TEKNIK KONSELING ASSERTIVE TRAINING UNTUK
MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI SISWA
(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII SMP Negeri 1 Batujajar Tahun Ajaran 2012/2013)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Dety Anugrah Fajarwati
NIM. 1004667
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd. NIP. 1962 0632 198610 1 001
Pembimbing II
Dr. Hj. Nani M. Sugandi, M. Pd. NIP. 1957 0830 198101 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: “Teknik Konseling
Assertive Training untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Pribadi Siswa di SMP
Negeri 1 Batujajar” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Desember 2013
Pembuat Pernyataan,
Dety Anugrah Fajarwati.(2012). Teknik Konseling Assertive Training untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Pribadi Siswa di SMP Negeri 1 Batujajar (Studi Quasi Eksperimen Tahun Ajaran 2012/2013).
Faktor yang melatarbelakangi penelitian ini adalah masih kurangnya tanggung jawab pribadi remaja awal sekolah menengah pertama. Masalah tersebut disebabkan masih kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab pribadi, kurangnya sikap kontrol diri, kepedulian terhadap orang lain, keberanian, berperilaku jujur dan mempertahankan harga diri. Selain itu, belum adanya program khusus layanan bimbingan dan konseling yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi.
Penelitian bertujuan menguji keefektifan program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik konseling Assertive Training, untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1 Batujajar. Prosedur penelitian melalui tiga tahap kegiatan, yaitu mengumpulkan data awal, penyusunan program dan uji coba program menggunakan teknik konseling Assertive Training dengan sampel penelitian berjumlah 15 orang siswa kelas VIII yang memiliki tanggung skor terendah dari hasil penyebaran angket.
Hasil penelitian menunjukkan program menggunakan teknik konseling Assertive Training terbukti efektif untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1 Batujajar. Dengan bersikap asertif siswa dapat lebih bertanggung jawab.
Rekomendasinya adalah pertama, guru BK seyogianya memahami kebutuhan serta permasalahan terkini yang dialami siswa terkait dengan tanggung jawab pribadi. Kedua, hasil penelitian dapat dijadikan bahan diskusi dan rujukan studi terkait dengan tanggung jawab pribadi bagi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan. Terakhir, berkenaan dengan penerapan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik konseling assertive training perlu disebarluaskan dengan cakupan sekolah yang beragam.
Dety Anugrah Fajarwati. (2012). Assertive Training Counseling Techniques for Improving Personal Responsibility Students at SMP Negeri 1 Batujajar (Quasi-Experimental Study of Academic Year 2012/2013).
Factors underlying this research is the lack of personal responsibility early adolescent middle school. These are due to lack of understanding about personal responsibility, self-control attitude, concern for others, courage, behave honestly and maintain self-esteem. In addition, such as special program of guidance and counseling services is unable to facilitate students to increase personal responsibility including the constraints experienced by students.
The research aims to test the effectiveness of the guidance and counseling program uses counseling techniques Assertive Training, as an effort to enhance the student's personal responsibility in SMP Negeri 1 Batujajar. The procedure of the research was conducted through three stages of activities, initial data collection, programming and participants were 15 middle school student at SMP Negeri 1 Batujajar who had the lowest score of the outcome questionare spreading.
The results showed Assertive Training counseling techniques program proven effective to increase the personal responsibility of students at SMP Negeri 1 Batujajar. Assertiveness can make student more responsible.
The recomendation are: First, guidance and counseling teachers should understand the latest needs and problems experienced by students related to personal responsibility. Second, the result can be used for discussion and references related to the study of personal responsibility for the department of educational psychology and counseling. The last, with regard to the implementation of guidance and counseling program uses assertive training counseling techniques needs to be disseminated to wider range of schools.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 11
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian 12
E. Asumsi Penelitian 14
F. Sistematika Penulisan 14
BAB II TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN PENGGUNAAN TEKNIK KONSELING ASSERTIVE TRAINING DALAM PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Tanggung Jawab
1. Definisi Tanggung Jawab 16
2. Faktor Yang Mempengaruhi Dan Strategi Untuk Meningkatkan
Tanggung Jawab Pribadi 20
3. Pentingnya Tanggungjawab Pribadi Pada Remaja Awal sebagai
Pelajar 24
4. Pentingnya Sikap Tanggung Jawab dalam Kehidupan
Pribadi dan Sosial 31
5. Perlunya Bimbingan dan Konseling 33
B. Assertive Training
1. Pengertian Assertive Training 37
2. Tujuan Assertive Training 40
3. Pendekatan Assertive Trainning Sebagai Bagian dari Teori
Pendekatan Kognitif Behavioristik 42
4. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah 44
Sosial Remaja Awal 49 E. Program Menggunakan Teknik Konseling Assertive Trainning
untuk Meningkatkan Tanggungjawab Pribadi Siswa 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian 63
B. Desain Penelitian 63
C. Populasi dan Sampel Penelitian 64
D. Instrumen 65
E. Definisi Operasional Variabel
1. Tanggung Jawab Pribadi 66
2. Assertive Training 68
3. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data 71
4. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data 73
a. Uji Kelayakan Instrumen 73
b. Uji Validitas 73
c. Uji Reliabilitas Instrumen 77
d. Prosedur Pengolahan Data 78
F. Teknik Analisis Data 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 83
B. Pembahasan 120
C. Keterbatasan Penelitian 134
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 135
B. Rekomendasi 136
DAFTAR PUSTAKA 138
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1. Kisi-kisi Instrumen Tanggung Jawab Pribadi (Sebelum Uji Coba) 71
3.2. KMO dan Tes Bartlett 74
3.3. Hasil Uji Validitas 75
3.4. Kisi-kisi Instrumen Tanggung Jawab (Setelah Uji Coba) 75
3.5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi 77
3.6. Hasil Uji Reliabilitas 78
3.7. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban 79
3.8. Kategori Tanggung Jawab Pribadi 80
4.1. Kategori Aspek Tanggung Jawab Pribadi Siswa Kelas VIII 85
4.2. Kategori Terendah Indikator Tiap Aspek Tanggung Jawab Pribadi
Kelas VIII 86
4.3 Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Layanan Bimbingan dan
Konseling Assertive Training 96
4.4. Aspek-Aspek Tanggung Jawab Pribadi 101
4.5. Data Deskriptif Perbandingan Kelas Eksperimen 112
4.6. Hasil Uji-t Perbandingan Data Kelas Eksperimen antara Pretest
dan Posttest 113
4.7. Data Deskriptif Perbandingan Kelas Kontrol Paired Samples Statistik 114
4.8. Hasil Uji-t Perbandingan Data Kelas Kontrol antara Pretest
dan Posttest 115
4.9 Data Perbandingan Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol
Grup Statistik 116
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Surat Izin Penyelenggaraan Penelitian
Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif Surat Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis Surat Perpanjangan Pembimbing Penulisan Tesis
Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi dari Prodi BK Permohonan Izin Pengambilan Data di SMP Negeri 1 Batujajar Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri 1
Batujajar
Sertifikat TOEFL
Lampiran II: Data Responden Penelitian
Tabulasi Data Responden Reliabilitas Instrumen Tabulasi Data Responden Kelas kontrol
Tabulasi Data Responden Kelas Eksperimen
Tabulasi Persentase Dimensi Tanggung Jawab Pribadi Siswa Tabulasi Persentase Aspek Tanggung Jawab Pribadi Siswa Tabulasi Persentase Indikator Tanggung Jawab Pribadi Siswa
Lampiran III : Instrumen Penelitian
Validasi Instrumen Penelitian dari Pakar/Ahli Validasi Program dari Tiga Pakar/Ahli Instrumen Hasil Uji Keterbacaan Angket Tanggung Jawab Pribadi Siswa SKLBK
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
perubahan-perubahan yang cepat di masyarakat dalam berbagai bidang. Kemajuan
perkembangan dan teknologi seiring dengan berkembangnya pendidikan dan
belajar yang mengikuti sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan dan merupakan
tolak ukur yang menunjukkan kualitas suatu bangsa.
