• Tidak ada hasil yang ditemukan

konseling feminis dengan teknik assertive training

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "konseling feminis dengan teknik assertive training"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

KONSELING FEMINIS DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA

DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI DESA WRINGINREJO KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh:

CHOLIFATUL MASYRUROH D20173008

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS DAKWAH

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”.

(QS. Al-Insyirah 94:5-6)1

1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Terjemahan (Bandung: Penerbit Jabal, 2010), 596

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan sebagian dari anugerah yang Allah SWT limpahkan kepadapeneliti, dengan segala kerendahan hati dan rasa bersyukur, peneliti persembahkan anugerah ini kepada:

1. Abah Harnoto dan ibu Kasmiyati tercinta sebagai bukti hormat dan rasa terima kasih tak terhingga Karena telah memberi kasih sayang, motivasi, dukungan, dan do‟a yang tulus dan tak terhingga yang belum dapat peneliti balas. Semoga dengan persembahan ini, peneliti dapat membanggakan kedua orang tua dan dapat bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

2. Adik Raihan Firdaus Alfarizi dan adik Iftina Assyabiya Rafifah yang telah memberi do‟a dan semangat di setiap hari saya, selalu menghangatkan dinginku dan selalu memberi keceriaan saat sedih. Semoga adik-adik saya lebih semangat lagi belajarnya.

3. Keluarga besar saya yang telah memberi semangat dan do‟a terbaiknya.

4. Terima kasih kepada sahabat saya Almira Hazariyah, Kiky Nur lailiyah dan Niendy Putri Rizka A yang selalu memberikan semangat dan selalu ada sejak masih tinggal di ma‟had MAN Genteng sampai sekarang. Teman saya Linda Ani Fatimah, Ilmiatin Hasanah dan Siti Mutmainnatul Hasanah yang berjuang bersama-sama agar bisa bimbingan dan menyelesaikan skripsi bersama, kepada semua teman-temanku BKI yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan pencerahan dan informasi selama kuliah sampai mengerjakan skripsi dan selalu memberikan semangat dan perhatian terima kasih banyak.

5. Kepada teman-teman saya di Pramuka UIN KHAS Jember yang telah memberikan banyak pengalaman berharga saya ucapkan banyak terima kasih untuk semua orang terima kasih banyak.

Penulis berharap, semoga laporan penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan dengan segala bantuan dari beberapa pihak, penulis sampaikan terima kasih, semoga Allah SWT. Selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin yaa Robbal „Alaamiin.

(6)

vi Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala anugerah, hidayah, dan izinNya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi yang berjudul “Konseling Feminis dengan Teknik Assertive Training untuk Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga dalam Meningkatkan Ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi” ini dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju jalan yang terang benderang melalui agama Islam.

Semua ini tak terlepas oleh-Nya dan tak terkecuali dalam penyusunan skripsi yang penulis lakukan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan-persyaratan guna memperoleh gelar strata (S-1) Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah di Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember.

Selesainya skripsi ini, tidak sedikit sumbangan dan jasa dari berbagai pihak. Karena selama penelitian ini, terdapat beberapa kendala dan kesulitan yang peneliti temui. Berkat petunjuk dan arahan, bantuan moril dan materil dan orang- orang baik dari berbagai pihak, maka kendaladan kesulitan tersebut dapat diatasi.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah memberikan izin, fasilitas-fasilitas akademik, dan kesempatan mahasiswa-mahasiswi UIN KHAS Jember untuk tetap melaksanakan proses perkuliahan hingga dapat penyelesaian skripsi, khususnya di masa pandemi.

2. Bapak Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember yang telah memberikan izin, fasilitas akademik, dan kesempatan

(7)

vii

mahasiswa-mahasiswi Dakwah UIN KHAS Jember untuk tetap melaksanan proses perkuliahan dan penyelesaikan skripsi, khususnya di masa pandemi.

3. Bapak Muhammad Muhib Alwi, M.A. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Dakwah UIN KHAS Jember yang telah memberikan arahan, fasilitas, motivasi, dan apresiasi dalam proses perkuliahan, penyelasaian, dan ujian skripsi.

4. Ibu Fuadatul Huroniyah, S.Ag.,M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar, ikhlas dan telaten dalam meluangkan waktunya demi membimbing peneliti menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Dr. H. Abdul Mu‟is, S.Ag., M.Si., Kepala Perpustakaan UIN KHAS Jember, beserta karyawan yang telah memberikan pelayanan dalam hal fasilitas referensi bagi penulis.

6. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Dakwah yang telah memberi banyak ilmu sehingga selama peneliti menuntut ilmu di kampus UIN KHAS Jember.

7. Kepala desa Wringinrejo Bapak Mu‟adim S.H. yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di desa Wringinrejo.

8. Ibu Sururin Nafi‟ah, S.Pd.I yang telah studi menjadi konselor dan membantu penelitian saya.

9. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai wawasan yang lebih luas bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan islam.

Jember, 08 Januari 2022

Penulis

(8)

viii

untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi.

Kata Kunci : Konseling Feminis, Assertive Training, Meningkatkan Ekonomi Desa Wringinrejo merupakan salah satu desa yang paling banyak memiliki perempuan sebagai kepala keluarga. Karena hal tersebut, penyuluh kecamatan Gambiran bidang pernikahan dan keluarga sakinah bertindak tegas dalam menangani pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi. Dalam penelitian ini, Konseling feminis membangun kesadaran dalam membantu konseli dalam memahami dampak perubahan orientasi gender dalam kehidupannya. Teknik yang digunakan dalam konseling feminis adalah Assertive Training.

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana proses konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi ? 2) Bagaimana hasil proses konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi ?

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi. 2) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis studi kasus seorang perempuan kepala keluarga untuk meningkatkan ekonominya di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi. Analisis menggunakan teknik wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan 1) Hasil akhir dari proses konseling feminis Proses konseling feminis dengan teknik assertive training. Pada saat proses konseling berjalan, permasalahan lain mulai nampak, sehingga proses konseling feminis dengan assertive training juga ditujukan untuk memahami tanggung jawabnya sebagai perempuan kepala keluarga, menutup diri, kurang bersosialisasi, trauma akibat masa lalu, tidak memiliki sikap asertif dan membantu konseli menjadi individu yang percaya diri. 2) Konseling feminis dengan teknik assertive training dalam penelitian ini cukup berhasil. Konseli juga menunjukkan perubahan perilaku, seperti percaya diri bersosialisasi dengan orang sekitar lagi, berkurangnya rasa cemas terhadap ekonominya dan bersikap asertif.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Istilah ... 8

G. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Kajian Teori ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi Penelitian ... 36

(10)

x

E. Analisis Data ... 45

F. Keabsahan Data ... 46

G. Tahap-tahap Penelitian ... 47

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 51

A. Gambaran Objek Penelitian ... 51

B. Penyajian Data ... 66

C. Pembahasan Temuan ... 89

BAB V PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111 Lampiran-lampiran

