Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
-
Oleh
Leonardus Vendi Heru Setyawan 121424005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
-
Oleh
Leonardus Vendi Heru Setyawan 121424005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
“Sugeh ngelmu tanpa mengguru”
(Keluhuran budi merupakan modal sangat mahal, hanya bisa didapat dengan belajar dari kesadaran diri/tanpa berguru)
Bowo Dulbendho
Karyaku ini aku persembahankan:
Kedua orangtuaku tercinta dan tersayang:
Agustinus Poniman dan Lusia Suminah
Terutama kepada ibuku semoga lekas sembuh sakitmu
Dan tak lupakan kakak ku menjadi teman bertengkar apabila berada dirumah:
vii ABSTRAK
Leonardus Vendi Heru Setyawan, 2017. Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa Kelas X MIA Mengenai Penjumlahan Vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif yang bertujuan (1) mengetahui pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati (2) mengetahui perbedaan pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati, dan (3) mengetahui miskonsepsi siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati.
Penelitian ini dilaksanakan di 2 SMA yang berada di kabupaten Sleman yakni SMA Negeri 1 Seyegan 13 Oktober 2016 dan SMA Negeri 1 Mlati 17 Oktober 2016. Partisipan dari penelitian ini adalah kelas X MIA yang terdiri dari 31 siswa SMA Negeri 1 Seyegan dan 31 siswa SMA Negeri 1 Mlati. Adapun instrumen yang digunakan adalah satu set tes pemahaman konsep penjumlahan vektor. Penelitian ini diawali dengan penyusunan instrumen dan selanjutnya memberi tes kepada siswa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) persentase siswa yang menjawab dengan pilihan jawaban benar di SMA Negeri 1 Seyegan yaitu sebesar 40,64% dan persentase siswa yang menjawab dengan pilihan jawaban benar di SMA Negeri 1 Mlati yaitu sebesar 62,44%.(2) persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Seyegan yang memahami dengan memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan benar yaitu sebesar 17,25% dan persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Mlati yang memahami dengan memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan benar yaitu sebesar 46,64%, (3) persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Seyegan yang memahami sebagian (Mi-3) dengan memilih pilihan jawaban benar dan tidak memberikan alasan yaitu sebesar 21,45% dan persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Mlati yang memahami sebagian (Mi-3) dengan memilih pilihan jawaban benar dan tidak memberikan alasan yaitu sebesar 18,70%, (4) persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Seyegan yang mengalami miskonsepsi (Mi-1) dengan memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 8,22% dan persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Mlati yang mengalami miskonsepsi (Mi-1) dengan memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 6,12%. (5) persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Seyegan yang mengalami miskonsepsi (Mi-1) dengan memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 0,32% dan persentase rata-rata siswa SMA Negeri 1 Mlati yang mengalami miskonsepsi (Mi-1) dengan memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 2,42%.
viii ABSTRACT
Leonardus Vendi Heru Setiawan, 2017. Understanding and Misconceptions of Vector Addition to Tenth Grade Students MIA in SMA Negeri 1 Seyegan and SMA Negeri 1 Mlati. Thesis. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is descriptive quantitative and qualitative descriptive which purpose to (1) determine students' understanding of class X MIA vector addition to tenth grade in SMA Negeri 1 Seyegan and SMA Negeri 1 Mlati (2) to a different perception of class X MIA vector addition to tenth grade in SMA Negeri 1 Seyegan and SMA Negeri 1 Mlati, and (3) determine the class X MIA misconceptions about the vector addition of SMAN 1 Seyegan and SMA Negeri 1 Mlati. The research was conducted in two high school located in the Sleman district SMA Negeri 1 Seyegan October 13th2016 and SMA Negeri 1 Mlati October 17th 2016. Participants of this study is the X MIA class consisting of 31 students SMA Negeri 1 Seyegan and 31 students of SMA 1 Mlati. The instrument used was a set of test understanding of the concept of vector addition. This study begins with the preparation of the instruments and then give the test to students.
The results of this study indicate that (1) the percentage of students who answered with a selection of correct answers in SMA Negeri 1 Seyegan that is equal to 40.64% and the percentage of students who answered with a selection of correct answers in SMA Negeri 1 Mlati that is equal to 62.44%. (2) the average percentage of students SMA Negeri 1 Seyegan understood by choosing selection of correct answers and reasoning correctly that is equal to 17.25% and the average percentage of students SMA Negeri 1 Mlati understood by choosing selection of correct answers and gives right reasons that is equal to 46.64%, (3) the average percentage of students SMA Negeri 1 Seyegan who understand the majority (MI-3) by selecting the correct answer choice and did not give a reason in the amount of 21.45% and the average percentage of high school students School 1 Mlati who understand the majority (MI-3) by selecting the correct answer choice and did not give a reason in the amount of 18.70%, (4) the average percentage of students SMA Negeri 1 Mlati who have misconceptions (Mi-1) by selecting the answer options right and give the false premise of 8.22% and the average percentage of students SMA Negeri 1 Mlati who have misconceptions (Mi-1) by selecting the correct answer choice and give reasons one by 6.12%. (5) The average percentage of students SMA Negeri 1 Seyegan who have misconceptions (Mi-1) by selecting the correct answer option and give the false premise of 0.32% and the average percentage of students SMA Negeri 1 Mlati who have misconceptions (M-1) by selecting the correct answer option and give the false premise of 2.42%.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah
Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa Kelas X MIA Mengenai Penjumlahan Vektor di SMA
Negeri 1 Mlati dan SMA Negeri 1 Seyegan.
Tujuan dari penulisan skripsi adalah dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis selalu mendapatkan bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Sri Agustini Sulandri, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan pengarahan serta memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.
2. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Dr. Edi Santosa, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
4. Drs. Severinus Domi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
5. Drs. Samijo, MM selaku Kepala SMA Negeri 1 Seyegan yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 6. Drs. Aris Sutardi selaku Kepala SMA Negeri 1 Mlati yang telah yang telah berkenan
x
8. Kuswantini, S.Pd selaku guru Fisika SMA Negeri 1 Mlati atas segala bantuan dan dukungan dalam penelitian.
9. Siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Mlati atas partisipasinya sebagai partisipan penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.
10. Siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 1 Seyegan atas partisipasinya sebagai partisipan penelitian sehingga penelitian berjalan dengan lancar.
11. Segenap Staf sekretariat JPMIPA, Mbak Tari, Mas Arif dan Pak Sugeng yang telah memberikan segala sesuatu tentang administrasi selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma.
12. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan juga bimingan yang diberikan.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
xii
A. Belajar... 4
B. Konsep ... 5
C. Miskonsepsi ... 7
D. Hakikat Fisika ... 7
a. Fakta ... 7
b. Konsep ... 8
c. Hukum ... 8
d. Rumus ... 8
e. Teori ... 8
f. Model ... 8
E. Pemahaman... 9
F. Tes Pilihan Ganda Beralasan ... 10
G. Materi Penjumlahan Vektor ... 12
1. Pengertian Vektor... 12
2. Vektor Sejajar dan Berlawanan ... 13
3. Penjumlahan Vektor ... 14
H. Penelitian Yang Relevan ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21
A. Jenis Penelitian ... 21
xiii
D. Variabel Penelitian ... 22
E. Teknik Pengambilan Data ... 22
F. Instrumen Penelitian ... 22
G. Metode Analisis Data ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Pelaksanaan Penelitian ... 29
B. Data... 31
C. Deskripsi dan Analisis Data ... 32
1. Analisis hasil penelitian soal pilihan ganda siswa kelas X MIA materi penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Mlati dan SMA Negeri 1 Seyegan ... 32
2. Analisis Perbedaan Pemahaman rata-rata skor pemahaman siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati berdasarkan pilihan jawaban siswa ... 40
3. Analisis adanya miskonsepsi pada jawaban mengenai Penjumlahan Vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati ... 42
4. Analisis Kaitan antara Pemahaman dan Miskonsepsi siswa mengenai Penjumlahan Vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati ... 70
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88
BAB V PENUTUP ... 94
A.Kesimpulan ... 94
B.Saran ... 95
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 21
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes ... 22
Tabel 3.3 Penyebaran soal ke dalam Konsep ... 23
Tabel 3.4 Tabel untuk rekap pemahaman siswa ... 24
Tabel 3.5 Pemahaman Konsep penjumlahan vektor ... 25
Tabel 3.6 Klasifikasi Pemahaman Konsep ... 26
Tabel 3.7 Kemungkinan pola jawaban dan kategorinya ... 27
Tabel 3.8 Kaitan pemahaman dan miskonsepsi siswa mengenai penjumlahan vektor ... 29
Tabel 4.1 Tahap persiapan sebelum penelitian ... 30
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 32
Tabel 4.3 Jumlah siswa Tiap Sekolah ... 32
Tabel 4.4 Rekap skor siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan berdasarkan pilihan jawaban siswa ... 33
Tabel 4.5 Distribusi siswa (%) terhadap pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor pada pilihan jawaban ganda di SMA Negeri 1 Seyegan ... 34
Tabel 4.6 Rekap skor siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati berdasarkan pilihan jawaban siswa ... 35
Tabel 4.7 Distribusi siswa (%) terhadap pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor pada pilihan jawaban ganda di SMA Negeri 1 Seyegan ... 37
Tabel 4.8 Pemahaman Penjumlahan kelas X MIA di SMA Negeri 1 Seyegan ... 37
xv
Negeri 1 Seyegan... 44 Tabel 4.11b Persentase berdasarkan kategori tingkat pemahaman siswa di kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati ... 58 Tabel 4.12a Kaitan antara Pemahaman dan Miskonsepsi siswa mengenai penjumlahan vektor
di kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan ... 71 Tabel 4.12a Kaitan antara Pemahaman dan Miskonsepsi siswa mengenai penjumlahan vektor
xvi
Gambar 2.1 Sebuah vektor gaya = 20 N ... 13
Gambar 2.2 Beberapa contoh vektor ... 13
Gambar 2.3 Penjumlahan dua buah vektor A dan B dengan metode segitiga ... 15
Gambar 2.4 Penjumlahan dua buah vektor A dan B dengan metode jajaran genjang ... 15
Gambar 2.5 Langkah langkah dalam menggambarkan penjumlahan vektor dengan metode poligon. ... 18
Gambar 2.6 Resultan dua vektor yang membentuk sudut ... 18
xvii
Lampiran A. Soal Tes ... 99
Lampiran B1. Contoh hasil pengisian Lembar Jawaban ... 119
Lampiran B2. Rekap skor penilaian pemahaman pada konsep penjumlahan vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan ( pada pilihan jawaban) ... 131
Lampiran B3. Rekap skor penilaian pemahaman pada konsep penjumlahan vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati ( pada pilihan jawaban) ... 133
Lampiran B4. Rekap skor penilaian pemahaman pada konsep penjumlahan vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan ( pada alasan siswa) ... 135
Lampiran B5. Rekap skor penilaian pemahaman pada konsep penjumlahan vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati ( pada alasan siswa) ... 137
Lampiran B6. Rekap persentase siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tiap konsep penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan ... 139
Lampiran B7. Rekap persentase siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tiap konsep penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Mlati ... 141
Lampiran B8. Rekap rata-rata skor pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan ... 143
Lampiran B9. Rekap rata-rata skor pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati ... 144
Lampiran B10. Kategori Tingkat Pemahaman kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan ... 145
Lampiran B11. Persentase siswa berdasarkan kategori tingkat pemahaman kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan ... 148
Lampiran B12. Kategori Tingkat Pemahaman kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati ... 150
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Vektor adalah salah satu pokok bahasan dalam ilmu fisika. Pokok bahasan vektor sendiri sudah diajarkan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada dasarnya, konsep vektor terdiri dari besarnya vektor, arah vektor, dan penjumlahan vektor yang tercantum di dalam buku Fisika kelas X. Sejalan dengan pernyataan diatas, konsep tersebut juga merupakan konsep dasar dari mekanika. Sehingga siswa harus memahami secara sungguh-sungguh mengenai konsep vektor tersebut. Karena jika konsep vektor tidak dipahami secara benar, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika lainnya, terutama yang berkaitan dengan konsep vektor (Aguirre, 1988: 102). Hal ini diperkuat didalam buku karangan Paul Suparno (2005: 14) yang berjudul
“Miskonsepsi & Perubahan Konsep Dalam Pendidikan Fisika” diperjelas bahwa kebanyakan dari siswa menjumlahkan vektor seperti menjumlahkan bilangan biasa saja tanpa memperhatikan sudut dan arahnya. Maka siswa tersebut dapat dikatakan mengalami miskonsepsi karena tidak memahami konsep vektor secara benar.
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) guru mata pelajaran fisika lebih fokus untuk memenuhi tugas pembelajaran secara umum.
Sehubungan dengan hal ini maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai penjumlahan vektor dan perbedaan pemahaman siswa mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati karena nilai masuk kedua sekolah tersebut berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa Kelas X MIA Mengenai Penjumlahan Vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan masalah penelitian :
a. Sejauh mana tingkat pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati?
b. Bagaimana perbedaan pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati? c. Apakah miskonsepsi terjadi pada siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan
vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini :
b. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati. c. Untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas X MIA
mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati.
D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Calon Guru :
Mendapatkan gambaran secara umum, tingkat pemahaman siswa mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati.
2. Bagi Guru:
Memberikan informasi mengenai miskonsepsi siswa dalam memahami konsep penjumlahan vektor. Miskonsepsi masih banyak terjadi pada siswa, hasil penelitian dapat dijadikan pegangan dalam merancang proses kegiatan belajar mengajar, serta merancang metode yang tepat digunakan dalam mengajar, dan mengurangi atau memperkecil kesalahan.
3. Bagi peneliti yang lain :
BAB II DASAR TEORI
A.Belajar
Menurut Slameto (2003: 13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Untuk mendapatkan sesuatu seseorang harus
melakukan usaha agar apa yang diinginkan dapat tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun kelompok dalam suatu interaksi.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
B.Konsep
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu gagasan atau buah pemikiran seseorang berdasarkan pengalaman terhadap suatu objek atau kejadian yang bersifat abstrak dan dijelaskan dengan kata-kata sendiri.