Perkembangan pendidikan mencakup seluruh lapisan masyarakat terutama
anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus yang akan mewujudkan cita-cita
bangsa. Namun apa yang terjadi dalam potret pendidikan di Indonesia sekarang
ini, kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan
dengan dengan negara lain. Rendahnya kualitas pendidikan salah satu sebabnya
adalah masih kurangnya perhatian baik dari pemerintah sebagai penyelenggara
pendidikan maupun masyarakat itu sendiri sebagai individu yang memerlukan
pendidikan. Masyarakat belum begitu memahami arti penting pendidikan
sebenarnya. Salah satu contoh isu-isu yang berkembang saat ini adalah maraknya
berita kecurangan dalam ujian nasional yang dimuat dalam media massa baik
elektronik maupun non elektronik, perilaku menyontek yang sudah menjadi hal
yang biasa, tidak disiplin, kurangnya motivasi belajar, membolos dan
perilaku-perilaku asusila lainnya yang marak terjadi dikalangan para siswa seperti tawuran,
sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kodisi di lapangan. Oleh karena itu,
berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kondisi ini salah satunya dengan
melakukan perubahan sistem pendidikan ataupun kurikulum. Namun, sampai saat
ini belum memberikan perubahan yang signifikan malah situasi pendidikan yang
semakin memburuk. Salah satu contoh kecurangan-kecurangan dalam ujian
nasional masih marak terjadi dengan berbagai modus dan cara.
Fenomena yang terjadi ini, bila dilihat dari kacamata seorang pendidik
yang berhubungan langsung dengan para siswa tentu akan berpikir lain untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah
siswa, apa yang terjadi pada mereka sehingga berperilaku tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan guru, orang tua maupun masyarakat. Khususnya bagi siswa yang
telah memasuki tahap remaja menuju dewasa. Dalam kondisi remaja yang labil ini
seringkali berbagai permasalahan muncul dan mereka kesulitan untuk mengatasi
permasalahan itu sehingga banyak diantaranya memilih jalan yang salah untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu pada diri remaja dibutuhkan sesuatu yang
dapat menstabilkan dirinya supaya bisa bertahan dalam kondisi apa pun yaitu
sikap tegas dan tanggung jawab pribadi yang sebenarnya sudah tertanam dalam
dirinya dari sejak lahir, dan seiring berjalannya waktu tanggung jawab pribadi
dapat menurun ataupun meningkat tergantung pada pengalaman-pengalaman yang
dialami manusia sepanjang hidupnya.
Fenomena yang terjadi sekarang ini di kalangan siswa remaja, apabila
dihubungkan dengan tanggung jawab semua itu merupakan salah satu akibat dari
hak dan kewajiban dengan baik seorang siswa memerlukan yang namanya
tanggung jawab. Karena tanggung jawab berarti berani menanggung segala hal
yang terjadi atas apa yang telah dilakukan atau dijalaninya.
Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, tanpa tanggung jawab maka semuanya akan menjadi
berantakan. Karena hidup merupakan serangkaian tanggung jawab yang dilakukan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan hidupnya. Tanggung
jawab pribadi merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seseorang
yang dikatakan manusia. Sadar memiliki pengertian tahu dan ingat sehingga
kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia
terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran
manusia sangat berkaitan erat dengan hati dan pikiran yang terbuka, rasional dan
mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal-hal yang
benar. Seseorang yang dikatakan bertanggungjawab adalah orang yang mampu
bertindak tanpa bimbingan atau pengawasan, karena seseorang bertanggungjawab
terhadap apa yang telah dilakukannya. Seperti yang diungkapkan oleh Albert Ellis
dalam Nystull (2011: 230): “The best years of your life are the ones in which you
decide your problems are your own. You do not blame them on your mother, the
ecology, or the president. You realize that you control your own destiny”.
Pendapat tersebut memiliki makna bahwa seseorang dapat dikatakan
bertanggungjawab adalah ketika seseorang dapat membuat keputusannya sendiri
tanpa menyalahkan orang lain dan menyadari bahwa individu tersebut berada
Perkembangan tanggung jawab pribadi disebabkan oleh berbagai faktor
bisa bawaan sejak kecil, lingkungan masyarakat dan pendidikan, baik itu
pendidikan formal atau non formal termasuk pendidikan oleh orang tua sejak kecil
(pola asuh) maka hal yang sangat penting untuk menanamkan tanggung jawab
pribadi adalah contoh dari orang-orang yang lebih dewasa baik itu orang tua di
rumah atau guru di sekolah. Tanggung jawab pribadi merupakan bagian dari
karakter yang bisa diajarkan dan dilatihkan pada individu misalnya anak oleh
orang tuanya, siswa oleh gurunya dan karyawan oleh atasannya dan seterusnya.
Memiliki tanggung jawab pribadi memiliki beberapa manfaat seperti
penelitian yang dilakukan oleh Mergler et al. (2008: 35-51) yang berjudul
Personal responsibility: the creation, implementation and evaluation of a school
based program. Sebuah program sekolah yang dibuat untuk mengatasi
permasalahan kurangnya tanggung jawab pribadi pada siswa sekolah tinggi di
Urban Queensland Australia Selatan. Menunjukkan bahwa manfaat meningkatkan
tanggung jawab pribadi salah satunya adalah agar siswa dapat berkembang sesuai
dengan apa yang mereka lakukan yaitu dengan memiliki kebebasan untuk
membuat pilihan-pilihan penting dalam hidupnya dengan menggunakan
keterampilan yang mereka miliki. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lynn
Clouder (2009 : 289-301) yang berjudul Being responsible: students perspectives
on trust, risk and work-based learning, menunjukkan bahwa seberapa besar
tanggungjawab yang diberikan dalam penempatan kerja dipengaruhi oleh
perspektif siswa akan pengalaman, kepercayaan dan peran mereka dalam
terhadap kemajuan dan pengembangan kemampuan menjadi seorang yang
profesional. Dapat disimpulkan bahwa seseorang akan sadar dan mengetahui
seberapa besar dirinya perlu untuk meningkatkan tanggung jawab karena
memahami akan tugas, manfaat dan resiko yang dihadapi dari setiap pilihan yang
akan diambilnya. Namun, begitu sebaliknya, seseorang yang memiliki tanggung
jawab pribadi yang kurang adalah orang yang belum menyadari tugas, kebutuhan
dan mengetahui alasan mengapa melakukan suatu tindakan atau perbuatan dan
ketika melakukan suatu kesalahan maka akan menyalahkan orang lain atas apa
yang menimpa dirinya.
