2.1. Film
Film adalah urut-urutan dari fotografi untuk menciptakan gerakan. Teknologi perfilman sangatlah mirip dengan fotografi. Tahun 1877, Edward Muybridge menggunakan adegan-adegan dari foto untuk menciptakan ilusi gerakan. Lalu pada tahun 1888, William Dickson yang bekerja dibawah asuhan Thomas Edison, menciptakan kamera untuk menangkap gambar.
Tahun 1894, Edison dan Dickson memberikan pengalaman baru dengan memberikan suara didalam silinder di film mereka. Tahun 1895, Auguste dan Louis Lumiere membuka pameran di Paris dan menayangkan film. Rumah produksi pertama kali didirikan di Amerika. Carle Laemmle adalah pendirinya, dan menjadi studio film pertama yang membuat hit. Tahun 1916 ditemukanlah teknologi Red and Green Technicolor, dan baru berkembang menjadi RGB
Technicolor di tahun 1932, yang mengusung warna kehidupan dalam film.
Frame adalah satu gambar yang memperlihatkan satu adegan.Film pada
masa-masa awalnya menggunakan 16 frame per detik, dimana dapat dilihat dengan mata seperti terpatah-patah. Pada jaman sekarang umumnya menggunakan 24 frame per detik. Bahkan sekarang ada yang menggunakan 48 frame per detik, contohnya adalah film animasi “Treasure Planet”, dimana untuk menimbulkan kenyataan model animasi.
Setelah itu muncullah televisi, dimana pada saat awal kemunculannya memberikan dampak yang sangat besar pada dunia. Televisi dapat bertindak sebagai penyiar pengalaman secara masal terhadap yang menontonnya. Pengaruh dari televisi telah menarik masyarakat menjauh dari aktivitas keluar rumah. Televisi telah mengambil program radio dan mengubahnya dalam bentuk hidup. Pada jaman sekarang terdapat banyak sekali kegiatan yang melibatkan film. Seperti iklan, cerita, video musik, profil dan dokumentasi. Untuk membuat kegiatan-kegiatan diatas memerlukan daya tarik. Daya tarik dapat diperoleh dari cerita (konflik, alur cerita, humor), aksi (adegan-adegan yang tampak asli, menegangkan), ekspresi (meyakinkan, lucu), pemeran (public figure yang penting, aneh), obyek (langka, unik), teknik (efek-efek yang ditampilkan), suasana
(suasana yang dibangun dalam program membawa penonton seakan terlibat di dalamnya) atau kombinasi dari yang telah disebut diatas.
Film-film pertama dipertunjukkan untuk umum pada tahun 1895, tetapi filmnya sangat pendek. Beberapa ilmuwan menggunakannya untuk mengkaji cara hewan dan manusia bergerak. Tidak lama kemudian film-film yang lebih panjang dibuat sebagai hiburan. Film-film itu tidak bersuara walaupun di beberapa gedung bioskop ada yang mengiringi dengan alunan piano. Sebagaimana halnya film-film komedi bisu yang terkenal, film-film horor pertama pun dibuat, bersama dengan film-film lain yang memperlihatkan wanita-wanita muda diselamatkan dari bahaya. Gedung sinema pun didirikan di kota-kota besar dan industri film mendirikan pusatnya di Hollywood, California.1
Film bersuara pertama dinamakan talkie, dengan judul “The Jazz Singer” pada tahun 1927. Talkie membawa jenis hiburan baru. Yang paling populer adalah jenis musikal dengan lagu-lagu dan tarian serta komedi. Menjelang tahun 1930, jutaan orang pergi ke bioskop, kadangkala sampai lebih dari dua kali seminggu. Studio-studio film raksasa di Hollywood dan di tempat lain di dunia, terutama di Bombay, India, menjadi seperti pabrik dan membuat banyak film.
Sebelum adanya televisi kebanyakan film dibuat hitam putih (kecuali beberapa yang khusus seperti “Wizard of Oz” dan “Gone with the Wind”, keduanya dibuat pada tahun 1939). Namun persaingan televisi memaksa para pembuat film untuk membuat film-film baru berwarna.
