• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pada Pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pada Pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PT. PLN (PERSERO)

UNIT PELAYANAN TRANSMISI MEDAN

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi

OLEH : DESTI NATALINA

041301003

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Bapa di sorga karena atas berkat, kekuatan dan cinta kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Kerja Terhadap

Kepuasan Kerja Pada Pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi

Medan”. Sungguh, jika bukan karena Bapa yang memampukan, saya tidak akan

dapat menyelesaikan skripsi ini sampai selesai. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikolgi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada orangtua (Papa B. Sembiring dan Mama M. br. Tarigan). Terima kasih buat segalanya, curahan kasih sayang, doa, dukungan moril dan materiil, serta semangat yang kalian berikan untuk saya. Buat abangku Andy dan kakak iparku Ruth, terlebih Carlos, yang begitu lucunya. Terimakasih buat doa dan dukungan kalian semua. Saya juga tak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu, izinkanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(3)

2. Bapak Ferry Novlialdi, M.Si selaku dosen pembimbing saya. Terimakasih pak, atas waktu dan kesediaan Bapak dalam menuntun pengerjaan skripsi ini dari awal sampai selesai.

3. Bapak H. Zainal Abidin, selaku manager PT. PLN (Persero) UPT Medan yang telah memberikan izin bagi saya untuk mengadakan penelitian di PT. PLN (Persero) UPT Medan. Terimakasih juga kepada bang Subakir dan Kak Leni, yang telah membantu mencarikan subjek penelitian untuk saya. Terima kasih juga saya ucaan kepada Pak Manurung, yang telah mencarikan subjek penelitian untuk tryout saya. Juga kepada pegawai-pegawai PT. PLN (Persero) UPT yang telah menjadi subjek dalam penelitian ini. Terimakasih banyak, bantuan yang telah anda berikan sangat berarti untuk saya.

4. Ibu Eka Ervika, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang banyak memberi saran dan masukan kepada saya selama perkuliahan ini.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar Psikologi, yang telah mendidik dan memberikan ilmu selama proses perkuliahan yang saya jalani. Terimakasih juga kepada Pak Is, Pak As, Kak Ari dan Kak Devi atas bantuan yang telah diberikan. 5. Jefry Ugadeba Ketaren, kamulah orang yang menjadi bagian terpenting dalam

hidup saya. Karena kamulah saya tetap semangat untuk hidup dan kesetiaan kamu menemani saya dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Saya yakin kamulah kelak yang akan mendampingi saya untuk selamanya. Terimakasih ya Bang.

(4)

langsing ya ma, biar nempah kebaya ukuran kecil), Onya (tambah hari tambah mesra aja, semoga lancar seminarnya), Nofri (kapan ke teknik buat penelitian lagi), Uci (jangan sering jurus menghilang ya), Putri (jangan putus asa ya, aku yakin kamu bisa). Keberadaan kalian membuat saya tetap semangat.

7. Nenek Karo, bentar lagi kita makan-makan karo, dan semua saudara-saudaraku yang ada di Medan, Sembahe, terimakasih atas doa dan dukungannya.

8. Terimakasih juga buat teman-teman seperjuangan seminar, Junedi, Kak Mimi, Astari, Dewi yang udah jadi sarjana. Buat Feni, Kak Nela, Kak Ima, Kak Anita, Bang Joni tetap semangat ya.

9. Kak Ade yang selalu cerewet di psycho-lib, Kak Wawa yang bantuin aku hitung skala. Masih banyak teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih buat bantuannya selama ini.

10.Anak Kost Pak Barus, Lia jangan pacaran aja ya dek. Kak Enda yang benar kalo jaga wartel.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Saya menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya membuka kesempatan atas masukan, kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Terimakasih.

Medan, Juni 2008

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penelitian...9

E. Sistematika Penulisan...10

BAB II. LANDASAN TEORI...11

A. Kepuasan Kerja...11

1. Pengertian Kepuasan Kerja...11

2. Aspek-aspek Kepuasan Kerja...13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja...15

4. Ciri-ciri Karyawan yang Memiliki Kepuasan Kerja yang Tinggi...23

B. Penyesuaian Diri...24

1. Pengertian Penyesuaian Diri...24

2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri...27

(6)

C. Penyesuaian Diri dalam Lingkungan Kerja...29

D. Pengaruh Penyesuaian Diri dengan Kepuasan Kerja...29

E. Hipotesa...31

BAB III. METODE PENELITIAN...32

A. Identifikasi Variabel Penelitian...32

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian...33

1. Kepuasan Kerja...33

2. Penyesuaian Diri...34

C. Subjek Penelitian...34

1. Populasi...34

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...35

D. Metode Pengumpulan Data...36

1. Skala Penyesuaian Diri...37

2. Skala Kepuasan Kerja...38

3. Uji Coba Alat Ukur...39

4. Daya beda Aitem, Validitas dan Reliabilitas...40

5. Hasil Uji Coba Alat Ukur...42

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...44

1. Persiapan Penelitian...44

2. Pelaksanaan Penelitian...46

3. Pengolahan Data Penelitian...46

(7)

BAB IV. HASIL DAN INTERPRETASI DATA...48

A. Gambaran Subjek Penelitian...48

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin...48

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia...49

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan...49

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja...50

B. Hasil Penelitian...50

1. Hasil Uji Asumsi...50

2. Hasil Utama Penelitian...53

3. Hasil Tambahan...54

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN...59

A. Kesimpulan...59

B. Diskusi...60

C. Saran...62

1. Saran Metodologis...62

2. Saran Praktis Bagi Perusahaan...63 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi aitem-aitem skala penyesuaian diri saat uji coba...38

Tabel 2. Distribusi aitem-aitem skala kepuasan kerja saat uji coba...39

Tabel 3. Distribusi aitem-aitem skala penyesuaian diri setelah uji coba...43

Tabel 4. Distribusi aitem-aitem skala kepuasan kerja setelah uji coba...44

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin...48

Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia...49

Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan...49

Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja...50

Tabel 9. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...51

Tabel 10. Hasil ANOVA Pada Analisa Regresi...52

Tabel 11. Hasil Model Summary pada Analisa Regresi...53

Tabel 12. Hasil Coefficients pada Analisa Regresi...54

Tabel 13. Deskripsi Data Penelitian Penyesuaian Diri...54

Tabel 14. Kriteria Kategorisasi Jenjang Data Hipotetik Penelitian...55

Tabel 15. Kategorisasi Data Hipotetik Penyesuaian Diri ...55

Tabel 16. Deskripsi Data Penelitian Kepuasan Kerja...56

Tabel 17. Kategorisasi Data Hipotetik Kepuasan Kerja...56

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

Pengaruh Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pada Pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan

Desti Natalina dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Banyak karyawan yang tidak mampu mencapai kepuasan dalam bekerja, hal ini disebabkan karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri di lingkungan kerjanya (Davidoff, 1991). Kemampuan penyesuaian diri individu terhadap pekerjaannya diindikasikan oleh kepuasan dan kesuksesan.

Penelitian ini berbentuk korelasional yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh penyesuaian diri dalam lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja pada pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan.

