• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK KONSELING ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI SISWA DI SMP NEGERI 1 BATUJAJAR : Studi Quasi Eksperimen Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TEKNIK KONSELING ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI SISWA DI SMP NEGERI 1 BATUJAJAR : Studi Quasi Eksperimen Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK KONSELING ASSERTIVE TRAINING UNTUK

MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI SISWA

(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII SMP Negeri 1 Batujajar Tahun Ajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Dety Anugrah Fajarwati

NIM. 1004667

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd. NIP. 1962 0632 198610 1 001

Pembimbing II

Dr. Hj. Nani M. Sugandi, M. Pd. NIP. 1957 0830 198101 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: “Teknik Konseling

Assertive Training untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Pribadi Siswa di SMP

Negeri 1 Batujajar” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2013

Pembuat Pernyataan,

(4)

Dety Anugrah Fajarwati.(2012). Teknik Konseling Assertive Training untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Pribadi Siswa di SMP Negeri 1 Batujajar (Studi Quasi Eksperimen Tahun Ajaran 2012/2013).

Faktor yang melatarbelakangi penelitian ini adalah masih kurangnya tanggung jawab pribadi remaja awal sekolah menengah pertama. Masalah tersebut disebabkan masih kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab pribadi, kurangnya sikap kontrol diri, kepedulian terhadap orang lain, keberanian, berperilaku jujur dan mempertahankan harga diri. Selain itu, belum adanya program khusus layanan bimbingan dan konseling yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi.

Penelitian bertujuan menguji keefektifan program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik konseling Assertive Training, untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1 Batujajar. Prosedur penelitian melalui tiga tahap kegiatan, yaitu mengumpulkan data awal, penyusunan program dan uji coba program menggunakan teknik konseling Assertive Training dengan sampel penelitian berjumlah 15 orang siswa kelas VIII yang memiliki tanggung skor terendah dari hasil penyebaran angket.

Hasil penelitian menunjukkan program menggunakan teknik konseling Assertive Training terbukti efektif untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1 Batujajar. Dengan bersikap asertif siswa dapat lebih bertanggung jawab.

Rekomendasinya adalah pertama, guru BK seyogianya memahami kebutuhan serta permasalahan terkini yang dialami siswa terkait dengan tanggung jawab pribadi. Kedua, hasil penelitian dapat dijadikan bahan diskusi dan rujukan studi terkait dengan tanggung jawab pribadi bagi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan. Terakhir, berkenaan dengan penerapan program bimbingan dan konseling menggunakan teknik konseling assertive training perlu disebarluaskan dengan cakupan sekolah yang beragam.

(5)

Dety Anugrah Fajarwati. (2012). Assertive Training Counseling Techniques for Improving Personal Responsibility Students at SMP Negeri 1 Batujajar (Quasi-Experimental Study of Academic Year 2012/2013).

Factors underlying this research is the lack of personal responsibility early adolescent middle school. These are due to lack of understanding about personal responsibility, self-control attitude, concern for others, courage, behave honestly and maintain self-esteem. In addition, such as special program of guidance and counseling services is unable to facilitate students to increase personal responsibility including the constraints experienced by students.

The research aims to test the effectiveness of the guidance and counseling program uses counseling techniques Assertive Training, as an effort to enhance the student's personal responsibility in SMP Negeri 1 Batujajar. The procedure of the research was conducted through three stages of activities, initial data collection, programming and participants were 15 middle school student at SMP Negeri 1 Batujajar who had the lowest score of the outcome questionare spreading.

The results showed Assertive Training counseling techniques program proven effective to increase the personal responsibility of students at SMP Negeri 1 Batujajar. Assertiveness can make student more responsible.

The recomendation are: First, guidance and counseling teachers should understand the latest needs and problems experienced by students related to personal responsibility. Second, the result can be used for discussion and references related to the study of personal responsibility for the department of educational psychology and counseling. The last, with regard to the implementation of guidance and counseling program uses assertive training counseling techniques needs to be disseminated to wider range of schools.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 11

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian 12

E. Asumsi Penelitian 14

F. Sistematika Penulisan 14

BAB II TANGGUNG JAWAB PRIBADI DAN PENGGUNAAN TEKNIK KONSELING ASSERTIVE TRAINING DALAM PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Tanggung Jawab

1. Definisi Tanggung Jawab 16

2. Faktor Yang Mempengaruhi Dan Strategi Untuk Meningkatkan

Tanggung Jawab Pribadi 20

3. Pentingnya Tanggungjawab Pribadi Pada Remaja Awal sebagai

Pelajar 24

4. Pentingnya Sikap Tanggung Jawab dalam Kehidupan

Pribadi dan Sosial 31

5. Perlunya Bimbingan dan Konseling 33

B. Assertive Training

1. Pengertian Assertive Training 37

2. Tujuan Assertive Training 40

3. Pendekatan Assertive Trainning Sebagai Bagian dari Teori

Pendekatan Kognitif Behavioristik 42

4. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah 44

(7)

Sosial Remaja Awal 49 E. Program Menggunakan Teknik Konseling Assertive Trainning

untuk Meningkatkan Tanggungjawab Pribadi Siswa 52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 63

B. Desain Penelitian 63

C. Populasi dan Sampel Penelitian 64

D. Instrumen 65

E. Definisi Operasional Variabel

1. Tanggung Jawab Pribadi 66

2. Assertive Training 68

3. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data 71

4. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data 73

a. Uji Kelayakan Instrumen 73

b. Uji Validitas 73

c. Uji Reliabilitas Instrumen 77

d. Prosedur Pengolahan Data 78

F. Teknik Analisis Data 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 83

B. Pembahasan 120

C. Keterbatasan Penelitian 134

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 135

B. Rekomendasi 136

DAFTAR PUSTAKA 138

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Kisi-kisi Instrumen Tanggung Jawab Pribadi (Sebelum Uji Coba) 71

3.2. KMO dan Tes Bartlett 74

3.3. Hasil Uji Validitas 75

3.4. Kisi-kisi Instrumen Tanggung Jawab (Setelah Uji Coba) 75

3.5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi 77

3.6. Hasil Uji Reliabilitas 78

3.7. Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban 79

3.8. Kategori Tanggung Jawab Pribadi 80

4.1. Kategori Aspek Tanggung Jawab Pribadi Siswa Kelas VIII 85

4.2. Kategori Terendah Indikator Tiap Aspek Tanggung Jawab Pribadi

Kelas VIII 86

4.3 Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Layanan Bimbingan dan

Konseling Assertive Training 96

4.4. Aspek-Aspek Tanggung Jawab Pribadi 101

4.5. Data Deskriptif Perbandingan Kelas Eksperimen 112

4.6. Hasil Uji-t Perbandingan Data Kelas Eksperimen antara Pretest

dan Posttest 113

4.7. Data Deskriptif Perbandingan Kelas Kontrol Paired Samples Statistik 114

4.8. Hasil Uji-t Perbandingan Data Kelas Kontrol antara Pretest

dan Posttest 115

4.9 Data Perbandingan Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol

Grup Statistik 116

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Surat Izin Penyelenggaraan Penelitian

 Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif  Surat Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis  Surat Perpanjangan Pembimbing Penulisan Tesis

 Permohonan Izin Melakukan Studi Lapangan/Observasi dari Prodi BK  Permohonan Izin Pengambilan Data di SMP Negeri 1 Batujajar  Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP Negeri 1

Batujajar

 Sertifikat TOEFL

Lampiran II: Data Responden Penelitian

 Tabulasi Data Responden Reliabilitas Instrumen  Tabulasi Data Responden Kelas kontrol

 Tabulasi Data Responden Kelas Eksperimen

 Tabulasi Persentase Dimensi Tanggung Jawab Pribadi Siswa  Tabulasi Persentase Aspek Tanggung Jawab Pribadi Siswa  Tabulasi Persentase Indikator Tanggung Jawab Pribadi Siswa

Lampiran III : Instrumen Penelitian

 Validasi Instrumen Penelitian dari Pakar/Ahli  Validasi Program dari Tiga Pakar/Ahli  Instrumen Hasil Uji Keterbacaan  Angket Tanggung Jawab Pribadi Siswa  SKLBK

 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa

perubahan-perubahan yang cepat di masyarakat dalam berbagai bidang. Kemajuan

perkembangan dan teknologi seiring dengan berkembangnya pendidikan dan

belajar yang mengikuti sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan

merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan dan merupakan

tolak ukur yang menunjukkan kualitas suatu bangsa.