2.2. Film Horor
Film horor adalah film yang didesain untuk memberikan rasa kengerian dan panik, untuk membangkitkan ketakutan terdalam di diri kita, sementara juga memukau dan menghibur penonton di waktu yang sama. Film horor biasanya berkisar pada sisi gelap kehidupan. Seperti mimpi buruk, ketidak berdayaan kita, ketakutan kita akan hal gaib, ketakutan akan kematian dan kehilangan organ tubuh. Generasi film horor pertama sering berkisar tentang rumah tua atau istana dengan kabut dan penduduk lokal yang misterius. Karakter yang dimainkan seperti ilmuwan gila, setan, monster, mayat hidup, serigala jadi-jadian dan
1
lain yang melambangkan keberadaan kuasa gelap. Film horor berkembang dari beberapa sumber, seperti cerita rakyat mengenai setan, penyihir, dan novel-novel dari daratan Eropa.
Film horor pertama, dengan durasi sekitar 3 menit, dibuat oleh Georges Melies dari Perancis pada tahun 1896, dengan judul The Devil’s Castle, dimana terdapat beberapa elemen yang akhirnya mempengaruhi film tentang Vampire. Film pertama tentang Vampire adalah Night of Terror, yang dibuat tahun 1916. Di Jerman, film bisu pertama berjudul Student of Prague, 1913, dibuat berdasarkan legenda tentang seorang murid yang membuat perjanjian dengan setan untuk kekayaan dan wanita cantik. Menurut Guinness World Records, karakter yang paling sering digambarkan dalam film horor adalah Dracula, dengan lebih dari 160 judul.
Kebanyakan film horor di pertengahan tahun 1930 sampai akhir 1950 dinilai sebagai B grade movie, atau film dengan budget rendah dan aktor yang tidak terlalu terkenal. Ketika dunia memasuki akhir perang dunia, muncul ide baru untuk film horor, yaitu terkontaminasi radioaktif, bahan kimia atau kecelakaan laboratorium yang menyebabkan berkembangnya makhluk raksasa, termasuk
Gojira yang diproduksi Jepang. Pada masa itu, kebanyakan film horor tipe
monster dibuat dengan biaya rendah dan lebih mengarah ke penonton remaja. Pada tahun 1960an, film horor mulai beranjak ke arah lain, yaitu menghadirkan horor dibalik kehidupan normal manusia. Seperti Peeping Tom yang dibuat oleh Michael Powell dari Inggris. Dimana ceritanya berkisar mengenai fotografer yang memiliki kelainan jiwa. Alfred Hitchcock juga mengambil peran dalam film horor di tahun itu, menampilkan film Psycho, dimana kegelapan ditemukan di dalam jiwa manusia. Adegan yang paling terkenal dari film ini adalah dimana tokoh wanitanya secara sadis ditusuk di dalam kamar mandi. Film berikutnya dari Hitchcock adalah The Birds yang menceritakan tentang invasi burung ke sebuah kota yang menyerang manusia, dan di akhir film tidak terdapat penyelesaian masalah sehingga memberikan kesan yang berbeda.
Sekitar tahun 1970an, bermunculan berbagai judul fim horor yang sampai sekarang membekas di ingatan. Seperti Texas Chainsaw Massacre, tentang keluarga psikopat yang suka membunuh orang, dimana film ini sampai
mengeluarkan 4 sekuel. Lalu Hallowen, tentang pembunuh bernama Michael Myers yang kabur dari rumah sakit jiwa dan kembali ke kampung halamannya. Film ini juga mengeluarkan banyak sekuel. Lalu di tahun 1975, Steven Spielberg mengeluarkan Jaws yang menceritakan ikan hiu haus darah. Lalu seri pertama
Alien yang disutradarai Ridley Scott. Adaptasi novel Stephen King, yaitu The Shinning, tentang seorang suami yang tergila-gila dengan setan dan istrinya yang
terganggu secara emosional. The Exorcist, keluar di tahun 1973, dengan special
effect dan riasan yang realistis. Menceritakan hantu yang merasuki gadis 12 tahun
dan berusaha diusir oleh 2 pendeta. Film ini sangat terkenal sehingga menghadirkan 3 sekuel. Lalu ada The Amityville Horror yang baru saja dibuat ulang, menceritakan tentang rumah berhantu. Dan juga trilogi The Omen, tentang titisan setan yang lahir ke dunia. Salah satu sutradara terkenal, yaitu Wes Craven, juga memulai debutnya di tahun 1972, dengan Last House on the Left, lalu The
Virgin Spring, dan The Hills Have Eyes, yang menceritakan makhluk brutal dan
kanibal di padang pasir yang menyerang sebuah keluarga yang sedang singgah. Film ini juga telah dibuat ulang dan sudah beredar tahun 2006. Dua film terkenal dari Wes Craven adalah A Nightmare on Elm Street, tentang reinkarnasi pembunuh bayaran dengan sarung tangan penuh pisau dan muka penuh luka bakar, serta Scream.