Penelitian ini mengambil sampel pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan sejumlah 60 orang pegawai dengan tingkat pendidikan minimal SMU, telah bekerja minimal 1 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dengan meggunakan skala penyesuaian diri dan kepuasan kerja yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek penyesuian diri oleh Fahmy (dalam Sobur, 2003), dan berdasarkan aspek-aspek kepuasan kerja oleh Robins, (1996), dengan nilai reliabilitas penyesuaian diri (rxy) = 0.883 dan nilai reliabilitas

skala kepuasan kerja (rxy) = 0.929.

Metode analisa data yang digunakan adalah analisa regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif antara penyesuaian diri dengan kepuasan kerja (R = 0.662) dan p=0.000, (2) pengaruh penyesuaian diri terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 43.8 % (R-square = 0.438). Hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki peran yang cukup tinggi dalam meningkatkan kepuasan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan sumbangan efektifnya sebesar 43.8%.

(11)

Pengaruh Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pada Pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan

Desti Natalina dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Banyak karyawan yang tidak mampu mencapai kepuasan dalam bekerja, hal ini disebabkan karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri di lingkungan kerjanya (Davidoff, 1991). Kemampuan penyesuaian diri individu terhadap pekerjaannya diindikasikan oleh kepuasan dan kesuksesan.

Penelitian ini berbentuk korelasional yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh penyesuaian diri dalam lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja pada pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan.

Penelitian ini mengambil sampel pegawai PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Medan sejumlah 60 orang pegawai dengan tingkat pendidikan minimal SMU, telah bekerja minimal 1 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dengan meggunakan skala penyesuaian diri dan kepuasan kerja yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek penyesuian diri oleh Fahmy (dalam Sobur, 2003), dan berdasarkan aspek-aspek kepuasan kerja oleh Robins, (1996), dengan nilai reliabilitas penyesuaian diri (rxy) = 0.883 dan nilai reliabilitas

skala kepuasan kerja (rxy) = 0.929.

Metode analisa data yang digunakan adalah analisa regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif antara penyesuaian diri dengan kepuasan kerja (R = 0.662) dan p=0.000, (2) pengaruh penyesuaian diri terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 43.8 % (R-square = 0.438). Hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki peran yang cukup tinggi dalam meningkatkan kepuasan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan sumbangan efektifnya sebesar 43.8%.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu

sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia

mempunyai beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana

masing-masing individu memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda dengan

individu lainnya. Sedangkan sebagai makhluk sosial, individu selalu ingin

berinteraksi dan hidup dinamis bersama orang lain. Saat berinteraksi dan

berhubungan dengan orang lain, individu memiliki tujuan, kepentingan, cara

bergaul, pengetahuan ataupun suatu kebutuhan yang berbeda antara satu dengan

yang lain dan semua itu harus dicapai untuk dapat melangsungkan kehidupan.

Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran utama dalam

menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas organisasi. Mengingat

peran yang cukup dominan tersebut, maka segala upaya akan dilakukan untuk

mengatur kinerja manusia agar lebih efektif dan efisien dalam suatu organisasi.

Belum lagi menghadapi laju modernisasi dan perkembangan teknologi yang

menuntut organisasi harus peka dan responsif terhadap tuntutan zaman. Kualitas

sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

dan kemajuan organisasi. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat

berguna untuk menunjang keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, agar sebuah

(13)

perusahaan harus mencari orang-orang yang bermotivasi tinggi dalam bekerja.

Manusia sebagai sumber daya yang potensial merupakan sumber kekuatan suatu

oranisasi, sebab manusialah yang menggerakkan organisasi. Jufri (dalam Sutan,

2006) menyatakan tinggi atau rendahnya sikap kerja karyawan sangat menentukan

kualitas dan kuantitas performansi kerjanya dalam memacu produkitivas

perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Rodman (2005) bahwa inti

dari suatu organisasi adalah para personelnya dan kemampuan organisasi

bergabtung pada orang-orang didalamnya.

Dunia kerja memegang peranan penting dalam kehidupan manusia,

sehingga untuk mendapatkan kepuasan dalam bekerja menjadi masalah yang

cukup menarik dan penting baik bagi kepentingan individu, industri, dan

masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang sebab-sebab dan sumber-sumber

kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan

hidup mereka. Bagi industri, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam

rangka peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan

tingkah laku karyawannya. Selanjutnya, bagi masyarakat tentu akan menikmati

hasil kapasitas maksimum dari industri serta meningkatnya nilai manusia di dalam

lingkungan kerja (As’ ad, 1998).

Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Robbins (2001) mengenai

pentingnya tingkat kepuasan kerja dalam organisasi adalah kepuasan pada

pekerjaan yang didapatkan akan dibawa ke kehidupan karyawan di luar pekerjaan.

Hal ini didukung oleh penelitian Judge dan Watanabe (dalam Indriawaty dan

(14)

balik antara kepuasan kerja dengan kepuasan hidup. Setiap karyawan

mengharapkan adanya kepuasan dalam bekerja, karena kepuasan dalam bekerja

dapat memberikan efek yang positif pada produktivitas, perilaku kooperatif,

kepuasan hidup dan kesehatan.

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual.

Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan

sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek dalam

pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat

kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya (As’ ad, 1998). Sejalan dengan hal

diatas Robbins (1996) mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat kepuasan

tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan, sedangkan

seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif

terhadap pekerjaannya itu.

Tiffin (dalam Anoraga, 1992) juga berpendapat bahwa kepuasaan kerja

berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya itu sendiri,

situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama karyawan. Sementara Blum

(dalam Anoraga, 1992) mengemukakan bahwa kepuasaan kerja merupakan sikap

umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor

pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja. Hal ini

didukung dengan penelitian Meglino, Ravlin, dan Adkins (1989) mengatakan

bahwa para karyawan akan merasa lebih puas dalam bekerja dan selalu memegang

teguh komitmennya jika nilai-nilai mereka bersesuaian dengan nilai-nilai

(15)

Biasanya seseorang akan merasa puas atas pekerjaan yang telah atau

sedang ia jalankan jika apa yang ia dikerjakan telah memenuhi harapannya, sesuai

dengan tujuan ia bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti ia

memiliki suatu harapan, dan dengan demikian ia akan termotivasi untuk

melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut dan apabila harapannya

terpenuhi, maka ia akan merasa puas (Anoraga, 1992). Dahulu semua orang

beranggapan bahwa satu–satunya insentif untuk bekerja hanyalah uang atau

perasaan takut untuk menganggur. Tetapi sekarang ini, uang bukanlah merupakan

faktor utama yang memotivasi semua orang untuk bekerja. Dengan perkataan lain,

tidak semua orang yang bekerja itu hanya mau bekerja karena membutuhkan

uang.

Brown (1978) memberikan contoh yang dilihatnya di beberapa pabrik di

London. Pada suatu ketika yang tidak bersamaan, ada tiga orang pekerja pabrik

yang secara kebetulan masing–masing memenangkan hadiah yang sangat besar

jumlahnya dari undian sepak bola. Walaupun uang hadiah yang di dapat mereka

itu sangat besar jumlahnya, sehingga jika di investasikan uang itu akan dapat

menjamin biaya hidup mereka bersama keluarganya secara berkecukupan selama

sisa hidup mereka namun akhirnya mereka kembali kepada pekerjaan mereka di

pabrik yang serba rutin itu. Dapat ditarik kesimpulan dari contoh di atas, Brown

mengatakan bahwa pabrik–pabrik itu sesungguhnya mempunyai daya tarik,

karena berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan orang–orang yang sebenarnya

sudah tidak membutuhkan penghasilan berupa uang itu masih mau juga

(16)

tersisihkan dari pergaulan sosial masyarakat mereka. Dengan demikian jelaslah

bahwa uang bukan satu–satunya motivator untuk melakukan pekerjaan (Brown

dalam Anoraga, 1992).

Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau salary

merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga

ketika perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa

karyawannya sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak

dipengaruhi oleh gaji semata. Sering kali pihak perusahaan melakukan cara-cara

untuk meningkatkan produktivitas karyawannya dengan menaikkan gaji atau upah

kerja. Menurut pihak perusahaan, gaji merupakan faktor utama untuk mencapai

kepuasan kerja. Pendapat tersebut tidak selalu salah sebab dengan menaikkan gaji,

karyawan dapat melangsungkan kehidupannya sehari-hari. Tetapi kenyataannya

gaji yang tinggi tidak selalu menjadi faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja.

Gaji hanya memberikan kepuasan sementara karena kepuasan terhadap gaji sangat

dipengaruhi oleh kebutuhan dan nilai orang yang bersangkutan (Hulin dalam As’

ad, 1998).

Karyawan yang merasa puas dengan apa yang diperolehnya dari

perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan akan terus

berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya karyawan yang kepuasan kerjanya

rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang membosankan, sehingga ia

bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Dalam hal ini perusahaan berkewajiban

(17)

perusahaan. Dengan tercapainya kepuasan kerja karyawan, maka produktivitas

pun akan meningkat (As’ ad, 1998).

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan,

faktor-faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan pada karyawan

tergantung pada pribadi masing-masing karyawan (As’ ad, 1998). Menurut

penelitian Caugemi dan Claypool (dalam As’ ad, 2000), kepuasan kerja

menyangkut cara kerja seorang karyawan menyesuaikan dirinya dengan kondisi

dan situasi kerja. Namun pada dasarnya Fraser (1993), mengatakan secara genetis

setiap individu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan dan pola perilaku tertentu untuk menanggulangi masalah. Namun

demikian, pembentukan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja

akan menimbulkan kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi. Banyak

karyawan yang tidak mampu mencapai kepuasan dalam bekerja, karena

ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri di lingkungan kerjanya (Davidoff, 1991).

Lingkungan mana pun tempat individu berada, ia akan berhadapan dengan

harapan dan tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di

samping itu individu juga memiliki kebutuhan, harapan, dan tuntutan di dalam

dirinya, yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Bila individu

mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka dikatakan bahwa individu

tersebut mampu menyesuaikan diri. Kartono (1994) menambahkan seseorang

yang berada dalam suatu perusahaan ataupun bagian dari tim kerja harus

mempunyai usaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan perusahaan, baik

(18)

maupun iklim lingkungan kerja itu sendiri. Seperti dijelaskan sebelumnya,

Kartono (1994) mengatakan bahwa individu dalam berhubungan dengan

lingkungan sosial maupun dengan lingkungan fisik tentunya mempunyai suatu

gaya individual yang tidak sama dengan individu lain. Hal ini dikarenakan setiap

orang berbeda, baik karakter maupun tujuan hidupnya, maka kita sebagai individu

diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita berada,

baik dengan lingkungan fisik, psikis, maupun lingkungan rohaniah.

Secara fisik, individu harus menyesuaikan diri dengan benda-benda

konkret sedangkan secara psikis, individu berhubungan dan bekerja sama dengan

orang lain dalam suatu lingkungan. Menyesuaikan diri dengan lingkungan

rohaniah berarti individu harus mampu memahami keyakinan-keyakinan, ide-ide,

dan filsafat-filsafat yang terdapat di dalam lingkungan individu tersebut, baik

yang dianut oleh orang-orang yang berada dalam suatu lingkungan tersebut

ataupun yang tercantum dalam buku-buku maupun hasil kebudayaan lainnya.

Sementara itu Gerungan (2000) menyatakan bahwa individu adalah manusia yang

senantiasa selalu berubah baik dengan lingkungan fisik maupun dengan

lingkungan sosial, harus mampu menerima segala perubahan yang terjadi dan

diharapkan mampu pula untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan

tersebut. Oleh karena itu individu diharapkan mampu menjelaskan dirinya dengan

lingkungan fisik maupun psikis yang senantiasa mengalami suatu perubahan yaitu

dengan menggunakan penyesuaian diri.

Sementara kita hidup dalam masyarakat yang berorientasi pada kerja,

(19)

pekerjaan. Saat individu mulai memasuki dunia kerja maka ia harus melakukan

penyesuaian diri terhadap pekerjaannya. Davidoff (1991) mengatakan bahwa

karyawan yang mempunyai penyesuaian diri yang cukup baik akan memperbesar

kemungkinan bahwa ia akan memperoleh kepuasan, baik dalam hidupnya maupun

dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Hal yang sama juga dikemukakan dalam

penelitian Dawis (dalam Hesketh dan Adams, 1991) bahwa kemampuan

penyesuaian diri individu terhadap pekerjaannya diindikasikan oleh kepuasan dan

kesuksesan.

Penelitian Wolman (dalam Bruno, 1983) menyebutkan bahwa dalam

penyesuaian diri harus ada perubahan agar kita dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan untuk mencapai keadaan yang harmonis dengan orang lain ataupun

dengan keadaan lingkungan sekitar. Sementara Anoraga & Suyati (1995)

mengatakan bahwa apabila seorang karyawan sulit untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan kerjanya akan mengalami suatu masalah dengan orang lain

ataupun kegagalan dalam bekerja.

Melalui pemikiran diatas, maka penelitI ingin melihat bagaimanakah

pengaruh penyesuaian diri dalam lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja

karyawan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: apakah ada pengaruh penyesuaian

(20)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh penyesuaian

diri dalam lingkungan kerja dengan kepuasan kerja.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dilihat dari 2 aspek yaitu:

1. Manfaat secara Teoritis

a. Membuktikan kebenaran teori-teori baik tentang kepuasan kerja

maupun penyesuaian diri.

b. Dapat dijadikan kajian bagi penelitian selanjutnya, yang tertarik

melakukan penelitian di bidang industri dan organisasi baik tentang

penyesuaian diri maupun kepuasan kerja.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi Karyawan

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi karyawan agar mampu

bekerjasama dengan karyawan lain, saling bertukar pikiran dan dapat

saling mengerti antara karyawan yang satu dengan yang lnya.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

perusahaan untuk lebih memahami keadaan karyawan dan melihat

kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh karyawan agar hasil kerja

(21)

E. Sistematika Penulisan

Proposal penelitian ini terdiri dari tiga Bab, mulai dari Bab I sampai

dengan Bab V.

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian singkat mengenai latar belakang permasalahan,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisikan tentang teori-teori penyusunan variabel yang diteliti,

hubungan antara variabel dan hipotesa penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan identifikasi variabel, definisi operasional dari

masing-masing variabel, subjek penelitian, populasi dan sampel, metode

pengambilan data.

Bab IV: Hasil dan Interpretasi Data

Bab ini berisi uraian mengenai gambaran sampel penelitian, uji asumsi

penelitian, dan hasil utama penelitian.