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Matriks Penelitian

3. Surat Izin Penelitian 4. Surat Selesai Penelitian 5. Jurnal penelitian

6. Pedoman Kegiatan observasi 7. Gambar dan Peta Desa Wringinrejo 8. Data Perempun Kepala Kelurga 9. Biodata Penulis

(11)

xi

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

2.1. Perbedaan dan Persamaan Judul ... 15

3.1. Tabel Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data ... 44

4.1. Kondisi Demografi Desa Wringinrejo ... 52

4.2. Data Status Perceraian Perempuan Kepala Keluarga... 52

4.3. Data Pekerjaan Perempuan Kepala Keluarga ... 52

4.4. Deskripsi Konseli Pertama Sebelum Pelaksanaan Konseling ... 72

4.5. Deskripsi Konseli Kedua Sebelum Pelaksanaan Konseling ... 76

4.6. Kondisi Konseli Ketiga Sebelum Proses Konseling ... 80

4.7. Kondisi Konseli Pertama Sesudah Proses Konseling ... 104

4.8. Kondisi Konseli Kedua Sesudah Proses Konseling ... 104

4.9. Kondisi Konseli Ketiga Sesudah Proses Konseling ... 105

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek dan nenek. Dalam tatanan masyarakat keluarga merupakan inti sebuah komunikasi intens dalam memecahkan sesuatu seperti musyawarah dan lain-lain,1 sehingga tujuan atau cita-cita yang dicapai akan terlaksana ketika dilakukan secara bersama-sama.2 Di era modernisasi saat ini, permasalah ekonomi yang dihadapi oleh keluarga ada bermacam-macam, khususnya dalam aspek ekonomi. Pada awalnya, laki-laki itu juga menjadi pemimpin yang bertanggung jawab untuk keluarganya. Seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S.An-nisa’ ayat 34 sebagai berikut :



















































































Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah SWT. Telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka. Sebab itu, maka wanita shaleh ialah yang taat kepada Allah SWT. Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah SWT. Telah memeliha

1 Misbah&Abdul Rasul, Membina Keluarga Sakinah, (Banyuwangi, Kantor Departemen Agama,2005), 25-26.

2 Adib Machrus, DKK, Fondasi Keluarga Sakinah, (Jakarta: Subdit Bina Keluarga Sakinah, 2017), 10.

(13)

2

(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pulullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Sesungguhnya Allah SWT. Maha tinggi lagi maha besar.3

Namun, kenyataannya sekarang banyak laki-laki yang tidak bisa menjadi pemimpin keluarga yang baik. Buktinya, perempuan dituntut tidak hanya mengurus keluarga, namun juga membantu perekonomian keluarganya. Perempuan juga harus mempunyai kemampuan untuk melihat potensi yang mereka miliki, peluang kerja yang mungkin dapat mereka kembangkan, sehingga dengan mudah jaringan tersebut dapat diperluas menjadi jaringan yang lebih kuat. Apalagi jika perempuan tersebut harus menjadi kepala keluarga.

Beberapa faktor yang menyebabkan seorang perempuan menjadi kepala keluarga, antara lain : karena perceraian, perempuan yang hamil dan mempunyai anak setelah ditinggal oleh laki-laki, serta karena suami meninggal dunia. Itu sebabnya, perempuan mempunyai peran ganda dalam rumah tangganya untuk keberlangsungan hidup keluarganya.

Selain itu. Perempuan kepala keluarga mempunyai peran ganda yaitu peran perempuan yang pada umumnya hanya melakukan pekerjaan mengurus suami dan anak, memasak, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Tetapi disisi lain perempuan dengan kondisi-kondisi yang disebutkan

3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Terjemahan (Bandung: Penerbit Jabal, 2010), 84.

(14)

sebelumnya harus mampu bekerja tanpa melupakan kodratnya sebagai perempuan.

Hal ini banyak terjadi di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi, tingkat perceraian pada tahun 2020 mencapai 348 orang dan mengakibatkan beberapa wanita menjadi kepala keluarga dan harus menghidupi keluarganya seorang diri. Dalam penelitian ini, ketiga subyek mendatangi konselor karena adanya kecemasan dalam diri mereka setelah bercerai dengan suaminya, terutama kecemasan dalam hal meningkatkan ekonomi.

Karena hal tersebut, terdapat beberapa perempuan kepala keluarga yang belum mempunyai daya untuk melanjutkan hidupnya dan keluarganya.

Maka dari itu, penyuluh kecamatan Gambiran bidang Pernikahan dan Keluarga Sakinah bertindak tegas dalam menangani pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi agar masyarakat yang menjadi perempuan kepala keluarga terutama di desa Wringinrejo dapat berdaya untuk meningkatkan ekonomi keluarganya.

Melihat hal tersebut, konseling dengan pendekatan feminis adalah sebuah perubahan baru dalam dunia konseling. Kata konseling di sini pastinya mengarah pada kegiatan proses konseling atau pemberian bantuan.4 Sedangkan kata feminis, digunakan untuk membantu melengkapi inti dari kata konseling tersebut dengan cara merancang dan menyusun kerangka teorinya yang berkaitan dengan teori feminis, gender dan bias gender (suatu kondisi yang memihak dan merugikan salah satu jenis kelamin). Pada awal

4 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), 4.

(15)

4

tahun 1970-an, konseling feminis lahir sebagai pendekatan konseling. Awal kelahirannya ini, isu kesehatan mental perempuan menjadi pembahasannya.

Selain itu, membahas tentang bagaimana pemahaman yang utuh dan khusus bagi perempuan melalui layanan konseling dan psikoterapi.5 Bagi penulis, konseling feminis sangat cocok jika diterapkan pada konseli tersebut. Karena masalah yang dihadapi perempuan yang menjadi kepala rumah tangga tidak mudah apalagi jika perempuan tersebut belum melihat potensi yang ada dalam diri mereka. Masalah inilah yang akan diperbaiki oleh konseling feminis. Bahwa, semua perempuan pasti mempunyai potensi masing-masing apalagi dalam keadaan terberatnya sekalipun demi berlangsungnya hidup mereka walaupun tanpa kehadiran suaminya yang seharusnya menjadi kepala rumah tangga untuk ia dan anak-anaknya.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Assertive Training atau biasa disebut latihan asertif. Teknik ini termasuk dalam teknik-teknik emotif atau teknik yang digunakan untuk mengubah emosi konseli. Teknik Assertive Training digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan konseli dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.6

Dalam masalah ini, pemberdayaan perempuan juga sangat diperlukan yaitu untuk meningkatkan bidang pendidikan dan pelatihan, dan meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi produktif demi kelangsungan kehidupan perempuan kepala keluarga dimasa selanjutnya terutama dalam

5 Sigit Sanyata, Aplikasi Terapi Feminis Pada Konseling Untuk Perempuan KDRT, Jurnal Bimbingan Dan Konseling, Vol.8 No.1, (2010), 3.

6 Namora Lumongga Lubis Hasnida, Konseling Kelompok, (Jakarta: Kencana, 2016).

(16)

bidang ekonomi. Beberapa tahap yang akan dilalui untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi yaitu layanan bimbingan menejemen usaha bagi perempuan dalam mengelola usaha, peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan dalam keluarga maupun masyarakat, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, memperbaiki perekonomian perempuan kepala keluarga dan membantu tersedianya fasilitas dan pembangunan usaha yang dikelola oleh perempuan kepala keluarga.

