• Tidak ada hasil yang ditemukan

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA BERMUATAN SAINS DAN TEKNOLOGI NANO PADA KONTEKS SEL SURYA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA BERMUATAN SAINS DAN TEKNOLOGI NANO PADA KONTEKS SEL SURYA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 10

F. Penjelasan Istilah ... 11

BAB II PENINGKATAN LITERASI SAINS MELALUI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN SEL VOLTA BERMUATAN SAINS DAN TEKNOLOGI NANO PADA KONTEKS SEL SURYA ... 13

A. Media Pembelajaran ... 13

1. Pengertian Pembelajaran ... 13

2. Kedudukan Media dalam Proses Belajar Mengajar ... 14

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 16

4. Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran... 18

5. Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 20

B. Sains dan Teknologi Nano ... 23

C. Literasi Sains ... 25

1. Definisi Literasi Sains ... 25

(2)

3. Asesmen Literasi ... 33

4. Pembelajaran Berbasis Literasi Sains dan Teknologi ... 35

D. Desain Pembelajaran ... 40

E. Materi Pembelajaran ... 44

1. Sel Volta (Aspek Konten) ... 44

2. Sel Surya (Aspek Konteks) ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A. Metode Penelitian... 52

B. Prosedur Penelitian... 53

C. Subyek Penelitian ... 58

D. Instrumen Penelitian... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 64

F. Analisis Data ... 72

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Studi Pendahuluan ... 77

B. Desain Pembelajaran Sel Volta Berbasis Multimedia Pembelajaran Menggunakan Konteks Sel Surya yang dapat Berpotensi Meningkatkan Literasi Sains Siswa ... 81

C. Karakteristik Multimedia Pembelajaran Sel Volta Bermuatan Sains dan Teknologi Nano pada Sel Surya ... 93

D. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Pembelajaran ... 104

E. Dampak Implementasi Pembelajaran terhadap Aspek Konten, Konteks Aplikasi, Proses, dan Sikap Sains Siswa ... 115

1. Dampak Implementasi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa ... 115

2. Dampak Implementasi Pembelajaran terhadap Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten, Konteks Aplikasi, Proses dan Sikap Sains ... 124

(3)

b. Dampak Implementasi Pembelajaran terhadap Literasi Sains Siswa

pada Aspek Konteks Aplikasi Sains ... 132

c. Dampak Implementasi Pembelajaran terhadap Literasi Sains Siswa pada Aspek Proses Sains ... 135

d. Dampak Implementasi Pembelajaran terhadap Literasi Sains Siswa pada Aspek Sikap Sains ... 136

3. Pemahaman Literasi Sains Ssiwa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah pada Kelas Eksperimen ... 143

F. Tanggapan Siswa dan Guru terhadap Multimedia Pembelajaran ... 145

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 150

A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 152

Daftar Pustaka ... 153

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Cakupan Proses Sains... 30

Tabel 2.2 Perkembangan Literasi Sains Menurut PISA ... 31

Tabel 2.3 Aspek Respon Sikap terhadap Isu Sains dalam PISA 2006... 33

Tabel 2.4 Potensial Elektroda Standar Beberapa Logam dan Oksida Logam ... 45

Tabel 3.1 Pelaksanaan Penerapan Pembelajaran ... 56

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran ... 59

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Literasi Sains ... 59

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Siswa ... 61

Tabel 3.5 Penskoran Data Angket Siswa ... 61

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Guru Kimia ... 62

Tabel 3.7 Penskoran Data Angket Guru ... 62

Tabel 3.8 Penskoran Data Validasi Media ... 63

Tabel 3.9 Teknik Pengumpulan Data ... 64

Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 66

Tabel 3.11 Tafsiran Koefisien Reliabilitas... 68

Tabel 3.12 Klasifikasi Taraf Kemudahan ... 69

Tabel 3.13 Tafsiran Daya Pembeda ... 70

Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal ... 71

Tabel 3.15 Klasifikasi N-Gain ... 73

Tabel 3.16 Penafsiran Data Kualtaif ... 75

Tabel 3.17 Tafsiran Persentase ... 76

Tabel 4.1 Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 82

Tabel 4.2 Rekapitulasi Tanggapan Siswa pada Tahap Uji Coba Awal... 95

Tabel 4.3 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kontak... 106

Tabel 4.4 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Elaborasi ... 108

Tabel 4.5 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Pengambilan Keputusan ... 111

Tabel 4.6 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Nexus ... 112

(5)

Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata %Pretes, %Postes, %N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen pada Aspek Konten Sains ... 125 Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata %Pretes, %Postes, %N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen pada Aspek Konteks Aplikasi Sains ... 129 Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata %Pretes, %Postes, %N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen pada Aspek Proses Sains ... 133 Tabel 4.11 Nilai Rata-Rata %Pretes, %Postes, %N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen pada Aspek Sikap Sains ... 137 Tabel 4.12 Rata-Rata Pencapaian N-Gain Kelompok Siswa Kelas Eksperimen ... 143 Tabel 4.13 Rekapitulasi Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbasis

Multimedia Pembelajaran Sel Volta Bermuatan Sains dan Teknologi

Nano pada Konteks Sel Surya ... 146 Tabel 4.14 Rekapitulasi Tanggapan Guru terhadap Multimedia Pembelajaran Sel

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 15

Gambar 2.2 Pola Pembelajaran Dibantu Multimedia Pembelajaran ... 16

Gambar 2.3 Konsep Dasar Pengembangan Program Pembelajaran ... 20

Gambar 2.4 Chemical Triangle dari Johnstone dan Skema Perubahannya ... 24

Gambar 2.5 Kerangka Asesmen Sains PISA 2009 ... 35

Gambar 2.6 Segitiga Kansanen Hasil Modifikasi ... 42

Gambar 2.7 Sel Volta ... 46

Gambar 2.8 Tipe Sel Surya Fotokimia ... 50

Gambar 2.9 Cara Kerja Sel Surya DSSC ... 51

Gambar 3.1 Desain Penelitian Weak Eksperimental dengan The Static Group Pretest-Postes Design ... 53