Bab V: Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan penelitian, hasil penelitian

dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan Kerja

Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului bahwa kepuasan

kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis,

karena ”kepuasan” merupakan konotasi yang beraneka ragam dan bersifat

individual.

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting bagi

karyawan, perusahaan dan masyarakat. Robert Kreitner dan Angelo Kinicki

(dalam Robbins, 2003) menyatakan kepuasan kerja adalah suatu efektifitas atau

respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan.

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Robbins (1996) mendefenisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum

terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima

seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

Sementara menurut Berry (1998), kepuasan kerja adalah sikap kerja yang meliputi

elemen kognitif, afektif, dan perilaku, yang diperkirakan memberi pengaruh pada

sejumlah perilaku kerja. Locke (dalam Berry, 1998) mengatakan bahwa kepuasan

kerja sebagai reaksi individual terhadap pengalaman kerja dan diartikan sebagai

(23)

Sedangkan Tiffin (dalam Anoraga, 1992) mengatakan kepuasan kerja

berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi

kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama karyawan. Wexley & Yulk (1988)

menyatakan:

Job Satisfaction is the way an employee feels about his/her job”.

Ini berarti kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya. Hal sama juga dikatakan Davis dan Newstrom (1995) bahwa:

Job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”.

Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang

dialami karyawan dalam bekerja. Selain itu Wether & Davis (1996)

mendefenisikan kepuasan kerja sebagai perasaan karyawan yang berhubungan

dengan pekerjaannya, yaitu perasaan senang atau tidak senang dalam memandang

dan menjalankan pekerjaannya. Sejalan dengan hal tersebut Handoko (2001)

mengatakan kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan

dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu

sikap atau perasaan karyawan terhadap aspek-aspek yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan mengenai pekerjaan sesuai dengan penilaian masing-masing

(24)

2. Aspek-aspek Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (1996) ada lima aspek kepuasan kerja, yaitu:

1. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi

mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan

mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai

betapa baik mereka mengerjakan tugas tersebut. Karakteristik ini membuat

kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang menantang

menciptakan kebosanan, sebaliknya jika terlalu banyak pekerjaan

menantang dapat menciptakan frustrasi dan perasaan gagal. Pada kondisi

tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai

kesenangan dan kepuasan dalam bekerja.

2. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi

yang mereka persepsikan adil dan sesuai dengan harapan mereka. Bila

upah dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat

keterampilan individu, dan standar upah karyawan, kemungkinan besar

akan mengahsilkan kepuasan. Tentu saja, tidak semua orang mengejar

uang. Banyak orang bersedia menerima uang yang lebih kecil untuk

bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang

kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam

(25)

upah bukanlah jaminan untuk mencapai kepuasan, namun yang lebih

penting adalah persepsi keadilan. Sama dengan karyawan yang berusaha

mendapatkan kebijakan dan promosi yang lebih banyak, dan status sosial

yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang

mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil

kemungkinan besar akan mendapatkan kepuasan dari pekerjaan mereka.

3. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan perduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi

maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi

memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang

tidak berbahaya. Seperti temperatur, cahaya, kebisingan, dan faktor

lingkungan lain harus diperhitungkan dalam pencapaian kepuasan kerja.

4. Rekan kerja yang mendukung

Karyawan akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi

yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga

mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu sebaiknya

karyawan mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung. Hal ini

penting dalam mencapai kepuasan kerja. Perilaku atasan juga merupakan

determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa

kepuasan karyawan ditingkatkan bila atasan langsung bersifat ramah dan

dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik,

mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi

(26)

5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sama dengan pekerjaan

yang mereka pilih seharusnya mereka mempunyai bakat dan kemampuan

yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan

demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan

tersebut, dan lebih memungkinkan untuk mencapai kepuasan yang tinggi

dari pekerjaan mereka.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ada banyak, namun secara

umum Greenberg dan Baron (1995) membaginya ke dalam dua kelompok besar,

yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan individu dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu

Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu adalah faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri individu, yang membedakan antara satu individu

dengan individu yang lain, yang menentukan tingkat kepuasan kerja yang

dirasakan. Faktor-faktor dari diri individu yang mempengaruhi tingkat

kepuasan kerja adalah:

1. Kepribadian

Yang termasuk kepribadian di sini adalah cara individu berfikir,

bertingkah laku, dan memiliki perasaan. Kepribadian merupakan

(27)

pekerjaannya dan kepuasan kerja yang dirasakan individu. Kepribadian

individu mempengaruhi positif atau negatifnya pikiran individu terhadap

pekerjaannya. Dari beberapa penelitian terdahulu ditemukan adanya

hubungan yang signifikan antara kepribadian dengan tingkat kepuasan

kerja individu. Di samping itu kepribadian merupakan aspek yang paling

sulit untuk diubah oleh organisasi dan manajer dalam waktu yang singkat.

2. Nilai-nilai yang dimiliki individu

Nilai memiliki pengaruh pada kepuasan kerja karena nilai dapat

merefleksikan keyakinan dari pekerja, mengenai keluaran dari pekerjaan

dan bagaimana seseorang bertingkah laku dalam pekerjaannya. Contohnya

adalah individu yang memiliki nilai yang tinggi pada sifat dari pekerjaan

cenderung untuk memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi pula

dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki nilai tersebut.

3. Pengaruh sosial dan kebudayaan

Sikap dan tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan di

sekitarnya, termasuk pengaruh dari orang lain dan kelompok tertentu.

Individu yang berasal dari keluarga yang memiliki tingkat kesejahteraan

hidup yang tinggi cenderung untuk merasa tidak puas terhadap pekerjaan

yang memiliki penghasilan atau gaji yang rendah dan tidak sesuai dengan

standar kehidupannya.

Kebudayaan yang ada di lingkungan dimana individu tinggal juga

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja

(28)

menekankan pada kekayaan akan merasa puas dengan pekerjaan yang

memberikan upah/gaji yang tinggi. Sedangkan individu yang tinggal di

lingkungan yang menekankan pada pentingnya membantu orang lain akan

merasa tidak puas pada pekerjaan yang menekankan pada kompetisi dan

prestasi.

4. Minat dan penggunaan keterampilan

Minat sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Artinya bila individu

bekerja pada bidang kerja yang sesuai dengan minatnya maka individu

tersebut akan merasa puas bila dibandingkan dengan individu yang bekerja

pada bidang kerja yang tidak sesuai dengan minatnya. Fricko dan Behr

(dalam Greenberg dan Baron, 1995) menemukan bahwa kepuasan kerja

individu berhubungan erat dengan kesesuaian antara pekerjaan, minat

pekerja, dan jurusan yang dipilih saat kuliah. Semakin sesuai ketiganya

maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya. Selain itu pekerja

juga akan merasa lebih puas jika mempunyai kesempatan untuk dapat

menggunakan keterampilannya dalam bekerja.

5. Usia dan pengalaman kerja

Hubungan antara kepuasan kerja, pengalaman kerja dan usia biasanya

merupakan hubungan yang paralel. Biasanya, pada awal bekerja para

pekerja cenderung merasa puas dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan

karena para pekerja baru tersebut merasa adanya tantangan dalam bekerja

dan mereka mempelajari keterampilan-keterampilan baru. Namun, setelah

(29)

tingkat kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena mereka mengalami

stagnansi, merasa dirinya tidak maju dan berkembang. Namun setelah

enam atau tujuh tahun bekerja biasanya tingkat kepuasan kerja akan

kembali meningkat. Hal tersebut terjadi karena individu merasa sudah

memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang pekerjaannya dan

sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan

lingkungan kerjanya.

