PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
PENGUKURAN DI KELAS X SEMESTER GANJIL SMA N 1 LIMA PULUH T.P. 2013/2014
Oleh : Suci Khairani
409121081
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 4 Agustus 1992. Ayah
bernama Alm. Muharrir S.Pd, dan Ibu bernama Dra. Zaida Adlina. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1997 penulis masuk SD
Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003
Penulis melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar dan pindah
ke SMP Negeri 1 Tanjung Balai pada tahun 2005 dan lulus tahun 2006. Pada
tahun 2006 Penulis melanjutkan studi ke SMA Negeri 1 Tanjung Balai dan lulus
pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di program studi pendidikan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Medan dan
lulus tahun 2014. Penulis juga merupakan asisten laboratorium fisika umum
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK
PENGUKURAN DI KELAS X SEMESTER GANJIL SMA N 1 LIMA PULUH
T.P 2013/2014 Suci Khairani (409121081)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Mastery Learning terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pengukuran di kelas X semester ganjil SMA N 1 Lima Puluh T.P 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Lima Puluh yang terdiri dari 7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas secara acak yaitu kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol, dengan masing-masing jumlah sampel adalah 32 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 option yang telah dinyatakan valid dengan uji persyaratan instrumen. Instrumen penilaian aktivitas menggunakan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa pada proses pembelajaran.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kedua kelas terdistribusi normal dan homogen. Hasil uji t dua pihak yaitu thitung = 0,17 dan ttabel = 1,99 sehingga
thitung < ttabel maka disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan berbeda pada masing-masing kelas diperoleh rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 71,72 dan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol adalah 61,72. Pada hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung>ttabel yaitu 4,45>1,67 pada taraf signifikansi 0,05 maka H0 ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar akibat pengaruh model pembelajaran Mastery Learning pada materi pokok pengukuran di kelas X SMA N 1 Lima Puluh T.P 2013/2014. Rata-rata nilai aktivitas siswa kelas eksperimen selama tiga pertemuan adalah 79,45. Dilihat dari grafik nilai aktivitas dan nilai hasil belajar disimpulkan bahwa aktivitas siswa mempengaruhi nilai hasil belajar siswa.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Dafar Isi vi
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 4
1.3. Batasan Masalah 5
1.4. Rumusan Masalah 5
1.5. Tujuan Penelitian 6
1.6. Manfaat Penelitian 6
1.7. Definisi Operasional 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Kerangka Teoritis 7
2.1.1. Pengertian Belajar 7
2.1.2. Aktivitas Belajar 7
2.1.3. Hasil Belajar 10
2.1.4. Model Pembelajaran 13
2.1.5. Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) 14 2.1.6. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) 18
2.1.7. Pengukuran 20
2.1.8. Penelitian Terdahulu 27
2.2. Kerangka Konseptual 29
2.3. Hipotesis penelitian 30
BAB III METODE PENELITIAN 31
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 31
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 31
3.3. Variabel Penenlitian 31
3.4. Instrumen Penelitian 31
3.4.1. Tes Hasil Belajar 31
3.4.2. Instrumen Aktivitas Siswa 33
3.5. Jenis dan Desain Penenlitian 34
3.6. Prosedur Penelitian 35
3.7. Teknik Pengumpul Data 38
vii
3.8.1. Analisis Tes Hasil Belajar Kognitif 38
3.8.2. Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa 38
3.8.3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43
4.1. Hasil Penelitian 43
4.1.1. Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 43
4.1.2. Analisis Data 43
4.2. Pembahasan 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
5.1. Kesimpulan 54
5.2. Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 56
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Mistar 21
Gambar 2.2. Jangka Sorong 21
Gambar 2.3. Mikrometer Sekrup 22
Gambar 2.4. Neraca Tiga Lengan 23