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 57

Gambar 3.3 Alur Pengolahan Data ... 74

Gambar 4.1 Pengembangan Multimedia Pembelajaran dan Rencana Pembelajarannya ... 81

Gambar 4.2 Lesson Sequence Map ... 89

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Utama ... 98

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Tahap Kontak ... 99

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Tahap Kuriositi ... 99

Gambar 4.6 Tampilan Halaman Tahap Elaborasi ... 100

Gambar 4.7 Tampilan Hamalan Tahap Pengambilan Keputusan ... 100

Gambar 4.8 Tampilan Halaman Tahap Nexus ... 101

Gambar 4.9 Tampilan Halaman Tahap Evaluasi ... 102

Gambar 4.10 Kegiatan Belajar Mengajar pada Tahap Kontak ... 106

Gambar 4.11 Kegiatan Belajar Mengajar pada Tahap Kuriositi ... 107

Gambar 4.12 Kegiatan Belajar Mengajar pada Tahap Elaborasi ... 110

Gambar 4.13 Kegiatan Belajar Mengajar pada Tahap Pengambilan Keputusan ... 112

Gambar 4.14 Kegiatan Belajar Mengajar pada Tahap Nexus ... 113

(7)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Judgement Ahli ... 94 Grafik 4.2 Perbandingan Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 115 Grafik 4.3 Persentase Tingkat Pencapaian N-Gain Hasil Belajar Siswa pada

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 117 Grafik 4.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata %N-Gain Setiap Aspek Literasi Sains

pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 122 Grafik 4.5 Persentase Tingkat Pencapaian N-Gain Siswa pada Aspek Konten

Sains Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 126 Grafik 4.6 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen pada Aspek

Konten Sains ... 127 Grafik 4.7 Persentase Tingkat Pencapaian N-Gain Siswa pada Aspek Konteks

Aplikasi Sains Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 130 Grafik 4.8 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen pada Aspek

Konteks Aplikasi Sains ... 131 Grafik 4.9 Persentase Tingkat Pencapaian N-Gain Siswa pada Aspek Proses

Sains Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 134 Grafik 4.10 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen pada Aspek

Proses Sains ... 135 Garfik 4.11 Persentase Tingkat Pencapaian N-Gain Siswa pada Aspek Sikap Sains

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: RANCANGAN MULTIMEDIA

1. Data Studi Pendahuluan ... 158

2. Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Kognitif ... 163

3. Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Sikap ... 167

4. Pengembangan Bahan Ajar dan Analisis Wacana ... 169

5. Penurunan Proposisi Makro dan Mikro ... 189

6. Struktur Makro ... 195

7. Lesson Sequence Map ... 196

8. Transformasi Materi Presentasi... 197

9. Storyboard ... 210

10. Hasil Validasi Multimedia ... 217

11. Beberapa Tampilan Multimedia dan Media Cetak ... 219

LAMPIRAN B: RANCANGAN RPP 1. Desain Didaktis ... 220

2. Antisipasi Didaktis Pedagogis ... 223

3. RPP Kelas Eksperimen ... 247

4. Lembar Observasi Guru dan Pembelajaran... 261

5. Lembar Obsevasi Siswa ... 265

6. RPP Kelas Kontrol ... 266

LAMPIRAN C: INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA BERALASAN 1. Teks Instrumen ... 279

2. Kis-Kisi Instrumen ... 282

3. Soal Hasil Validasi dan Soal Uji Coba ... 312

4. Soal Pretes-Postes ... 329

(9)

LAMPIRAN D: PEDOMAN ANGKET DAN WAWANCARA

1. Pedoman Angket Siswa ... 339

2. Pedoman Angket Guru ... 340

3. Pedoman Wawancara Siswa ... 342

4. Pedoman Wawncara Guru... 343

LAMPIRAN E: ANALISIS INSTRUMEN TES 1. Analisis Pokok Uji ... 344

2. Validitas Soal ... 345

3. Reliabititas ... 346

4. Daya Pembeda dan Taraf Kemudahan ... 347

5. Rekapitulasi Hasil Uji Coba ... 348

LAMPIRAN F: ANALISIS HASIL PENELITIAN 1. Data Pretes Kelas Eksperimen ... 349

2. Data Postes Kelas Eksperimen ... 350

3. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 351

4. Data Pretes Kelas Kontrol ... 352

5. Data Postes Kelas Kontrol ... 353

6. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 354

7. Uji Statistik Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 355

8. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen untuk Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah ... 358

9. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen pada Aspek Konten Sains ... 360

10.Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Aspek Konten Sains ... 361

11.Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen pada Aspek Konteks Aplikasi Sains ... 362

12.Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Aspek Konteks Aplikasi Sains ... 363

13.Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen pada Aspek Proses Sains ... 364

14.Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol pada Aspek Proses Sains ... 365

15.Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen pada Aspek Sikap Sains ... 366

(10)

17.Uji Statistik Dimensi Literasi Sains Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 368

LAMPIRAN G: HASIL ANGKET DAN WAWANCARA 1. Hasil Angket Siswa Uji Coba Media ... 369

2. Hasil Angket Siswa ... 370

3. Hasil Angket Guru ... 371

4. Hasil Wawancara Siswa ... 372

5. Hasil Wawancara Guru ... 373

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu ditingkatkan karena disadari saat ini kesejahteraan bangsa bukan lagi hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi juga bersumber pada modal intelektual, modal sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian, tuntutan untuk terus menerus meningkatkan mutu pendidikan menjadi suatu keharusan. Mutu pendidikan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa.

(12)

Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman (Mudzakir, 2005). Hal ini diperkuat oleh pendapat Laugksch (2000) dalam Gardner et al (2010) yang menyatakan bahwa tujuan yang paling penting dalam seluruh domain dan tingkatan sains dalam pendidikan sains adalah mampu melahirkan siswa yang scientific literate atau melek sains. Kemampuan siswa yang melek sains dapat dikembangkan melalui pembahasan situasi sehari-hari dengan melibatkan sains dan teknologi, serta berperan aktif dan kritis dalam wacana sains dan teknologi. Pendidikan sains juga harus mampu menghasilkan masyarakat yang memiliki literasi terhadap sains, seperti yang dinyatakan oleh Hayat dan Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literate terhadap sains.