Usia memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Pekerja

yang lebih tua umumnya merasa lebih puas dibandingkan dengan para

pekerja yang lebih muda usianya. Seorang pekerja yang mencapai usia 30

tahun mempunyai tingkat kepuasan kerja yang meningkat. Hal tersebut

terjadi karena biasanya pekerja pada usia tersebut sudah merasa puas

dengan kondisi keluarganya dan keuangan yang dimilikinya.

6. Jenis kelamin

Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara kepuasan

kerja dengan jenis kelamin, walaupun terdapat perbedaan hasil. Ada yang

menemukan bahwa wanita merasa lebih puas dibandingkan pria, dan ada

juga yang sebaliknya. Terdapat indikasi bahwa wanita cenderung

memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang berbeda dengan pria. Selain

itu terdapat perbedaan pria dan wanita, sehingga antara pria dan wanita

terdapat perbedaan arti pentingnya perbedaan. Biasanya pria mempunyai

nilai pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk mengarahkan diri dan

(30)

memperoleh sedikit uang dan kesempatan untuk dipromosikan

dibandingkan pria. Sehingga hal ini membuat wanita puas dengan

pekerjaannya.

7. Tingkat Inteligensi

Inteligensi seseorang bukan merupakan faktor utama dan menentukan

kepuasan kerja, namun berhubungan erat dan menjadi faktor yang penting

dalam unjuk kerja. Dalam pekerjaan, terdapat asosiasi antara tingkat

inteligensi (IQ) dengan efisiensi unjuk kerja dan kepuasan kerja. Individu

dengan IQ yang tinggi, di atas 120 skala Weschler, akan mudah

mengalami kebosanan atau frustasi dan juga ketidakpuasan kerja.

Salah satu faktor yang berhubungan dengan inteligensi adalah tingkat

pendidikan. Adanya tingkat kepuasan kerja yang rendah pada pekerja

muda yang berpendidikan biasanya disebabkan karena mereka memiliki

kemampuan yang lebih daripada yang diharapkan pekerjaannya sehingga

merasa bosan dan tidak tertantang. Pekerja yang berpendidikan juga

mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi dibandingkan dengan

pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah. Hal ini

dikarenakan pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi mengerjakan

pekerjaan yang penting dan terlibat di dalamnya.

8. Status dan senioritas

Pada umumnya semakin tinggi posisi seseorang pada tingkatan dalam

organisasi, maka semakin orang tersebut mengalami kepuasan kerja. Hal

(31)

pekerjaanya dan imbalan yang didapatnya dibandingkan dengan pekerja

yang memiliki tingkatan yang lebih rendah.

b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi

Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi

adalah faktor dari dalam organisasi dan dari lingkungan organisasi yang

mempengaruhi kepuasan kerja individu. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Situasi dan kondisi pekerjaan

Yang dimaksud dengan situasi pekerjaan di sini adalah tugas dari

pekerjaan, interaksi dengan orang-orang tertentu, lingkungan pekerjaan,

dan cara organisasi memperlakukan pekerjanya, serta imbalan atau gaji

yang didapat. Setiap aspek dari pekerjaan merupakan bagian dari situasi

kerja dan dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Dari hasil

penelitian ditemukan bahwa para pekerja yang bekerja dengan lingkungan

kerja yang tidak teratur, gelap, bising, memiliki temperatur yang ekstrim,

kualitas air yang rendah, akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang

rendah.

2. Sistem imbalan

Sistem ini mengacu pada bagaimana pembayaran, keuntungan, dan

promosi didistribusikan. Kepuasan dapat timbul dengan penggunaan

sistem imbalan yang dipercaya adil, dengan adanya rasa hormat terhadap

apa yang diberikan oleh organisasi dan mekanisme yang digunakan untuk

(32)

yang diterima terlalu kecil dibandingkan dengan gaji yang dipersepsikan

akan diterima.

3. Penyelia dan komunikasi

Penelitian terdahulu menemukan hasil bahwa pekerja yang percaya bahwa

penyelia mereka adalah orang yang kompeten, mengetahui minat mereka,

perhatian, tidak mementingkan diri sendiri, memperlakukan mereka

dengan baik dan menghargai mereka, cenderung akan mempunyai tingkat

kepuasan kerja yang tinggi pula. Kualitas penyelia juga mempengaruhi

kepuasan kerja. Kualitas tersebut adalah gaya pengawasan, teknik

pengawasan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan

administrasi.

Komunikasi merupakan aspek lain dari penyelia yang memiliki kualitas

yang baik. Pekerja akan merasa lebih puas dengan pekerjaannya jika

mereka memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan penyelianya.

4. Pekerjaan

Pekerja akan merasa lebih puas bila dipekerjakan pada jenis pekerjaan

yang menarik, memberikan kesempatan belajar, dan pemberian tanggung

jawab. Selain itu para pekerja akan merasa lebih puas dengan pekerjaan

yang bervariasi, tidak lambat yang dapat membuat mereka menjadi bosan

dan tidak tertantang. Faktor-faktor ini terdapat pada individu yang melihat

pekerjaan sebagai karir, berlawanan dengan pekerja yang melihat

(33)

5. Keamanan

Faktor keamanan berhubungan dengan kestabilan dari pekerjaan dan

perasaan yang dimiliki individu berkaitan dengan kesempatan untuk

bekerja di bawah kondisi organisasi yang stabil. Keamanan menimbulkan

kepuasan kerja karena dengan adanya rasa aman individu dapat

menggunakan kemampuannya dan memperoleh kesempatan untuk tetap

bertahan pada pekerjaannya.

6. Kebijaksanaan perusahaan

Kebijaksanaan perusahaan sangat mempengaruhi kepuasan kerja

karyawannya karena perusahaan memiliki prosedur dan peraturan yang

memungkinkan individu untuk memperoleh imbalan. Selain itu individu

yang mempunyai konflik peran atau peran yang ambigu dalam

pekerjaannya karena keijaksanaan perusahaan cenderung untuk merasa

tidak puas.

7. Aspek sosial dari pekerjaan

Aspek sosial dari pekerjaan terbukti memberikan kontribusi terhadap

kepuasan dan ketidakpuasan kerja. Aspek ini adalah kebutuhan-kebutuhan

untuk kebersamaan dan penerimaan sosial. Karyawan yang bekerja dalam

kelompok kerja yang kohesif dan merasa apa yang mereka kerjakan

memberikan kontribusi terhadap organisasi akan merasa puas. Tapi bila

karyawan merasa tidak cocok dengan kelompok kerjanya dan tidak dapat

(34)

Rekan kerja juga memberikan kontribusi terhadap perasaan puas atau tidak

puas. Rekan kerja yang memberikan perasaan puas adalah rekan kerja

yang ramah dan bersahabat, kompeten, memberikan dukungan, serta

bersedia untuk membantu dan bekerja sama.

8. Kesempatan untuk pertumbuhan dan promosi

Kesempatan untuk pertumbuhan dan promosi berbeda-beda dalam setiap

tingkatan ekonomi dan tingkat sosial. Seorang profesional dan eksekutif

pada perusahaan melihat faktor ini sebagai faktor yang sangat penting.