Salah satu contoh perilaku siswa yang menunjukkan kurangnya sikap
bertanggung jawab dan cenderung menyalahkan orang lain adalah hasil survei dan
wawancara dengan wali kelas di SMP N 1 Batujajar menunjukkan sekitar 12%
siswa bolos sekolah, lebih dari 70 % siswa yang memiliki nilai raport belum
tuntas rata-rata dalam mata pelajaran matematika, IPA, IPS, seni budaya, dan
bahasa inggris. Mereka menyalahkan guru dengan alasan guru tidak dapat
menyampaikan materi dengan jelas sehingga sulit dimengerti oleh siswa
akibatnya siswa malas belajar atau menyalahkan orang tua yang sering bertengkar,
tidak nyaman di kelas dan lain sebagainya. Gejala seperti ini, terjadi hampir di
setiap jenjang pendidikan mengalami kondisi yang sama. Jika kondisi seperti ini
dibiarkan sudah tentu akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Maka dari
itu dalam dunia pendidikan diperlukan suatu layanan bimbingan untuk mengatai
Pendidikan berdasarkan (Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Th. 1989 pasal
1), merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. Pemberian layanan yang sesuai untuk meningkatkan tanggungjawab siswa
adalah dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Seperti yang
dikemukakan oleh Mortensen, Shertzer dan Kartadinata dalam Suherman (2007:
10) bahwa “ Bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu (konseli)
sebagai bagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga ahli
(konselor) agar individu (konseli) mampu memahami dan mengembangkan
potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungannya.”
Bimbingan dan konseling sebagai mitra kerja dalam keseluruhan rangkaian
pendidikan seperti yang dikatakan oleh Dahlan dalam buku yang disunting oleh
Budiman dan Suherman (2011: 18) :
…bimbingan dan konseling memberikan perhatian pada proses yang oleh pendidikan dimanfaatkan dalam rangka membantu anak mencapai suatu tingkat kehidupan yang berdasarkan pertimbangan normatif, anthropologis (memperhatikan anak selaku manusia) dan sosiokultural.
Konteks tugas konselor menurut (Permen no. 27 th. 2008: 3) tugas
konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan
potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan
untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan
umum. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling,
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan
profesional sebagai satu kesatuan. Kompetensi akademik merupakan landasan
ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi
profesional, yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang
dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
(3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan,
dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara
berkelanjutan. Dengan demikian konselor harus memiliki daya kreatifitas yang
tinggi dalam membantu setiap individu. Karena setiap individu itu adalah unik
maka meskipun masalah yang dihadapi individu sama namun tidak selalu metode
dan tehnik yang digunakan untuk mengatasi permasalahan individu akan sama
pula. Mengajarkan tanggung jawab tidak cukup dilakukan hanya dengan
memberikan informasi berupa materi-materi seperti yang dilakukan oleh guru
bidang studi namun, diperlukan berupa sikap dan tindakan yang perlu untuk
dilatihkan kepada siswa sebagai upaya pembiasaan.
Pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah diberikan dalam
bentuk program bimbingan dan konseling yang meliputi empat bidang layanan
yaitu; layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan
dukungan sistem. Untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa diperlukan
suatu strategi layanan yang mencakup seluruh bidang yaitu akademis, pribadi,
membuat program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik
konseling assertive trainning atau latihan asertif.
Asertif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan diri dengan
tulus, jujur, jelas, tegas, terbuka, sopan, spontan, apa adanya, dan tepat tentang
keinginan, pikiran, perasaan dan emosi yang dialami, apakah hal tersebut yang
dianggap menyenangkan ataupun mengganggu sesuai dengan hak-hak yang
dimiliki dirinya tanpa merugikan, melukai, menyinggung, atau mengancam
hak-hak, kenyamanan, dan integritas perasaan orang lain. Perilaku asertif tidak
dilatarbelakangi maksud-maksud tertentu, seperti untuk memanipulasi,
memanfaatkan, memperdaya atau pun mencari keuntungan dari pihak lain.
Orang yang asertif akan memiliki kebebasan untuk meluapkan perasaan
apa pun yang dirasakan, dan berani mengambil tanggung jawab terhadap perasaan
yang dialaminya dan menerima orang lain secara terbuka. Memiliki keberanian
untuk tidak membiarkan orang lain mengambil manfaat dari perasaan yang
dialaminya, tetapi orang lain pun memiliki kebebasan untuk mengungkap apa
yang dirasakannya (Sunardi : 2010). Maka dari itu diperlukan sebuah layanan
bimbingan dan konseling untuk dapat membentuk siswa menjadi asertif supaya
dapat memiliki dan meningkatkan tanggung jawab pribadinya.
Siswa untuk bisa meningkatkan tanggung jawab pribadi dalam dirinya,
diperlukan suatu ketegasan untuk bisa berdiri pada prinsipnya sendiri dan mampu
menjalankan segala sesuatu yang telah direncanakannya serta menumbuhkan
keyakinan dalam dirinya bahwa dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya
dalam bentuk pernyataan saja tetapi tanggung jawab secara keseluruhan.
Seringkali terjadi siswa telah mengenal dirinya, mengetahui apa yang dibutuhkan,
bagaimana cara untuk memperolehnya serta memiliki perencanaan yang matang
namun tidak mampu untuk melaksanakannya karena siswa kurang asertif dalam
menjalankan tugas-tugasnya.
Penelitian ini menyoroti tanggung jawab pribadi dalam konteks siswa
sekolah menengah pertama. Karena siswa sekolah menengah pertama berada pada
tahap remaja awal yaitu mereka yang sedang dalam masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa, saat yang paling membutuhkan bimbingan khususnya dalam
upaya meningkatkan tangung jawab pribadi. Pada usia sekolah dasar anak dilatih
untuk bertanggungjawab dengan mengenalkan dan membiasakan pada
kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan anak sehari-hari. Sedangkan pada masa remaja
awal atau usia sekolah menengah pertama tanggungjawab anak perlu untuk
ditingkatkan sebagai langkah lanjutan dari pendidikan sebelumnya.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Pada masa ini remaja telah masuk dalam tahap
pemikiran operasional formal menurut Jean Piaget dalam (Desmita, 2003:
107-108) bahwa remaja adalah pemikir aktif dan konstruktif yang dapat berpikir secara
abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Selain itu mereka juga mampu berpikir sistematis dengan memikirkan
semua kemungkinan untuk memecahkan permasalahan. Menurut pendapat
tersebut idealnya remaja dapat memikirkan dan memutuskan sikap atau tindakan
Untuk itu, seyogyanya layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik
konseling assertive training dapat diterapkan pada siswa sekolah menengah
pertama.
