• Tidak ada hasil yang ditemukan

Crystalize was Born: Proses Perancangan Adibusana Wantia dengan Inspirasi Alter-Ego.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Crystalize was Born: Proses Perancangan Adibusana Wantia dengan Inspirasi Alter-Ego."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Crystalize was Born merupakan sebuah koleksi evening gown yang bertemakan superhero. Melalui Crystalize was Born peracang berusaha membuat karakter superhero baru yang berbeda dari tokoh-tokoh superhero pada umumnya. Tokoh superhero yang pada umumnya erat kaitannya dengan Popart bertransformasi menjadi sesuatu yang berbeda sesuai dengan karakter dari Crystalize (thema terdahulu yang perancang buat dan sekarang dikembangkan

menjadi Crystalize was Born) yaitu elegance, eksklusive, bold, misterius dan unique. Tetapi

unsur superhero melalui kekuatan supernya, creature, comic, serta alter-ego tetap tampak dan berusaha perancang tampilkan sesuai dengan karakter dari Crystalize.

Film yang berthema superhero sedang marak-maraknya di kalangan masyarakat luas dan hingga tahun depan pun film-film baru bergenre superhero masih akan ditayangkan. Oleh karena itu perancang berusaha mencari peluang sesuai dengan trend yang sedang berkembang di masyarakat. Pakaian-pakaian berthema superhero biasanya memiliki jenis yang terbatas. Hal itu juga yang menarik minat perancang dalam menciptakan Crystalize was Born.

Koleksi kali memiliki target market yang terbatas. Koleksi kali ini perancang ciptakan untuk para penggemar tokoh atau karakter dari komik-komik superhero, kolektor fashion, wanita-wanita yang gemar dan berani tampil berbeda serta wanita-wanita-wanita-wanita yang memang dituntut untuk menjadi pusat perhatian seperti penyanyi, bintang film, model yang memang memiliki profesi yang mengharuskan mereka untuk ”menonjol”. Atau mungkin dapat di gunakan untuk acara – acara tertentu (special occation) seperti sweetseventeen.

(2)

viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Crystalize was Born is an evening gown collection with a superhero theme. Through Crystalize

was Born designer was trying to make a new superhero character that is different from superhero

figures in general. Superheroes are generally related to POPART is transformed into something

different according to the character of the Crystalize (Crystalize is a previous theme of designers

created and now developed into Crystalize was Born) with an elegance, exclusive, bold,

mysterious and unique persnality. However, through the power of the superhero element such as

superclass, creature, comic, and alter-ego, it is still showing accordance with the character

designer from Crystalize.

The designer is looking for opportunities in accordance with the growing trend of superhero films

in the society. Superhero clothes usually have a limited kind. It is also an appeal to the designer

in creating Crystalize was Born. The collection has a limited target market because This

collection is created for fans of figures or characters from superhero comics, fashion collectors,

the women who love and dare to be different. The women who wears this type of clothimg are

expected to be the center of attention such as singers, movie stars, and models who with a

profession that requires them to "stand out" or it can be used for specific events.

Keyword : Bold, Elegance, Unique, Crystalize

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III SENIR RUPA DAN DESAIN... iii

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iv

1.5. Prosedur Praktik Perancangan... 3

1.6.Sistematika Penulisan... 4

BAB III OBJEK PERANCANGAN... 16

3.1. Objek Studi... 16

3.2. Identifikasi Objek Rancangan... . 16

(4)

x Universitas Kristen Maranatha

3.4. Deskripsi dan Survey Fungsi... 18

BAB IV KONSEP PERANCANGAN... 19

4.1. Perancangan Umum... 19

4.2. Perancangan Khusus... . 20

BAB V PENUTUP... 23

5.1. Kesimpulan... 23

5.2. Saran... 24

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

(6)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Hal ini sudah dirasakan manusia sejak zaman dahulu hingga sekarang dan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia. Pada saat ini, busana tidak lagi hanya dipandang sebagai alat untuk melindungi diri dari alam sekitar tetapi, sudah berkembang menjadi sebuah

identitas bagi pemakainya. Gaya berbusana atau fashion sudah menjadi suatu media yang dipergunakan untuk menunjukkan eksistensi seseorang dalam komunitasnya. Karena melalui gaya fashion tertentu, seseorang dapat menunjukkan jati dirinya kepada masyarakat luas.