Di tahun 1980an, muncul film terkenal Poltergeist dan Friday the 13th yang memunculkan sampai 10 sekuel. Yang terbaru dari seri ini adalah Freddy vs
Jason. Lalu hadirlah Child’s Play, tentang boneka berambut merah yang dirasuki
setan pembunuh, dimana akhirnya menginspirasikan dua seri berikutnya yaitu
Bride of Chucky dan Seed of Chucky. Tahun 1990an muncul juga beberapa judul
menarik, seperti Candyman, tentang mitos dapat mengeluarkan setan apabila memanggil namanya di cemin tiga kali. Lalu seri pertama Hannibal yaitu Silence
of the Lambs, yang memenangkan 5 penghargaan. Se7en, pembunuh berantai
dengan menggunakan tujuh dosa manusia sebagai lambang di tempat kejadian. Lalu ada The Craft, Scream dan I Know What You Did Last Summer, yang ketiganya sama-sama berkisar mengenai remaja dan pembunuhan berantai. Di tahun 1999, The Blair Witch Project memikat perhatian penonton dengan kerealistisan adegan. Di Jepang pada tahun 1998, muncul film horor fenomenal
yaitu Ringu, dimana menceritakan tentang kaset video yang dapat menyebabkan kematian apabila ditonton. Film ini menampilkan horor dengan kesan yang berbeda dan lain dengan film horor negara barat yang cenderung penuh dengan kekerasan dan darah.2
Untuk abad 21, film-film horor hadir dengan penuh special effect dan cerita yang penuh intrik dan memerlukan pemikiran secara jelas agar mengerti keseluruhan film. Seperti Saw, tentang seorang pengidap kanker yang mengurung manusia untuk menunjukkan bahwa hidup itu sangatlah penting, Hostel yang menceritakan tentang kebiasaan aneh untuk menjual nyawa agar dapat memperoleh imbalan besar dan Ju-On dari Jepang, yang menghadirkan ketakutan dari roh penunggu rumah, dan jarang sekali menggunakan adegan kekerasan untuk memberikan rasa takut, tapi lebih mengambarkan sesuatu yang tak bisa disentuh tapi dapat membunuh.
2.3. Trailer
Film dibuat untuk menghibur kita. Film juga dibuat untuk menghasilkan uang untuk perusahaan yang memproduksi film sehingga dapat membuat film-film berikutnya. Karena itu, penonton harus didorong untuk menonton film-film. .
Trailer film adalah salah satu alat pemasaran sebuah film. Trailer sebaiknya
menstimulasi perhatian penonton ke sebuah film secara cepat dan juga menunjukkan apa yang disuguhkan film tersebut tanpa memberikannya terlalu banyak jalan cerita.
Seorang kritikus film pernah menulis bahwa kampanye pemasaran untuk setiap film harus memberikan bahasa gambar yang naratif, yang membuat janji pada penonton kalau mereka akan melihat jenis film tertentu. Trailer, teaser
trailer dan poster utama, dapat membantu membangun gambaran akan apa
maksud film tersebut. Trailer film ada dua jenis format, yaitu trailer untuk pemutaran di bioskop dengan format 16:9 dan dengan format 4:3.
