SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN ALPUKAT
(
Persea americana Mill.
) TERHADAP TEKANAN DARAH
PASIEN HIPERTENSI
Studi Dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
OLEH:
ANAK AGUNG ARI NOVIA SULISTIAWATI
NIM. 1102105008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
i
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN ALPUKAT
(
Persea americana Mill.
) TERHADAP TEKANAN DARAH
PASIEN HIPERTENSI
Studi Dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH:
ANAK AGUNG ARI NOVIA SULISTIAWATI
NIM. 1102105008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Anak Agung Ari Novia Sulistiawati
NIM : 1102105008
Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana
Program Studi : Ilmu Keperawatan
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Denpasar, Mei 2015 Yang membuat pernyataan,
(Anak Agung Ari Novia Sulistiawati) Materai
LEMBAR PERSETUJUAI\
SKRIPSI
PENGARUII PEMBERIAN
AIR
REBUSAN
DAT]N ALPUKAT(Percea umericana
MilL\
TERIIADAP TEKANAN
IIARAII
PASTENHIPERTENSI
Studi Dilakukan
di
TVilayahKerja
PuskesmesII Denpasar
SelatanUntuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEE:
ANAK AGI]NG ARI NOVIA SULISTIAWATI NrM. t102t05m8
TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTI]I( DIUJI
Pembimbing Pendamping
Ns. Ni Ketut Guru Prapti. S.Kep- MNS }.IIP. 19780417 200812 2 001
Ns. Made Pande Lilik Lestari- S.Kep
NrP. 19760714 t99943 2002
IIALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUII PEMBERIAN AIR
REBUSAN
DATINALPUKAT
{Percea americana
MilL) TERIIADAP TEKANAN
DARAII
PASIEN
IIIPERTENSI
Studi Dilakukan
di Wilayah Kerja
PuskesmasII
Denpasar SelatanOLEH:
ANAKAGUNG ARI NOVIA SULISTIAWATT
r[rM. 110210s008
TELAH I}IUJIKAN
I}I
HADAPAI\ITIM
PENGUJIPADA HARI: JUMAT
TANGGALz 29 MEI 2015
TIM PENGUJI:
l.
Ns. Ni Ketut Guru Prapti, S.Kep,MNS
(Ketua)2.
Ns. Made Pande Lilik Lestari,S.Kep
(Sekretaris)3.
Dr. dr. I Made Jawi,M.Kes
(Pembahas)MENGETAHUI:
iv
ITAS UDAYANA
ft#
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis berikan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Denpasar.
2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS., AIF sebagai Ketua PSIK Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar yang telah memberikan pengarahan dalam
pembuatan skripsi ini.
3. Ns. Ni Ketut Guru Prapti, S.Kep, MNS sebagai pembimbing utama yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
4. Ns. Pande Made Lilik Lestari, S.Kep sebagai pembimbing pendamping yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan
vi
5. dr. A.A.A.A. Candrawati sebagai Kepala Puskesmas II Denpasar Selatan
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di instansi yang dipimpin.
6. Seluruh responden yang sudah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
dan kooperatif selama proses penelitian.
7. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, baik moral
maupun material selama penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia keperawatan dan pengetahuan secara lebih luas.
Denpasar, Mei 2015
vii ABSTRAK
Sulistiawati, Anak Agung Ari Novia. 2015. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Univeritas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. Ni Ketut Guru Prapti, MNS, (2) Ns. Made Pande Lilik Lestari, S.Kep.
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau diastolik > 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Air rebusan daun alpukat merupakan salah satu terapi nonfarmakologi hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah pasien hipertensi. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental yaitu pretest-posttest with control group yang dilakukan terhadap 30 sampel yang dipilih dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mengenai karakteristik responden dan pengukuran tekanan darah langsung menggunakan spigmomanometer digital. Hasil penelitian pada 15 sampel kelompok perlakuan diperoleh nilai p=0,000 pada tekanan darah sistol dan diastol yang berarti terdapat penurunan tekanan darah sistol dan diastol yang signifikan. Pada kelompok kontrol yang terdiri dari 15 sampel diperoleh nilai p=0,027 yang berarti terdapat perbedaan tekanan darah sistolik pretest dan posttest yang disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak dapat dikontrol dalam penelitian. Namun, pada tekanan darah diastolik diperoleh nilai p=0,571 yang berarti tidak ada perbedaan tekanan darah diastolik pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Berdasarkan uji Independent Sample T-test diperoleh nilai p=0,000 yang berarti terdapat pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat terhadap tekanan darah pasien hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada perawat agar dapat mengaplikasikan terapi komplementer pemberian air rebusan daun alpukat untuk mengontrol hipertensi.
viii ABSTRACT
Sulistiawati, Anak Agung Ari Novia. 2015. The Effect of Boiled Avocado Leaves-Water Treatment (Persea americana Mill.) on Blood Pressure of Hypertension Patients at the Working Area of Puskesmas II, South Denpasar. Undergraduate thesis, Department of Nursing Science, Faculty of Medicine, Udayana University. Advisor (1) Ns. Ni Ketut Guru Prapti, MNS, (2) Ns. Made Pande Lilik Lestari, S.Kep.