Fenomena ini secara tidak langsung menunjukan bahwa dewasa ini, fashion sudah menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Fashion mungkin saja memiliki perbedaan di dalam satu kelompok masyarakat, hal tersebut di gunakan untuk menggambarkan perbedaan dari setiap individu. Maraknya fashion di setiap kalangan tersebut memicu dan mengakibatkan timbulnya berbagai persaingan dalam menciptakan suatu hal yang baru dan unik sesuai dengan trend yang ada di masyarakat. Sesuatu yang baru, unik, serta berbeda ini diperlihatkan dan dipertontonkan kepada masyarakat luas untuk mendapatkan suatu pengakuan dan kepuasan yang bersifat pribadi serta untuk mencapai status social tertentu.

(7)

2 Universitas Kristen Maranatha 1.2 Batasan Masalah

Dalam kaitannya dengan bidang studi fashion design, maka lingkup proyek kerja Tugas Akhir dibatasi pada hal-hal yang dapat ditangani atau diselesaikan melalui pendekatan fashion, yaitu pada penciptaan konsep perancangan busana evening gown dengan menggunakan tokoh superhero sesuai dengan acuan trend fashion 2012-1013 yang terdapat dalam buku “VirtuaLuxe Tren Forecasting 2013” yaitu Alter Ego yang dikombinasikan dengan konsep Crystalize sehingga menghasilkan konsep baru yang melahirkan sebuah karakter superhero baru yang unik dan diperuntukan bagi orang-orang yang menggemari tokoh superhero,serta para pencinta fashion yang berani tampil beda.

Dalam prosesnya terdapat beberapa permasalah yaitu apa yang dimaksud dengan

Alter Ego dan definisi Alter Ego & Super Hero serta hubungan diantara keduanya.

Apa yang dimaksud dengan Crystalize dan darimana asal konsep serta definisi

Crystalize. Apakah hubungan antara Alter Ego & Super Hero dengan Crystalize serta

bagaimana menterjemahkan Alter Ego & Super Hero dengan Crystalize menjadi sebuah karakter baru serta penerapannya ke dalam konsep Crystalize was Born. Bagaimana cara membentuk siluet busana dan mengapa diperlukan siluet yang seperti itu serta penjelasan tentang asal dari siluet yang dirancang pada konsep

Crystalize was Born.

1.3 Tujuan Perancangan

(8)

3 Universitas Kristen Maranatha 1.4 Metode Perancangan

Metode perancangan merupakan suatu cara yang di gunakan untuk mencapai tujuan perancangan yang merupakan tiap-tiap prosedur,teknik,dan alat bantu tertentu yang mempresentasikan sejumlah aktivitas tertentu serta digunakan oleh perancang dalam proses perancangan keseluruhan. Pendekatan dalam proses perancangan menggunakan pendekatan metafora. Pendekatan metafora dapat diartikan sebagai pemindahan makna yang dikandungnya kepada obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada obyek yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung maupun analogi. Tidak jarang kita menggunakan analogi dari sebuah benda untuk diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk design fashion.Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam design fashion, sehingga bentuk design yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. Metode ini dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan dibawa oleh suatu bentuk design . Pendekatan metafora ini kemudian difokuskan kepada sifat Crystalize itu sendiri yaitu bold, glamour (elegance), eksklusive (terbatas) dan misterius sehingga dapat menciptakan kesan yang unik tetapi tetap elegance.

1.5 Prosedur Praktik Perancangan

Prosedur praktik perancangan merupakan suatu proses perubahan dari suatu keadaan awal kearah keadaan masa depan (bayangan,gambaran,perencanaan) yang belum

(9)

4 Universitas Kristen Maranatha membuat pola dari design yang di buatnya dan tahap terakhir merupakan proses pembuatan,perwujudan design yang penulis ciptakan.