Trailer film adalah bentuk advertising dari film. Ditunjukkan sebelum
penayangan sebuah film di bioskop. Kata trailer sendiri datang karena awalnya, ditayangkan di akhir penayangan film. Tetapi karena pada prakteknya, banyak
2
penonton meninggalkan bioskop setelah sebuah film selesai, karena itu diganti menjadi sebelum sebuah film tayang, dengan tidak mengganti nama trailer.
Trailer biasanya berisi adegan-adegan terpilih dari suatu film. Karena tujuan
utamanya adalah menarik penonton, maka biasanya digunakan adegan yang paling menegangkan dan lucu, tanpa menghasilkan spoiler atau jalan cerita rahasia yang terdapat dalam film. Adegan yang ada juga tidak dalam aturan seperti jalannya di film tersebut.
Beberapa trailer bahkan menggunakan adegan khusus, dimana merupakan materi khusus yang diciptakan untuk tujuan pemasaran, dan tidak tampil di film sebenarnya. Salah satu yang menggunakan taktik ini adalah film yang cukup terkenal, “Terminator 2: Judgment Day”, dimana trailer tersebut menggunakan efek-efek yang tidak pernah ditujukan untuk membuat film tersebut. Contoh lainnya adalah film “Psycho” karangan Alfred Hitchcock, dimana penonton diberikan tur mengelilingi hotel Bates yang menjadi lokasi film tersebut. Orang-orang yang membuat trailer seringkali memulai pekerjaan mereka ketika sebuah film sedang diproduksi. Trailer juga diciptakan pada saat film sedang dipotong di studio. Karena itu, sering sebuah trailer mengandung adegan yang tidak masuk dalam film tersebut. Beberapa trailer yang tidak mengandung adegan dalam film asli, biasanya dicari oleh para kolektor film.
Teaser trailer ditujukan untuk meningkatkan gejolak penonton dan
mengingatkan akan sebuah film yang akan beredar. Teaser trailer biasa dibuat pada saat film sedang diproduksi ataupun sedang diedit, dan sebagai hasilnya adalah menghasilkan adegan alternatif dari apa yang ada di dalam film. Di jaman sekarang, teaser trailer lebih difokuskan untuk pengguna internet dimana teaser
trailer memiliki durasi yang lebih pendek dari trailer, biasanya kurang lebih 30
detik. Contoh yang pernah menggunakan teaser trailer adalah trilogi “Lord of the Rings”, “Star Wars” dan “Spiderman”. Film “Da Vinci Code”, bahkan membuat
teaser trailer dan diedarkan sebelum satu adegan pun dalam film tersebut dibuat.
Teaser trailer biasanya ditunjukkan untuk preview film, dan muncul berbulan-bulan sebelum film tersebut selesai. Contohnya adalah film “The Incredibles” yang dipasang bulan Mei tahun 2003 pada film “Finding Nemo”, tepat 18 bulan
sebelum “The Incredibles” diluncurkan. Teaser trailer biasanya dianggap sebagai bonus bagi pecinta film.
Rumah produksi di Amerika Serikat, memiliki kebiasaan kerja yang menarik dimana trailer ditayangkan sebelum sebuah film selesai produksi. Sehingga beberapa adegan berakhir di ruang editing, dan tidak masuk dalam film akhir. Sedangkan perfilman Australia, selalu mengambil adegan dari film yang telah selesai.Sekitar tahun 1970, trailer-trailer memiliki durasi 4 sampai 5 menit3
Mengingat bahwa kebanyakan film memiliki durasi kurang lebih 2 jam, menjadikan cukup sulit untuk secara efektif mengaplikasikan urut-urutan adegan dan karakterisasi. Sebuah trailer di lain pihak dapat disebut bentuk kecil dari film. Sebuah trailer dapat memiliki durasi dari 1 sampai 5 menit. Biasanya hanya berisi poin penting untuk menarik penonton. Dan mengklasifikasikan trailer lebih mudah daripada mengklasifikasikan keseluruhan film. Sebagai contoh, trailer film aksi biasanya hanya mengandung banyak adegan aksi, walaupun di dalam film tersebut terdapat banyak adegan non-action.
