikku atas doa, kasih sayang, perhatian dan segalanya

yang telah menjadikan penulis selalu semangat dan termotivasi untuk melakukan

yang terbaik.

4. Sahabat-sahabat tercinta Hayu, Tya, Linda, Dewanti serta Mas Cica terima kasih atas

dukungan, support serta bimbingan yang telah diberikan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Selanjutnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Surakarta, April 2011

(8)

commit to user

2.1.1. Teori Probabilitas….……… 4

2.1.2. Analisi Klasifikasi……… 7

2.1.3. Masalah Umum Klasifikasi...………... 8

2.1.4. Algoritma CART………….………. 11

2.1.5. Struktur atau Bentuk Pohon Klasifikasi…………...……… 12

2.1.6. Binary Recursive Partitioning….….……….... 14

(9)

commit to user ix

2.1.7.1 Proses Pemecahan Node………..

2.1.7.2 Pelabelan Kelas (Class Assignment)………

2.1.7.3 Proses Penghentian Pemecahan………...

2.1.7.4 Proses pemangkasan Pohon………. 2.1.7.5 Pohon Klasifikasi Optimal………...

2.1.8. Predictive Accuracy……….

16

2.1.9. Interpretasi Pohon Klasifikasi…..……… 30

2.2. Kerangka Pemikiran ………... 32

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 33

3.1. Sumber Data……… 3.2. Metode Analisis Data ……….. 33 34 BAB IV PEMBAHASAN ……… 36

(10)

commit to user x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Variabel Independen dan Variabel Dependen ………... 36

Tabel 4.2. Kriteria Pemilah Terbaik Root NodeKondisi Pertama ………. 38

Tabel 4.3. Tree Sequence Kondisi Pertama ……… 44

Tabel 4.4. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Learning

Kondisi Pertama ………. 45

Tabel 4.5. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Testing

Kondisi Pertama ………. 46

Tabel 4.6. Kriteria Pemilah Terbaik Root NodeKondisi Kedua ……… 47

Tabel 4.7. Tree Sequence Kondisi Kedua ………... 53

Tabel 4.8. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Learning

Kondisi Kedua ……… 54

Tabel 4.9. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Testing

Kondisi Kedua ……… 55

Tabel 4.10. Kriteria Pemilah Terbaik Root NodeKondisi Ketiga………

Tabel 4.11. Tree Sequence Kondisi Ketiga...

Tabel 4.12. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Learning

Kondisi Ketiga...

Tabel 4.13. Tingkat Akurasi Pohon Optimal Dengan Data Testing

Kondisi Ketiga...

Tabel 4.14. Nilai Ketepatan dari Ketiga Kondisi ……….

56

62

63

64

(11)

commit to user

Gambar 4.3. Pohon Klasifikasi Maksimal Kondisi Pertama ……….. 40

Gambar 4.4. Pohon Klasifikasi Kondisi Pertama yang Akan Dipangkas ……...

Gambar 4.5. Node 36 Pada Kondisi Pertama yang Akan Dipangkas...

Gambar 4.6. Pemilahan Root Node Kondisi Kedua...

Gambar 4.7. Terminal Node 23 dan 24 Kondisi Kedua...

Gambar 4.8. Pohon Klasifikasi Maksimal Kondisi Kedua...

Gambar 4.9. Pohon Klasifikasi Kondisi Kedua yang Akan Dipangkas………...

Gambar 4.10. Node 8 Pada Kondisi Kedua yang Akan Dipangkas………..

Gambar 4.11. Pemilahan Root Node Kondisi Ketiga………

Gambar 4.12. Terminal Node 10 dan 11 Kondisi Ketiga………..

Gambar 4.13. Pohon Klasifikasi Maksimal Kondisi Ketiga...

Gambar 4.14. Pohon Klasifikasi Kondisi Ketiga yang Akan Dipangkas……….

Gambar 4.15. Node 9 Pada Kondisi Ketiga Yang Akan Dipangkas ………

(12)

commit to user xii

DAFTAR NOTASI

x : Variabel independen

y : Variabel dependen

� : Probabilitas prior untuk kelas ke-j

R*(T) : Probabilitas terjadinya kesalahan untuk seluruh terminal node t

R(T) : Estimator R*(T)

� : Fungsi impurity

i(t) : Ukuran impurity untuk nodet

∆ , : Fungsi penurunan keragaman pada node t dengan kriteria pemecah s

: Impurity nodet

� : Impurity tree (Pohon Klasifikasi T)

� : Pohon klasifikasi maksimal

� : Node complexity

� : Banyak terminal node

Rα (T) : Ukuran ongkos kompleksitas untuk pohon klasifikasi T

T : Penduga sampel uji untuk Pohon klasifikasi T

� : Penduga validasi silang lipat V untuk pohon klasifikasi T

R*(d) : Proporsi misclassification yang sebenarnya

R(d) : Estimator R*(d)

Rts(d) : Proporsi misclassification dengan metode Test Sample Estimate

(13)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Masalah klasifikasi sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari, baik

mengenai data sosial, data industri, data kesehatan, data perusahaan maupun data

perbankan. Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan metode klasifikasi. Menurut

Webb dan Yohannes [8] metode klasifikasi dapat dilakukan dengan pendekatan

parametrik dan nonparametrik. Dalam pendekatan parametrik terdapat beberapa

metode klasifikasi yang sering digunakan antara lain : Analisis Regresi Logistik,

Analisis Diskriminan dan Analisis Regresi Probit. Analisis Regresi Logistik dan

Analisis Regresi Probit memiliki kelemahan, yaitu nilai yang dihasilkan model

Regresi Logistik dan Regresi Probit berupa nilai probabilitas yang dirasa kurang

praktis. Pada Analisis Diskriminan, data diharuskan memenuhi beberapa asumsi yaitu

data harus berdistribusi normal dan matriks kovarian yang sama untuk setiap

populasi, Breiman et.al. [1].

Dengan adanya keterbatasan metode klasifikasi parametrik, maka digunakan

pendekatan nonparametrik. Metode nonparametrik tidak bergantung pada asumsi

tertentu sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam menganalisa data

tetapi tetap mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dan mudah dalam penggunaannya.

Ada beberapa metode klasifikasi dengan pendekatan nonparametrik yang sering

digunakan, salah satunya adalah metode klasifikasi berstruktur pohon yang

diperkenalkan oleh Leo Breiman, et.al. [1] yaitu Classification and Regression Trees

(CART). Algoritma CART memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode

lain seperti, variabel-variabel dalam CART baik variabel dependen maupun

independen tidak menggunakan asumsi distribusi tertentu, variabel independennya

dapat bertipe kategorik (nominal atau ordinal) maupun kontinu, tidak berlaku adanya

(14)

commit to user

Masalah klasifikasi juga di alami dalam bidang asuransi, khususnya AJB

Bumiputera 1912 Surakarta. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 telah

mengumpulkan data nasabah sekian tahun lamanya sehingga mencapai data dalam

jumlah yang besar. Data tersebut mempunyai banyak atribut bertipe kategorik

(nominal atau ordinal). Untuk menganalisisnya diperlukan pengetahuan yang tidak

mudah, dimana bisa menangani masalah data yang terjadi di AJB Bumiputera

tersebut.