Gambar 3.1. Diagram Skema Penelitian 37
Gambar 4.1. Diagram Batang Nilai Pretes 44
Gambar 4.2. Diagram Batang Nilai Postes 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 57
Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa 92
Lampiran 3. Tabel Tes Spesifikasi Hasil Belajar 102
Lampiran 4. Pedoman Penilaian Aktivitas 122
Lampiran 5. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 123
Lampiran 6. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol 124
Lampiran 7. Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 125
Lampiran 8. Tabulasi Jawaban Postes Kelas Eksperimen 127
Lampiran 9. Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Kontrol 129
Lampiran 10. Tabulasi Jawaban Postes Kelas Kontrol 131
Lampiran 11. Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 133
Lampiran 12. Nilai Pretes dan Postes Kelas Kontrol 134
Lampiran 13. Perhitungan Statistik Dasar 135
Lampiran 14. Uji Normalitas 138
Lampiran 15. Uji Homogenitas 141
Lampiran 16. Uji Hipotesis 145
Lampiran 17. Penilaian Aktivitas 149
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian 158
Lampiran 19. Daftar Nilai Kritis Uji Liliefors 162
Lampiran 20. Daftar Nilai Kritis z 163
Lampiran 21. Daftar Nilai Distribusi F 164
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan segala aspek
kehidupan. Melalui pendidikan, dapat dibangun suatu hasil karya yang baik yang
dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dalam UU RI No. 20 Pasal 1 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”. Maka pendidikan sangat penting untuk
mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman yang
akan datang. Sehingga dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber
daya manusia kreatif yang mampu memecahkan persoalan aktual dalam
kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan
dari sebelumnya.
Menurut EFA, dikatakan bahwa hasil survey UNESCO untuk tingkat
pendidikan di dunia, Indonesia menempati peringkat ke 69 dari 127 negara. Hal
ini diakibatkan karena banyak faktor internal dan eksternal. Berdasarkan data
tersebut menunjukkan salah satu masalah yang di hadapi dunia pendidikan saat ini
adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi,
siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingat.
Bidang studi fisika sebagai salah satu Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
merupakan salah satu bidang ilmu yang menarik dan lebih banyak memerlukan
pemahaman daripada penghafalan. Namun kenyataannya, kebanyakan siswa
2
rumus-rumus dan harus memikirkan fenomena fisika secara abstrak. Hal ini
sejalan dengan pengalaman peneliti ketika melaksanakan Program Pengalaman
Lapangan Terpadu (PPLT) di SMA N 1 Lima Puluh. Pada saat pembelajaran
siswa hanya diberikan teori-teori dan rumus-rumus dalam bentuk catatan. Siswa
dituntut untuk menghafal rumus dan bisa mengerjakan soal dengan aplikasi
penghafalan rumus. Guru jarang sekali mengajak siswa untuk mengaplikasikan
teori dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan siswa tidak pernah diajak untuk
melakukan kegiatan eksperimen di laboratorium, sementara tersedia kelengkapan
alat dan bahan yang baik untuk melakukan eksperimen di sekolah tersebut. Hal
tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif, kurang kreatif dalam melakukan
eksperimen pada proses pembelajaran fisika. Sehingga siswa menganggap bahwa
pelajaran fisika merupakan pelajaran sulit yang hanya berdasarkan pada teori dan
rumus saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di SMA N 1
Lima Puluh, Bapak Ridwan Alias Nazri Rafik menyatakan bahwa nilai KKM
pelajaran fisika di sekolah adalah 70, dan hanya 9 orang siswa dari 32 siswa yang
mampu mencapai nilai ≥70. Model pembelajaran yang digunakan di sekolah
tersebut adalah pembelajaran langusng (Direct Instruction), yaitu pembelajaran
langsung dan berpusat pada guru. Guru juga tidak pernah menggunakan media
pembelajaran, sedangkan sarana media pembelajaran tersedia cukup baik di
sekolah tersebut. Guru juga tidak pernah melakukan kegiatan eksperimen di
sekolah karena guru tidak mengetahui prosedur praktikum dan kurang mahir
dalam menggunakan alat dan bahan praktikum. Hal itu menyebabkan siswa juga
tidak pernah melakukan eksperimen di laboratorium. Siswa hanya diberikan teori,
rumus, catatan dan hafalan di dalam kelas.
