• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode target costing studi kasus pada pabrik gula Madukismo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode target costing studi kasus pada pabrik gula Madukismo"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TARGET COSTING

Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

oleh:

Iin Ristyaningrum Hastutiningsih NIM: 08 2114 023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TARGET COSTING

Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

oleh:

Iin Ristyaningrum Hastutiningsih NIM: 08 2114 023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN

“Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan

pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau”

(2 korintus 6: 2).

“Segala

perkara kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku” (filipi 4: 13)

.

Seberat apapun keadaan yg kita hadapi saat ini, kita harus terus

melangkah maju!

” (Sari Simorangkir).

Skripsi Ini Dipersembahkan Kepada:

Tuhan Yesus Kristus Sumber Kekuatan dan Pengharapanku,

Kedua orangtuaku, Bapak Riswandi dan Ibu Hartuti,

Kakakku Andi Risnawan dan istrinya Martina Eti Kurnianingsih,

Kakakku Risita Dwi Astuti dan suaminya Melsonsius Roy Bunga,

Ketiga ponakanku Ulin, Valen, dan Olivia,

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Target Costing studi kasus pada Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pada Program Studi

Akuntansi, jurusan akuntansi, fakultas ekonomi, universitas sanata dharma

Yogyakarta.

Tentu saja dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari pihak yang dengan

tulus ikhlas membantu, membimbing, memotivasi, dan memberikan dukungan

kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo,M.Si Selaku dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono,M.Si.,Akt.,Q.I.A., Kepala program studi

akuntansi.

3. Ibu Lisia Apriani,S.E.,M.Si.,Akt.,QIA selaku dosen pembimbing yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Direktur PT. Madubaru yang telah memberikan ijin penelitian pada

penulis.

5. Bapak Gatot dari bagian akuntansi Pabrik Gula Madukismo yang telah

banyak membantu dalam penelitian.

6. Seluruh karyawan perusahaan, terima kasih atas segala bantuannya dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

7. Seluruh dosen Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

atas segala bimbingan selama di bangku kuliah.

8. Seluruh staf sekretariat Fakultas Ekonomi yang selalu membantu penulis

dalam administrasi.

(9)
(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PUBLIKASI ILMIAH... vi

KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xiv

ABSTRAK... xv

F. Sistematika penulisan... 4

BAB II LANDASAN TEORI... 6

A. Biaya... 6

1. Pengertian biaya... 6

2. Penggolongan biaya... 6

B. Harga pokok produksi... 9

1. Pengertian harga pokok produksi... 9

2. Metode pengumpulan biaya produksi... 10

(11)

x

C. Sistem akuntansi biaya tradisional... 13

1. Penentuan harga pokok dengan sistem akuntansi biaya tradisional... 13

D. Harga jual... 14

1. Pengertian harga jual... 14

2. Faktor penentuan harga jual... 14

E. Target costing... 18

1. Pengertian target costing... 18

2. Tahap pengimplementasian target costing... 20

3. Metode pengurangan biaya dalam target costing... 21

F. Value enginering... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis penelitian... 23

B. Tempat dan waktu penelitian... 23

C. Subjek dan objek penelitian... 23

D. Teknik pengumpulan data... 24

E. Teknik analisis data... 25

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 27

A. Sejarah perusahaan... 27

B. Lokasi perusahaan... 29

C. Struktur organisasi... 30

(12)

xi

BAB VI PENUTUP... 68

A. Kesimpulan... 68

B. Keterbatasan... 68

C. Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Biaya Bahan Baku Gula Pasir... 46

Tabel 5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Gula Pasir... 46

Tabel 5.3 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Gula Pasir... 47

Tabel 5.4 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Gula Pasir setelah

penghematan... 64

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Tabel Data Biaya Produksi 2011 PG. Madukismo... 72

Lampiran 2: Tabel Laporan Laba Rugi Tahun 2010 PG. Madukismo….. 80

(16)

xv

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TARGET COSTING

Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo

Iin Ristyaningrum Hastutiningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuan harga pokok produksi untuk mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar sesuai dengan target cost, dengan menentukan harga jual yang tepat dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada Pabrik Gula Maduksimo Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan tiga cara : 1) mendiskripsikan perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan tahun 2011, 2) menerapkan metode target costing dengan menentukan harga jual, laba yang diharapkan dan menghitung biaya target yaitu selisih harga jual dengan laba yang diharapkan, 3) melakukan rekayasa nilai (value engineering).

(17)

xvi

ABSTRACT

THE DETERMINING OF THE COST OF GOODS MANUFACTURED USING TARGET COSTING cost, by determining the appropriate selling price and the company’s benefit.

The type of this research is a case study at “Maduksimo” Sugar Factory Yogyakarta. The data collection techniques used are observation, documentation and interviews. The data analysis technique is done by three steps: 1) describing the calculation of cost of goods manufactured base on company’s data in 2011, 2) implementing target costing method by determining the target price, the expected profit and calculate the target cost which is the difference between sales price and the expected profit, 3) doing value engineering.

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Banyakanya perusahaan yang muncul baik itu jenis usaha baru maupun

jenis usaha yang sama, menuntut perusahaan untuk dapat bertahan secara optimal.

Persaingan yang ketat ini mendorong perusahaan untuk selalu memiliki strategi

yang baik, perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang tepat,

sehingga perusahaan memperoleh pangsa pasar dan dapat memperluas jaringan

pemasaran sampai ke luar negeri. Persaingan antar produsen yang sama seringkali

tidak dapat dihindarkan. Persaingan ini sering dipengaruhi oleh faktor permintaan,

dimana konsumen bersedia membayar barang atau jasa pada tingkat harga

tertentu, biasanya pada harga yang rendah permintaan menjadi lebih tinggi.

Oleh sebab itu perusahaan harus mampu menentukan harga jual yang tepat

untuk produknya. Dalam penetapan harga jual perusahaan harus memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga jual antara lain biaya,

permintaan dan penawaran, keadaan perekonomian, tujuan perusahaan dan

manajemen. Seringkali Perusahaan tidak selalu memiliki kemampuan untuk

menentukan harga jual produk seperti yang dikehendakinya, penyebabnya adalah

perusahaan tidak paham dengan keadaan pasar dihadapi perusahaan, terdapat

sejumlah pesaing yang telah menjual produk yang sama dengan harga tertentu,

sehingga dalam menentukan harga jual produknya perusahaan harus

(19)

dengan menurunkan harga jual, laba yang diperoleh perusahaan akan berkurang,

padahal tujuan perusahaan adalah memperoleh laba.

Cara yang dapat ditempuh selain menurunkan harga jual adalah dengan

pengurangan biaya produksi dan menjual produk pada tingkat harga tertentu

namun tetap memperhatikan kualitas produk. Target costing merupakan suatu

metode perhitungan biaya produksi secara mundur, mulai dari penentuan harga

yang dapat diterima konsumen, menentukan laba, menghitung biaya target dengan

cara selisih harga pasar dengan laba yang diinginkan. Target costing sangat

berguna dalam mengolah biaya demi kelangsungan produksi perusahaan, dimana

target costing melengkapi bagaimana mendapatkan biaya yang rendah namun

tetap memenuhi keinginan konsumen baik dari segi harga, desain, fungsi dan

kualitas dari produk.