Hypertension is an escalation of systolic blood pressure > 140 mmHg and diastolic blood pressure > 90 mmHg, on twice measurements after five minutes on a good rest. Hypertension treatment can use pharmacological and non-pharmacological. Boiled avocado leaves-water is one of non-pharmacological treatments. This research aims to find out the effect of boiled avocado leaves-water on blood pressure of hypertension patients using a quasi experimental design, pretest-posttest with control group which are being implemented on 30 samples that have been chosen with purposive sampling method. Data collection have been done by interviewing the respondents about characteristic and measured their blood pressure with a digital spygmomanometer. The result is it was successfully figured out a value of p=0,000 on systolic and diastolic blood pressure, it means there were significant reduction of systolic and diastolic blood pressure of the respondents. The other 15 samples on control group had value of p=0,027, it means there were differences on systolic blood pressure of pretest and posttest which influenced by life style of the respondents during the research. But, the diastolic blood pressure had value of p=0,571 which means there were no any differences during the pretest or posttest of the control group. According to the Independent Sample T-test trials, there were value of p=0,000 which means that boiled Avocado leaves-water influenced the blood pressure of hypertension patients. Based on this research, it is recommended to all nurses to implement the boiled avocado leaves-water to medicate hypertension in complementary way.
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……… i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……… ii
LEMBAR PERSETUJUAN ……… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv
KATA PENGANTAR ……….. v
ABSTRAK……… vii
ABSTRACT………. viii
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ……… xi
DAFTAR GAMBAR ……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv
DAFTAR SINGKATAN ……….. xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……….. 5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum ……….. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ………. 5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis ………... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ……… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Faktor Risiko Hipertensi ……….. 8
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ………... 12
2.1.3 Diagnosis Hipertensi ……… 12
2.1.4 Penatalaksanaan Hipertensi ……….. 13
2.2 Daun Alpukat 2.2.1 Jenis Alpukat ……… 16
2.2.1 Taksonomi Tanaman Alpukat ……….. 17
2.2.2 Kandungan Kimia Daun Alpukat ………. 17
2.3 Pengaruh Kandungan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah …… 18
2.3.1 Peran Flavonoid dalam Menurunkan Tekanan Darah ……….. 19
2.3.2 Keamanan Daun Alpukat ………. 21
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ……….. 23
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ………... 25
x
3.2.3 Hipotesis ………... 26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ……….. 27
4.2 Kerangka Kerja ……….. 28
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 29
4.4 Populasi, Teknik Sampling dan Sampel 4.4.1 Populasi ……… 29
4.4.2 Teknik Sampling ……….. 29
4.4.3 Sampel ……….. 31
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4.5.1 Jenis Data ………. 32
4.5.2 Cara Pengumpulan Data ……….. 32
4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ……….. 36
4.5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……….. 36
4.5.5 Etika Penelitian ………. 37
4.6 Pengolahan dan Analisis Data 4.6.1 Pengolahan Data ……….. 39
4.6.2 Teknik Analisis Data ………... 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian……… 43
5.1.2 Analisis Univariat………. 45
5.1.3 Analisis Bivariat………... 51
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1 Karakteristik Responden……….. 54
5.2.2 Analisis Tekanan Darah Pasien Hipertensi pada Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi……… 56
5.2.3 Analisis Tekanan Darah Pretest dan Posttest Pasien Hipertensi Pada Kelompok Kontrol………. 59
5.2.4 Analisis Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol……… 60
5.3 Keterbatasan dan Hambatan Penelitian………. 63
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan……… 65
6.2 Saran……….. 66
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7 ... 12
Tabel 2 Kandungan Kimia Daun Alpukat (Persea americana Mill.) ... 17
Tabel 3 Kisaran Komposisi Daun Alpukat (Persea americana Mill.) ... 18
Tabel 4 Definisi Operasional ... 26
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Data Tekanan Darah Sistolikdan Diastolik Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 41
Tabel 6 Tabel Distribusi Karakteristik Responden ... 46
Tabel 7 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat di Wilayah Kerja Puskesmas IIDenpasar Selatan ... 47
Tabel 8 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Tujuh Hari di Wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan... 49
Tabel 9 Hasil Uji Paired Sample t-test Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat pada Kelompok Perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan... 51
Tabel 10 Hasil Uji Paired Sample t-test Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat pada Kelompok Perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan... 52
Tabel 11 Hasil Uji Paired Sample t-test Tekanan Darah Sistolik Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan... 52
xii
Tabel 13 Hasi Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sistolik pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan... 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Daun Alpukat (Persea americana Mill.) ... 16
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian ... 24