C.Miskonsepsi
Menurut Suparno (2005: 29) menjelaskan beberapa faktor penyebab lainnya miskonsepsi sebagai berikut:
1. Faktor siswa yang memiliki masalah pada prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, perkembangan kognitif, kemampuan siswa dan minat belajarnya.
2. Faktor pengajar yang tidak menguasai bahan bukan lulusan dari bidang ilmu tertentu, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide, dan relasi guru dengan siswa yang tidak baik.
3. Faktor buku teks. Terdapat banyak yang penjelasannya salah, salah tulis, buku fiksi dalam rumus, tingkat penulisan buku terlalu tinggi untuk siswa, buku fiksi dan kartun sains yang sering salah konsep karena alasan menariknya yang perlu.
4. Faktor Konteks. Konteks hidup yang sering menjadi penyebab antara lain pengalaman siswa, bahasa sehari-hari yang berbeda, teman diskusi yang salah keyakinan dan agama, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru, konteks hidup siswa seperti televisi, radio, film yang keliru, perasaan senang tidak senang dan perasaan bebas atau tertekan.
D.Hakikat Fisika
Salah satu hakikat fisika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai produk. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia, terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkungan. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia sehingga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuwan diinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang
kemudian disebut sebagai produk atau “a body of knowledge”. Pengelompokkan
hasil-hasil penemuan ini menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia, dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, hukum, rumus,
teori, dan model. a. Fakta
Fakta merupakan kenyataan dan pernyataan dari suatu benda yang menggambarkan hasil observasi maupun menggunakan alat bantu (Chiappetta & Coballa, 2010). Contoh fakta dalam fisika misalnya fakta bahwa besi yang dipanasi akan terasa panas, batu yang dimasukkan ke dalam air tenggelam, dan benda yang dijatuhkan mengarah ke bawah.
b. Konsep
berdasarkan pengalaman, karena itu tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang sama. Contoh konsep dalam fisika misalnya konsep tentang kalor, vektor, gaya, dan gerak.
c. Hukum
Hukum dikembangkan dari fakta-fakta yang menjelaskan dan memprediksi kejadian atau kasus individu (Carey, Carnap, dan Mayr dalam Mc Comas, 2003). Contoh hukum dalam fisika misalnya hukum kekekalan energi, hukum Archimedes, dan hukum Newton.
d. Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep dan variabel-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara sistematis.
e. Teori
Teori adalah pernyataan yang dibangun dari fakta, hukum dan kesimpulan untuk menggambarkan fenomena sehingga masuk akal diakui sebagai hasil dari penelitian manusia yang terkait dengan penciptaan (Carey, Carnap, dan Mayr dalam Mc Comas, 2003). Contoh teori dalam fisika misalnya teori kinetik gas, teori relativitas, dan teori Bigbang.
f. Model
alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.
E.Pemahaman
Pemahaman adalah proses mental seseorang untuk memahami sesuatu yang telah diketahui dan diingat dan merupakan landasan bagi siswa untuk membangun wawasan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002 & Simanjuntak, 2012). Pemahaman konsep dan prinsip merupakan persyaratan keberhasilan siswa terhadap fisika (Simanjutak, 2012).
Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman seseorang akan suatu konsep menurut Wardani (2010) antara lain: 1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri secara rinci; 2) dapat mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya; 3) dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 4) dapat memberi contoh dan non contoh dari konsep; 5) dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup konsep; 6) dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; 7) dapat mengaplikasikan konsep pemecahan masalah.
F. Tes Pilihan Ganda Beralasan
56). Kelebihan tes pilihan ganda berlasan terbuka yaitu siswa dapat leluasa mengungkapkan alasan atas jawaban yang dipilihnya. Kelemahannya yakni dibutuhkan waktu untuk pemahaman jawaban siswa yang luas. Instrumen ini telah digunakan oleh Katarina Priyanti (2014) dalam penelitiannya untuk mengidentifikai miskonsepsi siswa pada konsep gaya.
jawaban lebih kecil dibandingkan bentuk soal pilihan ganda satu tingkat, tetap saja kemungkinan menebak jawaban selalu ada. Seperti yang diungkapkan Sukardi didalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Pendidikan” (2008. hlm. 126) bahwa kelemahan tes objektif yakni memberi peluang kepada siswa untuk menerka jawaban.
Tahap-tahap pengembangan tes pilihan ganda beralasan pertama kali dikemukakan oleh Treagust (1988. hlm. 161). Pengembangan bentuk tes ini secara umum sama dengan pegembangan instrumen tes biasa, hanya saja instrumen yang dihasilkan berbentuk pilihan ganda beralasan. Adapun tahapan pengembangan instrumen ini terdiri dari tiga langkah utama. Secara rinci, langkah-langkah dari setiap tahapan utama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menggambarkan isi atau materi yang akan diteskan.
a. Mengidentifikasi masalah berupa materi yang akan diteskan misalnya miskonsepsi mengenai penjumlahan vektor.
b. Melakukan studi literatur tentang materi yang akan diteskan dapat berupa tinjauan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, tinjauan materi hingga kurikulum dan tinjauan pembelajaran.
c. Memvalidasi konten atau materi yang ditentukan. Validasai dapat dilakukan kepada guru senior atau dosen ahli materi tersebut.
d. Memperoleh informasi tentang keadaan awal siswa.
f. Menyebutkan pertanyaan yang sudah dibuat kepada siswa dapat berupa wawancara langsung atau tes esai. Tujuannya yakni untuk menggali informasi tentang keadaan siswa.
g. Membuat soal pilihan ganda dua tingkat berdasarkan informasi keadaan awal siswa.
h. Memvalidasai soal yang sudah dibuat kepada guru senior atau dosen ahli
2. Mengembangkan tes diagnostik
a. Menyebarkan soal pilihan ganda beralasan dua tingkat kepada siswa b. Menganalisis hasil respon siswa.
G.Materi Penjumlahan Vektor 1. Pengertian Vektor
vektor, sedangkan arah mata panah menyatakan arah vektor. Pada Gambar 2.1. ditunjukkan sebuah vektor gaya � ⃗⃗⃗ sepanjang OA = 5 cm. Setiap 1 cm menyatakan gaya sebesar 4 N, maka besar gaya F = 5 cm × 4 N/cm = 20 N. Titik O disebut pangkal vektor sedangkan titik A disebut ujung vektor.
Skala 4 N/cm
Gambar 2.1 Sebuah vektor gaya = 20 N
Sebuah vektor dinyatakan berubah jika besar atau arah vektor atau keduanya berubah. Besar vektor ditulis dengan harga mutlak atau cetak biasa. Contoh = 20 N maka besar vektor ditulis F atau |F| = 20 satuan.
2. Vektor Sejajar dan Berlawanan
Vektor sejajar adalah dua buah vektor atau lebih yang mempunyai arah dan besar yang sama. Sementara itu, dua atau lebih vektor dikatakan berlawanan apabila vektor-vektor tersebut mempunyai besar yang sama, tetapi arahnya berlawanan.
Gambar 2.2 Beberapa contoh vektor
Berdasarkan Gambar 2.2, vektor-vektor yang sejajar adalah vektor dan . Sedangkan vektor yang berlawanan adalah vektor ⃗ dan atau vektor ⃗
dan .