Dengan demikian, dari penjelasan yang sudah dipaparkan pada bagian atas, peneliti mengambil minat untuk melakukan penelitian berjudul

“Konseling Feminis Dengan Teknik Assertive Training Untuk Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi”.

B. Fokus Penelitian

Rumusan masalah secara kualitatif disebut fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus masalahan yang dijawab melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus ringkas, jelas, kuat, konkret, dan diuraikan secara operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, dapat disimpulkan fokus masalahnya sebagai berikut:

(17)

6

1. Bagaimana proses konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi ?

2. Bagaimana hasil konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan arah yang harus ditempuh dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan dan setuju dengan masalah yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan pernyataaan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penellitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil konseling feminis dengan teknik assertive training untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Wrimginrejo Kabupaten Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik adalah penelitian yang hasilnya dapat memberi manfaat untuk banyak pihak. Oleh karena itu, manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

(18)

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih pemikiran guna memperkaya khazanah keilmuan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penelitian berikutnya, juga sebagai referensi penelitian lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti.

c. Manfaat praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber dan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa serta dapat menjadi bahan acuan dalam kajian.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Konseli

Manfaat penelitian ini bagi konseli adalah membuat konseli bertindak sesuai keinginan hati, tapi tetap dalam hal yang wajar selayaknya manusia pada umumnya dan membuat konseli lebih percaya diri menjadi dirinya sendiri.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadikan penelitian ini sebagai penelitian perbandingan dengan penelitian-penelitian selanjutnya, serta menjadi bahan acuan bagi peneliti-peneliti yang serupa dengan penelitian tersebut, serta memberikan wawasan terkait konseling feminis dengan teknik assertive training.

(19)

8

E. Definisi Istilah

Definisi istilah adalah pengertian istilah-istilah penting yang menjadi fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah yang dimaksud oleh peneliti. Bukan tidak mungkin pembaca salah memahami objek kecuali dijelaskan dengan jelas.

Definisi istilah dari penelitian yang berjudul “Konseling Feminis dengan Teknik Assertive Training untuk Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi”

1. Konseling Feminis

Pengertian Konseling menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan bantuan bagi mereka untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kemampuannya dalam memecahkan berbagai masalah. 7 Konseling menurut istilah adalah usulan dan kegiatan pendukung dalam bentuk diskusi dan komunikasi antar konselor dan konseli.8 Menurut KBBI, feminisme kini menjadi gerakan perempuan yang menuntut hak penuh antara perempuan dan laki-laki.9 Konseling feminis adalah terapi feminis yang bertujuan untuk memahami dan

7 Konseling, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

8 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Al-Manar, 2018), 180.

9 Feminis, Kamus Besar bahasa Indonesia.

(20)

membantu konselor dalam memahami peran perempuan dan laki-laki dan memasukkan pemahaman ini ke dalam proses konseling.10

Menurut Enns, tujuan konseling feminis adalah pemberdayaan, menghargai perbedaan, upaya untuk berubah (bukan sekedar adaptasi), kesetaraan, keseimbangan kemandirian, perubahan sosial, dan pendidikan diri (adaptasi). Enns menambahkan bahwa tujuan utama dari konseling adalah untuk membantu individu melihat diri mereka sebagai mewakili kepentingan diri sendiri dan orang lain. Tujuan utama dari konsultasi ini tentu saja untuk menghilangkan diskriminasi dan segala bentuk penindasan dalam masyarakat.11 Dalam penelitian ini, konseling feminis yang dimaksudkan adalah konseling yang berusaha memahami peran perempuan dengan status janda yang berperan sebagai kepala keluarga.

2. Assertive Training

Dalam penelitian ini, Assertive Training adalah teknik yang digunakan dalam konseling feminis yaitu melalui permainan peran yang dilakukan oleh konselor kepada konseli.12 Jadi, Assertive Training adalah penerapan pelatihan perilaku yang bertujuan membantu individu membangun hubungan yang lebih langsung dalam situasi interpersonal.

Mempraktikkan keterampilan sosial yang baru diperoleh melalui permainan peran, belajar mengatasi kekurangan mereka, mengekspresikan

10 Konseling feminis. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

11 Wahyu Nuraisya & Dwi Yuliawati, Komunikasi dan Konseling Feminis dalam Pelayanan Kebidanan, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), 53-54.

12 Namora Lumongga Lubis Hasnida, Konseling Kelompok, (Jakarta: Kencana, 2016), 151.

(21)

10

emosi dan pikiran secara lebih terbuka, dan percaya bahwa mereka memiliki hak untuk menunjukkan reaksi terbuka tersebut.

3. Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang diberi awalan ber- yang menjadi kata berdaya yang artinya adalah memiliki kekuatan. Ini adalah kata "pemberdayaan", yang berarti memiliki atau memiliki kekuasaan. Daya berarti kekuatan, dan berdaya berarti memiliki kekuatan.

Pemberdayaan berarti memberdayakan, memiliki kekuatan, atau memiliki kekuatan.13 Jadi, pemberdayaan dalam penelitian ini memiliki arti upaya perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap aspek ekonomi, dan sosial agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri.

4. Perempuan Kepala Keluarga

Dalam penelitian ini, perempuan kepala keluarga yang dimaksud adalah seorang perempuan yang menjadi kepala rumah tangga karena beberapa faktor, termasuk perceraian, perempuan hamil dan mempunyai anak namun ditinggal oleh suaminya (cerai) atau suaminya meninggal dunia. Untuk alasan ini, perempuan di rumah memainkan peran ganda dalam kelangsungan hidup keluarga atau biasa disebut perempuan kepala keluarga.

13 Murniati, Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2008), 48

(22)

5. Meningkatkan Ekonomi Keluarga

Dalam penelitian ini, ekonomi keluarga subyek penelitian yang dibahas dalam penelitian ini tergolong dalam kategori kelas menengah karena dari ketiga konseli mereka mempunyai kemampuan di bawah tinggi dan di atas rendah atau dengan kata lain adalah orang yang kehidupannya tidak berlebihan akan tetapi selalu cukup dalam memenuhi kebutuhannya disesuaikan dengan kemampuan. Cara meningkatkan ekonomi keluarga dalam penelitian ini dilakukan dengan mengajarkan bisnis rumahan kepada para konseli.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan deskripsi alur pembahasan dalam penelitian ini. Untuk mempermudah pemahaman isi dari penelitian ini maka perlu adanya gambaran sistematis yang dijelaskan secara terperinci, lengkap dan terarah. Maka disusunlah sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab Satu, merupakan dasar penelitian yakni berupa pendahuluan, yang berisi gambaran secara singkat mengenai keseluruhan pembahasan sekaligus memberikan rambu-rambu untuk masuk ke bab-bab berikutnya.

Dimulai dari dari latar belakang, fokus penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

Bab Dua, yakni tentang kajian kepustakaan. Pada bagian akan dipaparkan beberapa kajian terdahulu dan kajian teori yang berhubungan dengan penelitian atau skripsi agar mendapatkan gambaran secara umum mengenai pembahasan dalam skripsi.