Literate dalam sains ini dikenal dengan literasi sains. Dalam konteks

PISA (Programme for International Student Assesment), literasi sains (scientific literacy) didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam (OECD, 2009).

(13)

PISA, skor literasi sains siswa Indonesia berturut-turut adalah 393, 395, 395 untuk tahun 2000, 2003, dan 2006. Rata-rata skor dari semua negara peserta adalah 500 dengan simpangan baku 100. Hasil studi PISA ini merefleksikan bahwa tingkat literasi sains anak-anak Indonesia masih berada pada tingkatan rendah, dibandingkan dengan tingkat literasi pada PISA Internasional (OECD, 2009).

Hasil Studi PISA tahun 2009 juga menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD, 2009 ). Fakta lain yang terjadi adalah tingkat literasi sains siswa Indonesia pada mata pelajaran kimia masih belum menggembirakan. Hal ini dikarenakan kurikulum kimia yang dilaksanakan di sekolah cenderung lebih mengutamakan materi subjek sedangkan aplikasinya menjadi fokus berikutnya. Hal ini menyebabkan pelajaran kimia tidak relevan dengan kehidupan dalam pandangan siswa (Holbrook, 2005). Akibatnya ilmu kimia sebagai proses, sikap, dan aplikasi belum tersentuh seutuhnya dalam pembelajaran.

(14)

yang dipelajari di sekolah dengan materi yang dikembangkan, salah satunya materi yang berkaitan dengan sains dan teknologi.

Minat siswa di Indonesia dalam mempelajari sains dan teknologi masih kurang, maka untuk menarik minat siswa dan memotivasi mereka, suatu strategi yang tepat dapat dimulai dengan membahas topik-topik sains terkini dan mutakhir (Ambrogi et al, 2008). Salah satu topik sains terkini dan mutakhir adalah “sains dan teknologi nano” yang banyak dikembangkan di banyak negara maju (O’Connor dan Hayden, 2008).

Pembelajaran sains informal terutama mengenai sains dan teknologi nano memberikan kesimpulan bahwa 95% peserta menganggap kegiatan mengaitkan sains menarik dan menyenangkan (Duncan et al, 2010). Hal ini diperkuat oleh pendapat Hutchinson et al (2000) yang menyatakan bahwa mayoritas siswa tertarik dengan topik-topik terkait nanosains dan fenomena yang menyertainya. Sejalan dengan pendapat itu, Ambrogi, et al (2008) menyatakan bahwa pembelajaran teknologi nano dapat memberikan hasil pembelajaran yang positif, tidak hanya kognitif tetapi juga sikap terhadap sains.

Intisari dari pembelajaran teknologi nano adalah pemahamanan fenomena pada level atomik, molekuler, dan supramolekuler supaya didapat sifat-sifat pokok yang baru dan berfungsi, termasuk proses pada skala nano dan integrasi nanostruktur pada skala besar (Roco dalam O’Cornor dan

(15)

nano diperlukan suatu visualisasi. Visualisasi dari struktur skala nano dan bagaimana struktur tersebut digabungkan dalam aplikasi level makro adalah kunci yang menjembatani gap dari makro ke nano (O’Connor dan Hayden, 2008).

Hasil penelitian Ong dalam O’Connor dan Hayden (2008) menunjukkan bahwa media komputer dapat dijadikan alat untuk memvisualisasikan bahan-bahan berukuran nano. Hasil penelitian O’Connor dan Hayden (2008) juga menyatakan bahwa semua siswa lebih mudah memahami konsep dengan visualisasi bahan pelajaran terutama animasi teknologi nano.

Menurut Hamalik dalam Arsyad (2008) ada beberapa keunggulan penggunaan media komputer jika dibandingkan media lainnya, diantaranya dapat menunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam, serta dapat menciptakan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dilihat mata. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk memvisualisasi partikel skala nano dalam suatu pembelajaran dengan tujuan meningkatkan literasi sains siswa adalah dengan penggunaan media komputer melalui multimedia pembelajaran.

(16)

membantu peserta didik dalam meningkatkan makna belajar.

Pembelajaran yang menggunakan multimedia sangat efektif untuk membantu siswa menvisualisasikan proses kimia yang dinamis pada tingkat molekuler dan mengingatkan ingatan tentang fakta, konsep atau prinsip (Rieber dalam Ardac dan Akaygun, 2004). Berdasarkan studi PISA terungkap bahwa penggunaan komputer sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi berhubungan erat dengan pencapaian akademik yang tinggi (Harrison et al dalam OECD, 2009). Oleh karena itu, pembelajaran dengan media komputer melalui multimedia pembelajaran sangat potensial untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.

Sel surya merupakan konteks utama yang dipilih untuk membantu siswa memperoleh konsep, prinsip-prinsip dan hukum pada pembelajaran reaksi redoks dalam sel volta. Menurut Jong (2006) konteks merupakan situasi/kejadian yang membantu siswa untuk dapat memperoleh konsep, prinsip-prinsip, hukum, dan sebagainya. Bagaimana energi listrik dihasilkan dari sel surya berteknologi nano merupakan suatu reaksi redoks spontan, sehingga sel surya dapat digunakan sebagai konteks pembelajaran yang sesuai dengan konten sel volta. Menurut Hayat dan Yusuf (2010) beberapa prinsip pemilihan konten sains dalam PISA meliputi:

1. Konsep yang diujikan harus relevan dengan situasi kehidupan keseharian yang nyata.

2. Konsep itu diperkirakan masih akan relevan sekurang-kurangnya untuk satu dasawarsa ke depan.

(17)

Dalam hal ini, konten sel volta sesuai dengan ketiga prinsip pemilihan konten tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai “multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya untuk meningkatkan literasi sains siswa” pada salah satu SMA di Kabupaten Tasikmalaya. Melalui penggunaan multimedia pembelajaran bermuatan sains dan teknologi nano dalam materi pokok sel volta, diharapkan dapat berpotensi meningkatkan literasi sains siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan masalah pokok penelitian yaitu:

“Bagaimana multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya dapat meningkatkan literasi sains siswa?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana desain pembelajaran sel volta berbasis multimedia pembelajaran menggunakan konteks sel surya yang dapat berpotensi meningkatkan literasi sains siswa?