Demikian pula bagi karyawan pada posisi manajemen tingkat menengah

faktor ini cukup mendapat perhatian. Kesempatan untuk dipromosikan ini

berhubungan dengan terdapatnya kesempatan untuk maju dan yang

menjadi dasar dari promosi tersebut.

4. Ciri-ciri karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi

Beberapa ciri-ciri karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi

menurut Munandar, Sjabahni dan Wutun (2004) antara lain:

1. Adanya kepercayaan bahwa organisasi akan memuaskan dalam jangka

waktu yang lama

2. Memperhatikan kualitas kerjanya

3. Lebih mempunyai komitmen organisasi

(35)

B. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian

yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang

terkenal dengan teori evolusinya. Mutadin (2002) mengatakan:

"Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation".

Calhoun dan Acocella (1995), mendefenisikan penyesuaian diri sebagai

interaksi terus menerus dengan diri sendiri, orang lain, dan dunianya. Ketiga

faktor tersebut secara terus menerus bereaksi dan saling mempengaruhi. Selain itu

terdapat juga sifat timbal balik, karena manusia juga bereaksi terhadap ketiga

faktor tersebut. Sementara Tidjan (1990) mengatakan bahwa penyesuaian diri

merupakan usaha individu untuk mengubah tingkah laku, agar terjadi hubungan

yang lebih sesuai antara dirinya dengan lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut

Fahmi (dalam Sobur, 2003) berpendapat bahwa penyesuaian diri adalah suatu

proses dinamis yang terus-menerus dan bertujuan untuk mengubah kelakuan guna

mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.

Davidoff (1991) menambahkan banyak karyawan yang tidak mampu

mencapai kepuasan dalam bekerja, karena ketidak-mampuannya dalam

menyesuaikan diri dalam lingkungan kerja. Menurut Davidoff (1991) penyesuaian

diri erat kaitannya dengan interaksi dengan atasan, karyawan baik itu karyawan

yang mempunyai pekerjaan yang sama ataupun yang berbeda jenis pekerjaan.

(36)

mengadakan interaksi dengan lingkungan, dimana individu dapat mengubah diri

sesuai dengan lingkungan ataupun mengubah lingkungan sesuai dengan

keadaannya sendiri. Dengan demikian penyesuaian diri ada yang berarti pasif

maupun yang aktif. Pasif berarti semua kegiatan yang dilakukan individu

ditentukan oleh lingkungan, sementara yang aktif berarti individu mempengaruhi

lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. Sejalan dengan hal tersebut Gunarsa

(2003) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam

dunia kerja.

Seorang karyawan harus berusaha menyesuaikan diri terhadap berbagai

situasi agar dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi dan mampu berhubungan

dengan orang lain. Penyesuaian diri yang baik sangat dibutuhkan untuk

mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan. Gerungan (1988) menambahkan bahwa

manusia itu senantiasa berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan

lingkungannya. Menyesuaikan diri dapat berarti mengubah diri sesuai dengan

keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau

keinginan diri. Sementara Haber dan Runyon (1984) berpendapat bahwa

penyesuaian diri merupakan proses yang terus berlanjut sepanjang kehidupan

seseorang. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan situasi hidup yang

menuntut seseorang untuk berubah.

Hurlock (dalam Gunarsa & Gunarsa, 2000) menyatakan bahwa seseorang

yang mampu menyesuaikan diri kepada umum atau kelompoknya dan orang

tersebut memperlihatkan sikap dan perilaku yang menyenangkan, berarti orang

(37)

(dalam Suryabrata, 1998) kepribadian merupakan hal yang mendasari seseorang

dalam berperilaku. Kepribadian sebagai suatu organisasi dinamis dalam diri

individu yakni suatu sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Mowen dan Minor (1999) yang menyebutkan kepribadian merupakan pola

tingkah laku yang berbeda termasuk pemikiran dan emosi yang menjadi karakter

khusus seorang individu dalam beradaptasi terhadap situasi yang ada dalam

kehidupannya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk

(1994) dimana mereka menyatakan kepribadian merupakan karakteristik yang

terdalam yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon

lingkungannya. Sedangkan menurut Cattel (dalam Chaplin, 2001) kepribadian

merupakan segala sesuatu yang memungkinkan suatu peramalan dari apa yang

akan dilakukan seseorang dalam satu situasi tertentu dalam pekerjaannya.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah

suatu proses yang dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang

(38)

2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Gunarsa (1992) berpendapat bahwa secara umum ada dua macam bentuk

penyesuaian diri yang bisa dilakukan individu dalam menyesuaikan dirinya

dengan situasi atau lingkungan baru, yaitu:

1. Adaptasi

Adaptasi adalah bentuk penyesuian diri dari suatu makhluk atau individu

secara aktif terhadap lingkungan baik secara fisik maupun sosial.

Penyesuaian disini lebih difokuskan pada sesuatu hal dan bisa sesaat.

2. Penyesuaian

Penyesuaian adalah suatu bentuk penyesuaian diri terhadap suatu

lingkungan yang baru dengan cara membuat penyesuaian diri secara

psikologis. Penyesuaian disini terus menerus berkesinambungan dalam

berbagai hal dan cenderung menetap.

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Menurut Fahmy (dalam Sobur, 2003) penyesuaian diri mempunyai dua

aspek, yaitu:

1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya

sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan

lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya,

apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai

(39)

ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung

jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.

Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau

kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa

kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

2. Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk

menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap

kelompoknya pada khususnya. Biasanya orang yang berhasil melakukan

penyesuaian sosial dengan baik, akan dapat mengembangkan sikap sosial

yang menyenangkan.

Penyesuaian sosial berarti kemampuan untuk memberi reaksi yang positif

dan efektif terhadap situasi-situasi sosial, sehingga kebutuhan-kebutuhan

(40)

C. Penyesuaian Diri dalam Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor luar bagi manusia, baik bersifat fisik

maupun nonfisik dalam suatu organisasi. Fieldman (1983) menyatakan bahwa

antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif,

dan lingkungan kerja mempengaruhi produktivitas kerja suatu organisasi.

Pembentukan lingkungan kerja sangat terkait dengan kemampuan individu yang

ada didalammya dan produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh faktor fisik,

biologis, fisiologis, mental, dan sosial ekonomi dari seorang individu yang bekerja

(Sumamur, 1986).

Jika terdapat kesesuaian dengan lingkungan kerja maka individu akan

berusaha untuk mempertahankannya. Jika tidak, individu akan berusaha untuk

melakukan penyesuaian diri. Bila individu mengalami kegagalan, maka individu

tersebut akan meninggalkan lingkungan kerjanya. Proses inilah yang disebut

sebagai penyesuaian diri dalam lingkungan kerja.