Permasalahan di atas sebenarnya dapat diatasi jika guru dapat melihat
permasalahan-permasalahan di kelas dan mencari model pembelajaran yang tepat
untuk menyelesaikan masalah tersebut, agar materi pembelajaran dapat diserap
dan dipahami siswa dengan baik dan siswa tidak kesulitan dalam menerima
pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar
3
eksperimen, mengingat keberdayaan laboratorium di sekolah ini lengkap dan
cukup baik.
Model pembelajaran Mastery Learning merupakan model pembelajaran
yang menitikberatkan pengulangan materi dalam pertemuan pembelajaran demi
mencapai ketuntasan pembelajaran. Dalam model ini, materi dapat diulang dalam
fase latihan terstruktur dan fase latihan terbimbing. Dengan begitu siswa dapat
lebih memahami materi. Ditambah lagi dengan menggunakan eksperimen yang
dilakukan dalam dua fase tersebut, sehingga siswa dapat dengan mudah
memahami pembelajaran dan lebih aplikatif serta konkret dalam menerima
pelajaran. Eksperimen memacu siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran
dalam ranah psikomotorik dan kognitif, karena siswa melakukan langsung
eksperimen yang ada dalam proses pembelajaran. Melalui eksperimen diharapkan
siswa dapat meningkatkan hasil belajar terutama dalam bidang kognitif melalui
pengalaman psikomotorik.
Pada penelitian sebelumnya, model Mastery Learning memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan
oleh Yosrafikah NurSah S. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
nilai postes siwa pada kelas eksperimen adalah 66,74 dan kelas kontrol 46,74.
Nilai postes pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Sehingga
disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran belajar tuntas terhadap hasil
belajar siswa kelas X SMA N 1 Padang Sidimpuan pada sub materi pokok besaran
dan satuan T.P 2010/2011. Penggunaan model ini juga pernah diteliti oleh
Miantinar Parhusip dengan hasil penelitian nilai postes kelas eksperimen adalah
68,73 dan kelas kontrol 65,88. Nilai postes kelas eksperimen lebih besar daripada
kelas kontrol. Sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan strategi
pembelajaran tuntas (Mastery Learning) terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok gerak melingkar di kelas X SMA N 1 Onanrunggu T.P 2011/2012.
Pada penelitian sebelumnya juga telah diteliti mengenai metode
eksperimen. Diantaranya penelitan yang dilakukan oleh Irmayani Simanjuntak,
diperoleh hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan dari metode praktikum
4
Medan T.P 2011/2012. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Debora K. Purba, bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa melalui metode
eksperimen pada materi pokok bunyi di kelas VIII semester II SMP GKPI Padang
Bulan Medan T.P 2011/2012. Peneliti lain yang melakukan penelitian
menggunakan metode eksperimen adalah Purnama Silitonga. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari metode eksperimen
terhadap hasil belajar siswa pada materi hukum-hukum Newton tentang gerak di
kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Parbuluan T.P 2010/2011.
Pada penelitian terdahulu menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar.
Tetapi pada penelitian tersebut masih terdapat beberapa kekurangan seperti
penggunaan metode yang belum diterapkan pada model Mastery Learning. Maka
dari itu, peneliti ingin mengkombinasikan penggunaan model Mastery Learning
dengan eksperimen.
Untuk itu perlu diadakan suatu penelitian untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan model pembelajaran Mastery Learning dengan
menggunakan eksperimen dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa
melalui pengalaman eksperimen. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan
untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran
Tuntas (Mastery Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pengukuran di Kelas X Semester Ganjil SMA N 1 Lima Puluh T.P 2013/2014.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika.
2. Siswa kurang aplikatif dalam eksperimen dan penggunaan alat
laboratorium.
3. Model dan media pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.
5
5. Pemanfaatan fasilitas laboratorium yang kurang efektif dalam
pembelajaran.
6. Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah
sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Lima Puluh, dan objek yang diteliti
adalah siswa kelas X semester ganjil T.P 2013/2014.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
Mastery Learning.