Perkembangan pendidikan mencakup seluruh lapisan masyarakat terutama

anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus yang akan mewujudkan cita-cita

bangsa. Namun apa yang terjadi dalam potret pendidikan di Indonesia sekarang

ini, kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan

dengan dengan negara lain. Rendahnya kualitas pendidikan salah satu sebabnya

adalah masih kurangnya perhatian baik dari pemerintah sebagai penyelenggara

pendidikan maupun masyarakat itu sendiri sebagai individu yang memerlukan

pendidikan. Masyarakat belum begitu memahami arti penting pendidikan

sebenarnya. Salah satu contoh isu-isu yang berkembang saat ini adalah maraknya

berita kecurangan dalam ujian nasional yang dimuat dalam media massa baik

elektronik maupun non elektronik, perilaku menyontek yang sudah menjadi hal

yang biasa, tidak disiplin, kurangnya motivasi belajar, membolos dan

perilaku-perilaku asusila lainnya yang marak terjadi dikalangan para siswa seperti tawuran,

(12)

sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kodisi di lapangan. Oleh karena itu,

berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kondisi ini salah satunya dengan

melakukan perubahan sistem pendidikan ataupun kurikulum. Namun, sampai saat

ini belum memberikan perubahan yang signifikan malah situasi pendidikan yang

semakin memburuk. Salah satu contoh kecurangan-kecurangan dalam ujian

nasional masih marak terjadi dengan berbagai modus dan cara.

Fenomena yang terjadi ini, bila dilihat dari kacamata seorang pendidik

yang berhubungan langsung dengan para siswa tentu akan berpikir lain untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah

siswa, apa yang terjadi pada mereka sehingga berperilaku tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan guru, orang tua maupun masyarakat. Khususnya bagi siswa yang

telah memasuki tahap remaja menuju dewasa. Dalam kondisi remaja yang labil ini

seringkali berbagai permasalahan muncul dan mereka kesulitan untuk mengatasi

permasalahan itu sehingga banyak diantaranya memilih jalan yang salah untuk

menyelesaikannya. Oleh karena itu pada diri remaja dibutuhkan sesuatu yang

dapat menstabilkan dirinya supaya bisa bertahan dalam kondisi apa pun yaitu

sikap tegas dan tanggung jawab pribadi yang sebenarnya sudah tertanam dalam

dirinya dari sejak lahir, dan seiring berjalannya waktu tanggung jawab pribadi

dapat menurun ataupun meningkat tergantung pada pengalaman-pengalaman yang

dialami manusia sepanjang hidupnya.

Fenomena yang terjadi sekarang ini di kalangan siswa remaja, apabila

dihubungkan dengan tanggung jawab semua itu merupakan salah satu akibat dari

(13)

hak dan kewajiban dengan baik seorang siswa memerlukan yang namanya

tanggung jawab. Karena tanggung jawab berarti berani menanggung segala hal

yang terjadi atas apa yang telah dilakukan atau dijalaninya.

Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari, tanpa tanggung jawab maka semuanya akan menjadi

berantakan. Karena hidup merupakan serangkaian tanggung jawab yang dilakukan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan hidupnya. Tanggung

jawab pribadi merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seseorang

yang dikatakan manusia. Sadar memiliki pengertian tahu dan ingat sehingga

kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia

terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran

manusia sangat berkaitan erat dengan hati dan pikiran yang terbuka, rasional dan

mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal-hal yang

benar. Seseorang yang dikatakan bertanggungjawab adalah orang yang mampu

bertindak tanpa bimbingan atau pengawasan, karena seseorang bertanggungjawab

terhadap apa yang telah dilakukannya. Seperti yang diungkapkan oleh Albert Ellis

dalam Nystull (2011: 230): “The best years of your life are the ones in which you

decide your problems are your own. You do not blame them on your mother, the

ecology, or the president. You realize that you control your own destiny”.

Pendapat tersebut memiliki makna bahwa seseorang dapat dikatakan

bertanggungjawab adalah ketika seseorang dapat membuat keputusannya sendiri

tanpa menyalahkan orang lain dan menyadari bahwa individu tersebut berada

(14)

Perkembangan tanggung jawab pribadi disebabkan oleh berbagai faktor

bisa bawaan sejak kecil, lingkungan masyarakat dan pendidikan, baik itu

pendidikan formal atau non formal termasuk pendidikan oleh orang tua sejak kecil

(pola asuh) maka hal yang sangat penting untuk menanamkan tanggung jawab

pribadi adalah contoh dari orang-orang yang lebih dewasa baik itu orang tua di

rumah atau guru di sekolah. Tanggung jawab pribadi merupakan bagian dari

karakter yang bisa diajarkan dan dilatihkan pada individu misalnya anak oleh

orang tuanya, siswa oleh gurunya dan karyawan oleh atasannya dan seterusnya.

Memiliki tanggung jawab pribadi memiliki beberapa manfaat seperti

penelitian yang dilakukan oleh Mergler et al. (2008: 35-51) yang berjudul

Personal responsibility: the creation, implementation and evaluation of a school

based program. Sebuah program sekolah yang dibuat untuk mengatasi

permasalahan kurangnya tanggung jawab pribadi pada siswa sekolah tinggi di

Urban Queensland Australia Selatan. Menunjukkan bahwa manfaat meningkatkan

tanggung jawab pribadi salah satunya adalah agar siswa dapat berkembang sesuai

dengan apa yang mereka lakukan yaitu dengan memiliki kebebasan untuk

membuat pilihan-pilihan penting dalam hidupnya dengan menggunakan

keterampilan yang mereka miliki. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lynn

Clouder (2009 : 289-301) yang berjudul Being responsible: students perspectives

on trust, risk and work-based learning, menunjukkan bahwa seberapa besar

tanggungjawab yang diberikan dalam penempatan kerja dipengaruhi oleh

perspektif siswa akan pengalaman, kepercayaan dan peran mereka dalam

(15)

terhadap kemajuan dan pengembangan kemampuan menjadi seorang yang

profesional. Dapat disimpulkan bahwa seseorang akan sadar dan mengetahui

seberapa besar dirinya perlu untuk meningkatkan tanggung jawab karena

memahami akan tugas, manfaat dan resiko yang dihadapi dari setiap pilihan yang

akan diambilnya. Namun, begitu sebaliknya, seseorang yang memiliki tanggung

jawab pribadi yang kurang adalah orang yang belum menyadari tugas, kebutuhan

dan mengetahui alasan mengapa melakukan suatu tindakan atau perbuatan dan

ketika melakukan suatu kesalahan maka akan menyalahkan orang lain atas apa

yang menimpa dirinya.