D. Pengaruh Penyesuaian Diri dengan Kepuasan Kerja

Individu adalah manusia yang senantiasa berubah baik dengan lingkungan

fisik maupun dengan lingkungan sosial. Mereka harus mampu menerima segala

perubahan yang terjadi, dan diharapkan mampu pula untuk menyesuaikan diri

dengan perubahan tersebut. Maka, individu diharapkan mampu menjelaskan

dirinya dengan lingkungan fisik maupun psikis yang senantiasa mengalami suatu

(41)

Dalam teori penyesuaian diri dalam lingkungan keja yang dikemukakan

oleh Dawis, Lofquist dan Weiss (dalam Dawis & Lofquist, 1984) memandang

bahwa kepuasan kerja sebagai bagian dari penyesuaian diri terhadap pekerjaan,

dimana pekerja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan merasakan

kepuasan terhadap pekerjaanya. Pekerja yang menganggap bahwa aspek-aspek

dalam pekerjaannya menyenangkan, akan memiliki penilaian positif terhadap

pekerjaannya sehingga mengarah pada kepuasan kerja. Pekerja yang mengalami

kepuasan kerja akan menampilkan kemampuan melalui produktivitas, dimana

produktivitas dan kepuasan kerja merupakan dua hal yang saling mempengaruhi

(Luthans, 1998).

Para karyawan yang merasa puas dalam suatu pekerjaannya, akan

memegang teguh komitmenya terhadap perusahaan bila nilai-nilai yang mereka

pegang mempunyai kesesuaian dengan nilai-nilai perusahaan tempat ia bekerja.

Perusahaan sendiri dapat menjadi tekanan bagi karyawan bila keadaan menuntut

diri mereka untuk bertindak berlawanan dengan apa yang dianggapnya sebagai

kepentingannya sendiri. Agar karyawan bertingkah laku sesuai dengan tuntutan

perusahaan, maka harus ada kesesuaian antara kebutuhan mereka sendiri dan

permintaan perusahaan. Untuk mencapai kepuasan kerja karyawan dan

kesuksesan perusahaan maka harus ada kesesuaian antara karyawan dan pihak

perusahaan (Anoraga & Suyanti, 1995).

Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang penting terhadap kesuksesan

suatu organisasi, sebab pekerja yang merasa puas akan lebih betah dalam

(42)

(Jewell, 1985; Berry, 1998). Pekerjaan yang diberikan pada karyawan sangat

berhubungan dengan kepribadian mereka, hal ini demi kesuksesan dan kepuasan

dalam bekerja. Bagi karyawan yang penyesuaian kepribadiannya tidak baik, akan

mengalami kesukaran penyesuaian diri di dalam situasi kerja (Anoraga & Suyati,

1995).

E. Hipotesa

Ada pengaruh penyesuaian diri dalam lingkungan kerja terhadap kepuasan

kerja. Semakin baik penyesuaian dirinya maka semakin tinggi kepuasan kerja

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Suryabrata (2002), penelitian adalah suatu proses yaitu suatu

rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna

mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi

dan saling mendukung satu sama lain, agar penelitian yang dilakukan itu

mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan-kesimpulan

yang tidak meragukan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini akan

diuraikan pada bab ini yaitu identifikasi variabel penelitian, definisi operasional

variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data dan metode

analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa

penelitian. Identifikasi variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel Tergantung : Kepuasan kerja

(44)

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Defenisi operasional perlu dalam penelitian karena defenisi operasional

akan menunjukkan alat pengambilan data mana yang cocok digunakan. Defenisi

operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefenisikan

yang dapat diamati atau diobservasi (Suryabrata, 2002).

1. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah suatu sikap atau perasaan karyawan terhadap

aspek-aspek pekerjaan sesuai dengan penilaian masing-masing pekerja.

Skala kepuasan kerja dibuat berdasarkan aspek-aspek kepuasan kerja yang

dikemukakan oleh Robbins (1996) yaitu

1. Kerja yang secara mental menantang

2. Ganjaran yang pantas

3. Kondisi kerja yang mendukung

4. Rekan kerja yang mendukung

5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

Skor total dari skala kepuasan kerja menunjukkan tingkat kepuasan kerja

seseorang yang disesuaikan dengan penilaian dari masing-masing. Skor yang

tinggi mengidentifikasikan seseorang memiliki kepuasan kerja yang tinggi, dan

skor yang rendah mengidentifikasikan seseorang memiliki kepuasan kerja yang

(45)

2. Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang dinamis yang bertujuan untuk

mengubah perilaku seseorang agar terjadi hubungan yang lebih baik antara

individu dengan lingkugannya.

Skala penyesuaian diri dibuat berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri

yang dikemukakan oleh Fahmy (dalam Sobur, 2003), yaitu

1. Penyesuaian pribadi

2. Penyesuaian sosial

Skor total dari skala penyesuaian diri menunjukkan tingkat penyesuaian

diri seseorang. Skor yang tinggi mengidentifikasi seseorang memiliki kemampuan

melakukan penyesuaian diri dengan baik, dan skor yang rendah

mengidentifikasikan seseorang sulit dalam melakukan penyesuaian diri.

C. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian

(Nawawi, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai PT. PLN (Persero)

(46)

Adapun kriteria populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan terakhir minimal SMU

Untuk kriteria tingkat pendidikan terakhir minimal SMU karena ada

anggapan bahwa tingkat pendidikan formal akan mempengaruhi

perkembangan kognitif yang lebih kompleks dan tinggi, sehingga hal ini

memungkinkan individu mempunyai keyakinan diri, pemikiran rasional,

penyesuaian diri yang lebih efektif pada lingkungan yang selalu berubah

(Billngs & Mores dalam Rahayu, 1997).

2. Telah bekerja minimal 2 tahun

Karyawan yang dipilih adalah mereka yang telah memiliki pengalaman

kerja minimal 2 tahun dengan asumsi bahwa karyawan tersebut telah

cukup memiliki pemahaman tentang nilai-nilai, tujuan dan aturan

perusahaan (Shane & Glinew, 2000).

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Artinya, sampel merupakan

sekelompok individu yang dipilih dari populasi yang dimaksudkan sebagai wakil

populasi dari suatu penelitian. Sampel harus memiliki sedikitnya satu sifat yang

sama agar dapat dilakukan generalisasi (Kaplan & Saccuzo, 2005).

Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel diambil dengan

menggunakan probability technique sampling, yaitu dengan teknik simple random

(47)

Dalam simple random sampling, semua individu dalam populasi, baik secara

sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, diberi kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel penelitian (Hadi, 2000).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan

data dengan skala atau disebut dengan Metode Skala.

Metode skala adalah metode pengumpulan data yang memberikan suatu

daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Devellis, 2003).

Skala merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek. Skala

merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang

cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu

yang sedang dihadapi (Azwar, 2000).

Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian

berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek dalam penelitian adalah benar dan

dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan

kepadanya sama dengan yang dimaksudkan peneliti.

Dalam penelitian ini menggunakan dua buah skala yaitu skala kepuasan

(48)

1. Skala Penyesuaian Diri

Alat ukur yang digunakan dalam penyesuaian diri adalah skala

penyesuaian diri yang dirancang oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek

penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Fahmy (dalam Sobur, 2003) yaitu

penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.

Penilaian skala penyesuaian diri ini adalah berdasarkan format skala

Likert. Setiap aspek diuraikan kedalam butir pernyataan yang mengungkap

penyesuaian diri yang dimiliki oleh karyawan. Skala ini disajikan dalam bentuk

pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang

terdiri dari: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak

Sesuai).

