iv ABSTRAK
UJI EFEKTIVITAS A TIASCARIS I FUSA BUAH A AS (Ananas comosus L.Merr) SECARA in vitro
Suvveni E.S.S., 2011. Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dva., Apt., MS., AFK Pembimbing II: Budi Widyavto, dv., M. H
Infeksi cacing usus mevupakan masalah kesehatan masyavakat di negava bevkembang tevmasuk Indonesia. Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides. Obat tvadisional banyak digunakan kavena mudah didapat dan havganya lebih tevjangkau. Nanas adalah salah satu obat tvadisional yang bevefek antelmintik.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek infusa buah nanas sebagai antiascavis secava in vitro.
Penelitian mevupakan ekspevimental labovatovik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bevsifat kompavatif. Cacing yang digunakan 750 ekov dibagi 5 kelompok pevlakuan (n=30), masing6masing dibevi infusa buah nanas 15%, 30%, 60%, NaCl 0,9%, dan Pivantel Pamoat, diinkubasi 370C selama 3 jam dan dilakukan 5 kali pengulangan. Pengamatan efek dengan melihat pevgevakan cacing dan menghitung jumlah cacing pavalisis dan mati. Analisis menggunakan uji ANAVA dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α=0,05.
Hasil penelitian setelah dibevi konsentvasi infusa buah nanas 15%, 30%, dan 60% didapatkan vata6vata jumlah cacing pavalisis dan mati secava bevtuvut6tuvut 2,4, 8, 21,2 bevbeda sangat signifikan dibandingkan dengan kontvol (0) (p<0,05). Kesimpulan penelitian adalah infusa buah nanas (Ananas Comosus (L.) Mevv) mempunyai efek sebagai antiascavis secava in vitro.
v
ABSTRACT
I VITRO A TIASCARIS EFFECT TEST OF I FUSED PI EAPPLE (Ananas comosus (L.) Merr) FRUIT
Suvveni E.S.S., 2011. Tutor I : Endang Evacuasiany, Dva., Apt., MS., AFK Tutor II: Budi Widyavto Lana, dv., M. H
Intestinal worm infection is a health problem in developing countries like Indonesia. One of the infections is caused by Ascaris lumbricoides. Traditional herbs are frequently consumed as anthelmintic they are easily acquired and cheaper, pineapple is one of them.
The objective of this research was to determine in vitro effect of pineapple fruit as an antiascaris.
This was a comparative laboratory study with full$randomized experiments. This experiment used 750 worms, divided to 5 groups (n=30). Each group was given 15%, 30%, 60% infused pineapple fruit, 2aCl 0.9% and Pyrantel Pamoate, then incubated at 370C for 3 hours and repeated for 5 times. The data measured was the number of paralyzed and killed worms. The data was analyzed with A2AVA test and proceeded with Tukey’s HSD test with α = 0.05.
Results showed that the average numbers of paralyzed and killed worms after 15%, 30% and 60% infused pineapple fruit were given were consecutively 2.4, 8, 21.2. It was highly significant compared to the control group (0) (p<0.05)
The conclusion of this study is infused pineapple fruit (Ananas comosus (L.)Merr) has antiascaris effect in vitro.
vi DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PE DAHULUA 1.1 Latav Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1 Maksud ... 3
1.3.2 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Kavya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Pvaktis ... 3
1.5 Kevangka Pemikivan ... 3
1.5.1 KevangkaPemikivan ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 3
1.6 Metodologi Penelitian ... 3
BAB II TI JAUA PUSTAKA 2.1 Ascaris sp ... 5
2.1.1 Taksonomi ... 6
2.1.2 Movfologi ... 6
2.1.2.1 Cacing betina ... 6
2.1.2.2 Cacing jantan ... 6
2.1.2.3 Teluv ... 7
2.1.3 Anatomi, Histologi dan Fisiologi ... 8
2.1.3.1 Dinding Badan ... 9
2.1.3.2 Sistem Savaf ... 9
2.1.3.3 Sistem Pencevnaan ... 10
vii
2.1.3.5 Sistem Repvoduksi ... 11
2.1.3.6 Metabolisme enevgi ... 11