Salah satu contoh perilaku siswa yang menunjukkan kurangnya sikap

bertanggung jawab dan cenderung menyalahkan orang lain adalah hasil survei dan

wawancara dengan wali kelas di SMP N 1 Batujajar menunjukkan sekitar 12%

siswa bolos sekolah, lebih dari 70 % siswa yang memiliki nilai raport belum

tuntas rata-rata dalam mata pelajaran matematika, IPA, IPS, seni budaya, dan

bahasa inggris. Mereka menyalahkan guru dengan alasan guru tidak dapat

menyampaikan materi dengan jelas sehingga sulit dimengerti oleh siswa

akibatnya siswa malas belajar atau menyalahkan orang tua yang sering bertengkar,

tidak nyaman di kelas dan lain sebagainya. Gejala seperti ini, terjadi hampir di

setiap jenjang pendidikan mengalami kondisi yang sama. Jika kondisi seperti ini

dibiarkan sudah tentu akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Maka dari

itu dalam dunia pendidikan diperlukan suatu layanan bimbingan untuk mengatai

(16)

Pendidikan berdasarkan (Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Th. 1989 pasal

1), merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan

datang. Pemberian layanan yang sesuai untuk meningkatkan tanggungjawab siswa

adalah dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Seperti yang

dikemukakan oleh Mortensen, Shertzer dan Kartadinata dalam Suherman (2007:

10) bahwa “ Bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu (konseli)

sebagai bagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga ahli

(konselor) agar individu (konseli) mampu memahami dan mengembangkan

potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungannya.”

Bimbingan dan konseling sebagai mitra kerja dalam keseluruhan rangkaian

pendidikan seperti yang dikatakan oleh Dahlan dalam buku yang disunting oleh

Budiman dan Suherman (2011: 18) :

…bimbingan dan konseling memberikan perhatian pada proses yang oleh pendidikan dimanfaatkan dalam rangka membantu anak mencapai suatu tingkat kehidupan yang berdasarkan pertimbangan normatif, anthropologis (memperhatikan anak selaku manusia) dan sosiokultural.

Konteks tugas konselor menurut (Permen no. 27 th. 2008: 3) tugas

konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan

potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan

untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan

umum. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling,

(17)

Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan

profesional sebagai satu kesatuan. Kompetensi akademik merupakan landasan

ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.

Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi

profesional, yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang

dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,

(3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan,

dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara

berkelanjutan. Dengan demikian konselor harus memiliki daya kreatifitas yang

tinggi dalam membantu setiap individu. Karena setiap individu itu adalah unik

maka meskipun masalah yang dihadapi individu sama namun tidak selalu metode

dan tehnik yang digunakan untuk mengatasi permasalahan individu akan sama

pula. Mengajarkan tanggung jawab tidak cukup dilakukan hanya dengan

memberikan informasi berupa materi-materi seperti yang dilakukan oleh guru

bidang studi namun, diperlukan berupa sikap dan tindakan yang perlu untuk

dilatihkan kepada siswa sebagai upaya pembiasaan.

Pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah diberikan dalam

bentuk program bimbingan dan konseling yang meliputi empat bidang layanan

yaitu; layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan

dukungan sistem. Untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa diperlukan

suatu strategi layanan yang mencakup seluruh bidang yaitu akademis, pribadi,

(18)

membuat program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik

konseling assertive trainning atau latihan asertif.

Asertif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan diri dengan

tulus, jujur, jelas, tegas, terbuka, sopan, spontan, apa adanya, dan tepat tentang

keinginan, pikiran, perasaan dan emosi yang dialami, apakah hal tersebut yang

dianggap menyenangkan ataupun mengganggu sesuai dengan hak-hak yang

dimiliki dirinya tanpa merugikan, melukai, menyinggung, atau mengancam

hak-hak, kenyamanan, dan integritas perasaan orang lain. Perilaku asertif tidak

dilatarbelakangi maksud-maksud tertentu, seperti untuk memanipulasi,

memanfaatkan, memperdaya atau pun mencari keuntungan dari pihak lain.

Orang yang asertif akan memiliki kebebasan untuk meluapkan perasaan

apa pun yang dirasakan, dan berani mengambil tanggung jawab terhadap perasaan

yang dialaminya dan menerima orang lain secara terbuka. Memiliki keberanian

untuk tidak membiarkan orang lain mengambil manfaat dari perasaan yang

dialaminya, tetapi orang lain pun memiliki kebebasan untuk mengungkap apa

yang dirasakannya (Sunardi : 2010). Maka dari itu diperlukan sebuah layanan

bimbingan dan konseling untuk dapat membentuk siswa menjadi asertif supaya

dapat memiliki dan meningkatkan tanggung jawab pribadinya.

Siswa untuk bisa meningkatkan tanggung jawab pribadi dalam dirinya,

diperlukan suatu ketegasan untuk bisa berdiri pada prinsipnya sendiri dan mampu

menjalankan segala sesuatu yang telah direncanakannya serta menumbuhkan

keyakinan dalam dirinya bahwa dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya

(19)

dalam bentuk pernyataan saja tetapi tanggung jawab secara keseluruhan.

Seringkali terjadi siswa telah mengenal dirinya, mengetahui apa yang dibutuhkan,

bagaimana cara untuk memperolehnya serta memiliki perencanaan yang matang

namun tidak mampu untuk melaksanakannya karena siswa kurang asertif dalam

menjalankan tugas-tugasnya.

Penelitian ini menyoroti tanggung jawab pribadi dalam konteks siswa

sekolah menengah pertama. Karena siswa sekolah menengah pertama berada pada

tahap remaja awal yaitu mereka yang sedang dalam masa peralihan dari anak-anak

menuju dewasa, saat yang paling membutuhkan bimbingan khususnya dalam

upaya meningkatkan tangung jawab pribadi. Pada usia sekolah dasar anak dilatih

untuk bertanggungjawab dengan mengenalkan dan membiasakan pada

kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan anak sehari-hari. Sedangkan pada masa remaja

awal atau usia sekolah menengah pertama tanggungjawab anak perlu untuk

ditingkatkan sebagai langkah lanjutan dari pendidikan sebelumnya.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Pada masa ini remaja telah masuk dalam tahap

pemikiran operasional formal menurut Jean Piaget dalam (Desmita, 2003:

107-108) bahwa remaja adalah pemikir aktif dan konstruktif yang dapat berpikir secara

abstrak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari informasi yang

tersedia. Selain itu mereka juga mampu berpikir sistematis dengan memikirkan

semua kemungkinan untuk memecahkan permasalahan. Menurut pendapat

tersebut idealnya remaja dapat memikirkan dan memutuskan sikap atau tindakan

(20)

Untuk itu, seyogyanya layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik

konseling assertive training dapat diterapkan pada siswa sekolah menengah

pertama.

Studi pendahuluan tanggung jawab pribadi siswa SMPN 1 Batujajar

(sampel sebanyak 206 orang siswa dari seluruh populasi siswa kelas delapan yang

berjumlah 369 orang). Secara umum berada dalam kategori sedang (53, 88 %)

artinya siswa SMPN 1 Batujajar, sudah menunjukkan telah memiliki tanggung

jawab pribadi namun belum konsisten dengan sikap yang ditunjukkan dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga, dari kriteria tersebut masih ada beberapa aspek

yang perlu ditingkatkan. Maka dari itu data tersebut sudah cukup untuk dijadikan

alasan melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Batujajar dengan mengusung judul

“Teknik Konseling Assertive Training untuk Meningkatkan Tanggung Jawab

Pribadi Siswa (Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

Batujajar Tahun Ajaran 2012/2013)”.