(18)

3. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya?

4. Bagaimana peningkatan literasi sains siswa menggunakan multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Multimedia pembelajaran sel volta yang dikembangkan merupakan media pembelajaran yang digunakan di kelas, tidak untuk belajar mandiri.

2. Multimedia pembelajaran sel volta dikembangkan berdasarkan pembelajaran menggunakan tahap-tahap pembelajaran STL.

3. Sains dan teknologi nano yang dikembangkan terbatas pada penggunaan partikel nano TiO2 pada sel surya.

4. Konteks sel surya yang dikembangkan merupakan sel surya generasi ketiga yang merupakan sel surya tipe fotokimia.

5. Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XII.

D. Tujuan Penelitian

(19)

tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran desain pembelajaran sel volta berbasis multimedia pembelajaran menggunakan konteks sel surya yang dapat berpotensi meningkatkan literasi sains siswa.

2. Menghasilkan multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya

3. Memperoleh gambaran keterlaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya

4. Memperoleh informasi pengaruh penggunaan multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya terhadap peningkatan literasi sains siswa.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan pendidikan kimia. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

(20)

2. Bagi guru

Memberikan inovasi dan kontribusi pemikiran baru yang dapat memberikan suatu alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di sekolah dalam meningkatkan literasi sains siswa.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian sejenis dengan topik berbeda.

4. Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan informasi atau salah satu dasar rujukan awal untuk melakukan pengembangan lebih lanjut terhadap multimedia pembelajaran yang diterapkan, serta memberikan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pendidikan.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan dan menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa penjelasan istilah yang digunakan, diantaranya:

1. Multimedia adalah media yang terdiri dari berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran (Arsyad, 2008).

(21)

tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Sagala, 2008).

3. Multimedia pembelajaran bermuatan sains dan teknologi nano adalah multimedia pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik pembelajaran STL menggunakan profil nanosains dan nanoteknologi. (Azmi, 2011).

4. Pembelajaran literasi sains dan teknologi (STL) merupakan pembelajaran yang didasarkan pada kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan sains dan penerapannya, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas hidup (Holbrook, 1998). 5. Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, dalam Firman 2007)

6. Konten sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep-konsep kimia esensial yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan terhadap alam yang dilakukan oleh aktivitas manusia (OECD, 2009).

(22)

8. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang mengandung pengertian situasi yang ada hubungannya dengan penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains (OECD, 2009).

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang meliputi tahapan define, design, and develop (Thiagarajan, et al., 1974). Pada tahapan define dilakukan melalui studi kepustakaan, analisis standar isi, analisis dimensi literasi sains, observasi beberapa sekolah di Kabupaten Tasikmalaya, wawancara beberapa guru kimia kelas XII di Kabupaten Tasikmalaya serta melakukan analisis hasil observasi dan wawancara. Pada tahapan design dilakukan melalui mengembangkan multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano dan desain pembelajarannya serta penyusunan instrumen penelitian. Pada tahapan develop dilakukan uji coba terbatas dengan cara weak experimental melalui The Static-Group Pretest-Postes Design (Fraenkel, et. al., 2008).

(24)

kedua kelompok ini diberikan tes akhir. Soal untuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) merupakan soal yang sama.

Skema dari desain penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Weak Eksperimental dengan The Static-Group Pretest-Postes Design

Keterangan:

X : Perlakuan kelas eskperimen O-1 : Pre-Test

O-2 : Post-Test

B. Prosedur Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap sebagai berikut: 1. Tahap define (jingga)

Pada tahap define dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan studi kepustakaan mengenai sains dan teknologi nano. b. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA. c. Melakukan studi kepustakaan mengenai literasi sains.

d. Melakukan analisis dimensi literasi sains yang mencakup: konten, konteks aplikasi, proses, dan sikap sains siswa pada konsep sel volta.

e. Observasi beberapa sekolah di Kabupaten Tasikmalaya

f. Wawancara dengan guru kimia kelas XII pada sekolah yang diobservasi

O-1 X O-2

……….……….

(25)

g. Analisis hasil observasi dan wawancara

2. Tahap design (ungu)

Pada tahap design dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten, dan kompetensi.

b. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains terhadap sains melalui telaah konteks, konten, dan sikap

c. Mengembangkan bahan ajar, analisis wacana, penurunan proposisi makro dan mikro serta pembuatan struktur makro

d. Membuat peta konsekuensi pembelajaran (lesson sequence map). e. Membuat desain didaktis dan analisis didaktis pedagogis (ADP). f. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen

penelitian.

g. Membuat transformasi materi presentasi. h. Membuat storyboard.

i. Membuat multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains adan teknologi nano pada konteks sel surya.

j. Melakukan validasi multimedia pembelajaran dan instrumen penelitian.

(26)

l. Melakukan uji coba multimedia pembelajaran dan butir soal instrumen penelitian.

m. Memperbaiki multimedia pembelajaran dan instrumen penelitian. n. Membuat media cetak sel volta bermuatan sains adan teknologi

nano pada konteks sel surya.

o. Mempersiapkan surat izin penelitian dan mengurus perizinan pada sekolah yang menjadi tempat penelitian.