Studi pendahuluan tanggung jawab pribadi siswa SMPN 1 Batujajar
(sampel sebanyak 206 orang siswa dari seluruh populasi siswa kelas delapan yang
berjumlah 369 orang). Secara umum berada dalam kategori sedang (53, 88 %)
artinya siswa SMPN 1 Batujajar, sudah menunjukkan telah memiliki tanggung
jawab pribadi namun belum konsisten dengan sikap yang ditunjukkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga, dari kriteria tersebut masih ada beberapa aspek
yang perlu ditingkatkan. Maka dari itu data tersebut sudah cukup untuk dijadikan
alasan melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Batujajar dengan mengusung judul
“Teknik Konseling Assertive Training untuk Meningkatkan Tanggung Jawab
Pribadi Siswa (Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Batujajar Tahun Ajaran 2012/2013)”.
B. Rumusan Masalah
Secara umum penelitian ini difokuskan pada penggunaan dan
pengembangan teknik konseling assertive trainning untuk meningkatkan
tanggung jawab pribadi siswa sekolah menengah pertama. Secara khusus rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini diperinci dalam pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
2. Bagaimana implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam upaya
meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1 Batujajar?
3. Seperti apa bentuk program bimbingan dan konseling menggunakan teknik
konseling assertive trainning sebagai strategi untuk meningkatkan tanggung
jawab pribadi siswa?
4. Bagaimana efektifitas penggunaan teknik konseling assertive trainning untuk
meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan program
layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik konseling
assertive trainning yang dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa
sekolah menengah pertama. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. profil tanggung jawab siswa di SMP Negeri 1 Batujajar.
2. mengetahui implementasi program bimbingan dan konseling yang ada selama
ini untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1
Batujajar.
3. mengembangkan program dengan strategi layanan menggunakan teknik
konseling assertive trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi
siswa.
4. mengetahui dampak program tersebut terhadap peningkatan tanggung jawab
D. Signifikansi Dan Manfaat Penelitian
1. Signifikansi Penelitian
Signifikansi cara atau tindakan untuk meningkatkan tanggung jawab
pribadi pada siswa sekolah menengah tingkat pertama didasarkan pada kebutuhan
dan pemikiran berikut:
a. pada masa remaja awal adalah merupakan tahap perkembangan yang cukup
berat karena merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa
dimana siswa akan mengalami berbagai permasalahan.
b. layanan bimbingan dan konseling memiliki tantangan dan peluang dalam
upaya mengatasi isu-isu yang sering terjadi dikalangan remaja dalam upaya
membangun sistem layanan yang kompeten dan komprehensif.
c. teknik konseling assertive training dapat dijadikan alat untuk membantu
siswa menuju proses kedewasaan, memandirikan siswa sehingga dapat
bertanggungjawab pada dirinya sendiri.
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis manfaat penelitian, pertama adalah memberikan sumbangan
dalam khazanah kelimuan tentang tindakan penanganan yang bervariatif dan
inovatif dalam meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di sekolah menengah
pertama sehingga dapat disesuaikan dengan keragaman individu. Kedua,
memberikan gambaran tentang tindakan-tindakan yang dapat memfasilitasi
peningkatan tanggungjawab pribadi siswa baik di sekolah, maupun lingkungan
menjadi kepribadian yang menetap pada siswa. Manfaat praktis yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru bimbingan dan konseling,
Guru BK dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk menambah
pengetahuan sekaligus membuat program layanan bimbingan yang paling tepat
yang akan digunakan dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa
yang khususnya terkait dengan tanggung jawab pribadi.
b. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan bimbingan dan konseling.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pengembangan dan peningkatan tanggung jawab pribadi siswa.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti
selanjutnya untuk berbagai implikasi isu multikultural dalam layanan bimbingan
dan konseling khususnya peningkatan tanggung jawab dalam konteks yang lebih
luas khususnya dalam penggunaan teknik konseling assertive training.
E. Asumsi Penelitian
1. tanggung jawab pribadi adalah sikap berani menanggung segala hal yang
telah dilakukan atau diperbuatnya (Albert Ellis : 2011)
2. tanggung jawab merupakan kebebasan individu dalam menentukan pilihan
3. kesadaran tanggung jawab dipengaruhi oleh persepsi yang didasari oleh
pengalaman, peran dan resiko yang dihadapi (Lynn Clauder : 2009).
4. teknik konseling assertive training merupakan proses bantuan untuk
memfasilitasi siswa agar memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan
sekaligus memiliki kontrol diri dan ketegasan dalam menjalankan konsep
dirinya. (Andrea Hercha-Schmook : 2011).
5. tiap individu memiliki hak (tetapi bukan kewajiban) untuk menyatakan
perasaan, pikiran, kepercayaan, dan sikap sesuai keinginannya (Corey,
Gerald).
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan penelitian ini akan dibuat dalam bentuk tesis dengan sistematika
sesuai pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di kampus Universitas
Pendidikan Indonesia adalah sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN. Bagian ini mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi
penelitian dan hipotesis penelitian.
Bab II KAJIAN PUSTAKA. Bagian ini meliputi kajian teoretik tentang
konsep peningkatan tanggung jawab pada siswa sekolah menengah
pertama dan sejumlah penelitian terdahulu.
Bab III METODE PENELITIAN. Bagian ini mencakup desain penelitian,
sampel penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan interpretasi
data penelitian.
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini mencakup
hasil-hasil penelitian diikuti dengan pembahasan.
Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian ini meliputi dua hal,
yaitu kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan kepada beberapa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pada bab tiga ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan
penelitian, metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian,
definisi operasional, penyusunan kisi-kisi instrumen, uji coba instrumen dan
pengumpulan data, prosedur pengolahan data, dan teknik analisis data.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yakni
pendekatan penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian
dengan menggunakan data kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimental Design) dengan desain
non-equivalent control group design yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol ditentukan tidak secara random dan keduanya diberikan pretest dan
posttest (Borg dan Gall, 2003 : 402) untuk memperoleh gambaran tentang
efektifitas layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik konseling
assertive trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa SMP
Negeri 1 Batujajar.
B. Desain Penelitian
Tahap I
Mengumpulkan data awal dengan menyebar instrumen penelitian untuk
mengetahui profil tanggung jawab pribadi siswa kelas VIII SMPN 1 Batujajar
konseling di sekolah saat ini serta kaitannya dengan peningkatan tanggung jawab
pribadi siswa.
Tahap 2
Membuat program bimbingan dan konseling menggunakan teknik
konseling assertive trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa.
Memperoleh masukan dari pakar dan praktisi untuk program bimbingan dan
konseling menggunakan teknik konseling assertive trainning. Menghasilkan
program bimbingan setelah mendapat masukan dan dilakukan revisi.
Tahap 3
Uji coba program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik
konseling assertive trainning untuk mengetahui sejauh mana keefektifan program
layanan bimbingan dengan menggunakan teknik konseling asssertive trainning
dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa. Untuk selanjutnya revisi untuk
pengembangan program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik
konseling assertive trainning yang lebih tepat.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 1
Batujajar yang kurang lebih berjumlah 378 orang, yang termasuk usia remaja awal
yang berada pada rentang usia 11-14 tahun. Siswa yang diambil sampel homogen
yaitu remaja awal yang memiliki latar belakang pendidikan yang relatif sama
sebanyak 206 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik random
untuk mendapat layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik asertive
trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi. Karena pada dasarnya
setiap individu telah memiliki tanggung jawab pribadi dalam dirinya.
