SKRIPSI
Oleh:
Kanidia Kunta Dena Nurseta
0931010021
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Kimia
Oleh:
Kanidia Kunta Dena Nurseta
0931010021
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
Karunia dan Rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan skripsi
ini.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa tingkat akhir sebelum dinyatakan lulus sebagai Sarjana Program Studi
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun melakukan penelitian dengan judul
“Delignifikasi Kulit Kopi Menjadi Bahan Baku Pulp Dengan Metode
Organosolv”. Terima kasih sebesar-besarnya penyusun tujukan kepada semua
pihak yang telah membantu penelitian hingga tersusunnya laporan ini, terutama
kepada:
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, serta selaku Dosen penguji penelitian.
3. Ibu Ir. Luluk Edahwati, MT. selaku Dosen pembimbing dalam penelitian
ini.
4. Ibu Ir. Tjatoer Welasih, MT. selaku Dosen penguji penelitian.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material
dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.
6. Kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan
informasi dalam penyusunan laporan penelitian ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan terperinci yang telah membantu
ii
Akhir kata, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak, apabila dalam melaksanakan penelitian dan dalam penyusunan laporan ini
penyusun melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Surabaya, Februari 2013
Penyusun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Lembar Revisi
Kata Pengantar ... i
Intisari ... iii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vi
Daftar Gambar ... vii
Daftar Grafik ... viii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang... I-1
I.2. Tujuan Penelitian... I-3
I.3. Manfaat Penelitian... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tinjauan Umum ... II-1
II.2. Kopi ... II-3
II.3. Limbah Kulit Kopi ... II-6
II.4. Pulp ... II-8
II.5. Bahan Pendukung ... II-18
II.6. Landasan Teori ... II-20
II.7. Hipotesa ... II-22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Bahan-bahan yang Digunakan ... III-1
III.2. Alat-alat yang Digunakan ... III-1
III.3. Gambar dan Susunan Alat ... III-2
III.4. Variabel ... III-2
III.5. Prosedur Penelitian ... III-3
III.6. Skema Penelitian ... III-5
v
V.1. Kesimpulan ... V-1
V.2. Saran ... V-2
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
LAMPIRAN
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
kertas. Namun semakin banyaknya kebutuhan kayu yang semakin meningkat maka diperlukan adanya pembaharuan atau alternatif bahan baku lain yaitu dengan memanfaatkan limbah kulit kopi sebagai bahan baku kertas ( pulp ).
Kopi mempunyai peranan yang cukup besar bagi sektor perkebunan di Indonesia, karena biji kopi termasuk salah satu komoditi unggulan. Limbah kulit buah kopi hanya digunakan sebagai bahan pakan ternak saja atau sebagai bahan pembuat pupuk organik, dengan melihat kandungan lignin sebesar 8,67% dan -selulosa sebesar 41,26% maka seiring berjalannya waktu dan teknologi yang semakin maju kulit buah kopi dapat digunakan sebagai bahan alternatif bahan baku kertas ( pulp ).
Proses pembuatan bahan baku pulp dimulai dengan proses ekstraksi pektin dengan variabel suhu 80oC, kecepatan pengadukan 500 rpm dan waktu pengadukan 75 menit, untuk memisahkan pektin. Kemudian diteruskan dengan proses delignifikasi yang menggunakan metode organosolv. Metode Organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik seperti etanol dan metanol. Pada proses delignifikasi variabel yang dijalankan adalah waktu pemasakan 1;1,5;2;2,5;3 jam dengan konsentrasi etanol dan metanol ( v/v ) 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%.
Hasil terbaik dari proses delignifikasi kulit kopi menjadi bahan baku pulp dengan metode organosolv adalah pada konsentrasi etanol 40% ( v/v ) dengan waktu pemasakan selama 2,5 jam didapatkan kadar lignin sebesar 3,11%, hal ini memenuhi syarat sebagai bahan baku pulp yaitu kadar lignin dibawah 20%.
Program St udi S - 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U P N “Vet eran” Jawa t imur
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu produsen kertas yang berencana menjadi
produsen pulp dan kertas terbesar dunia ( Syafii, 2000 ). Saat ini, produksi kertas
Indonesia menduduki peringkat ke-12 dunia, dengan pangsa pasar 2,3% dari total
produksi dunia yang mencapai 318,2 juta ton pertahun ( wartaekonomi, 2011 ).
Di tahun 2012, kebutuhan proyeksi kertas dunia akan naik sampai 425 juta ton per
tahun.
Pembuatan pulp dan kertas di Indonesia pada umumnya menggunakan
kayu hutan seperti pinus. Eksploitasi hutan yang terus menerus menimbulkan
banyak masalah terutama penggundulan hutan dan isu pemanasan global serta
semakin menipisnya cadangan kayu dan luas hutan di Indonesia ( Biro, 2001,
Disperindag dan APKI, 2001, Barr, 2001 ). Laju kerusakan hutan pada periode
2001-2004 meningkat menjadi 3,6 juta hektar pertahun karena penggunaan kayu
untuk industri pulp ( Kompas, 2009 ). Maka pemerintah perlu mencari alternatif
bahan baku lain yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pulp dan kertas.
Selain bahan baku, pemerintah juga perlu mencari alternatif proses dari
pembuatan pulp dikarenakan dari proses pembuatan pulp yang sekarang dilakukan
di pabrik-pabrik pulp dan kertas limbah yang dihasilkan dapat mencemari
lingkungan. Adapun proses pembuatan pulp itu sendiri ada 3 macam, antara lain
proses mekanis ( mechanical process ), semi kimia ( kombinasi kimia dan
mekanis ) dan kimia.
Di Indonesia sendiri banyak pabrik-pabrik menggunakan proses kimia
seperti proses sulfat ( kraft ), proses sulfit, proses soda dan proses nitrat. Banyak
dari proses tersebut limbah yang dihasilkan dari pembuatan pulp dapat mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, ide untuk menggunakan bahan dan pelarut organik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
yang ramah lingkungan pun bermunculan. Salah satunya menggunakan proses
Organosolv. Proses Organosolv adalah proses pemisahan serat dengan
menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam
asetat, dan lain-lain.
Di Indonesia sudah banyak berbagai percobaan yang dilakukan untuk
mencari alternatif yang paling ekonomis dan ramah lingkungan untuk diolah
menjadi pulp. Adapun beberapa peneliti terdahulu yang sudah melakukan
penelitian di bidang ini seperti Sri Hidayati, S.TP.,M.P. ( 2000 ) telah meneliti
ampas tebu limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula yang
menggunakan proses Acetocell. Beliau mendapatkan hasil kadar sellulosa sebesar
59,23%. Selain itu, Enny Kriswiyanti ST, ( 2001 ) mempelajari tentang
menggunakan proses Organosolv pada delignifikasi enceng gondok yang
menggunakan pelarut organik yang ramah lingkungan. Hal yang sama juga
dilakukan oleh peneliti Ruly Aditya Santoso ST, ( 2010 ) beliau menggunakan
bahan dari kulit coklat untuk di delignifikasi dengan proses Organosolv dan
pelarut metanol. Dari hasil penelitian tersebut dengan menggunakan proses
Organosolv didapat hasil sellulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 52,78%.
Dari peneliti terdahulu didapatkan bahwa selain bahan-bahan yang dipakai
para peneliti, dapat juga digunakan limbah yang mengandung sellulosa. Salah satu
limbah tersebut adalah kulit buah kopi. Dalam penelitian kali ini bahan yang
digunakan adalah kulit buah kopi sebagai alternatif bahan pembuat pulp.
Kulit buah kopi ( Coffea sp.) terdapat sebagai limbah pada industri kopi.