3. Penjumlahan Vektor
Dua buah vektor atau lebih dapat dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut disebut vektor resultan.
a) Penjumlahan Vektor dengan metode segitiga
Sebagai contoh suatu vektor ⃗⃗⃗ ditambah dengan suatu vektor ⃗ maka vektor resultannya �⃗ �. Langkah-langkah penjumlahan vektor segitiga adalah sebagai berikut:
a. Gambar vektor ⃗⃗⃗ sesuai dengan skala dan arahnya.
b. Gambar vektor ⃗ sesuai dengan skala dan arahnya dengan menempelkan pangkal vektor ⃗ pada ujung vektor ⃗⃗⃗ .
⃗⃗⃗
⃗⃗⃗
�⃗ = +⃗
⃗⃗⃗
atau
Gambar 2.3 Penjumlahan dua buah vektor ⃗⃗⃗ dan ⃗ dengan metode segitiga
b)Penjumlahan Vektor dengan metode Jajaran Genjang
Penjumlahan dua buah vektor dan ⃗ dengan metode jajaran genjang yaitu dengan cara menyatukan pangkal kedua vektor dan ⃗ , kemudian dari titik ujung vektor ditarik garis sejajar dengan vektor ⃗ . Vektor resultan �⃗ � diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal ke titik perpotongan kedua garis sejajar tersebut di atas.
Gambar 2.4 Penjumlahan dua buah vektor dan ⃗ dengan metode jajaran genjang
⃗⃗⃗
⃗⃗⃗
�⃗ = ⃗ +
⃗⃗⃗
⃗⃗⃗
c) Penjumlahan Vektor dengan metode poligon
Pada prinsipnya, menggambarkan penjumlahan vektor metode segitiga sama dengan metode poligon. Metode segitiga biasanya digunakan untuk menjumlahkan lebih dari dua vektor saja. Sedangkan metode poligon digunakan untuk menjumlahkan lebih dua vektor.
Perhatikan gambar 2.5 dibawah ini. Sekarang kita akan mencoba menggambarkan resultan penjumlahan dari + ⃗ + + ⃗⃗ dengan metode poligon. Untuk itu, perhatikan langkah-langkah berikut:
a. Gambar vektor
b. Gambar vektor dengan titik tangkap atau pangkalnya berada di ujung vektor .
c. Gambar vektor ⃗ dengan titik tangkap atau pangkalnya berada di ujung vektor .
d. Gambar vektor ⃗⃗ dengan titik tangkap atau pangkalnya berada di ujung vektor ⃗ .
e. Gambar sebuah vektor yang dimulai dari titik tangkap atau pangkal vektor dan berakhir diujung vektor ⃗⃗ . Vektor ini merupakan resultan dari penjumlahan vektor + ⃗ + + ⃗⃗ .
⃗⃗⃗
⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗
⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗
⃗⃗⃗
⃗⃗⃗
⃗⃗⃗
⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗
(2) (1)
(3)
Gambar 2.5Langkah langkah dalam menggambarkan penjumlahan vektor dengan metode poligon
4. Penjumlahan Dua Buah Vektor yang membentuk Sudut
Untuk menggambarkan penjumlahan dua buah vektor yang membentuk sudut, kita bisa menggunakan langkah-langkah penjumlahan vektor dengan metode jajargenjang. Sedangkan untuk menentukan resultan dari dua vektor yang arahnya sembarang dan membentuk sudut, kita dapat menggunakan rumus kosinus. Perhatikan gambar 2.6
Gambar 2.6 Resultan dua vektor yang membentuk sudut
Pada segitiga OAE berlaku persamaan :
(OE)2 = (OA)2 + (AE)2– 2 (OA) (AE) cos (180 – )
⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗
⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗
⃗⃗⃗
E E
A B
�
⃗⃗
�
� − �
O
(OE)2 = (OA)2 + (AE)2– 2 (OA) (AE) (– cos )
(OE)2 = (OA)2 + (AE)2 + 2 (OA) (AE) (cos )
Dengan OE = R, OA = a dan OB = b, persamaan tersebut dapat dituliskan :
R2 = a2 + b2 + 2 a b cos
R = √ + +
Keterangan :
a = besar vektor atau ⃗⃗⃗⃗⃗
b = besar vektor ⃗ atau ⃗⃗⃗⃗⃗
R = besar vektor + ⃗
= sudut yang dibentuk antara vektor dan ⃗ dengan 00≤ ≤18
H.Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian Widjaja dan Stacey (2006), yang berjudul “Miskonsepsi
Tentang Bilangan Desimal dari Calon Guru”. Hasil penelitian ini adalah mengungkap terbatasnya pemahaman tentang aturan-aturan yang digunakan untuk membandingkan pasangan bilangan desimal pada calon guru. Persamaan penelitian diatas dengan skripsi penulis yaitu ingin mengetahui miskonsepsi. Perbedaan penelitian diatas instrumen yang digunakan tes pilihan ganda beralasan. Penelitian Widjaja dan Stacey menggunakan instrumen tes dan wawancara.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan data penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantatif adalah data yang diperoleh dari hasil peroleh pemberian tes bentuk pilihan ganda beralasan atau
multiple reason choice. Data kualitatif yaitu data yang diambil dari persentase pemahaman konsep pada siswa di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati.
B.Partisipan Penelitian
Partisipan penelitian dipilih adalah siswa kelas X MIA. Dalam penelitian ini dipilih siswa kelas X MIA karena mereka telah diajarkan oleh guru mata pelajaran fisika mengenai materi vektor terutama penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati.
C.Waktu dan Tempat
Berikut waktu tempat pelaksanaan penelitian :
Tabel 3.1 Jadwal Waktu dan Tempat Pelaksanaan
No Tanggal Waktu Tempat
1. 13 Oktober 2016 11.00-12.30 WIB Kelas X MIA 2 SMA N1 Seyegan
D.Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat satu variabel yaitu kemampuan siswa dalam memahami penjumlahan vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan dan kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati.
E.Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu macam instrumen yaitu bentuk tes pilihan ganda beralasan.
F.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah instrumen bentuk tes pilihan ganda beralasan. Ini merupakan tes pilihan ganda dengan disertai alasan atau cara pengerjaan maka diharapkan siswa-siswi dapat mengungkapkan alasan dalam mengerjakan soal tersebut. Sebagian besar soal-soal ini diambil dari buku-buku paket Fisika kelas X SMA. Adapun jumlah soal yang digunakan ada 20 soal dengan 5 pilihan jawaban dengan 1 diantaranya adalah jawaban benar. Berikut kisi-kisi soal tes yang digunakan:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Materi
Pokok
Kompentensi Dasar Indikator Nomor Soal Besaran
dan satuan
Memahami
penjumlahan vektor
Mampu mendefinisikan vektor
1 Mampu menyebutkan
contoh besaran vektor
2 Mampu menggambarkan vektor dengan benar
Materi Pokok
Kompentensi Dasar Indikator Nomor Soal Besaran
dan satuan
Memahami
penjumlahan vektor
Mampu menjumlahkan dua vektor yang segaris kerja
4, 5, 6, 7, 8,
Mampu menjumlahkan vektor dengan metode segitiga
9, 10, 11, 12
Mampu menjumlahkan dua vektor atau lebih dengan metode jajar genjang dan metode poligon
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
Tabel 3.3 Penyebaran soal ke dalam Konsep
Konsep Nomor Soal
Pengertian Vektor 1
Contoh dari besaran Vektor 2
Penggambaran Vektor 3
Resultan Segaris kerja 4, 5, 6, 7, 8
Penjumlahan Vektor dengan metode segitiga 9, 10, 11, 12 Penjumlahan Vektor dengan metode jajaran genjang 13, 14, 15, 16, 17 Penjumlahan Vektor dengan metode poligon 18, 19, 20
I. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh melalui tes pilihan ganda beralasan atau multiple reason choice kemudian dilakukan analisis data seperti berikut:
1. Siswa diberikan tes soal pilihan ganda beralasan.
Menentukan skor pada jawaban berdasarkan kategori pemahaman konsep
- Option salah = 0
Skor jawaban alasan : - Alasan benar = 1 - Alasan salah = 0
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada setiap konsep, maka untuk setiap jawaban siswa diberikan perlakuan seperti langkah nomor 1. Untuk selanjutnya dikelompokkan berdasarkan masing-masing konsep dan dihitung setiap siswa dan dibuat persentase, serta dihitung rata-rata skor seluruh siswa pada setiap konsep. Berikut tabel yang digunakan untuk menghitung skor siswa dalam memahami konsep penjumlahan vektor.
Tabel 3.4 Tabel untuk rekap pemahaman siswa
KODE
SISWA
Konsep dst Skor Skor (%)
No Soal No Soal No Soal No Soal No Soal No Soal
J A J A J A J A J A J A
Keterangan :
J : Jawaban Siswa
A : Alasan Siswa
Skor % : Jumlah total skor siswa dalam persen (%)
Cara menghitung skor % : �ℎ �
� � × %
Skor rata-rata : rata-rata skor siswa terhadap setiap konsep
3. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas X MIPA SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati terhadap konsep penjumlahan vektor dapat dilihat dari jumlah rata-rata siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tiap konsep. Berikut tabel yang digunakan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap konsep penjumlahan vektor.
Tabel 3.5 Pemahaman Konsep penjumlahan vektor
Konsep ̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) �
Pengertian Vektor
Contoh dari besaran Vektor Penggambaran Vektor
Resultan Vektor segaris kerja
Penjumlahan Vektor metode segitiga Penjumlahan Vektor metode jajar genjang Penjumlahan Vektor metode poligon Keterangan :
�
̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) : Persentase rata-rata siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tiap konsep
Tabel 3.6 Klasifikasi Pemahaman Konsep berdasarkan pilihan jawaban benar Jumlah skor jawaban benar (%) Klasifikasi Pemahaman
≥ 80 Sangat Baik
65,00 – 79,99 Baik
51,00 – 64,99 Cukup
21,00 – 50,99 Kurang
≤ 20,99 Sangat Kurang
5. Menghitung Independent sample t-test
Indenpendent sample t-test adalah uji ini digunakan untuk menentukan dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Jadi tujuan metode statistik ini adalah membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan sama sekali. Peneliti ingin menganalisis data adanya perbedaan pemahaman siswa kelas X MIA dari dua sekolah berbeda dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20 atau menghitung secara manual
indenpendent sample t-test. Dalam perhitungan manual indenpendent sample t-test menggunakan rumus manual yaitu
thitung = ̅ − ̅ − � −�
√�� +��
Keterangan :
� : standar deviasi kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati � : standar deviasi kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan
: banyaknya sampel di kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati : banyaknya sampel di kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan
6. Membuat kategori pemahaman jawaban siswa
Berdasarkan tes pilihan ganda beralasan tersebut juga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa pada tiap butir soal serta dapat didiagnosis kesulitan yang dialami karena mengalami miskonsepsi atau belum paham, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan kemungkinan pola jawaban siswa, dari pola jawaban siswa tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa tingkat pemahaman seperti disajikan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Kemungkinan pola jawaban siswa dan kategorinya (Salirawati, 2010)
No Pola Jawaban Siswa Kategori Tingkat
Pemahaman 1. Memilih jawaban benar dan memberi
alasan benar
Memahami
2. Memilih jawaban benar dan memberi alasan salah
Miskonsepsi (Mi-1)
3. Memberi jawaban salah dan memberi alasan benar
Miskonsepsi (Mi-2)
4. Memberi jawaban salah dan memberi alasan salah
Tidak memahami (TM-1)
5. Memberi jawaban salah dan tidak memberi alasan
No Pola Jawaban Siswa Kategori Tingkat Pemahaman 6. Memberi jawaban benar dan tidak memberi
alasan
Memahami sebagian tanpa mengalami miskonsepsi (Mi-3) 7. Tanpa menjawab dan tidak memberikan
alasan
Tidak memahami (TM-3)
Setiap kriteria pemahaman tersebut kemudian dihitung dalam bentuk persentasenya dengan cara sebagai berikut:
KTP = �
�× 100% Keterangan :
KTP : % kriteria nilai persen
X : Jumlah siswa dengan kriteria pemahaman yang dicari setiap soal N : Jumlah seluruh siswa
7. Untuk mengetahui kaitan antara pemahaman dan miskonsepsi siswa mengenai konsep penjumlahan vektor seperti disajikan pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Kaitan antara Pemahaman dan Miskonsepsi siswa mengenai Penjumlahan Vektor
No Konsep B (%) M (%) (Mi-1)
(%)
(Mi-2) (%)
(Mi-2) (%) 1 Pengertian Vektor
No Konsep B (%) M (%) (Mi-3) (%)
(Mi-1) (%)
(Mi-2) (%) 4 Resultan Vektor segaris kerja
5 Penjumlahan Vektor metode segitiga
6 Penjumlahan Vektor metode jajar genjang
7 Penjumlahan Vektor metode poligon
Keterangan :
B : Persentase siswa menjawab pilihan jawaban benar
M : Persentase siswa menjawab pilihan jawab benar dan alasan benar (Memahami)
Mi-1 : Persentase siswa menjawab pilihan jawaban benar dan alasan salah (Miskonsepsi)
Mi-2 : Persentase siswa menjawab pilihan jawaban salah dan alasan benar (Miskonsepsi)
30 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mlati dan SMA N 1 Seyegan yang berada di wilayah Kabupaten Sleman pada pertengahan bulan Oktober 2016. Adapun penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Mlati dan SMA Negeri 1 Seyegan. Kegiatan penelitian ini diawali dengan menyusun instrumen yang akan digunakan berupa soal pilihan ganda beralasan yang sebagian besar diambil dari beberapa soal latihan pada beberapa buku paket Fisika kelas X.