Sementara itu siswa kelas VIII yang menjadi sampel adalah siswa yang
telah mengalami proses belajar dan berinteraksi di lingkungan sekolah menengah
pertama selama satu tahun. Kemudian dari sampel siswa sebanyak 206 orang
dipilih untuk dijadikan sampel penelitian menggunakan cara purposive sampling
berdasarkan hasil skor terendah sebanyak 30 orang yang kemudian dibagi
menjadi dua, kelompok treatment dan kelompok kontrol yang masing-masing
berjumlah 15 orang. Dalam hal ini peneliti mengabaikan faktor-faktor di luar
lingkungan sekolah seperti kondisi keluarga, teman sepermainan, pola asuh orang
tua, keadaan ekonomi serta adat kebiasaan dan budaya peserta penelitian.
D. Instrumen
Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui penyebaran
angket dan tidak langsung melalui wawancara dengan guru dan peserta penelitian.
Terdapat dua macam data yang diperlukan sebelum proses penerapan program
bimbingan dan konseling yaitu instrumen berupa angket pretest untuk mengetahui
tanggung jawab pribadi yang telah ada dalam diri siswa sedangkan posttest untuk
mengetahui perkembangannya setelah dilakukan treatment. Uji t atau t-test
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang menjadi lingkup kajian penelitian ini, yaitu tindakan
layanan bimbingan menggunakan teknik konseling assertive training sebagai
solusi untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi pada siswa sekolah menengah
pertama di SMP Negeri 1 Batujajar yang dapat diaplikasikan secara nyata dan
berkesinambungan.
1. Tanggung Jawab Pribadi
Menurut Edwin J. Delattre and Allice B. Delattre (2000) “A responsible
character is formed over time. Ii is made up of our outlook and daily habits
associated with feelings, thoughts, and actions... they do so because they
understand that it’s right and because they have courage and self-control to act
decently, even when tempted to do otherwise.” Dapat diartikan karakter
bertanggungjawab terbentuk melalui penampilan dan kebiasaan sehari-hari yang
merupakan gabungan dari perasaaan, pikiran dan tindakan. Orang yang
bertanggung jawab adalah orang melakukan setiap tindakan karena memahami itu
benar, memiliki keberanian dan pengendalian diri dalam bertindak meskipun
tanpa ada yang melihat atau bahkan ketika tergoda untuk melakukan hal yang
sebaliknya. Selanjutnya, Edwin membagi tanggung jawab menjadi lima aspek
yang perlu dipelajari untuk membentuk sikap bertanggungjawab pada anak
diantaranya adalah:
1. Menghargai dan memberikan perhatian kepada orang lain (Respect and show
compassion for others)
3. Keberanian berdiri pada prinsip-prinsip sendiri (Show courage in standing up
for our principles)
4. Mengembangkan kontrol diri dalam bertindak pada prinsip-prinsip sendiri
(Develop self control in acting on our principles)
5. Mempertahankan harga diri (Maintain self-respect)
Hymowitz (Galston dan Berryhill, 2009:27) tanggung jawab pribadi
adalah menerima kesalahan yang telah diperbuat. Ketika seseorang menerima
tanggung jawab atas kesalahannya itu berarti juga memahami diri sendiri untuk
bertanggungjawab atas kehidupannya atau mampu mengambil alih masa depan.
Tanggung jawab diri dan tanggung jawab sosial sangat penting untuk
membantu menentukan siapa kita dan dimana kita masuk dalam dunia sosial kita.
Aspek penting dari tanggung jawab adalah sejauh mana kita dapat mengontrol diri
dan bertanggungjawab pada keberhasilan atau kegagalan (Karen L. Hilton,
University of Nevada).
Berdasarkan pendapat para ahli maka, dalam penelitian yang dimaksud
dengan tanggung jawab pribadi adalah kemampuan siswa SMP Negeri 1 Batujajar
kelas VIII untuk menanggung segala resiko dari setiap pengambilan keputusan
berdasarkan persepsi dan pemahaman apa yang dilakukannya benar, memiliki
keberanian, kontrol diri, rasa peduli terhadap orang lain, berperilaku jujur, serta
dapat mempertahankan harga diri yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dalam tanggung jawab
pribadi siswa terdapat dua dimensi yang perlu dikembangkan yaitu dimensi
1. Dimensi pikiran yaitu memiliki persepsi tentang tanggung jawab
2. Dimensi perbuatan meliputi:
a. Memiliki keberanian
b. Memiliki kontrol diri
c. Memiliki kepedulian terhadap orang lain
d. Berperilaku Jujur
e. Mempertahankan harga diri
2. Assertive Trainning
Sue Bishop dalam karyanya “Develop Your assertiveness” (2010:1)
berpendapat bahwa:
“ ....It’s about being able to express yourself with confidence without having to resort to passive, aggressive or manipulative behaviour...It requires listening and responding to the needs of others without neglecting your own interests or compromising your principles. It is about improving your interpersonal skills; more effective communication; controlling stress through a better handling of problem people and situations...”
Menjadi asertif adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan
percaya diri tanpa harus menunjukkan perilaku pasif, agresif atau manipulatif
yang meliputi kesadaran diri yang besar untuk mengenal, menyukai dan
bertanggungjawab secara nyata terhadap diri sendiri. Ini adalah tentang
meningkatkan keterampilan interpersonal individu untuk lebih dapat
berkomunikasi secara efektif, mengendalikan stres melalui penanganan masalah
yang lebih baik dan pilihan untuk mampu mengekspresikan kebutuhan, pendapat
Asertif menurut Sunardi (2011:1) dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk menyatakan diri dengan tulus, jujur, jelas, tegas, terbuka, sopan, spontan,
apa adanya, dan tepat tentang keinginan, pikiran, perasaan dan emosi yang
dialami, apakah hal tersebut yang dianggap menyenangkan ataupun mengganggu
sesuai dengan hak-hak yang dimiliki dirinya tanpa merugikan, melukai,
menyinggung, atau mengancam hak-hak, kenyamanan, dan integritas perasaan
orang lain. Perilaku asertif tidak dilatarbelakangi maksud-maksud tertentu, seperti
untuk memanipulasi, memanfaatkan, memperdaya ataupun mencari keuntungan
dari pihak lain.
Assertive trainning dapat disimpulkan merupakan salah satu bentuk
keterampilan untuk melatih individu mengembangkan kemampuan
interpersonalnya untuk menyatakan diri dengan jujur, tegas, berani
mengungkapkan keinginan serta memiliki kontrol diri untuk tidak merugikan
orang lain sebagai bentuk tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun
orang lain.
