POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI :
PENGEMBANGAN AIR INFLATED STRUCTURE
SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA
M. Ikhsan Setiawan1, Hery Budiyanto2, Fredy Kurniawan3, Sri Wiwoho M4 dan
Ronny D. Nasihien5
1Universitas Narotama, ikhsan01@yahoo.com
2Universitas Merdeka Malang, budiyantohery@yahoo.com 3Universitas Narotama, fredy.success@yahoo.com 4Universitas Narotama, sriwiwoho.ubraw@gmail.com 5Universitas Narotama, dnash.arsitek@gmail.com
ABSTRAK
Visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia harus memperhatikan potensi bencana tsunami. Sepanjang tahun 1629-2014, Indonesia dilanda 174 tsunami dimana 60 persen di kawasan Indonesia Timur. UNDP PBB menyatakan kesiapan menghadapi bencana akan meminimalisir dampak merugikan melalui pencegahan yang efektif, rehabilitasi dan pengiriman bantuan tepat waktu. Solusi tepat menyelesaikan problem penampungan korban bencana dalam waktu cepat, biaya murah dan dapat menampung dalam jumlah banyak adalah air inflated structure. Air inflated structure sebelum dan sesudah bencana disimpan dengan volume penyimpanan kecil, bahan struktur (0.55mm PVC
Terpaulin) mudah dilipat dan cepat diangkut ke daerah bencana menggunakan
truk/pickup. Tujuan Penelitian adalah merencanakan, membuat dan menguji protitipe tenda air inflated structure sebagai fasilitas tanggap bencana guna memenuhi aspek kekuatan, kecepatan, efektifitas dan kenyamanan penampungan korban bencana. Metode Penelitian menggunakan Metode Eksperimen, diawali dengan perancangan, pembuatan dan pengujian prototipe tenda meliputi (1) uji kekuatan dan ketahanan bahan terhadap cuaca (2) uji meterial yang paling efektif guna komponen struktur (3) uji kecepatan pembuatan, pengangkutan, perakitan, pemasangan, pembongkaran (4) uji kenyamanan korban bencana. Pengujian dilakukan di Lab Universitas Narotama dan Lab Universitas Merdeka Malang serta Uji Lapangan Kabupaten Blitar, terbukti memberikan hasil yang handal dan memuaskan meliputi kuat uji tarik hingga 218,3 kg, daya tahan bahan hingga >700C, kecepatan instalasi pemasangan dan pembongkaran menjadi lebih efektif dan efisien serta kenyamanan dalam ruangan suhu maksimum 350C. Air inflated structure diharapkan menjadi prototipe tenda korban bencana skala nasional, dapat juga berfungsi sebagai Rumah Sakit Darurat dan Sekolah Darurat. Kata Kunci : Bencana Tsunami, Mitigasi Bencana, Air Inflated Structure, Penampungan Korban Bencana
Kode Bidang Judul Makalah Instansi/Institusi Penulis 1 Penulis 2 Penulis 3 Penulis 4 Penulis 5 3
STRUKTUR
POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI : PENGEMBANGAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA UNIVERSITAS NAROTAMA M. Ikhsan Setiawan Hery Budiyanto Fredy Kurniawan Sri Wiwoho M. Ronny D. Nasihien
1. PENDAHULUAN
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan bencana alam di Indonesia selama ini lebih banyak terjadi dan terkonsentrasi di Jawa. Sejak tahun 2002 hingga sekarang, lebih dari 50 persen bencana terjadi di Jawa. Pada tahun 2011, dari 2.066 kejadian bencana, sekitar 827 bencana (40%) terjadi di Jawa. Tahun 2012, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan press realease yang menyatakan beberapa lokasi di pulau Jawa sangat beresiko mengalami bencana alam, sehingga sangat patut mempersiapkan mitigasi bencana secara benar dan baik. Antara lain potensi gempa di Selat Sunda, Selatan Jawa Barat, serta gempa di sesar Cimandiri, sesar Lembang Jawa Barat dan Bali. Kemudian aktivitas Krakatau serta 23 gunung lain yang berstatus Waspada dan Siaga. Potensi banjir longsoran material erupsi Merapi mencapai 120 juta kubik. Bencana