Masalah yang muncul dalam AJB Bumiputera Surakarta adalah apabila ingin

mengelompokkan nasabah yang lancar membayar premi dan tidak lancar membayar

premi. Jika mengelompokkan nasabah yang tidak lancar membayar premi ke dalam

kelompok nasabah yang lancar membayar premi merupakan kesalahan yang dapat

berakibat cukup fatal. Lancar tidaknya pembayaran premi nasabahnya sangat penting

bagi pihak Bumiputera 1912 Surakarta karena sangat berpengaruh terhadap kinerja

serta eksistensinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu diperlukan suatu cara agar

dapat mengetahui bagaimana pola nasabah yang dikatakan lancar maupun tidak

lancar sehingga dapat membantu pihak Bumiputera dalam mengklasifikasikan

nasabahnya. Dengan demikian pihak Bumiputera dapat mempertimbangkan nasabah

yang akan nantinya akan diterima ataupun ditolak dengan hasil analisis tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap perusahaan asuransi khususnya AJB Bumiputera 1912 Surakarta dengan

mengaplikasikan Algoritma Classification and Regression Tress (CART) dalam data

nasabah, sehingga dapat dicari pola status nasabah untuk dapat dijadikan bahan

analisis perusahaan dalam menentukan calon nasabah di masa yang akan datang.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang dikemukakan adalah

1. bagaimana implementasi algoritma CART dalam mengklasifikasi atau

(15)

commit to user

2. bagaimana pola nasabah yang dihasilkan untuk menentukan calon nasabah yang

akan datang.

1.3Batasan Masalah

Classification and Regression Trees (CART) terdiri dari dua metode yang

berbeda yaitu pohon klasifikasi dan pohon regresi. Dalam skripsi ini pembahasan

hanya dilakukan pada pembentukan pohon klasifikasi.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. mengklasifikasikan atau mengelompokkan data nasabah AJB Bumiputera 1912

Surakarta dengan menggunakan algoritma CART .

2. menentukan pola nasabah yang dihasilkan untuk menentukan calon nasabah yang

akan datang.

1.5Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian tentang klasifikasi data nasabah AJB

Bumiputera 1912 Surakarta diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang peran

nyata statistika dalam bidang keuangan khususnya asuransi. Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat membantu semua pihak, khususnya pihak AJB Bumiputera 1912

Surakarta dalam mengklasifikasikan nasabahnya dan mengetahui pola yang terjadi

berdasarkan klasifikasi yang didapatkan dari hasil analisis sehingga dapat menjadi

sumbangan informasi untuk menentukan nasabah mana yang akan diterima ataupun

(16)

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini diberikan beberapa definisi, teorema dan pengertian yang

mendasari dilakukannya penelitian ini, meliputi teori probabilitas, masalah umum

klasifikasi, algoritma CART, struktur pohon klasifikasi CART, binary recursive

partitioning, langkah kerja CART, predictive accuracy, dan interpretasi pohon

klasifikasi.

2.1.1 Teori Probabilitas

Teori probabilitas memberikan peranan yang sangat penting dalam membuat

sebuah pohon klasifikasi dengan menggunakan algoritma CART ini.

Definisi 2.1. (Wapole dan Myers, 1986) Bila suatu percobaan mempunyai N hasil

percobaan yang berbeda dan masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama

untuk terjadi, dan bila tepat n diantara hasil percobaan itu menyusun kejadian A,

maka peluang kejadian A adalah

=

Menurut Walpole dan Myers [7] kaidah-kaidah probabilitas yang banyak digunakan

dalam membuat sebuah pohon klasifikasi, antara lain adalah

1. kaidah penjumlahan

a. kaidah penjumlahan dua kejadian yang saling terpisah.

Bila A dan B saling terpisah, maka

= +

b. kaidah penjumlahan n buah kejadian yang saling terpisah.

Bila 1, 2,⋯, kejadian-kejadian yang saling terpisah, maka

(17)

commit to user

c. bila A dan ′ adalah dua kejadian yang satu merupakan komplemen

lainnya maka

+ ′ = 1

2. kaidah peluang bersyarat

peluang bersyarat B, bila A diketahui dilambangkan dengan | .

didefinisikan sebagai

| = ( )

( ) , > 0

3. kaidah penggandaan

a. kaidah penggandaan khusus

Bila kejadian A dan B saling bebas maka

Probabilitas dalam CART

Dalam learning sampleℒ dengan banyaknya kelas adalah j, diberikan

N : banyaknya objek atau cases pada learning sample

Nj : banyaknya objek atau cases pada kelas j

dengan

(18)

commit to user

Probabilitas prior merupakan informasi awal mengenai proporsi atau

perbandingan banyaknya objek pada tiap-tiap kelas dalam ℒ . Nilai probabilitas prior

ini diestimasi dari proporsi yang diperoleh dari data. Menurut Webb dan

Yohannes [8] setidaknya ada 2 jenis dari probabilitas prior dalam CART yaitu

1. priors data, mengasumsikan bahwa proporsi banyaknya objek dalam suatu

kelas yang terdapat dalam sampel sama dengan yang terdapat dalam

populasinya. Prior data diestimasi oleh (� ) = .

2. priors equal, mengasumsikan bahwa proporsi banyaknya objek tiap-tiap kelas

adalah sama. Diestimasikan P(kelas1) = P(kelas 2) = 1

2

.

Dalam sebuah node t, diberikan :

∶ Banyaknya objek atau cases dalam ℒ yang mana 0 ∈ (banyaknya objek

dalam node t

∶ Banyaknya objek atau cases kelas j yang berada dalam node t

( )

∶proporsi objek-objek dalam kelas j yang berada di node t

, : probabilitas bahwa sebuah objek adalah anggota kelas j dan berada dalam

node t

sehingga

, =� .

= . ( )

, = ( ) . (2.1)

Jika adalah probabilitas beberapa objek akan berada dalam node t, maka

(19)

commit to user

berada dalam node t, maka berdasarkan persamaan (2.2) diperoleh

| = ( , )

Analisis klasifikasi yaitu suatu analisis untuk memisahkan objek-objek ke

dalam dua kelas atau lebih serta menentukan atau mengalokasikan objek-objek baru

ke dalam kelas-kelas tersebut. Jadi, ada dua fungsi dalam analisis klasifikasi, yaitu

1. fungsi partisi, yaitu memisahkan objek-objek ke dalam dua kelas atau lebih

berdasarkan aturan klasifikasi tertentu.

2. fungsi prediksi, yaitu untuk mengalokasikan objek-objek baru (belum diketahui

kelasnya) ke dalam kelas-kelas tersebut.

Untuk melakukan kedua fungsi tersebut digunakan suatu alat klasifikasi

yaitu classifier dengan cara-cara atau metode yang sistematis. Beberapa contoh

classifier diantaranya adalah Analisis Diskriminan, Regresi Logistik, K-th Nearest

Neighbor, Kernel Density Estimation, Neural Network, dan Classification and

Regression Trees (CART). Classifier memisahkan objek-objek ke dalam

(20)

commit to user

1, 2, 3,…, yang selanjutnya disebut dengan variabel independen sedangkan

variabel yang memuat kelas-kelas dari objek disebut variabel dependen =

{ 1, 2,⋯, } dimana ∶ kelas ke- ; = 1, 2,⋯, .