Kopi mempunyai peranan yang cukup besar bagi sektor perkebunan di Indonesia,
karena biji kopi termasuk salah satu komoditi unggulan. Sejarah mencatat bahwa
penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali
ditemukan oleh Bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun ( 1000 SM )
yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu
minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan
Program St udi S - 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U P N “Vet eran” Jawa t imur
kopi per tahunnya. Kulit buah kopi hanya digunakan sebagai bahan pakan ternak
saja atau sebagai bahan pembuat pupuk organik, dengan melihat kandungan serat
kasar 65,2% maka seiring berjalannya waktu dan teknologi yang semakin maju
kulit buah kopi dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembuat pulp dan kertas.
I.2. Tujuan Penelitian
Penelitian delignifikasi kulit kopi menjadi pulp dengan metode organosolv
mempunyai tujuan, yaitu:
1. Mengetahui kadar lignin dari kulit kopi.
2. Mendelignifikasi kulit kopi menjadi pulp dengan metode organosolv
menggunakan bahan organik yang ramah lingkungan yaitu etanol dan
metanol.
3. Menentukan pelarut, waktu, dan konsentrasi yang terbaik dalam memperoleh
lignin tertinggi.
I.3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Memanfaatkan kulit kopi yang berlimpah sekaligus meningkatkan nilai
ekonominya.
2. Dapat menentukan kadar lignin tertinggi dari kulit kopi.
3. Mengetahui proses delignifikasi kulit kopi menjadi bahan baku pulp secara
efisien.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tinjauan Umum
Kertas pertama kali diciptakan oleh bangsa Cina. Tsai Lun adalah orang
yang menemukan kertas yang dibuat dari bahan bambu yang mudah didapatkan di
Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini kemudian menyebar ke Jepang dan
Korea seiring dengan menyebarnya bangsa Cina ke timur dan berkembangnya
peradaban di kawasan itu, walaupun sebenarnya cara pembuatan kertas pada
awalnya merupakan hal yang sangat dirahasiakan.
Teknik pembuatan kertas jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa
Abbasiyah setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai
Talas pada tahun 751 Masehi. Para tawanan perang mengajarkan cara pembuatan
kertas kepada orang-orang arab, sehingga kemudian muncullah industri-industri
kertas disana.
Teknik pembuatan kertas kemudian juga menyebar ke Italia dan India lalu
Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke
tangan Spanyol dan ke seluruh dunia.
Kegiatan utama dalam industri pulp dan kertas adalah proses pulping
( proses pembuatan pulp ) dan proses bleaching ( proses pemutihan pulp ). Saat
ini sebagian besar teknologi pulping yang digunakan dalam industri pulp dan
kertas di Indonesia adalah proses kraft atau proses sulfat yang memang
merupakan proses paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Proses kraft diakui mempunyai banyak segi positif, antara lain mampu
mengolah semua jenis bahan baku dengan berbagai macam kualitas dan dapat
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
konvensional ini juga mempunyai beberapa kelemahan, salah satunya adalah
kontribusinya terhadap pencemaran lingkungan.
Tuntutan masyarakat akan teknologi ramah lingkungan semakin
meningkat, baik di tingkat nasional maupun internasional, tentu saja tidak bisa
diakomodasi dengan menggunakan proses kraft. Bahkan, ada sinyalemen bahwa
masyarakat internasional untuk tidak membeli pulp apabila dalam proses
produksinya tidak menggunakan teknologi bersih.
Agar produksi pulp yang dihasilkan dapat diterima di pasar internasional,
maka harus dilakukan usaha-usaha pencarian teknologi alternatif yang lebih aman
terhadap lingkungan. Penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang pulp
telah banyak dilakukan dengan tujuan menjawab permasalahan lingkungan yang
ditimbulkan oleh industri ini, baik penelitian dalam teknologi pembuatan pulp
maupun dalam teknologi pemutihan pulp.
Penemuan-penemuan dan inovasi teknologi tersebut sebagian sudah ada
yang diterapkan dalam skala industri, sebagian masih dalam taraf uji coba untuk
penyempurnaan dalam skala pilot project, dan sebagian lainnya masih dalam taraf
penelitian dan pengembangan dalam skala laboratorium.
Beberapa inovasi teknologi pulping telah ditemukan dan terbukti lebih
aman terhadap lingkungan. Teknologi tersebut misalnya adalah modifikasi proses
kraft konvensional, kombinasi beberapa proses konvensional ( proses asam ),
penggunaan bahan kimia organik dalam proses pulping ( proses organosolv ), dan
pemanfaatan mikroba dalam proses pulping ( proses bio-pulping ).
Pengembangan teknologi pulping pada saat ini bertujuan terutama untuk
menghasilkan pulp dengan bilangan kappa rendah, sehingga dalam proses
pemutihan pulp lebih aman terhadap pencemaran lingkungan. Di antara inovasi
teknologi dalam proses pulping tersebut, ada teknologi yang bisa dikatakan
bersifat revolusif dan sangat aman terhadap lingkungan serta kemungkinan besar
bisa memberikan harapan untuk diterapkan dalam skala pabrik di masa depan.
Jenis teknologi pulping tersebut adalah proses Organosolv.
Ada beberapa proses pengolahan pulping di dunia. Proses kimia
menggunakan soda/pulping sulfat merupakan salah satu proses pengolahan ampas
tebu menjadi pulp yang saat ini banyak digunakan. Keuntungan proses ini adalah
biayanya lebih murah dan hampir semua bahan baku dapat menghasilkan pulp
dengan kekuatan yang sangat baik. Tetapi proses ini menimbulkan pencemaran
lingkungan karena lindi hitam yang tinggi dan kemampuan daur ulang
rendah. Sementara itu tuntutan masyarakat, baik ditingkat nasional dan
internasional, akan mutu lingkungan semakin gencar. Industri pulp dihadapkan
pada kenyataan yang menunjukkan bahwa industri ini merupakan salah satu
industri yang mencemari lingkungan hidup yang berat ( Syafii, 2000; Suratmaji,
2001; KLH, 2005 ).
Oleh karena itu, agar produksi pulp tersebut dapat diterima di pasar
internasional, maka usaha-usaha pencarian teknologi alternatif yang ramah
lingkungan harus dilakukan salah satunya dengan metode Organosolv. Proses ini
menggunakan bahan-bahan organik seperti alkohol, asam asetat dan phenol, yang
dikenal dengan proses organosolv.
Penggunaan bahan-bahan organik dalam proses pembuatan pulp memiliki
beberapa keunggulan antara lain, yaitu bebas senyawa sulfur, impregnasi senyawa
pelarut organik lebih baik dari pelarut anorganik, dan proses daur ulang limbah
lebih mudah dan murah dengan kemurnian cukup tinggi, selain itu rendemen pulp
yang dihasilkan lebih tinggi dan dapat diperoleh hasil samping berupa lignin dan
furfural dengan kemurnian yang relatif tinggi dan ekonomis dalam skala yang
relatif kecil.
II.2. Kopi
Kopi ( Coffea sp. ) adalah kelompok tumbuhan berbunga dari genus
Program St udi S – 1 Teknik K imia
Rubiacceae ini tersebar di berbagai negara seperti Brazil, Kolombia, Ethiopia,
Uganda, India dan Indonesia. Perkebunan kopi di Indonesia umumnya terdapat di
Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Pulau Sumatra. Untuk
pertumbuhan yang optimum kopi sebaiknya ditanam pada daerah dengan
ketinggian sekitar 300-1700 m di atas permukaan laut, temperatur sekitar 16-26oC dan curah hujan sekitar 1500-2000 mm per tahun.
Tiga spesies kopi yang banyak dibudidayakan karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi adalah kopi arabika ( Coffea Arabica ), kopi robusta
( Coffea canephora var Robusta ) dan kopi Liberia ( Coffea Liberica ).