lumpur Porong Sidoarjo yang masih belum selesai, serta belum adanya kepastian penghitungan volume sumber lumpur yang masih terus keluar dari dalam bumi. Namun bencana pada tahun 2011 didominasi oleh aktivitas hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, puting beliung, dan gelombang pasang. BNPB mencatat setidaknya sepanjang 2011 telah terjadi 1.598 bencana, dan 1.598 di ataranya (75 persen) adalah hidrometeorologi dengan prosentase banjir (403 kejadian), kebakaran (355), dan puting beliung (284). Bencana itu telah menimbulkan korban meninggal dan hilang 834 orang, dan 325.361 orang lainnya dilaporkan menderita dan harus mengungsi. Selain merenggut nyawa ratusan orang, bencana yang terjadi selama 2011 itu juga menyebabkan kerugian material. Tercatat, 15.166 unit rumah penduduk rusak berat, 3.302 rusak sedang, dan 41.795 unit rusak ringan. Sedangkan bencana geologi seperti gempa bumi terjadi 11 kali atau 0,7 persen, tsunami (1 kali atau 0,7 persen) dan gunung meletus (4 kali atau 0,2 persen). Dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi 5 orang meninggal dan rumah rusak sebanyak 7.251 unit. Tingginya intensitas bencana tersebut khususnya di Jawa memerlukan mitigasi bencana secara benar, baik, cepat dan efektif. UNDP dalam Program Pelatihan ”Kesiapan Tanggap Bencana” memberikan arahan bahwa kesiapan menghadapi bencana akan meminimalisir akibat-akibat yang merugikan melalui tindakan pencegahan yang efektif, rehabilitasi dan pemulihan serta pengiriman bantuan dan pertolongan secara tepat waktu. Bantuan dan pertolongan antara lain dimaksudkan agar korban bencana yang jumlahnya cukup banyak segera dapat ditampung dalam bangunan yang layak huni dan nyaman. Penampungan penduduk korban bencana dan penempatan fasilitas darurat banyak menggunakan tenda dan bangunan darurat yang dibangun menggunakan sistem struktur dan teknologi konvensional antara lain tenda dengan rangkan terbuat dari baja yang memerlukan waktu lama serta biaya yang besar. Salah satu solusi tepat untuk memecahkan masalah penampungan penduduk korban bencana yang dapat dibangun dengan waktu yang cepat (kurang dari 1 hari), biaya yang murah dan dapat menampung penduduk dengan jumlah banyak (50 orang) adalah bangunan air
inflated structure. Bangunan air inflated structure sebelum dan sesudah bencana dapat
disimpan pada gudang dengan volume penyimpanan yang kecil, karena bahan strukturnya (membran – kain) dapat dilipat dan sewaktu-waktu dapat diangkut ke daerah bencana menggunakan truk atau pickup. Bangunan air inflated structure ini diharapkan menjadi prototipe struktur yang dapat digunakan untuk penampungan penduduk korban bencana dalam skala nasional.
Terdapat 5 aspek utama yang menjadi masalah dalam penelitian ini, yaitu: a. Perancangan dan desain air inflated structure.
b. Pembuatan prototipe bangunan air inflated structure untuk penampungan korban bencana dilanjutkan uji material bangunan
c. Kecepatan dan efektivitas dalam proses pengangkutan, perakitan, pemasangan serta pembongkaran bangunan air inflated structure.
d. Tingkat kenyamanan termal dalam bangunan air inflated structure sebagai penampungan darurat di kawasan bencana.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut
a. Bagaimana perancangan dan desain air inflated structure?
b. Bagaimana pembuatan prototipe air inflated structure untuk penampungan korban bencana dilanjutkan uji material bangunan?
c. Bagaimana kecepatan dan efektivitas dalam proses pengangkutan, perakitan, pemasangan serta pembongkaran air inflated structure?
d. Bagaimana tingkat kenyamanan termal dalam air inflated structure sebagai penampungan darurat di kawasan bencana?