Assertive Trainning adalah teknik yang dilakukan oleh peneliti sebagai
konselor untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa kelas VIII di SMP
Negeri 1 Batujajar untuk dapat mengekspresikan sikap asertif melalui latihan, atau
meniru model-model sosial melalui tahapan sebagai berikut.
a. Menjelaskan kepada siswa tentang program bimbingan dan konseling dengan
pendekatan assertive training, membahas tentang tanggung jawab pribadi
b. Pengkondisian perilaku dengan mengajarkan dan melatih untuk merasionalkan
perkataan sebagai langkah awal membangun kebebasan individu dalam
mengekspresikan perasaan, diikuti dengan tugas rumah.
c. Mengembangkan ketegasan dengan mengontrol ketegangan, Untuk mengatasi
kecemasan sebagai efek yang diakibatkan dari bersikap asertif yang akan
dialami dalam berlatih asertif dapat dilakukan dengan mempelajari dan berlatih
beberapa strategi coping yang tidak mengganggu dan efektif dan dapat
dilakukan dalam kondisi apa pun. Selain itu, mengontrol diri dalam hal
mengendalikan rasa marah adalah salah satu upaya mengembangkan tanggung
jawab pribadi.
d. Sebagai tindak lanjut dari belajar mekanisme coping yang baik seperti yang
disebutkan dalam tahap sebelumnya yaitu berpikir positif. Pelatihan ketegasan
atau latihan asertif dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan diri,
orang dengan keterampilan asertif yang baik akan mengalami peningkatan
kesadaran diri, keyakinan yang besar, berkomunikasi jujur, memiliki harga diri
yang kuat dan keterampilan yang efektif. Mereka dapat menghormati diri
mereka sendiri maupun orang lain.
e. Latihan mendengarkan dan menumbuhkan keyakinan bahwa ada beberapa
orang yang memiliki keterampilan mendengarkan. Untuk bisa memulai
pembicaraan dengan orang lain adalah belajar untuk berkonsentrasi pada orang
lain, mencari tahu tentang pengalaman, keyakinan dan sikap mereka., seni
berkata-kata singkat, bahasa tubuh dan pemecahan masalah yaitu dengan
sulit orang yang asertif akan bersikap tenang, berpikir positif dan mengingat
kebutuhan dan perasaan orang lain.
3. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang dirancang untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
berbentuk angket, untuk mengetahui tanggung jawab pribadi siswa. Bentuk skala
penilaian yang digunakan adalah (3) Selalu, (2) Sering, (1) Pernah, dan (0) Tidak
Pernah. Adapun kisi-kisi instrumen sebelum uji coba, sebagai berikut.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Tanggungjawab Pribadi (Sebelum Uji coba)
DIMENSI ASPEK INDIKATOR NO.
a. Berani berdiri pada prinsip
3. Memiliki
a. Dapat mengatakan hal-hal
yang sebenarnya
b. Tidak menyesatkan orang
lain untuk kepentingan
6.Mempertahan-kan harga diri
diri sendiri
a. Merasa puas berperilaku
benar dan mencapai
prestasi dengan usaha
yang keras
b. Menjaga keselamatan dan
kesehatan diri
c. Menyikapi kegagalan
bukanlah suatu yang
memalukan
38,39
40,41
42,43 2
2
2
4. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data
a. Uji Kelayakan Instrumen
Sebelum instrumen diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas
oleh tiga orang ahli (expert judgement). Validasi instrumen bertujuan untuk
mengetahui kelayakan alat ukur dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai
dengan kebutuhan. Apabila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka
butir pernyataan tersebut akan dihilangkan atau direvisi sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan penelitian. Dari hasil uji validitas maka diperoleh 43 item pernyataan
yang layak untuk diujicobakan.
b. Uji Validitas
Uji validitas instrumen dilakukan melalui dua tahapan yaitu pengujian
para pakar untuk dilakukan perbaikan DOV termasuk didalamnya kesesuaian
antara aspek-aspek dengan indikator yang kemudian dituangkan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan positif. Setelah dilakukan perbaikan kemudian instrumen
diuji validitas konstuknya dengan melakukan uji coba lapangan dengan dianalisis
dengan menggunakan analisis faktor sesuai saran dari pakar. Pilihan jawaban
dibuat dengan menggunakan skala buatan dimulai dari skor 0 sampai dengan 3.
Tahap selanjutnya instrumen dilakukan uji keterbacaan kepada empat
orang siswa, ternyata terdapat satu item pernyataan yang kurang dimengerti siswa
yaitu item nomor 35. Setelah dilakukan perbaikan kemudian instrumen
diujicobakan kepada siswa SMP Negeri 1 Batujajar yang berjumlah 206 orang
(tidak ada ketetapan tentang jumlah sampel uji coba). Untuk memudahkan proses
pengolahan hasil uji coba lapangan digunakan software SPSS versi 16.
Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan tehnik analisis faktor dengan
KMO sebagai berikut.
Diketahui nilai KMO memperoleh skor 0,800 lebih dari 0,500 sehingga
data dapat dianalisis lebih lanjut. Setelah dilakukan analisis anti-image covariance
Tabel 3.2
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .800
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 2.484E3
df 861
maka dapat diketahui ada satu item pernyataan yaitu nomor 10 yang memperoleh
skor 0, 494 kurang dari 0, 500 dan dinyatakan item pernyataan nomor 10 tidak
valid. Sehingga total item yang valid berjumlah 42 item. Berikut hasil uji validitas
instrumen tanggungjawab pribadi siswa.
Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui ketetapan/kesahihan
(Validity) instrumen tersebut. Berikut kisi-kisi setelah uji coba.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Tanggungjawab Pribadi (Sebelum Uji coba)
B.Perbuatan 2.Memiliki
a. Berani berdiri pada prinsip
sendiri.
kesabaran dalam arti
Jujur
lain untuk kepentingan
diri sendiri
c. Dapat berhubungan dengan
orang lain secara jujur dan
jujur terhadap diri sendiri
a. Merasa puas berperilaku
benar dan mencapai
prestasi dengan usaha
keras
b. Menjaga keselamatan dan
kesehatan diri
Kriteria untuk mengetahui reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria
yang dikemukakan oleh Sugiono (1999:149) yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah
Uji reliabilitas instrumen tanggung jawab pribadi siswa hanya dilakukan
pada butir item pernyataan yang telah memiliki tingkat validitas tinggi. Apabila r
hitung > r tabel, maka butir item pernyataan reliabel, sebaliknya bila r hitung < r
tabel, maka butir item pernyataan tidak reliabel. Uji reliabilitas instrumen
dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Dengan hasil sebagai
berikut.
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan Tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
reliabilitas instrumen tanggungjawab pribadi sebesar 0, 893 berada pada kategori
sangat tinggi, artinya instrumen ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap
item dengan konsisten.
d. Prosedur Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan melalui penyebaran angket. Langkah
selanjutnya, menetapkan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan
skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam
pendistribusian responnya terhadap instrumen. Penyekoran instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
dikelompokkan dalam bentuk skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan
perbedaan subjek berdasarkan tingkatannya secara kuantitatif yang diurutkan
berdasarkan peringkat (Furqon, 1997:7).
Jenis instrumen tanggung jawab pribadi mengunakan model rating-scale
dengan menggunakan skala buatan degan alternatif respon pertanyaan dari skala 0
sampai dengan 3. Keempat alternatif respon bersifat kontinum, artinya semakin
tinggi respon yang dipilih oleh siswa, maka semakin tinggi tanggung jawab
pribadi siswa sedangkan semakin rendah respon yang dipilih siswa maka makin
rendah pula tanggung jawa pribadinya. Berikut kategori pemberian skor alternatif
jawaban instrumen.