B. Rumusan Masalah

Secara umum penelitian ini difokuskan pada penggunaan dan

pengembangan teknik konseling assertive trainning untuk meningkatkan

tanggung jawab pribadi siswa sekolah menengah pertama. Secara khusus rumusan

masalah yang dikaji dalam penelitian ini diperinci dalam pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut:

(21)

2. Bagaimana implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam upaya

meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1 Batujajar?

3. Seperti apa bentuk program bimbingan dan konseling menggunakan teknik

konseling assertive trainning sebagai strategi untuk meningkatkan tanggung

jawab pribadi siswa?

4. Bagaimana efektifitas penggunaan teknik konseling assertive trainning untuk

meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan program

layanan bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik konseling

assertive trainning yang dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa

sekolah menengah pertama. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui:

1. profil tanggung jawab siswa di SMP Negeri 1 Batujajar.

2. mengetahui implementasi program bimbingan dan konseling yang ada selama

ini untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di SMP Negeri 1

Batujajar.

3. mengembangkan program dengan strategi layanan menggunakan teknik

konseling assertive trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi

siswa.

4. mengetahui dampak program tersebut terhadap peningkatan tanggung jawab

(22)

D. Signifikansi Dan Manfaat Penelitian

1. Signifikansi Penelitian

Signifikansi cara atau tindakan untuk meningkatkan tanggung jawab

pribadi pada siswa sekolah menengah tingkat pertama didasarkan pada kebutuhan

dan pemikiran berikut:

a. pada masa remaja awal adalah merupakan tahap perkembangan yang cukup

berat karena merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa

dimana siswa akan mengalami berbagai permasalahan.

b. layanan bimbingan dan konseling memiliki tantangan dan peluang dalam

upaya mengatasi isu-isu yang sering terjadi dikalangan remaja dalam upaya

membangun sistem layanan yang kompeten dan komprehensif.

c. teknik konseling assertive training dapat dijadikan alat untuk membantu

siswa menuju proses kedewasaan, memandirikan siswa sehingga dapat

bertanggungjawab pada dirinya sendiri.

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis manfaat penelitian, pertama adalah memberikan sumbangan

dalam khazanah kelimuan tentang tindakan penanganan yang bervariatif dan

inovatif dalam meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa di sekolah menengah

pertama sehingga dapat disesuaikan dengan keragaman individu. Kedua,

memberikan gambaran tentang tindakan-tindakan yang dapat memfasilitasi

peningkatan tanggungjawab pribadi siswa baik di sekolah, maupun lingkungan

(23)

menjadi kepribadian yang menetap pada siswa. Manfaat praktis yang dapat

diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Bagi guru bimbingan dan konseling,

Guru BK dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk menambah

pengetahuan sekaligus membuat program layanan bimbingan yang paling tepat

yang akan digunakan dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa

yang khususnya terkait dengan tanggung jawab pribadi.

b. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan bimbingan dan konseling.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

pengembangan dan peningkatan tanggung jawab pribadi siswa.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti

selanjutnya untuk berbagai implikasi isu multikultural dalam layanan bimbingan

dan konseling khususnya peningkatan tanggung jawab dalam konteks yang lebih

luas khususnya dalam penggunaan teknik konseling assertive training.

E. Asumsi Penelitian

1. tanggung jawab pribadi adalah sikap berani menanggung segala hal yang

telah dilakukan atau diperbuatnya (Albert Ellis : 2011)

2. tanggung jawab merupakan kebebasan individu dalam menentukan pilihan

(24)

3. kesadaran tanggung jawab dipengaruhi oleh persepsi yang didasari oleh

pengalaman, peran dan resiko yang dihadapi (Lynn Clauder : 2009).

4. teknik konseling assertive training merupakan proses bantuan untuk

memfasilitasi siswa agar memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan

sekaligus memiliki kontrol diri dan ketegasan dalam menjalankan konsep

dirinya. (Andrea Hercha-Schmook : 2011).

5. tiap individu memiliki hak (tetapi bukan kewajiban) untuk menyatakan

perasaan, pikiran, kepercayaan, dan sikap sesuai keinginannya (Corey,

Gerald).

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan penelitian ini akan dibuat dalam bentuk tesis dengan sistematika

sesuai pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di kampus Universitas

Pendidikan Indonesia adalah sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN. Bagian ini mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi

penelitian dan hipotesis penelitian.

Bab II KAJIAN PUSTAKA. Bagian ini meliputi kajian teoretik tentang

konsep peningkatan tanggung jawab pada siswa sekolah menengah

pertama dan sejumlah penelitian terdahulu.

Bab III METODE PENELITIAN. Bagian ini mencakup desain penelitian,

(25)

sampel penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan interpretasi

data penelitian.

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini mencakup

hasil-hasil penelitian diikuti dengan pembahasan.

Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian ini meliputi dua hal,

yaitu kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan kepada beberapa

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pada bab tiga ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan

penelitian, metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian,

definisi operasional, penyusunan kisi-kisi instrumen, uji coba instrumen dan

pengumpulan data, prosedur pengolahan data, dan teknik analisis data.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yakni

pendekatan penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian

dengan menggunakan data kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimental Design) dengan desain

non-equivalent control group design yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol ditentukan tidak secara random dan keduanya diberikan pretest dan

posttest (Borg dan Gall, 2003 : 402) untuk memperoleh gambaran tentang

efektifitas layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik konseling

assertive trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa SMP

Negeri 1 Batujajar.

B. Desain Penelitian

Tahap I

Mengumpulkan data awal dengan menyebar instrumen penelitian untuk

mengetahui profil tanggung jawab pribadi siswa kelas VIII SMPN 1 Batujajar

(27)

konseling di sekolah saat ini serta kaitannya dengan peningkatan tanggung jawab

pribadi siswa.

Tahap 2

Membuat program bimbingan dan konseling menggunakan teknik

konseling assertive trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa.

Memperoleh masukan dari pakar dan praktisi untuk program bimbingan dan

konseling menggunakan teknik konseling assertive trainning. Menghasilkan

program bimbingan setelah mendapat masukan dan dilakukan revisi.

Tahap 3

Uji coba program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik

konseling assertive trainning untuk mengetahui sejauh mana keefektifan program

layanan bimbingan dengan menggunakan teknik konseling asssertive trainning

dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa. Untuk selanjutnya revisi untuk

pengembangan program layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik

konseling assertive trainning yang lebih tepat.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 1

Batujajar yang kurang lebih berjumlah 378 orang, yang termasuk usia remaja awal

yang berada pada rentang usia 11-14 tahun. Siswa yang diambil sampel homogen

yaitu remaja awal yang memiliki latar belakang pendidikan yang relatif sama

sebanyak 206 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik random

(28)

untuk mendapat layanan bimbingan dan konseling menggunakan teknik asertive

trainning untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi. Karena pada dasarnya

setiap individu telah memiliki tanggung jawab pribadi dalam dirinya.