Gambar 3 Desain Penelitian ... 27
Gambar 4 Kerangka Kerja Penelitian ... 28
Gambar 5 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan ... 47
Gambar 6 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Diastolik Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemberian Air Rebusan Daun Alpukat di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan ... 48
Gambar 7 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Tujuh Hari di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan ... 49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi Bali
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Puskesmas II Denpasar Selatan
Lampiran 5 Jadwal Penelitian
Lampiran 6 Biaya Penelitian
Lampiran 7 Penjelasan Penelitian
Lampiran 8 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 9 Panduan Pembuatan Air Rebusan Daun Alpukat
Lampiran 10 Lembar Wawancara Data Karakteristik Responden
Lampiran 11 Prosedur Pemeriksaan Tekanan Darah Menggunakan Spigmomanometer Digital
Lampiran 12 Lembar Penilaian Kegiatan
Lampiran 13 Tabel Induk Responden Penelitian
Lampiran 14 Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Lampiran 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Lampiran 16 Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Tekanan Darah
Lampiran 17 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko
Lampiran 18 Tendensi Sentral Data Tekanan Darah
Lampiran 19 Uji Paired Sample T-test
xv
Lampiran 21 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 22 Lembar Konsultasi
xvi
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
ISH : International Society of Hypertension
AHA : American Heart Association
JNC : Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
ACEI : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors
ARB : Angiotensin Receptor Blockers
BB : Beta-Blocker
CCB : Calcium Channel Blockers
CAM : Complementary and Alternative Medicine
DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension
NKF : National Kidney Foundation
BTT : Biological Based Therapy
LDL : Low Density Lipoprotein
SOD : Superoxide Dismutasei
NO : Nitrit Oksida
NOS : Nitric Oxide Synthase
ACEI : Angiotensin Converting Enzyme
ADH : Anti Diuretic Hormone
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan kardiovaskuler yang sering dialami oleh masyarakat salah satunya
adalah hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014). Menurut
WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), terdapat 600 juta
penderita hipertensi di seluruh dunia dan tiga juta diantaranya meninggal setiap
tahunnya. Tujuh dari setiap sepuluh penderita hipertensi tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat (WHO-ISH, 2003; JNC 7, 2003 dalam
Rahajeng & Tumirah, 2009). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
farmakologi maupun non farmakologi. Penanganan hipertensi secara farmakologi
memiliki efek samping yang bermacam-macam tergantung pada jenis obat yang
digunakan dan seringkali pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan (Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Di dunia hampir satu milyar orang atau satu dari empat orang dewasa mengalami
hipertensi. Di Amerika penderita hipertensi yang diobati sebanyak 59% dan yang
terkontrol 34% (AHA, 2008). Di Indonesia jumlah penderita hipertensi
diperkirakan mencapai 15 juta orang, 90% diantaranya merupakan hipertensi
2
50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui faktor risikonya (Martiningsih, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh
Rahajeng & Tumirah (2011) menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia
adalah 32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan dan atau riwayat minum obat hanya 7,7% atau hanya 24,2% dari kasus
hipertensi di masyarakat.
Selain dengan penatalaksanaan farmakologi, hipertensi dapat dikontrol secara non
farmakologi. Terapi farmakologi yang dianjurkan dalam The Seventh Report of
the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) adalah Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitors (ACEI), Angiotensin Receptor Blockers (ARB), Beta-Blockers
(BB), Calcium Channel Blockers (CCB), dan diuretik tipe thiazide.
Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis, yaitu dengan modifikasi
gaya hidup meliputi pengurangan berat badan, aktifitas fisik, diet rendah garam
dan lemak (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Terapi
komplementer juga merupakan salah satu upaya mengatasi dan mencegah
komplikasi hipertensi (Complementary and Alternative Medicine) (Yuliarti, 2011
dalam Ramadi, 2012).
Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi
konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan
individu (Potter & Perry, 2009). Terapi dengan tanaman herbal merupakan salah
3
secara luas di seluruh dunia (Tusilawati, 2010). Daun alpukat (Persea americana
Mill.) adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan
tekanan darah (Nessbit, Stein & Kamas, 2010; Talha, Priyanka & Akanksha,
2011). Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2010) menunjukkan daun
alpukat dapat menurunkan tekanan darah sistol dan diastol pada laki-laki dewasa
dengan tekanan darah normal. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ariestha
(2010) juga menunjukkan air seduhan daun alpukat berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah normal pada wanita dewasa. Daun alpukat mengandung
flavonoid, saponin dan alkaloid (Mardiyaningsih & Ismiyati, 2014). Zat flavonoid
berkhasiat sebagai diuretik yang mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit
maupun zat-at yang bersifat toksik (Utami, 2008 dalam Faridah, 2014). Sebagai
antioksidan eksogen, flavonoid bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat
stres oksidatif (Sulistyowati, 2006).