Gambar II.2.1. Buah Kopi
Biji kopi terletak di dalam buah yang berwarna merah atau ungu, dimana
buah pada umumnya mengandung dua inti yang saling berhimpit. Kopi ( kopi
robusta ) mempunyai ciri fisik: panjang 6-8 mm, lebar 6-7 mm, perbandingan
panjang dan lebar biji 1-1,15 mm. Selain itu juga mempunyai berat jenis sekitar
44 lb/ft3. Komposisi buah kopi terdiri dari: 1. Epikarp
disebut juga dengan kulit buah, merupakan bagian terluar dari buah kopi.
Komposisi dari epikarp adalah: protein kasar ( 9,17% ), lemak ( 2% ), serat
( 27,65% ), gula reduksi ( 12,4% ), gula non reduksi ( 2,02% ), tanin ( 4,47% ),
pektin total ( 6,52% ), abu ( 3,63% ), N bebas ( 57,85% ).
2. Mesokarp
disebut juga dengan daging buah, merupakan bagian yang berasa agak manis, dan
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Mesokarp mengandung beberapa
nutrien, yaitu pektin ( 38,70% ), gula total ( 45,80% ) dan air ( 15,5% ).
Persentase gabungan antara epikarp dan mesokarp adalah sebesar 40,17% dari
buah kopi glondong.
3. Endokarp
atau kulit tanduk, merupakan lapisan kulit kopi paling keras, tersusun oleh
selulosa dan hemiselulosa. Komposisi endokarp adalah: protein kasar ( 2,20% ),
serat kasar ( 60,24% ), hemiselulosa ( 7,58% ), abu ( 3,30% ).
4. Spermoderm
disebut juga dengan kulit ari, merupakan kulit yang tipis dan menempel pada biji
kopi. Kulit ari mengandung asam khlorogenat dan lemak. Persentase gabungan
antara endokarp dan spermoderm adalah sebesar 17,40% dari buah kopi
glondong.
5. Endosperm
atau keping biji, merupakan bagian buah kopi yang diambil manfaatnya untuk
diolah menjadi kopi bubuk. Persentase endosperm adalah 49,42% dari buah kopi
glondong. Komposisi endosperm dalam persen berat kering adalah: serat kasar
( 27,2% ), lemak ( 10,6-12,6 % ), protein kasar ( 3-13,5 % ), gula reduksi
( 6-10 % ), gula non reduksi ( 0,32-1,08% ), karbohidrat ( 4,47 % ), abu ( 3,8 % ),
kafein ( 9 % ), asam khlorogenat ( 6-10 % ).
Program St udi S – 1 Teknik K imia
Gambar II.2.2. Struktur Lapisan Penyusun Buah Kopi
Keterangan gambar:
1. Inti biji
2. Biji ( endosperm )
3. Silver skin ( testa, epidermis )
4. Parchment ( hull, endocarp )
5. Lapisan pektin
6. Kulit ( mesocarp )
7. Kulit terluar ( pericarp, exocarp )
II.3. Limbah Kulit Kopi
Limbah kopi dibedakan menjadi dua macam, yaitu limbah pada
pengolahan kopi merah ( masak ) dan limbah pengolahan kopi hijau ( mentah ).
Pada suatu proses pengolahan kopi akan menghasilkan 65% biji kopi dan 35%
limbah kulit kopi. Limbah kulit kopi selama ini tidak mengalami pemrosesan di
pabrik karena yang digunakan hanya biji kopi yang kemudian dijadikan bubuk
kopi instan. Namun saat ini kulit kopi sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kulit cangkang kopi atau yang disebut Parchment ( hull, endocarp ) digunakan
untuk pakan ternak dan kulit buah kopi dibiarkan menumpuk disekitar area
perkebunan hingga menjadi pupuk kompos.
Berikut ini adalah gambar limbah kulit kopi merah dibiarkan menumpuk
di sekitar area produksi kopi.
Gambar II.3.1. Limbah Kulit Kopi
Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada kulit kopi, seperti dapat kita
lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II.3.1. Kandungan Zat Nutrisi pada Kulit Kopi
No. Zat nutrisi Prosentase
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
II.4. Pulp
Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan
kertas, tetapi pulp juga diproses menjadi berbagai turunan sellulosa, seperti rayon
dan selofan. Pulp sering juga disebut hasil pemisahan serat dari bahan baku
berserat ( kayu maupun non kayu ) melalui berbagai proses pembuatannya
( mekanis, semi kimia, dan kimia ). Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah
untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia, atau secara
mekanik atau dengan kombinasi keduanya. ( Haikumaruao, 2011 )
Syarat-syarat bahan baku yang digunakan dalam pulp, yakni:
1. Berserat
2. Kadar alpha sellulosa lebih dari 40%
3. Kadar ligninnya kurang dari 25%
4. Kadar air maksimal 10%
5. Memiliki kadar abu yang kecil. ( Stephenson, 1950 )
II.4.1 Pengelompokan Pulp
Menurut komposisinya, pulp dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Pulp kayu ( Wood Pulp )
Pulp kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu, pulp kayu dibedakan
menjadi:
Pulp kayu lunak ( Soft Wood Pulp )
Jenis kayu lunak yang umum digunakan berupa jenis kayu berdaun jarum
( Needle Leaf ) seperti Pinus Merkusi, Agatis Loranthifolia, dan Albizza
Folcata.
Pulp kayu keras ( Hard Wood Pulp )
Pada umumnya serat ini terdapat pada jenis kayu berdaun lebar
( long leaf ) seperti kayu Oak ( Kirk Othmer, 1978 ).
2. Pulp bukan kayu ( Non Wood Pulp )
Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk
memproduksi kertas meliputi percetakan dan kertas tulis, linerboard,
medium berkerut, kertas koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu
yang umum digunakan biasanya merupakan kombinasi antara pulp non
kayu dengan pulp kayu lunak kraft atau sulfit yang ditambahkan untuk
menaikkan kekuatan kertas. Karakteristik bahan non kayu mempunyai
sifat fisik yang lebih baik daripada kayu lunak dan dapat digunakan
didalam jumlah yang lebih rendah bila digunakan sebagai pelengkap
sebagai bahan pengganti bahan kayu lunak. Sumber serat non kayu
meliputi:
Limbah pertanian dan industri hasil pertanian seperti jerami padi, gandum, batang jagung, limbah kelapa sawit.
Tanaman yang tumbuh alami seperti alang-alang dan rumput-rumputan. Tanaman yang diolah, seperti serat daun, dan serat dari batang.
3. Pulp Kertas Bekas
Ada empat macam komponen utama yang terdapat dalam non kayu dan
tumbuhan yaitu sellulosa, hemisellulosa, lignin, dan pektin.
1. Sellulosa
Sellulosa adalah zat karbohidrat yang merupakan struktur dasar sel-sel
tanaman dengan kadar 40-50%. Rumusan molekul sellulosa adalah
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
bertingkat tinggi hingga organisme primitif seperti lumut dan rumput laut.
Sellulosa tidak larut dalam air maupun zat pelarut organik dan mempunyai daya
tarik yang tinggi. Sellulosa merupakan bahan dasar dari banyak produksi
teknologi kertas, dan serat. Sifat serat sellulosa adalah :
Memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Mampu membentuk jaringan.
Tidak mudah larut dalam air, alkali dan pelarut organik. Relatif tidak berwarna.
Memiliki kemampuan mengikat yang lebih kuat.
Tabel II.4.1.1. Komposisi Kimia Serat Alam
Nama Selulosa Hemiselulosa Lignin Keterangan
Abaka 60-65 6-8 5-10 Pisang
Sumber: Natural Organic Fiber by Hans Lilhot ( Isroi, 2008 )
Sellulosa dapat dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu alpha, beta, dan
gamma sellulosa. Pemisahan dapat dilakukan dengan larutan soda 8,3%.