(23)

12

Bab Tiga, berisi tentang metode penelitian. Yakni mengenai pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, tekhnik pengumpulan data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab Empat, yakni tentang penyajian data dan analisis data. Dalam bab ini juga disajikan gambaran objek penelitian dan diakhiri dengan pembahasan temuan yang terdiri atas beberapa kegiatan yang ada di Desa Wringinrejo Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi serta hasil penelitian dan pembahasan tentang Konseling Feminis dengan Teknik Assertive Training Untuk Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi.

Bab lima, merupakan bab akhir dari skripsi yakni tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari pembahasan empiris (laporan hasil penelitian) dan ditambah dengan beberapa saran. Kesimpulan ini berisi tentang berbagai temuan hasil analisa dari bab-bab sebelumnya. Sedangkan saran-saran merupakan tindak lanjut dan bersifat Konstruktif (membangun atau memperbaiki).

(24)

1 A. Penelitian Terdahulu

Kajian terdahulu penting untuk dilakukan penelitian sebelumnya untuk menemukan perbedaan dan persamaan yang peneliti ambil pada penelitian sebelumnya. Ini memastikan bahwa peneliti tidak akan mengulangi atau menjiplak makalah ilmiah yang sama nanti, dengan mengacu pada beberapa literatur tentang "Konseling Feminis dengan teknik Assertive Training untuk Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga dalam meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Desa Wringinrejo Kabupaten Banyuwangi”. Jadi berikut ini adalah beberapa yang ditulis oleh peneliti terdahulu yaitu:

Pertama, Penelitian Nurul Azizah Hidayati, 2019. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan skripsi yang berjudul “Konseling Terapi Feminis dengan Teknik Reframing dan Relabelling untuk Menghilangkan Trauma Akibat Pola Asuh Orang tua Otoriter (Studi Kasus Santriwati Madrasah Aliyah Bilingual Al-Amanah Krian)”,14 persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama mengkaji tentang konseling feminis. Sedangkan perbedaannya yakni penelitian terdahulu menggunakan teknik reframing dan relabelling sedangkan penelitian ini menggunakan teknik assertive training. Perbedaan yang lain juga terletak pada subjek dan objek penelitian, penelitian terdahulu subjeknya adalah santriwati madrasah

14 Nurul Azizah Hidayati, “Konseling Terapi Feminis dengan Teknik Reframing dan Relabelling untuk Menghilangkan Trauma Akibat Pola Asuh Orang tua Otoriter (Studi Kasus Santriwati Madrasah Aliyah Bilingual Al-Amanah Krian” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019)

(25)

14

sedangkan penelitian yang akan dilakukan subjeknya adalah perempuan kepala rumah tangga, objek yang diteliti pada penelitian terdahulu adalah tentang menghilangkan trauma akibat pola asuh orang tua otoriter sedangkan penelitian yang akan dilakukan objeknya adalah meningkatkan ekonomi keluaga.

Kedua, Faridz Ridha Syahputra Agus, 2019. Mahasiswa Progran Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan skripsi yang berjudul “Konseling Feminis dengan Teknik Assertive Training untuk Menangani Trauma Kekerasan Seksual Pada Remaja Perempuan di Kelurahan Mojo Gubeng Surabaya”. 15 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang peran konseling feminis dengan menggunakan teknik assertive training untuk menangani trauma kekerasan seksual pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di Kelurahan Mojo Gubeng Surabaya. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukakan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari data tersebut ditarik kesimpulan.

Ketiga, Mualifatul Jannah, 2016. Mahasiswa Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Tambak Madu Kecamatan Simokerto

15 Faridz Ridha Syahputra Agus, “Konseling Feminis dengan Teknik Assertive Training untuk Menangani Trauma Kekerasan Seksual Pada Remaja Perempuan di Kelurahan Mojo Gubeng Surabaya” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019).

(26)

Surabaya”.16 Penelitian ini bertujuan untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

Keenam, Sri Indarti, 2019. Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syari’ah dengan skripsi yang berjudul “Analisis Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Di KSPPS Cahaya Pundi Sakinah Desa Leran Kulon, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban Dalam Perspektif Ekonomi Islam”.17 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberdayaan perempuan melalui program simpan pinjam di Desa Leren Kulon. Penelitian ini menggunakan studi kasus pada anggota aisyiyah ranting Leren Kulon.

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan Judul

Nama Judul penelitian Persamaan Perbedaan 1. Nurul

Azizah hidayati 2019

Konseling Terapi Feminis dengan Teknik Reframing dan Relabelling untuk

Menghilangkan Trauma Akibat Pola Asuh Orang tua Otoriter (Studi Kasus Santriwati Madrasah Aliyah Bilingual Al- Amanah Krian)

- Jenis konseling yang diterapkan sama, yaitu konseling feminis - Menggunakan

pendekatan kualitatif

1. Teknik yang digunakan dalam penelitian terdahulu yaitu reframing dan relabelling

sedangkan penelitian ini menggunakan teknik assertive training.

2. Subjek pada

penelitian terdahulu adalah santriwati, sedangkan pada penelitian kali ini adalah perempuan

16 Mualifatul Jannah, “ Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Dalam

Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Tambak Madu Kecamatan Simokerto Surabaya” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016.

17 Sri Indarti, “Analisis Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Di KSPPS Cahaya Pundi Sakinah Desa Leran Kulon, Kecamatan Palang,

Kabupaten Tuban Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019).

(27)

16

kepala keluarga.

3. Objek penelitian terdahulu

menghilangkan trauma akibat pola asuh orang tua otoriter.

2. Faridz Ridha Syahputra Agus, 2019

Konseling Feminis dengan Teknik Assertive Training untuk Menangani Trauma Kekerasan Seksual Pada Remaja Perempuan di Kelurahan Mojo Gubeng Surabaya

- Sama-sama menggunakan konseling feminis - Sama-sama

menggunakan teknik assertive training

1. Penelitian

terdahulu banyak subjek yang diteliti, yakni remaja perempuan, sedangkan

penelitian saat ini subjeknya yakni perempuan kepala keluarga.

2. Objek yang diteliti penelitian

terdahulu yakni menangani trauma kekerasan seksual.

Sedangkan penelitian saat ini objeknya yakni meningkatkan ekonomi keluarga.

3. Mualifatul Jannah, 2016

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Dalam

Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Tambak Madu Kecamatan Simokerto Surabaya.

- Objeknya sama- sama membahas tentang

pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

1. Lokasi penelitian terdahulu ada di tambak madu kecamatan Simokerto Surabaya, sedangkan

penelitian saat ini berada di Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi.

4. Sri Indarti, 2019.

Analisis Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Di KSPPS Cahaya Pundi Sakinah

- Sama-sama menganalisis tentang

pemberdayaan perempuan.

- Lokasi penelitian sama-sama langsung ada di

1. Objek penelitian terdahulu adalah program simpan pinjam dalam perspektif ekonomi, sedangkan

penelitian saat ini adalah

(28)

Desa Leran Kulon, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban Dalam Perspektif Ekonomi Islam.

masyarakat yakni di salah satu desa.

meningkatkan ekonomi keluarga.