Penelitian ini difokuskan pada beberapa kajian sebagai berikut:
a. Perancangan serta pembuatan sistem dan komponen bangunan air inflated structure b. Pembuatan prototipe air inflated structure untuk penampungan korban bencana c. Uji laboratorium dan ujicoba penerapan air inflated structure di lokasi rawan bencana d. Peningkatkan kecepatan dan efektivitas dalam pembuatan, pengangkutan, perakitan,
pemasangan serta pembongkaran air inflated structure
e. Peningkatkan tingkat kenyamanan termal dalam air inflated structure untuk berbagai fungsi darurat di kawasan bencana
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental berupa pembuatan prototipe struktur, melakukan aplikasi uji coba terhadap berbagai variabel, antara lain pengujian pengaruh bahan membran terhadap berbagai kondisi cuaca (variabel kekuatan bahan struktur terhadap sinar matahari, dan hujan), pengujian terhadap variabel berbagai jenis sambungan dan variabel kenyamanan termal bagi orang yang menempatinya. Pelaksanaan penelitian ini pada tahun 2103 telah melakukan melalui kajian literatur, dilanjutkan dengan pembuatan desain (bentuk struktur, pola dasar lembaran membran, komponen dan elemen struktur) yang dilaksanakan di Lab. Komputer. Selanjutnya dirancang dan dibuat prototipe struktur dengan skala dengan pilihan bahan dan sistem sambungan yang paling efisien. Prototipe ini diuji (selama 1 bulan) terutama aspek kenyamanan untuk berbagai fungsi darurat, antara lain dengan setting perabot tempat penampungan sementara dan kantor tim penanggulangan bencana yang dibangun di Lapangan.
Penelitian dan pengujian terhadap sistem struktur pneumatik, antara lain dalam uji model struktur pneumatik pada tahun 1992 telah dilakukan dalam paper “Kajian dan Perancangan Bangunan dengan Konsep Struktur Pneumatik yang Ditekankan pada Aspek Teknik dan Metoda Konstruksi, Kasus Studi: Struktur Atap Pneumatik Membran Tunggal yang Ditumpu Udara pada Gedung Olah Raga” (Budiyanto, 1992) Eksperimen model struktur diperlukan untuk mengetahui perilaku struktur sesungguhnya (prototipe) dengan menggunakan replika (model) struktur yang skalanya lebih kecil. Salah satu rekomendasi penelitian tersebut adalah struktur pneumatik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan struktur bangunan konvensional, yaitu : investasi awal lebih murah, kecepatan dan kemudahan pembangunan, pemeliharaan mudah, elemen struktur dapat dilipat (ringkas) sehingga dapat disimpan dalam gudang dengan ukuran 3x3 m2. Berdasarkan kelebihan tersebut sistem struktur ini dapat dikembangkan terutama untuk kegunaan sementara seperti penggunaan untuk menampung korban bencana. Eksperimen dilanjutkan dengan Penelitian Hibah Bersaing DIKTI Tahun 2008-2010 yang menghasilkan prototipe struktur pneumatik yang ditumpu oleh udara. Prototipe ini dapat dibangun hanya dalam waktu 30 menit, bangunan seluas 150 m2 siap menampung 50 orang. Kelemahan dari prototipe ini adalah penggunaan pintu rigid yang harus kedap udara sehingga menyulitkan penduduk yang relative awam untuk membiasakan diri keluar masuk dari tenda gelembung.
Hasil riset Purwanto yang dituangkan dalam tulisan berjudul “Perkembangan Struktur Pneumatik Memperkaya Desain Arsitektur” (Purwanto, 2000) menyampaikan kemungkinan penerapan dan pengembangan struktur pneumatic di Indonesia, antara lain kondisi iklim di Indonesia, terutama masalah angin, bukanlah masalah yang berarti dan dapat diperhitungkan dengan perhitungan tekanan dalam struktur pneumatik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan struktur pneumatik di Indonesia, antara lain perilaku, kondisi sosial masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan terutama dalam pemeliharaan bangunan. Aspek keisengan masyarakat dalam memandang dan memperlakukan bangunan/fasilitas umum sering menimbulkan kerusakan. Namun, masyarakat perlu dibiasakan dan dikenalkan dengan sistem struktur baru ini sehingga dapat belajar pada satu kondisi, bentuk, perilaku atau peradaban baru.