Alpha Cellulosa ( α – cellulosa )
Adalah rantai panjang sellulosa yang kelarutannya dalam alkali terbatas. Jenis
sellulosa ini tidak dapat larut dalam NaOH 17,5% pada suhu kamar.
Beta Cellulosa ( β – cellulosa )
Mempunyai derajat polarisasi yang lebih pendek dari alpha sellulosa dan dapat
diendapkan kembali dengan menambah asam asetat encer, larut dalam larutan
NaOH 17,5%.
Gamma Cellulosa ( γ – cellulosa )
Gamma cellulosaa dan beta cellulosa mempunyai sifat hidrofilik yang lebih besar
dari pada alpha cellulosa. Gamma cellulosa dapat larut pada arutan NaOH 17,5%.
Adapun faktor yang membuat selulosa disenangi untuk produksi pulp dan
kertas adalah:
1. Jumlahnya berlimpah, dapat melengkapi, dan mudah dipanen dan
dipindah-pindahkan dan akibatnya bahan ini murah harganya.
2. Zat ini umumnya berbentuk serat, dan kekuatan tariknya benar-benar
tinggi.
3. Zat ini bisa menarik air, yang mempermudah persiapan mekanik dari
serat-serat atau ikatan-ikatan serat ketika campuran serat tadi dikeringkan.
4. Zat ini tidak dapat larut dalam air dan pelarut-pelarut organik.
5. Tahan terhadap sejumlah bahan kimia yang menyebabkan dapat diisolasi
dan dimurnikan dari kayu yang merupakan sumber utama sellulosa.
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Tabel II.4.1.2. Komposisi Bahan Baku Kertas dalam Industri
Kandungan Kadar
Selulosa 45%
Hemiselulosa 30%
Lignin 20%
Extractiver 5%
Sumber: PT. Tjiwi Kimia, Mojokerto ( Tim Puslitbang Indhan Balitbang Dephan,
2010 )
2. Hemisellulosa
Hemisellulosa merupakan heteropolisakarida yang tersusun atas berbagai
unit gula dengan rantai molekul lebih pendek dari sellulosa dan bercabang dengan
kadar 20-35%. Hemisellulosa larut dalam alkali dan hidrolisis asam, dapat
menyerap air, namun tidak larut dalam air namun lebih mudah larut daripada
sellulosa, dan dapat diisolasi dari kayu dengan ekstraksi serta merupakan salah
satu bagian penting dalam pembuatan pulp.
Hemisellulosa berfungsi sebagai pelapis antar serat sehingga degradasi
hemisellulosa menyebabkan rendahnya kekuatan antar serat, kandungan
hemisellulosa dalam pulp akan mempermudah pembentukan fibril serat
( fibrilasi ) selama penggilingan. Hal ini disebabkan oleh struktur non kristal,
berat molekul yang rendah dan rantai yang bercabang. Struktur non bercabang
juga akan menyebabkan hemisellulosa lebih reaktif terhadap alkali dan hirolisis
asam dibandingkan dengan sellulosa, sehingga komponen ini memiliki DP
( Derajat Polimer ) yang rendah mengakibatkan bahan kimia pemasak mudah
memutuskan dan melarutkannya dalam larutan. ( Isroi, 2008 )
3. Lignin
Lignin adalah salah satu komponen penyusun tanaman. Lignin berguna
dalam kayu seperti lem atau semen yang mengikat sel-sel lain dalam satu kesatuan
sehingga bisa menambah support dan kekuatan kayu ( mechanical strength ) agar
bisa kelihatan kokoh dan berdiri tegak. Lignin terbentuk dari gugus aromatik yang
saling dihubungkan dengan rantai alifatik yang terdiri dari 2-3 karbon. Lignin
dapat juga mengurangi daya swelling ( pengembangan ) buah dan ikatan antar
buah. ( Sugesty, 1986 )
Lignin di dalam tanaman berfungsi sebagai perekat sellulosa dalam
tanaman yang perlu dipisahkan dalam proses isolasi sellulosa. -sellulosa akan
mempunyai sifat fisik yang baik apabila kandungan lignin dapat dikurangi karena
sifat lignin yang kaku dan rapuh. Lignin dapat mempengaruhi dalam hal
pembentukan ikatan antar serat dan dapat menurunkan derajat putih. ( Sugesty,
1986 )
Lignin didalam kayu memiliki persentase yang berbeda tergantung dari
jenis kayu:
a. Softwood mengandung 27-33%
b. Hardwood mengandung 16-24 %
c. Non-wood fibers seperti jerami, baggase, rumput, bambu mengandung
11-20%
Hilangnya Lignin
Semua pulp akan mengalami perubahan brightness ( kecerahan ) seiring
dengan lama waktu penyimpanan. Pulp biasanya akan berubah menjadi kuning.
Laju penurunan brightness dengan waktu bervariasi dalam range yang cukup luas.
Sebagian pulp akan stabil dan biasanya bertahun-tahun kemudian baru akan
berubah menjadi kuning. Sebagian lagi hanya dalam hitungan bulan akan berubah
menjadi kuning dan bahkan yang dalam hitungan hari sudah berubah. Lignin
bukan penyebab utama pada perubahan warna ini jika pulpnya hanya mengandung
sedikit lignin. ( S, Yoky Edi, 2009 )
Tapi walau bagaimanapun lignin yang terkandung dalam jumlah besar
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
itu efektivitas penghilangan lignin pada tahap klorinasi juga merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam proses perubahan warna. ( S, Yoky Edi, 2009 )
Memang pada awalnya ada dugaan perubahan warna pada pulp selama
penyimpanan disebabkan oleh lignin. Ternyata setelah dilakukan penelitian,
penyebab utamanya adalah kandungan sellulosa pulp itu sendiri yang
menyebabkan perubahan warna. Adanya gugus karbonil dan karboksil pada
sellulosa merupakan penyebab utama terjadinya perubahan warna. Penghilangan
gugus karbonil dan karboksil ini dengan proses oksidasi dan reduksi akan
meningkatkan kestabilan warna. Perubahan warna juga disebabkan oleh
temperatur, humidity, hemiselulosa, resin, logam-logam seperti rosin, alum, lem
dan starch. ( S, Yoky Edi, 2009 )
II.4.2. Proses Pembuatan Pulp
Proses pembuatan pulp secara komersial dapat diklasifikasikan dalam
proses mekanis, semi kimia ( kombinasi kimia dan mekanis ) dan kimia. Produk
yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang berbeda. Pemilihan jenis proses
pembuatan pulp tergantung kepada spesies kayu yang tersedia dan penggunaan
akhir dari pulp yang diproduksi. Proses kimia mendominasi hampir seluruh dunia.
1. Proses Mekanis ( Mechanical Process )
Proses mekanis mempunyai sifat-sifat yang berlainan dengan pulp kimia.
Sifat-sifat pulp mekanis umumnya merupakan sifat-sifat asli yang diperoleh dari
bahan bakunya. Pada pembuatan pulp mekanis, lignin tidak dihilangkan atau
sebagian saja dihilangkan sehingga mempunyai kandungan serat utuh yang lebih
sedikit, bersifat kaku dan pendek. Bahan dasar berupa kayu lunak, potongan kayu
di grinding selanjutnya serat-serat dipisahkan. Keuntungan dari pembuatan pulp
secara mekanik yaitu tidak memerlukan bahan-bahan kimia. Kerugian dari proses
berupa:
Memerlukan power/tenaga yang besar.
Serat yang dihasilkan kurang murni. Serat banyak mengalami kerusakan.