B. Kajian Teori

Kajian teori meliputi pembahasan teori yang digunakan sebagai perspektif penelitian, dan pembahasan teoritis yang luas dan rinci memberikan wawasan peneliti dalam mempelajari masalah yang akan dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

1. Teknik Konseling Feminis a. Pengertian Konseling Feminis

Konseling menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sehingga pemahaman terhadap kemempuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah.18 Sedangkan feminis menurut KBBI adalah gerakan wanita yang menuntut hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.19 Konseling feminis adalah terapi feminis yang ditujukan untuk dapat memahami dan membantu masalah konseli dalam memahami peran perempuan dan laki-laki dan membawa pemahaman tersebut kedalam proses konseling.

Menurut Enns, tujuan konseling feminis berkisar pada pemberdayaan, menghargai perbedaan, upaya perubahan (bukan

18 Konseling, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

19 Feminis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

(29)

18

hanya penyesuaian), kesetaraan, keseimbangan kemandirian, perubahan sosial, dan penyesuaian diri. Enns menambahkan bahwa tujuan utama dari konseling adalah untuk membantu individu melihat dirinya sebagai agen kepentingan dirinya sendiri dan orang lain.

Tujuan utama dari konseling ini tentu saja untuk menghilangkan diskriminasi dan segala bentuk penindasan dalam masyarakat.20

Pada tingkat individu, konselor feminis bekerja untuk membantu perempuan dan laki-laki mengenali, menegaskan dan memperoleh kekuatan mereka. Fokus konseling ini adalah kemampuan konselor, yang merupakan tujuan jangka panjang dari konseling. Dengan melakukan pemberdayaan terhadap konseli dapat membebaskan dirinya dari ikatan peran gender dan melawan tekanan institusional yang membebani dirinya.

Konselor berusaha membantu konseli mengembangkan aspek baru potensi manusia dengan mempelajari strategi baru yang lebih efektif dalam mengatasi masalah lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar.

b. Sejarah Lahirnya Konseling Feminis

Perbedaan jenis kelamin sebenarnya tidak menjadi masalah sejauh tidak menyebabkan ketidakadilan bagi perempuan dan laki- laki. Ketidakadilan tersebut bisa dalam bentuk marginalisasi, proses pemiskinan ekonomi, anggapan tidak perlu berpartisipasi dalam

20 Wahyu Nuraisya & Dwi Yuliawati, Komunikasi dan Konseling Feminis dalam Pelayanan Kebidanan, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), 53-54.

(30)

pembuatan atau pengambilan keputusan, deskriminasi dan kekerasan.21 Penindasan terhadap perempuan adalah sebuah contoh fenomena ketidak adilan gender.22 Hal ini pula yang menjadi salah satu pendorong lahirnya konseling feminis. Dari dunia konseling, kebutuhan untuk memecahkan masalah semakin meningkat.

Ketidakpuasan individu terhadap proses konseling yang diterima merupakan awal dari lahirnya pendekatan baru dalam dunia konseling.

Worel & Remer juga mengungkapkan bahwa nasihat feminis lahir. Mereka meyakini ada tiga hal yang melatar belakangi lahirnya pendekatan ini. Pertama, Evans menyatakan bahwa lahirnya pendekatan ini merupakan akibat dari ketidakpuasan terhadap proses konseling yang diterima proses konseling dalam pendekatan tradisional, atau lebih tepatnya dalam psikoanalisis. Kedua, menurut Worel & Romer, kita perlu membedakan antara pria dan wanita dalam kesehatan mental. Tidak hanya itu, tetapi juga konsep gender dan budaya yang berkaitan dengan generalitas, penyebab, diagnosis dan pengobatan. Ketiga, ia percaya bahwa perempuan dan laki-laki memiliki karakteristik kesehatan mental yang berbeda. Wanita mengalami lebih banyak ketakutan dan lebih banyak lagi. Pria cenderung destruktif dan antisosial.23 Dari ketiga poin di atas, kita

21 Andi Wahyun Muqoyyidin, “Wacana Kesetaraan Jenis Kelamin: Pemikiran Islam Kontemporer Tentang Gerakan Feminismen Islam”, No.2 (Desember 2013) : 492.

22 Yunahar Ilyas, Feminisme Dalam Kajian Tafsir Al-Quran Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 41.

23 Sigit Sanyata, Teori dan Praktik Pendekatan Konseling Feminis, (Yogyakarta: UNY Press, 2018), 74.

(31)

20

perlu mengembangkan pendekatan baru dengan perspektif yang lebih luas dan multikultural. Pendekatan yang kompeten secara sosial dan mempertimbangkan konsep gender. Konseling berbasis gender lahir bahkan untuk kaum feminis.

c. Tujuan Konseling Feminis

Tujuan utamanya adalah untuk perubahan, baik secara pribadi maupun sebagai masyarakat secara keseluruhan. Pada tingkat individu, konseling bertujuan untuk membantu baik pria maupun wanita mengenali dan menggunakan kekuatan mereka. Dengan cara ini, mereka yang mencari nasihat dibebaskan dari kendala sosial (gender) dan dapat mengembangkan alternatif dan keputusan hidup.

Konseling feminis juga mempunyai tujuan mendasar untuk melakukan intervensi secara personal, keluarga dan komunitas yang mempengaruhi faktor kesehatan mental mereka (perempuan). tujuan jangka panjang konseling feminis adalah membangun kekuatan personal-sosial terhadap strategi menghadapi trauma dan stress pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Pendekatan konseling feminis dibangun dengan memperhatikan kaidah kemanusiaan dan penghargaan terhadap konseli sebagai individu yang memiliki kemampuan, kemandirian dan kreativitas.24

Konseling feminis adalah kesadaran politis yang bertujuan untuk secara sadar mengubah sistem patriarki masyarakat. Oleh karena itu,

24 Puji Prihwanto et al., Konseling Lintas Agama dan Budaya Strategi Konseling Di Era Modern, (Indonesia: Guepedia, 2021), 59-60.

(32)

hubungan dalam masyarakat saling bergantung, kooperatif, dan saling menguntungkan. Berikut tujuan dari terapi feminis :

1) Upaya pemberdayaan, menghargai perbedaan, berusaha melakukan perubahan (dari pada hanya sekedar penyesuaian), kesetaraan, menyeimbangkan kehidupan pribadi dan sosial, dan self nurturance (peduli diri).

2) Membantu individu agar dapat memandang diri sebagai agen kepentingan dirinya dan kepentingan orang lain.

3) Menghilangkan segala bentuk deskriminasi dan penindasan lainnya di masyarakat. Konseling feminis berusaha melakukan transformasi, baik terhadap konseli secara individual maupun terhadap masyarakat secara umum.25

d. Prinsip Konseling Feminis

Beberapa hal yang menjadi pokok dasar dalam penerapan konseling feminis penting diutarakan dalam tulisan ini. Prinsip yang mesti dipegang atau menjadi acuan menjalankan konseling feminis berputar pada soal politis, gender, kesetaraan, pemberdayaan, dan sebagainya. Sigit Sanyata, merangkum prinsip-prinsip konseling feminisme sebagai berikut:

1) Hubungan setara antara konselor dengan konseli

25 Jacob Daan Engel, Konseling Masalah Masyarakat, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2020), 100.

(33)

22

2) Perubahan sistem, sehingga individu dapat mengetahui dan memahami perkembangannya. Perubahan tersebut diharapkan berpengaruh pada gender role socialization.