Pemanfaatan tanaman obat di kalangan masyarakat sebagai obat tradisional
bukanlah hal yang baru. Kelebihan obat tradisional adalah efek sampingnya yang
relatif rendah serta satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi dan
lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Larasati, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan Barnes, Griner, McFann, dan Nahin tahun
2002 di Amerika, menyatakan ada beberapa alasan atau faktor yang mendorong
masyarakat Amerika memilih Complementary and Alternative Medicine (CAM),
yaitu: mereka meyakini bila CAM dikombinasikan dengan pengobatan medis
konvensional akan lebih membantu dalam penyembuhan (54,9%), karena tertarik
4
menyarankan untuk mencoba CAM (26%), dan 13% pengguna CAM menyatakan
bahwa pengobatan medis konvensional terlalu mahal. Dalam Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2009 menyatakan sebanyak 90,49% penduduk yang mengobati
sendiri penyakitnya menggunakan obat tradisional dan 5,53% menggunakan jenis
obat lainnya (Pusat Data dan Informasi, 2009).
Jadi, dalam penelitian ini saya ingin mengetahui pengaruh pemberian air rebusan
daun alpukat (Persea americana Mill.) terhadap tekanan darah pasien hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Dipilihnya Wilayah Kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan karena berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Denpasar tahun 2014, Denpasar Selatan merupakan kecamatan dengan angka
kejadian hipertensi tertinggi kedua di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan diperoleh data kunjungan pasien hipertensi ke Puskesmas II
Denpasar Selatan pada tahun 2011 mencapai 685 kunjungan dan meningkat
menjadi 1.089 kunjungan pada tahun 2012. Tahun 2013 angka kunjungan pasien
hipertensi ke Puskesmas mengalami penurunan menjadi 986 kasus. Sampai pada
bulan Mei 2014, angka kunjungan pasien hipertensi ke Puskesmas mencapai 416
kunjungan. Informasi yang diperoleh peneliti saat studi pendahuluan bahwa
pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas tersebut belum mengetahui
mengenai terapi herbal dengan daun alpukat. Sehingga dengan penelitian ini
diharapkan air rebusan daun alpukat dapat digunakan sebagai salah satu pilihan
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah pemberian air rebusan daun
alpukat (Persea americana Mill.) dapat menurunkan tekanan darah pasien
hipertensi?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi air rebusan daun alpukat (Persea
americana Mill.) sebanyak 200 ml yang dikonsumsi selama satu minggu secara
teratur satu kali dalam sehari terhadap tekanan darah pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, derajat hipertensi, faktor
risiko oleh karena merokok, konsumsi alkohol, dan riwayat keluarga).
b. Mengidentifikasi tekanan darah pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
II Denpasar Selatan sebelum dan sesudah mengonsumsi air rebusan daun
alpukat (Persea americana Mill.) pada kelompok perlakuan.
c. Mengidentifikasi tekanan darah pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
II Denpasar Selatan sebelum (pretest) dan setelah tujuh hari (posttest) pada
6
d. Menganalisis tekanan darah pasien hipertensi pada kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah intervensi pemberian air rebusan daun alpukat (Persea
americana Mill) di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
e. Menganalisis tekanan darah pasien hipertensi pada kelompok kontrol sebelum
(pretest) dan setelah tujuh hari (posttest) di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan.
f. Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun alpukat (Persea
americana Mill.) terhadap tekanan darah pasien hipertensi pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu bagi
tenaga kesehatan terutama bagian ilmu penyakit dalam, khususnya pemberian
terapi komplementer pada pasien hipertensi.
b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan kerangka
pemikiran pada penelitian yang akan datang untuk meneliti pengaruh
konsumsi air rebusan daun alpukat (Persea americana Mill.) terhadap
7
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan tenaga kesehatan untuk
mengembangkan mutu penelitian khususnya dalam bidang terapi untuk
pasien hipertensi.
b. Bahan masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan dengan menggunakan
terapi air rebusan daun alpukat (Persea americana Mill.) sebagai alternatif
terapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
c. Memberikan alternatif pilihan pengobatan bagi masyarakat untuk
menurunkan tekanan darah, sehingga masyarakat memiliki lebih banyak
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Faktor Risiko Hipertensi
a. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
1. Berat badan
Mempertahankan indeks massa tubuh normal (18,5−24,9 kg/m2) membantu
mengontrol tekanan darah. Bahkan tekanan darah sistol dapat dikurangi antara
5−10 mmHg untuk setiap penurunan 10 kg berat badan (Martin, 2008).