Tabel 3. 7
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban Pemberian Skor
Selalu Sering Pernah Tidak pernah
3 2 1 0
Selanjutnya menetapkan standarisasi penafsiran skor yang ditujukan untuk
mengetahui makna skor yang dicapai siswa dalam pendistribusian respon terhadap
instrumen, serta untuk menentukan pengelempokkan tingkat tanggung jawab
pribadi siswa. Kategori pada skor disusun berdasarkan skor total pada instrumen
yang kemudian dikonversikan menjadi tiga kategori yang mengacu pada landasan
dari 0-3 dengan banyaknya item soal 42, sehingga interval kriteria dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut.
Skor maksimum : 3 X 42 = 126
Skor minimum : 0 X 42 = 0
Rentang : 126 – 0 = 126
Panjang kelas interval : 126 : 3 = 42
Persentase skor maksimum (3 : 4) X 100% = 75%
Persentase skor minimum (0 : 4) X 100% = 0%
Rentang persentase skor = 75% - 0% = 75%
Banyaknya kriteria = (Tinggi, Rendah, Sedang)
Panjang kelas interval = rentang : banyaknya kriteria
= 75% : 3 = 25%
Tanggung jawab diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Penentuan rentang norma kategori tanggung jawab pribadi
siswa dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3.8
Kategori Tanggung Jawab Pribadi
Rentang Kriteria Deskripsi
86 - 128 Tinggi
mengalami kesulitan, e). mampu berperilaku jujur baik perkataan maupun perbuatan, dan f). Dapat mempertahankan harga dirinya dengan menjaga keselamatan dan kesehatan diri baik fisik maupun psikis.
43 - 85 Sedang
Siswa yang masuk dalam kriteria sedang sudah memiliki tanggung jawab pribadi namun, belum menunjukkan kemampuan mengaktualisasikan dirinya secara optimal dan belum konsisten menjalankan tanggung jawab pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Belum memiliki a). pemahaman yang benar tentang tanggung jawab pribadi serta sistem nilai yang berlaku di masyarakat, b). sudah memiliki keberanian fisik dan intelektual dalam tindakan dan pengambilan keputusan namun belum konsisten, c). siswa mulai memiliki kontrol diri dan mengembangkan sikap sabar, d). mulai memiliki kesadaran berempati dan peduli terhadap orang lain, e). mengembangkan perilaku jujur baik perkataan maupun perbuatan, dan f). Siswa mulai memperhatikan dirinya dengan menjaga keselamatan dan kesehatan diri baik fisik maupun psikis.
0 - 42 Rendah
Siswa yang masuk dalam kategori rendah tanggung jawabnya secara keseluruhan belum memiliki kesadaran diri untuk bertanggung jawab pada dirinya sehingga keenam aspek belum berkembang secara optimal. a). siswa belum memiliki pemahaman tentang tanggung jawab pribadi adapun tanggung jawab yang dilakukannya masih bersifat instruktif. b). Siswa belum mampu berdiri pada prinsip sendiri, c). siswa belum memiliki kontrol diri dan bersikap sabar, d). belum memiliki perhatian dan kepedulian terhadap orang lain, e). belum berperilaku jujur baik perkataan maupun perbuatan, dan f). Siswa mulai memperhatikan dirinya dengan menjaga keselamatan dan kesehatan diri hanya sebatas fisik saja.
F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam peneitian ini merupakan data kuantiatif
mengenai profil tanggung jawab pribadi siswa sekolah menengah pertama dan
siswa sekolah menengah pertama kelas delapan. Untuk menganalisis data
menggunakan analisis statistik dilakukan dengan uji dua data sampel independen
dari kelompok kontrol dan kelompok treatment dengan teknik uji- t (t-test) untuk
melihat perbedaan kedua data sebelum dan sesudah treatment dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Profil tanggung jawab pribadi siswa SMPN 1 Batujajar kelas VIII yang
berlokasi di Desa Batujajar Kabupaten Bandung Barat menunjukkan variasi
kategori sedang, berdasarkan dimensi, aspek maupun indikatornya.
2. Selama ini, layanan BK di SMPN 1 Batujajar dijalankan secara administratif
dan normatif. Administratif, kegiatan yang diselenggarakan lebih banyak
fokus pada penyelesaian administrasi kegiatan layanan BK. Normatif, sebab
program yang dikembangkan belum pernah ada yang dikhususkan untuk
meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa, yang ada adalah rancangan
program yang substansinya lebih pada hal-hal umum saja.
3. Program BK menggunakan teknik konseling Assertive Training dimulai dari
rasional sampai kepada evaluasi program sebagai dasar untuk
mengembangkan program selanjutnya. Sedangkan assertive training
dilakukan melalui tahapan seperti; (1) pemberian materi tentang tanggung
jawab pribadi, (2) pengkondisian perilaku, (3) mengembangkan ketegasan
dengan mengontrol ketegangan, (4) berpikir positif, (5) latihan mendengarkan
dan menumbuhkan keyakinan baha ada beberapa orang yang memiliki
keterampilan mendengarkan.
4. Program BK dengan penggunaan asertive training terbukti efektif
meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa, khususnya siswa kelas VIII
adanya peningkatan skor pada posttest melalui uji t dan adanya perubahan
tingkah laku yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti treatment.
B. Rekomendasi
Pada bagian ini disajikan sejumlah rekomendasi penelitian berdasarkan
kesimpulan penelitian yang telah diutarakan sebelumnya.
1. Bagi Guru BK
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pikiran lebih mendominasi
profil tanggung jawab pribadi siswa, oleh karena itu guru BK seyogianya
menggunakan program yang dikembangkan ini untuk mengembangkan sekaligus
menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait tanggung jawab pribadi
dengan selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Mengetahui kebutuhan siswa yang terkait dengan peningkatan tanggung jawab
pribadi serta isu-isu yang berkembang dikalangan remaja yang up to date.
b. Melakukan inovasi-inovasi dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling
pada setiap aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan tanggung jawab
pribadi siswa agar layanan tidak monoton sehingga siswa cepat merasa bosan.
c. Melakukan evaluasi pada setiap kegiatan program yang telah dilaksanakan dan
digunakan sebagai alat ukur untuk menilai efektifitas dan pengembangan
program selanjutnya.