3. Hasil belajar siswa pada materi pokok besaran, satuan dan pengukuran.
4. Aktivitas belajar siswa pada materi pokok pengukuran.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi pokok besaran, satuan dan
pengukuran dengan menggunakan model pembelajaran Mastery
Learning di kelas X semester ganjil di SMA N 1 Lima Puluh T.P
2013/2014?
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi pokok besaran, satuan, dan
pengukuran dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Direct
Instruction) di kelas X semester ganjil di SMA N 1 Lima Puluh T.P
2013/2014?
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Mastery Learing terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok besaran, satuan dan pengukuran di
kelas X semester ganjil di SMA N 1 Lima Puluh T.P 2013/2014?
4. Bagaimanakan aktivitas belajar siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Mastery Learning pada materi pokok pengukuran di kelas
6
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran Mastery Learning pada materi pokok pengukuran di kelas
X semester ganjil di SMA N 1 Lima Puluh T.P 2013/2014.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada materi pokok
pengukuran di kelas X semester ganjil di SMA N 1 Lima Puluh T.P
2013/2014.
3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran tuntas (Mastery
Learning) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok besaran, satuan
pengukuran di kelas X semester ganjil di SMA N 1 Lima Puluh T.P
2013/2014.
4. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa menggunakan model
pembelajaran Mastery Learning.
1.6. Manfaat Penelitian
Bagi guru : Dapat dijadikan alternatif pemilihan model pebelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Bagi siswa : Dapat dijadikan strategi belajar untuk meningkatkan
motivasi serta minat dalam belajar.
1.7. Definisi Operasional
Model pembelajaran tuntas (Mastery Learning) merupakan model
pembelajaran yang menitikberatkan pada ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan yang
diharapkan adalah ketercapaian indikator dalam pembelajaran. Hal ini didukung
dengan fase pembelajarannya yang berulang pada saat latihan terstruktur dan latihan
terbimbing. Untuk lebih dapat memahami konsep pembelajaran, model ini
dikombinasikan dengan penggunaan eksperimen. Eksperimen dilakukan pada saat
latihan terbimbing. Diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan
54 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan maka dapat diberikan
kesimpulan sebagai berikut.
1. Nilai rata-rata hasil belajar fisika yang diberi perlakuan model
pembelajaran Mastery Learning pada materi pokok pengukuran di kelas X
semester ganjil SMA N 1 Lima Puluh T.P 2013/2014 adalah 71,72.
2. Nilai rata-rata hasil belajar fisika yang diberi perlakuan model
pembelajaran Direct Instruction pada materi pokok pengukuran di kelas X
semester ganjil SMA N 1 Lima Puluh T.P 2013/2014 adalah 61,72.
3. Terdapat perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa akibat pengaruh
model pembelajaran Mastery Learning pada materi pokok pengukuran di
kelas X semester ganjil SMA Negeri 1 Lima Puluh T.P 2013/2014 dengan
thitung > ttabel = 4,45 > 1,6697 pada taraf signifikan α = 0,05.
4. Terdapat hubungan positif antara aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
Semakin tinggi nilai aktivitas semakin tinggi nilai hasil belajar. Rata-rata
nilai aktivitas siswa adalah 79,45.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka sebagai tindak lanjut
dari penelitian ini disarankan beberapa hal berikut.
1. Kepada peneliti selanjutnya dan guru yang ingin meneliti menggunakan
model Mastery Learning hendaknya dapat mengorganisir pembagian
waktu pada proses pembelajaran, sehingga sintaks Mastery Learning lebih
jelas terlihat.
2. Kepada peneliti selanjutnya dan guru hendaknya mampu membedakan
perlakuan kepada siswa yang telah tuntas maupun yang belum tuntas
55
3. Kepada peneliti selanjutnya dan guru hendaknya mempersiapkan alat yang
lebih lengkap jika ingin meneliti menggunakan eksperimen.
4. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk membuat perhitungan statistik
alternatif seperti jenis statistik non parametrik untuk mengantisipasi olahan
data yang tidak memenuhi syarat jika memakai statistika pamaterik pada
bab III.
5. Bagi peneliti selanjutnya dan guru hendaknya lebih memberikan perhatian
pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran terlebih dalam fase