3. Tahap develop (hijau)

Pada tahap develop, dilakukan beberapa tahap yaitu:

a. Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan multimedia

pembelajaran untuk kelas eksperimen dan media cetak untuk kelas kontrol.

c. Melaksanakan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. d. Menyebarkan angket kepada seluruh siswa dan guru setelah

pembelajaran dengan multimedia pembelajaran.

e. Melakukan wawancara pada siswa yang belajar menggunakan multimedia pembelajaran.

(27)

j. Menulis laporan hasil penelitian dalam draf tesis.

k. Menyimpulkan dan memberi saran terhadap hasil penelitian

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh tiga orang observer untuk mengamati kegiatan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 13-29 September 2012. Jadwal pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Pelaksanaan Penerapan Pembelajaran

Perte muan

ke

Hari/Tanggal Kegiatan

1 Kamis/ 13 September 2012 Pretes pada kelas eskperimen dan kontrol

2 Selasa/ 18 Sepember 2012 Penyampaian materi pada kelas eksperimen (2 jam pelajaran). 3 Kamis/ 20 September 2012 Penyampaian materi pada kelas

eksperimen (2 jam pelajaran). Penyampaian materi pada kelas kontrol (3 jam pelajaran). 4 Sabtu/ 22 September 2012 Penyampaian materi pada kelas

eksperimen (2 jam pelajaran). Penyampaian materi pada kelas kontrol (3 jam pelajaran). 5 Kamis/ 27 September 2012 Postes pada kelas eksperimen

dan kontrol.

6 Sabtu/ 29 September 2012 Pengisian angket dan wawancara pada siswa serta guru.

(28)

Pemproduksian wacana

Pre Test Pembuatan Software

Pembelajaran dan Media Cetak

Validasi dan Revisi

Post Test Angket dan

Wawancara

Pembuatan lesson sequence map dan story borard

Pembuatan RPP

Pembuatan Instrumen

Validasi dan Revisi

Uji Coba dan Revisi

Pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Analisis data

Temuan dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran Perumusan Indikator dan Tujuan

Pembelajaran

Pembuatan lesson sequence map Pembuatan Desain Didaktis, ADP,

dan RPP

Pembuatan Instrumen

Validasi dan Revisi

Uji Coba dan Revisi

Pembelajaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kajian standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA

Studi mengenai sains dan teknologi nano

Studi tentang literasi sains

Analisis Konten Reaksi

Redoks dalam Sel Volta Telaah Konteks Sel Surya

Analisis dimensi literasi sains

Uji Coba dan Revisi Pembuatan Media Cetak

Observasi beberapa sekolah dan wawancara

Analisis hasil observasi dan wawancara

(29)

C. Subyek penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA X Tasikmalaya. Subjek penelitian berjumlah 72 siswa, masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol berjumlah 36 orang. Untuk kelas eksperimen terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan sedangkan untuk kelas kontrol terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Subjek penelitian dipilih dengan cara purposive sampling, yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan kebutuhan dan

sampel dianggap representatif.

D. Instrumen penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tes Pilihan Ganda Beralasan

(30)

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran

Skor Jawaban Siswa

1 Option benar sesuai kunci 1 Alasan benar sesuai kunci 0 Option salah tidak sesuai kunci 0 Alasan salah tidak sesuai kunci

Kisi-kisi tes yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Literasi Sains

Aspek

Literasi Sains Indikator

No. butir Potensial Elektroda 9, 14, 17, 18, 20,

21, 22

Nanopartikel emas 17, 18, 19

Material komposit Al/SiC 20, 21, 22, 23

Proses sains

Mengidentifikasi isu ilmiah 17, 20 Menjelaskan fenomena

ilmiah

1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 22 Menggunakan bukti ilmiah 18, 21

Sikap sains

(31)

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk menjaring informasi secara langsung mengenai kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi disusun sesuai langkah-langkah pembelajaran berbasis STL (Sains Teknologi dan Literasi) yang dimuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pengamatan ini dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran B4 dan B5.

3. Angket

(32)

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Siswa

No Aspek yang Diungkap

Indikator No. Pernyataan

Positif

b) Menunjukan kesungguhan dan motivasi dalam b) Menunjukkan pendapat

mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran

a) Kesesuaian dengan kompetensi yang ingin dicapai

b) Tampilan multimedia pembelajaran yang diberikan

c) Pendapat mengenai isi materi dan pengembangan multimedia pembelajaran

Penskoran data angket siswa dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Penskoran Data Angket Siswa

Skala Skor untuk Pernyataan Positif (+) Negatif (-)

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

(33)

pembelajaran. Angket ini terdiri dari 15 pernyataan. Kisi-kisi angket yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Guru Kimia

No Aspek yang

a) Kesesuian dengan

SK, KD, dan

indikator materi kesetimbangan

b) Kesesuain dengan tujuan pembelajaran siswa yang menarik

Kemampuan multimedia

Penskoran data angket guru dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Penskoran Data Angket guru

Skor Indikator

4 sangat sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai 3 sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai

2 kurang sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai dan perlu perbaikan

(34)

4. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh tanggapan siswa dan guru secara langsung terhadap multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya serta penerapannya dalam pembelajaran yang tidak terungkap di dalam angket. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran D3 dan D4.

5. Lembar Judgement Media

Lembar judgement media digunakan untuk menjaring informasi tentang kelayakan media yang dibuat. Lembar judgement diberikan kepada ahli media dan materi. Lembar judgement disusun dengan menggunakan indikator yang diadaptasi dari Baker & King dalam Geissinger (1997), dan terdiri dari 26 pernyataan. Lembar judgement media dapat dilihat pada lampiran A.10. Kriteria

penskoran data validasi media dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Penskoran Data Validasi Media

Skor Indikator

4 Sangat baik

3 Baik

2 Cukup baik

(35)

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.9 .