2. Proses Semi Kimia ( Semi Chemical Process )
Proses semi kimia merupakan kombinasi dari proses mekanis dan kimia.
Serpihan kayu atau tanaman berserat lainnya terlebih dahulu dilunakkan sebagian
dengan bahan kimia kemudian diikuti dengan aksi mekanis.
3. Proses Kimia ( Chemical Process )
Proses pembuatan pulp kimia adalah dengan mendegradasi lignin yang
mengikat serat sellulosa satu sama lain menjadi molekul yang lebih kecil yang
dapat larut sebagai lindi hitam. Serat yang dihasilkan lebih utuh dan panjang,
lebih fleksibel dan lebih kuat dari pada pulp mekanis. Formasi lembaran pulp
kimia lebih baik, lebih teratur, lebih rata, dan lebih kompak daripada lembaran
pulp mekanis. Macam-macam proses pembuatan pulp secara kimia:
a. Proses Sulfat ( kraft )
Merupakan proses pemasakan dengan metode proses basa. Larutan perebusan
yang digunakan adalah 5,86% NaOH, 17,1% Na2S dan 14,3% Na2CO3. Proses ini
disebut juga dengan proses kraft. Hasil pulp relatif baik daya tariknya, tetapi
warna kurang baik sehingga sulit untuk diputihkan. ( Austin, G.T, 1975 )
b. Proses Sulfit
Merupakan proses pemasakan dengan metode asam. Bahan baku dalam proses ini
adalah kayu lunak. Larutan perebus yang digunakan adalah 7% berat SO2, 4,5%
H2SO4, Mg(H2SO3)2 dan 2,5% berat Ca(HSO3)2. Proses pemasakan dijalankan
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Pulp yang dihasilkan berwarna keruh, tetapi mudah dipucatkan. Kerugian yang
timbul adalah larutan pemasak menggunakan bahan dasar kation kalsium, yang
akan mempersulit dalam mengambilnya. Kalsium akan menyebabkan kerak pada
alat-alat pemasak. ( Austin, G.T, 1975 )
c. Proses Soda
Merupakan proses pemasakan dengan metode proses basa. Larutan perebus yang
digunakan adalah NaOH. Proses ini sangat cocok digunakan untuk bahan baku
non-kayu. Pada proses soda, proses soda lebih menguntungkan dari segi teknis
dan ekonomis dibandingkan dengan menggunakan proses lain, karena tidak
membuat limbah yang begitu berbahaya di lingkungan sekitar. ( Sugesty, S &
Tjahjono T, 1997 )
d. Proses Nitrat
Penggunaan asam nitrat sebagai larutan pemasak telah mendapatkan perhatian
dalam beberapa tahun dan terus dikembangkan. Pada proses ini bahan baku
Proses Organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan
kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain.
Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan
sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan
yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena
proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen
pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan
mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap
lingkungan, dapat menghasilkan by-products ( hasil sampingan ) berupa lignin
dan hemisellulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat
mengurangi biaya produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada
kapasitas terpasang yang relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak
dalam proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam
jenis proses organosolv, namun yang telah berkembang pesat pada saat ini
adalah proses alcell ( alcohol cellulose ) yaitu proses pulping dengan
menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses acetocell ( menggunakan
asam asetat ), dan proses organocell ( menggunakan metanol ).
Proses alcell telah memasuki tahap pabrik percontohan di beberapa negara
misalnya di Kanada dan Amerika Serikat, sedangkan proses acetocell mulai
diterapkan dalam beberapa pabrik di Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell
yang telah beroperasi dalam skala pabrik di New Brunswick ( Kanada ) terbukti
mampu manghasilkan pulp dengan kekuatan setara pulp kraft, rendemen tinggi,
dan sifat pendauran bahan kimia yang sangat baik. ( Anonim, 2011. Proses
Pembuatan Pulp )
Seorang peneliti, Sri Hidayati, S.T.P., M.P., ( 2000 ). Lembaga penelitian Unila
telah meneliti ampas tebu limbah lignosellulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula,
dengan proses Acetocell, menggunakan suhu pemasakan 160oC diperoleh pada perlakuan dengan konsentrasi larutan pemasak ( asam asetat ) 80% (v/v) dan rasio
larutan pemasak ampas tebu, 8:1 dengan rendemen 57,36%, kadar sellulosa
59,23%, hemisellulosa 15,68%, kadar lignin 19,74% dan bilangan kappa 26,63.
Artati, Enny Kriswiyanti ST., penelitian ini mempelajari tentang proses
organosolv pada delignifikasi enceng gondok menggunakan 2 pelarut etanol dan
asam asetat. Pada penelitian ini, batang enceng gondok dilakukan pengadukan
dengan kecepatan 900 rpm. Perbandingan berat sampel dan volume larutan
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
proses delignifikasi dengan menggunakan larutan pemasak etanol 40% ( v/v )
pada pH larutan 2 dan waktu pemasakan 2 jam dengan kadar sellulosa 69%, untuk
larutan pemasak asam asetat 50% pada penambahan katalis 20 ml dan waktu
pemasakan juga 2 jam dan kadar sellulosa 50%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses delignifikasi ini adalah:
1. Waktu pemasakan, dipengaruhi oleh lignin semakin besar konsentrasi lignin
semakin lama waktu pemasakan dan kisaran waktu pemasakan antara 1-4 jam.
2. Konsentrasi larutan pemasak, jika kadar lignin besar maka konsentrasi larutan
pemasak juga harus besar.
3. Pencampuran bahan, dipengaruhi oleh pengadukan. Dengan pengadukan, akan
dapat meratakan larutan dengan bahan baku yang akan dipisahkan ligninnya.
4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku, didasarkan pada
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku. Semakin kecil
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku maka lignin yang
didegradasi akan kecil juga.
5. Ukuran bahan, semakin besar ukuran bahan maka semakin lama waktu
prosesnya.
6. Suhu dan tekanan, semakin besar suhu dan tekanan maka semakin cepat waktu
prosesnya, kisaran suhunya antara 100oC-110oC dan untuk tekanannya 1 atm. ( Fox, Apry Shinsetsu Silver, 2010 )
II.5. Bahan Pendukung
Aquadest
Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses destilasi
( penyulingan ) air ledeng. Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan
farmasi non-parenteral. Aquadest adalah air murni ( H2O ) yang memiliki
kandungan logam 0 ppm dan mempunyai pH 7 ( netral ). Sifat fisik aquadest
yaitu berwarna bening, tidak berwarna, berupa cairan, sebagai pelarut kristal
NaOH. Rumus molekul = H2O, massa molar = 18, 0153 g/mol, densitas = 0,958
g/cm3dan fase: cairan. Titik lebur 0oC ( 273, 15 K )( 32oC ), titik didih = 100oC ( 373, 15 K ) ( 212oF ) tidak berbau. ( Trie, Ita, 2012 )
Asam sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah
tumbuhan genus Citrus ( jeruk-jerukan ). Senyawa ini merupakan bahan pengawet
yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada
makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai
senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang
penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai
zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan. Rumus molekul =
C6H8O7 , berat molekul 192,13 , titik lebur 153oC, ∆Hfo -1543,8 kJ/mol, Cp 226,5
J/(mol.K), densitas 1,665 x 103 kg/m3. ( Wikipedia, 2008 )
Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar. Etanol adalah
pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam
asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol,
gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Rumus molekul = C2H5OH, berat
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
lebur = -114,3, titik didih = 78,4, viskositas = 1,200 cP ( 20°C ), titik nyala 13°C
( 55,4°F ). ( Wikipedia, 2007 )
Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alcohol, wood alcohol atau spiritus, adalah
senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol paling
sederhana. Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah
menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas
( berbau lebih ringan daripada etanol ). Digunakan sebagai bahan pendingin anti
beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi industri etanol. Rumus
molekul CH3OH, berat molekul = 32.04 g/mol, densitas 0.7918 g/cm³, berbentuk
cairan tak berwarna ( bening ), titik lebur -97°C, -142.9°F ( 176 K ), titik didih
64.7°C, 148.4°F ( 337,8 K ), viskositas = 0,59 mPa· s pada 20°C. ( Wikipedia,
2007 )
II.6. Landasan Teori
Pembuatan pulp dari kulit kopi dengan organosolv sangat cocok untuk
dilakukan. Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan
menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam
asetat dan lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan
lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini
karena proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu
rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan
dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih ramah terhadap
lingkungan, dapat menghasilkan by-products ( hasil sampingan ) berupa lignin
dan hemisellulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis dapat
mengurangi biaya produksi dan tepat dioperasikan secara ekonomis pada
kapasitas terpasang yang relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari. Dalam
pembuatan pulp proses organosolv dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
1. Waktu Pemasakan
Semakin panjang waktu pemasakan, menyebabkan semakin banyak kadar alpha
sellulosa yang diperoleh. Namun proses pemasakan yang terlalu lama
menyebabkan sellulosa ikut terhidrolisa, sehingga menurunkan hasil pulp. Waktu
pemasakan yang digunakan dalam proses pembuatan pulp antara 2-4 jam. ( Casey,
1952 ).