2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil penelitian ini
kuliah pengembangan diri siswa, khususnya tentang bentuk-bentuk aktivitas atau
program BK yang menyentuh wilayah aspek tanggung jawab pribadi siswa di
sekolah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penggunaan teknik konseling assertive training untuk meningkatkan
tanggung jawab pribadi perlu untuk diujicobakan ke sekolah-sekolah dengan
cakupan yang lebih luas baik jenjang maupun disesuaikan dengan kondisi sekolah
masing-masing. Selain itu perlu juga dikembangkan lebih lanjut pada cakupan
lingkungan sekitar sekolah termasuk pola asuh orang tua maupun teman
sepergaulan siswa yang kemungkinan besar menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tanggung jawab pribadi siswa berdasarkan hasil temuan-temuan di
DAFTAR PUSTAKA
A, Kimberley Moore et. all. (2011). The Relationship between Assertiveness and Social Anxiety in College Students. [Online]. Tersedia : http ://www. kon. org/urc/v6/moore.html [29 september 2011]
Akhmad Sudratajat. (2008). Pendekatan Konseling Behavioral. [On Line]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/. [3 Januari 20112]
Anne Ahira. (2011). Penelitian Deskriptif Kualitatif. [Online]. Tersedia:http://www.anneahira.com/penelitian-deskriptif-kualitatif.htm [10 Juli 2011]
Bishop, Sue. (2007). Develop Your Assertiveness second Edition. London dan Philadelphia : Kogan Page.
Branden, Nathaniel. (2012) All About Responsibility. [Online].
Tersedia:http://nathanielbranden.com/catalog/pdf/all_about_responsibility.pdf[23 Mei 2012]
Chesterfield County Public Schools. (2011). Curriculum Overview Elementary School Counseling Program Personal/Social Development Domain. [Online].Tersedia:http://chesterfield.k12.va.us/CCPS/instruction/guidance/ EleP [10 Juli 2011]
Delattre, Edwin J. dan Allice B. Delattre.(2003). Helping Your Child Learn Responsible Behavior. United State : Departement of Education Office Of Educational Research and Improvement.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional
Durkin Kevin, (2012). “Adolescence and Adulthood”. [On Line]. tersedia http://www.blackwellpublishing.com/intropsych/pdf/chapter10.pdf [05 Desember 2012]
Encheva, Iv. (2010). Assertiveness In The Personal Of Adolescents. [Online]. Tersedia: http://www.uni-sz.bg [5 oktober 2011]
Escarti, Amparo. et al. (2010). “Implentation of the Personal and Sosial
Responsibility Model to Improve Self Efficacy during Physical Educattion Classes for Primary School Children”. International Journal of
Fisher, Douglas dan Nancy Frey. (2011). Better Learning Trough Structured Teaching. Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development
Flagnagan, John S. dan Rita Sommers Flagnagan. (2004). Counseling and Psychotherapy Theories in Context and Practice. New Jersey: Jhon Wiley & Sons, Inc.
G, Stephen. (2011). Self Responsibility is The Key to Freedom. [Online]. Tersedia: http://www.articleflame.com/Art/25237/140/Self-Responsibility-Is-The-Key-To-Freedom.html [30 Juni 2011]
Gall, Meredith D., Joyce P. G., dan Walter R. B. (2003). Educational Research and introduction Sevent Edition. Pearson Education Inc. : United States of America
Galston, William dan Vivian Berryhill. (2009). Rethinking Responsibility: Reflections on Sex and Accountability.Washington, DC: The National Campaign to Prevent Teen and Unplanned Pregnancy
Gunadarma. (2012). Manusia dan tanggung Jawab. [Online]. Tersedia:http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/b ab9-manusia_dan_tanggung_jawab.pdf [2 desember 2011]
Hilton, Karen L. (2011). Self Responsibility and Social Responsibility. [Online]. Tersedia:http ://www.unce.unr.edu/publications/files/cy/other/fs9396.pdf. [21 Juni 2011]
Hornby, Garry, Carol H. dan Eric H. (2003). Counseling Pupils In School. London: Routledge Falmer
Iskandarsyah, Aulia. (2006). Perspektif psikologi terhadap permasalahan remaja dalam bidang pendidikan. [On Line]. Tersedia: http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/MAK ALAH%20AULIA-1.pdf. [3 Januari 2012]
Jewishealing. (2011). Living Responsibly. [Online]. Tersedia: http://www.jewishealing.com/living_responsibly.html [30 Juni 2011]
Lange, A dan Jakubowski, P. 1978. Responsible Assertive Behavior: Cognitive Behavior Procedures for Trainners. USA: Research Press.
Li,Weidong. et al. (2008) “Measuring Student’s Perceptions of Personal and Social Responsibility and the Relationship to Intrinsic Motivation in Urban Physical Education”. Journal of Teaching in Physical Education. 27, 167-178.
Little, Getrude G. (1978). The Impact of Assertive Training on The Anxiety and Symptomyzatio of Women Referred by Physicians. Desertasi Doktor pada Universitas Florida : tidak diterbitkan
Novianti, Christina. (2010). “Assertive Behavior on Early Teen”. [On Line]. Tersedia://http:papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view/ .../209/ [10 Desember 2011]
Novianti, Made C. dan Awaluddin Tjalla. (2008). Perilaku Asertif pada Remaja Awal. Universitas Gunadarma. [Online]. Tersedia: http://www.gunadarma.ac.id [20 Juni 2012]
Nystul, Michael S. (2011). “Introduction to Counseling an Art and Science Perspective Fourth Edition”. New Mexico State University: Pearson Education Inc.
O’Neil, Nancy. (2012). “Promising Practices for Personal and Social Responsibility Finding Form a National Research Collaborative”. Amerika: Association of American Colleges and Universities.
Pittsylvania County Schools. (2008). Guidance and Counseling Program. [Online]. Tersedia:http://www.pcs.k12.va.us/policy/ij_pc.pdf- -1k.
[8 Agustus 2008]
Pledge, Deanne. (2011). Ensiklopedia Mental Disorder Asertif Training. [On Line]. Tersedia: http://www.minddisorders.com/A-Br/Assertiveness-training.html [20 September 2011]
Qohar, Wahidil. (2010). Manusia dan Tanggung Jawab. [Online]. Tersedia: http ://wahidilqohar.Webnode.com/news/manusia-dan-tanggung-jawab/. [03 May 2010]
Quotelady. (2011). Responsibility. [Online].
Tersedia:http://www.quotelady.com/subjects/responsibility.html [30 Juni 2011]
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press
Schmook, Andrea H. (2011). Self Responsibility and Recovery. [Online]. Tersedia:http://akmhcweb.org/recovery/responsibility-recv.htm [30 Juni 2011]
Sisdiknas. (2012).Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. [On Line]. Tersedia:http:// www.sisdiknas.pdf [1 Juli 2012]
Sudrajat Akhmad. (2010). Tentang Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/ [4 Maret 2012]
Suherman, dan Nandang B. (2011). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press
Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production
Sunardi, (2010). Makalah: Latihan Asertif. Bandung: PLB FIP UPI
Suwarjo dan Eva Imania E. (2010). 55 Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing
Tracy, Brian. (2011). Taking Personal Responsibility.[On Line]. Tersedia: http://Brian_-_Taking_Personal_Resposibility.pdf. [26 Desember 2011]
Y, Zahra. (2011). Bab 1 Pendahuluan. Latar Belakang Masa Remaja. [On Line]. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23382/4/Chapter%20I.pdf. [3 Januari 2012]
Yusuf, Syamsu LN. dan A. Juntika N. (2009). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung : Rosda Karya
Yuwono, Joko. (2011). Dimension of Effective Counseling. [Online].. Tersedia: http://www.jokoyuwono.com/index.php?option=com_content&view=articl