Sementara itu siswa kelas VIII yang menjadi sampel adalah siswa yang

telah mengalami proses belajar dan berinteraksi di lingkungan sekolah menengah

pertama selama satu tahun. Kemudian dari sampel siswa sebanyak 206 orang

dipilih untuk dijadikan sampel penelitian menggunakan cara purposive sampling

berdasarkan hasil skor terendah sebanyak 30 orang yang kemudian dibagi

menjadi dua, kelompok treatment dan kelompok kontrol yang masing-masing

berjumlah 15 orang. Dalam hal ini peneliti mengabaikan faktor-faktor di luar

lingkungan sekolah seperti kondisi keluarga, teman sepermainan, pola asuh orang

tua, keadaan ekonomi serta adat kebiasaan dan budaya peserta penelitian.

D. Instrumen

Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui penyebaran

angket dan tidak langsung melalui wawancara dengan guru dan peserta penelitian.

Terdapat dua macam data yang diperlukan sebelum proses penerapan program

bimbingan dan konseling yaitu instrumen berupa angket pretest untuk mengetahui

tanggung jawab pribadi yang telah ada dalam diri siswa sedangkan posttest untuk

mengetahui perkembangannya setelah dilakukan treatment. Uji t atau t-test

(29)

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang menjadi lingkup kajian penelitian ini, yaitu tindakan

layanan bimbingan menggunakan teknik konseling assertive training sebagai

solusi untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi pada siswa sekolah menengah

pertama di SMP Negeri 1 Batujajar yang dapat diaplikasikan secara nyata dan

berkesinambungan.

1. Tanggung Jawab Pribadi

Menurut Edwin J. Delattre and Allice B. Delattre (2000) “A responsible

character is formed over time. Ii is made up of our outlook and daily habits

associated with feelings, thoughts, and actions... they do so because they

understand that it’s right and because they have courage and self-control to act

decently, even when tempted to do otherwise.” Dapat diartikan karakter

bertanggungjawab terbentuk melalui penampilan dan kebiasaan sehari-hari yang

merupakan gabungan dari perasaaan, pikiran dan tindakan. Orang yang

bertanggung jawab adalah orang melakukan setiap tindakan karena memahami itu

benar, memiliki keberanian dan pengendalian diri dalam bertindak meskipun

tanpa ada yang melihat atau bahkan ketika tergoda untuk melakukan hal yang

sebaliknya. Selanjutnya, Edwin membagi tanggung jawab menjadi lima aspek

yang perlu dipelajari untuk membentuk sikap bertanggungjawab pada anak

diantaranya adalah:

1. Menghargai dan memberikan perhatian kepada orang lain (Respect and show

compassion for others)

(30)

3. Keberanian berdiri pada prinsip-prinsip sendiri (Show courage in standing up

for our principles)

4. Mengembangkan kontrol diri dalam bertindak pada prinsip-prinsip sendiri

(Develop self control in acting on our principles)

5. Mempertahankan harga diri (Maintain self-respect)

Hymowitz (Galston dan Berryhill, 2009:27) tanggung jawab pribadi

adalah menerima kesalahan yang telah diperbuat. Ketika seseorang menerima

tanggung jawab atas kesalahannya itu berarti juga memahami diri sendiri untuk

bertanggungjawab atas kehidupannya atau mampu mengambil alih masa depan.

Tanggung jawab diri dan tanggung jawab sosial sangat penting untuk

membantu menentukan siapa kita dan dimana kita masuk dalam dunia sosial kita.

Aspek penting dari tanggung jawab adalah sejauh mana kita dapat mengontrol diri

dan bertanggungjawab pada keberhasilan atau kegagalan (Karen L. Hilton,

University of Nevada).

Berdasarkan pendapat para ahli maka, dalam penelitian yang dimaksud

dengan tanggung jawab pribadi adalah kemampuan siswa SMP Negeri 1 Batujajar

kelas VIII untuk menanggung segala resiko dari setiap pengambilan keputusan

berdasarkan persepsi dan pemahaman apa yang dilakukannya benar, memiliki

keberanian, kontrol diri, rasa peduli terhadap orang lain, berperilaku jujur, serta

dapat mempertahankan harga diri yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dalam tanggung jawab

pribadi siswa terdapat dua dimensi yang perlu dikembangkan yaitu dimensi

(31)

1. Dimensi pikiran yaitu memiliki persepsi tentang tanggung jawab

2. Dimensi perbuatan meliputi:

a. Memiliki keberanian

b. Memiliki kontrol diri

c. Memiliki kepedulian terhadap orang lain

d. Berperilaku Jujur

e. Mempertahankan harga diri

2. Assertive Trainning

Sue Bishop dalam karyanya “Develop Your assertiveness” (2010:1)

berpendapat bahwa:

“ ....It’s about being able to express yourself with confidence without having to resort to passive, aggressive or manipulative behaviour...It requires listening and responding to the needs of others without neglecting your own interests or compromising your principles. It is about improving your interpersonal skills; more effective communication; controlling stress through a better handling of problem people and situations...

Menjadi asertif adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan

percaya diri tanpa harus menunjukkan perilaku pasif, agresif atau manipulatif

yang meliputi kesadaran diri yang besar untuk mengenal, menyukai dan

bertanggungjawab secara nyata terhadap diri sendiri. Ini adalah tentang

meningkatkan keterampilan interpersonal individu untuk lebih dapat

berkomunikasi secara efektif, mengendalikan stres melalui penanganan masalah

yang lebih baik dan pilihan untuk mampu mengekspresikan kebutuhan, pendapat

(32)

Asertif menurut Sunardi (2011:1) dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk menyatakan diri dengan tulus, jujur, jelas, tegas, terbuka, sopan, spontan,

apa adanya, dan tepat tentang keinginan, pikiran, perasaan dan emosi yang

dialami, apakah hal tersebut yang dianggap menyenangkan ataupun mengganggu

sesuai dengan hak-hak yang dimiliki dirinya tanpa merugikan, melukai,

menyinggung, atau mengancam hak-hak, kenyamanan, dan integritas perasaan

orang lain. Perilaku asertif tidak dilatarbelakangi maksud-maksud tertentu, seperti

untuk memanipulasi, memanfaatkan, memperdaya ataupun mencari keuntungan

dari pihak lain.

Assertive trainning dapat disimpulkan merupakan salah satu bentuk

keterampilan untuk melatih individu mengembangkan kemampuan

interpersonalnya untuk menyatakan diri dengan jujur, tegas, berani

mengungkapkan keinginan serta memiliki kontrol diri untuk tidak merugikan

orang lain sebagai bentuk tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun

orang lain.