Pabrik Gula Madukismo atau PG. Madukismo merupakan pabrik penghasil

gula yang telah lama berdiri dan ditengah persaingan industri gula, PG.

Madukismo dituntut untuk tetap bertahan dan unggul dalam persaingan, oleh

karena itu PG. Madukismo harus mampu menghasilkan produk yang memiliki

daya saing yang tinggi dengan perusahaan lain. Berdasarkan uraian tentang target

(20)

B. Rumusan masalah

1. Apakah perusahaan menerapkan target costing dalam penentuan harga

pokok produksi?

2. Bagaimana penerapan target costing dalam penentuan harga pokok

produksi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuaan harga

pokok produksi pada perusahaan.

2. Menganalisis penerapan target costing dalam penentuan harga pokok

produksi pada perusahaan

D. Batasan masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Produk yang menjadi objek penelitian adalah gula.

2. Data yang dibutuhkan tahun 2011.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah kepustakaan dan bahan

bacaan yang berguna untuk fakultas ekonomi.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan sebagai

bahan pertimbangan dalam penentuan harga pokok produksi dengan

(21)

3. Bagi Penulis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penerapan ilmu

yang diperoleh selama kuliah.

b. Dapat menambah wawasan pengalaman dalam bidang penelitian

ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori yang mendukung penelitian dalam

mengolah data dan menganalisa permasalahan, sehingga dari

permasalahan itu didapatkan pemecahannya.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

subjek dan objek penelitian, data yang dibutuhkan, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang sejarah perusahaan, lokasi perusahaan,

struktur organisasi, kegiatan produksi, pemasaran dan produk yang

(22)

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data serta pembahasan

mengenai penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan

metode target costing.

Bab VI Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan

(23)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Biaya

1. Pengertian Biaya

Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini dan

masa mendatang bagi organisasi (Hansen & Mowen, 2009: 47), sedangkan

menurut Mardiasmo (1994: 100), biaya adalah penggunaan sumber-sumber

ekonomi yang dapat diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi dan

kemungkinan akan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu.

Biaya (cost) merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan saat ini

maupun dimasa yang akan datang, sedangkan beban (expenses) adalah kos

sumber daya yang telah dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu (Mulyadi,

2007: 4).

2. Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya adalah proses pengelompokan secara sistematis atas

keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih

ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih penting (Supriyono, 1999:

(24)

Biaya digolongkan menjadi (Supriyono,1999: 18-22):

a. Pengolongan menurut fungsi pokok dalam perusahaan, ada 3 fungsi

pokok dari kegiatan perusahaan adalah:

1) Fungsi produksi yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan

pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk

dijual.

2) Fungsi pemasaran yaitu fungsi yang berhubungan dengan

kegiatan penjualan produk selesai siap dijual, dengan cara

memuaskan pembeli dan dapat menghasilkan laba.

3) Fungsi administrasi dan umum, yaitu fungsi yang berhubungan

dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan, dan

pengawasan kegiatan secara keseluruhan agar efektif dan efisien.

Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, dalam perusahaan

manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: biaya

produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum, dan biaya

keuangan. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam:

1) Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang

dipakai dalam pengolahan produk.

2) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dapat

diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu.

3) Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya

(25)

b. Periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan, antara lain:

1) Pengeluaran modal (capital expenditures) yaitu biaya yang

mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) yaitu biaya yang

hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya

pengeluaran tersebut.

c. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungan dengan

perubahan volume aktivitas, menurut hubungannya dengan volume

kegiatan dapat dibagi menjadi (Mulyadi, 2005: 15):

1) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya

berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

2) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap

dalam kisaran volume kegiatan tertentu.

3) Biaya semivariabel (semivariable) adalah biaya yang berubah

tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

4) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

volume produksi tertentu.

d. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang

dibiayai, antara lain (Supriyono, 1999: 31):

1) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya dapat

(26)

2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya

tidak dapat diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu

atau yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat

biaya.

B. Harga Pokok Produksi

1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah,

persediaan barang dalam peroses awal dan dikurangi persediaan barang dalam

proses akhir (Bustami, dkk, 2007: 60). Harga pokok produksi mencerminkan total

biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan (Hansen dan Mowen,

2009: 60). Perhitungan biaya produksi dan perhitungan harga pokok produksi agar

dapat dianalisis kegiatannya selama periode tertentu, maka harus disusun laporan

biaya produksi yang biasanya di bagi menjadi 3 Bagian (Supriyono,1999:

143-144):

a. Laporan produksi

1) Informasi jumlah produk yang diolah, baik dari produk dalam

proses awal, produk yang baru dimasukkan atau diterima dari

departemen sebelumnya, maupun tambahan produk pada

departemen lanjutan akibat tambahan bahan kalau ada.

2) Informasi jejak produk yang diolah meliputi produk selesai yang

(27)

produk yang masih dalam proses akhir, produk hilang, produk

rusak, produk cacat.

b. Biaya yang dibebankan

1) Jumlah biaya yang dibebankan, meliputi harga pokok produk

dalam proses awal kalau ada, harga pokok yang diterima dari

departemen sebelumnya untuk departemen lanjutan, dan

elemen-elemen biaya yang ditambahkan pada tahap pengolahan produk

yang bersangkutan.

2) Tingkat ekuivalen yang dihitung dari laporan produksi, informasi

ini berguna untuk menghitung harga pokok satuan.

3) Harga pokok satuan untuk setiap elemen biaya yang dibebankan

pada tahap pengolahan produk atau departemen yang

bersangkutan.

c. Perhitungan biaya

1) Memberikan informasi tentang jejak biaya yang dibebankan,

menunjukkan berapa biaya yang diserap oleh harga pokok produk

selesai maupun produk dalam proses pada akhir periode dan

sebagainya.

2. Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Menurut Mulyadi (2005: 16), dalam pembuatan produk terdapat dua

kelompok biaya yaitu biaya produksi dan nonproduksi. Biaya produksi merupakan

biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk,

(28)

nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum.

Pengumpulan kos produksi sangat ditentukan oleh cara produksi, secara garis

besar cara memproduksi dibagi menjadi dua yaitu produksi atas dasar pesanan dan

produksi proses.

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan kos

produksinya dengan menggunakan metode kos pesanan. Dalam metode ini

biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan kos produksi per satuan

produk yang dihasilkan, sedangkan perusahaan yang berproduksi dengan metode

proses biaya-biayanya dikumpulkan untuk periode tertentu dan kos produksi per

satuan produk untuk yang dihasilkan dalam periode tersebut.