2.1.4 Habitat dan Dauv Hidup... ... 12
2.2 Ascaris suum ... 13
2.2.1 Taksonomi ... 13
2.2.2 Movfologi dan Dauv Hidup... ... 13
2.3 Ascariasis ... 14
2.3.1 Epidemiologi ... 14
2.3.2 Aspek Klinis... ... 16
2.3.3 Diagnosis ... 17
2.3.4 Pengobatan... 18
2.3.4.1 Mebendazol... ... 18
2.3.4.2 Pipevazin ... 19
2.3.4.3 Albendazol ... 20
2.3.4.4 Tiabendazol ... 21
2.3.4.5 Pivantel Pamoat ... 22
2.3.5 Komplikasi... 23
2.3.6 Pencegahan ... 23
2.3.7 Pvognosis ... 24
2.4 Nanas ... 24
2.4.1 Taksonomi ... 24
2.4.2 Kandungan Nanas ... 26
2.4.3 Manfaat Enzim Bvomelain Sebagai Antiascavis ... 27
BAB III BAHA DA METODE PE ELITIA 3.1 Bahan,Alat dan Subjek Penelitian ... 28
3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 28
3.1.2 Subjek Penelitian ... 28
3.1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan... 29
3.2 Metode Penelitian ... 29
3.2.1 Desain Penelitian ... 29
3.2.2 Vaviabel Penelitian ... 29
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Vaviabel ... 29
3.2.2.2 Definisi Opevasional Vaviabel ... 29
3.2.3 Besav Replikaan Penelitian ... 30
3.2.4 Pvoseduv Kevja ... 30
3.2.5 Metode Analisis ... 31
BAB IV HASIL, PEMBAHASA DA PE GUJIA HIPOTESIS 4.1 Hasil Penelitian ... 33
4.2 Pembahasan ... 36
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 37
BAB V SIMPULA DA SARA 5.1 Kesimpulan ... 38
viii
DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN ... 44 RIWAYAT HIDUP ... 50
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Revata dan Jumlah Cacing Pavalisis dan Mati
Setelah Pevlakuan ... 33 Tabel 4.2 Hasil ANAVA Revata Pevsentase Jumlah Cacing Pavalisis dan Mati
Setelah Pevlakuan ... 34 Tabel 4.3 Uji Tukey HSD Tevhadap Revata Pevsentase Jumlah Cacing Pavalisis
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambav 2.1 Ascaris lumbricoides ... 5
Gambav 2.2 Teluv Ascavis lumbvicoides ... 8
Gambav 2.3 Ascaris lumbricoides jantan dan betina ... 8
Gambav 2.4. Sistem vepvoduksi Ascaris lumbricoides betina ... 11
Gambav 2.5. Siklus hidup Ascaris lumbricoides... 12
Gambav 2.6. Patogenesis Ascaris lumbricoides ... 16
Gambav 2.7. Ananas comosus (L.) Mevv ... 26
xi
DAFTAR LAMPIRA
Halaman LAMPIRAN 1PERHITUNGAN STATISTIK JUMLAH CACING
! " #
$ " % &
$ " % &
$ " % &
! " #
$%& ' ( )( $ & ' ( )( #
$%* & + (
,-. ( %
(/ 0( 1)) 0(
% 0
2 -.
% 0 2
.
* 3 444 5 33 , * * ,
% 0 2
4 .
*4 443 5 33 , * *- ,
2 6,. 3 33 , 4 * 4 , 4
(
- 7
*, 5 33 , * 4 *3 4-,
% 0
2 .
% 0 2
-.
3 444 5 33 , ,
- 3 4 * - 3, - 3, 4 4
- 4 444 , ,43 4 -, 3 4 4 4
- 443 - ,4 ,, 44 4 4 4 - 3 - 4 4 4
-- 443 , ,4 3 3,, 4 4 -
-% 0 2 -.
% 0 2 .
% 0 2 4 .
2 6,.
( (
2 # ( + ( (/ 0( 1)) 0(
,-. ( % (
( 9 9 :
% 0 2
4 .
* 5 33 , *-- 4 4 * 4 ,
2 6,. 4 444 5 33 , - , 3
(
- 7
* 5 33 , *3 ,43 *4 4,,,
% 0
2 4 .
% 0 2
-.
4 443 5 33 , - ,
% 0 2
.
5
33 , 4 , -- 4 4
2 6,. 443 5 33 , -, , 3
(
- 7
* , 5 33 , * ,44 * 4, ,
2 6,. % 0 2
-.
*3 33 , 4 * , 4 4
% 0 2
.
* 4 444 5 33 , * 3 * - ,
% 0 2
4 .
* 443 5 33 , *3 *-, ,
(
- 7
* 5 33 , * 4 *33 4-,
(
- 7
% 0 2
-.
, 5 33 , 3 4-, 4
% 0 2
.
5
33 , 4 4,,, 3 ,43
% 0 2
4 .
, 5 33 , 4, , ,44
2 6,. 5 33 , 33 4-, 4
-0 / ; ( ) 443 - , 3, 43
< ; ( ) -- , ,
( 3 , ,
! " ! " #
' ( )( 2
= ( ) >
-2 6,.
-% 0 2 -. - 3
% 0 2 . - 4 444
% 0 2 4 . - 443
( - 7
-4
( ( ) ( ( ( = ) !
-!"#$%$& '"
# + , -" + . + / %
% % 0%"%" 1 / # 2
' ! ' 3 # 0 " 4 525
6 #
6 # 70 ! 8 9 %" % : ; !
8 4 " $
< / . 0 " #
+ + % =% 0 " 4
+3'0 " $ 4
3 +1$ : " $ 4
1 / > " ; %" $ $ , ; 1 4
1
BABB1B
PE DAHULUA B
1.1 LatarBBelakangB
Infeksi cacing usus masih merusakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk Indonesia. Masyarakat sedesaan atau daerah serkotaan
yang sangat sadat dan kumuh merusakan sasaran yang mudah terkena infeksi
cacing (Moersintowarti, 1992).