Definisi 2.2. (Breiman et al, 1993) Classifier adalah partisi dari ke

dalam himpunan bagian 1,⋯, dengan = sedemikian sehingga untuk

setiap objek tersebut diprediksikan ke dalam kelas j.

= { ∶ = }

Classifier dibentuk berdasarkan data terdahulu atau observasi pada masa

lampau (past experience). Data-data terdahulu ini terhimpun dalam satu bentuk

susunan yang disebut dengan Learning Sample atau Training sample. Learning

Sample terdiri dari variabel-variabel independen dan variabel dependen pada kolom

dan objek-objek (cases) sebanyak N pada baris.

Definisi 2.3. (Breiman et al, 1993) Learning sampleterdiri dari data

( 1, 1), ( 2, 2),⋯, ( , ) dengan dan � 1,⋯, , = 1, 2,⋯, ,

dengan N adalah banyaknya objek (case).

Learning sample dinotasilan dengan

ℒ= { 1 , 1 , 2 , 2 ,⋯, , .

2.1.3 Masalah Umum Klasifikasi (Misclassification, Rebstitution Estimate dan

Misclassification Cost)

Classification rules (aturan klasifikasi) sebagai hasil akhir dari pohon

klasifikasi yang terbentuk, nantinya akan digunakan untuk melakukan prediksi.

Aturan klasifikasi ini tidaklah sepenuhnya terhindar dari kesalahan (error). Bentuk

kesalahannya adalah kesalahan dalam mengklasifikasikan objek baru ke dalam suatu

(21)

commit to user

kelas 2 padahal yang sebenarnya objek tersebut termasuk dalam kelas 1. Begitu pula

sebaliknya sebuah objek diklasifikasikan ke dalam kelas 1, padahal sebenarnya objek

itu termasuk dalam kelas 2.

Dalam CART untuk mengidentifikasi misclassification ini digunakan

resubstitution estimate. Dalam perhitungannya resubstitution estimate menggunakan

semua objek yang terdapat dalam ℒ.

Definisi 2.4. (Breiman et al, 1993) Resubstitution estimate ( ) adalah probabilitas

atau peluang terjadinya misclassification di dalam sebuah node t tertentu.

= 1−maks ( | ).

Definisi 2.5. (Breiman et al, 1993) Resubstitution estimate ( ) adalah probabilitas

atau peluang terjadinya misclassification yang dialami beberapa objek dalam

learning sample jika objek tersebut berada dalam sebuah node t tertentu. = . ( )

dengan ( ) adalah probabilitas beberapa objek akan berada dalam nodet.

Definisi 2.6. (Breiman et al, 1993) Resubstitution estimate (�) adalah probabilitas

atau peluang terjadinya misclassification yang dialami beberapa objek untuk

keseluruhan terminal node t atau peluang terjadinya misclassification yang

disebabkan oleh pohon klasifikasi yang terbentuk

dengan

� = ( )

t ∈ �

� adalah himpunan semua terminal node.

Konsep yang berkaitan dengan misclassification yaitu cost (misclassification

cost). Konsep misclassification cost muncul karena dalam beberapa masalah

klasifikasi tidaklah realistis untuk memberikan besar resiko yang sama terhadap

kesalahan klasifikasi ini. Mungkin saja resiko melakukan kesalahan klasifikasi

(22)

commit to user

melakukan kesalahan klasifikasi sebuah objek anggota kelas 2 menjadi anggota kelas

1 atau sebaliknya.

Sebagai contoh dalam diagnosis suatu penyakit, menyatakan seorang pasien

dalam kategori ”tidak fatal” padahal keadaan sebenarnya “fatal” jelas lebih beresiko daripada menyatakan bahwa ia “fatal” padahal keadaan sebenarnya “tidak fatal”.

Definisi 2.7. (Breiman et al, 1993) ( | ) adalah besar cost untuk terjadinya

misclassification sebuah objek kelas j sebagai objek kelas i, dengan | > 0, ≠

dan | = 0, = .

Besar cost dari misclassification ini biasa dituliskan dalam bentuk cost matriks.

Kelas Sebenarnya

1 2

Hasil Prediksi 1 0 C(1|2)

2 C(2|1) 0

Misal diketahui sebuah node t dengan probabilitas | tertentu, = 1, 2,⋯, jika

diketahui sebuah objek berada dalam node t tersebut dan diklasifikasikan ke dalam

kelas i, maka estimasi rata-rata ongkos kesalahan klasifikasi (expected

misclassification cost) adalah

| | .

Selanjutnya didefinisikan resubstitution estimate ( ) berdasarkan expected

misclassification cost ini.

Definisi 2.8. (Breiman et al, 1993) Resubstitution estimate ( ) berdasarkan

expected misclassification cost di dalam sebuah node t adalah

(23)

commit to user

Dengan mendefinisikan = � = t∈ � .

Jika dipunyai nilai | = 1 ≠ | = 0 untuk = maka

diperoleh

| | = | .

Berdasarkan persamaan (2.3) maka diperoleh

| | = 1− ( | )

sehingga

= min | |

= min 1− | .

Nilai min (1− | ) akan diperoleh apabila | maksimum, sehingga dapat

dituliskan pula = 1−max ( | ), yang identik dengan definisi 2.4.

Berdasarkan hasil di atas, definisi 2.5 adalah resubstitution estimate dalam

sebuah node t apabila semua nilai | = 1 atau sama untuk semua ≠ .

2.1.4 Algoritma CART

Algoritma CART adalah sebuah metode statistik nonparametrik yang

digunakan untuk melakukan analisis klasifikasi. Algoritma CART pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1993 oleh ilmuwan Amerika Serikat yaitu Breiman, et al.

Algoritma CART terdiri dari dua analisis yaitu pohon klasifikasi dan pohon regresi.

Jika variabel dependen yang dimiliki bertipe kategorik (nominal atau ordinal), maka

CART menghasilkan pohon klasifikasi sedangkan jika variabel dependen yang

dimiliki bertipe kontinu atau numerik (interval atau rasio) maka CART akan

menghasilkan pohon regresi. Pohon CART dikatakan binary decision tree karena

(24)

commit to user

dalam dua child nodes secara berulang-ulang diawali dengan root node. Dalam

skripsi ini pembahasan dikhususkan pada pohon klasifikasi.

Menurut Lewis [3] beberapa keunggulan CART dibanding dengan metode

statistik yang lain (khususnya parametrik) diantaranya adalah

1. variabel-variabel dalam CART baik variabel independen maupun dependen tidak

mendasarkan atau mengasumsikan distribusi populasinya pada distribusi

probabilitas tertentu. Sehingga CART termasuk dalam kelompok metode statistik

nonparametrik.

2. variabel–variabel independen dalam CART bisa bertipe kategorik (nominal atau

ordinal) tanpa diperlukannya pembuatan variabel dummy ataupun juga bisa

bertipe kontinu.

3. CART mampu untuk mengatasi missing value.

4. CART tidak terpengaruh oleh adanya outlier, kolinearitas, dan heteroskedastisitas

diantara variabel independennya.