3) Antara isu personal (individu) dan sosial (komunitas) dapat saling mempengaruhi.

4) Hubungan antara konselor dengan konseli menekankan pemberdayaan.

5) Mengintegrasi konsep gender dalam aspek konseling.

6) Menghormati individu dalam membuat dan memutuskan pilihan.

7) Konselor berperan untuk mengubah pengalam buruk individu atas ketimpangan gender yang pernah ia alami.

Dapat disimpulkan prinsip konseling feminis secara umum adalah kesetaraan, pemberdayaan, konsep gender, hubungan sosial, dan pendekatan sistem.

2. Teknik Assertive Training a. Assertive Training

Teknik assertive training termasuk dalam teknik emotif yaitu teknik yang digunakan untuk mengubah emosi konseli.26 Assertive training adalah pelatihan perilaku yang ditujukan untuk membantu individu membangun hubungan yang lebih langsung dalam situasi interpersonal. Mempraktikkan keterampilan sosial yang baru diperoleh melalui permainan peran, percaya bahwa individu memiliki hak untuk

26 Namora Lumongga Lubis Hasnida, Konseling Kelompok, (Jakarta: Kencana, 2016), 151.

(34)

mengatasi kekurangan mereka, mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka secara lebih terbuka, dan untuk menunjukkan reaksi terbuka.

Assertive training adalah salah satu dari sekian banyak topik yang tergolong populer dalam terapi perilaku. Perilaku asertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Adanya perilaku asertif pada seseorang, menunjukkan adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri.27

Secara umum, Gerald Corey memaparkan berbagai manfaat pelatihan asertif bagi mereka yang sangat membutuhkannya.

Diantaranya adalah :

1) Orang yang tidak bisa mengungkapkan kemarahan dan emosinya.

2) Seseorang yang selalu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri.

3) Orang yang kesulitan mengatakan "tidak".

4) Seseorang yang sulit mengungkapkan kasih sayang atau hal-hal positif lainnya. Seseorang yang merasa tidak berhak atas perasaan atau pikirannya.28

Pada hakikatnya perilaku asertif adalah untuk membela hak individu atas kebebasan berekspresi, kebebasan mengungkapkan perasaan, pengendalian diri, kebebasan untuk mengekspresilan dirinya, dan kebebasan untuk menyatakan cinta dan kasih sayang bagi yang memilikinya. Banyak perkara tentang perilaku asertif seperti ketika

27 Gunarsah, Singgih.D, Konseling dan Paikoterapi, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007), 215.

28 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, 213

(35)

24

membuat dan menolak permintaan, memberi dan menerima pujian dan menyatakan pendapat.29

b. Langkah-Langkah Assertive Training

Singgih menjelaskan langkah-langkah latian asertif yang dikemukakan oleh Alberti, sebagai berikut30:

1) Latihan keterampilan

Konselor mengajari konseli perilaku verbal dan non-verbal.

Setelah memahami perilaku verbal dan non-verbal yang asertif, perilaku ini terus dilatih dan dimasukkan ke dalam berbagai perilaku. Teknik yang digunakan dalam pelatihan ini adalah pemodelan, pekerjaan rumah, dan latihan permainan khusus.

2) Mengurangi kecemasan

Untuk mengurangi kecemasan konseli, yaitu melalui pengobatan. pengobatan dapat dilakukan sesuai dengan imajinasi konseli dan situasi yang sebenarnya. Bermain peran juga dapat mengurangi kecemasan konseli. Berbicara sesuai dengan keinginan hati konseli dan melepaskan segala sesuatu yang konseli tidak bisa keluar dari tekanan dapat mengurangi rasa cemas seorang konseli.

3) Menstruktur kembali aspek kognitif

Hal-hal yang membatasi ekspresi diri konseli, juga nilai- nilai dan kepercayaan yang membuatnya tidak asertif maka akan diubah oleh pemahaman baru. Teknik yang digunakan untuk hal ini

29 Noraini Ahmad, Asertif dan Komunikasi, (Kuala Lumpur: Utusan Publication dan Distributors Sdn Bhn, 2001), 63

30 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Libri, 2011), 216-217.

(36)

adalah penyajian pembelajaran tentang hak-hak manusia, mengkondisikan sosial, uraian nilai-nilai dan pengambilan keputusan. Karena, pada dasarnya, hambatan seseorang untuk mengekspresikan diri antara lain, masyarakat dan lingkungan sekitar, jenis kelamin, usia, kebudayaan, status sosial dan ekonomi.

3. Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

Perempuan memiliki jam kerja sekitar 30-50% lebih panjang dari laki-laki untuk pekerjaan yang dibayar maupun tidak, bahkan dalam bekerja tidak jarang perempuan mendapatkan upah lebih rendah dari pada laki-laki walaupun alokasi waktu dari pekerjaan yang dilakukan sama. Bahkan perempuan mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dibandingkan dengan laki-laki. Namun di sisi lain, karena dalam kondisi sebagai kepala rumah tangga perempuan harus mecukupi kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya sebagai tulang punggung keluarganya. Itulah sebabnya adanya pemberdayaan perempuan.31

Pemberdayaan perempuan adalah kontribusi mengalokasi kembali melalui pengubahan struktur sosial. Posisi perempuan akan sehat jika perempuan bisa mandiri dan mampu menguasai keputusan yang bergabungan pakai kehidupannya.

31 Alifiulahtin Utami ningsih, dkk, Feminisasi Kemiskinan dan Pemberdayaan Perempuan Berperspektif Sosiopsikologis, (Malang: UB Press, 2020), 17.

(37)

26

Pemberdayaan perempuan dilakukan untuk menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup dan kesetaraan antara laki- laki dan perempuan yang berkecimpung dalam seluruh bidang atau sektor. Namun lebih dari itu semua adalah terciptanya pola pikir dan paradigma yang egaliter (hak yang sama). Perempuan juga harus dapat berperan aktif dalam beberapa kegiatan yang memang proporsinya.

Jika ini semua telah terealisasi, maka perempuan benar-benar telah terberdayakan.

Mekanisme pemberdayaan menjadi salah satu langkah penting dalam praktik konseling feminis. terdapat empat pola yang dapat digunakan pada praktik konseling feminis yaitu kekuatan (power), penindasan (oppression), pemberdayaan (empowerment) dan daya lentur (resilience). dan berasal keempat pola, yang paling sempurna untuk pengembangan perempuan ialah pemberdayaan sebab dengan prinsip pemberdayaan, warga sekitar ikut terlibat pada proses penyelesaian masalah wanita.