Trailer dapat diklasifikasikan dengan dua karakteristik. Aktifitas dan
rata-rata durasi tampilan per adegan. Seperti film aksi, memiliki gambaran yang ramai, berkecepatan tinggi dan ledakan. Sedangkan film yang berorientasi karakter memiliki durasi yang lama. Karena lebih memfokuskan ke percakapan yang tidak bisa ditunjukkan dengan adegan yang hanya beberapa detik.Trailer biasanya juga dimulai dengan lambat, dan menjadi cepat pada saat akhir. Tujuannya adalah meninggalkan poin dramatis dalam film tersebut.
Menurut Kaley Everhart (2005), hal-hal yang perlu dihindari untuk sebuah
trailer adalah sebagai berikut. Penggunaan berlebihan plot. Ketika seorang
penonton yang melihat sebuah trailer dapat mengetahui hampir semua aspek dari jalan cerita, bahkan yang diharapkan menjadi misterius, penonton akan kehilangan keinginan untuk mengeluarkan uang untuk melihat atau membeli film tersebut. Kesalahan ini pernah dilakukan pada film “Daredevil”, dan mengakibatkan posisi yang tidak bagus di box office pada film tersebut, sehingga akhirnya diterapkan trailer dan bentuk pemasaran yang baru. Trailer film “Daredevil” juga menampilkan terlalu banyak karakter, dimana tokoh utama
3
seharusnya diperkenalkan, tidaklah terlalu perlu untuk menampilkan tokoh kedua. Memperkirakan peran setiap orang dan bagaimana hubungan mereka adalah bagian tersendiri yang membuat sebuah film menarik. Dengan menampilkan lebih sedikit karakter dan interaksi antar karakter, sebuah trailer akan menjadi lebih misterius dan penuh kejutan.4
Musik dan narasi yang tidak memadai. Musik sangatlah efektif untuk menciptakan suasana hati yang sesuai, dan digunakan bila diperlukan. Penggunaan musik juga kebanyakan lagu populer karena diusahakan untuk meraih target pasar yang umum.Dengan menggunakan tipe musik yang menarik hanya grup tertentu, maka sebuah trailer secara cepat membuat penonton yang berpotensi kehilangan interest terhadap film tersebut. Penggunaan narasi, juga sebaiknya hanya satu narator, karena apabila menggunakan pergantian narator, dapat menyebabkan kebingungan. Sebuah trailer juga menjadi tidak fokus. Dengan memilih hanya satu narator maka penonton dapat lebih mudah mengerti percakapan yang sedang berlangsung.
Pasar yang dituju. Trailer yang menargetkan dirinya kepada pemirsa umum biasanya mendatangkan sukses yang besar terhadap film tersebut. Sebagai contoh, film “Titanic” mengeluarkan trailer yang meliputi aspek yang berbeda dalam film tersebut. Dari elemen cinta, sejarah sampai ke aksi, untuk menarik dan menyediakan hampir segalanya untuk semua orang. Film ini akhirnya menjadi salah satu film terlaris di sejarah.
Sebuah trailer membutuhkan perkiraan mengenai adegan-adegan yang eye
catching dan mengundang keingintahuan penonton. Tak ada aturan umum
mengenai adegan apa yang harus disertakan dalam sebuah trailer , tetapi dapat dikatakan bahwa hal-hal berikut ini yang diperlukan untuk ditampilkan. Pertama ada benda/karakter yang yang paling penting dalam film. Kedua, aksi. Apabila sebuah film mengandung ledakan dan tembak menembak, maka sebaiknya dimasukkan kedalam trailer. Mereka menarik perhatian dan membuat penonton penasaran. Ketiga, potongan percakapan yang penting. Keempat, ending yang tak diungkapkan. Kelima, judul film sebaiknya disertakan. Dan terakhir, tidak abstrak. Sebuah trailer bukanlah video yang abstrak, karena masih mewakili
4
pesan yang disampaikan dalam sebuah film tanpa mengumbar pesan-pesan rahasia yang menjadi daya tarik film itu.5
2.4. Data Produk
“Di Bawah Bayangan” adalah film serial untuk televisi yang bertema horor. Durasi untuk setiap episode adalah 30 menit. Memiliki setting di perkotaan Indonesia, film ini secara garis besar menceritakan tentang kehidupan manusia yang berubah drastis karena menemui kejadian-kejadian aneh. Dan tanpa disadari, ternyata para tokoh yang mengalami kejadian hanyalah penduduk di satu jalan perumahan, dimana jalan ini memiliki masa lalu yang kelam. Di episode pertama, diceritakan Handi berniat untuk menginap di rumah temannya, Arman. Walaupun mendapatkan tanggapan yang aneh, dia tetap datang. Disana dia bertemu dengan kebiasaan aneh keluarga temannya. Sang ibu mempunyai kantung besar yang bergerak-gerak. Ayahnya hanya mau menonton televisi dengan channel kosong. Sedangkan di kamar Arman terdapat bekas bocor di atap yang membuatnya tidak mau tidur terlentang. Ketika makan malam, Arman menghilang dan membuat Handi resah. Dini, seorang mahasiswi, mendapat telepon ketika pulang larut malam. Tetapi tidak ada jawaban. Ternyata yang menelepon adalah Nina yang berada di tempat yang sama dimana Dini berada. Keesokannya Dini menghilang. Teman dekatnya, Lisa, menjadi ketakutan. Bahkan mengacungkan pisau dan menyebut Nina sebagai penyebab hilangnya Dini.