5. dalam CART tidak berlaku adanya transformasi data. Data-data asli yang dirubah

ke dalam bentuk apapun tidak akan mempengaruhi dalam pembentukan pohon

klasifikasinya.

6. interpretasi dari pohon klasifikasi yang dihasilkan oleh CART sangat mudah

dipahami oleh para pengguna.

2.1.5 Struktur atau Bentuk Pohon Klasifikasi CART

Algoritma CART termasuk dalam anggota analisis klasifikasi yang disebut

decision trees karena proses analisis dari CART digambarkan dalam bentuk atau

struktur yang menyerupai sebuah pohon, lebih tepatnya pohon klasifikasi yang

berbentuk biner. Biner di sini bararti bahwa setiap pemecahan parent node

(25)

commit to user

= Root Node = nonterminal node = branch = terminal node

X1 > a

X2 > b

X2≤ b

Gambar 2.1 Pohon Klasifikasi CART

Keterangan Gambar 2.1 :

1. Root Node digambarkan dengan lingkaran. Merupakan nonterminal node paling

awal atau paling atas dan tempat inisialisasi learning sample yang dimiliki.

Inisialisasi disini menyangkut beberapa objek atau cases yang dimiliki oleh

tiap-tiap kelas.

2. Branch digambarkan dengan 2 garis lurus yang merupakan cabang dari root node.

Branch merupakan tempat kriteria pemecahan dari masing-masing nonterminal

node. Sebagai contoh : kriteria pemecahan pertama (split 1) pada branch kiri

(26)

commit to user

3. Nonterminal nodes digambarkan dengan lingkaran. Merupakan subset atau

himpunan bagian dari nonterminal node di atasnya yang memenuhi kriteria

pemecahan tertentu.

Sebagai contoh : objek-objek yang berada dalam nonterminal node 5 merupakan

subset atau himpunan bagian dari objek-objek yang berada dalam nonterminal

node 2 yang memenuhi kriteria pemecahan 2 > .

4. Terminal nodes, digambarkan dengan persegi. Merupakan node tempat

diprediksikannya sebuah objek pada kelas tertentu (class labeled).

Sebagai contoh : jika ada beberapa objek yang masuk dalam terminal node 6,

maka objek-objek tersebut akan dimasukkan kedalam kelas 4.

5. Node 4dan 5 merupakan child node dari node 2, sedangkan node 2merupakan

child node dari root node 1. Begitu pun sebaliknya root node 1 merupakan

parent node untuk node 2 dan node 3, node 2 merupakan parent node untuk

node 4 dan 5 , sedangkan node 3 merupakan parent node untuk node 6 dan

node 7 , dst.

2.1.6 Binary Recursive Partitioning

Teknik atau proses kerja dari CART dalam membuat sebuah pohon klasifikasi

dikenal dengan istilah Binary Recursive Partitioning. Proses disebut binary karena

setiap parent node akan selalu mengalami pemecahan ke dalam tepat dua child node.

Sedangkan recursive berarti bahwa proses pemecahan tersebut akan diulang kembali

pada setiap child nodes hasil pemecahan terdahulu, sehingga child nodes tersebut

sekarang menjadi parent nodes. Proses pemecahan ini akan terus dilakukan sampai

tidak ada kesempatan lagi untuk melakukan pemecahan berikutnya. Dan istilah

partitioning mengartikan bahwa learning sample yang dimiliki dipecah ke dalam

bagian-bagian atau partisi-partisi yang lebih kecil.

Kriteria pemecahan didasarkan pada nilai-nilai dari variabel independen yang

(27)

variabel-commit to user

Gambar 2.2. Proses Partisi

variabel independen 1, 2,⋯, . Proses binary recursive partitioning bisa

diilustrasikan sebagai proses pembagian dari ruang berdimensi dari

variabel-variabel independen ke dalam partisi-partisi yang berbentuk persegi panjang dan

tidak saling bertumpang tindih. Idenya adalah membagi ruang berdimensi dari

variabel-variabel independen tadi ke dalam beberapa partisi yang mana

masing-masing partisi berisi objek-objek yang homogen atau seragam. Homogen di sini

maksudnya adalah objek-objek tersebut merupakan anggota satu kelas yang sama.

Walaupun pada kenyataannya keadaan seperti ini tidaklah mutlak diperoleh. Proses

splitting akan berlanjut sampai didapatkan pohon klasifikasi yang paling besar atau

maksimal (proses splitting tidak bisa dilakukan lagi)

Untuk memperjelas proses partisi, akan diberikan contoh pemilahan pada

Gambar 2.2. Pada Gambar 2.2 terlihat proses partisi node 1 dipilah dengan kriteria

(28)

commit to user

dari kriteria sedangkan node 3 terbentuk akibat kriteria pemecahan > .

Kemudian proses partisi berlanjut pada node 3, dengan kriteria pemecahan

dan > . Node 4 terbentuk karena memenuhi kriteria dan node 5 terbentuk

karena kriteria > .

2.1.7 Langkah Kerja CART

Menurut Lewis [3] pada dasarnya dalam membuat sebuah pohon klasifikasi,

CART bekerja dalam empat langkah utama. Langkah pertama adalah tree building

process yaitu proses pembentukan dan pembuatan pohon klasifikasi. Terdiri dari

proses splitting nodes yaitu proses pemecahan parent nodes menjadi dua buah child

node melalui aturan pemecahan tertentu dan dilakukan secara berulang-ulang serta

proses pelabelan kelas yaitu proses mengidentifikasi node-node yang terbentuk pada

suatu kelas tertentu melalui aturan pengidentifikasian. Langkah kedua adalah proses

penghentian pembuatan atau pembentukan pohon klasifikasi (stopping the trees

building process). Pada tahap ini pohon terakhir atau maximal tree (� ) telah

terbentuk. Langkah ketiga adalah pruning the tree yaitu proses pemangkasan atau

pemotongan � menjadi pohon yang lebih kecil (T). Selanjutnya langkah terakhir

adalah proses optimal tree selection yaitu pemilihan atau penentuan pohon klasifikasi

yang optimal.

2.1.7.1 Proses Pemecahan Node

Proses pemecahan pada masing-masing parent node didasarkan pada

goodness of split criterion (kriteria pemecahan terbaik). Kriteria pemecahan terbaik

ini dibentuk berdasarkan fungsi impurity (fungsi keragaman).

Definisi 2.9. (Breiman et al, 1993) Fungsi impurity adalah sebuah fungsi yang

didefinisikanoleh ( 1, 2,⋯, ) ; 0 = 1, = 1, 2,⋯, .

Fungsi impurity �memenuhi kriteria:

(29)

commit to user

measure (ukuran impurity) i(t) dari beberapa node t sebagai

=� 1| , 2| ,⋯, | .

Definisi 2.11. (Breiman et al, 1993) Diberikan impurity measure i(t), maka Gini

Diversity Index (Indek Keragaman Gini) adalah :

= | | (2.4)

Dalam sebuah node t, andaikan terdapat 1, 2 ⋯, kelas. Untuk j = 1 dan i adalah

kelas-kelas lainnya maka (2.4) dapat dituliskan

| |

Begitu pula untuk j = 2 dan i adalah kelas-kelas lainnya maka (2.4) dapat dituliskan

(30)

commit to user

Sehingga untuk j kelas secara umum, didapatkan :

| | =

( | − 2( | ))

= | − 2 |

= 1− 2 | .