Pemberdayaan dalam konteks konseling dikonsepkan menjadi dua cara. Pertama, konseli diberdayakan dalam menghadapi situasi hidup, melalui keterampilan serta fleksibilitas dalam pemecahan masalah, serta mengembangkan berbagai keterampilan interpersonal serta kehidupan. Belajar untuk mengidentifikasi serta menghargai kekuatan pribadi serta sumber daya pada masyarakat serta bertanggung jawab untuk perubahannya. kedua, pemberdayaan juga

(38)

mendorong perempuan untuk mengidentifikasi dan menghadapi kondisi eksternalnya.32

Tujuan konseling feminis juga sebagai pemberdayan perempuan dalam menerapkan perubahan serta kesadaran dalam dirinya, bahkan pasca perceraian, seorang perempuan juga haruslah memahami bahwa dirinya masih merupakan kepribadian yang utuh. Hal ini juga penting dilakukan konselor agar konseli menyadari bahwa dirinya teta utuh walaupun telah mengalami kisah yang pahit. Berkaitan dengan peran rangkap, dari perspektif konseling feminis, peran tersebut harus dilihat sebagai kekuatan untuk memberdayakan. Pemberdayaan yang dimaksud ialah bahwa seorang perempuan walaupun seorang diri, serta melakukan tugas sebagai ibu dan ayah, ia masih tetap memiliki keyakinan bahwa tugas-tugas tersebut adalah cara untuk memberdayakan dirinya kembali.33

Terhadap pemberdayaan perempuan, menjelaskan bahwa konselor feminis bekerja untuk membantu para perempuan dan pria agar mengenali, menuntut, dan mendapatkan kekuatan personal mereka. Pemberdayaan konseli merupakan inti dari konseling ini dan merupakan tujuan jangka panjang konseling.34

32 Sigit Sanyata, Teori dan praktik Pendekatan Konseling Feminis ,(Yogyakarta: UNY Press, 2018), 52.

33 Jacob Daan Engel, Konseling Masalah Masyarakat, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2020), 107.

34 Ibid, 101.

(39)

28

b. Pengertian Perempuan Kepala Keluarga

Beberapa faktor yang mengakibatkan seorang perempuan menjadi kepala keluarga di dalam rumah tangga, antara lain : karena perceraian, perempuan yg hamil dan memiliki anak setelah ditinggal oleh, suaminya dan karena suami meninggal dunia. Itu sebabnya, wanita mempunyai kiprah ganda pada rumah tangganya untuk keberlangsungan hidup keluarganya.

Perempuan yg menjadi kepala keluarga mempunyai tantangan yg relatif besar untuk mencukupi kebutuhan dia dengan anak-anaknya, akan tetapi bukan hanya itu, perempuan shalihah serta taat pada Allah SWT. dan taat pada suaminya meski disaat suaminya tidak ada, dia akan tetap menjaga dirinya. Hal ini berkaitan dengan penjagaan dan taufik Allah SWT. Baginya. peran perempuan yang pada umumnya hanya melakukan pekerjaan mengurus suami dan anak, memasak, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. namun disisi lain perempuan dengan syarat-syarat yang disebutkan sebelumnya harus mampu bekerja tanpa melupakan kodratnya menjadi perempuan.

c. Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Tujuan pemberdayaan perempuan adalah untuk membangun pencerahan perempuan perihal kesetaraan gender agar mampu berbagi potensi yang ada pada dirinya, sehingga perempuan bisa

(40)

mandiri serta ikut berpartisipasi pada pembangunan. menurut Nugroho, tujuan pemberdayaan perempuan adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kemampuan perempuan untuk melibatkan diri pada acara pembangunan, menjadi partisipasi aktif supaya tidak sekedar menjadi objek pembangunan.

2) Meningkatkan kemampuan perempuan dalam kepemimpinan serta keterlibatan dalam setiap pembangunan baik menjadi perencana, pelaksana, maupun melakukan monitoring dan evaluasi aktivitas.

3) Meningkatkan kemampuan perempuan dalam mengelola usaha skala rumah tangga, industri kecil juga industri besar buat menunjang peningkatan kebutuhan tempat tinggal tangga, juga buat membuka peluang kerja produktif serta mandiri.

4) Meningkatkan peran serta fungsi organisasi perempuan tingkat lokal sebagai wadah pemberdayaan kaum perempuan supaya dapat terlibat secara aktif pada acara pembangunan di wilayah daerah tinggalnya.

d. Langkah-langkah Pemberdayaan Perempuan

Menurut Sulistyani, tahapan atau langkah-langkah pada pemberdayaan perempuan adalah sebagai berikut:

1) Tahap-tahap penyadaran serta pembentukan perilaku menuju perilaku sadar serta peduli sebagai akibatnya merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri

(41)

30

Tahap ini ialah tahap persiapan pada proses pemberdayaan. di tahap ini pihak pemberdaya/aktor/pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan pra-syarat, agar bisa memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Sentuhan penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat itu, dengan demikian akan bisa merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk membangun masa depan yg lebih baik.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga bisa mengambil peran di dalam pembangunan

Proses transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan dapat berlangsung dengan baik, penuh semangat, serta berjalan efektif Jika tahap pertama telah ter-kondisi. warga akan menjalani proses belajar perihal pengetahuan dan kecakapan keterampilan yang relevan dengan tuntutan kebutuhan. pada tahap ini rakyat bisa memberikan peran partisipasi di tingkat yg rendah yaitu sekedar sebagai pengikut atau objek pembangunan saja, belum mampu menjadi subyek dalam pembangunan.

3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif serta kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian

(42)

Tahap ini artinya tahap pengayaan atau peningkatan kemampuan intelektual serta kecakapan keterampilan yang dibutuhkan supaya mereka bisa menghasilkan kemampuan kemandirian. Kemandirian tadi akan ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam menghasilkan inisiatif, melahirkan ciptaan-kreasi dan melakukan inovasi- penemuan dalam lingkungannya. jika masyarakat dapat melakukan termin ini, maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.

4. Meningkatkan Ekonomi Keluaga

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata meningkatkan adalah kata kerja yang artinya mengangkat diri, menaikkan, mempertinggi dan memperhebat. 35 Ekonomi keluarga ialah salah satu unit kajian ekonomi pada unit paling kecil dari unit ekonomi yang mempunyai peran menjadi upaya membebaskan manusia pada tingkat kemiskinan. dalam masyarakat, ekonomi keluarga diklasifikasikan dalam tiga lapisan ekonomi, yaitu: a).Kelas atas, pada kelas ini segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan mudah. Kelas atas adalah suatu golongan keluarga atau kehidupan rumah tangga yang serba kecukupan dalam segala hal baik itu kebutuhan primer, sekunder maupun tersiernya. Atau dapat dikatakan mempunyai kemampuan ekonomi yang melebihi kebutuhan hidupnya dari harta kekayaan yang lebih banyak, b).Kelas menengah, Biasanya ditempati oleh orang-orang yang kebanyakan berada pada tingkat yang sedang-

35 Meningkatkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

(43)

32

sedang saja. Kelas menengah merupakan golongan yang mempunyai kemampuan di bawah tinggi dan di atas rendah atau dengan kata lain adalah orang yang dalam kehidupannya tidak berlebihan akan tetapi selalu cukup dalam memenuhi kebutuhannya disesuaikan dengan kemampuan.