2. Diet
Menurut The Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), diet adalah
rencana yang menekankan untuk mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk
olahan susu rendah lemak, serta berhati-hati dalam mengonsumsi lemak jenuh.
Program diet ini disarankan oleh National Heart, Lung, and Blood Institute dan
American Heart Association (AHA), serta menjadi dasar dari piramida makanan
terbaru dari United States Departement of Agriculture. Diet ini dinyatakan terkait
dengan penurunan tekanan darah sistol antara rentang 8−14 mmHg dan dapat
membantu mengurangi dan mengendalikan berat badan dan asupan natrium
(Martin, 2008).
3. Konsumsi garam
Asupan garam merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat
9
dalam satu hari, atau sama dengan 2.300 mg natrium untuk kebutuhan tiap orang
(Susanto, 2010).
4. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan meningkatkan tekanan
darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan,
karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah
dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin
bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah sistolik dan diastolik, peningkatan denyut jantung, meningkatnya kontraksi
otot jantung, pemakaian O2 bertambah, dan aliran darah pada koroner meningkat
(Smeltzer & Bare, 2002).
5. Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat
meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi kental sehingga jantung akan
dipaksa bekerja lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan mencukupi
(Komaling & Wongkar, 2013 dalam Anggraeny, Wahiduddin & Rismayanti,
2014). Konsumsi alkohol diakui sebagai salah satu faktor penting yang memiliki
hubungan dengan tekanan darah. Semakin banyak alkohol yang diminum, maka
semakin tinggi pula tekanan darah peminumnya. Mengonsumsi tiga gelas atau
lebih minuman beralkohol perhari dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi
sebesar dua kali (Bustan, 2007 dalam Anggraeny, Wahiduddin & Rismayanti,
10
6. Pekerjaan
Pekerja lebih berisiko mengalami hipertensi karena dipengaruhi faktor perilaku
dan kebiasaan. Kebiasaan terlalu banyak bekerja, kurang berolahraga, tidak
memperhatikan gizi seimbang, dan konsumsi lemak tinggi dapat menimbulkan
hipertensi pada pekerja. Individu yang merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya
ataupun yang tidak memiliki pekerjaan juga lebih berisiko menderita hipertensi
(Rundengan, 2006 dalam Lidya, 2009).
7. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik secara rutin akan membantu mengontrol tekanan darah. Kegiatan
aerobik secara teratur setidaknya 30 menit per hari yang dilakukan selama satu
minggu dapat menurunkan tekanan darah sistol hingga 9 mmHg (Martin, 2008).
8. Faktor stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama,
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang menetap (Roehandi, 2008).
b. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
1. Riwayat keluarga
Berdasarkan riset menunjukkan faktor genetik sekitar 30% berhubungan dengan
kejadian hipertensi primer. Faktor genetik berpengaruh dalam pengaturan sistem
renin-angiotensin-aldosteron dan lainnya yang memengaruhi tonus vaskuler,
transportasi garam dan air pada ginjal yang berhubungan dengan perkembangan
11
belum ditemukan (Kasper, et al., 2005; Lemone & Burke, 2008 dalam
Martiningsih, 2011).
2. Usia
Bertambahnya usia menyebabkan dinding arteri mengalami penebalan akibat
adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
menyempit dan menjadi kaku. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor
semakin berkurang sensitivitasnya dan peran ginjal juga semakin berkurang
karena aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Anggraini dkk,
2009). Berkurangnya elastisitas arteri sehingga menjadi kaku menyebabkan
volume darah yang dialirkan lebih sedikit daripada kebutuhan tubuh. Dalam
keadaan ini jantung akan mengompensasi dengan cara memompa darah lebih kuat
atau dengan meningkatkan denyut jantung. Keadaan ini diperburuk lagi oleh
aterosklerosis. Akibat dari bermasalahnya pembuluh darah arteri maka hanya
tekanan darah sistol yang meningkat tinggi (Susalit, 2001).
3. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Pria lebih banyak
mengalami kemungkinan menderita hipertensi dibandingkan wanita. Perbedaan
risiko hipertensi pada gender ini dipengaruhi oleh faktor psikologis, faktor
12
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and the Treatment of High Blood Pressure 7 (JNC 7) yang
dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat dijabarkan pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7
Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistol (mmHg)
Tekanan darah diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 100 Sumber: Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and the Treatment of
High Blood Pressure 7 (JNC 7), 2003
2.1.3 Diagnosis Hipertensi
Pada semua usia, diagnosis hipertensi memerlukan pengukuran berulang dalam
keadaan istirahat, tanpa ansietas, kopi, alkohol, dan merokok (Kuswardhani,
2006). Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi keluhan yang sering dialami,
lama hipertensi, hasil pengukuran tekanan darah selama ini, riwayat pengobatan
dan kepatuhan berobat, gaya hidup, riwayat penyakit penyerta, dan riwayat
keluarga. Pemeriksaan fisik terdiri dari hasil pengukuran tekanan darah saat ini,
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus organ, serta funduskopi.
Pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium rutin, kimia darah (ureum,
kreatinin, gula darah, kolesterol, elektrolit), elektrokardiografi, dan radiologi dada.
Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan ekokardiografi dan ultrasonografi (Zulkhair,
13
2.1.4 Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut JNC 7 rekomendasi target tekanan darah yang harus dicapai adalah
<140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit gagal ginjal
kronik dan diabetes adalah 130/80 mmHg. American Heart Association (AHA)
merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg,
130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik
atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan
gagal jantung. Sedangkan menurut National Kidney Foundation (NKF), target
tekanan darah yang harus dicapai adalah 130/80 mmHg untuk pasien dengan
penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75 mmHg untuk pasien dengan > 1
gram proteinuria (Cohen & Townsend, 2008).
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1. Diuretik thiazide merupakan obat pertama yang biasanya diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air
yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
hilangnya kalium melalui air, sehingga harus diberikan tambahan kalium atau
obat penahan kalium (Martin, 2008).
2. Beta Blocker (BB) yang terdiri dari atenolol, bisoprolol, metoprolol, nadolol,
propanolol dan carvedilol. Golongan obat ini mengakibatkan penurunan
frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan
14
3. Calcium Channel Blockers (CCB) terdiri dari dua jenis yang digunakan untuk
pengelolaan hipertensi, yaitu dihidropiridin dan non dihidropiridin.
Dihidropiridin seperti amlodipine dan nifedipine mengontrol tekanan darah
dengan langsung merelaksasikan otot polos yang mengelilingi arteri. Non
dihidropiridin seperti verapamil dan diltiazem menurunkan tekanan darah
dengan menginduksi vasodilatasi dan mengurangi kontraktilitas miokard
(Martin, 2008).
4. Angiotensin Conferting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor) dan ARBs dengan
mekanisme berbeda, menghalangi sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
(RAA). ACE inhibotor menghalangi pengubahan peptida angiotensin I
menjadi angiotensin II (vasokonstriktor kuat), sedangkan ARBs langsung
menempati angiotensin II subtipe 1 reseptor. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ACE inhibitor adalah benazepril, captopril, enalapril,
fosinopril, lisinopril, moexipril, perindopril, quinapril, ramipril, dan
trandolapril (Martin, 2008).
5. Alpha Blockers menurunkan tekanan darah dengan menghambat reseptor alfa
otot polos arteri. Jenis obat yang termasuk golongan ini adalah doxazosin,
prazosin, dan terazosin (Martin, 2008).
6. Direct Vasodilator atau vasodilator langsung menyebabkan melebarnya
pembuluh darah. Yang termasuk obat golongan ini adalah hydralazine dan
15
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi non farmakologis dari hipertensi meliputi penurunan berat badan, olahraga
secara teratur, diet rendah garam dan lemak, serta terapi komplementer (Yuliarti,
2011 dalam Ramadi, 2012). Terapi komplementer bersifat terapi pengobatan
alamiah, diataranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,
meditasi, terapi tawa, akupuntur, aromaterapi, dan refleksologi (Sustrani, 2007
dalam Ramadi, 2012).
Terapi dengan tanaman herbal adalah terapi komplementer nonfarmakologi yang
termasuk dalam Biological Based Therapy (BTT) yang telah dikembangkan dan
dipergunakan secara luas di seluruh dunia. Tanaman herbal sering disebut dengan
obat tradisional. Terapi komplementer dengan terapi herbal dapat dilakukan
selama satu minggu pada penderita bersangkutan. Setelah satu minggu kemudian
diamati kembali apakah terjadi perubahan-perubahan yang diinginkan (Tusilawati,
2010).
Tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk terapi herbal dalam pengobatan
hipertensi diataranya adalah bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing
wuluh, dan daun alpukat. Bawang putih dan seledri kurang disukai oleh
masyarakat karena rasanya kurang enak untuk dijadikan obat. Sedangkan bunga
rosella dan belimbing wuluh memiliki rasa asam yang pada umumnya kurang
16
2.2 Daun Alpukat 2.2.1 Jenis Alpukat
Alpukat adalah jenis pohon tropis yang selalu hijau sepanjang tahun dan dapat
tumbuh antara 40−80 meter. Tanaman ini memiliki daun yang lebar, bertekstur
kasar, warna hijau tua dengan serat daun yang lebih pucat. Terdapat tiga ras
alpukat, yaitu Guatemalan (Persea nubigena var. guatamalensis L. Wms),
Mexican (P. americana var. drymifolia Blake), dan West Indian (P. americana
Mill. var. americana) (Nesbitt, Stein & Kamas, 2010). Tanaman alpukat yang
tumbuh di Indonesia berasal dari Amerika Tengah yang beriklim tropis, yaitu ras
Persea americana Mill. Karakteristik tanaman ini adalah daunnya yang tidak
berbau, warna daunnya lebih terang dibandingkan kedua ras lain, buahnya
berukuran besar dengan berat antara 400−2.300 gram, buah bertangkai pendek,
kulit buah licin agak liat dan tebal (Warung Informasi Teknologi RI, 2006). Pohon
[image:33.595.208.440.509.691.2]alpukat yang tumbuh di Indonesia ditampilkan pada gambar 1.
17
2.2.2 Taksonomi Tanaman Alpukat Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Infradivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea Mill.
Species : Persea americana Mill.
Sumber: http://www.itis.gov
2.2.3 Kandungan Kimia Daun Alpukat
Arukwe et al. (2012) telah meneliti kandungan kimia dalam daun, buah dan biji
alpukat (Persea americana Mill.). Daun yang diuji adalah daun yang segar.
[image:34.595.111.362.634.720.2]Kandungan kimia daun alpukat disajikan dalam tabel 2 dan tabel 3.
Tabel 2. Kandungan Kimia Daun Alpukat (Persea americana Mill.) (mg/100 g) Saponin 1.29 ± 0.08 mg
18
Tabel 3. Kisaran Komposisi Daun Alpukat (Persea americana Mill.) (g/100 g) Kandungan air 5.33 ± 0.62 g
Lemak 4.01 ± 0.16 g Protein 25.54 ± 2.52 g Serat 38.40 ± 5.12 g Abu 19.38 ± 4.34 g Karbohidrat 7.34 ± 0.41 g Sumber: Arukwe et al (2012)
Daun alpukat memiliki kadar air tidak lebih dari 14%, kadar abu total tidak lebih
dari 5,0% dan kadar abu tidak larut asam tidak lebih dari 1,0% (Suplemen I
Farmakope Herbal Indonesia, 2010). Daun alpukat mengandung flavonoid,
saponin dan alkaloid. Zat-zat yang terkandung dalam daun alpukat bersifat
sebagai peluruh kencing (diuretik), dapat menurunkan tekanan darah, anti radang
(anti inflamasi), dan pereda sakit (analgetik) (Redaksi Agromedia, 2009 dalam
Ramadi, 2012).
2.3 Pengaruh Kandungan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah
Air rebusan daun alpukat memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah. Zat
flavonoid yang berkhasiat sebagai diuretik bekerja dengan cara membuang
kelebihan air dan natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam
darah mengakibatkan volume darah menurun sehingga pekerjaan jantung menjadi
ringan (Widharto, 2007). Berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh
menyebabkan pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga tekanan darah
perlahan-lahan mengalami penurunan (Utami, 2008 dalam Faridah, 2014). Selain
itu flavonoid juga bersifat sebagai antioksidan eksogen yang membantu dalam
mencegah atau memperlambat kemajuan berbagai oksidatif stres yang
19
2.3.1 Peran Flavonoid dalam Menurunkan Tekanan Darah a. Sebagai Antioksidan
Flavonoid dapat bersifat sebagai antioksidan dengan cara menangkap radikal
bebas, sehingga sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan antara
oksidan dengan antioksidan di dalam tubuh (Koncazak et al, 2004 dalam
Sumardika & Jawi, 2012). Flavonoid mampu memerbaiki fungsi endotel
pembuluh darah, dapat mengurangi kepekaan Low Density Lipoprotein (LDL)
terhadap pengaruh radikal bebas (Kwon, 2007; Ling, 2001 dalam Sumardika &
Jawi, 2012) dan dapat bersifat hipolipidemik, antiinflamasi serta sebagai
antioksidan (Sumardika & Jawi, 2012). Antioksidan merupakan agen protektif
yang secara signifikan dapat mencegah kerusakan oksidatif. Antioksidan bekerja
dengan menonaktifkan spesies oksigen reaktif (Sulistyowati, 2006).