Enny Kriswiyanti Artati ST, peneliti terdahulu telah meneliti menggunakan proses
organosolv dan solvent etanol dengan bahan enceng gondok akan diperoleh suatu
kondisi optimum pada waktu berkisar 1-2 jam.
2. Konsentrasi Larutan Pemasak
Semakin tinggi konsentrasi larutan pemasakan akan memperbesar kecepatan
reaksi, sehingga lignin yang terhidrolisa per satuan waktu semakin banyak.
Tetapi konsentrasi larutan pemasak yang terlalu tinggi, akan menyebabkan
sebagian sellulosa ikut terhidrolisa sehingga kadar alpha sellulosa akan menurun.
( Casey, 1952 )
Enny Kriswiyanti Artati ST, peneliti terdahulu telah meneliti enceng gondok
menggunakan proses organosolv menggunakan solvent etanol diperoleh suatu
kondisi optimum pada konsentrasi sekitar 40%-50% solvent ( v/v ).
3. Ratio Liquor
Dalam hal ini perbandingan antara larutan pemasak dengan bahan baku yang
semakin besar akan memberikan kontak antara cairan dengan padatan yang
semakin luas dan merata. Tetapi pemakaian larutan pemasak yang berlebih tidak
menguntungkan, karena ada sebagian sellulosa yang ikut terhidrolisa sehingga
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Ruly Aditya Santoso ST, ( 2010 ) peneliti terdahulu, menggunakan pelarut
metanol, menyimpulkan suatu kondisi proses organosolv ( untuk bahan kulit
coklat ) berjalan sempurna dengan perbandingan ratio liquor 1:12.
4. Suhu Pemasakan
Suhu pemasakan sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Berdasarkan
peneliti terdahulu, dengan proses organosolv pelarut etanol maka suhu yang
digunakan antara 50-60oC. Karena senyawa metanol yang mudah terbakar. 5. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kadar lignin yang masih tersisa dalam
pulp. Pencucian dilakukan dengan aquadest hingga warna pulp menjadi pucat.
6. Pengadukan
Pengadukan berpengaruh dalam kontak solvent terhadap bahan, sehingga dapat
melarutkan lignin yang banyak dari bahan. Peneliti terdahulu menyimpulkan
putaran pengadukan berkisar 400 rpm.
II.7. Hipotesa
Berdasarkan analisis bahan baku kulit kopi yang mengandung lignin
sehingga dimungkinkan mendapatkan kandungan lignin yang tinggi dengan
proses delignifikasi menggunakan metode organosolv yang menggunakan pelarut
organik etanol dan metanol.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Bahan – Bahan yang Diperlukan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah kulit buah kopi
yang diambil dari perkebunan PTPN XII di kota Malang. Bahan Etanol, Metanol,
Asam Sitrat dan Aquadest dibeli pada toko kimia SAP Chemical Medokan Ayu
Surabaya.
III.2. Alat – Alat yang Digunakan
1. Seperangkat alat ekstraksi
2. Pipet
3. Kertas saring
4. Erlenmeyer
5. Beaker glass
6. Corong
7. Blender
8. Ayakan 10 mesh
9. Neraca analitik
10.Oven
11.Desikator
Program St udi S – 1 Teknik K imia
III.3. Gambar dan Susunan Alat
Gambar III.3.1. Susunan Alat Ekstraksi
Keterangan gambar:
1. Motor pengaduk
2. Termometer
3. Waterbath
4. Labu leher tiga
5. Statif
6. Kondensor
7. Pengaduk
III.4. Variabel
III.4.1. Variabel yang Ditetapkan
A. Ekstrasi Pektin
1. Kulit buah kopi = 25 gram
2. Ukuran kulit buah kopi = 10 mesh
3. Kulit kopi = 25 gram
4. Asam sitrat = 12 gram
5. Putaran pengaduk = 500 rpm
1
6 5
4 3
2 7
6. Suhu = 80oC
7. Waktu ekstraksi pektin = 75 menit
B. Delignifikasi
1. Putaran pengaduk = 500 rpm
2. Suhu = 50oC
3. Volume etanol = 100 ml
4. Volume metanol = 100 ml
III.4.2. Variabel Yang Dijalankan
1. Konsentrasi etanol (v/v) = 10% ; 20% ; 30% ; 40% ; 50%
2. Konsentrasi metanol (v/v) = 10% ; 20% ; 30% ; 40% ; 50%
3. Waktu pemanasan ( jam ) = 1 ; 1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3
III.5. Prosedur Penelitian
1. Persiapan alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan cara pencucian.
2. Persiapan bahan baku
Terlebih dahulu keringkan kulit kopi, lalu haluskan kulit kopi hingga
berukuran 10 mesh. Timbang kulit buah kopi sebesar 25 gr, masukkan ke
dalam labu leher tiga.
3. Proses ekstraksi pektin
Masukkan kulit kopi sebanyak 25 gram dan asam sitrat sebanyak 12 gram
dalam labu leher tiga. Lakukan pengadukan dengan kecepatan 500 rpm pada
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
4. Persiapan delignifikasi
Saring, pisahkan filtrat sebagai pektin. Masukkan endapan dalam labu leher
tiga untuk proses delignifikasi.
5. Proses delignifikasi
Masukkan 100 ml larutan etanol/metanol ( 10% ; 20% ; 30% ; 40% ; 50%
(v/v) ) dalam labu leher tiga. Lakukan pengadukan dengan kecepatan 500 rpm
pada suhu operasi 50oC dengan waktu pemasakan yang ditentukan. 6. Pencucian
Pisahkan pulp dari filtratnya dengan penyaringan, filtrat yang dihasilkan
dianalisa kadar lignin. Kemudian cake yang dihasilkan dicuci dengan aquadest
secukupnya.
7. Pengeringan
Oven pada suhu 100oC dan dinginkan pada desikator. 8. Analisa kadar -selulosa, % yield, dan kadar air.