3. Elemen Biaya Produksi

Menurut Supriyono (1999: 19-21), elemen-elemen biaya produksi dapat

digolongkan menjadi:

a. Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang

dipakai di dalam pengolahan produk.

b. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada

karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau diikuti

jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.

c. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi, selain biaya bahan baku

(29)

Elemen-elemen biaya overhead pabrik ini dapat digolongkan menjadi:

1) Biaya bahan penolong

2) Biaya tenaga kerja tidak langsung

3) Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik

4) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik

5) Biaya listrik, air pabrik

6) Biaya asuransi pabrik

7) Biaya overhead lain-lain

Perhitungan harga pokok produksi di mulai dengan menjumlahkan

biaya-biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik, sehingga diperoleh total biaya yang dibebankan pada

pekerjaan pada setiap periode, berikut adalah rumusnya (Hansen dan Mowen,

2009: 62):

Biaya bahan baku Rp xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik xxx +

Total biaya produksi Rp xxx

Persediaan barang dalam proses awal xxx +

Total biaya produksi Rp xxx

Persediaan barang dalam proses akhir xxx -

(30)

C. Sistem Akuntansi Biaya Traditional

1. Penentuan Harga Pokok dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya ke produk berdasarkan

unit, biaya bahan baku, jam kerja langsung maupun jam mesin. Dimana semua

biaya tersebut dicatat, dikumpulkan dan digolongkan berdasarkan pusat

pertanggungjawaban. Menurut Mulyadi (2005: 200-203), ada beberapa macam

dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk

adalah:

a. Satuan produk merupakan metode yang paling sederhana dan

langsung membebankan BOP pada produk. Rumus tarif BOP untuk

tiap produk:

Biaya bahan baku, dasar ini dipakai jika biaya overhead yang dominan

bervariasi dengan nilai bahan baku. Semakin besar biaya bahan baku

yang dikeluarkan dalam pengolahan produk, semakin besar pula biaya

overhead yang dibebankan, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

b. Biaya tenaga kerja langsung, jika biaya overhead pabrik masih

berhubungan dengan jumlah tenaga kerja langsung, maka biaya

overhead dari taksiran BTKL yang dipakai dapat dirumuskan sebagai

(31)

c. Jam tenaga kerja langsung, metode ini muncul karena ada kaitannya

dengan jumlah jam kerja, sehingga biaya overhead per JTKL dapat

dirumuskan sebagai berikut:

d. Jam mesin, biaya overhead yang bervariasi dengan waktu penggunaan

mesin, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

D. Harga jual

1. Pengertian harga jual

Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

kombinasi dari produk dan pelayanannya (Swastha dan Irwan, 1985: 241). Harga

jual adalah sejumlah satuan moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha

kepada pembeli atau pelanggan atas barang dan jasa yang dijual atau diserahkan.

2. Faktor penentuan harga jual produk

Menurut Swastha dan Irwan (1985: 242) penentuan harga jual produk

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Keadaan perekonomian

Faktor kondisi ekonomi akan mempengaruhi tingkat harga jual yang

(32)

b. Penawaran dan permintaan

1) Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada

tingkat harga tertentu. Pada umumnya tingkat harga yang rendah

akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar.

2) Penawaran adalah kebalikan dari permintaan yaitu suatu jumlah

yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu.

Pada umumnya harga yang lebih tinggi mendorong jumlah yang

ditawarkan lebih besar.

c. Elastisitas permintaan

Elastisitas permintaan adalah suatu indikator yang mengukur

perubahaan jumlah permintaan dari suatu barang akibat dari

perubahaan harga barang tersebut (Mankiw, et.al., 2012: 86-87).

Elastisitas permintaan = perubahaan persentase jumlah permintaan

Perubahaan persentase harga

Sifat-sifat elastisitas permintaan:

1) Elastis (elastisitas > 1)

Dikatakan elastis apabila harga akan menyebabkan terjadinya

perubahaan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih

besar.

2) Inelastis (Elastisitas < 1)

Perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang lebih kecil

(33)

3) Unitary elastis (elastisitas = 1)

Perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang

dijual dalam proporsi yang sama. Dengan kata lain, perubahan

harga sebesar 10% akan mengakibatkan naiknya volume

penjualan sebesar 10% pula.

d. Persaingan

1) Persaingan sempurna

Dalam persaingan, penjual yang berjumlah banyak aktif

menghadapi pembeli yang banyak pula. Banyaknya penjual dan

pembeli akan mempersulit penjual perseorangan untuk menjual

dengan harga lebih tinggi kepada pembeli yang lain.

2) Persaingan tidak sempurna

Untuk barang-barang yang dihasilkan dari pabrik dengan merk

tertentu kadang-kadang mengalami kesulitan dalam

pemasarannya. Hal ini disebabkan harga lebih tinggi dari barang

sejenis dengan merk lain.

3) Oligopoli

Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar,

sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi.

4) Monopoli

Jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu. Sehingga penentuan

(34)

barang bersangkutan, harga barang subtitusi, peraturan harga dari

pemerintah.

e. Biaya

Biaya adalah dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat yang

tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya

jika harga melebihi biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun

biaya non produksi akan menghasilkan keuntungan.

f. Tujuan perusahaan

Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan

yang akan dicapai. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan antara lain

memaksimalkan laba, menetapkan kelangsungan hidup perusahaan,

meraih pangsa pasar yang besar dan mengatasi persaingan.

g. Pengawasan pemerintah

Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam

penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan

dalam bentuk penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi

harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah

(35)

E. Target Costing

1. Pengertian Target Costing

Menurut Mulyadi (2001: 36) target costing adalah sistem akuntansi biaya

yang menyediakan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen

memantau kemajuan yang dicapai dalam pengurangan biaya produksi menuju

target cost yang telah ditetapkan. Biaya target (target costing) adalah perbedaan

antara harga penjualan yang dibutuhkan untuk menangkap pangsa pasar yang

telah ditentukan terlebih dahulu dan laba per unit yang diinginkan (Hansen &

Mowen, 2009: 361). Target costing adalah biaya produk yang diinginkan,

ditentukan berdasarkan harga persaingan, sehingga dapat mencapai laba yang

diharapkan (Blocher, et.al., 2007: 702).

Berdasarkan ketiga pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa target

costing adalah suatu sistem akuntansi biaya yang digunakan oleh manajemen

dalam mengurangi biaya produksi yang akan dikeluarkan, dengan menentukan

harga jual dan laba yang diinginkan terlebih dahulu. Dalam metode ini,

perusahaan menetapkan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga

jual dan laba yang diinginkan, Rumusnya adalah :

Siklus hidup biaya atau the cost life cycle merupakan urutan aktivitas biaya

dalam perusahaan mulai dari riset dan pengembangan, kemudian desain, produksi

(penyediaan jasa), pemasaran, distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan. Siklus

(36)

hidup biaya merupakan siklus hidup barang atau jasa dipandang dari segi biaya

(Blocher, et.al., 2007: 616).

Perusahaan menetapkan produk yang akan dihasilkan, kemudian

melakukan riset dan pengembangan untuk membuat inovasi baru berkaitan

dengan produk yang akan dihasilkan tersebut. Inovasi dapat dilakukan berkaitan

dengan produk, proses produksinya, alternatif produknya dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan, perusahaan membuat desain

produk yang akan dihasilkan. Tahap desain ini mencakup semua aspek yang

terkait dengan bayangan tentang produk seperti apa yang ingin dihasilkan oleh

perusahaan. hal ini mencakup unsur kualitas, bentuk, kemasan, warna dan

sebagainya. Pada saat menentukan kualitas produk, perusahaan akan dihadapkan

pada kualitas dan harga bahan yang akan digunakan.