Assertive Trainning adalah teknik yang dilakukan oleh peneliti sebagai

konselor untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa kelas VIII di SMP

Negeri 1 Batujajar untuk dapat mengekspresikan sikap asertif melalui latihan, atau

meniru model-model sosial melalui tahapan sebagai berikut.

a. Menjelaskan kepada siswa tentang program bimbingan dan konseling dengan

pendekatan assertive training, membahas tentang tanggung jawab pribadi

(33)

b. Pengkondisian perilaku dengan mengajarkan dan melatih untuk merasionalkan

perkataan sebagai langkah awal membangun kebebasan individu dalam

mengekspresikan perasaan, diikuti dengan tugas rumah.

c. Mengembangkan ketegasan dengan mengontrol ketegangan, Untuk mengatasi

kecemasan sebagai efek yang diakibatkan dari bersikap asertif yang akan

dialami dalam berlatih asertif dapat dilakukan dengan mempelajari dan berlatih

beberapa strategi coping yang tidak mengganggu dan efektif dan dapat

dilakukan dalam kondisi apa pun. Selain itu, mengontrol diri dalam hal

mengendalikan rasa marah adalah salah satu upaya mengembangkan tanggung

jawab pribadi.

d. Sebagai tindak lanjut dari belajar mekanisme coping yang baik seperti yang

disebutkan dalam tahap sebelumnya yaitu berpikir positif. Pelatihan ketegasan

atau latihan asertif dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan diri,

orang dengan keterampilan asertif yang baik akan mengalami peningkatan

kesadaran diri, keyakinan yang besar, berkomunikasi jujur, memiliki harga diri

yang kuat dan keterampilan yang efektif. Mereka dapat menghormati diri

mereka sendiri maupun orang lain.

e. Latihan mendengarkan dan menumbuhkan keyakinan bahwa ada beberapa

orang yang memiliki keterampilan mendengarkan. Untuk bisa memulai

pembicaraan dengan orang lain adalah belajar untuk berkonsentrasi pada orang

lain, mencari tahu tentang pengalaman, keyakinan dan sikap mereka., seni

berkata-kata singkat, bahasa tubuh dan pemecahan masalah yaitu dengan

(34)

sulit orang yang asertif akan bersikap tenang, berpikir positif dan mengingat

kebutuhan dan perasaan orang lain.

3. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang dirancang untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

berbentuk angket, untuk mengetahui tanggung jawab pribadi siswa. Bentuk skala

penilaian yang digunakan adalah (3) Selalu, (2) Sering, (1) Pernah, dan (0) Tidak

Pernah. Adapun kisi-kisi instrumen sebelum uji coba, sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Tanggungjawab Pribadi (Sebelum Uji coba)

DIMENSI ASPEK INDIKATOR NO.

a. Berani berdiri pada prinsip

(35)

3. Memiliki

a. Dapat mengatakan hal-hal

yang sebenarnya

b. Tidak menyesatkan orang

lain untuk kepentingan

(36)

6.Mempertahan-kan harga diri

diri sendiri

a. Merasa puas berperilaku

benar dan mencapai

prestasi dengan usaha

yang keras

b. Menjaga keselamatan dan

kesehatan diri

c. Menyikapi kegagalan

bukanlah suatu yang

memalukan

38,39

40,41

42,43 2

2

2

4. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data

a. Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum instrumen diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas

oleh tiga orang ahli (expert judgement). Validasi instrumen bertujuan untuk

mengetahui kelayakan alat ukur dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai

dengan kebutuhan. Apabila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka

butir pernyataan tersebut akan dihilangkan atau direvisi sesuai dengan kebutuhan

dan tujuan penelitian. Dari hasil uji validitas maka diperoleh 43 item pernyataan

yang layak untuk diujicobakan.

b. Uji Validitas

Uji validitas instrumen dilakukan melalui dua tahapan yaitu pengujian

(37)

para pakar untuk dilakukan perbaikan DOV termasuk didalamnya kesesuaian

antara aspek-aspek dengan indikator yang kemudian dituangkan dalam bentuk

pernyataan-pernyataan positif. Setelah dilakukan perbaikan kemudian instrumen

diuji validitas konstuknya dengan melakukan uji coba lapangan dengan dianalisis

dengan menggunakan analisis faktor sesuai saran dari pakar. Pilihan jawaban

dibuat dengan menggunakan skala buatan dimulai dari skor 0 sampai dengan 3.

Tahap selanjutnya instrumen dilakukan uji keterbacaan kepada empat

orang siswa, ternyata terdapat satu item pernyataan yang kurang dimengerti siswa

yaitu item nomor 35. Setelah dilakukan perbaikan kemudian instrumen

diujicobakan kepada siswa SMP Negeri 1 Batujajar yang berjumlah 206 orang

(tidak ada ketetapan tentang jumlah sampel uji coba). Untuk memudahkan proses

pengolahan hasil uji coba lapangan digunakan software SPSS versi 16.

Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan tehnik analisis faktor dengan

KMO sebagai berikut.

Diketahui nilai KMO memperoleh skor 0,800 lebih dari 0,500 sehingga

data dapat dianalisis lebih lanjut. Setelah dilakukan analisis anti-image covariance

Tabel 3.2

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .800

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 2.484E3

df 861

(38)

maka dapat diketahui ada satu item pernyataan yaitu nomor 10 yang memperoleh

skor 0, 494 kurang dari 0, 500 dan dinyatakan item pernyataan nomor 10 tidak

valid. Sehingga total item yang valid berjumlah 42 item. Berikut hasil uji validitas

instrumen tanggungjawab pribadi siswa.

Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui ketetapan/kesahihan

(Validity) instrumen tersebut. Berikut kisi-kisi setelah uji coba.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Tanggungjawab Pribadi (Sebelum Uji coba)

(39)

B.Perbuatan 2.Memiliki

a. Berani berdiri pada prinsip

sendiri.

kesabaran dalam arti

(40)

Jujur

lain untuk kepentingan

diri sendiri

c. Dapat berhubungan dengan

orang lain secara jujur dan

jujur terhadap diri sendiri

a. Merasa puas berperilaku

benar dan mencapai

prestasi dengan usaha

keras

b. Menjaga keselamatan dan

kesehatan diri

Kriteria untuk mengetahui reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria

yang dikemukakan oleh Sugiono (1999:149) yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah

(41)

Uji reliabilitas instrumen tanggung jawab pribadi siswa hanya dilakukan

pada butir item pernyataan yang telah memiliki tingkat validitas tinggi. Apabila r

hitung > r tabel, maka butir item pernyataan reliabel, sebaliknya bila r hitung < r

tabel, maka butir item pernyataan tidak reliabel. Uji reliabilitas instrumen

dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Dengan hasil sebagai

berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas

Berdasarkan Tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai

reliabilitas instrumen tanggungjawab pribadi sebesar 0, 893 berada pada kategori

sangat tinggi, artinya instrumen ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap

item dengan konsisten.

d. Prosedur Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan melalui penyebaran angket. Langkah

selanjutnya, menetapkan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan

skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam

pendistribusian responnya terhadap instrumen. Penyekoran instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

(42)

dikelompokkan dalam bentuk skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan

perbedaan subjek berdasarkan tingkatannya secara kuantitatif yang diurutkan

berdasarkan peringkat (Furqon, 1997:7).

Jenis instrumen tanggung jawab pribadi mengunakan model rating-scale

dengan menggunakan skala buatan degan alternatif respon pertanyaan dari skala 0

sampai dengan 3. Keempat alternatif respon bersifat kontinum, artinya semakin

tinggi respon yang dipilih oleh siswa, maka semakin tinggi tanggung jawab

pribadi siswa sedangkan semakin rendah respon yang dipilih siswa maka makin

rendah pula tanggung jawa pribadinya. Berikut kategori pemberian skor alternatif

jawaban instrumen.

Tabel 3. 7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Pemberian Skor

Selalu Sering Pernah Tidak pernah

3 2 1 0

Selanjutnya menetapkan standarisasi penafsiran skor yang ditujukan untuk

mengetahui makna skor yang dicapai siswa dalam pendistribusian respon terhadap

instrumen, serta untuk menentukan pengelempokkan tingkat tanggung jawab

pribadi siswa. Kategori pada skor disusun berdasarkan skor total pada instrumen

yang kemudian dikonversikan menjadi tiga kategori yang mengacu pada landasan

(43)

dari 0-3 dengan banyaknya item soal 42, sehingga interval kriteria dapat

ditentukan dengan cara sebagai berikut.