Sehingga berdasarkan (2.4) Gini Diversity Index dapat dituliskan

= 1− 2 | .

Rumus (2.4) hanya berlaku apabila besar cost untuk resiko kesalahan

klasifikasi masing-masing kelas sama, C(1|2) = C(1|3) = C(i|j) jika besar cost berbeda

maka (2.4) dituliskan

= | | .

Definisi 2.12. (Breiman et al, 1993) Jika sebuah split s dalam node t dibagi ke dalam

dengan proporsi banyaknya objek yang masuk dalam adalah , dan dengan

proporsi banyaknya objek yang masuk dalam adalah , maka didefinisikan

decrease impurity (pengurangan keragaman)

∆ , = − − (2.6)

Nilai ∆ , digunakan sebagai uji goodness of split criterion (kriteria uji

pemecahan terbaik). Suatu split s akan digunakan untuk memecah nodet menjadi dua

buah node yaitu node dan jika s memaksimalkan nilai

∆ ∗, = max , .

Berdasarkan (2.6) ∆ , akan maksimum apabila diperoleh dan

(31)

commit to user

node baru yang keragamannya lebih kecil (homogen) apabila dibandingkan dengan

node awalnya (parent node). Misalkan sebuah pohon klasifikasi telah terbentuk dan

memiliki sekumpulan atau himpunan terminal nodes� , didefinisikan impurity node

I(t), dengan

= .

Didefinisikan pula tree impurity � , dengan

� = =

∈� ∈�

sehingga didapatkan hasil sebagai berikut

∆ , = − − .

Proposisi 2.1. Pemilihan split s yang memaksimalkan ∆ , ekuivalen dengan

pemilihan split s yang meminimalkan tree impurity .

2.1.7.2 Pelabelan Kelas

Pelabelan kelas adalah proses pengidentifikasian tiap nodes pada suatu kelas

tertentu. Pelabelan kelas tidak hanya diberlakukan untuk terminal nodes saja,

nonterminal nodes bahkan root node mengalami proses ini. Hal ini dikarenakan

setiap nonterminal nodes memiliki kesempatan untuk menjadi terminal nodes.

Sehingga proses pelabelan kelas akan terus dilakukan selama proses splitting masih

berlanjut.

Walaupun semua nodes mengalami proses ini, tentu saja diantaranya yang

paling membutuhkan proses ini adalah terminal nodes, karena terminal nodes adalah

nodes yang sangat penting dalam memprediksi suatu objek pada kelas tertentu jika

objek tersebut berada pada terminal nodes tersebut. Misalkan sebuah pohon

klasifikasi telah terbentuk dan memiliki terminal nodes � .

Definisi 2.13. (Breiman et al, 1993) Class assignment rule mengidentifikasikan

sebuah kelas ∈{1, 2,⋯, } pada setiap terminal node ∈ � . Kelas yang

(32)

commit to user

Ada dua aturan pelabelan kelas, masing-masing aturan berdasarkan kepada

dua macam misclassification cost yang berbeda. Kedua aturan itu diterangkan pada

definisi-definisi berikut

Definisi 2.14. (Breiman et al, 1993) Class assignment rule ∗( ) didefinisikan

apabila | = max | ∗ =

Aturan ini disebut the plurality rule (aturan keragaman) dan berdasarkan nilai

misclassification cost yang sama pada setiap kelas.

Definisi 2.15. (Breiman et al, 1993) Didefinisikan class assignment rule ∗( ), =

0 apabila 0 meminimalkan | ( | )

Aturan ini berdasarkan nilai misclassification cost yang berbeda untuk tiap kelas

| > 0 jika ≠ dan | = 0 jika = .

Resubstitution estimate adalah konsekuensi logis dari proses pelabelan kelas

ini. Resubstitution estimate adalah probabilitas terjadinya misclassification yang

dialami beberapa objek-objek tersebut pada nodet tertentu. Proses splitting pada node

t menyatakan yang kecil pada kedua node baru yang terbentuk. Hal ini

dibuktikan melalui proposisi berikut.

Proposisi 2.2. (Breiman, et al, 1993) Untuk setiap pemecahan node t menjadi dan

berlaku

( ) ( ) + .

2.1.7.3. Proses Penghentian Pemecahan

Menurut Vayssieres [4], proses splitting atau pembuatan pohon klasifikasi

akan berhenti apabila sudah tidak dimungkinkan lagi dilakukan proses pemecahan.

Proses pemecahan akan berhenti apabila hanya tersisa satu objek saja yang ada dalam

node terakhir atau semua objek yang berada di dalam sebuah node merupakan

anggota kelas yang sama (homogen). Kemudian , bernilai 0 atau 1. = 0,

dan resubstitution estimate � untuk nilai misclassification sama dengan 0. Pada

(33)

commit to user

terakhir atau yang tidak mengalami pemecahan lagi sebagai akibat dari kondisi di atas

akan menjadi terminal nodes dan diidentifikasikan pada suatu kelas tertentu sesuai

dengan class assignment rule yang telah dijelaskan sebelum ini. Pohon klasifikasi

yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini dinamakan “maximal tree” (� ).

2.1.7.4. Proses Pemangkasan Pohon

Maximal tree (� ) yang dihasilkan dari proses tree building dapat

mengakibatkan dua masalah, Webb dan Yohannes [8] :

1. Meskipun � memiliki tingkat akurasi yang tinggi dengan nilai

misclassification rate atau misclassification cost yang kecil bahkan bernilai

nol (dihitung dengan metode resubstitution estimate), namun � dapat

menyebabkan over-fitting atau pencocokan nilai yang terlalu kompleks pada

data-data baru. Hal ini dikarenakan terlalu banyak variabel independen yang

digunakan untuk melakukan prediksi terhadap data baru tersebut.

2. Sebagai akibat dari point 1, � akan sulit untuk dipahami atau

diinterpretasikan. Sehingga � akan lebih cepat dikatakan sebagai complex

tree yang kompleksitasnya ditentukan dari banyaknya terminal node yang

dimiliki.

Proses pemangkasan pohon dimaksudkan untuk menghilangkan kedua

masalah tersebut dengan memotong atau memangkas � menjadi beberapa pohon

klasifikasi (T) yang ukurannya lebih kecil (subtrees). Untuk mempermudah dalam

memahami proses pemangkasan ini, berikut diberikan penjelasan awal mengenai

proses ini.

Sebuah node ′ disebut descendan (anak) dari node t dan node t disebut

ancestor dari node ′ jika kedua node ini bisa dihubungkan oleh jalur-jalur yang

bergerak dari atas ke bawah (node t berada di atas node ′). Pada Gambar 2.3 pohon

(34)

commit to user t1

t2 t3

t4 t5 t6 t7

t8 t9 t10 t11

Gambar 2.3. Pohon Klasifikasi T

t2

t4 t5

t8 t9 t10 t11

Gambar 2.4.Branch Tt2

t1

t2 t3

t7 t6

Gambar 2.5. Pohon Klasifikasi T Tt2 ( pruned subtree )

(Breiman et al., 1993)

dan 7 . Begitu pula dengan 4, 2 , dan 1 adalah ancestor dari , 9 , tetapi 3

(35)

commit to user

Definisi 2.16. (Breiman et al, 1993) Suatu branch dari T dengan root node (node

akar) ∈ � terdiri dari node t itu sendiri dengan semua descendant dari t dalam T.