Pada pendekatan lainnya, harga bahan akan mengikuti kualitas yang

diharapkan, sementara itu pada kualitasnya mengikuti harga tersebut, maka

perusahaan harus menurunkan biaya sampai kepada tingkat biaya yang

dikehendaki. Pada tahap produksi, bagian produksi tinggal mengikuti seluruh Riset dan

pengembangan

desain produksi Pemasaran dan distribusi

Pelayanan dan pelanggan

(37)

yang dibuat oleh desainer perusahaan. Pada bagian marketing akan menyesuaikan

dengan kualitas yang harus dimiliki produk yang dijualnya.

Perusahaan mempunyai dua pilihan untuk menurunkan biaya sampai

tingkat biaya target yang dikehendaki (Blocher, et.al., 2007: 617):

a. Dengan mengintegrasikan teknologi produksi baru, menggunakan

teknik-teknik manajemen biaya yang canggih seperti activity based

costing dan mencari produktivitas yang lebih tinggi melalui perbaikan

organisasi dan hubungan tenaga kerja, sehingga perusahaan akan

dapat menurunkan biaya. Pendekatan ini diimplementasikan dengan

penentuan biaya standar dan kaizen costing.

b. Dengan desain ulang terhadap produk atau jasa. Metode ini

menguntungkan bagi banyak perusahaan karena mengakui bahwa

keputusan-keputusan atas desain sangat mempengaruhi total biaya

selama siklus hidup produk. Dengan memberi perhatian yang cermat

pada desain, perusahaan dapat menurunkan biaya sampai tingkat

target biaya yang diinginkan.

2. Tahap Pengimplementasian Target Costing

Menurut Blocher,et.al (2007: 619), terdapat lima langkah dalam

menerapkan target costing antara lain:

a. Menentukan harga pasar, volume penawaran dan volume permintaan

akan berpengaruh langsung terhadap harga jual produk perusahaan.

b. Menentukan laba yang diharapkan, dengan mempertimbangkan

(38)

jual per unit produknya. Penentuan harga jual per unit produk

dipengaruhi oleh berbagai hal yang terkait seperti pangsa pasar dan

volume penjualan.

c. Menghitung biaya target pada harga pasar dikurangi laba yang

diharapkan, harga jual yang telah ditentukan dikurangi dengan laba

yang diharapkan, maka perusahaan dapat menentukan tingkat biaya

yang diharapkan untuk menghasilkan produk yang diinginkan.

d. Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk

mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk menurunkan biaya

produk, yaitu semua upaya yang dianggap perlu untuk memodifikasi

produk perusahaan dengan biaya yang lebih rendah dengan tetap

disertai upaya memberikan nilai yang optimal kepada pelanggan.

e. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk

terus menurunkan biaya, kaizen costing berarti metode perhitungan

biaya dimana diupayakan secara terus menerus mencari cara baru

untuk menurunkan biaya dalam proses pemanufakturan produk

dengan desain dan fungsionalitas yang ada.

3. Metode Pengurangan Biaya dalam Target Costing

Menurut Hansen & Mowen (2009: 361-362), ada tiga metode yang bisa

digunakan untuk pengurangan biaya dalam target costing:

a. Rekayasa berlawanan (reverse engineering). Rekayasa berlawanan

membedah produk pesaing untuk mencari lebih banyak keistimewaan

(39)

b. Analisis nilai (value analisis). Analisis nilai berusaha menaksir nilai

yang ditempatkan pada berbagai fungsi produk oleh pelanggan.

Misalnya suatu harga yang ingin dibayar oleh pelanggan untuk suatu

fungsi khusus lebih kecil daripada biayanya, maka fungsi tersebut

mungkin akan dihapus.

c. Perbaikan proses (process improvment). Perbaikan proses digunakan

untuk mengidentifikasi aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas

yang tidak bernilai tambah. Pengurangan biaya dapat dilakukan

dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah.

G. Value Engineering

Value engineering adalah evaluasi sistematis atas semua aspek fungsi bisnis

rantai-nilai, dengan tujuan mengurangi biaya sambil memuaskan kebutuhan

pelanggan. Rekayasa nilai dapat menghasilkan perbaikan desain produk,

perubahan spesifikasi bahan atau modifikasi proses (Hongren et al., 2005: 502).

Rekayasa digunakan dalam perhitungan biaya berdasarkan target untuk

menurunkan biaya produk dengan cara menganalisis trade off antara jenis

fungsionalitas produk yang berbeda-beda dan total biaya produk (Blocher et al.,

(40)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, dimana penelitian

dilakukan terhadap objek penelitian secara langsung. Penelitian ini dilakukan

dengan cara mengumpulkan data-data di perusahaan yang ada kaitannya dengan

objek yang diteliti. Hasil yang diperoleh hanya berlaku untuk objek tertentu dan

dalam waktu tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Gula Madukismo Padokan,

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul,Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2012.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah orang atau perusahaan yang terlibat langsung

dalam penelitan dan berperan sebagai pemberi informasi yang

berhubungan dengan objek penelitian, yaitu:

a. Kepala bagian produksi

b. Kepala bagian akuntansi

(41)

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah data-data tahun 2011 yang berhubungan

dengan perhitungan harga pokok produksi di perusahaan antara lain:

a. Biaya bahan baku

b. Biaya tenaga kerja

c. Biaya overhead pabrik

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang diteliti.

2. Wawancara

Mengadakan wawancara secara langsung kepada kepala bagian mengenai

data yang diperlukan dalam penelitian berkaitan dengan informasi biaya

produksi.

3. Dokumentasi

Mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang berkaitan

(42)

E. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu “Apakah

perusahaan telah menerapkan target costing dalam penentuan harga pokok

produksi?”, maka dapat diketahui dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan:

Menghitung data biaya produksi yang terdiri dari:

a. Biaya bahan baku

b. Biaya tenaga kerja

c. Biaya overhead pabrik yang dianggarkan terdiri dari:

1) Biaya bahan penolong

2) Biaya tenaga kerja tidak langsung

3) Biaya penyusutan mesin

4) Biaya penyusutan bangunan

5) Biaya asuransi

6) Biaya perawatan

7) Biaya listrik

Rumus tarif BOP untuk tiap produk:

d. Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan.

2. Perhitungan menggunakan target costing:

1) Menentukan harga target (target price)

2) Menetapkan laba yang diharapkan (target profit)

(43)

3. Melakukan evaluasi terhadap penentuan harga pokok produksi yang

dilakukan perusahaan, dengan membandingkan biaya produksi dengan

target cost. Jika biaya produksi lebih besar dari target cost maka

perusahaan tersebut belum menerapkan target costing dalam penentuan

harga pokok produksi.

Untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu “Bagaimana penerapan

target costing dalam penentuan harga pokok produksi?“, maka penulis

menggunakan analisis sebagai berikut:

1. Setelah target cost diperoleh maka selanjutnya akan dibandingkan biaya

produksi menurut perusahaan dengan target cost, jika dari hasil

perbandingan antara target cost dengan biaya produksi menurut

perusahaan terdapat selisih dimana biaya produksi menurut perusahaan

lebih besar daripada target cost maka perusahaan perlu melakukan usaha

untuk mengefisiensikan atau pengurangan biaya agar target cost dapat

tercapai.