Kelebihan utama film serial ini adalah alur cerita yang tidak sejalan dan terkadang berputar menjadi kilas balik, sehingga memaksa penonton untuk ikut berpikir dan memecahkan misteri yang ada didalam film. Di akhir setiap episode juga tidak dijelaskan terlalu detil, hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan bagi penonton untuk menentukan ending yang sesuai dengan harapan dan intuisi masing-masing. Diharapkan bahwa dengan demikian, penonton akan terlibat diskusi dengan penonton lainnya mengenai alur cerita dan membuat film ini semakin diminati. Kelemahan yang dimiliki adalah tata cahaya dari penulis yang masih pemula, sehingga dalam beberapa adegan akan nampak pencahayaan yang kurang baik dan menimbulkan sedikit noise di film. Opportunity dari film ini
5
adalah pasar Indonesia masih menyambut dengan antusias film horor, apapun bentuknya film horor itu, baik drama horor sampai horor religi. Ancaman yang hadir adalah kecaman yang mungkin timbul dari pihak agamis dan organisasi-organisasi lain terhadap adegan kekerasan didalam film “Di Bawah Bayangan”.
Adegan yang disajikan tidak selalu lambat, tetapi dipadukan sehingga dapat meningkatkan ketegangan penonton. Segmen yang dituju adalah 17 tahun keatas, dikarenakan ada beberapa adegan kekerasan yang tidak cocok untuk dilihat anak dibawah umur. Film serial ini selain untuk pecinta horor juga berusaha menarik minat dari kalangan pecinta film drama, aksi dan thriller. Film ini direncanakan akan diluncurkan di stasiun televisi. Alasan memilih adalah karena pasar film horor saat ini masih besar di Indonesia, dan sangat diminati oleh kalangan muda. Jam tayang yang dipilih juga adalah jam 12 malam keatas untuk menghindari penonton yang belum dewasa. Selain itu, persaingan film di jam tersebut mulai surut semenjak booming acara realitas tentang hantu kehilangan penonton.
2.5. Data Observasi
Untuk data observasi, dilakukan pengamatan terhadap beberapa film-film bioskop Indonesia yang bertema horor. Film yang diamati dari Indonesia adalah “Missing”, “Mirror” dan “Panggil Namaku 3x”. Ketiga film ini muncul di tahun 2005, dipilih demikian untuk melihat sejauh mana perfilman Indonesia sudah berkembang. “Panggil Namaku 3x” yang diproduksi oleh Indika Entertainment menampilkan kategori horor drama dengan menampilkan pemain-pemain muda yang belum dikenal. Pencahayaan masih janggal karena beberapa adegan outdoor siang hari mendapat pencahayaan yang tidak natural. Pengambilan gambar yang dinamis dan adegan penampakan hantu yang orisinil dan tidak meniru film horor luar negeri, memberikan nilai tambah pada film ini. Tetapi dari segi cerita tidaklah bagus. Penonton dapat dengan mudah menebak kearah mana film ini akan berakhir. Selain itu, dengan diberikan bumbu drama yang berlebihan dapat menyebabkan suasana horor yang dibangun akan susah untuk keluar.