Selanjutnya subjek diminta untuk memilih alternatif jawaban pernyataan

yang sesuai dengan keadaan dirinya, dengan cara memilih salah satu dari

alternatif jawaban yang ada. Bobot nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat

favorable bergerak dari 4 sampai 1 dimana pilihan Sangat Sesuai diberi nilai 4,

Sesuai diberi nilai 3, Tidak Sesuai diberi nilai 2, Sangat Tidak Sesuai diberi nilai

1. Sedangkan nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat unfavorable bergerak

dari 1 sampai 4 dimana pilihan Sangat Sesuai diberi nilai 1, Sesuai diberi nilai 2,

(49)

Blueprint skala penyesuaian diri dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Blueprint skala penyesuaian diri saat uji coba No Aspek-aspek

Penyesuaian Diri

Aitem Jumlah Favorable Unfavorable

1 Penyesuaian pribadi 2,6,13,18,22,

25,28,30

4,9,12,16, 20,24,29

15

2 Penyesuaian sosial 3,7,10,15,

17,21,26

1,5,8,11,14, 19,23,27

15

Jumlah 15 15 30

2. Skala kepuasan kerja

Alat ukur yang digunakan dalam kepuasan kerja adalah skala kepuasan

kerja yang dirancang oleh peneliti dengan menggunakan aspek-aspek menurut

Robbins (1996), yaitu kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang pantas,

kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, dan kesesuaian

kepribadian dengan pekerjaan.

Penilaian skala kepuasan kerja ini adalah berdasarkan format skala Likert.

Setiap aspek diuraikan kedalam butir pernyataan yang mengungkap tingkat

kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan. Skala ini disajikan dalam bentuk

pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang

terdiri dari: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak

Sesuai).

Selanjutnya subjek diminta untuk memilih alternatif jawaban pernyataan

yang sesuai dengan keadaan dirinya, dengan cara memilih salah satu dari

alternatif jawaban yang ada. Bobot nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat

favorable bergerak dari 4 sampai 1 dimana pilihan Sangat Sesuai diberi nilai 4,

(50)

1. Sedangkan nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat unfavorable bergerak

dari 1 sampai 4 dimana pilihan Sangat Sesuai diberi nilai 1, Sesuai diberi nilai 2,

Tidak Sesuai diberi nilai 3, Sangat Tidak Sesuai diberi nilai 4.

Blueprint skala Kepuasan Kerja dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Blueprint skala kepuasan kerja saat uji coba

No Aspek-aspek kepuasan

kerja

Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

1. Kerja yang secara mental

menantang

2. Ganjaran yang pantas 1,12,20,31,40,

56,57

5. Kesesuaian kepribadian

dengan pekerjaan

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang

tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis

aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau

sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih aitem yang

mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan

(51)

Tahap uji coba alat ukur ini meliputi pengujian validitas dan reliabilitas

alat ukur agar hasil dapat dipertanggungjawabkan.

1. Uji daya diskriminasi aitem.

Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan

yang tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi

aitem dilakukan dengan perhitungan koefisien korelasi antara distribusi

skor aitem dengan distribusi skor total skala itu sendiri (Azwar, 2000).

Pengujian daya diskriminasi aitem ini dilakukan dengan

mengkolerasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan

menggunakan tehnik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan

program komputer SPSS 12 versi. Parameter daya diskriminasi aitem yang

berupa koefisien korelasi aitem total memperlihatkan kesesuaian fungsi

aitem dengan fungsi skala dalam mengungkap perbedaan individu.

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total, biasanya

digunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Namun

apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah

yang diinginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit

batas kriteria sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai.

(52)

2. Validitas alat ukur

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2000).

Adapun teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur

dalam penelitian ini adalah : validitas isi. Validitas isi merupakan validitas

yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional

melalui professional judgement dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

3. Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau

konsistensi alat ukur yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali

pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang

dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi

atau alat kepecayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan

pengukuran (Azwar, 2001).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi

internal (Cronbach’s alpha coefficient) yaitu bentuk tes yang hanya

memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu

sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau

bagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar,

(53)

penyesuaian diri dan skala kepuasan kerja. Koefisien alpha cronbach

formula yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0.7–0.8, karena koefisien

alpha cronbach yang mencapai 0.7–0.8 dapat dinyatakan bahwa alat ukur

tersebut memiliki nilai relibilitas yang baik (Devellis, 2003).

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala penyesuaian diri dan skala kepuasan kerja terhadap 80

orang pegawai PT. PLN (Persero) UPT Medan.

1. Hasil Uji Coba Skala Penyesuaian Diri

Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisa uji coba dengan

menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12, kemudian nilai

corrected item total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson

Product Moment dengan interval kepercayaan 95 % yang memiliki harga kritik

0.3. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 30 aitem dan dari 30 aitem tersebut

diperoleh 18 aitem yang sahih dan 12 aitem yang gugur. 18 aitem yang sahih

inilah yang akan digunakan dalam penelitian, dengan kisaran koefisien korelasi rxx

= 0.349 sampai dengan rxx = 0.708 dan reliabilitas sebesar 0.883. Distribusi aitem

(54)

Tabel 3

Blueprint skala penyesuaian diri setelah uji coba No Aspek-aspek

Penyesuaian Diri

Aitem Jumlah Favorable Unfavorable

1 Penyesuaian pribadi 6(1),13(7),18(12)

25(17)

9(4),12(6), 24(16)

7

2 Penyesuaian sosial 7(2),15(9),17(11), 21(14),26(18)

Nomor yang di dalam kurung /( ) = penomoran baru saat melakukan penelitian

2. Hasil Uji coba Skala Kepuasan Kerja

Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisa uji coba dengan

menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12, kemudian nilai

Corrected Item Total Correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson

Product Moment dengan interval kepercayaan 95 % yang memiliki harga kritik

0.3. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 75 aitem dan dari 75 aitem diperoleh 41 aitem yang sahih dan 34 aitem yang gugur. 41 aitem yang sahih inilah yang

akan digunakan dalam penelitian, dengan kisaran koefisien korelasi rxx = 0.331

sampai dengan rxx = 0.640 dan reliabilitas sebesar 0.929. Distribusi aitem yang

Gambar

Tabel 2 skala kepuasan kerja saat uji coba
Blueprint Tabel 4 skala kepuasan kerja setelah uji coba
Tabel 5 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 7  Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Regresi sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel dependen (terikat) dan

Adaptable building which is able to respond and adjust towards the changing needs throughout its life span maximizes the investment value of resources and energy used in

Lahirnya komputer grafis merupakan kelanjutan dari perkembangan untuk lebih mudah dan cepat dalam menghasilkan gambar 3D untuk tujuan visualisasi tersebut .Sehingga untuk membuat

Modul ini dibuat dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh Macromedia Authorware, adapun Fasilitas yang di sediakan Knowledge Objects, Icon Palete,

1) Ketergantungan akan bahan bakar fosil mengakibatkan menipisnya pasokan energi dan perlunya pengembangan Energi Baru dan Terbarukan seperti biogas, air, panas bumi, serta

Dengan website profil kesehatan yang disajikan secara online, lewat koneksi ke internet, maka diharapkan dapat dinikmati oleh setiap masyarakat dan juga dapat menjadi pembanding

Pada era teknologi sekarang ini telah banyak media cetak maupun elektronik yang dapat menampung iklan dari suatu produk Penulis membahas cara pembuatan animasi untuk mengiklankan

Sayangnya, banyak studi mengklaim positif pembungkaman gen yang dimediasi siRNA dalam sel ikan kurang pengendalian yang diperlukan untuk memberikan bukti kuat pada