2. Agar target cost dapat dicapai, maka perusahaan dapat menggunakan

value engineering, dengan melakukan menghapuskan biaya yang tidak

bernilai tambah, melakukan survei pada produk pesaing untuk dikaji atau

(44)

27

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Pabrik Gula Madukismo atau PG. Madukismo telah berdiri sejak zaman

pemerintahan Hindia Belanda, pada saat itu terdapat kurang lebih 17 pabrik gula

yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain PG. Padokan, PG. Ganjuran,

PG. Kedaton, PG. Melati, PG. Cebongan, PG. Mendari, PG. Gesikan dan lain

sebagainya. Semua perusahaan tersebut dipegang oleh pemerintahaan Hindia

Belanda.

Pada tahun 1942, tentara Jepang masuk ke Indonesia dan mengambil alih

seluruh pabrik gula tersebut. Karena pada saat itu situasi masih terjadi

peperangan, maka dari 17 pabrik gula yang ada di Yogyakarta, hanya tersisa 12

pabrik yang masih aktif beroperasi. Namun keduabelas pabrik tersebut tidak

semuanya menggiling tebu, karena lahan pertanian untuk menanam tebu telah

digunakan oleh tentara Jepang untuk menanam tanaman selain tebu. Keadaan ini

berlangsung sampai diproklamasikan kemerdekanaan Republik Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu pemerintah Republik Indonesia merebut

kembali semua pabrik gula dari tangan Jepang dan dibumihanguskan hingga

hanya tertinggal puing-puingnya.

PT. Madubaru didirikan pertengahan tahun 1955 tepatnya pada tanggal 14

Juni dengan akte pendirian nomor 11, notaris Raden Mas Soerjanto Partaningrat,

(45)

IX. Pada tanggal 29 Mei 1958 pabrik gula ini diresmikan oleh presiden RI

pertama, Ir. Soekarno dan telah mendapat pengesahaan dari Menteri Kehakiman

Republik Indonesia Nomor J.A 5683 tanggal 10 Agustus 1958 mengenai anggaran

dasar perusahaan, setelah pabrik tersebut diresmikan pada tahun 1958, pabrik gula

mulai beroperasi, karena pabrik gula ini baru pertama kali berproduksi, maka

operasinya belum lancar oleh karena itu peralatan dan mesin-mesin serta

teknisinya masih bekerjasama dengan pemerintah Jerman timur. Namun akhirnya

tebu yang siap digiling terpaksa dialihkan ke pabrik gula Gondang Baru di Klaten.

Untuk mengatasi hal tersebut beberapa mesin disempurnakan pengoperasiannya

dan menambah tenaga kerja yang terlatih untuk menanganinya.

PG. Madukismo dapat beroperasi dengan lancar dan sempurna pada tahun

1960 atau kurang lebih 2 tahun setelah pendirian PG. Madukismo. Pada saat itu

kapasitas mesin dalam melakukan operasi penggilingan tebu sebesar 18.000

kwintal tebu per 24 jam. Tahun 1962 Pemerintah Republik Indonesia mengambil

alih semua perusahaan yang ada baik milik asing, swasta dan semi swasta,

sehingga pada tahun tersebut PG. Madukismo berubah status perusahaan negara.

Suatu badan dibentuk dengan tujuan memimpin pabrik-pabrik tersebut, badan

tersebut diberi nama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara

(BPUPPN). Serah terima PG. Madukismo kepada Pemerintah Republik Indonesia

dilakukan pada tanggal 11 Maret 1962 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX

selaku direktur pabrik gula PT. Madubaru.

Pada tahun 1975 PG. Madukismo mengadakan ekspansi dan

(46)

sehingga kapasitasnya dapat melebihi kapasitas sebelumnya. Pada tahun 1984 atas

persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX PG. Madukismo kembali

dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu di bawah departemen

pertanian dan departemen perkebunan dengan minyak PT. Rajawali Nusantara

Indonesia untuk mengadakan kontrak manajemen yang ditandatangani pada

tanggal 4 Maret 1984 oleh direktur utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia yaitu

Mohammad Yusup dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, selaku pemegang sero

terbesar. Kontrak tersebut selama 10 tahun sampai tahun 2004. Pada tahun 1998

sesuai akta perubahaan nomor 1 tertanggal 7 September 1998, notaris Dara

Wardhani, SH, P2G Madubaru berubah menjadi PT. Madubaru.

B. Lokasi Perusahaan

PT. Madubaru menempati lahan seluas 185.572 m2, yang berkantor pusat di

Padokan Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa faktor yang mempengaruhi

pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:

1. Lokasi berdekatan dengan kota, sehingga memperlancar pengadaan

alat-alat yang dibutuhkan.

2. Lokasi berdekatan dengan daerah penghasil bahan baku utama sehingga

kelancaran proses produksi dapat dijaga.

3. Lokasi berdekatan dengan sumber air sungai untuk kebutuhan pabrik,

terutama air pengisi ketel dan proses.

(47)

5. Areal sekitar tanah pabrik daerah bantul sangat cocok untuk tanaman tebu

dan alat angkut tebu yang menggunakan lori saat musim hujan.

C. Struktur organisasi

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Madubaru adalah struktur

organisasi lini, dimana tugas berjalan dai puncak pimpinan sampai ke bawah,

sedangkan tanggungjawab berjalan dari bawah ke atas menurut lini vertikal, hal

dapat dilihat gambar 4.1.

(48)

Fungsi dan tugas masing-masing jabatan di PT. Madubaru adalah sebagai berikut:

3. Direktur

Fungsi: mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan

kebijakan rapat umum pemegang saham.

Tugas:

a. Merumuskan tujuan perusahaan.

b. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan.

c. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan.

d. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran

tahunan.

e. Menetapakan rancangan anggaran perusahaan yang diusulkan kepada

rapat umum pemegang saham.

4. Satuan Pengawasan Intern

Tugas dan wewenang:

a. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan

pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi.

b. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan

perusahaan atas persetujuan direktur.

c. Melakukan audit investigasi terhadap aspek yang dapat menimbulkan

kerugian bagi perusahaan.

d. Dalam rangka penugasan memiliki akses penuh terhadap seluruh

(49)

e. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta

menetapkan teknik-teknik audit.

f. Memperoleh bantuan kerja sama dari semua personel di unit-unit

perusahaan pada saat melakukan pengawasan juga jasa-jasa khusus

dari dalam maupun luar perusahaan.

g. Menjadi counterpart bagi auditor eksternal dalam melaksanakan

tugasnya.

5. General Manager

Fungsi: mengelola perusahaan secara keseluruhan sesuai dengan kebijakn

yang telah ditetapkan oleh direktur.

Tugas:

a. Merumuskan sasaran dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan.

b. Menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan.

c. Menetapkan ketentuan-ketentuan pelaksanaan kebijakan direksi.

d. Membantu direksi dalam menyusun rencana jangka panjang

perusahaan.

e. Melaksanakan kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran tahunan.

6. Kepala Bagian Tanaman

Fungsi: membantu general manager dalam melaksanakan kebijakan direksi

dalam bidang penanaman, serta kegiatan lain yang menyangkut

persediaan tebu sebagai bahan baku pabrik gula dan memimpin

seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan

(50)

Tugas:

a. Membantu general manager dalam melaksanakan kebijakan direksi

dan penetapan rencana dan pelaksanaan penanaman bibit tebu dan

produktivitas tebu giling.

b. Membantu general manager dalam melaksanakan pencapaian target

penanaman bibit tebu dan tebu giling.

c. Membantu general manager dalam menetapkan komposisi jenis tebu,

jadwal penanaman, tebang dan angkutan tebu.