III.6. Skema Penelitian
Kulit buah kopi Analisa
Asam sitrat = 12 gr
Filtrat ( analisa sebagai pektin )
Endapan
100 ml etanol/metanol 10%; 20%; 30%; 40%; 50% (v/v)
Waktu 1; 1,5; 2; 2,5; 3 ( jam )
Filtrat ( analisa sebagai lignin )
Analisa -selulosa, % yield, dan kadar air Dihaluskan ( 10 mesh )
Masukkan ke labu leher tiga
Aduk dengan kecepatan 500 rpm pada suhu 80oC dan waktu 75 menit
Masukkan ke labu leher tiga
Aduk dengan kecepatan 500 rpm pada suhu 50oC
Penyaringan
Cuci endapan
Keringkan pada oven
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
III.7. Metode Analisa
III.7.1. Analisa Kadar Lignin dan α-Sellulosa
Analisa kadar lignin dan -sellulosa dilakukan dengan metode
spectrofotometrie UV-VIS SIMITSU 6200 ( Balai Penelitian dan Konsultasi
Industri ( BPKI ) Jl. Ketintang XVII No. 14 Surabaya ). Hasil delignifikasi
dianalisa kemudian hasilnya digunakan untuk menghitung kadar lignin.
III.7.2. Analisa % Yield
Bahan baku kulit kopi terlebih dahulu di analisa kandungan -sellulosa,
kemudian pulp hasil delignifikasi juga di analisa kadar -sellulosa. Hasil dari
analisa tersebut kemudian dipergunakan untuk menghitung % yield.
% = − ( )
ℎ ( ) × 100%
III.7.3. Analisa Kadar Air
Tujuan dari analisa kadar air adalah untuk mengoreksi analisa kadar α
-sellulosa, dimana semakin kecil kadar air yang dikandung pulp maka semakin
tinggi kadar α-sellulosa.
Pulp hasil percobaan ditimbang dengan teliti dan diletakkan pada cawan
yang telah diketahui beratnya, kemudian keringkan dalam oven pada suhu 100oC hingga kering, selanjutnya dinginkan dalam desikator dan timbang.
= ℎ −
ℎ × 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Seluruh analisa dalam proses delignifikasi kulit kopi menjadi pulp ini,
dianalisakan di Balai Penelitian dan Konsultasi Industri ( BPKI ) Surabaya dengan
metode spectrofotometrie UV-VIS SIMITZU 6200.
IV.1.1. Analisa Bahan Baku
Berdasarkan hasil analisa bahan awal ( kulit kopi ) diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel IV.1.1.1. Hasil Analisa Limbah Kulit Kopi
Kandungan Kadar ( % v/v )
-Selulosa 41,26%
Lignin 8,67%
Pektin 2,06%
Sumber: BPKI ( 2013 )
VI.1.2. Analisa Kadar Lignin, -Sellulosa, % Yield, dan Kadar Air Setelah
Proses Delignifikasi
Setelah proses delignifikasi berlangsung sesuai dengan variabel yang
dijalankan didapatkan hasil analisa kadar lignin, α-selulosa, % yield, dan kadar air
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Tabel IV.1.2.1. Hasil Analisa Penelitian
Bahan Kimia Hasil
Sumber: Balai Penelitian dan Konsultasi Industri ( BPKI ) Surabaya ( 2013 )
IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Analisa Kadar Lignin
Gambar IV.2.1.1. Hubungan antara Lignin dengan Waktu Pemasakan yang
Menggunakan Larutan Etanol
Gambar IV.2.1.2. Hubungan antara Lignin dengan Waktu Pemasakan yang
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Berdasarkan gambar IV.2.1.1. dan IV.2.1.2., pada proses delignifikasi,
semakin lama waktu pemasakan maka lignin yang diperoleh pada filtrat semakin
tinggi tetapi pada waktu tertentu besarnya lignin menunjukkan kecenderungan
konstan. Kandungan lignin yang tinggi pada filtrat menunjukkan semakin
banyaknya lignin yang dapat terlarut pada proses delignifikasi. Semakin
bertambahnya konsentrasi larutan pemasak juga sangat berpengaruh terhadap
terurainya lignin. Hal itu disebabkan karena semakin besar konsentrasi larutan
pemasak maka kadar lignin yang terlarut semakin besar. Tetapi apabila terlalu
tinggi konsentrasi larutan pemasak akan menyebabkan rusaknya selulosa dan larut
dalam pemasakan yaitu dalam kondisi asam yang kuat dan konsentrasi alkohol
yang berlebih akan terjadi reaksi etherifikasi selulosa yaitu reaksi antara selulosa
dengan alkohol membentuk ether. Sehingga menyebabkan penurunan α-selulosa
yang dihasilkan. α-selulosa akan mempunyai sifat fisik yang baik apabila
kandungan lignin dapat dikurangi karena sifat lignin yang kaku dan rapuh. Lignin
dapat mempengaruhi dalam hal pembentukan ikatan antar serat dan dapat
menurunkan derajat putih ( Sugesty, 1986 ).
Dari kedua gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi terbaik proses
delignifikasi yaitu pada penggunaan larutan pemasak etanol 40% ( v/v ) dengan
waktu pemasakan 2,5 jam menghasilkan lignin terbesar yaitu 3,11%. Hal ini
memenuhi syarat sebagai bahan baku pulp, yaitu kandungan lignin dibawah 20%.
( Tim Puslitbang Indhan Balitbang Dephan, 2010 )
IV.2.2. Analisa Kadar -Sellulosa
Gambar IV.2.2.1. Hubungan antara -Sellulosa dengan Waktu Pemasakan yang
Menggunakan Larutan Etanol
Gambar IV.2.2.2. Hubungan antara -Sellulosa dengan Waktu Pemasakan yang
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Berdasarkan gambar IV.2.2.1. dan IV.2.2.2., pada proses delignifikasi,
semakin lama waktu pemasakan maka α-selulosa yang diperoleh semakin besar tetapi pada waktu tertentu besarnya α-selulosa menunjukkan kecenderungan
konstan. Semakin bertambahnya konsentrasi larutan pemasak juga sangat
berpengaruh terhadap terurainya α-selulosa. Hal itu disebabkan karena semakin besar konsentrasi larutan pemasak maka kadar lignin yang terlarut semakin besar.
α-selulosa akan mempunyai sifat fisik yang baik apabila kandungan lignin dapat dikurangi karena sifat lignin yang kaku dan rapuh. Lignin dapat mempengaruhi
dalam hal pembentukan ikatan antar serat dan dapat menurunkan derajat putih
( Sugesty, 1986 ). Tetapi apabila terlalu tinggi konsentrasi larutan pemasak akan
menyebabkan rusaknya selulosa dan larut dalam pemasakan yaitu dalam kondisi
asam yang kuat dan konsentrasi alkohol yang berlebih akan terjadi reaksi
etherifikasi selulosa yaitu reaksi antara selulosa dengan alkohol membentuk ether.
Sehingga menyebabkan penurunan α-selulosa yang dihasilkan.
Dari kedua gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi terbaik proses
delignifikasi yaitu pada penggunaan larutan pemasak etanol 40% ( v/v ) dengan
waktu pemasakan 2,5 jam menghasilkan α-selulosa sebesar 73,88%. Hal ini memenuhi syarat sebagai bahan baku pulp, yaitu kandungan -selulosa diatas
40%. ( Stephenson, 1950 )
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Berdasarkan grafik IV.2.3.1. dan IV.2.3.2, pada proses delignifikasi,
semakin besar waktu pemasakan maka % yield yang diperoleh semakin kecil
tetapi pada waktu tertentu besarnya % yield menunjukkan kecenderungan konstan.
Hal ini disebabkan karena semakin besar waktu pemasakan, maka kadar yield
yang dihasilkan semakin menurun. % yield juga sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan pemasak yang apabila semakin tinggi akan menyebabkan
lignin yang terlarut semakin besar sehingga % yield yang diperoleh semakin kecil.
% yield yang kecil menunjukkan konsentrasi α-selulosa yang tinggi atau tingkat
kemurnian α-selulosa tinggi. α-selulosa akan mempunyai sifat fisik yang baik
apabila kandungan lignin dapat dikurangi karena sifat lignin yang kaku dan rapuh.