Tabel 3.9 Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Data Keterangan 1 Tingkat

literasi sains siswa

 Pretes

 Postes

 Dilakukan di awal pembelajaran

 Dilakukan di akhir pembelajaran

Lembar observasi Dilakukan saat pembelajaran coba tahap awal dan tahap develop

Lembar Judgement Untuk mengetahui kelayakan media

F. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

(36)

dilakukan pada 30 siswa di SMA Y Jakarta. Adapun uji instrumen yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Validitas

Validasi untuk pengujian sebuah instrumen berdasarkan pengalaman digunakannya validitas empiris. Teknik yang digunakan untuk validitas empiris adalah teknik korelasi product moment yang dikemukan oleh Pearson, perhitungannya

menggunakan rumus korelasi produk moment dengan angka kasar, yaitu :

(Arikunto, 2009) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara skor pada butir soal yang diuji

validitasnya dengan skor total

X = skor butir soal yang diuji validitasnya Y = skor total

N = jumlah subyek

Selanjutnya diuji dengan menggunakan rumus uji-t dengan rumus:

= −2

1− 2 (Arikunto, 2009) Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

(37)

Sebuah tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika terdapat korelasi antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukan kesejajaran. Untuk mengetahui kriteria dari validitas butir soal dengan menggunakan rumus korelasi product moment, dapat digunakan pedoman interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi yang diberikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Korelasi

Harga Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah (tidak berkorelasi) (Arikunto, 2006)

Butir soal dikatakan valid jika skor tiap butir soal berkorelasi positif terhadap skor totalnya dan harga koefisien korelasi yang diperoleh dikaitkan dengan tabel harga kritis r product moment dengan tingkat kepercayaan tertentu sehingga

(38)

b) Reliabilitas

Menurut Arikunto (2009), reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dipercaya tentang kemampuan seseorang. Jika alat ukur memiliki reliabilitas yang tinggi, maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan hasil yang sama atau mendekati sama.

Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan internal consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instumen

sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus KR.20 (Kuder Richardson) sebagai berikut:

Reliabilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: r11=

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyaknya item soal

p = proporsi subjek menjawab item dengan benar q = proporsi subjek menjawab item dengan salah s2 = variansi total

Untuk mencari nilai varians digunakan rumus sebagai berikut: S2= N x2 –( x)

2

N2

(39)

Untuk menafsirkan harga reliabilitas digunakan acuan sebagai berikut:

Tabel 3.11 Tafsiran Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Tafsiran

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2006)

c) Taraf kemudahan

Taraf kemudahan soal suatu pokok uji atau soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada pokok uji tersebut (Firman, 2000). Rumus mencari F adalah:

F = + (Firman, 2000)

Keterangan:

nT = jumlah siswa dari kelompok tinggi yang menjawab benar

pada pokok uji yang dianalisis

nR = jumlah siswa dari kelompok rendah yang menjawab benar

pada pokok uji yang dianalisis

N = jumlah seluruh anggota kelompok tinggi ditambah seluruh anggota kelompok rendah

(40)

Tabel 3.12 Klasifikasi Taraf Kemudahan

F Interpretasi

0 - 0,24 Sukar

0,25 - 0,75 Sedang

0,76 – 1,00 Mudah

(Firman, 2000)

d) Daya Pembeda

Daya pembeda (dilambangkan dengan D) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2009). Ukuran daya pembeda ialah selisih antara proporsi skor kelompok tinggi yang menjawab benar dengan kelompok rendah yang menjawab benar (Firman, 2000). Suatu pokok uji dianggap mempunyai daya pembeda memadai untuk suatu tes sumatif jika mempunyai harga

D ≥ 0,25 (Firman, 2000).

Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok berkemampuan tinggi atau kelompok atas (upper group) dan kelompok berkemampuan rendah atau kelompok bawah (lower group). Harga daya pembeda (D) dapat ditentukan sebagai berikut:

D = nT NT−

nR NR

(41)

Keterangan:

D = daya pembeda

nT = jumlah siswa kelompok tinggi yang menjawab benar

pada pokok uji yang dianalisis.

nR = jumlah siswa kelompok rendah yang menjawab benar

pada pokok uji yang dianalisis. NT = banyaknya peserta kelompok tinggi

NR = banyaknya peserta kelompok rendah

NR = NT = 25% dari jumlah siswa yang mengikuti tes

Adapun acuan penafsiran daya pembedaantara lain: Tabel 3.13 Tafsiran Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kategori

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali (Arikunto,2009)

(42)

pokok uji

Taraf

kemudahan Daya Pembeda Validitas

Tindak Lanjut

Nilai Kriteria Nilai Kriteria rxy t hitung korelasi r kritis = 0.349 (95%)

validitas t tabel = 1.7 (95%)

10 0.31 sedang 0.13 kurang baik 0.11 0.60 sangat rendah tidak signifikan tidak valid tidak digunakan

11 0.41 sedang 0.06 kurang baik 0.18 0.96 sangat rendah tidak signifikan tidak valid tidak digunakan

12 0.53 sedang 0.56 baik 0.77 6.35 tinggi signifikan valid digunakan

13 0.19 sukar 0.13 kurang baik 0.17 0.89 sangat rendah tidak signifikan tidak valid tidak digunakan

14 0.56 sedang 0.13 kurang baik 0.05 0.29 sangat rendah tidak signifikan tidak valid tidak digunakan

(43)

dan postes, terlebih dahulu soal tes diujikan kepada siswa yang sudah belajar materi sel volta. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas, realibilitas soal tes, daya pembeda (D) dan taraf kemudahan soal (F) dari masing-masing soal tes. Hasil dari uji coba dapat dilihat pada tabel 3.14.

Berdasarkan tabel 3.14, dapat disimpulkan bahwa ada 23 soal yang dapat digunakan sebagai instrument penelitian. Reabillitas dari soal-soal tersebut setelah dihitung menggunakan suatu formula yaitu r = 0,93 tergolong memiliki reliabilitas sangat tinggi. Rincian validitas, daya pembeda, taraf kemudahan dan reabilitas dapat dilihat pada lampiran E.

2. Analisis data Penelitian

a. Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari penelitian adalah data mentah yang belum memiliki makna. Berikut ini langkah-langkah analisis data kuantitatif:

1) Menghitung nilai pretes dan postes setiap siswa pada setiap kategori.