7. Kepala Bagian Pabrik Gula

Fungsi: mengolah gula dan memimpin seksi-seksi yang ada di bawah

wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

Tugas:

a. Melaksanakan rencana produksi gula.

b. Mengamati mutu, menimbang dan membungkus gula.

c. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi

gula.

8. Kepala Bagian Instalansi

Fungsi: membantu kepala bagian pabrik gula dan spiritus dalam

melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam

pengoperasian, pemeliharaan, dan reparasi mesin dan penyediaan

(51)

bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

Tugas:

a. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk memenuhi

kebutuhan pabrik.

b. Mempertahankan operasi.

c. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman melakukan pengelolaan,

pemeliharaan dan reparasi lori dan loko, pompa air dan traktor.

d. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua

bagian, dalam pengadaan barang teknis keperluan perusahaan.

9. Kepala Bagian Pabrikasi

Fungsi: membantu kepada bagian pabrik gula dan spiritus dalam

melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan manajer dalam

pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada di

bawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan.

Tugas:

a. Melaksanakan rencana produksi gula.

b. Mengawasi mutu, penimbangan dan pembungkusan gula.

c. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi

(52)

10.Kepala Bagian Spiritus

Fungsi: Mengolah spiritus atau alkohol serta memimpin seksinya untuk

mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Tugas:

a. Melaksanakan rencana produksi spiritus atau alkohol.

b. Mengawasi mutu spiritus atau alkohol.

c. Mengendalikan produksi spiritus atau alkohol untuk memenuhi target

produksi.

11.Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan

Fungsi: melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan general manager

dalam bidang keuangan, anggaran serta memimpin divisi

akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan

perusahaan.

Tugas: menjalankan kebijakan direksi dan ketentuan general manager

dalam bidang keuangan, pengolahan, dan akuntansi perusahaan.

12.Kepala Bagian SDM dan Umum

Fungsi: melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan general manager

dalam bidang personalia, bertanggungjawab kepada administrator

dan mengkoordinir setiap pengelolaan tenaga kerja dan

kesejahteraan karyawan serta mempersiapkan SDM yang

(53)

13.Kepala Bagian Pemasaran

Fungsi: melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan general manager

dalam bidang pemasaran serta memimpin divisi pemasaran untuk

mencapai sasaran dan tujuan perusahaan.

Tugas:

a. Menyusun strategi pemasaran.

b. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT.

Madubaru.

c. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses

penagihan.

d. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran.

e. Menilai prestasi kerja staf pemasaran.

D. Bagian personalia

1. Penggolongan karyawan

Pengolongan karyawan pada Pabrik gula madukismo dibagi menjadi 2

golongan yaitu:

a. Karyawan Tetap

- Karyawan non staf

Karyawan non staf diikat dengan perjanjian secara perorangan.

Statusnya adalah pegawai tetap, pegawai staf dibagi menjadi dua

(54)

- Karyawan pelaksana

Karyawan pelaksana diikat dengan suatu perjanjian secara kolektif

dan statusnya hampir sama dengan pegawai non staf.

b. Karyawan Tidak Tetap, terdiri dari :

- Karyawan kerja waktu tertentu (KKWT)

Karyawan ini hanya bekerja pada musim giling dan jumlahnya tidak

tetap tergantung kebutuhan produksi yang dilaksanakan.

- Karyawan borongan

Karyawan ini dipekerjakan apabila perusahaan memerlukan tenaga,

tetapi jika tidak diperlukan dapat diberhentikan sewaktu-waktu dan

boleh melamar lagi jika perusahaan membutuhkan..

2. Sistem pengaturan jam kerja

Sistem pengaturan jam kerja yang berlaku dalam PG. Madukismo ini

dibagi menjadi dua yaitu:

a. Di luar giling

Hari senin-kamis jam 06.30-15.00

Jam istirahat jam 11.30-12.30

Hari jumat-sabtu jam 06.30-11.30

b. Dalam masa giling

- Karyawan yang tidak berkaitan dengan proses produksi berlaku

ketentuan jam kerja di atas.

- Bagi karyawan yang terkait dengan proses produksi berlaku

(55)

Regu pagi jam 06.30-14.00 WIB

Regu siang jam 14.00-22.00 WIB

Regu malam jam 22.00-06.00 WIB

3. Sistem pengupahan

Sistem pengupahan yang diterapkan pada pabrik adalah sebagai berikut:

a. Upah Bulanan

Sistem pengupahaan tiap bulan berlaku bagi karyawan tetap.

b. Upah Mingguan

Sistem pengupahaan minggu berlaku bagi karyawan tidak tetap.

c. Upah Harian

Sistem pengupahaan tiap hari berlaku bagi karyawan borongan.

4. Jaminan Sosial

Jaminan sosial yang diberikan PG. Madukismo kepada karyawannya

antara lain:

a. Tunjanagan Hari Raya

Tunjangan gaji kepada karyawan tetap berupa tambahan gaji atau upah

sebanyak satu bulan gaji.

b. Tunjangan Kecelakaan Kerja

Tunjangan kecelakaan kerja kepada karyawan tetap dan tidak tetap.

c. Tunjangan Kesehatan

Tunjangan ini ditujukan bagi seluruh karyawan berupa pelayan

(56)

- Bagi karyawan tetap, pelayanan untuk satu orang istri dan tiga orang

anak.

- Bagi karyawan tidak tetap pelayanan terbatas pada karyawan itu

saja.

d. Tunjangan lain-lain

Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya

perusahaan memberikan fasilitas berupa:

- Rumah dinas dengan fasilitas listrik dan air.

- Biaya pengobatan baik rawat inap maupun rawat jalan ditanggung

100% oleh perusahaan.

- Sarana olahraga, meliputi tenis lapangan, tenis meja, sepak bola dan

lain-lain.

- Rekreasi bersama setelah giling.

- Tempat peribadatan.

- Pembeian penghargaan bagi karyawan yang masa kerjanya 25 tahun.

- Bantuan kepada putra-putri karyawan berprestasi dari nilai EBTA.

- Pendidikan taman kanak-kanak.

- Koperasi karyawan.

E. Bagian produksi 1. Bahan baku

Dalam produksi gula bahan baku utama yang digunakan adalah tebu,

sedangkan bahan pembantu yang diperlukan meliputi batu gamping dan

(57)

2. Alat-alat yang digunakan

Dalam proses produksi pabrik gula menggunakan alat-alat sebagai berikut:

a. Unigenerator Merk IV dan Cane Knife yang digabungkan dengan 5

buah gilingan yang masing-masing terdiri dari 3 rool dengan ukuran

36” dan 64”. Alat ini berfungsi untuk memisahkan antara bagian padat

dengan bagian cairannya.

b. Alat pengendap berfungsi sebagai alat untuk proses permurnian nira.

c. Pesawat penguap nira berfungsi sebagai alat untuk proses penguapan

nira.

d. Alat pendingin berfungsi untuk membantu dalam proses kristalisasi.

e. Putaran gula, berfungsi untuk memisahkan gula dengan larutannya

(stroop).

f. Alat penyaring gula berfungsi untuk memisahkan gula halus, gula

kasar dan gula normal.