Alain Chassagnoux dan kawan-kawan dalam “Teaching of Morphology” (Chassagnoux et.al., 2002) menjelaskan bahwa untuk mempelajari bentuk-bentuk arsitektur kontemporer yang menggunakan struktur non-konvensional. Para dosen bisa mengajak mahasiswa untuk melakukan eksperimen model sehingga mendapatkan pengalaman “membentuk” bangunan menggunakan elemen/komponen yang dirancang sendiri oleh mahasiswa. Dengan studi bentuk bangunan melalui studi geometri dan sains akan memberikan pengalaman pembentukan struktur bangunan yang sulit dilakukan dan hiperhitungkan secara matematis.
Penanganan terhadap penduduk yang menjadi korban bencama alam sangat diperlukan, antara lain dalam bentuk penampungan sementara sehingga penduduk dapat merasa aman dan nyaman berada. Selama ini penanganan penampungan penduduk dilakukan dengan menggunakan bangunan-bangunan umum (misalnya gedung pertemuan, sekolah, dan lain-lain) serta tenda-tenda daruratyang kemampuan tampungnya hanya sedikit jumlahnya (antara 10 hingga 15 orang). Pembangunan tenda dan bangunan darurat sering terhambat pelaksanaannya karena keterbatasan penyediaan dan keterbatasan jumlahnya sehingga tidak seluruh penduduk korban bencana segera dapat ditampung di tempat yang aman dan nyaman. Oleh karena itu diperlukan sarana penampungan penduduk korban bencana yang dapat menampung sejumlah besar penduduk dan dapat dibangun dalam waktu yang singkat. Penggunaan bangunan air
inflated structure merupakan salah satu solusi yang tepat mengingat sebuah tenda tiup
berukuran 6m x 10m dapat menampung 50 orang penduduk dan perlengkapan darurat lainnya. Bangunan tenda darurat berupa air inflated structure ini diharapkan dapat mempermudah pemerintah dalam menangani masalah bencana dan akan menjadi model fasilitas penanggulangan bencana pada skala lokal (Surabaya), regional (Jawa Timur) maupun nasional bahkan pada taraf internasional yang hingga kini belum banyak dilakukan penyiapan fasilitas daurat serupa. Penyebarluasan teknologi dan perlengkapan tenda darurat menggunakan bangunan air inflated structure ini pada skala nasional akan sangat membantu pihak pemerintah dan masyarakat dimana sewaktu-waktu terjadi musibah bencana akan cepat dapat teratasi masalah penampungan penduduk korban bencana tersebut.
Tabel 1: Tahapan, Luaran, dan Indikator Capaian Penelitian
Tahapan Penelitian Luaran Indikator Capaian
2013 Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Air Inflated
Structure
Prototipe Air
Inflated Structure
1 unit Prototipe Air
Inflated Structure telah
diuji Lab 2014 Pengujian dan
Pengembangan Prototipe
Air Inflated Structure di
wilayah rawan bencana
Uji Lapangan dan Pengembangan Prototipe Air
Inflated Structure
di Kab Blitar
1 unit Prototipe Air
Inflated Structure yang
telah diuji Lab dan diuji di Lapangan
Tabel 2. Variabel Dan Uji Penelitian
Variabel Cara Pengujian Alat Uji
a. Kekuatan dan ketahanan bahan membran struktur b. Efisiensi Sistem dan Komponen Struktur c. Kecepatan proses pengangkutan, perakitan, pemasangan, pembongkaran d. Kondisi termal bangunan dan kenyamanan termal pengguna untuk fungsi bangunan Penampungan Korban Bencana
Pemilihan jenis bahan membran yang paling kuat dan tahan
• uji kekuatan bahan
• uji ketahanan terhadap cuaca Pemilihan terhadap berbagai katagori untuk mendapatkan yang paling efektif. • Komponen struktur
• Jenis sambungan
• Waktu dan sistem pembuatan • Waktu dan sistem pengangkutan • Waktu dan sistem perakitan • Waktu dan sistem pemasangan • Waktu dan sistem pembongkaran
• Meneliti kondisi bangunan tenda sebelum dan selama dihuni: suhu dan kelembaban di dalam dan luar bangunan • Meneliti aspek kenyamanan termal