1.6 Sistematika Penulisan

Agar mempermudah penulis dalam menyusun Laporan Akhir secara lebih jelas dan sistematis, maka dilakukan pembagian dalam sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab pembahasan. Urutan bab pembahasan sebagai berikut :

1.6.1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan tentang arti fashion, fungsi fashion di masyarakat, latar belakang pemilihan judul Crystalize was Born, perumusan masalah dan tujuan perancangan Crystalize was Born.

1.6.2 BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan menjelaskan tentang semua landasan teori fashion yang

berhubungan dengan proses pembuatan design, teori tentang Alter Ego &

Super Hero dan Crystalize.

1.6.3 BAB III OBJEK PERANCANGAN

Bab ini berisikan uraian penjelasan tentang busana yang di rancang,target market dan tahapan kegiatan praktik perancangan Crystalize was Born.

1.6.4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

(10)

5 Universitas Kristen Maranatha 1.6.5 BAB V PENUTUP

(11)

23 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Crystalize was Born merupakan sebuah koleksi evening gown yang bertemakan

superhero. Melalui Crystalize was Born peracang berusaha membuat karakter superhero baru yang diharapkan berbeda dari tokoh-tokoh superhero pada umumnya. Tokoh superhero yang pada umumnya erat kaitannya dengan Popart bertransformasi menjadi sesuatu yang berbeda sesuai dengan karakter dari Crystalize yaitu elegance, eksklusive, bold, misterius dan unique. Tetapi unsur superhero melalui kekuatan

supernya, creature, comic, serta alter-ego tetap tampak dan berusaha perancang tampilkan sesuai dengan karakter dari Crystalize. Koleksi kali ini menggunakan beberapa warna seperti hitam, merah dan silver. Ketiga warna tersebut di tambah illustrasi corak superhero merupakan pendunkung dalam koleksi perancang kali ini. Beberapa bahan seperti chiffon, taffeta, habotai, dan tulle juga merupakan bahan-bahan utama yang perancang gunakan.

Untuk finishing, perancang menggunakan teknik drapping, pemasangan batu serta spike sebagai manipulating fabric. Teknik drapping digunakan untuk memberikan volume, pemasangan batu digunakan untuk membeikan kesan mewah, mahal dan eksklusive. Sedangkan pemasangan spike di gunakan untuk memberikan kesan creature ala superhero. Spike yang perancang gunakan sengaja dibuat menggunakan bahan bening, transparan seperti es. Selain bertujuan memberikan kesan creature. Hal ini juga dimaksudkan untuk menegaskan kesan crystal . Dikarenakan hal-hal di atas yang membuat koleksi kali ini menjadi koleksi yang tidak dapat digunakan sehari-hari, membuat target market yang perancang tuju pun menjadi sangat terbatas.Sehingga koleksi kali ini perancang ciptakan untuk para penggemar tokoh atau karakter dari komik-komik superhero, kolektor fashion, wanita-wanita yang gemar dan berani tampil berbeda serta wanita-wanita yang memang dituntut untuk menjadi pusat perhatian seperti penyanyi, bintang film, model yang memang

memiliki profesi yang mengharuskan mereka untuk ”menonjol”. Atau mungkin dapat

(12)

24 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Dalam membuat koleksi kali ini, perancang menemukan beberapa kendala diantaranya seperti kesalahan printing pada beberapa bahan tertentu, perbedaan warna hasil printing kain, proses pembuatan spike, pengaplikasian spike terhadap bahan, perbedaan bahan terhadap hasil drapping kain, dan proses cutting untuk mendapatkan corak yang sesuai . Berikut ini beberapa saran yang dapat perancang berikan untuk menyelesaikan kendala-kendala di atas.