Pada tabel 4.1 dan 4.2 dituliskan jadwal sebelum dan pelaksanaan dilaksanakan penelitian oleh peneliti:
Tabel 4.1 Jadwal Persiapan Sebelum Penelitian
No Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1. Kamis, 06 Oktober 2016 Ijin secara formal ke BAPPEDA Sleman dan memberikan tembusan-tembusan ke Dinas Pendidikan, dll 2. Senin, 10 Oktober 2016 Ijin secara formal ke kepala SMA N
1 Seyegan dengan membawa surat ijin dari BAPPEDA Sleman
No Waktu Pelaksanaan Kegiatan
3. Selasa, 11 Oktober 2016 Mendapatkan konfirmasi dari kepala SMA N 1 Seyegan diperbolehkan untuk melakukan penelitian skripsi, kemudian oleh TU mendapatkan surat ijin untuk di berikan ke WAKA Kurikulum dan
oleh WAKA Kurikulum
diperbolehkan untuk menghadap guru yang bersangkutan dalam hal ini guru Fisika kelas X MIA yang bernama ibu Tanty Wiyanti, SPd. Kami berdua membahas mengenai instrumen yang digunakan dalam peneliti melakukan penelitian. 4. Rabu, 12 Oktober 2016 Mendapatkan konfirmasi dari
kepala SMA N 1 Mlati diperbolehkan untuk melakukan penelitian skripsi, kemudian oleh TU mendapatkan surat ijin untuk di berikan ke WAKA Kurikulum dan
oleh WAKA Kurikulum
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Tanggal Waktu Tempat
1. 13 Oktober 2016 11.00-12.30 WIB Kelas X MIA 2 SMA N1 Seyegan 2. 17 Oktober 2016 08.15-09.45 WIB Kelas X MIA 1
SMA N1 Mlati
Tes ini diikuti oleh dua Sekolah Menengah Atas dengan dua kelas X MIPA yang berbeda. Untuk waktu pengerjaan tersebut selama 90 menit. Dengan rincian soal berjumlah 20 soal terbagi dalam 7 konsep.
B.Data
Untuk tingkat mengetahui pemahaman siswa kelas X MIA pada materi penjumlahan vektor di Sekolah Menengah Atas (SMA) N1 Seyegan dan SMA N 1 Mlati kelas X MIA diukur dengan menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda beralasan. Terdapat 2 kelas dari 2 Sekolah Menengah Atas yang menjadi sampel. Rincian jumlah siswa kelas X MIPA yang menjadi sampel pada masing-masing sekolah dapat dilihat dalam tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Jumlah Siswa Tiap Sekolah
No Nama Sekolah Jumlah Siswa
1 SMA Negeri 1 Seyegan 31 orang
2 SMA Negeri 1 Mlati 31 orang
Jumlah Siswa Keseluruhan 62 orang
C.Deskripsi dan Analisis Data
Pada bagian ini dideskripsikan keadaan siswa menjawab pada aspek yang diteliti yaitu pemahaman siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Mlati dan SMA Negeri 1 Seyegan.
1. Analisis hasil penelitian soal pilihan ganda berdasarkan pilihan jawaban siswa kelas X MIA pada materi penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Mlati dan SMA Negeri 1 Seyegan
Rekap skor siswa menjawab pilihan jawaban benar terdapat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Rekap skor siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan berdasarkan pilihan jawaban benar siswa
Kode Siswa Skor (%)
SMA_01 30
SMA_02 45
SMA_03 45
SMA_04 30
SMA_05 20
SMA_06 35
SMA_07 45
SMA_08 25
SMA_09 40
SMA_10 50
SMA_11 45
SMA_12 60
SMA_13 30
SMA_14 45
SMA_15 15
Kode Siswa Skor (%)
SMA_17 35
SMA_18 45
SMA_19 35
SMA_20 35
SMA_21 60
SMA_22 55
SMA_23 40
SMA_24 35
SMA_25 40
SMA_26 35
SMA_27 45
SMA_28 55
SMA_29 65
SMA_30 50
SMA_31 35
Rata-Rata 40,48
Dari tabel 4.4 didapatkan skor maksimum 65, skor minimum sebesar 15, dan skor rata-rata sebesar 40,48. Dan tabel 4.5 adalah distribusi siswa (%) terhadap tingkat pemahaman siswa kelas X MIA menjawab pilihan jawaban benar mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan.
Tabel 4.5 Distribusi Siswa (%) terhadap Tingkat Pemahaman siswa kelas X MIA menjawab pilihan jawaban benar mengenai penjumlahan vektor
di SMA Negeri 1 Seyegan Rata-rata Skor (%) Jumlah
Siswa
Jumlah Siswa (%)
Tingkat Pemahaman
≥ 80 0 0 Sangat Baik
Rata-rata Skor (%) Jumlah Siswa Jumlah Siswa (%) Tingkat Pemahaman
51,00 – 64,99 4 12,90 Cukup
21,00 – 50,99 24 77,41 Kurang
≤ 20,99 2 6,45 Sangat Kurang
Dari tabel 4.5 diatas, didapatkan hasil distribusi persentase siswa dalam memahami mengenai penjumlahan vektor kelas X MIA 2 di SMA Negeri 1 Seyegan, terdapat empat tingkat pemahaman yaitu (a) sebesar 3,22% masuk tingkat pemahaman baik, (b) sebesar 12,90% masuk tingkat pemahaman cukup, (c) sebesar 77,41% masuk tingkat pemahaman kurang, dan (d) sebesar 6,45% masuk tingkat pemahaman sangat kurang.
Rekap skor siswa menjawab pilihan jawaban benar terdapat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Rekap skor siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Mlati berdasarkan pilihan jawaban benar siswa
Kode Siswa Skor (%)
SMA_32 60
SMA_33 75
SMA_34 85
SMA_35 80
SMA_36 80
SMA_37 40
SMA_38 75
SMA_39 50
SMA_40 50
SMA_41 65
Kode Siswa Skor (%)
SMA_43 75
SMA_44 60
SMA_45 75
SMA_46 65
SMA_47 80
SMA_48 70
SMA_49 80
SMA_50 75
SMA_51 90
SMA_52 85
SMA_53 55
SMA_54 40
SMA_55 35
SMA_56 40
SMA_57 35
SMA_58 45
SMA_59 55
SMA_60 65
SMA_61 50
SMA_62 35
Rata-Rata 62,58
Tabel 4.7 Distribusi Siswa (%) terhadap Tingkat Pemahaman siswa kelas X MIA menjawab pilihan jawaban benar mengenai penjumlahan vektor
di SMA Negeri 1 Mlati Rata-rata Skor (%) Jumlah Siswa Jumlah
Siswa (%)
Tingkat Pemahaman
≥ 80 7 22,58 Sangat Baik
65,00 – 79,99 9 29,03 Baik
51,00 – 64,99 6 19,35 Cukup
21,00 – 50,99 9 29,03 Kurang
≤ 20,99 0 0 Sangat Kurang
Dari tabel 4.7 diatas, didapatkan hasil distribusi persentase siswa dalam memahami mengenai penjumlahan vektor kelas X MIA 1 di SMA Negeri 1 Mlati terdapat 4 tingkat pemahaman yaitu (a) sebesar 22,58% masuk tingkat pemahaman sangat baik, (b) sebesar 29,03% masuk tingkat pemahaman baik, (c) sebesar 19,35% masuk tingkat pemahaman cukup dan (d) sebesar 29,03% masuk tingkat pemahaman kurang.