Skor maksimum : 3 X 42 = 126

Skor minimum : 0 X 42 = 0

Rentang : 126 – 0 = 126

Panjang kelas interval : 126 : 3 = 42

Persentase skor maksimum (3 : 4) X 100% = 75%

Persentase skor minimum (0 : 4) X 100% = 0%

Rentang persentase skor = 75% - 0% = 75%

Banyaknya kriteria = (Tinggi, Rendah, Sedang)

Panjang kelas interval = rentang : banyaknya kriteria

= 75% : 3 = 25%

Tanggung jawab diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu tinggi,

sedang dan rendah. Penentuan rentang norma kategori tanggung jawab pribadi

siswa dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.8

Kategori Tanggung Jawab Pribadi

Rentang Kriteria Deskripsi

86 - 128 Tinggi

(44)

mengalami kesulitan, e). mampu berperilaku jujur baik perkataan maupun perbuatan, dan f). Dapat mempertahankan harga dirinya dengan menjaga keselamatan dan kesehatan diri baik fisik maupun psikis.

43 - 85 Sedang

Siswa yang masuk dalam kriteria sedang sudah memiliki tanggung jawab pribadi namun, belum menunjukkan kemampuan mengaktualisasikan dirinya secara optimal dan belum konsisten menjalankan tanggung jawab pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Belum memiliki a). pemahaman yang benar tentang tanggung jawab pribadi serta sistem nilai yang berlaku di masyarakat, b). sudah memiliki keberanian fisik dan intelektual dalam tindakan dan pengambilan keputusan namun belum konsisten, c). siswa mulai memiliki kontrol diri dan mengembangkan sikap sabar, d). mulai memiliki kesadaran berempati dan peduli terhadap orang lain, e). mengembangkan perilaku jujur baik perkataan maupun perbuatan, dan f). Siswa mulai memperhatikan dirinya dengan menjaga keselamatan dan kesehatan diri baik fisik maupun psikis.

0 - 42 Rendah

Siswa yang masuk dalam kategori rendah tanggung jawabnya secara keseluruhan belum memiliki kesadaran diri untuk bertanggung jawab pada dirinya sehingga keenam aspek belum berkembang secara optimal. a). siswa belum memiliki pemahaman tentang tanggung jawab pribadi adapun tanggung jawab yang dilakukannya masih bersifat instruktif. b). Siswa belum mampu berdiri pada prinsip sendiri, c). siswa belum memiliki kontrol diri dan bersikap sabar, d). belum memiliki perhatian dan kepedulian terhadap orang lain, e). belum berperilaku jujur baik perkataan maupun perbuatan, dan f). Siswa mulai memperhatikan dirinya dengan menjaga keselamatan dan kesehatan diri hanya sebatas fisik saja.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam peneitian ini merupakan data kuantiatif

mengenai profil tanggung jawab pribadi siswa sekolah menengah pertama dan

(45)

siswa sekolah menengah pertama kelas delapan. Untuk menganalisis data

menggunakan analisis statistik dilakukan dengan uji dua data sampel independen

dari kelompok kontrol dan kelompok treatment dengan teknik uji- t (t-test) untuk

melihat perbedaan kedua data sebelum dan sesudah treatment dengan

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Profil tanggung jawab pribadi siswa SMPN 1 Batujajar kelas VIII yang

berlokasi di Desa Batujajar Kabupaten Bandung Barat menunjukkan variasi

kategori sedang, berdasarkan dimensi, aspek maupun indikatornya.

2. Selama ini, layanan BK di SMPN 1 Batujajar dijalankan secara administratif

dan normatif. Administratif, kegiatan yang diselenggarakan lebih banyak

fokus pada penyelesaian administrasi kegiatan layanan BK. Normatif, sebab

program yang dikembangkan belum pernah ada yang dikhususkan untuk

meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa, yang ada adalah rancangan

program yang substansinya lebih pada hal-hal umum saja.

3. Program BK menggunakan teknik konseling Assertive Training dimulai dari

rasional sampai kepada evaluasi program sebagai dasar untuk

mengembangkan program selanjutnya. Sedangkan assertive training

dilakukan melalui tahapan seperti; (1) pemberian materi tentang tanggung

jawab pribadi, (2) pengkondisian perilaku, (3) mengembangkan ketegasan

dengan mengontrol ketegangan, (4) berpikir positif, (5) latihan mendengarkan

dan menumbuhkan keyakinan baha ada beberapa orang yang memiliki

keterampilan mendengarkan.

4. Program BK dengan penggunaan asertive training terbukti efektif

meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa, khususnya siswa kelas VIII

(47)

adanya peningkatan skor pada posttest melalui uji t dan adanya perubahan

tingkah laku yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti treatment.

B. Rekomendasi

Pada bagian ini disajikan sejumlah rekomendasi penelitian berdasarkan

kesimpulan penelitian yang telah diutarakan sebelumnya.

1. Bagi Guru BK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pikiran lebih mendominasi

profil tanggung jawab pribadi siswa, oleh karena itu guru BK seyogianya

menggunakan program yang dikembangkan ini untuk mengembangkan sekaligus

menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait tanggung jawab pribadi

dengan selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Mengetahui kebutuhan siswa yang terkait dengan peningkatan tanggung jawab

pribadi serta isu-isu yang berkembang dikalangan remaja yang up to date.

b. Melakukan inovasi-inovasi dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling

pada setiap aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan tanggung jawab

pribadi siswa agar layanan tidak monoton sehingga siswa cepat merasa bosan.

c. Melakukan evaluasi pada setiap kegiatan program yang telah dilaksanakan dan

digunakan sebagai alat ukur untuk menilai efektifitas dan pengembangan

program selanjutnya.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil penelitian ini

(48)

kuliah pengembangan diri siswa, khususnya tentang bentuk-bentuk aktivitas atau

program BK yang menyentuh wilayah aspek tanggung jawab pribadi siswa di

sekolah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penggunaan teknik konseling assertive training untuk meningkatkan

tanggung jawab pribadi perlu untuk diujicobakan ke sekolah-sekolah dengan

cakupan yang lebih luas baik jenjang maupun disesuaikan dengan kondisi sekolah

masing-masing. Selain itu perlu juga dikembangkan lebih lanjut pada cakupan

lingkungan sekitar sekolah termasuk pola asuh orang tua maupun teman

sepergaulan siswa yang kemungkinan besar menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi tanggung jawab pribadi siswa berdasarkan hasil temuan-temuan di

(49)

DAFTAR PUSTAKA

A, Kimberley Moore et. all. (2011). The Relationship between Assertiveness and Social Anxiety in College Students. [Online]. Tersedia : http ://www. kon. org/urc/v6/moore.html [29 september 2011]

Akhmad Sudratajat. (2008). Pendekatan Konseling Behavioral. [On Line]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/. [3 Januari 20112]

Anne Ahira. (2011). Penelitian Deskriptif Kualitatif. [Online]. Tersedia:http://www.anneahira.com/penelitian-deskriptif-kualitatif.htm [10 Juli 2011]

Bishop, Sue. (2007). Develop Your Assertiveness second Edition. London dan Philadelphia : Kogan Page.

Branden, Nathaniel. (2012) All About Responsibility. [Online].