Pada awalnya perancang mencoba menggunakan bahan organdi untuk di lakukannya proses printing. Sifat organdi yang tipis dan transparent ini ternyata menyulitkan untuk dilakukannya proses printing, hal ini diakibatkan oleh keterbatasan mesin,sehinnga tinta uv yang digunakan tidak dapat meresap dengan baik dan mengakibatkan gambar menjadi miring dan tidak proporsional. Olehkarenanya, perancang menggunakan bahan habotai dan taffeta sebagai bahan untuk dilakukannya proses printing untuk hasil yang lebih memuaskan. Perbedaan warna antara data yang berasar dari computer dengan hasil printingan pun merupakan salah satu kendala yang perancang hadapi, karena itu sebaiknya dilakukan proses

(13)

25 Universitas Kristen Maranatha dalam penggunaan latex sangat tidak diperbolehkan. Proses pendrappingan menggunakan sifon merupkan hal yang cukup sulit, dikarenakan bahannya yang sangat tipis dan halus. Pada proses ini pula ketelitian, ketekunakan dibutuhkan untuk membuat drapingan kain yang ukurannya terlihat sama dan tarikannya bagus agar tidak terlihat banyak kerutan. Bahan sifon yang terlalu halus dan tipis serta mengandung lebih banyak sutra lebih sulit untuk diaplikasikan terhadap proses pendrapingan kain jadi sebaiknya gunakan bahan sifon yang kandungan sutranya tidak terlalu banyak sehingga lebih tebal dan kaku sehingga mempermudah proses pendrapingan. Selain itu unuk menghasilkan kualitas drapping yang tidak kaku, sebaiknya hasil drappingan tidak dijahit menggunakan mesin, tetapi penggunakan tangan. Penggunaan mesin tentunya memudahkan serta mempercepat tetapi hasil yang didapat lebih kaku dibandingkan menggunakan tangan yang lebih rumit, memakan waktu yang lama serta tingkat kesulitannya lebih tinggi. Tetapi apabila dilakukan dengan rapi hasilnya akan lebih terlihat natural dan tidak kaku.

Untuk mendapatkan corak yang sesuai saat melakukan proses cutting, mengharuskan perancang untuk mengcutting, menyambung, dan menyesuaikan corak dengan pola yang ada secara satu persatu. Penggabungan dan penyeuaian corak dipastikan berbeda tergantung pada selera dan kemampuan perancangnya. Tetapi, untuk menghasilkan corak yang terkesan menyatu sebaiknya proses pengcuttingan disatukan sesuai warna. Selain itu dibutuhkan ketelitian dan kejelian agar saat melakukan proses cutting dengan hasil yang perancang inginkan dapat sesuai dan

(14)

26 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Darmaprawira. W. A. Sulasmi 2002. Warna. Bandung : Penerbit ITB.

Featherstone. Mike. 1991. Consumer Culture & Postmodernism : Penerbit SAGE.

Glenn Daniel Wilson. 1991. Psychology and Performing Arts. Taylor & Francis.

Irving B. Weiner, Donald K. Freedheim. 2003. Handbook of Psychology. John Wiley

and Sons. hlm. 262

Pedersen,David. 1994. Cameral Analysis: A Method of Treating the Psychoneuroses

Using Hypnosis. London, U.K.: Routledge. hlm. 20

Poespo, Goet, A-Z Istilah Fashion. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal ini mengkaji mengenai fungsi dari surat ukur dalam pendaftaran hak atas tanah dan bagaimana upaya perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah dalam hal

Sedangkan variabel-variabel yang dominan dipertimbangkan konsumen dalam membeli minyak goreng pada pasar swalayan di Surakarta untuk tiap-tiap faktor adalah faktor

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

Glositis atrofi atau hunter glossitis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh lidah mengkilap halus dan nyeri yang disebabkan oleh atrofi dari papila lingual (depapillation)..

Adalah statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta, dan pengetahuan berkaitan

Lijan Poltak S, 2012, Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Aplikasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal.. Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko 13 dalam buku Rusma Langke dan

Namun pada bus- bus lain yang tidak dilakukan penggunaan trafo penggeser fasa, indeks harmonisa tegangan masih belum memenuhi standar sehingga diperlukan pemasangan

Kemampuan bakteri untuk mendegradasi suatu hidrokarbon dari limbah minyak bumi berbeda-beda, karena komposisi senyawa hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak bumi berbeda