Berdasarkan rekap skor siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tabel 4.4 halaman 32. Rekap jumlah siswa yang menjawab pilihan jawaban benar pada konsep pengertian vektor, contoh dari besaran vektor, penggambaran vektor, resultan segaris kerja, penjumlahan vektor dengan metode segitiga, penjumlahan vektor jajar genjang, dan penjumlahan vektor dengan metode poligon maka disini dibuat tabel pemahaman siswa mengenai penjumlahan vektor.
Tabel 4.8 Pemahaman Siswa Mengenai Penjumlahan Vektor kelas X MIA di SMA Negeri 1 Seyegan
No Konsep ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) ����
No Konsep ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) ����
2 Contoh dari besaran vektor 35,48
3 Penggambaran Vektor 67,74
4 Resultan Vektor segaris kerja 81,29
5 Penjumlahan Vektor metode segitiga 34,67 6 Penjumlahan Vektor metode jajaran genjang 7,74 7 Penjumlahan Vektor metode poligon 13,98
Keterangan : �
̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) : Persentase siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tiap konsep
Negeri 1 Seyegan memiliki pemahaman sangat baik mengenai resultan segaris kerja. Pada konsep penjumlahan vektor dengan metode segitiga rata-rata skor yang didapatkan oleh siswa adalah 34,67% maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1 Seyegan memiliki pemahaman yang kurang mengenai penjumlahan vektor dengan metode segitiga. Pada konsep penjumlahan vektor metode jajaran genjang rata-rata skor yang didapatkan oleh siswa adalah 7,74% maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1 Seyegan memiliki pemahaman yang sangat kurang mengenai penjumlahan vektor metode jajaran genjang. Pada konsep penjumlahan vektor metode poligon rata-rata skor yang didapatkan oleh siswa adalah 13,98% maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1 Seyegan memiliki pemahaman yang sangat kurang penjumlahan vektor metode poligon. .
Berdasarkan rekap skor siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tabel 4.6 halaman 34. Rekap jumlah yang menjawab pilihan jawaban benar pada konsep pengertian vektor, contoh dari besaran vektor, penggambaran vektor, resultan segaris kerja, penjumlahan vektor dengan metode segitiga, penjumlahan vektor jajar genjang, dan penjumlahan vektor dengan metode poligon maka disini dibuat tabel pemahaman siswa mengenai penjumlahan vektor.
Tabel 4.9 Pemahaman Siswa Mengenai Penjumlahan Vektor kelas X MIA di SMA Negeri 1 Mlati
No Konsep ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) ����
No Konsep ̅̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) ����
2 Contoh dari besaran vektor 29,03
3 Penggambaran Vektor 74,19
4 Resultan Vektor segaris kerja 97,42
5 Penjumlahan Vektor metode segitiga 70,99 6 Penjumlahan Vektor metode jajaran genjang 55,58 7 Penjumlahan Vektor dengan metode poligon 46,23
Keterangan : �
̅̅̅̅̅̅̅̅ (%) : Persentase siswa menjawab pilihan jawaban benar pada tiap konsep
Pada konsep penjumlahan vektor dengan metode segitiga rata-rata skor yang dikatakan oleh siswa adalah 70,99% maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1 Mlati memiliki pemahaman yang baik. Pada konsep penjumlahan vektor metode jajaran genjang rata-rata skor yang didapatkan oleh siswa adalah 55,82% maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1 Mlati memiliki pemahaman yang cukup. Pada konsep penjumlahan vektor metode poligon rata-rata skor yang didapatkan oleh siswa adalah 46,23% maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1 Mlati memiliki pemahaman yang sangat kurang.
2. Analisis Perbedaan rata-rata skor pemahaman siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati berdasarkan siswa menjawab dengan pilihan jawaban benar
Untuk melihat perbedaan rata-rata pemahaman keseluruhan siswa X MIA SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati, maka dilakukan analisis dengan menggunkan SPSS (Statistical Package for Social Sience) dengan menggunakan Uji Test-T untuk yang Indenpenden, yaitu untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok yang dites dengan instrumen yang sama. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS agar meminimalisir terjadinya kesalahan dalam menghitung.
Tabel 4.10 Mean, Standar Deviasi, dan t-independent
Group Statistics
Siswa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai SMA Negeri 1 Mlati 31 62.5806 16.92488 3.03980
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal
variances
assumed
7.787 .007 5.989 60 .000 22.09677 3.68975 14.71761 29.49683
Equal
variances
not
assumed
5.989 53.202 .000 22.09677 3.68975 14.69672 29.49683
3. Analisis adanya miskonsepsi pada jawaban siswa mengenai Penjumlahan Vektor kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati
Berdasarkan tes pilihan ganda beralasan tersebut juga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa pada tiap butir soal serta dapat didiagnosis kesulitan yang dialami karena mengalami miskonsepsi atau belum paham, Dari tabel tersebut dapat diketahui berdasarkan kategori tingkat pemahaman dan disajikan pada tabel B10 halaman 145, tabel B11 halaman 148, tabel B12 halaman 150, dan tabel B13 halaman 153 pola jawaban siswa, dari pola jawaban siswa tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa tingkat pemahaman seperti disajikan pada tabel 4.11, ini berdasarkan lampiran B10 , B11, B12, dan B13.
Setiap kriteria pemahaman tersebut kemudian dihitung dalam bentuk persentasenya dengan cara sebagai berikut:
KTP = �
�× 100% Keterangan :
KTP : % kriteria nilai persen
Tabel 4.11a Persentase siswa berdasarkan kategori Tingkat Pemahaman Siswa di kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan
Konsep Nomor
Soal
Persentase siswa berdasarkan kategori Tingkat Pemahaman Siswa (%) Total (M) (Mi-1) (Mi-2) (TM-1) (TM-2) (Mi-3) (TM-3)
Pengertian Vektor 1 29,03 12,90 0 0 16,13 41,94 0 100
Contoh dari besaran vektor 2 3,22 3,22 0 6,45 38,71 29,03 19,35 100
Penggambaran Vektor 3 22,58 6,45 0 6,45 19,35 41,94 3,22 100
Resultan Segaris Kerja
4 48,39 16,13 0 0 0 29,03 6,45 100
5 58,06 12,90 0 0 0 29,03 0 100
6 48,38 6,45 0 0 3,22 32,27 9,67 100
7 48,38 3,22 0 0 22,58 19,35 6,45 100
8 48,38 3,22 0 3,22 6,45 35,48 3,22 100
Penjumlahan Vektor dengan metode segitiga
9 3,22 19,35 3,22 6,45 35,48 16,13 16,13 100
10 0 22,58 0 0 0 51,61 25,81 100
11 6,45 3,22 0 3,22 9,68 16,13 61,31 100
Konsep Nomor Soal
Persentase siswa berdasarkan kategori Tingkat Pemahaman Siswa (%) Total (M) (Mi-1) (Mi-2) (TM-1) (TM-2) (Mi-3) (TM-3)
Penjumlahan Vektor metode jajar genjang
13 9,67 6,45 3,22 0 41,93 9,67 29,03 100
14 3,22 0 0 0 12,91 12,91 70,96 100
15 0 0 0 3,22 19,35 3,22 74,19 100
16 3,22 0 0 9,67 19,35 3,22 64,52 100
17 3,22 0 0 3,22 12,91 6,45 74,19 100
Penjumlahan Vektor metode poligon 18 0 6,45 0 0 16,13 25,81 51,61 100
19 0 0 0 0 19,35 9,67 70,97 100
20 0 3,22 0 0 32,27 9,67 54,84 100
\ Keterangan :
M : Memahami
(Mi-1) : Miskonsepsi (Mi-1) (Mi-2) : Miskonsepsi (Mi-2) (TM-1) : Tidak memahami (TM-1) (TM-2) : Tidak memahami (TM-2)
Berdasarkan tabel 4.11a Kemungkinan pola jawaban dan kategorinya di kelas X MIA SMA Negeri 1 Seyegan pada halaman 44, persentase siswa pada kategori tingkat pemahaman memahami sebagian tanpa miskonsepsi (Mi-3) berarti siswa-siswa tersebut memilih pilihan jawaban benar tanpa memberikan alasan pada soal nomor 1 sebesar 41,94%, untuk persentase siswa yang kategori tingkat pemahaman memahami (M) berasrti siswa-siswa tersebut memilih pilihan jawaban benar dengan memberikan alasan benar alasan pada soal nomor 1 sebesar 29,03%, untuk persentase siswa kategori tingkat pemahaman miskonsepsi tingkat I (Mi-1) yang berarti siswa-siswa tersebut memilih jawaban benar tetapi dengan alasan salah pada soal nomor 1 dengan persentase sebesar 12,90%, sedangkan siswa yang memilih jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 16,13% dengan berarti siswa dikategorikan tingkat pemahaman tidak memahami (TM-2).