Penduduk berekonomi sedang pendapatannya berada dibawah tinggi dan diatas rendah dari pendapatan nasional, serta c).Kelas bawah, Golongan yang berpenghasilan rendah ialah golongan yang mendapatkan penghasilan lebih rendah jika dibandingkan dengan kebutuhan minimal yang seharusnya mereka penuhi. Penghasilan yang dimaksud adalah penerimaan yang berupa uang atau barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai memberi uang yang berlaku pada saat itu.36

Ukuran Status Sosial ekonomi merupakan faktor yang menentukan perilaku seseorang pada masyarakat. Ekonomi keluarga juga sangat menentukan tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan anggota keluaga, secara berkelanjutan yang mencerminkan peningkatan ekonomi keluarga.

untuk sampai pada posisi aman dalam ekonomi keluarga perlu upaya untuk terus meningkatkan pendapatan serta bisa memanfaatkan seefisien mungkin pada pemenuhan kebutuhan sehingga masih terdapat kelebihan yang dapat ditabung atau diinvestasikan secara berkelanjutan. pada kurun

36 Royda, Perekonomian Indonesia , (Jawa Tengah: PT Nasya Ekspanding Management, 2021), 135.

(44)

waktu yang lama apabila diakumulasikan maka akan dapat terkumpul dalam jumlah yang besar yang artinya kekayaan Pribadi.

Peningkatan ekonomi keluarga akan dapat diwujudkan jika :

a. Anggota keluarga memiliki kesadaran yang mendorong pencapaian peningkatan ekonomi

b. Semua anggota keluarga memiliki perilaku jujur,berkomitmen, terbuka, disiplin, bertanggung jawab serta bisa bekerjasama untuk satu tujuan yaitu meningkatkan perekonomian keluarga

c. Memberdayakan kemampuan atau potensi yang dimiliki keluarga menggunakan harapan dapan meningkatkan pendapatan keluarga

d. seluruh anggota keluarga mampu memanfaatkan alokasi sumber ekonomi keluarga berdasarkan kebutuhan bukan keinginan

Semua anggota keluarga berkomitmen melakukan pengendalian perekonomian kelurga sebaik-baiknya.37

37 Gunartin, DKK, Peningkatan Ekonomi Keluarga Melalui Pemberdayaan Masyarakat Dengan Membuat Sandal Hias, Vol.1, No.2, Januari 2019, 183-184.

(45)

1 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ialah suatu mekanisme kerja yang sistematis, teratur dan tertib yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan (penelitian) guna mendapatkan kebenaran yang objektif. pada pendekatan dan jenis penelitian berisi tentang uraian pendekatan penelitian yg akan dipilih dan mengambil salah satu jenis penelitian. lalu, lokasi penelitian menunjukkan pada mana penelitian akan dilakukan. pada subyek penelitian dilaporkan jenis data dan sumber data, uraian tersebut meliputi apa saja data yang dikumpulkan, karakteristiknya, siapa yang dijadikan informan. lalu, teknik pengumpulan data diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan. pada Analisis data diuraikan proses pelacakan serta pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, serta bahan-bahan lainnya. pada keabsahan data memuat usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuanya dan di tahap-tahap penelitian menguraikan proses pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir. Secara terstruktur metode penelitian terdiri dari aspek-aspek berikut:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi serta memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap dari dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian yang dilakukan konselor menggunakan pendekatan kualitatif karena melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan

(46)

dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang khusus berasal para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang spesifik ke tema-tema awam, dan menafsirkan makna data.38

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus, yang merupakan rancangan penelitian yang ditemukan pada banyak bidang, khususnya evaluasi, dimana peneliti mengembangkan analisis mendalam atas suatu masalah, seringkali program, insiden, kegiatan, serta peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data sesuai waktu yg telah ditentukan.39

Jenis penelitian ini dipilih karena penulis ingin mempelajari data sebanyak mungkin secara rinci dan mendalam tentang subjek yang diteliti sehingga dapat membantu konseli keluar berasal konflik dan memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik dari sebelumnya.

Alasan lain mengapa peneliti memilih menggunakan jenis penelitian studi kasus karena dalam penelitian ini objek yang diamati adalah suatu masalah yg hanya melibatkan satu orang yakni seseorang kepala keluarga perempuan yang mengalami krisis ekonomi, mengalami trauma serta merasa tidak percaya diri dengan apa yang dia alami saat ini sesudah bercerai dengan suaminya. sehingga harus dilakukan secara intensif, menyeluruh serta jelas untuk mengatasi permasalahan tersebut.

dalam mengatasi perilaku masalah tersebut, peneliti dan konselor menggunakan konseling feminis dengan teknik assertive training untuk

38 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2016), 4-5.

39 Ibid,19.

(47)

36

mengubah perilaku konseli serta pada akhirnya dapat meningkatkan ekonomi konseli untuk keluarganya.

B. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian atau tempat dilakukannya penelitian adalah bertempat di Desa Wringinrejo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena berdasarkan hasil pra-survei dan melakukan wawancara dan pengamatan dengan Penyuluh Agama Bidang Pernikahan dan Keluarga Sakinah Kecamatan Gambiran dan berdasarkan data jumlah kepala keluarga di Desa Wringinrejo cenderung meningkat menjadi 346 orang dan menjadi desa terbanyak mengalami kasus perceraian dari beberapa desa di kecamatan Gambiran dan berdasarkan pertimbangan atas dasar kemenarikan, keunikan, dan sesuai dengan topik dengan penelitian ini, yakni Desa Wringinrejo. Selain itu, yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di Wringinrejo karena secara tidak langsung peneliti akan sedikit memahami bagaimana adat- istiadat dalam suatu pernikahan dan anggapan masyarakat tentang perceraian dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

C. Subyek Penelitian

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh.40 Data tersebut adalah data yang ada kaitannya dengan perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

40 Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: RinekaCipta, 2006), 15

Gambar

Tabel Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
Foto bersama konseli Pertama  dan konselor
Foto bersama anak konseli
Gambar Kartu Keluarga Konseli yang Pertama
+2

Referensi

Dokumen terkait

Apabila memiliki komunikasi interpersonal rendah hendaknya meminta konseling menggunakan teknik assertive training kepada guru Bimbingan dan Konseling. Kepada

Berangkat dari batasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Adakah Pengaruh Penggunaan Teknik Assertive Training Dalam Konseling Individu Terhadap

Analisa Terhadap Permasalahan Perempuan Rentenir Ditinjau dari Konseling Feminis ... Kekerasan

Gereja dalam konseling feminis membantu juga menyadarkan perempuan akang status dan keberadaannya dalam masyarakat, dan membantu perempuan agar tidak terkungkung dalam

Dalam penelitian ini variabel terkait adalah percaya diri, jadi ada yang mempengaruhi variabel bebas yaitu layanan konseling kelompok dengan teknik assertive training dan

training yang bertujuan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Pelaksanaan konseling kelompok teknik. assertive training dilaksakan pada tanggal 03 agustus 2017

Konseling Feminis Dengan Teknik Assertive Training Untuk Menangani Trauma Kekerasan Seksual Pada Remaja Perempuan Di Kelurahan Mojo Gubeng Surabaya.. Program

Hal tersebut dapat dimaknai bahwa adanya penerapan assertive training yang dihasilkan akan memberikan kepraktisan bagi guru Bimbingan dan Konseling dalam