Nilai = � ℎ

ℎ x 100

(44)

dapat dihitung dengan rumus:

n-gain = −

(Hake, 2002)

Tingkat perolehan skor n-gain dikategorikan atas 3 kriteria, yaitu

Tabel 3.15. Klasifikasi n-gain (Hake, 1998)

Kriteria Nilai n-gain

Tinggi  0,7

Sedang 0,3  n-gain  0,7

Rendah  0,3

(45)

Gambar 3.3 Alur pengolahan data

Pengolahan data menggunakan SPSS 16. Data pretes yang telah didapat, diuji homogenitasnya untuk melihat sebaran sampel. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene Test. Uji normalitas dengan Test of Normality-Kolmogorov Smirnov dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Bila sampel berdistribusi normal maka untuk uji beda rataan kedua kelas dilakukan dengan Independent-sample t-test, tetapi bila data tidak berdistribusi normal, maka untuk uji beda rataan kedua kelas dilakukan dengan

Mann-Normal

(Skor Pretest dan Postes tiap Kelas)

(46)

kelompok dilakukan uji statistik menggunakan Uji One-Way Annova.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa sikap sains, angket, wawancara, hasil observasi, dan hasil judgement media. Hasil tanggapan sikap sains siswa dibuat persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% tanggapan = � ℎ � ��

� ℎ ℎ x 100%

Tabel 3.16 Penafsiran Data Kualitatif (Koentjoroningrat dalam Susanti, 2001)

Persentase Tafsiran Kualitatif

0% Tak seorang pun

1% - 24% Sebagian kecil

25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Sebagian besar

75% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Hasil angket berupa tanggapan siswa dan guru diolah berdasarkan tes Skala Likert. Setelah skoring kemudian data diubah dalam bentuk persentase. dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% = ℎ � ℎ

ℎ × 100%

(47)

Persentase (%) Kategori

80-100 Baik sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

0-39 Kurang sekali

(Arikunto, 2006)

Kemudian hasil penafsiran tersebut dianalisis secara statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Desain pembelajaran sel volta berbasis multimedia pembelajaran berpotensi meningkatkan literasi sains siswa. Desain ini didasarkan pada desain didaktis dan antisipasi didaktis pedagogis yang relevan dengan materi pembelajaran dan sesuai dengan aspek kompetensi, aspek sikap dan model pembelajaran STL.

2. Karakteristik multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya adalah (1) Digunakan di kelas, tidak untuk belajar mandiri, (2) Berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center) (3) Menyajikan materi dengan menggunakan pendekatan konsep dan berorientasi pada konteks, (4) Menyajikan keunggulan sel surya fotokimia berteknologi nano (5) Memvisualisasikan konsep reaksi redoks pada sel surya dan sel volta (6) Menyajikan konsep melalui penjelasan konteks yang sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran literasi sains.

(49)

hampir semua tahap pembelajaran STL sedangkan siswa menggunakan multimedia pembelajaran pada saat ada instruksi dari guru.

4. Multimedia pembelajaran sel volta bermuatan sains dan teknologi nano pada konteks sel surya dapat meningkatkan literasi sains siswa terutama pada aspek konten sains, aspek konteks aplikasi sains, dan aspek proses sains dengan %n-gain masing-masing 59,19%, 63,04%, dan 52,98%. Tidak terdapat perbedaan signifikan peningkatan literasi sains siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah artinya multimedia pembelajaran berperan dalam meningkatkan literasi sains semua kelompok siswa.

B. Saran

Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pembelajaran kimia menggunakan multimedia pembelajaran yang mengembangkan tahap-tahap pembelajaran STL terus dikembangkan karena pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran ini dapat meningkatkan literasi sains siswa.

(50)

3. Multimedia pembelajaran yang dihasilkan belum dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap rata-rata pencapaian n-gain siswa secara keseluruhan dan sikap sains siswa sehingga diperlukan penyempurnaan dan penguatan dalam beberapa aspek terutama mengenai penguatan elaborasi konten dengan konteks yang ada serta pentingnya bersikap secara ilmiah dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan isu sosial ilmiah.

4. Pertanyaan kuriositi pada lesson sequence map merupakan pertanyaan terbuka sehingga kurang sesuai dengan pernyataan pada tahap pegambilan keputusan. Oleh karena itu dilakukan penyempurnaan terhadap lesson sequence map yang yang dapat dilihat pada lampiran A.7.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2009). Pengantar Nanosains. Bandung : Penerbit ITB.

Ambrogi, P., Caselli, M., Montalti, M., and Venturi, M. (2008). ”Make sense of nanochemistry and nanotechnology”. Chem. Educ. Res. Pract., 9, 5-10. Ardac, D., Akaygun, S. (2004). ”Effectivenes of Multimedia-Based Instruction

That Emphasizes Moleculer Representations on Student’s Understanding of Chemical Change”. Journal of Research in Science Teaching. 41. (4), 317-337.

Ariani, N dan Haryanto, D (2010). Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka

Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2008). Media pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafisindo Persada. Azmi, N. (2011). Multimedia Pembelajaran Ikatan Kimia dengan Konteks

Grafena Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

BSNP. (2007). Standar Proses. Jakarta: BSNP

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

De Porter, B. (2000). Quantum Teaching (Terjemahan). Bandung: Kaifa-Mizan. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus

dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Duncan, K.A., Johnson, C., McElhinny, K., Ng, S., Cadwell, K.D., Petersen,

(52)

nanotechnology through stained glass. Journal of Chemical Education, 87 (10), 1031-1038.

Echols, M dan Shadily Hassan. (2000). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT Gramedia.

Firman, H. (2000). Penelitian Pendidikan Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas.

Fraenkel, J dan Wallen, N.E. (2008). How to design and evaluate research in education. San Francisco: The McGraw-Hill Companies

Gagné RM (1971). “Learning theory, educational media and individualised instruction” in R Hooper (ed) The curriculum: context, design and development . London: Oliver and Boyd/Open University.,299-319.