sebagian tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) sebesar 29,03%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3), dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 19,35%.
Pada soal nomor 3 berdasarkan tabel 4.11a pada halaman 44, persentase siswa yang memilih pilihan jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 41,91% dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (M-3), sedangkan persentase siswa memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan benar 22,58% dengan kategori tingkat pemahaman memahami (M), untuk siswa yang dikategorikan miskonsepsi (Mi-1) diperoleh persentase siswa 3,22% yang berarti bahwa siswa tersebut memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah, untuk siswa yang dikategorikan tidak memahami(TM-1) yang berarti siswa tersebut memilih pilihan jawaban salah dan memberikan alasan salah diperoleh persentase sebesar 6,45% , untuk persentase siswa memilih pilihan jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 19,35% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), dan untuk siswa tidak memilih pilihan jawaban dan tidak memberikan alasan memiliki persentase 3,22% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-3).
miskonsepsi (Mi-1) didapatkan persentase siswa memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan alasan salah sebesar 16,13%, untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 29,03%, untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban salah dan memberikan alasan salah sebesar 6,45%.
Pada nomor 5 berdasarkan tabel 4.11a pada halaman 44, siswa yang dikategorikan tingkat pemahaman memahami (M) didapatkan persentase siswa yang memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan benar sebesar 58,06%, untuk siswa dikategorikan tingkat pemahaman miskonsepsi (Mi-1) didapatkan persentase siswa yang memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 12,90%, untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 29,03%.
memahami (TM-2), untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 32,27%. untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban salah dan memberikan alasan salah sebesar 9,67%.
Siswa yang memilih jawaban benar dan memberikan alasan benar didapatkan persentase sebesar 48,39% pada nomor 7 berdasarkan tabel 4.11a yang terdapat pada halaman 44 dikategorikan siswa memahami (M). Untuk siswa dikategorikan tingkat pemahaman miskonsepsi (Mi-1) didapatkan persentase siswa yang memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 3,22%, untuk persentase siswa memilih pilihan jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 22,58% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 19,35%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3), dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 6,45%.
(Mi-1) didapatkan persentase siswa yang memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 3,22%, untuk siswa yang dikategorikan tidak memahami(TM-1) yang berarti siswa tersebut memilih pilihan jawaban salah dan memberikan alasan salah diperoleh persentase sebesar 3,22%, untuk persentase siswa memilih pilihan jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 6,45% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 35,48%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 3,22%.
tidak memberikan alasan sebesar 35,48% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 16,13%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 16,13%.
Kategori tingkat pemahaman terbesar pada soal nomor 10 berdasarkan tabel 4.11a pada halaman 44 adalah untuk kategori tingkat pemahaman miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 51,61%, Untuk siswa dikategorikan tingkat pemahaman miskonsepsi (Mi-1) didapatkan persentase siswa yang memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 22,58%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 19,35%.
siswa tersebut memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah, untuk siswa yang dikategorikan tidak memahami(TM-1) yang berarti siswa tersebut memilih pilihan jawaban salah dan memberikan alasan salah diperoleh persentase sebesar 3,22%, untuk persentase siswa memilih pilihan jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 9,67% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), dan untuk siswa tidak memilih pilihan jawaban dan tidak memberikan alasan memiliki persentase 61,31% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-3).
sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 22,61%.
Kategori tingkat pemahaman terbesar pada soal nomor 13 berdasarkan tabel 4.11b pada halaman 45 adalah tidak memahami (TM-2) dengan persentase siswa memilih pilihan jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 41,93%, untuk kategori tingkat pemahaman memahami (M) dengan siswa memilih pilihan jawaban benar dengan memberikan alasan benar sebesar 9,67%, untuk kategori tingkat pemahaman miskonsepsi (Mi-1) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dengan alasan salah sebesar 6,45%, untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami (Mi-2) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 3,22%, untuk kategori tingkat pemahaman memahami sebagian tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) sebesar 9,67%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3), dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 29,03%.
tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 12,91%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3), dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 70,96%.
Kategori tingkat pemahaman terbesar pada soal nomor 15 berdasarkan tabel 4.11a pada halaman 45 adalah untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa-siswa tidak memilih jawaban dan tidak memberikan alasan sebesar 74,19%, Untuk siswa dikategorikan tingkat pemahaman miskonsepsi (TM-1) didapatkan persentase siswa yang memilih pilihan jawaban benar dan memberikan alasan salah sebesar 3,22%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-2) dengan persentase siswa yang memilih pilihan jawaban salah dan tanpa memberikan alasan sebesar 19,35%, untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 3,22%.
salah dan tidak memberikan alasan sebesar 19,35% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 3,22%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 64,52% menjadi persentase terbesar.
Pada nomor 18 berdasarkan tabel 4.11a pada halaman 45, untuk kategori tingkat pemahaman miskonsepsi (Mi-1) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dengan alasan salah sebesar 6,45%, Untuk persentase siswa memilih pilihan jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 16,13% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 25,81%, sedangkan pada siswa-siswa dengan kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa yang tanpa memilih pilihan jawaban tanpa memberikan alasan sebesar 51,61% menjadi persentase terbesar.
Kategori tingkat pemahaman terbesar pada soal nomor 19 berdasarkan tabel 4.11a pada halaman 45 adalah untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami (TM-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 70,97%, untuk persentase siswa memilih pilihan jawaban salah dan tidak memberikan alasan sebesar 19,35% dapat dikategorikan tidak memahami (TM-2), untuk kategori tingkat pemahaman tidak memahami tetapi tidak mengalami miskonsepsi (Mi-3) dengan persentase siswa-siswa memilih jawaban benar dan tidak memberikan alasan sebesar 9,67%.