penghuni selama berada di dalam bangunan Uji tarik >100 kg Uji bakar >70% Kualitatif: Memperhatikan kemudahan dan efisiensi dalam membuat dan memasang Stopwatch Kuantitatif: Termometer 3. HASIL PENELITIAN
Gambar 2. Pabrikasi Tenda 21 Hari
Gambar 3. Instalasi 3menit & Pemasangan 3menit
Gambar 5. Grafik Suhu Ruangan Air Inflated Structure Desember 2013 Pengujian di Lab Teknik Sipil Univ Narotama Surabaya
Gambar 6. Grafik Suhu Ruangan Air Inflated Structure Juli 2014 Pengujian di Lab Bahan Univ Merdeka Malang
Gambar 7. Grafik Suhu Ruangan Air Inflated Structure Agustus 2014 Pengujian Lapangan di Area Kantor BUMD Kab Blitar
4. KESIMPULAN
Bangunan air inflated structure di wilayah rawan bencana sangat sesuai, disebabkan kecepatan, kemudahan dan kenyamanan dalam menampung korban bencana. Terbukti dalam Uji Laboratorium dan Uji Lapangan didapatkan hasil yang handal meliputi kuat uji tarik
hingga 218,3 kg, daya tahan material >700C, instalasi 3menit, pemasangan 3menit dan pembongkaran 3menit serta suhu dalam ruangan <350C. Bangunan air inflated structure dapat menjadi prototipe nasional sebagai Rumah Sakit Darurat dan Sekolah Darurat. Penggunaan bahan tarpaulin dan PVC sangat fleksibel dan kuat sehingga memudahkan proses pengangkutan, pemasangan dan pembongkaran kembali di wilayah rawan bencana, dalam
packaging yang simpel dan mudah digunakan. Namun penggunaan bahan tarpaulin dan PVC
pada bangunan air inflated structure memerlukan informasi atau sign agar terhindar dari bahaya kebocoran dan kebakaran akibat barang-barang yang mudah terbakar, kegiatan merokok maupun mengelas didekat area tenda
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief M, Nur (2010) Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya, Jurnal Geografi
Vol.7 No.1 ISSN 2085-191X, Universitas Negeri Semarang
2. Budiyanto, Hery (1992) Kajian dan Perancangan Bangunan dengan Konsep
Struktur Pneumatik yang Ditekankan pada Aspek Teknik dan Metoda Konstruksi, Kasus Studi: Struktur Atap Pneumatik Membran Tunggal yang Ditumpu Udara pada Gedung Olah Raga, Tesis S2, Institut Teknologi Bandung
3. Budiyanto, Hery (2007) Ujicoba Model Dan Prototipe Tenda Pneumatik Sistem
Knock Down Sebagai Bangunan Penampungan Sementara Untuk Korban Bencana, Laporan Penelitian Hibah Kompetisi A2, Teknik Arsitektur Universitas
Merdeka Malang
4. Budiyanto, Hery (2010) Pembuatan Tenda Pneumatik Sistem Knock Down Yang
Ringkas Dan Cepat Bangun Sebagai Bangunan Penampungan Sementara Untuk Korban Bencana, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2008-2010, Teknik
Arsitektur Universitas Merdeka Malang
5. Chassagnoux, Alain, et.al (2002) Teaching of Morphology, International Journal
of Space Structures, Vol.17 No. 2 & 3, Multi Science Publishing Ltd., Brendwood
(UK)
6. Dent, Roger N (1971) Principles of Pneumatic Architecture. London: Elsevier Publishing Company
7. Departemen Kesehatan, Sekretariat Jenderal (2001) Standar Minimal
Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana dan Pengungsi, Jakarta:
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan
8. Herzog, Thomas (1976) Pneumatic Structures, a handbook for the architect and
engineer. London: Crosby Lockwood Staples
9. Intent (2005) Membran Structures. Kortrijk: Intent Inc
10. Itek (2005) Air Cell Technology. Pennsylvania: Inflatable Technology-USA Inc
11. Kent, Rudolph (1994) Kesiapan Bencana: Program Pelatihan Manajemen
Bencana. Edisi Kedua. Jakarta: UNDP
12. Luchsinger, Rolf H. et.al. (2004) Pressure Indicated Stability: From Pneumatic Structure to Tensairity. Article No.JBE-2004-025, Journal of Bionic Engineering.