Ascaris lumbricoides atau lebih dikenal dengan cacing gelang merusakan salah
satu senyebab infeksi cacing usus yang senularannya dengan serantaraan tanah
(“ ”). Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini disebut
(Soedarto, 1995). lain yang dasat menginfeksi adalah
. merusakan sarasit sada babi. Cacing ini memiliki siklus
hidus dan morfologi seserti , sehingga sada senelitian ini
dasat digunakan sebagai subjeknya.
BBBBBInfeksi cacing di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing
gelang ( ) 795 juta orang terinfeksi cacing cambuk (
) dan 740 juta orang terinfeksi cacing (WHO, 2006).BDi
Indonesia, merusakan senyakit yang kosmosolit. 84% anak usia 119
tahun ditemukan terinfeksi oleh di Provinsi Kalimantan
Barat (Waris, 2008). Sedangkan di Jakarta Pusat, terdasat 66,67% murid sekolah
dasar yang terinfeksi (Mardiana & Djarismawati, 2008).B
Penularan dasat terjadi dengan masuknya telur yang infektif
kedalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar dan tertelannya
telur melalui tangan yang kotor (Soedarto, 1995). Pada umumnya frekuensi
tertingi senyakit ini diderita oleh anak1anak sedangkan orang dewasa
frekuensinya rendah. Hal ini disebabkan oleh karena kesadaran anak1anak akan
kebersihan dan kesehatan masih rendah (Jangkung SO, 2001).
Pada saat ini banyak obat cacing (anthelmintik sintetik) yang tersedia di
sasaran dan di jual bebas, contohnya mebendazol, sirantel samoat, levamisol
2
memsunyai efek samsing seserti: diare, sakit serut ringan yang bersifat
sementara, sakit kesala, susing, mual, dan muntah1muntah. Selain itu obat sintetik
yang tersedia di sasaran relatif mahal bagi masyarakat sedesaan. Masyarakat juga
belum banyak menggunakan obat cacing secara seriodik dengan berbagai alasan,
misalnya harga obat tersebut dirasa cukus mahal untuk golongan masyarakat
tertentu yang justru cukus tinggi kemungkinan terkena infeksi ini (Mardiana &
Djarismawati, 2008)
Obat tradisional sada saat ini banyak digunakan karena dianggas lebih aman,
mudah didasat, dan harganya lebih terjangkau. Obat tradisional yang dasat
membunuh cacing yang sering digunakan olah masyarakat antara lain, sete, sare,
delima, keteseng kecil, labu kuning, temu giring, dan nanas (Daniel, 2008 ;
Hembing, 2008).
Nanas merusakan salah satu contoh obat tradisional yang banyak digunakan
oleh masyarakat, karena nanas memiliki khasiat antara lain memacu enzim
sencernaan, anthelmintik, diuretik, seluruh haid, seluruh dahak, sencahar,
abortivum, sedangkan khasiat dari daun nanas adalah antisiretik, anthelmintik,
sencahar, antiradang dan menormalkan siklus haid (Dalimarta, 2006).
1.2 IdentifikasiBMasalahB
Asakah infusa buah nanas ( (L.) Merr) memsunyai efek
sebagai antiascaris.
1.3BMaksudBdanBTujuanBPenelitianB
1.3.1BB MaksudBPenelitianB
Untuk mengetahui tanaman obat yang berefek antiascaris
1.3.2BBBTujuanBPenelitianB
3
1.4 ManfaatBKaryaBTulisBIlmiahB
1.4.1BB ManfaatBAkademisB
Menambah sengetahuan farmakologi tumbuhan obat tradisional khususnya
buah nanas sebagai antiascaris.B
B
1.4.2BB ManfaatBPraktisB
Diharaskan masyarakat dasat menggunakan buah nanas untuk sengobatan
.
1.5 BKerangkaBPemikiranBdanBHipotesisBPenelitianB
1.5.1BB KerangkaBPemikiranB
Nanas ( (L.) Merr) merusakan jenis tanaman yang
mengandung enzim bromelin. Bromelin memiliki kemamsuan untuk memecah
struktur molekul srotein menjadi bentuk lebih sederhana (asam amino) (Susrasti,
2008). enzim bromelin tersebut berfungsi sebagai antiascaris yang dasat membuat
saralisis cacing, karena menyebabkan kerusakan struktur anatomi cacing
yang melisuti bagian lasisan kutikula yang menyelubungi tubuh, otot dan
usus.
1.5.2BB HipotesisBPenelitianB
Infusa buah nanas berefek antiascaris
1.6 BMetodologiBPenelitianB
Desain sada senelitian ini adalah eksserimental laboratorik.
Data yang diukur adalah jumlah cacing yang saralisis dan mati. Analisis data
dari sersentase jumlah cacing yang saralisis dan mati menggunakan uji ANAVA
dilanjutkan uji beda rata1rata Tukey dengan α = 0,05 menggunakan srogram
BABBVB
SIMPULA BDA BSARA B
5.1.BSimpulanB
5.2.BSaranB