3. Proses Produksi

Pabrik ini memproduksi produk utama yaitu gula pasir dengan kualitas

Super High Sugar IA (SHS) atau gula kristal putih. Mutu produksi di

pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).

Proses pengolahan tebu menjadi gula perlu melalui tahapan-tahapan

sebagai berikut:

a. Pemerahan nira

Tebu yang telah ditebang dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan

(58)

mentah) melalui alat-alat yang berupa unigenetator merk IV dan cane

knife digabung dengan 5 buah gilingan masin-masin terdiri atas 3 rol.

Dengan ukuran 36” x 64”. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu

untuk bahan baku stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah

akan dikirim ke bagian pemurnian nira untuk proses lebih lanjut,

untuk mencegah kehilangan gula akibat bakteri yang dilakuan sanitasi

di statiun gilingan.

b. Pemurnian nira

Nira mentah ditimbang lalu dipanaskan dengan suhu 700-750 C dan

direaksikan dengan susu kapur dalam defektator kemudian diberi gas

SO2 dalam peti sulfitasi sampai ph 7,00 kemudian dipanaskan lagi

sampai suhu 1000-1050 C. Kemudian kotoran diendapkan dalam alat

pengendap dan nira kotor dari penguapan disaring dengan

menggunakan rotary vacuum filter atau alat penapis hampa sedangkan

endapan padatnya (blotong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar

gula dalam blotong itu di bawah 2%, sedangkan nira jernihnya

dikirim ke stasiun penguapan.

c. Penguapan nira

Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem

Quadruple Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat

dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan, terlarut

16% dapat naik menjadi 62% hal ini yang disebut dengan nira kental

(59)

5.990 m. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai

bleaching atau pemucatan dan siap dikristalisasi.

d. Kristalisasi

Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan

kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang

dipakai yaitu ACD dimana gula A sebagai produk, sedangkan gula C

dan gula D dipakai sebagai bibit (seed) serta sebagian lagi dilebur

untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan

vakum sebesar 65 CmHg, sehingga suhu didihnya hanya 650C, jadi

sakrosa tidak rusak akibat suhu panas yang tinggi. Hasil masakan

berupa campuran kristal gula dan larutan (stroop) sebelum dipisahkan

diputaran gula lebih dahulu didinginkan pada palung pendingin

(kultrog)

e. Putaran gula

Alat ini berfungsi memisahkan gula dengan larutannya dengan cara

centrifugal. Putaran gula yang tersedia adalah:

- 3 buah broadbent48” x 30” untuk masakan A.

- 6 buah batch sangerhausen untuk gula A.

- 2 buah broadbent untuk gula SHS.

- 3 buah batch sangerhausen untuk induk gula SHS.

- 1 buah BMA kartu utang 1100 untuk gula C.

- 2 buah FC 1000 untuk gula C.

(60)

- 1 buah WS CC6 untuk gula D1.

- 1 buah BMA K 850 untuk gula D1.

- 1 buah BMA K2300 untuk gula D1.

- 3 buah BMA K 850 untuk gula D2.

f. Penyelesaian dan gudang gula

Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan

antara gula halus, gula kasar dan gula normal, kemudian dikirim ke

gudang gula dan di kemas dalam karung plastik. Kemasan yang di

gunakan PG. Madukismo memiliki 2 jenis yaitu kemasan 1 kg dan

kemasan bulk (50 kg), jenis plastik yang digunakan adalah

polipropoline (PP) yang terdapat merk. Kemasan bulk (50 kg) biasa

disebut gula curah yang memiliki ukuran kristal yang tidak sama atau

tidak seragam, sedangkan kemasan plastik 1 kg atau 0,5 kg memiliki

ukuran gula yang seragam.

F. Bagian pemasaran

1. Produk yang dihasilkan

Untuk gula pasir yang berkualitas, PG Madukismo menetapkan standar

mutu dengan membentuk berwarna putih, kering dan butirannya yang agak

(61)

2. Proses distribusi

Proses distribusi yang digunakan perusahaan untuk memasarkan hasil

prroduknya adalah:

- Produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen.

- Produsen – distributor – pedagang besar – pengecer – konsumen.

3. Lingkup pemasaran

Lingkup pemasaran PG. Madukismo meliputi Daerah Istimewa

Yogyakarta, Solo, Semarang, Purwokerto, Jawa Tengah dan Jakarta.

4. Penetapan harga jual

Penetapan harga jual PG. Madukismo sewaktu-waktu dapat ditinjau

kembali sesuai dengan perkembangan harga gula pasir di pasaran. Dalam

hal ini penentuan harga ditentukan pada berbagai tingkat harga dengan

tidak mengabaikan biaya produksinya, secara rasional harga yang dipilih

adalah tingkat harga yang dapat memberikan laba maksimal bagi

(62)

45

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan PG. Madukismo maka

akan dilakukan analisis dengan menggunakan teori yang ada. Analisis ini

dilakukan untuk menerapkan target costing dalam penentuan harga pokok

produksi untuk mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan

target cost dengan cara menentukan target price dan target profit. Hasil analisis

ini kemudian akan digunakan untuk mengefisiensikan biaya produksi perusahaan.

A. Penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan

Dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan PG. Madukismo

mengumpulkan biaya-biaya yang terjadi dalam proses pengolahan bahan baku

menjadi produk jadi. Biaya-biaya produksi tersebut terdiri dari biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, untuk mengetahui lebih

jelas mengenai penentuan harga pokok produksi yang dilakukan oleh PG.

Madukismo maka akan dideskripsikan elemen-elemen biaya pembentuk harga

pokok produksi berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan.

1. Biaya Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi gula oleh PG.

Madukismo adalah tebu. Bahan baku diperoleh dengan membeli tebu dari

petani dan bekerjasama dengan petani yang memiliki lahan sawah dengan

sistem bagi hasil. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli tebu dari petani

sebesar Rp 33.355.502.297,26. Proses penanaman tebu membutuhkan bibit

(63)

tebu petani juga membutuhkan biaya pompa air dan hama yaitu sebesar

Rp 699.293.962,12, biaya laboratorium proteksi sebesar Rp 48.175.767,77

serta biaya tebang dan muatan tebu sebesar Rp 1.820.000.000,00. Berikut ini

biaya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi:

Tabel 5.1 Biaya Bahan Baku Gula Pasir Tahun 2011 (dalam rupiah)

Jenis Biaya Biaya Bahan Baku

Tebu giling 33.355.502.297,26 Pembibitan 392.610.824,08 Tebang dan muatan tebu 1.820.000.000,00 Pompa air dan hama 699.293.962,12 Laboratorium proteksi 48.175.767,77

Total Biaya Bahan Baku 36.315.582.851,22

Sumber: PG. Madukismo

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja adalah upah dari tenaga yang mengerjakan proses

produksi. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan

tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses

produksi adalah karyawan pelaksana, karyawan KKWT dan imbalan

penggarap pembibitan, sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah

karyawan pimpinan. Jumlah biaya tenaga kerja langsung sebesar

Rp 17.323.602.546,22 dan jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar

Rp 4.387.667.373,96.