Gardner, G., Jones, G., Taylor, A., Forrester, J., and Robertson, L. (2010). “Students’ risk perceptions of nanotechnology applications: implications for science education”. International Journal of Science Education, 32 (14), 1951-1969.

Geissinger, H. (1997). Educational Software: Criteria For Evaluation. [Online]. Tersedia:http://www.ascilite.org.au/conferences/perth97/papers/Geissinger/ Geissinger.html. [3 Juli 2012]

Geoffrey, A. Ozin, Andre, C. Arsenault, Ludovico, C. (2009). Nanochemistry : A Chemical Approach in Nanomaterials. RSC Publishing.

Graetzel, M. (2003). “Supramolecular Liquid Crystals”. J. Mater. Chem, 13, 1079.

Hake, R. (1998). Chapter IV Results The Hake Factor. [Online]. Tersedia: http://dwb4.unl.edu/Diss/Royuk/Royuk_Diss_04.pdf. 20 Mei 2009)

Hake, R. (1999). ”Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A six-thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses”. Journal American Association of Physics Teacher. 66 (1), 64-74 Hake, R, (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains

(53)

Halme, Janne. (2002). Dye-sensitized nanostructured and organic photovoltaic cells: technical review and preliminary tests. Thesis in Department of Engineering Physics and Mathematics, Helsinki University of Technology: tidak diterbitkan.

Hamalik, Oemar. (1986). Media Pendidikan. Bandung : Alumni

Harnanto, A dan Ruminten. (2009). Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan DEPDIKNAS.

Hayat, B dan Suhendra Y.(2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Holbrook, J. (1998). “Operationalising Scientific and Technological Literacy - A New Approach to Science Teaching”. Science Education International Journal, Vol. 9, No 2, Juni.

Holbrook, J. (2005). “Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International Journal. 6(1), 1-12.

Hutchinson, K., Shin, N., Stevens, S.Y., Yunker, M., Delgado, C., Giordano, N., and Bodner, G. (2000). Exploration of Student Understanding and Motivation in Nanoscience. Paper submitted to the annual meeting of the National Association for Research in Science Teaching, New Orleans, Lousiana.

Jong, Onno De. (2006). Context-Based Chemical Education: How To Improve It. The Netherland Paper.

Matlin, Margareth. (1994). Cognition 3rd Ed. Harcourt Brace Publisher.

Mayer, R. E. (2009). Multimedia Learning Prinsip-prinsip dan Aplikasi. Ditrjemahkan oleh Teguh Wahyu Utomo. Surabaya: itspress.

Mudzakir, A. (2005). Chemie im Kontext (Konsepsi Inovativ Pembelajaran Kimia di Jerman). Seminar Nasional Pendidikan Kimia II.

Mulyasa, E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta.

(54)

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Gräsel, C., Ralle, B. (2002). Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic development of basic chemical concepts. Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

OECD-PISA. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World. Volume 1: analysis. USA. OECD-PISA.

OECD (1999). Measuring Student Knowledge and Skills A New Framework for Assessment. Paris: OECD Publications.

OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science. [online]. Tersedia: http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 September 2010].

OECD (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I) [online]. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en [ 20 Mei 2012]. OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading,

Mathematic and Science.

O’Cornor dan hayden. (2008). “Contextualising Nanotechnology in Chemistry Education”. Chemistry Education Research and Practice, 2008, 9, 35. O’Regan, B. dan Grätzel, M., “A Lost-Cost, High-Eficiency Solar Cell Based on

Dye-Sensitized Colloidal TiO2Film”, Nature, 1991, 353, 737.

PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific

Literacy. [Online]. Tersedia:

http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2011]. Rustaman, N., Firman, H. dan Kardiawarman. (2004). Ringkasan Eksekutif :

Analisis Hasil PISA Bidang Literasi Sains. Puspendik.

Sagala, Syaiful. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-Dasar Pemrograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

(55)

Solaris Nanoscience Corporation. (2004). Application Solar Energy. [Online] Tersedia : http://www.solarisnano.com/solarenergy.php. [06 November 2012]

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

Suryadi, D. (2010). “Menciptakan proses belajar aktif : Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik”. Handout Seminar. Bandung : tidak

diterbitkan.

Susanti, R. (2001) Peranan Metode Praktikum terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMU Kelas II pada Pembelajaran. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung, tidak diterbitkan.

Suwarna, I.P. (2005). Model Pembelajaran Hypermedia Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Berfikir Kreatif, dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis pada PPS UPI Prodi IPA-P. Fisika SL. Bandung: Tidak diterbitkan.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M. L. (1974). Intructional Develompment for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota : Indiana University.

Ullrich, C.(2008). Pedagogicaly Founded Coursware Generation for Web Based Learning. Germany : Springer-verlag Berlin Heidelberg.

Gambar

Tabel 4.12 Rata-Rata Pencapaian N-Gain Kelompok Siswa Kelas Eksperimen ...............
grafik, teks, suara, video, dan animasi yang secara bersama-sama
Gambar 3.1  Desain Penelitian Weak Eksperimental dengan The Static-Group Pretest-Postes Design
Gambar 3.2. Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan fly ash ini terhadap sifat mekanik aluminium maka dalam tugas sarjana ini dilakukan pengujian kekerasan dan densitas,

Almond, Gabriel, 2000, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac Andrews (ed), Perbandingan Sistem Politik , Yogyakarta : Gadjah Mada University

LOKASI KEGIATAN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Prosedur yang harus dilalui dalam penggunaan radiografi kedokteran gigi adalah permintaan untuk melakukan radiografi, adanya izin dari dokter gigi di bagian radiologi

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia |

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05)

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir saya ini dengan Judul “ STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN ALTERNATIF KOTA SEI RAMPAH KECAMATAN SEI RAMPAH DITINJAU DARI

Sarjana Pada Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.. Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung: Tidak