Lignin dapat mempengaruhi dalam hal pembentukan ikatan antar serat dan dapat
menurunkan derajat putih ( Sugesty, 1986 ).
Dari kedua gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi terbaik proses
delignifikasi yaitu pada penggunaan larutan etanol 40% ( v/v ) dengan waktu
pemasakan 2,5 jam sebesar 55,87%.
IV.2.4. Analisa Kadar Air
Gambar IV.2.4.1. Hubungan antara % Kadar Air dengan Waktu Pemasakan yang
Menggunakan Larutan Etanol
Gambar IV.2.4.2. Hubungan antara % Kadar Air dengan Waktu Pemasakan yang
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
Berdasarkan gambar IV.2.4.1. dan IV.2.4.2., pada proses delignifikasi,
semakin besar waktu pemasakan maka kadar air semakin lama semakin menurun
tetapi pada waktu tertentu besarnya kadar air menunjukkan kecenderungan
konstan. Semakin kecil kadar air maka akan menyebabkan daya tahan kertas
meningkat. Kadar air yang kecil menunjukkan konsentrasi α-selulosa yang tinggi
atau tingkat kemurnian α-selulosa tinggi. Besarnya kadar air ini juga dipengaruhi
oleh faktor pengeringan bahan pada oven.
Dari kedua gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi terbaik proses
delignifikasi yaitu pada penggunaan larutan etanol 40% ( v/v ) dengan waktu
pemasakan 2,5 jam sebesar 24,85%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh pada
delignifikasi kulit kopi menjadi bahan baku pulp dengan metode organosolv dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kulit kopi ( Coffea Sp. ) merupakan hasil samping ( limbah ) dari
perkebunan kopi yang sangat potensial untuk dijadikan salah satu bahan
baku pulp.
2. Kulit kopi ( Coffea Sp. ) mengandung lignin dengan kadar 8,67%.
3. Proses delignifikasi kulit kopi menjadi bahan baku pulp dengan metode
organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan
kimia organik seperti pada penelitian ini digunakan bahan kimia etanol
dan metanol.
4. Proses delignifikasi dengan menggunakan metode organosolv telah
terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat
efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan dikarenakan bahan yang
dipergunakan adalah bahan organik dan tidak menggunakan unsur sulfur
serta menghasilkan lignin dengan tingkat kemurnian tinggi.
5. Kondisi terbaik pada delignifikasi kulit kopi dengan metode organosolv
untuk mendapatkan lignin terbesar terdapat pada larutan etanol 40% ( v/v )
dengan waktu pemasakan selama 2,5 jam yaitu dengan kadar lignin
Program St udi S – 1 Teknik K imia Fakult as Teknologi I ndust ri - U PN “Vet eran” Jawa timur
V.2. Saran
1. Pada saat proses ekstraksi hendaknya suhu dalam termometer harus
diperhatikan agar tidak mudah naik turun karena dapat mempengaruhi
jumlah larutan yang ada.
2. Hendaknya pada saat proses delignifikasi pH harus sering-sering diukur
karena dapat mempengaruhi hasil lignin yang didapatkan.
Anonim.16 April 2011. Proses Pembuatan Pulp. ( Online ), ( http://wong168.wordpress.com/2011/04/16/proses-pembuatan-pulp/,
diakses 26 Maret 2012; 08:30 WIB )
Apry Shinsetsu Silver Fox. 10 Agustus 2010. Makalah Pembuatan Pulp dan
Kertas dari Ampas Tebu dengan Proses Acetosolv. ( Online ), (
http://aprysilverfox.blogspot.com/2010/08/makalah-pembuatan-pulp-dan-kertas-dari.html, diakses 26 Maret 2012; 08:36 WIB )
Artati, Enny Kriswiyanti, Ahmad Effendi, dan Tulus Haryanto. Januari 2009. Pengaruh Konsentrasi Larutan Pemasak Pada Proses Delignifikasi Eceng Gondok Dengan Proses Organosolv. Jurnal Ekuilbrium Vol. 8 No. 1.
Austin,G.T 1975, “Shreve’s Chemical Process Industries”,5th ed., Mc. Grow Hill International Ed., New York.
Barr, C. 2001. The Financial Collapse of asi Pulp & Paper: Moral Hazardand Implication for Indonesia’s Forest, dalam Asian Development Forum 3, Bangkok.
BIRO. 2001. Indonesia Pulp and Paper Industry. Jakarta: PT Biro Data Indonesia.
Casey, J.P. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology I. John and Wiley and Son. New York.
Deperindag dan APKI. 2001. Industri Pulp dan Kertas 1999-2003: Realisasi 1999-2000 dan Proyeksi 2001-2003. Jakarta: Direktorat Industri Pulp dan Kertas.
Desmayanti dan Muladi, 1995.
Gunawan. 15 Agustus 2007. Komposisi Kopi. ( Online ), ( http://goenawanb.com/agriculture/komposisi-kopi/, diakses 26 Maret
Pembuatan CMC. Jurnal Agrosains Vol.13 (1).
Isroi. 13 Februari 2008. Potensi Bioethanol dari Biomassa Lignoselulosa. ( Online ), (
http://isroi.wordpress.com/2008/02/13/potensi-bioethanol-dari-biomassa-lignoselulosa/, diakses 26 Maret 2012;08:55 WIB )
Isroi. 23 November 2008. Karakteristik Lignoselulosa. ( Online ), ( http://isroi.com/2008/11/23/karakteristik-lignoselulosa/, diakses 26
Maret 2012;09:00 WIB )
Jalaluddin, Samsul Rizal. November 2005. Pembuatan Pulp Dari Jerami Padi Dengan Mneggunakan Natrium Hidroksida. Jurnal Sistem Teknik Industri Vol. 6 No. 5.
K.L.H. 2005. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 228 tahun 2005 Tentang Hasil Penilaian Peringkat Kerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Kompas. 2009. ( Online ), ( www.kompas.com, diakses 26 Maret 2012 )
Santoso, Ruly Aditya, ST. 2010. Kajian Awal Pulp dari Kulit Buah Kakao dengan Metode Organosolv.
Stephenson, N. J. Newel, 1950, “Preparation and Treathment of Wood Pulp”, Mc. Grow Hill Book Company, New York.
Sugesty S & Tjahjono T, 1997.
Sugesty. 1986. Sumber Bahan Baku Pulp, halaman: 1-20. Balai Besar Pulp dan Kertas, Bandung.
Sumada, Ketut, Puspita Eka Tamara, dan Fiqih Alqani. April 2011. Kajian Proses Isolasi -Selulosa Dari Limbah Batang Tanaman Manihot Esculenta Crantz Yang Efisien. Jurnal Teknik Kimia Vol. 5 No.2.
Teknik Industri Pertanian.
Tim Puslitbang Indhan Balitbang Dephan ( Kol. Umar S. Tarmansyah ). 2010. Pemanfaatan Serat Rami untuk Pembuatan Selulosa. ( Online ), (http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=18&mnorutisi=3,
diakses 26 Maret 2012 )
Trie, Ita. 07 Oktober 2012. Laporan Kimia Fisika Hukum Hess. ( Online ), ( http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-fisika-hukum-hess.
html, diakses 02 Januari 2013 )
Wartaekonomi. 2011. ( Online ), ( www.wartaekonomi.com, diakses 26 Maret 2012 )
Wikipedia. 2007. Etanol. ( Online ), ( http://id.wikipedia.org/wiki/etanol, diakses 02 Januari 2013; 09:20 WIB )
Wikipedia. 2007. Metanol. ( Online ), ( http://id.wikipedia.org/wiki/metanol, diakses 02 Januari 2013; 09:27 WIB )