Tabel 5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Gula Pasir Tahun 2011 (dalam rupiah)

Jenis biaya Biaya Tenaga kerja langsung

Gaji karyawan pelaksana 10.374.761.384,72 Gaji karyawan KKWT 6.933.527.808,50 Imbalan penggarap tanah (PBB) 15.313.353,00

Jumlah 17.323.602.546,22

(64)

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik yang dianggarkan untuk proses produksi PG.

Madukismo selama tahun 2011 adalah sebesar Rp 36.919.871.000,00 dan

anggaran volume produksi tahun 2011 13.394.000 kg, Rincian anggaran

biaya overhead pabrik terdiri dari:

Tabel 5.3 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Gula Pasir Tahun 2011 (dalam rupiah)

Uraian Jumlah Biaya

Bahan penolong:

Bahan pembantu pabrikasi 1.368.529.000,00 Bahan bakar 9.621.451.000,00 Bahan dan peralatan 816.052.000,00 Pembungkus gula kemasan 3.375.895.000,00 Tenaga kerja tidak langsung 4.877.421.000,00 Jaminan sosial pegawai 3.087.704.000,00 Pesangon pensiun dan hadiah 844.200.000,00 Perjalanan dan penginapan 302.170.000,00 Biaya diesel dan listrik 2.924.139.000,00 Biaya kantor 1.161.378.000,00 Biaya asuransi 205.020.000,00 Biaya loko dan lori 840.749.000,00 Biaya traktor 1.254.656.000,00 Pemeliharaan jalan dan jembatan 79.506.000,00 Pemeliharaan jembatan timbang 311.975.000,00 Mesin dan instalasi 1.893.030.000,00 Pemeliharaan mesin dan instalasi 10.606.092.000,00 Pemeliharaan gedung dan peralatan 1.647.686.000,00 Penyimpanan gula 62.298.000,00 Biaya eksploitasi angkutan motor 1.290.804.000,00 Biaya penyusutan 4.187.597.000,00 Pemakaian tetes pabrik spritus (13.670.850.000,00) Restitusi penggunaan pompa air (45.012.000,00) Restitusi traktor (380.910.000,00)

Lain-lain 258.291.000,00

Total Anggaran Biaya Overhead Pabrik 36.919.871.000,00

(65)

Tarif BOP untuk tiap produk = Taksiran BOP yang dianggarkan

Taksiran unit produksi

= Rp 36.919.871.000,00

13.394.000 kg

= Rp 2.756,00

Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk sebagai berikut:

= Tarif BOP per satuan x jumlah produksi

= Rp 2.756,00 x 12.698.339 kg

= Rp 35.002.317.291,00

4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan

Berdasarkan penentuan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik yang dilakukan oleh perusahaan, maka perhitungan harga pokok

produksi PG. Madukismo adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp 36.315.582.851,22

Biaya tenaga kerja langsung 17.323.602.546,22

Biaya overhead pabrik 35.002.317.291,00 +

Total biaya produksi Rp 88.641.502.688,35

(+) Persediaan awal gula pasir 37.751.471.370,33 +

Rp 126.392.974.058,68

(-) Persediaan akhir gula pasir (17.684.953.055,97)

Rp 108.708.021.002,71

Pemakaian sendiri (475.251.331,00)

(66)

Berdasarkan data di atas, PG. Madukismo menentukan besarnya harga pokok

dari gula yang diproduksi pada tahun 2011 adalah dengan cara membagi total

harga pokok produksi dengan banyaknya jumlah gula yang diproduksi. Jumlah

gula yang diproduksi oleh PG. Madukismo adalah sebesar 12.698.339 kg.

Harga Pokok Produksi per kg = HPP

Total produksi (kg)

Harga Pokok Produksi per kg = Rp 108.232.769.671,71

12.698.339 kg

Harga Pokok Produksi per kg = Rp 8.523,00

B. Analisis Data

Setelah melakukan analisis penentuan harga pokok produksi menurut

perusahaan maka selanjutnya penulis akan melakukan perhitungan target costing

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pesaing

PG. Madukismo sebenarnya memiliki pesaing yang cukup banyak, adapun

pesaing PG. Madukismo di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain Gulaku,

Ragula dan Gunung Madu. Berdasarkan survei produk Gunung Madu

merupakan pesaing yang tepat, karena harganya lebih rendah apabila

dibandingkan dengan produk milik PG. Madukismo yaitu merek MK.

Persaingan ini disebabkan elastisitas permintaan gula, dimana pada tahun

2010 jumlah permintaan gula adalah sebesar 11.121.625 kg dengan harga

(67)

10.500.059 kg dengan harga Rp 9.200,00, maka elastisitas permintaan dapat

dihitung sebagai berikut:

Elastisitas permintaan = perubahaan persentase jumlah permintaan

Perubahaan persentase harga

Elastisitas permintaan = (11.121.625 - 10.500.059)/11.121.625

(Rp 8.900,00 – Rp 9.200,00)/Rp 8.900,00

Elastisitas permintaan = 0,06

0,03

Elastisitas permintaan = 2

Berdasarkan sifat elastisitas permintaan apabila elastisitas > 1, maka

permintaan gula pasir PG. Madukismo dapat dikatakan elastis yaitu

perubahan harga akan menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan

dalam perbandingan yang lebih besar.

2. Harga jual

Menurut bagian pemasaran harga jual yang PG. Madukismo sebelum

menetapkan target costing adalah Rp 9.200,00, sedangkan harga jual gula 1

kg merek Gunung Madu adalah Rp 9.100,00 data ini diperoleh dari

wawancara pada beberapa pedagang dan survei pasar.

3. Penentuan harga jual produk menurut perusahaan (target price)

Sebelum menentukan harga jual, langkah yang dilakukan adalah melakukan

survei pasar. Menurut hasil riset yang dilakukan perusahaan, harga pasar

Gambar

Tabel 5.1 Biaya Bahan Baku Gula Pasir..................................................
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Madubaru........................................
Gambar 4.1 struktur organisasi PT. Madubaru
Tabel 5.1 Biaya Bahan Baku Gula Pasir Tahun 2011 (dalam rupiah)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, ditujukan untuk tiga hal, yaitu: 1) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air, 2) menciptakan aspek

Pemodelan pasang surut laut tersebut disimulasikan selama 1 bulan yang menghasilkan komponen harmonik pasang surut laut dengan mencuplik pada lokasi 6 titik

 Nilai ITK provinsi Sulawesi Selatan pada Triwulan IV-2017 diperkirakan sebesar 101,44 yang artinya kondisi ekonomi konsumen triwulan depan dianggap tetap lebih baik dari

Dengan proses yang berbeda akan dihasilkan jenis teh yang berbeda, diantaranya yaitu teh hijau (diproses tanpa fermentasi) dan teh hitam (diproses dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Minimum Spanning Tree (MST) dengan menggunakan Algoritma kruskal yang diringkas menggunakan

Dengan adanya perubahan tersebut, maka susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) akan berubah pula. Perubahan SOTK tersebut telah dituangkan ke dalam Peraturan Bupati

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai jenis auksin alami, persentase setek hidup bibit tanaman buah naga tertinggi pada perlakuan air kelapa dan