Sebagai contoh pada gambar 2.4. branch 2.

Definisi 2.17. (Breiman et al, 1993) Pruning (pemangkasan) sebuah branch dari

sebuah pohon T akan menghapus atau menghasilkan semua descendant t dari T

kecuali root nodenya (t itu sendiri).

Sebagai contoh pada Gambar 2.5. pohon klasifikasi� − �2.

Definisi 2.18. (Breiman et al, 1993) Jika �′ diperoleh dari sebagai hasil dari

pemangkasan suatu branch, maka �′ disebut pruned subtree dari T dan dinotasikan

dengan �′ <�. Sebagai catatan �′ dan T memiliki root node (node akar) yang sama.

Sebagai contoh gambar pohon klasifikasi � − �2 menunjukkan pruned subtree.

Metode yang digunakan dalam proses pemangkasan pohon berdasarkan pada

minimal cost complexity pruning.

� = = ( )

∈� ∈�

� adalah tree misclassification cost atau tree resubtitution cost, sedangkan ( )

disebut node misclassification cost.

Definisi 2.19. (Breiman et al, 1993) Diketahui subtree �<� didefinisikan

complexity (kompleksitas) dari subtree ini adalah , yaitu banyaknya terminal

nodes yang dimiliki T, � 0 adalah complexity parameter atau node complexity dan

cost complexity measure (ukuran ongkos kompleksitas) (�), maka

� � = � +� � .

Nilai � bisa diartikan sebagai penalty setiap terminal node berdasarkan

kompleksitasnya, semakin besar nilai � maka ukuran tree yang dihasilkan akan kecil,

sebaliknya jika nilai � kecil maka kompleksitas nodenya juga kecil sehingga ukuran

tree yang dihasilkan akan besar. Sehingga contoh sebuah � memiliki terminal

node yang berisi hanya satu objek atau homogen sehingga sehingga nilai � untuk

(36)

commit to user

Nilai � akan terus meningkat selama proses pruning berlangsung dan akan mencapai

nilai terbesar pada saat terminal node sama dengan root node.

Cost complexity pruning menentukan suatu pohon bagian �(�) yang

meminimumkan � � pada seluruh pohon bagian, atau untuk setiap nilai �, dicari

pohon bagian � � <� yang meminimumkan � yaitu

� � � = min< � � .

Proses pemangkasan pohon klasifikasi dimulai dengan mengambil yang

merupakan right child node dan yang merupakan left child node dari � yang

dihasilkan dari parent node t. jika diperoleh dua child node dan parent node yang

memenuhi persamaan = + ( ) maka child node dan dipangkas.

Hasilnya adalah pohon �1 yang memenuhi kriteria �1 = (� ). Proses tersebut

diulang sampai tidak ada lagi pemangkasan yang mungkin terjadi. Dan diperoleh

urutan sebagai berikut �1,�2,⋯, 1 , �1 > �2 > ⋯> { 1} . Dengan urutan �

sebagai berikut �1 = 0 <�2 < �3 <⋯ <� .

2.1.7.5. Pohon Klasifikasi Optimal

Pohon klasifikasi yang terbentuk dapat berukuran besar dan kompleks dalam

mengambarkan struktur data. Sehingga perlu dilakukan suatu pemangkasan, yaitu

suatu penilaian ukuran sebuah pohon tanpa mengorbankan kebaikan ketepatan

melalui pengurangan simpul pohon sehingga dicapai penghematan gambaran.

Pemangkasan dilakukan dengan memangkas bagian pohon yang kurang penting

sehingga didapat pohon optimal.

Metode pemangkasan pohon sebelumnya menghasilkan urutan subtree

�1 > �2 > ⋯> { 1} karena pohon klasifikasi yang dihasilkan begitu banyak maka

permasalahan sekarang adalah bagaimana caranya menentukan pohon klasifikasi

yang optimum. Jika menggunakan resubtitution estimate

� = = ( )

(37)

commit to user

Maka �1 akan terpilih sebagai pohon optimum, karena nilai resubtitution estimate

dari �1 pasti paling kecil. Oleh karena itu metode resubtitution estimate merupakan

metode yang bias untuk mengestimasi true misclassification cost. Ada dua metode

tak bias untuk mengestimasi nilai true misclassification cost yaitu penduga uji sample

(test sample estimate) dan penduga validasi silang lipat V (cross validation V-fold

estimate).

1. Test Sample Estimate

Test sample digunakan jika ukuran data besar (ℒ besar). Bagilah ℒ menjadi

ℒ1dan ℒ2. Misal ℒ1sebanyak (1) objek dan ℒ2 sebanyak (2) objek. Buatlah �

menggunakan ℒ1 dan pangkas hingga diperoleh � =�1 > �2 >�3 > ⋯> { } .

Gunakan ℒ2 pada masing-masing tree dan hitunglah berapa banyak objek yang

mengalami kesalahan klasifikasi (misclassification). Untuk lebih jelasnya dinotasikan

(2)

adalah banyaknya objek anggota kelas j dalam ℒ2. Untuk setiap T pada �

hitunglah nilai (2) yaitu banyaknya kelas j dalam ℒ2 yang diklasifikasikan sebagai

(38)

commit to user

Test sample estimate dapat digunakan untuk memilih pohon klasifikasi yang optimum

dari � , misal tree optimum adalah �0

� 0 = min � .

2. V-Fold Cross Validation Estimates

Cross validation digunakan apabila ukuran sampel kecil. Dalam V-Fold Cross

Validation , learning sample ℒ dibagi secara acak ke dalam V bagian, ℒ , v = 1, 2,

⋯, V. setiap bagian berisi objek dalam jumlah yang sama (mendekati sama). Learning

sample ke-v adalah ℒ( )= ℒ − ℒ , = 1, 2,⋯,�. Dengan demikian ℒ( )berisi

(�−1)

� dari total objek. Biasanya diambil � = 10, sehingga ℒ( ) berisi

9 10

objek dari ℒ.

Dalam V-Fold Cross Validation ada V pohon klasifikasi tambahan yang

dibuat bersamaan dengan pohon klasifikasi utama yang menggunakan ℒ. Ke-V pohon

klasifikasi tambahan tersebut dibuat dengan learning sample ℒ( ). Dimulai dengan

membuat V maksimal tree , �( ) , = 1, 2,⋯,� seperti halnya � . Untuk setiap

nilai complexity parameter atau node complexity �, dibuat �(�),�( )� dibuat oleh

ℒ( ) tanpa melibatkan sisanya (1/10 dari ) ini digunakan sebagai test sample

pada masing-masing �( )�.

Untuk setiap , , didefinisikan

= ( )

dengan ( ): banyaknya objek anggota kelas j dalam ℒ( )yang diklasifikasikan

sebagai kelas i oleh �( )�.