Film kedua adalah “Mirror”, produksi Sinemart. Pengambilan adegan yang menarik dan memiliki pencahayaan film horor yang baik, karena dapat menyatu
dan terlihat alamiah memberikan suasana yang membangun untuk sebuah film horor. Film ini menampilkan Nirina Zubir sebagai pemain utama, dimana aktingnya masih terasa dangkal dan kurang mendalami. Pemeran tambahan malah memainkan peran yang lebih baik. Dari segi cerita bagus, tetapi agak menjurus ke salah satu film horor Korea dengan judul yang hampir sama pula. Sedangkan pengambilan adegan penampakan hantu banyak yang meniru film horor Jepang. Film berikutnya adalah “Missing” produksi Starvision. Kali ini, Indonesia mendapat film horor yang cukup bagus. Dengan deretan artis baru, tetapi memiliki akting yang mantap. Cerita yang ditampilkan juga orisinil dan memiliki alur yang cukup menarik. Tetapi pencahayaannya terlalu gelap, padahal horor tidak harus selalu gelap untuk menciptakan suasana. Adegan penampakan hantu juga orisinil dan menarik. Secara keseluruhan dari film horor Indonesia tahun 2005, dari segi cerita masih kurang kuat, membuat penonton tidak bertanya-tanya atau mendiskusikan film tersebut setelah selesai ditonton. Tetapi dilihat dari program di televisi yang masih banyak sekali bertaburan dengan tema horor, baik itu drama horor ataupun religi horor, dapat disimpulkan bahwa pasar Indonesia masih menerima dan mencari-cari dengan antusias program yang bertema horor, baik itu film layar lebar ataupun di televisi.
2.6. Kerabat Kerja Dunia Perfilman
Sebuah film memerlukan beberapa orang agar berhasil dilaksanakan. Berikut adalah beberapa profesi dalam tim pembuatan film beserta dengan penjelasan perannya masing-masing.
• Aktor/aktris : orang yang memainkan peran sebagai karakter dalam sebuah film.
• Cameraman : orang yang mengendalikan kamera dan mengambil adegan sesuai dengan keinginan sutradara.
• Composer : orang yang menciptakan musik untuk membuat penonton lebih menjiwai suatu adegan dalam film.
• Director/sutradara : orang yang bertanggung jawab atas kelangsungan
shooting dan bagaimana agar proses produksi dapat berjalan dengan
• Editor : orang yang bertugas untuk mengatur urut-urutan film dan memberikan efek yang sesuai agar dapat menciptakan film yang sesuai dengan cerita.
• Ekstra : pemain tambahan yang berperan untuk mengisi kekosongan didalam suatu adegan
• Lighting technician : orang yang bertanggung jawab atas pengoperasian lampu pada saat shooting.
• Make up artist : orang yang memberikan make up pada artis agar memiliki efek tertentu untuk adegan tertentu.
• Producer : orang yang bertanggung jawab atas pemilihan naskah dan biaya yang harus dikeluarkan dalam sebuah film.
• Screenwriter : bertugas menulis naskah film
2.7. Analisa Data
Dari hasil observasi, didapatkan bahwa secara garis besar dari film horor Indonesia tahun 2005, segi cerita masih kurang kuat, membuat penonton tidak bertanya-tanya atau mendiskusikan film tersebut setelah selesai ditonton. Dimana masih banyak mengambil unsur drama yang ditampilkan daripada unsur horornya, selain itu film horor Indonesia masih terlalu dangkal dalam mengambil apa sebab yang membuat seseorang menjadi hantu atau mengalami gangguan hantu, dan jalan ceritanya tidak susah untuk ditebak. Tetapi dilihat dari program di televisi dan film bioskop yang masih banyak sekali bertaburan dengan tema horor, baik itu drama horor ataupun religi horor, dapat disimpulkan bahwa pasar Indonesia masih menerima dan mencari-cari dengan antusias program yang bertema horor, baik itu film layar lebar ataupun di televisi.