Tersedia:http://nathanielbranden.com/catalog/pdf/all_about_responsibility.pdf[23 Mei 2012]

Chesterfield County Public Schools. (2011). Curriculum Overview Elementary School Counseling Program Personal/Social Development Domain. [Online].Tersedia:http://chesterfield.k12.va.us/CCPS/instruction/guidance/ EleP [10 Juli 2011]

Delattre, Edwin J. dan Allice B. Delattre.(2003). Helping Your Child Learn Responsible Behavior. United State : Departement of Education Office Of Educational Research and Improvement.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Durkin Kevin, (2012). “Adolescence and Adulthood”. [On Line]. tersedia http://www.blackwellpublishing.com/intropsych/pdf/chapter10.pdf [05 Desember 2012]

Encheva, Iv. (2010). Assertiveness In The Personal Of Adolescents. [Online]. Tersedia: http://www.uni-sz.bg [5 oktober 2011]

Escarti, Amparo. et al. (2010). “Implentation of the Personal and Sosial

Responsibility Model to Improve Self Efficacy during Physical Educattion Classes for Primary School Children”. International Journal of

(50)

Fisher, Douglas dan Nancy Frey. (2011). Better Learning Trough Structured Teaching. Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development

Flagnagan, John S. dan Rita Sommers Flagnagan. (2004). Counseling and Psychotherapy Theories in Context and Practice. New Jersey: Jhon Wiley & Sons, Inc.

G, Stephen. (2011). Self Responsibility is The Key to Freedom. [Online]. Tersedia: http://www.articleflame.com/Art/25237/140/Self-Responsibility-Is-The-Key-To-Freedom.html [30 Juni 2011]

Gall, Meredith D., Joyce P. G., dan Walter R. B. (2003). Educational Research and introduction Sevent Edition. Pearson Education Inc. : United States of America

Galston, William dan Vivian Berryhill. (2009). Rethinking Responsibility: Reflections on Sex and Accountability.Washington, DC: The National Campaign to Prevent Teen and Unplanned Pregnancy

Gunadarma. (2012). Manusia dan tanggung Jawab. [Online]. Tersedia:http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/b ab9-manusia_dan_tanggung_jawab.pdf [2 desember 2011]

Hilton, Karen L. (2011). Self Responsibility and Social Responsibility. [Online]. Tersedia:http ://www.unce.unr.edu/publications/files/cy/other/fs9396.pdf. [21 Juni 2011]

Hornby, Garry, Carol H. dan Eric H. (2003). Counseling Pupils In School. London: Routledge Falmer

Iskandarsyah, Aulia. (2006). Perspektif psikologi terhadap permasalahan remaja dalam bidang pendidikan. [On Line]. Tersedia: http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/MAK ALAH%20AULIA-1.pdf. [3 Januari 2012]

Jewishealing. (2011). Living Responsibly. [Online]. Tersedia: http://www.jewishealing.com/living_responsibly.html [30 Juni 2011]

Lange, A dan Jakubowski, P. 1978. Responsible Assertive Behavior: Cognitive Behavior Procedures for Trainners. USA: Research Press.

(51)

Li,Weidong. et al. (2008) “Measuring Student’s Perceptions of Personal and Social Responsibility and the Relationship to Intrinsic Motivation in Urban Physical Education”. Journal of Teaching in Physical Education. 27, 167-178.

Little, Getrude G. (1978). The Impact of Assertive Training on The Anxiety and Symptomyzatio of Women Referred by Physicians. Desertasi Doktor pada Universitas Florida : tidak diterbitkan

Novianti, Christina. (2010). “Assertive Behavior on Early Teen”. [On Line]. Tersedia://http:papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view/ .../209/ [10 Desember 2011]

Novianti, Made C. dan Awaluddin Tjalla. (2008). Perilaku Asertif pada Remaja Awal. Universitas Gunadarma. [Online]. Tersedia: http://www.gunadarma.ac.id [20 Juni 2012]

Nystul, Michael S. (2011). “Introduction to Counseling an Art and Science Perspective Fourth Edition”. New Mexico State University: Pearson Education Inc.

O’Neil, Nancy. (2012). “Promising Practices for Personal and Social Responsibility Finding Form a National Research Collaborative”. Amerika: Association of American Colleges and Universities.

Pittsylvania County Schools. (2008). Guidance and Counseling Program. [Online]. Tersedia:http://www.pcs.k12.va.us/policy/ij_pc.pdf- -1k.

[8 Agustus 2008]

Pledge, Deanne. (2011). Ensiklopedia Mental Disorder Asertif Training. [On Line]. Tersedia: http://www.minddisorders.com/A-Br/Assertiveness-training.html [20 September 2011]

Qohar, Wahidil. (2010). Manusia dan Tanggung Jawab. [Online]. Tersedia: http ://wahidilqohar.Webnode.com/news/manusia-dan-tanggung-jawab/. [03 May 2010]

Quotelady. (2011). Responsibility. [Online].

Tersedia:http://www.quotelady.com/subjects/responsibility.html [30 Juni 2011]

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press

(52)

Schmook, Andrea H. (2011). Self Responsibility and Recovery. [Online]. Tersedia:http://akmhcweb.org/recovery/responsibility-recv.htm [30 Juni 2011]

Sisdiknas. (2012).Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. [On Line]. Tersedia:http:// www.sisdiknas.pdf [1 Juli 2012]

Sudrajat Akhmad. (2010). Tentang Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/ [4 Maret 2012]

Suherman, dan Nandang B. (2011). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI Press

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production

Sunardi, (2010). Makalah: Latihan Asertif. Bandung: PLB FIP UPI

Suwarjo dan Eva Imania E. (2010). 55 Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing

Tracy, Brian. (2011). Taking Personal Responsibility.[On Line]. Tersedia: http://Brian_-_Taking_Personal_Resposibility.pdf. [26 Desember 2011]

Y, Zahra. (2011). Bab 1 Pendahuluan. Latar Belakang Masa Remaja. [On Line]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23382/4/Chapter%20I.pdf. [3 Januari 2012]

Yusuf, Syamsu LN. dan A. Juntika N. (2009). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung : Rosda Karya

Yuwono, Joko. (2011). Dimension of Effective Counseling. [Online].. Tersedia: http://www.jokoyuwono.com/index.php?option=com_content&view=articl

Gambar

Tabel
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tanggungjawab Pribadi (Sebelum Uji coba)
Tabel 3.2 KMO and Bartlett's Test
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan dunia teknologi kian hari semakin pesat sejak dimulainya era android sebagai platfom produk mobile.Perkembangan aplikasi mobile pun berkembang untuk

Dengan menggunakan aplikasi Microsoft Visual Basic 6.0 dan Microsoft Access diharapkan dapat membantu mempercepat, mempermudah proses penginputan data dan penyimpanan data

Situs web PT ASKOTAMA INTI NUSANTARA memberikan informasi baik informasi perusahaan maupun informasi produk yang ditawarkannya, sehingga masyarakat dapat mengenal dan mengakui

Ada dua permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh anak berdasarkan ketentuan

Ada dua permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu Bagaimana Pengaturan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh anak berdasarkan ketentuan

PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT.. GARUDA MAS SEMESTA

Menurut Hellna (2013), melakukan penelitian terhadap kandungan logam kadmium dan tembaga dalam produk ikan kemasan kaleng dari tiga merek yang beredar di pasaran, diperoleh

Hasil: Berdasarkan uji hipotesis dengan metode Mc Nemar didapati nilai p sebesar 0,021 (CI 95%) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian limfadenitis TB pada