∶ jumlah keseluruhan dari objek-objek kelas j yang diklasifikasikan

(39)

commit to user

Oleh karena setiap objek muncul sekali dan hanya sekali ℒ( )maka jumlah

keseluruhan objek kelas j di dalam seluruh test sample adalah sama dengan

banyaknya objek kelas j dalam ℒ,

| =

= ( | ) |

�(�) = ( )� .

Jika probabilitas prior diestimasi oleh � = , maka menjadi

�(�) =

1

( | ) .

Untuk memilih pohon klasifikasi yang optimum dari � , misal pohon klasifikasi

yang optimum itu adalah � 0 maka

� 0 = min � .

2.1.8 Predictive Accuracy

Konsep misclassification yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu,

membawa kepada konsep yang lebih penting lagi dalam membangun sebuah pohon

klasifikasi dengan menggunakan algoritma CART ini. Predictive accuracy merupakan

metode yang digunakan dalam CART untuk menguji tingkat keakurasian atau

kehandalan (validitas) dari pohon klasifikasi yang terbentuk dalam melakukan tugas

prediksinya yaitu untuk mengalokasikan objek-objek baru ke dalam kelas-kelas

tertentu.

Algoritma CART tidak menggunakan covariates-nya terhadap probabilitas

distribusi tertentu, sehingga tidak dimungkinkan untuk melakukan uji-uji hipotesis.

Metode yang digunakan untuk menguji tingkat keakurasian ini yaitu dengan cara

menguji langsung pohon klasifikasi yang terbentuk terhadap sekumpulan data yang

(40)

commit to user

proporsi banyaknya objek yang mengalami kesalahan klasifikasi (misclassification).

Semakin kecil proporsi misclassification yang terjadi, semakin akurat pohon

klasifikasi yang terbentuk dalam melakukan prediksi. Begitu juga sebaliknya,

semakin besar proporsi misclassification semakin tidak akurat pohon klasifikasi yang

terbentuk dalam melakukan prediksinya.

Proporsi misclassification yang sebenarnya (populasi) adalah

= ( ( ) )

dengan

∶ fungsi klasifikasi atau aturan klasifikasi (classification rules) dari pohon

klasifikasi yang terbentuk dengan menggunakan algoritma CART. Objek a

termasuk dalam kelas j jika ∈ � maka = .

Breiman, et al [1] memperkenalkan tiga prosedur dalam menguji tingkat

keakurasian pohon klasifikasi yang terbentuk ini.

1. Resubstitition Estimate, dinotasikan dengan . Konsep resubstitution

estimate yang sudah diperkenalkan pada bagian terdahulu lebih menekankan pada

sebuah pohon klasifikasi masih dalam proses pembuatan. Sedangkan konsep

resubstitution estimate pada bagian ini lebih menekankan pada saat pohon

klasifikasi telah terbentuk,

= 1 ≠ .

=1

Cara kerja :

1. Buat pohon klasifikasi dari learning sampleℒ dengan aturan klasifikasi yang

terbentuk .

2. Operasikan pada learning sampleℒ.

3. Hitung proporsi banyaknya objek yang salah terklasifikasikan (misclassified).

4. Nilai proporsi misclassification ini adalah nilai sebagai estimator bagi

(41)

commit to user

2. Test Sample Estimate, dinotasikan dengan dan digunakan apabila ukuran

sampel besar,

2. Gunakan ℒ1 untuk membuat pohon klasifikasi dengan aturan klasifikasi yang

terbentuk yaitu .

2. Buat pohon klasifikasi dengan menggunakan V-1 subsampel, sehingga

terbentuk aturan klasifikasi . Subsampel yang tersisa (ℒ�) digunakan

sebagai test sample.

(42)

commit to user

4. Ulangi langkah 2 dan 3 dengan menggunakan semua subsampel untuk

membuat pohon klasifikasi kedua kecuali subsampel ℒ�−1. ℒ�−1 sekarang

menjadi test sample dan diperoleh �−1 .

Proses ini diulang terus sampai tiap-tiap subsample digunakan sebagai test

sample.

5. Hitung �

= 1

� (�) �

�=1

ini digunakan sebagai estimator bagi .

Metode resubstitution estimate merupakan metode yang paling lemah. Hal ini

dikarenakan test sample yang digunakan adalah learning sample yang digunakan

untuk membuat pohon klasifikasi itu sendiri sehingga menyebabkan nilai proporsi

misclassification yang terbentuk selalu rendah (underestimate).

Dalam penelitian ini digunakan metode Test Sample Estimate dalam menguji

tingkat keakurasian pohon klasifikasi yang terbentuk karena jumlah sample yang

digunakan besar.

2.1.9 Interpretasi Pohon Klasifikasi

Interpretasi dari pohon klasifikasi yang telah terbentuk disajikan dalam suatu

aturan hubungan (association rules) yang disebut dengan classification rules.

Classification rules adalah aturan pengklasifikasian yang berbentuk if… then…

(43)

commit to user

Gambar 4.7. Contoh Pohon Klasifikasi CART

1. jika penghasilan > 1.250 maka kelas Low Risk,

Penghasilan 1.250 Penghasilan >1.250 N=150 Total asset 20.000

High Risk Low Risk N=150

HR=85

(44)

commit to user 2.2Kerangka Pemikiran

Dengan mengacu pada tinjauan pustaka di atas dapat disusun suatu kerangka

pemikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Dalam CART variabel dependen

dapat bertipe kategorik (nominal atau ordinal) dan bertipe kontinu atau numerik

(interval atau rasio), untuk variabel dependen yang bertipe kategorik (nominal atau

ordinal) digunakan CART yang menghasilkan classification trees (pohon klasifikasi),

dan dengan pohon klasifikasi tersebut dapat mengklasifikasikan atau

mengelompokkan data nasabah AJB Bumiputera 1912 Surakarta sehingga dapat

dicari pola status nasabah dalam pengambilan keputusan untuk menentukan calon

(45)

commit to user

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil

dari data “Polis Lapse” periode 1 Januari 2010 – 1 Desember 2010 dari perusahaan

asuransi AJB Bumiputera 1912 Surakarta Kantor Cabang Solo Gladag. Penelitian

pada skripsi ini menggunakan data sebanyak 742 dengan variabel dependennya

adalah nasabah dengan kategori status pembayaran tidak lancar dan lancar, sedangkan

variabel independennya yaitu jenis kelamin, cara bayar, jangka waktu asuransi, premi

dasar, penghasilan, status, mata uang dan macam asuransi.

Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan pembuatan pohon klasifikasi

dengan algoritma CART menggunakan bantuan Software Salford Predictive Miner

CART Pro Ex 6.0. Pada pohon klasifikasi, data nasabah dengan status pembayaran

lancar dan tidak lancar dibagi menjadi dua kelompok data yaitu data learning dan

data testing. Karena tidak ada aturan khusus mengenai pembagian proporsi antara

data learning dan data testing maka pada penelitian ini dilakukan tiga kombinasi

proporsi data learning dan data testing yaitu: (1) pembagian data learning dan data

testing dengan proporsi data learning > data testing (70%: 30%), (2) pembagian data

learning dan data testing dengan proporsi data learning = data testing (50% : 50%),

(3) pembagian data learning dan data testing dengan proporsi data learning < data

testing (40% : 60%).