Flavonoid adalah antioksidan eksogen yang telah dibuktikan bermanfaat dalam
mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif. Mekanisme kerja dari flavonoid
sebagai antioksidan secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogenik
sehingga dapat menetralisir efek toksik dari radikal bebas. Flavonoid sebagai
antioksidan secara tidak langsung, yaitu dengan meningkatkan ekspresi gen
antioksidan endogen melalui beberapa mekanisme. Salah satu mekanisme
peningkatan ekspresi gen antioksidan adalah melalui aktivasi nucleat factor
erythroid 2 related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan gen yang
berperan dalam sintesis enzim antioksidan endogen seperti misalnya gen
20
Flavonoid yang merupakan senyawa polifenol memiliki efek atheroprotektif yang
meliputi efek antioksidan kuat. Flavonoid dapat mencegah dan mengurangi stres
oksidatif dengan menangkap radikal bebas dan meningkatkan sintesis Nitrit
Oksida (NO). Flavonoid dapat meningkatkan kemampuan platelet untuk
melepaskan NO dan menghambat pembentukan trombus (Setyawan, 2008). NO
merupakan senyawa yang bersifat toksik dan berumur pendek yang berperan
penting sebagai regulator kardiovaskuler dan meningkatkan tekanan darah.
Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat penggumpalan keping-keping
darah, merangsang produksi NO yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah,
dan untuk menghambat pertumbuhan kanker. Flavonoid dapat meningkatkan
aktivitas dari Nitric Oxide Synthase (NOS) pada sel endotel pembuluh darah. NO
yang disintesa dalam endotel dan otot polos selanjutnya merangsang guanylate
cyclase untuk membentuk cGMP sehingga terjadi vasodilatasi (Athiroh &
Permatasari, 2013).
b. Sebagai Diuretik
Ada tiga jenis diuretika yaitu diuretika osmotik, diuretika air dan diuretika yang
menyebabkan terjadinya peningkatan laju filtrasi glomerulus. Tanaman yang
berpotensi sebagai obat peluruh atau memperlancar air kencing pada umumnya
berhubungan dengan diuretika osmotik. Pada prinsipnya diuretika osmotik adalah
kemampuan dari zat yang terkandung dalam tanaman untuk meningkatan tekanan
osmotik pada lumen tubulus ginjal. Kondisi demikian akan menyebabkan
akumulasi air di tubulus ginjal yang kemudian akan dikeluarkan sebagai urin
21
Beberapa penyakit yang berkaitan dengan retensi volume air tubuh seperti edema,
tekanan darah tinggi sebagai akibat meningkatnya volume darah diharapkan dapat
dikurangi gejalanya dengan tanaman yang memiliki efek diuresis atau
meningkatkan produksi urine (Trihardjana, 2007). Flavonoid akan memengaruhi
kerja dari Angiotensin Converting Enzym (ACE) (Mills & Bone, 2000 dalam
Ariestha, 2010). Penghambatan ACE akan menginhibisi perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II yang menyebabkan vasodilatasi sehingga TPR turun dan
dapat menurunkan tekanan darah (Mills & Bone, 2000; Saseen, J.J & Carter, B.L.,
2005 dalam Ariestha, 2010). Efek lainnya dapat menyebabkan penurunan retensi
air dan garam oleh ginjal, sekresi aldosteron, dan sekresi anti diuretic hormone
(ADH) oleh kelenjar hipopituitari. Sekresi aldosteron yang menurun berefek
terhadap penurunan retensi air dan garam oleh ginjal, sedangkan penurunan
sekresi ADH menyebabkan penurunan absorpsi air. Penurunan retensi air dan
garam serta absorpsi air menyebabkan volume darah menurun, akibatnya tekanan
darah menurun (Guyton & Hall, 2007).
2.3.2 Keamanan Daun Alpukat
Daun alpukat (Persea americana Mill.) secara empiris telah digunakan di
masyarakat sebagai obat antihipertensi, namun belum mendapatkan informasi
yang cukup untuk digunakan selama masa kehamilan. Selama kehamilan ibu dan
janin selalu terhubung. Obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat menembus
plasenta, sehingga penggunaannya perlu berhati-hati. Berdasarkan penelitian
Anastasia (2013) manunjukkan hasil bahwa ekstrak etanol daun alpukat pada
22
fetus pada mencit. Jumlah fetus menurun dengan meningkatnya dosis ekstrak
etanol daun alpukat yang diberikan. Hal ini dikarenakan pemberian dosis
teratogen yang semakin tinggi akan mempengaruhi pembelahan sel fetus sehingga
frekuensi pembelahan sel menurun, sehingga terjadi pengurangan atau bahkan
peniadaan jumlah fetus yang dihasilkan pada awal proses pembentukan embrio
(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2013).
Peneliti tidak menemukan referensi yang meneliti mengenai toksisitas daun
alpukat jika dikonsumsi oleh penderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan di
Indonesia maupun di luar negeri menyebutkan bahwa daun alpukat dapat
dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal untuk hipertensi. Dari beberapa
penelitian yang menggunakan daun alpukat sebagai terapi herbal pada hipertensi
juga tidak menyebutkan adanya efek samping ataupun efek teratogenik dari