Vol.1. No.3, hal.141-148, Jilin University - Nanling Campus, Changchun PR
China
13. Otto, Frei (1973) Tensile Structures. Cambridge: The MIT Press
14. Priambodo, Arie (2009) Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
15. Purwanto (2000) Perkembangan Struktur Pneumatik Memperkaya Desain Arsitektur. Jurnal Dimensi Vol 28 No. 1, Universitas Kristen Petra, Surabaya
16. Salvadori, Mario (1981) Structural Design in Architecture. New Jersey: Prentice Hall Inc
17. Schodek, Daniel (1980) Structures. New Jersey: Prentice Hall. Inc
18. Schueller, Wolfgang (1983) Horizontal Span Building Structures. New York : John Wiley & Sons
19. Sugiantoro R, Purnomo H (2010) Manajemen Bencana: Respon dan Tindakan
Terhadap Bencana
20. Sukawi (2011) Struktur Membran dalam Bangunan Bentang Lebar, Jurnal Modul
Vol.11 No.1. ISSN:0853-2877, Universitas Diponegoro, Semarang
21. Zuhri, Syaifudin (2010) Dasar-dasar Tektonik: Arsitektur dan Struktur. Klaten: Yayasan Humaniora
SEMINAR NASIONAL TEKNIK SIPIL XI 2015 Sekretariat Program Studi Pascasarjana Jurusan Teknik Sipil – FTSP ITS Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya 60111 Telp. [031] 5928797 ; Fax [031] 5929507
semnas.sipil@gmail.com
Yth. Bpk/Ibu M.Ikhsan Setiawan
No urut abstrak : 7
Bidang : Struktur
Reviewer : Budi Suswanto,ST.MT,.PhD.
Di tempat Dengan hormat,
Terima kasih atas partisipasinya dalam Seminar Nasional Teknik Sipil XI-2015 dengan mengirimkan abstrak makalah. Berdasarkan keputusan reviewer, maka abstrak Bapak/Ibu dinyatakan diterima untuk dipublikasikan pada Seminar Nasional Teknik Sipil XI-2015, yang rencanannya akan diselenggarakan pada 28 Januari 2015.
Hasil review dapat dilihat pada attachment dibawah ini. Jika ada saran perbaikan dari reviewer, mohon direvisi pada saat full paper dikumpulkan.
Full paper dikumpulkan paling lambat tanggal 29 Desember 2014 jam 23.59. Full paper tersebut dapat dikirimkan melalui email: semnas.sipil@gmail.com, dengan format judul email {nomor urut abstrak(spasi)nama pemakalah(spasi)bidang makalah} dan
dimohon untuk mengikuti format makalah yang telah ditentukan dengan petunjuk
penulisan makalah terlampir pada attachment dan makalah disimpan dengan format Word-2007 document atau dibawahnya, sedangkan file presentasi harap disiapkan dalam format Powerpoint-2007. Panitia berhak membatalkan makalah yang telah diterima apabila
pemakalah tidak memenuhi ketentuan penulisan yang telah ditetapkan panitia.
Kami informasikan pula bahwa biaya pendaftaran sebesar : 1. Rp 500.000 (Pemakalah Dosen/Umum), !
2. Rp 350.000 (Pemakalah Mahasiswa), ! 3. Rp 200.000 (Peserta)!
4. Jika memasukkan lebih dari 1 (satu) makalah, maka makalah berikutnya dikenakan biaya sebesar 50% per makalah dari biaya tersebut di atas. !
5. Biaya tersebut di atas meliputi biaya seminar kit, lunch dan CD Prosiding.!
Pembayaran tersebut paling lambat diterima pada 18 Januari 2014 melalui transfer ke Rek.
BNI Capem ITS Surabaya pada No. Rekening : 0249972382 a/n Endah Wahyuni.
Mohon pada saat transfer diberi berita “nama dan nomor abstrak” bapak/ibu.
Untuk kelancaran administrasi, mohon untuk yang berminat membeli buku prosiding agar memesan terlebih dahulu melalui email ke semnas.sipil@gmail.com atau sms ke sekretariat Damar (082230565340) paling lambat tanggal 18 Januari 2014. Harga
Prosiding cetak ± Rp. 250.000,- dan pembayarannya dapat dilakukan langsung di lokasi seminar.
Untuk ketentuan pembagian jadwal presentasi makalah akan kami informasikan setelah seluruh full paper kami terima.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya, kami sampaikan terima kasih.
Surabaya, 19 Desember 2015 Ketua Panitia Semnas Teknik Sipil XI-2015