Masing-masing kombinasi data dihitung ketepatan klasifikasi untuk data

testing. Selanjutnya dipilih satu kombinasi proporsi data learning dan data testing

yang memiliki ketepatan klasifikasi data testing terbesar untuk analisis selanjutnya.

Ketepatan klasifikasi pada data testing dijadikan dasar karena dapat menggambarkan

(46)

commit to user 3.2 Metode Analisis Data

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi kasus, yaitu dilakukan

dengan menerapkan teori untuk menganalisis data. Berikut diberikan langkah-langkah

yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Mengumpulkan data dengan mengambil data sekunder dari AJB Bumiputera

1912 Surakarta yaitu data “Polis Lapse” periode 1 Januari 2010 – 1 Desember

2010 dari perusahaan asuransi AJB Bumiputera 1912 Surakarta Kantor Cabang

Solo Gladag.

2. Menentukan variabel dependen dan variabel independen dalam analisis.

Variabel dependennya adalah nasabah dengan kategori tidak lancar dan lancar

sedangkan variabel independennya meliputi adalah jenis kelamin, cara

pembayaran premi (Cara Bayar), jangka waktu asuransi, premi dasar,

penghasilan, status, jenis mata uang (mata uang), macam asuransi.

3. Melakukan pembuatan pohon klasifikasi dengan algoritma CART dengan

menggunakan Software Salford Predictive Miner CART Pro Ex 6.0. dengan

tahap-tahap sebagai berikut

a. Tahap I : Pembentukan atau pembuatan pohon

Langkah 1 : proses splitting nodes

Memilih variabel terbaik dengan nilai improvement atau ∆ , tertinggi

sebagai kriteria dalam memilih variabel yang digunakan untuk memecah

sebuah node.

Langkah 2 : proses class assignment.

Pemberian label kelas pada node-node yang telah terbentuk dimana kelas

yang diidentifikasikan pada node t adalah kelas yang mempunyai

probabilitas paling tinggi daripada kelas lainnya.

b. Tahap II : Proses penghentian pembuatan atau pembentukan pohon

(47)

commit to user

Proses splitting node akan berenti karena pada ujung pohon klasifikasi

terdapat terminal node dimana anggotanya terdapat pada kelas yang sama.

c. Tahap III : Pruning the tree yaitu proses pemangkasan atau pemotongan

� menjadi pohon yang lebih kecil (T).

Proses pemangkasan pohon akan terjadi apabila dua child node dan parent

node memenuhi persamaan = + ( ), dimana adalah

parent node, adalah right child node, dan ( ) adalah left child

node.

d. Tahap IV : Proses optimal tree selection yaitu pemilihan atau penentuan

pohon klasifikasi yang optimal.

Pemilihan pohon klasifikasi optimal berdasarkan pada subtree yang

mempunyai nilai test set relative cost terkecil.

4. Menguji tingkat keakuratan pohon dalam mengelompokkan data learning

maupun data testing selanjutnya memilih pohon yang menghasilkan tingkat

akurasi pohon optimal tertinggi .

5. Menginterpretasikan hasil pohon klasifikasi algoritma CART dengan tingkat

akurasi pohon optimal tertinggi dengan data testing sebagai berikut

a. Setiap parent node akan membentuk sekelompok child node dibawahnya

yang akhirnya akan terbentuk segmen-segmen.

b. Kemudian segmen-segmen tersebut diinterpretasi berdasarkan

(48)

commit to user

36

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi data

Data yang digunakan dalam pembuatan pohon klasifikasi dengan metode

CART adalah data “Polis Lapse” periode 1 Januari 2010 – 1 Desember 2010 dari

perusahaan asuransi AJB Bumiputera 1912 Surakarta Kantor Cabang Solo Gladag

yang terdapat dalam Lampiran 1. Jumlah data yang digunakan sebanyak 742 buah

data, terdiri dari 8 variabel independen (x) dan 1 variabel dependen (y).

Tabel 4.1. Variabel Independen dan Variabel Dependen

Variabel Nama Tipe Data Pelabelan

y Status Pembayaran Kategorik 1 : Tidak Lancar

2 : Lancar

x1 Jenis Kelamin Kategorik 1 : Laki-laki

2 : Perempuan

x2 Cara Bayar Kategorik 1 : Bulanan

(49)

commit to user

Variabel dependen yang digunakan terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas tidak

lancar dan kelas lancar.

Data ini diolah dengan menggunakan paket softwareCART Pro Ex 6.0 produk

dari Salford Systems (http://www.salford-systems.com). Ada tiga kondisi yang

digunakan untuk membuat pohon klasifikasi dengan menggunakan algoritma CART.

1. Kondisi pertama adalah pembagian data menjadi dua bagian yaitu data

learning dan data testing dengan proporsi data learning > data testing

(70%:30%).

2. Kondisi kedua adalah pembagian data menjadi dua bagian yaitu data learning

dan data testing dengan proporsi data learning = data testing (50%:50%).

3. Kondisi ketiga pembagian data menjadi dua bagian yaitu data learning dan

data testing dengan proporsi data learning < data testing (40%:60%).

4.2. Hasil Analisis CART

4.2.1. Pembentukan Pohon Klasifikasi Kondisi Pertama

1. Proses Splitting Node

Pada kondisi pertama pembagian data menjadi dua bagian (data

learning dan data testing) dengan proporsi 70%:30%. Dengan demikian data

learning berjumlah 534buah data, sedangkan data testing berjumlah 208 buah

data. Sebelum dilakukan proses splitting node, terlebih dahulu memilih

variabel pemilah terbaik dari kedelapan variabel independen. Pemilahan

variabel berdasarkan kriteria goodness of split. Suatu split s akan digunakan

untuk memecah node t menjadi dua buah node yaitu node dan node

jika s memaksimalkan nilai ∆ ∗, = max ∆ , , dimana ∆ ∗, adalah

nilai yang paling maksimal/tertinggi dari ∆ , . Root node dipecah dengan

Gambar

Gambar 2.3.  Pohon Klasifikasi T
Gambar 4.7. Contoh Pohon Klasifikasi CART
Tabel 4.1. Variabel Independen dan Variabel Dependen
Tabel 4.2. Kriteria Pemilahan Terbaik Root Node Kondisi Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi metode project based learning pada pembelajaran Penelitian Operasional, mengetahui dampak penerapan metode

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantul

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa dari faktor produk, harga, lokasi dan pelayanan yang paling dominan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan

bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 186 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Hasil penelitian menunjukkan perilaku positif yang berhubungan dengan kejadian schistosomiasis yaitu perilaku buang air besar di jamban keluarga (p=0,001) dan

Berhak menerima laporan penggunaan dana Bantuan Program Pemagangan Mahasiswa pada Dunia Industri Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Tahun Anggaran 2013 dari PIHAK

Pelaksanaan Pendataan Keluarga yang dilaksanakan sejak tahun 1994 yang didasarkan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Beberapa Bahasan Khotbah Jumat 05 Juni 2015 Jalsah Salanah Jerman telah mulai, dengan karunia- Nya; Orang-orang dari berbagai negara berkorban harta dalam rangka